Askep Gastroenteritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTIRITIS



Oleh : 1. Diah Mei Ratih W



(181301010)



2. Dyah Ratna Alvia



(181301014)



3. Eka Evin Lina Sugiati



(181301015)



4. Fatimmatuz Zahroh



(181301019)



5. Fitri Puspita Anggraini



(181301023)



6. Nanin Fauziah



(181301041)



7. Siti Aisah



(181301056)



8. Ummu Hanifah Hamid



(181301059)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG 2019/20120



KATA PENGANTAR Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga



penulisan



makalah



yang



berjudul



“ASUHAN



KEPERAWATAN



GASTROENTERITIS” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II” dan tak lupa juga kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dan telah mendorong penulis untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para pembaca memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan eklamsia, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua kalangan pelajar. Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.



Jombang, April 2020 penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakantindakan yang tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian. Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis. Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan medikal bedah dengan judul gastroenteritis. 2.2 RUMUSAN MASALAH 2.3 TUJUAN



BAB II



A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008). Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata: 2006). Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari biasanya (Priyanta: 2009). Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume, dan kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil usus kecil diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius. Penyebab umum adalah infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan penyakit sistemik. (Black Joyce, Hawks Jane, 2010) Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. B. ETIOLOGI Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare. i. Faktor Infeksi  Infeksi Virus a. Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC. b. Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas. c. Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.



d. Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).  Bakteri a. Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah b. Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan. c. Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit. d. Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi e. Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering menyerupai apendicitis. f. Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.  Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.albicans).  Infeksi parenteral;



Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. ii. Faktor Non Infeksi  Malabsorbsi, a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. b. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride. c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.  Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy,



food



alergy,



dow’n



milk



protein



senditive



enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. C. KLASIFIKASI Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan: a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans. b. Diare non spesifik : diare dietetis. 2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare : a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit. b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis. 3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu: a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.



Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari. b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih. D. MANIFESTASI KLINIK Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi : Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan. a.



Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.



b.



TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal.



c.



Turgor normal.



d.



Mukosa sedikit kering.



e.



Urin sedikit mengurang.



Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9 % berat badan a.



Haus meningkat.



b.



Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat.



c.



Turgor menurun.



d.



Membran mukosa kering.



e.



Ubun-ubun normal.



f.



Setatus mental normal sampai lesu.



g.



Keluaran urin mengurang.



Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan a.



Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.



b.



Nadi capat dan halus kadang takteraba, TD menurun.



c.



Haus meningkat.



d.



Keluaran urin tidak ada.



e.



Ubun-ubun cekung.



E. KOMPLIKASI Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul: a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan dengan tanda mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata cekung. b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat nenimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstrenitas dingin dan kadang sianoar. c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung). Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot. d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolik sehingga aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital. e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan lemas. f. Asidosi metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah menurun (menjadikan lebih asan/asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme



dengan menggunakan CO2 sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolis. F. PENATALAKSANAAN 1. Terapi Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan 1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses). 2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses) b. Ada 2 jenis cairan yaitu: 1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHOORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral: 



Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.







Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.



2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi: 



Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah







Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).



2. Antibiotik Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa



pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 714 hari, 7-14 hari oral atau IV). 3. Obat Anti Diare Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan



propulsi,



peningkatan



absorbsi



cairan



sehingga



dapat



memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium. a. Pemeriksaan tinja. b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki kan. c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal. 2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 3. Pemeriksaan darah a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa. b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Doudenal Intubation



Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.



BAB III



ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN 1. Identitas klien 2. Riwayat keperawatan a. Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare. b. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyakan air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonusdan turgor kulit berkurang feses semakin cair, muntah, kehilangan, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi buang air besar lebih dari 4x dengan konsisten enceer. 1. Riwayat kesehatan masalalu Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi 2. Riwayat Psikososial keluarga 3. Kebutuhan dasar a. Pola nutrisi dan metabolik Gejala : 1) Anoreksia : mual-mual 2) Penurunan barat badan 3) Taktoleran pada diare/sensitif misal : produk susu, makanan berlemak. Tanda: 1) Penrunan lemak subkutan/masa otot 2) Kelemahan tonus otot buruk dan turgor kulit buruk 3) Membran mukosa pucat b. Pola eleminasi Gejala : 1) Episode diare yang tidak diperkirakan, hilang timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steatorea) : melena 2) Kontipasi hilang timbul 3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)



c. Aktivitas / istirahat Gejala : 1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit d. Pola



persepsi



sensori Gejala : 1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan bawah: nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum) 2) Nyeri tekan menyebar kebagian periumbelikal 3) Titik nyeri berpindah, nyerim tekan (artritis) 4) Nyeri mata fotofobia (iritasi) e. Pola hubumgan dengan orang lain Gejala : 1) Masalah



berhubungan/peran



sehubungan



dengan



kondisi,



ketidakmampuan aktif secara sosial 4. Pengkajain fisik a. Keadaan umum pasien Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenteritis belum ada dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang keadaan umumnya cukup, pada dehidrasi berat keadaan umumnya buruk . b. Kesadaran Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dibagi menjadi 3 kriteria :  Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan lingkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien meihat pada anda dan berespon sempurna serta sesuai dengan rangsangan.  Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klien sadar namun tidak menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran letergia (ketika diajak bicara dengan suara keras, pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada anda, memberikan respon terhadap pertanyaan).  Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika diguncangkan



dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga masuk pada tingkat kesadaran stupor (kesadaran terhadap diri dan lingkungan minimal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tek tersadarkan dengan matanya terpejam.



c. Tanda-tanda vital 1) Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari 120/80 mmHg. 2) Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari 37,5°C. 3) Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100X/ menit. 4) Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis dengan belum adanya dehidrasi masi batas normal yaitu 24X/menit. Namun pada klien gastroenteritis



dengan



dehidrasi



sedang



dan



dehidrasi



berat



pernafasannya mengalami penurunan dari ambang normal kurang dari 24X/menit. d. Keadaan 1) Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran, dan tekstur, kulit kepala, termasuk warna (pucat), tekstur, penyebaran rambut dan lesi. 2) Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva bisa terjadi interik.Kelopak mata biasa terladi anameris. 3) Daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga : biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman pendengaran. 4) Hidung : tidak mrendapat keluhan . 5) Mulut dan faring : inspeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat). 6) Leher : palpasi kelenjar limfe, inspeksi kelenjar hiroid. 7) Toraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi penurunan kurang dari 24X/menit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya bernafas dalam. 8) Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan. 9) Abdomen : inspeksi (secara berurutan, inspeksi abdumen dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi atau kemerahan), palpasi (timpani diperpusi



diatas lambung, pekak diperpusi diatas hati, limpa dan ginjal). Palpasi terdapat adanya area nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen. 10) Genitalia, anus dan rektum : biasanya terjadi lesi atau kemerahan pada anus. 11) Ektermitas : biasamya terjadi kelemahan otot ektermitas. 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang berlebihan. 2. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah 3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.



3.3 INTERVENSI GASTROENTERITIS



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Keperawatan Kekurangan volume cairan Tujuan: elektrolit kebutuhan



dan berhubungan output



1. Observasi volume



dengan cairan terpenuhi.



cairan



tanda vital.



dipengaruhi



2. Observasi



yang



cairan



tanda-tanda Kriteria Hasil:



berlebihan.



1. Vital sign dapat



tanda-tanda tidak



ada,



mulut



dehidrasi.



dehidrasi mukosa



dan



bibir



lembab, balance cairan seimbang, turgor kulit elastis.



2. Untuk mengetahui



3. Ukur balance cairan.



tingkat dehidrasi.



4. Berikan dan 3. Balance cairan anjurkan



seimbang,



keluarga



dehidrasi



untuk



teratasi.



memberikan banyak



4. Terapi



cairan



disesuaikan



minum



air



putih (2.000–



dengan dehidrasi.



2.500 cc/hari). 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan, pemeriksaan Lab. Penurunan nutrisi kurang Tujuan:



Elektrolit. Kebutuhan 1. Hitung



1. Untuk



dari kebutuhan tubuh nutrisi terpenuhi.



kebutuhan



mengganti



berhubungan



cairan



cairan



dengan



mual dan muntah



Kriteria Hasil:



2. Kaji



pola



keluar.



yang



a. Intake



nutrisi



meningkat. b. Diet habis 1 porsi



nutrisi



perubahan



mengetahui



yang terjadi



perkembangan



yang disediakan



3. Timbang



c. Mual muntah tidak



klien



ada d. Berat badan naik



dan 2. Untuk



BB



status



nutrisi



klien.



4. Kolaborasi 3. Untuk dengan tim mengetahui gizi. 5. Beri diet kebutuhan dalam kondisi nutrisi pasien. hangat, porsi kecil tapi 4. Untuk sering. memenuhi nutrisi



sesuai



dengan diit 5. Untuk memenuhi kebutuhan Resiko kerusakan integritas Tujuan: kulit



berhubungan Kerusakan



dengan seringnya BAB



nutrisi. 1. Untuk



1. Kaji integritas



kerusakan



mengetahui



kulit teratasi.



kulit



tanda-tanda



Kriteria Hasil:



iritasi setiap



iritasi pada kulit



Kulit utuh dan tidak



BAB.



misal:



ada lecet pada area anus



atau



2. Ajarkan selalu



kemerahan cuci



tangan



pada luka 2. Untuk



sebelum dan



mempertahanka



sesudah



n teknik aseptic



mengganti



atau antiseptic



pakaian. 3. Hindari pakaian dan



3. Untuk menghindari pada



daerah



pengalas



anus



tempat tidur



kuman, bakteri,



yang lembab



karena



bakteri



suka



daerah



4. Observasi keadaan



yang lembab



kulit



4. Pada daerah ini



5. Bersihkan



meningkat



perineal dengan



terdapat



resikonya untuk air



kerusakan



dan



hangat,



memerlukan



terutama



pengobatan



selama



lebih intensif



periode diare.



5. Dengan menggunakan air hangat bisa membantu meredakan rasa gatal atau sakit disekitar intim, serta



dapat



memberishkan daerah perineum