Askep Lansia Menjelang Ajal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA YANG MENJELANG AJAL



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 ARMILA RUTHIANINGSIH



(C1514201005)



ASNIATI



(C1514201006)



CITRA AFRILIYANTI



(C1514201009)



THERESIA Y. MARAMIS



(C1514201043)



WINDA



(C1514201046)



PROGRAM S1 KEPERAWATAN STIK STELLA MARIS MAKASSAR 2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam merawat lansia yang tidak ada harapan untuk sembuh, seorang perawat profesional harus mempunyai keterampilan yang multikompleks. Sesuai dengan peran yang dimiliki, perawat harus mampu



memberi



pelayanan



keperawatan



dalam



memenuhi



kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lansia dan harus menyelami perasaan hidup dan mati. Pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang sedang menghadapi sakaratul maut tidak selamanya mudah. Klien lansia akan memberi reaksi yang berbeda-beda, bergantung pada kepribadian



dan



cara



klien



lansia



menghadapi



hidup.



Bagaimanapun keadaannya, perawat harus dapat menguasai situasi, terutama terhadap keluarga klien lansia. Biasanya, anggota keluarga yang dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian perawat karena kematian seseorang dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. Kadang-kadang sebelum ajal tiba, klien lansia kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kematian ? 2. Apa tahapan-tahapan kematian? 3. Bagaimana pengaruh kematian ? 4. Apa hak asasi klien lansia yang menjelang ajal? 5. Bagaimana proses keperawatan pada klien lansia yang menjelang ajal?



C. Tujuan Penulisan 1. Dapat memahami pengertian kematian 2. Dapat menjelaskan tahapan-tahapan kematian 3. Dapat mengetahui pengaruh kematian 4. Dapat mengetahui hak asasi klien lansia yang menjelang ajal 5. Dapat mengetahui dan memahami proses keperawatan pada klien lansia yang menjelang ajal?



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Tinjauan Medis 1. Pengertian Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernafas dan tidak menunjukkan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak. Kematian dapat disebabkan oleh penyakit keganasan, seperti karsinoma hati, paru dan mammae; penyakit kronis, seperti CVD (Cerebrovaskuler Disease), CRF (Chronic



Renal



Failure),



DM,



Miokard



Infark,



Chronic



Obstruction Pulmonary Disease (COPD); dan kecelakaan, seperti Hematoma Epidural. Ciri/tanda klien lansia menjelang kematian: a. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki b. Gerakan peristaltik usus menurun c. Tubuh klien lansia tampak menggembung d. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya e. Kulit tampak pucat, bewarna kebiru-biruan f. Denyut nadi mulai tidak teratur g. Nafas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lansia h. Tekanan darah menurun i. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur)



2. Tahapan Kematian Tahapan ini tidak selamanya berlangsung berurutan, tetapi dapat saling tindih. Kadang-kadang seorang lansia melalui tahap tertentu untuk kemudian kembali ke tahap itu lagi. Lama setiap tahapan bervariasi, mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat bisa timbul kesan seolah-olah klien lansia melompati satu tahap, kecuali jika perawat memperhatikanya secara seksama dan cermat. Tahapan kematian tersebut antara lain: a. Denial (penolakan) Tahap ini di tandai dengan penolakan atau penyangkalan klien terhadap kematian. Biasanya sikap ini ditandai dengan komentar “Saya? Tidak, itu tidak mungkin”. Lansia mungkin mengatakan bahwa kematian boleh terjadi pada semua orang, tetapi padanya tidak. Sikap penolakan ini memungkinkan lansia akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber baik profesional dan non profesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada di ambang pintu. Pertimbangan khusus perawatan tahap ini adalah : Mengenal atau mengetahui bahwa proses ini umumnya terjadi karena menyadari akan datangnya kematian atau ancaman maut. Hal yang perlu diperhatikan: 



Berikan kesempatan kepada klien lansia untuk mempergunakan caranya sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tidak merusak







Memfasilitasi klien lansia dalam menghadapi kematian. Luangkan waktu 10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap maupun setelah bersamanya



b. Anger (marah) Tahap ini ditandai dengan rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Klien lansia berkata “Mengapa saya?”. Klien mudah marah kepada perawat atau petugas kesehatan tentang apa yang mereka lakukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme pertahanan diri klien, akan tetapi kemarahan sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupanya. Pada saat ini, perawat harus hati-hati dalam memberi penilaian sabagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu di ungkapkan. Pertimbangan khusus perawatan tahap ini adalah: Mengenal atau memahami tingkah laku serta tandatandanya, meliputi: 



Beri kesempatan pada klien lansia untuk menerapkan kemarahanya dengan kata-kata







Ingat bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, “Mengapa hal ini terjadi pada diriku?”







Sering kali perasaan ini diahlikan kepada orang lain atau perawat sebagai cara klien lansia bertingkah laku .



c. Bargaining (tawar-menawar) Pada tahap ini klien lansia pada hakekatnya berkata, “Ya, benar aku, tetapi....” kemarahan biasanya mereda dan klien lansia dapat menimbulkan kesan sudah dapa menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi, pada tahap tawar-menawar ini klien cenderung menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba dan akan menyiapkan beberapa hal, misalnya membuat



surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkanya. Selama tahap ini, permohonan yang dikemukakan hendaknya dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan sebelum meninggal. Misalnya, klien lansia mempunyai permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan di restoran. Petimbangan khusus perawatan tahap ini adalah: Menggambarkan proses seseorang berusaha menawar waktu yang ada semaksimal mungkin, meliputi: 



Klien lansia akan mempergunakan ungkapan seperti “seandainya saya…..”







Beri kesempatan kepada klien lansia untuk menghadapi kematian dengan tawar- menawar







Tanyakan kepentigan yang masih ia inginkan. Cara demikian dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan ungkapan perasaanya



d. Depresion (sedih, depresi) Pada tahap ini klien lansia pada hakikatnya berkata “Ya, benar aku”. Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena klien lansia sedang dalam suasana berkabung. Dimasa lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu ia harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lansia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis.



Pertimbangan khusus perawatan tahap ini adalah: 



Jangan mencoba menyenangkan klien lansia. Jangan takut menyaksikan klien lansia dan keluarganya menangis. Anda boleh saja ikut berduka cita.







”Apakah saya akan mati?” pertanyaan ini hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu untuk memperbincangkan perasaanya, bukan mencari jawaban. Biasanya klien lansia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabannya.



e. Asertive (Menerima). Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini, klien lansia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya, tinggal menanti dalam kedamaian dan ketenangan. Klien mungkin saja lama dalam tahap ini, tetapi bukan berarti pasrah terhadap maut yang dihadapinya. Pertimbangan khusus perawatan tahap ini adalah : Membedakan antara sikap menerima kematian dan sikap menyerah terhadap kematian. Sikap menerima, jika klien lansia telah menerima dan mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak boleh menolaknya. Sikap menyerah, jika klien lansia tidak menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal itu akan terjadi sehingga tidak merasa tenang dan damai dalam menghadapi kematiannya. Hal yang perlu perawat perhatikan : 



Luangkan waktu untuk klien lansia. Sikap keluarganya akan berbeda dengan sikap klien lansia, oleh karena itu sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan mereka.







Beri kesempatan kepada klien lansia untuk mengarahkan perhatiannya sebanyak mungkin pada hal-hal spritual. Tindakan ini akan memberi ketenangan dan perasaan aman.



3. Pengaruh kematian: Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lansia adalah: a. Bersikap kritis terhadap cara perawatan b. Keluarga dapat menerima kondisi klien c. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut d. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat mengatasi sedihnya e. Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi f. Keluarga menolak diagnosis, sehingga dapat memperberat beban emosi keluarga. g. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan Pengaruh kematian terhadap tetangga / teman yaitu: a. Simpati dan dukungan moril b. Meremehkan atau mencela kemampuan tim kesehatan. 4. Hak asasi klien lansia menjelang kematian 1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah. 2. Berhak untuk di rawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan, walaupun dapat berubah. 3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah mendekat dengan caranya sendiri. 4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.



5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberi rasa nyaman. 6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian. 7. Berhak untuk bebas dari rasa nyeri. 8. Berhak mendapatkan jawaban yang jujur atas pertanyaan. 9. Berhak untuk tidak ditipu. 10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluargannya dalam menerima kematian. 11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat. 12. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain. 13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian. 14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati. B. Tinjauan Keperawatan 1. Pengkajian Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal klien dan keluarganya, meliputi: a. Siapa klien itu dan bagaimana kondisinya b. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan c. Tindakan apa saja yang telah diberikan d. Bagaiman pengetahuan, prognosis penyakitnya dan pada tahap proses kematian yang mana klien berada e. Apakan klien menderita rasa nyeri f. Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosis penyakit klien dan bagaimana reaksi mereka.



g. Filsafat apa yang dianut oleh klien dan keluarganya mengenai hidup dan mati h. Pengkajian keadaan umum, kebutuhan dan masalah kesehatan klien lainnya Hal lain yang perlu dikaji adalah : a. Perasaan takut Kebanyakan klien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan, yang sering diasosiasiasikan dengan keadaan sakit sakit terminal, terutama apabilah keadaan tersebut disebabkan oleh penyakit yang ganas. Respon takut lainnya secara tipikan mencakup perasaan takut terhadap hal-hal yang tidak jelas, takut meninggalkan orang-orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang belum selesai, dan lain sebagainya. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat klien tegang dan stress b. Emosi Emosi klien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain mencelah dan mudah marah c. Tanda vital Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengatunya berkaitan satu sama lain. Etia perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan klien d. Kesadaran Kesadaran merupakan ekspresi tentag apa yang dilihat didengar, dialami, nyeri, suhu, rabah, getar, gerak, tekan dan sikap. Tingkatan kesadaran antara lain:







Kompos mentis(sadar sepurna, awas waspada)







Apatis ( tidak ada perasaan, kesadaran menurun, masa bodoh)







Somnolen ( kelelahan, mengantuk berat)







Soporous (tidur lelap patologis, tidur pulas)







Subkoma ( keadaan tidak sadar, hampir koma)







Koma ( keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi walaupun dirangsang dengan apapun atau tidak dapat disadarkan)



e. Fungsi tubuh Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ , setiap organ mempuyai fungsi khusus. 2. Diagnosa 1. Ansietas kematian b/d mengalami proses menjelang ajal 2. Ketidakefektifan penyangkalan b/d takut akan kematian, takut perpisahan 3. Harga diri rendah situasional b/d gangguan fungsi 3. Intervensi 1. Diagnosa : Ansietas kematian b/d mengalami proses menjelang ajal 



NOC : Kontrol kecemasan diri







NIC : Perawatan kondisi akhir kehidupan -



Identifikasi prioritas perawatan pasien



-



Bantu pasien dan keluarga untuk bersama-sama mengenali makna kematian



-



Monitor apakah terdapat kegelisahan pada pasien



-



Bantu dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar jika perlu



-



Modifikasi lingkungan,berdasarkan kebutuhan dan keinginan pasien



-



Dukung upaya keluarga untuk tetap berada di samping tempat tidur pasien



-



Fasilitasi untuk mendapatkan dukungan spiritual bagi pasien dan keluarga



2. Diagnosa : Ketidakefektifan penyangkalan b/d takut akan kematian, takut perpisahan 



NOC : Tingkat rasa takut







NIC : Dukungan spiritual -



Gunakan komunikasi teraupetik dalam membangun hubungan saling percaya dan caring



-



Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan anggota keluarga, teman, dan orang lain



-



Dorong partisipasi dalam dukungan kelompok



-



Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai sistem kepercayaan dan pandangan dunia mengenai hal tersebut



-



Dengarkan perasaan klien



-



Bantu individu untukmengekspresikan dan menyalurkan perasaan marah dengan cara yang baik dan pantas



3. Diagnosa : Harga diri rendah situasional b/d gangguan fungsi 



NOC : Citra tubuh







NIC : Peningkatan citra tubuh



-



Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan



-



Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien terkait dengan perubahan-perubahan citra tubuh yang telah diprediksikan



-



Bantu pasien untuk mendiskusikanperubahanperubahan bagian tubuh disebabkan adanya penyakit atau pembedahan, dengan cara yang tepat



-



Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada citra diri pasien



-



Bantu pasien memisahkan penampilan fisik dari perasaan berharga secara pribadi, dengan cara yang tepat



-



Bantu pasien mendiskusikan perubahanperubahan disebabkan oleh penuaan dengan cara yang tepat



-



Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri



-



Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah



4. Perawatan Paliatif pada lansia menjelang ajal Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan tindakan aktif antara lain mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis, sosial dan spiritual. Tujuan perawatan paliatif adalah mecapai kualitas hidup maksimal bagi klien lansia dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan pada klien lansia yang menjelang akhir hayatnya, juga dapat diberikan pada klien yang difonis dokter



menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau tidak ada harapan hidup lagi misalnya menderita kanker stadium 3 atau 4. Sesuai arti harafiahnya paliatif bersifat meringankan bukan menyembuhkan. Jadi perawatan paliatif diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi klien. Perawat ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim tersebut harus bekerja sesuai dengan pola dasar yang digariskan oleh WHO yaitu: a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal b. Tidak mempercepat dan menundah kematian usia lamjut c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu d. Menjaga kesimbangan psikilogis spritual e. Berusaha agar lansia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya. f. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lansia. Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikologis, ahli fisiologi terapi, pekerja sosial, medis, ahli gizi, rohaniawan,dan relawan. Keberhasilan perawatan paliatif tergantung pada bekerjasama yang efektif dan pendekatan interdisiplin tim.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernafas dan tidak menunjukkan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak. Asuhan keperawatan lansia yang menjelang ajal merupakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien lansia yang menjelang ajal untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual. Salah satu tujuan perawatan ini adalah klien lansia dan keluarganya mampu menganggap kematian sebagai proses yang normal.



DAFTAR PUSTAKA Ziliwu, Hasrat & Situngkir, Rosmina. 2010. Keperawatan Gerontik. Makassar : Pustaka As Salam. Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC. Herman, T. Heather. 2015. Nanda International inc. nursing diagnoses : definition & classification 2015 – 2017. Jakarta : EGC. Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Edition. Elsevier Inc. Bulechek, Gloria. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Elsevier Inc.