Askep Psikotik Gelandangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II “ASKEP PSIKOTIK GELANDANGAN”



OLEH: KELOMPOK 6



1. MELIZA RISMAYANA



(18301018)



2. VANNY ICHDA RIYANDI



(18301037)



3. PUTRI WARDANI



(18301024)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepda Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan rahmat-nya, sehingga makalah yang berjudul “ASKEP PSIKOTIK GELANDANGAN” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan mengenai media pembelajaran mahasiswa pelayanan keperawatan jiwa pada situasi bencana. Makalah ini tidak luput dari kesalahan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Penulis ucapkan terima kasih pada dosen pengampu mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penulis mengukuti mata kuliah tersebut. Sekian dan terima kasih.



Pekanbaru, 04 Oktober 2020



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum



1.3.2



Tujuan Khusus



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Psikotik 2.2 Kriteria Psikotik 2.3 Faktor Penyebab Psikotik 2.4 Pengertian Gelandangan Psikotik 2.5 Penyebab Gelandangan Dan Psikotik 2.6 Ciri Gelandangan Psikotik 2.7 Layanan Yang Dibutuhkan Oleh Gelandangan Psikotik 2.8 Langkah-langkah Rehabilitasi Sosial Pada Psikotik Gelandangan 2.9 Pengkajian Pada Klien Dengan Psikotik 2.10 Membuat Analisis Hasil Pengkajian 2.11 Diagnosa keperawatan 2.12 Implementasi Dengan Psikotik Gelandangan 2.13 Evaluasi Psikotik Gelandangan BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Psikotik gelandagan merupakan gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahhan liungkungan. Enomena sosial mengenai gelandangan psikotik dapat ditemui secara langsung di sepanjang jalan,trotoar,jembatan, dipasar ataupun dipusat pertokoan. Gelandangan psikotik yang hidupnya nomaden (berkeliaran dilingkungan masyarakat) dan serta memiliki keterbelakangan mental (gangguan jiwa) ini sangat merugikanmasyarakat sekitar dan pemerintah. Tekanan kehidupan dan ketidaksiapan dalam perubahan sosial salah satu penyebab utama terhadap penambahan gelandangan psiotik. Sehingga jumlah dari gelandangan psikotik semakin hari semakin bertambah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah ini yaitu, apa definisi askep psikotik gelandangan ? 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami secara lebih rinci tentang askep psikotik gelandangan.



1.3.2



Tujuan Khusus 1. Pengertian Psikotik 2. Kriteria Psikotik 3. Faktor Penyebab Psikotik 4. Pengertian Gelandangan Psikotik 5. Penyebab Gelandangan Dan Psikotik 6. Ciri Gelandangan Psikotik



7. Layanan Yang Dibutuhkan Oleh Gelandangan Psikotik 8. Langkah-langkah Rehabilitasi Sosial Pada Psikotik Gelandangan 9. Pengkajian Pada Klien Dengan Psikotik 10. Membuat Analisis Hasil Pengkajian 11. Diagnosa keperawatan 12. Implementasi Dengan Psikotik Gelandangan 13. Evaluasi Psikotik Gelandangan



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Psikotik Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintergasi kepribadian dan gterputusnya hbungan jiwa dengan realita. 2.2 Kriteria Psikotik 1. Psikotik Organik Merupakan psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan syara pusatdan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik, gngguan metabolisme dan intoksikasi obat. 2. Psikotik Fungsional Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga. 2.3 Faktor Penyebab Psikotik a. Tekanan-tekanan kehidupan (emosional) b. Kekecewaan yang tak pernah terselesaikan c. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang d. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak e. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. 2.4 Pengertian Gelandangan Psikotik Gelandangan psikotik adalah klien dengan gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalandan dapat mengganggukan ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan.



2.5 Penyebab gelandangan dan psikotik UU No 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya gelandangan dan psikotik adalah: a. Keluarga tidak perduli b. Keluarga malu c. Keluarga tidak tahu d. Obat tidak diberikan e. Tersesat ataupun karena urbanisasi 2.6 Ciri Gelandangan Psikotik 1. Tubuh kotor sekali 2. Rambut seperti sapu ijuk 3. Pakaian compang camping 4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang 5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak berkomunikasi dan bermusuhan 6. Pribadi tidak stabil 7. Tidak memiliki kelompok



2.7 Layanan yang Dibutuhkan Gelandangan Psikotik 1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan Kesehatan 2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan  Psikologi 3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga 4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan penempatan dalam masyarakat. 5. Kebutuhan rohani



2.8 langkah-Langkah Rehabilitasi Sosial Pada Psikotik Dan Gelandangan 1. Tahap identifikasi Masalah sosial merupakan fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama yang mengalami  perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural 2. Tahap diagnosis Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong timbulnya respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk memecahkan masalah  bersama 3. Tahap treatment a. Pendekatan awal 



Razia oleh petugas







Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah sakit dan dinas sosial.



 b. Penerimaan dan pengasramaan 



Pengungkapan masalah







Pelaksanaan rehabilitasi sosial







Bimbingan fisik







Bimbingan mental







Bimbingan sosial



c. Resosialisasi Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk mempersiapkan klien agar dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normatif dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien d. Penyaluran Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan klien kedalam kehidupan masyarakat secara normatif.



e.Bimbingan lanjut Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih memantapkan klien kembali dalam kehidupan masyarakat. f. Evaluasi Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial berjalan dengan baik. 2.9 Pengkajian Pada Klien Dengan Psikotik a. Faktor Predisposisi - Genetik : gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh - Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan system neurotransmitter - Teori virus dan infeksi b. Faktor Presipitasi - Biologis : kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak - Sosial kultural : tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat - Psikologis : tekanan-tekanan kehidupan (emosional), kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan c. Penilaian terhadap stressor



Adaptif



-



Berfikir logis Persepsi kuat Emosi konsisten Dengan pengalaman Perilaku seksual Berhubungan sosial



Maladaptif -



-



Pemikiran sesekali tradisional Ilusi Reaksi emosi berlebih Tidak bereaksi Perilaku aneh dan penarikan tidak biasa



d. Sumber koping - Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif) - Pencapaian wawasan



-



-



-



Gangguan pemikiran (waham/halusina si) Kesulitan pengolahan emosi Perilaku kacau dan isolasi sosial



- Kognitif yang konstan - Bergerak menuju prestasi kerja e. Mekanisme koping - Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas) - Proyeksi (upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain) - Menarik diri - Pengingkaran 2.10



Membuat Analisis Hasil Pengkajian 1. Ds: - Mendengarkan suara bisikan atau melihat bayangan - Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan, atau pengecapan - Menyatakan kesal Do: - Distorsi sensori - Respons tidak sesuai - Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu - Menyendiri - Melamun - Melihat ke satu arah - Mondar-mandir - Bicara sendiri Dx: Gangguan Persepsi Sensori b/d halusinasi, gangguan psikotik 2. Ds: - Merasa ingin sendirian - Merasa tidak aman ditempat umum Do: - Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan - Menunjukkan permusuhan - Tidak ada kontak mata Dx: Isolasi Sosial b/d ketidakadekuatan sumber daya personal 3. Ds: - Mengancam - Mengumpat dengan kata-kata kasar - Suara keras - Bicara ketus Do: - Menyerang orang lain - Melukai diri sendiri/orang lain - Merusak lingkungan - Perilaku agresif/amuk Dx: perilaku kekerasan b/d gangguan prilaku, perubahan status mental



4. Ds: - Menolak melakukan perawatan diri Do: - Minat melakukan perawatan diri kurang Dx: Defisit Perawatan Diri b/d gangguan psikologis/psikotik 2.11



Diagnosa Keperawatan a. b. c. d.



2.12



Gangguan persepsi sensori b/d halusinasi, gangguan psikotik Isolasi sosial b/d ketidakadekuatan sumber daya personal Perilaku kekerasan b/d gangguan prilaku, perubahan status mental Defisit perawatan diri b/d gangguan psikologis/psikotik.



Implementasi Dengan Psikotik Dan Gelandangan a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi b/d gangguan psikotik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan halusinasi dapat teratasi Intervensi: manajemen halusinasi Implementasi 1. Memonitor perilaku yang mengindikasi halusinasi 2. Memonitor dan menyesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan 3. Memonitor isi halusinasi 4. Mempertahankan lingkungan yang aman 5. Mendiskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi 6. Mengajarkan pasien cara mengontrol halusinasi b. Isolasi sosial b/d ketidakadekuatan sumber daya personal Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan keterlibatan social meningkat Intervensi: modifikasi perilaku keterampilan sosial Implementasi 1. Mengidentifikasi penyebab kurangnya keterampilan social 2. Memotivasi untuk berlatih keterampilan social 3. Memberi umpan balik positif terhadap kemampuan sosialisasi 4. Menganjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami 5. Menganjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi 6. Melatih keterampilan social secara bertahap c. Perilaku kekerasan b/d gangguan prilaku, perubahan status mental Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kontrol diri meningkat Intervensi: manajemen perilaku Implementasi 1. Mengidentifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku 2. Menjadwalkan kegiatan terstruktur 3. Berbicara dengan nada rendah dan tenang 4. Melakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi



5. Mencegah perilaku pasif dan agresif d. Defisit perawatan diri b/d gangguan psikologis/psikotik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perawatan diri meningkat Intervensi: dukungan perawatan diri Implementasi: 1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2. Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan 3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik 4. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri 5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri 2.13



Evaluasi Psikotik Dan Gelandangan a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi b/d gangguan psikotik Evaluasi: 1. Verbalisasi mendengar bisikan menurun 2. Verbalisasi melihat bayangan menurun 3. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan menurun 4. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra penciuman menurun 5. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra pengecapan menurun 6. Perilaku halusinasi menurun b. Isolasi sosial b/d ketidakadekuatan sumber daya personal Evaluasi: 1. Minat interaksi meningkat 2. Verbalisasi sosial menurun 3. Verbalisasi ketidakamanan di tempat umum menurun 4. Perilaku menarik diri menurun c. Perilaku kekerasan b/d gangguan prilaku, perubahan status mental Evaluasi: 1. Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun 2. Verbalisasi perilaku umpatan menurun 3. Perilaku menyerang menurun 4. Perilaku melukai diri sendiri/orang lain menurun 5. Perilaku merusak lingkungan sekitar menurun 6. Perilaku agresif/amuk menurun 7. Suara keras menurun 8. Bicara ketus menurun d. Defisit perawatan diri b/d gangguan psikologis/psikotik Evaluasi: 1. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat



Minat melakukan perawatan diri meningkat



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Psikotik adalah disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disentegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan jiwa dengan realita. Kriteria Psikotik: 1. Psikotikorganik 2. psikotikungsional 3.2 Saran Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kelancaran maklah ini



DAFTAR PUSTAKA Dochteman j. M., &Bulechek, G. M. 2004. NursingInterventions Classification (NIC (5ed). America: MosbyElsevier Dapartemen Sosial RI. 1999. Petunjuk Teknis pelaksanaan Penanganan Masalah Sosial Penyandang Cacat mental Eks Psikotik Sistem Ponti. Jakarta: Direktorat



Rehabilitas



Penyandang



Cacat.



Direktorat



jendral



Bina



Rehabilitasi Sosial. Moorhead, S., Jhonson, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classication (NOC) (5ed). United states Of America: MosbyElsevier. Nanda internasional. 2015. Diagnosekeperawatan:definisi dan klasiikasi 20152017 (10ed). Jakarta:EGC. Prabowo,Eko.2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Tateki Yoga Tursilarini, 2009. Stakeholders Dalam Penanganan Gelandangan Psikotik. PPNI. 2018. Standar Intervensi



Keperawatan



Indonesia.



Jakarta:



Dewan



Pengurus Pusat PPNI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.