Askep Kolostomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPRASI KOLOSTOMI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah



DI SUSUN OLEH :



STIKES BUDI LUHUR CIMAHI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Bandung, 9 april 2021



Penyusun



ii



Daftar Isi



KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii Daftar Isi.....................................................................................................................................3 BAB I.........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN......................................................................................................................4 A.



Latar Belakang.............................................................................................................4



B.



Rumusan Masalah.......................................................................................................4



C.



Tujuan penulisan.........................................................................................................4



BAB II........................................................................................................................................5 TINJAUAN TEORI...................................................................................................................5 A.



Definisi Colostomi.......................................................................................................5



B.



Jenis jenis colostomi....................................................................................................5



C.



Indikasi........................................................................................................................6



D.



Kompikasi....................................................................................................................7



E.



Pemeriksaan penunjang...............................................................................................9



Konsep asuhan keperawatan....................................................................................................10 A.



Pengkajian.................................................................................................................10



B.



Diagnosa keperawatan...............................................................................................12



C.



Intervensi keperawatan..............................................................................................14



D.



Implementasi.............................................................................................................17



E.



Evaluasi.....................................................................................................................18



BAB III.....................................................................................................................................19



iii



PENUTUP................................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1999 dalam Murwani, 2009). Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal. Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep tindakan kolostomi ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan post kolostomi ? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui konsep tindakan kolostomi 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post kolostomi



1



1



BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Colostomi Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1999 dalam Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun



temporer (sementara)



yang



disesuaikan



dengan



kebutuhan pasien



(Murwani, 2009). Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal. Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. D. Jenis jenis colostomi 1.



Jenis-jenis Kolostomi Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara. a.Kolostomi Permanen Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang). b.



Kolostomi temporer/ sementara Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan



2



seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi. E. Indikasi Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon : a. Trauma kolon dan sigmoid. b. Diversi pada anus malformasi. c. Diversi pada penyakit Hirschsprung. d. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal



3



F. Kompikasi a. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit. Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan :  Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampai loop ilium.  Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.  Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fiksasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis. b. lritasi Kulit Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster. c. Diare Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal. d. Stenosis Stoma Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses. e. Eviserasi Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah. f. Obstruksi/ penyumbatan



4



Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi. g. Infeksi Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi. h. Retraksi stoma/ mengkerut Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan. i. Prolaps pada stoma Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan. j. Stenosis : Penyempitan dari lumen stoma. k. Perdarahan stoma l. Hernia Paracolostomy m. Pendarahan Stoma n. lnfeksi luka operasi o. Retraksi : karena fiksasi yang kurang sempurna p. Sepsis dan kematian Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.



5



G. Pemeriksaan penunjang a.



Foto polos abdomen 3 posisi



b.



Colon inloop



c.



Colonoscopy



d.



USG abdomen



6



Konsep asuhan keperawatan A. Pengkajian Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013). a. Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada ca colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering ditemukan ca colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti. b. Riwayat kesehatan a)



Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang, lagi pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup maka klien BAB dan



flatus



di bagian abdomen. Klien juga tidak bisa bergerak



banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan menurun. b) Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi serat. c)



Riwayat kesehatan keluarga Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker,diindetifikasi kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang sifatnya dominan.



c. Pemeriksaan fisik a) Mata : Kunjungtiva anemis. b) Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecahpecah dan berbau c) Leher : Distensi vena jugularis (JVP). 7



d) Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bissing usus dan kembung. e) Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi). d.



Pengkajian fungsional a) Aktivitas dan Istirahat Biasanya



kelemahan,



kelelahan,



malaise,



cepat



lelah, merasa



gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman karena akibat reaksi nyeri sudah pembedahan. b) Pernafasan Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun. c) Sirkulasi Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tandatanda vital misalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan cepat, suhu meningkat. d) Intergritas ego Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak berdaya /tak ada harapan. e) Eliminasi Biasanya



fasesnya



terlihat



cair



atau



lunak



karena dipasang



kolostomi di bagian area abdomen. f) Makan /cairan Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien setelah



dilakukan



operasi,



maka



dari



itu



akan menimbulkan



penurunan berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal post operasi tetapi lama kelamaan sudah terbiasa g) Muskulosketal Biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi pembedahan itu hanya untuk sementara saja.



8



h) Seksualitas Biasanya



tidak



bisa



melakukan



hubungan



seksual/ fekuensi



menurun. i) Hubungan social Biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan besosialitas dengan masyarakat karena sakit. H. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik 2. Itoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilisasi 3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan. 4. Gangguan citra tubuh berhehubungan dengan Penyakit, Cedera. 5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status kesehatan). Analisa Data



Etiologi



Diagnosa Keperawatan



Gejala dan tanda mayor



Nyeri akut berhubungan dengan



Ds :



agen cidera fisik



Mengeluh nyeri Do : Tampak meringis Bersikap protektif Gelisahh Frekuensi nadi meningkat Sulit tidur Gejala dan tanda minor Ds : Do : Tekanan darah meningkat Pola nafas berubah Nafsu makan berubah Menarik diri Berfokus pada diri sendiri



9



Diaforesis DS : Pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah



Itoleransi



aktivitas



DO: Keadaan umum pasien tampak lemah, aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga, pasien bedrest Gejala tanda mayor



baring dan imobilisasi



Ds :



kebutuhan tubuh berhubungan



Do :



dengan



Berat badan menurun minimal



mencerna makanan.



berhubungan



Defisit



dengan



nutrisi



kurang



ketidak



tirah



dari



mampuan



10 % di bawah rentang ideal Gejala tanda minor Ds : Kram nyeri abdomen Nafsu makan menurun Cepat kenyang setelah makan Do : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah



Gejala dan tanda mayor



Ansietas berhubungan dengan



Ds :



perubahan



Merasa bingung



kesehatan).



Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di alami Sulit berkonsentrasi Do : Tampak gelisah Tampak tegang Sulit tidur Gejala dan tanda minor Ds :



10



dalam



(status



Mengeluh pusing Anoreksia Palpitasi Merasa tidak berdaya Do : Frekuensi nafas meningkat Frekuensi nadi meningkat Tekanan darah meningkat Diaforesis Tremor Muka tampak pucat Suara bergetar Kontak mata buruk Sering berkemih



I. Intervensi keperawatan Dx



Outcome



Intervensi



Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tingkat nyeri menurun Kriteria hasil Keluhan nyeri menurun Meringis menurun Sikap protektif menurun Berfokus pada diri sendiri menurun Diaforesis menurun



Manajemen nyeri Observasi : Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon nyeri nonverbal Identifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Idemtifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri Monitorkeberhasilan terapi komplementer yang diberikan Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik : Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi : Jelaskan periode, penyebab, dan



11



pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik



Itoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan tirah keperawatan selama 3x24 jam baring dan imobilisasi intoleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: frekuensi nadi menurun 3 keluhan lelah menurun 5 dispneu setelah aktivitas menurun 5 aritmia saat dan setelah aktifitas menurun 5



Manajemen energi : Identifikasi gangguan fungsi tubuh Monitor kelelahan fisik dan emosional Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif Anjurkan tirah baring Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan Rehabilitasi jantung : Monitor tingkat toleransi aktifitas Periksa kontraindikasi latihan takikardia Anjurkan melakukan aktifitas sesuai toleransi Defisit nutrisi kurang dari setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi : dengan ketidak mampuan status nutrisi membaik dengan Identifikasi status nutrisi mencerna makanan. kriteria hasil : Identifikasi alergi dan nafsu makan membaik intoleransi makanan bising usus membaik Monitor asupan makanan porsi makan yang dihabiskan Monitor berat badan membaik Terapeutik : Indeks massa tubuh ( IMT) Lakukan oral hygine sebelum membaik makan berat badan membaik Sajikan makanan secara menarik dan suhu yg sesuai Edukasi ; Anjurkan posisi duduk jika mampu Ajarkan diet yang di program Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori



12



dan jenis nutrien yg dibutuhkan Promosi berat badan Observasi : Observasi kemungkinan penyebab BB berkurang Monitor adanya mual dan muntah Terapeutik : Sediakan makan yg tepat sesuai dengan kondisi pasien Edukasi : Jelaskan jenis makan yang bergizi tinggi Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status kesehatan).



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun Kriteria hasil Konsentrasi membaik Pola tidur membaik Perilaku gelisah menurun Verbalisasi kebingungan menurun Perilaku tegang menurun



13



Reduksi ansietas Observasi : Observasi saat tingkat ansietas berubah Identifikasi kemampuan mengambil keputusan Monitor tanda tanda ansietas Terapeutik : Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan Pahami situasi yang membuat ansietas Dengarkan dengan penuh pehatian Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Edukasi : Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami Informasikan faktual mengenai diagnosis, pengpbatan dan prognosis Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien Latih tehnik relaksasi



J. Implementasi Implementasi rencana



merupakan



keperawatan.



Tindakan



tindakan



yang



mencakup



sudah



tindakan



direncanakan mandiri



dalam



dan tindakan



kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post op ca colon pada



pelaksanaan



ini



perawat



melakukan



fungsinya



secara independen.



Interdependen dan dependen. K. Evaluasi Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk menentukan



masalah



teratasi,



teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan : S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diperbaiki O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan A : analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru. P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).



14



BAB III PENUTUP



15



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo n Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta. Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika. Sumber lainnya https://id.scribd.com/doc/202867893/laporan-pendahuluan-colostomi



16