5 0 766 KB
MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA II GELANDANGAN PSIKOTIK
Disusun Oleh : ADELIA VINA F
ERMA SANIA
( 11171014)
(11171001)
FILDZAH AULIA R ( 11171015)
AGUM SETIAWAN
GITA VARDIKA
( 11171017)
(11171003)
LAILY MIRZA T
(11171024)
AHMAD RIZALDI
NADIA VENIKA
(11171028)
(11171005)
NADYA RIZKI U
(11171029)
ALFIA ANDAWI P
NAFISYA
(11171030)
(11171006)
RIKA ANDRIANI
(11171034)
ALFIRA AZRA
SANTI SUSILAWATI (11171037)
(11171007)
ULFIA ADZAR
(11171041)
Program Studi S1 Keperawatan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk menambah pemahaman pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan koresi atau masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah yang kami buat ini.
Jakarta, 10 September 2019
Penyusun i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 1
B.
Tujuan ......................................................................................................................................... 2
C.
Manfaat Penelitian...................................................................................................................... 2
BAB II TEORI ............................................................................................................................................ 3 A.
Kasus (Masalah Utama) .............................................................................................................. 3
B.
Proses Terjadinya Masalah ......................................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 7 A.
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................................................ 7
B.
ROLEPLAY .................................................................................................................................. 18
C.
EVALUASI................................................................................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 24 A.
Kesimpulan................................................................................................................................ 24
B.
Saran ......................................................................................................................................... 24
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus dimiliki oleh seseorang. Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen kesehatan yang harus dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis. Pengobatan bagi orang dengan gangguan fisik akan lebih mudah dibanding dengan gangguan psikis, karena para penderita gangguan fisik sadar bahwa dirinya mengalami sakit yang pastinya memerlukan pengobatan. Hal itu tidak terjadi pada penderita gangguan psikis, mereka merasa bahwa dirinya sehat. Mereka tidak memerlukan bantuan untuk menyembuhkan penyakitnya, karena merasa sehat, tidak memiliki gangguan apapun. Semua keputusan terkait pengobatan bagi penderita gangguan psikis ada di tangan keluarga maupun orang-orang dekat di sekitar penderita. Menurut, Hartanto (2003). Kualitas lingkungan dan interaksi sosial penderita, sangat erat berhubungan dengan risiko deteriorasi dan kronisitas dari gangguan tersebut. Penderita gangguan psikis tidak kompeten untuk bisa memahami tindakan yang dilakukan. Namun kiranya perlu diperhatikan, bahwa inkompetensi pada penderita gangguan jiwa memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan penderita gangguan fisik. Selain pada persepsi bahwa penderita gangguan psikis adalah manusia inkompetensi, gambaran-gambaran yang lebih menyakitkan lagi seperti manusia buas, tidak berguna, berbahaya, selalu bergantung, dan pengganggu juga sering dilontarkan oleh orang-orang disekitarnya. Sebagai pihak terdekat dari si penderita, keluarga memang memegang penuh hak atas pilihan metode penyembuhan yang akan dikenakan oleh si penderita. Mereka masih dapat lebih tertangani, namun jika mereka adalah para penyandang gangguan psikis yang telah “memutuskan” untuk meninggalakan zona aman -keluarga-, pihak yang berhak atas mereka tidaklah akan jelas lagi.
1
Penyandang gangguan psikis dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah secara khusus. Masalah yang dihadapi para penyandang gangguan psikis ini tidak dapat dikatakan sebagai masalah kesehatan saja. Mereka memilik masalah yang lebih kompleks lagi. Penyandang
gangguan
psikis,
yaitu
orang-orang
yang
mengalami
gangguan
jiwa,merupakan permasalahan yang spesifik. Pada umumnya mereka tidak dapat disembuhkan seratus persen (100%).
B.
Tujuan 1. Untuk mengetahui bentuk rehabilitasi gelandangan psikotik di LKS ODK Ekspsikotik Aulia Rahma. 2. Untuk mengetahui tahapan rehabilitasi gelandangan psikotik di LKS ODK Ekspsikotik Aulia Rahma.
C.
Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan sosiologi kesehatan yang di dalamnya mengkaji topik : praktisi perawatan kesehatan dan hubungan antara praktisi kesehatan dengan pasien, serta sistem perawatan kesehatan. 2. Secara Praktis Memberikan masukan bagi seluruh stake holder yang berperan dalam menyusun program serta mengimplementasikan pemberian pelayanan dan rehabilitasi terhadap gelandangan psikotik di Provinsi Lampung. Stake holder 9 yang dimaksud yaitu dinas sosial dan dinas kesehatan dari tingkat provinsi hingga kabupaten serta lembaga swadaya bentukan masyarakat.
2
BAB II TEORI
A.
Kasus (Masalah Utama)
Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan jiwa dengan realitas (Kartono, 1981: 115). Gelandangan Psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, mempunyai tingkah laku aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas penderita penyakit jiwa, yang telah mendapat pelayanan medis dan telah mendapat Surat Keterangan Sembuh dan tidak mempunyai keluarga/kurang mampu serta perlu mendapat bantuan untuk hidup. (Permensos RI No. 8 tahun 2012) Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan karena suatu sebab mengalami
gangguan
kejiwaan
yakni
mental
dan
sosial,
sehingga
mereka
hidupmengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Gelandangan psikotik ini mereka sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah tidak lagi mementingkan mengenai norma dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat, selain itu juga mereka sudah tidak memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol jika sedang marah.
B.
Proses Terjadinya Masalah 1. Faktor Predisposisi a. Genetik : faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter c. Virus dan Infeksi 3
2. Faktor Presipitasi Faktor Presipitasi yang menyebabkan terjadinya suatu masalah terdiri dari: a. Biologis b. Sosial kultural c. Psikologis
3. Kriteria a. Psikotik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik , gangguan metabolisme dan intoksikasi obat. b. Psikotik Fungsional Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga. c. Tahap-Tahap Kekambuhan 1) Tahap 1 : kewalahan berlebih (mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang intensif) 2) Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung dengan gejala depresi) 3) Tahap 3 : rasa malu (biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa mengendalikan) 4) Tahap 4 : disorganisasi Psikotik (tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi, halusinasi, waham) 5) Tahap 5 : resolusi Psikotik (tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan psikotik)
4. Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif
Respon Maldaptif
4
Respon Adaptif Berfikir logis
Persepsi akurat
Respon Mal Adaptif Pemikiran
sesekali Gangguan pemikiran
terdistorsi
waham/ halusinasi
Ilusi
Kesulitan pengolahan emosi
Emosi
konsisten Reaksi emosi berlebih
dengan pengalaman
Perilaku kacau dan isolasi
Perilaku sesuai
Dan tidak bereaksi
Berhubungan sosial
Perilaku
aneh
dan
penarikan tidak biasa
5. Mekanisme Koping 1. Regresi (b.d masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas) 2. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain) 3. Menarik diri 4. Pengingkaran
6. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji 1.
GSP : halusinasi
2.
Isolasi sosial
3.
Harga diri rendah
4.
Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
5.
Gangguan proses pikir :waham
6.
Resiko bunuh diri
7.
Defisit perawatan diri
7. Diagnosa Keperawatan 1. GSp : halusinasi 2. Isolasi sosial 5
3. Harga diri rendah 4. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan 5. Gangguan proses pikir :waham 6. Resiko bunuh diri 7. Defisit perawatan diri
8. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu orientasi realita 3. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 4. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 5. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
6
BAB III PEMBAHASAN
A.
ASUHAN KEPERAWATAN
Laporan Pendahuluan Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi
I.
Kasus (masalah utama)
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi identic dengan skizofrenia. Seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delirium. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk. (2013) menegaskan “the term hallucination comes from the latin “hallucination”:to wonder mentally or to be absent-minded”. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart&Laraia, 2005). Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien seakan stimulus yang tidak ada (keliat, 2009).
II.
Proses Terjadinya Masalah A. Factor-faktor yang Mempengaruhi Halusinasi 7
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis klien yang mengalami psikotik, khususnya schizophrenia. Halusinasi dipengaruhi oleh factor(stuart dan laraia,2005) ,di bawah ini antara lain: 1.
Faktor Predisposisi Halusinasi juga dipengaruhi oleh faktir perkembangan, jika dalam masa perkembangan seseorang terganggu seperti citaitacita/keinginan tak tercapai/kegagalan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pola asuh otoriter, dan mendapat tindakan kekerasan dapat memicu terjadinya stress dan cemas sehingga mengakibatkan halusinasi. Factor lainnya yaitu factor bilogi, dimana dengan adnaya stress berlebihan seperti mengalami keputusasaan dapat merasa depresi karena suatu keadaan tertentu, yang jika lama-kelamaan tanpa pengobatan dan penanganan tertentu dapat memicu munculnya halusinasi.
2.
Faktor Presipitasi Yaitu stimulasi yang di persiapkan oleh individu sebgai tantangan ,ancaman /tuntutan yang memerlukan energy extra untuk koping . terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat mmeningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Disamping itu juga oleh karena proses penghambatan dalam proses transduksi dari suatu impuls yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam proses interpretasi dan interkoneksi .
B. Jenis – Jenis Halusinasi Table Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraira, 2005)
Jenis Halusinasi
Karakteristik
Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang didengar klien dimana
8
pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadangkadang membahayakan.
Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran geometris gambaran kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.
Bayangan
bisa
menyenangkan
atau
menakutkan seperti melihat monster. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feces, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feces.
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Kinesthetic
Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.
C. Mekanisme Kopping Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart, Laraia, 2005) meliputi: 1.
Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2.
Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3.
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
D. Fase-Fase Halusinasi Table Fase-Fase Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005) Fase Halusinasi
Karakteristik
9
Perilaku Klien
Fase.I Comforting
Klien mengalami perasaan
Ansietas sedang
yang
Halusinasi
ansietas,
kesepian,
menyenangkan
bersalah,
takut
mendalam
seperti rasa
sehingga
mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
1. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai. 2. Menggerakan bibir tanpa suara. 3. Pergerakan mata yang cepat. 4. Respon verbal yang lambat jika sedang asyik. 5. Diam dan asyik sendiri.
Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran
dan
pengalaman sensori berada dalam kendali kesaadaran jika ansietas dapat ditangani NONPSIKOTIK Fase. II Condeming Ansietas berat Halusinasi menjijikan
menjadi
1. Pengalaman sensori
1. Meningkatnya tanda-tanda sistem
yang menjijikan dan
syaraf
menakutkan.
seperti peningkatan denyut jantung,
2. Klien mulai lepas kendali
dan
mungkin untuk
mencoba mengambil
jarak dirinya dengan sumber
yang
dipresepsikan. 3. Klien
mungkin
oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. merasa
kehilangan control. 5. Tingkat kecemasan berat, secara umum
10
ansietas
pernapasan, dan tekanan darah. 2. Rentang perhatian menyempit. 3. Asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi dan realita. 4. Menyalahkan.
6. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja.
dipermalukan
akibat
5. Menarik diri dari orang lain.
mengalami
4. Mulai
otonom
halusinasi menyebabkan perasaan antipasti Fase.III Controling
1. Klien
berhenti
Ansietas berat
melakukan
Pengalaman sensori jadi
perlawanan terhadap
berkuasa
halusinasi
dan
menyerah
pada
halusinasi
menjadi menarik 3. Klien
yang
dikendalikan
halusinasi akan lebih diikuti.
halusinasi tersebut. 2. Isi
1. Kemauan
mungkin
2. Kesukaran berhubungan dengan orang lain. 3. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. 4. Adanya tanda-tanda fidik ansietas berat: berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
mengalami kesepian
5. Isi halusinasi menjadi atraktif.
jika
6. Perintah halusinasi ditaati.
sensori
halusinasi berhenti.
7. Tidak mampu mengikuti perintah dari
perawat,
tremor
dan
berkeringat. Fase.IV Conquering Panic Umumnya melebur halusinasinya.
menjadi dalam
1. Pengalaman sensori
1. Perilaku error akibat panic.
menjadi mengancam
2. Potensi kuat suicide atau homicide.
jika klien mengikuti
3. Aktifitas fisik merefleksikan isi
perintah
halusinasi
halusinasinya.
kekerasan, agitasi, menarik diri
2. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada
intervensi
therapeutic.
seperti
atau katatonik. 4. Tidak mampu merespon perintah yang kompleks. 5. Tidak mampu merespon lebih dari satu orang. 6. Agitasi atau kataton.
11
perilaku
E. Rentang Respon
Respon Adaptif
1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi konsisten dengan pengalaman 4. Perilaku sesuai 5. Berhubungan sosial
Respon Maldaptif
1. Distorsi pikiran ilusi 2. Reaksi emosi berlebihan 3. Perilaku aneh atau tidak biasa 4. Menarik diri
1. Gangguan pikir/delusi 2. Halusinasi 3. Sulit merespon emosi 4. Perilaku disorganisasi 5. Isolasi sosial
III. Diagnosis Keperawatan A. Pohon Masalah Risiko mencederai diri sendiri ,orang lain,dan lingkungan
Gangguan Sensori Persepsi:Halusinasi
Isolasi sosial
12
B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji 1. Halusinasi DS: Klien mengatakan mendengar suara aneh Klien mengatakan takut Klien mengatakan cemas DO: Klien tampak menyendiri Klien tampak ketakutan Klien tampak selalu menunduk
IV. Diagnosa Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
13
V.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
SP Pasien
Keperawatan Gangguan Sensori
SP I p
SP Keluarga SP I k
Persepsi : Halusinasi 1. Membina hubungan saling percaya
1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
dirasakan keluarga dalam
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya
marawat pasien
halusinasi
2. Menjelaskan pengertian, tanda
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
dan gejala defisit perawatan
5. Mengidentifikasi situasi yg menimbulkan
diri dan jenis defisit
halusinasi
perawatan diri yang dialami
6. Mengidentifikasi respons pasien thd halusinasi
pasien beserta proses terjadinya
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
perawatan diri
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
SP II k 1. Melatih keluarga
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
mempraktekkan cara merawat
dengan cara bercakap-cakap dengan
pasien dengan defisit
orang lain
perawatan diri
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien defisit perawatan diri
SP III p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
SP III k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah
14
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
termasuk minum obat
dengan melakukan kegiatan dan diawali dengan menyusun jadwal
(discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
setelah pulang
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari 1. Proses Keperawatan a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap c. Observasi
tingkah
laku
klien
terkait
dengan
halusinasinya
(*dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi d. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. e. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut. f. Diskusikan tentang dampak yang akan dialamunya bila klien menikmati halusinasinya. g. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,marah,menyibukkan diri dll) h. Diskusikan vara yang digunakan klien, 15
i. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi j. Bantu klien memilih cara yang sudah diajurkan dan latih untuk mencobanya. k. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih. l. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian. m. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi. n. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topic) o. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga kunjungan rumah) p. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat. q. Pantau klien saat penggunaan obat. r. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar. s. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. t. Ajurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Kondisi Klien DS: Klien mengatakan mendengar suara aneh Klien mengatakan takut Klien mengatakan cemas DO: Klien tampak menyendiri Klien tampak ketakutan Klien tampak selalu menunduk
16
3. Diagnosa Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan A. ORIENTASI 1. Salam Terapeutik “assalamualaikum ibu, selamat pagiii, saya perawat yang akan merawat ibu. Nama saya SS, senang dipanggil S. nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?” 2. Evaluasi/validasi “bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa semalam tidurnya nyenyak? Keluhan ibu hari ini apaa?” 3. Kontrak : Topik “ ibu kita ngobrol-ngobrol yuk, biar saling mengenal” Waktu “kita mau ngobrol berapa lama?” Tempat “ kita mau ngobrol di mana?” Tujuan Interaksi “ kita ngoobrol tentang suara-suara yang ibu dengar, dan kita latihan
untuk menghardik suara-suara itu”
B. KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan) Apa yang ibu rasakan? Ada apa kejadian apa saat ibu dibawa kesini? Suara seperti apa yang ibu dengar? Ibu dengar suaranya kapan saja dan saat apa saja? Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang ibu lakukan saat dengar suara itu? Kalau seperti itu ibu namanya mengalami kecemasan, ada 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi. Pertama ibu bisa menghardik suara itu, kedua ibu bisa bercakap-cakap, ketiga ibu bisa melakukan kegiatan, keempat ibu bisa minum obat. Saya akan ajarkan cara pertama ya bu? Dengan menghardik suara itu bu. Caranya, ibu tutup telinga ibu dan katakan “Pergi! Pergi! Saya tidak mau dengar, kamu palsu!”.
C. TERMINASI 1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan a. Evaluasi klien (Subjektif)
17
Bu gimana perasaannya setelah latihan menghardik? Coba sebutkan lagi apa saja cara untuk mencegah suara itu datang lagi? b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement) Coba peraktikan lagi cara menghardik seperti yang sudah saya ajarkan?
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan) Ibu mau latihan menghardik berapa kali? Waktunya mau kapan saja bu? Yuk kita bikin jadwal bu. 3. Kontrak Topik yang akan datang : Topik : ibu besok kita akan melakukan cara kedua untuk mencegah suara itu datang lagi Waktu : besok kita mau ngobrol jam berapa bu? Bagaimana setelah makan siang? Tempat : kita mau ngobrol dimana bu? Bagaimana kalau diruang tamu?
B.
ROLEPLAY Di suatu pagi, di daerah Kemang para Satpol PP sedang bertugas untuk mengamankan para gelandangan yang berada di lokasi tersebut. Ditemukan 2 gelandangan yang memiliki gangguan jiwa. Satpol PP tersebut kemudian mengirimkan 2 gelandangan tesebut ke Panti Sosial Satpol PP : berikut 2 orang gelandangan yang saya temukan di daerah Kemang Jl. Darmawangsa. Menurut laporan orang sekitar, mereka memiliki gangguan jiwa. Mohon untuk di tampung di Panti ini. Agar tidak meresahkan warga sekitar. Petugas Panti
: Baik, terimakasih untuk laporan dan bantuan nya karna telah
membawa mereka kesini. == Petugas Panti
: Saya baru saja menerima dua orang gelandangan yang dibawa oleh
Satpol PP. Berdasarkan laporan, 2 orang ini memiliki gangguan mental. Apa boleh saya langsung melaporkan ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk segera ditanangi?
18
Kepala Panti
: Boleh, silakan langsung hubungi pihak Rumah Sakit terkait ruangan
dan administrasi Petugas Panti
: Baik, Bu. Segera saya konfirmasikan.
Petugas Panti kemudian menghubungi pihak Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk memberitahukan bahwa akan ada pasien baru dari Panti Sosial ABCD. Setelah dikonfirmasi dari pihak Rumah Sakit, bahwa mereka dapat di tanangi di sana, pihak Panti Sosial segera mengantarkan kedua gelandangan tersebut. Setelah diantarkan dan membuat laporan terkait dua pasien baru tersebut, pasien kemudian ditanangi oleh perawat ruangan. == (Di Rumah Sakit Jiwa Grogol) Perawat 1
: Pak, saya mau melapor, ada dua pasien baru. Atas nama Ny. X, dan
Ny. Y. Kedua pasien tersebut berasal dari Panti Sosial ABCD. Setelah dilakukan pengkajian, kedua nya terdiagnosa Halusinasi Pendengaran. Kepala Ruangan : Terimakasih laporan nya, saya memberikan tanggung jawab kepada kamu dan Perawat 2 untuk menangani kedua pasien tersebut. == Kemudian Perawat 1 dan Perawat 2 menghampiri kedua pasien tersebut untuk dilakukan terapi dan Strategi Pelaksanaan 1. Perawat 2
: Selamat Siang Ibu, saya perawat yang akan merawat ibu. Nama saya
SS, senang dipanggil S. nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Pasien 2
: nama saya XX.
Perawat 2
: bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa yang Ibu rasakan saat ini?
Pasien 2
: Baik.
Perawat 2
: ibu kita ngobrol-ngobrol yuk, biar saling mengenal kita mau ngobrol
berapa lama? Pasien
: Jangan lama lama sus
Perawat 2
: 15 menit ya?
19
Pasien 2
: Iyaa
Perawat 2
: kita mau ngobrol di mana?
Pasien 2
: Yaudah disini aja sus
Perawat 2
: Okee, kita ngoobrol tentang suara-suara yang ibu dengar, dan kita
latihan untuk menghardik suara-suara itu Apa yang ibu rasakan? Ada apa kejadian apa saat ibu dibawa kesini? Pasien
: Saya dibawa pol PP tuh tadi ke Panti gitu. Terus dari Panti saya dibawa
kesini. Gak tau kenapa saya dibawa. Orang saya gak kenapa-kenapa Perawat
: Apa Ibu dengar suara-suara yang tidak ada wujudnya?
Pasien
: Iya saya suka denger ada yang bisikin saya gitu
Perawat
: Suara seperti apa yang ibu dengar? Ibu dengar suaranya kapan saja dan
saat apa saja? Pasien
: Suara perempuan gitu sus, nyuruh saya ngambil anak saya
Perawat
: Ohh, ibu udah punya anak? Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara
itu? Apa yang ibu lakukan saat dengar suara itu? Pasien
: Punya, tapi pas 5 bulan kandungan anak saya gak ada. Ya saya suka
tiba tiba mau ngambil anak kecil yang lewat Perawat
: Kalau seperti itu ibu namanya mengalami halusinasi, yang sebenarnya
suara itu tidak ada. Pasien
: Tapi saya ngerasa denger banget sus
Perawat
: Bu, saya punya 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi. Pertama
ibu bisa menghardik suara itu. Cara kedua, ibu bisa bercakap-cakap. Ketiga, melakukan kegiatan. Dan keempat, patuh minum obat. Saya akan ajarkan cara pertama ya bu? Dengan menghardik suara itu bu. Caranya, ibu tutup telinga ibu dan katakan “Pergi! Pergi! Saya tidak mau dengar, kamu palsu!”. Pasien
: Oooh iyaiya.
Perawat
: Coba ibu sambil ikuti saya ya, kita bersama-sama latihan menghardik
20
Pasien
: (menirukan perawat)
Perawat
: nah bagus iya, seperti itu, Bu. Bu gimana perasaannya setelah latihan
menghardik? Coba sebutkan lagi apa saja cara untuk mencegah halusinasi? Pasien
: Pertama, menghardik, terus ngobrol, terus ngelakuin kegiatan, terus
minum obat. Perawat
: Bagus Ibu pandai. Nah sekarang coba tolong contohkan cara yang
pertama yaitu menghardik sesuai yang tadi kita peragakan Pasien
: (memperagakan cara menghardik)
Perawat
: Bagus. Nah, Ibu mau latihan menghardik berapa kali? Waktunya mau
kapan saja bu? Yuk kita bikin jadwal bu. Perawat 2
: Nah, kita sudah selesai ya, Ibu mau mengobrol dimana dan jam berapa
untuk besok kita melakukan cara yang kedua untuk mencegah halusinasi? Pasien
: Disini aja. Jam nya kayak sekarang aja sus
Perawat 2
: Baik, besok ya kita bertemu lagi. Nah, sekarang Ibu terapi hipnotis 5
jari dengan teman saya ya? Pasien
: Iya sus
Perawat 1
: Halo Ibu, kenalin nama saya RR senang dipanggil R, kalau ibu
namanya siapa? senang di panggil apa? Pasien
: nama saya X
Perawat 1
: Baiklah, kita langsung mulai aja ya terapinya. Pertama Ibu mau duduk
atau berdiri? Pasien
: Duduk aja ya sus
Perawat 1
: Boleh. Yuk, mulai ya. Pejamkan mata, tarik nafas, buang perlahan.
Lakukan 3 kali yaa… Gabungkan jempol dengan telunjuk, bayangkan tubuh anda begitu sehat. Setelah itu, gabungkan jempol dengan jari tengah, bayangkan ketika anda mendapatkan hadiah atau barang yang anda sukai. Kemudian, gabungkan jempol dan jari manis, bayangkan anda berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat anda
21
merasa sangat bahagia. Gabungkan jempol dengan jari kelingking, bayangkan ketika anda mendapat suatu penghargaan. Tarik nafas, buang perlahan, lakukan lagi selama 3 kali. Boleh sekarang buka mata.
C.
EVALUASI Implementasi
Evaluasi
DS: Klien mengatakan mendengar suara S : Klien mengatakan mampu menghardik aneh
Klien mengatakan masih mendengar
Klien mengatakan takut
suara
Klien mengatakan cemas
Klien mengatakan suara muncul 3 kali
DO : Klien tampak menyendiri
Klien mengatakan suara muncul saat
Klien tampak ketakutan
malam hari
Klien tampak selalu menunduk
O : Klien tampak mampu menghardik
Dx : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Klien masih tampak menyendiri
Pendengaran
Klien masih tampak berbicara sendiri
Tindakan Keperawatan :
A : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
1.
Membina hubungan saling percaya
2.
Mengidentifikasi isi halusinasi
3.
Mengidentifikasi
waktu
Pendengaran P : Lanjutkan untuk memasukkan ke dalam
terjadinya
halusinasi 4.
mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5.
Mengidentifikasi
situasi
yang
menimbulkan halusinasi 6.
Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7.
Mengajarkan
pasien
menghardik
halusinasi 8.
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal harian
RTL: 22
jadwal harian
1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.
Melatih
pasien
mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain 3.
Menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
23
BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus dimiliki oleh seseorang. Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen kesehatan yang harus dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis. Pengobatan bagi orang dengan gangguan fisik akan lebih mudah dibanding dengan gangguan psikis, karena para penderita gangguan fisik sadar bahwa dirinya mengalami sakit yang pastinya memerlukan pengobatan. Semua keputusan terkait pengobatan bagi penderita gangguan psikis ada di tangan keluarga maupun orang-orang dekat di sekitar penderita. Adapula hal yang kita bahas kali ini adalah Gelandangan Psikotik yang menuru Permensos RI No. 8 tahun 2012 Gelandangan Psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma
kehidupan
yang
layak
dalam
masyarakat,
mempunyai
tingkah
laku
aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas penderita penyakit jiwa, yang telah mendapat pelayanan medis dan telah mendapat Surat Keterangan Sembuh dan tidak mempunyai keluarga/kurang mampu serta perlu mendapat bantuan untuk hidup. Proses terjadinya masalah ini karna adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
B.
Saran
24