Konsep Kolostomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep Kolostomi 1. Stoma Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan perut disebut stoma (Smeltzer & Bare, 2002). Feses dikeluarkan dari tubuh melalui stoma sehingga pasien kolostomi menggunakan kantong untuk mengumpulkan feses yang keluar dari stoma (International Ostomy Association, 2012). Indikator stoma yang sehat, yaitu: stoma berada diatas kulit, berwarna merah dan lembab, warna pucat menunjukkan adanya anemia dan warna hitam menunjukkan terjadinya iskemia. Tidak ada eritema, ruam, ulserasi atau peradangan di sekitar kulit (Rull, 2011). 2. Jenis Stoma Kolostomi Pembedahan kolostomi dilakukan pada beberapa penyakit dan kondisi yang berbeda. Dimana stoma berada di abdomen tergantung pada bagian mana dari usus besar yang digunakan untuk membuat stoma. Lokasi stoma kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien Berdasarkan lokasinya, ada 3 jenis kolostomi menurut American Cancer Society (2011), yaitu: a. Kolostomi Asendens Kolostomi asendens terletak di sisi kanan perut. Hanya sebagian kecil dari usus besar yang tersisa yang tetap aktif sehingga keluarannya berbentuk cair dan mengandung banyak enzim pencernaan. Kantong drainase harus dipakai setiap saat dan kulit harus terlindungi dari keluaran usus besar. b. Kolostomi Transversal Kolostomi transversal terletak di perut bagian atas, baik di tengah atau mengarah ke sisi kanan tubuh sehingga memungkinkan feses keluar dari tubuh sebelum mencapai kolon desenden. c. Kolostomi Desenden/Sigmoid Kolostomi desenden, terletak di kolon desenden, ditempatkan di sisi kiri bawah perut. Feses yang keluar dari kolon desenden berbentuk padat dan dapat dikendalikan. Kolostomi sigmoid dibuat di kolon sigmoid dan letaknya hanya beberapa inci lebih rendah dari kolostomi desenden. Karena terdapat lebih banyak usus yang bekerja, kolon ini mengeluarkan feses yang padat pada jadwal yang lebih teratur. Menurut Potter & Perry (2006), ada 3 jenis bentuk stoma kolostomi, yaitu: 1. Loop Colostomy Loop colostomy biasanya dilakukan dalam keadaan darurat. Jenis kolostomi ini mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di kolon transversal dan bersifat sementara. Lengkung ostomi memiliki dua buah lubang pada stoma. Ujung proksimal mengeluarkan feses sedangkan bagian distal mengeluarkan lendir. 2. End Colostomy End colostomy terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan dapat dibuang atau dijahit tertutup dan dibiarkan di dalam rongga abdomen. End colostomy adalah hasil terapi bedah kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rektum juga mungkin dibuang. 3. Double-Barrel Colostomy Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma: stoma proksimal yang berfungsi dan stoma stoma distal yang tidak berfungsi. 4. Indikasi Kolostomi



Kebanyakan tindakan kolostomi dilakukan karena kanker kolon, tetapi dapat juga dilakukan karena kondisi seperti divertikulitis, usus berlubang, obstruksi usus, penyakit Crohn, cacat lahir atau cedera disengaja (Wondergem, 2007). Etiologi Stoma Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah, stoma dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen (Smeltzer & Bare 2002). Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006). Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membrane mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika darah yang keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak (Melville & Baker, 2010). Perlengkapan stoma terdiri atas satu lapisan dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (wong, 2009 dalam Sodikin, 2011). Komplikasi Stoma Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah pembedahan kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun pertama pasca pembedahan (Truven Health Analytics, 2012). Beberapa komplikasi akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Retraksi Stoma Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah terjadi retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari batas permukaan abdomen (Eucomed, 2012) 2. Hernia Peristomal Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan tampak semakin jelas ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun mendesak abdomen (peningkatan tekanan intra abdomen). Beberapa pasien membutuhkan penggunaan sabuk khusus, ataupun rekomendasi untuk operasi guna memperbaiki kondisi hernia tersebut (Eucomed, 2012). 3. Prolaps Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak adekuat ataupun akibat peningkatan tekanan intra abdomen. Prolaps yang disertai dengan iskemia atau obstruksi bowel, ataupun prolaps yang berulang dapat direkomendasikan untuk pembedahan ulang (Eucomed, 2012) 4. Perdarahan Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain yang mungkin mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit penyerta hipertensi portal, trauma oleh ujung tube saat irigasi atau



pencukuran area sekitar abdomen atau cedera. Perdarahan ringan kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau hanya penekanan langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan penanganan factor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi portal memerlukan sclerotheraphy atau portosystemic shunting (Eucomed, 2012). Manajemen pada stoma