LP Menjelang Ajal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENJELANG AJAL 1. Pengertian Klien yang menjelang ajal dan anggota keluarga berduka saat mereka mengetahui kehilangan. Batasan karakteristik untuk diagnosis keperawatan duka cita adaptif termasuk penyangkalan, rasa bersalah, marah, putus asa, merasa tidak berharga, menangis dan tidak mampu untuk berkonsentrasi. Karaketristik tersebut dapat meluas hingga pikiran bunuh diri, waham dan halusinasi. 2. Tanda dan Gejala Tanda-tanda klinis menjelang kematian : 1. Kehilangan tonus otot - Relaksasi otot wajah (misalnya rahang dapat turun) - Sulit berbicara - Sulit menelan dan secara bertahap kehilangan refleks muntah - Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya disertai dengan mual, akumulasi flatus, distensi abdomen, dan referensi feses, -



terutama jika narkotik atau penenang diberikan Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat penurunan control



spinkter - Penurunan pergerakan tubuh 2. Perlambatan sirkulasi - Sensasi berkurang - Bercak dan sianosis pada ekstremitas - Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga, dan hidung (namun klien dapat merasa hangat jika terdapat peningkatan suhu tubuh) - Perlambatan dan pelemahan denyut nadi - Penurunan tekanan darah 3. Perubahan respirasi - Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal : napas berisik, disebut sebagai lonceng kematian, karena berkumpulnya lender di kerongkongan : peranapasan melalui mulut : membrane mukosa oral kering 4. Kerusakan sensori - Pandangan kabur - Kerusakan sensasi/indra perasa dan pencium



3. Pohon Masalah



Penyakit Keganasan



Tahap Menyangkal



Penyakit Kronis



Ketakutan Marah



Tahap Marah



Ansietas Kematian Kurang pasrah



Kekurangan Harapan Tahap Tawar Menawar



Kesepian Pasrah



Tahap Depresi



Tahap Penerimaan



Penyakit Terminal



Menarik Diri



Distres Spiritual



Gangguan Proses Keluarga Dukacita



4. Penatalaksanaan Medis Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegakan. Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Klien mungkin mengalami banyak gejal selama berbulan – bulan sebelum terjadi kematian. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara yang meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respect dan perhatian. a. Peningkatan Kenyamanan Kenyamaan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis (Oncologi Nursing Society and The American Nurses Association, 1979). Perawat member berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.



Peningkatan Ketenangan pada Klien Sakit Terminal Karakteristik Atau Penyebab Implikasi Keperawatan NYERI



Nyeri dapat bersifat akut atau Pemberian analgesic narkotik dengan jadwal kronis.



yang teratur. Contoh obat analgetik narkotik seperti: 1. Meperidin (Demerol) untuk nyeri kanker (kecuali meperidin) 2. Metilmorfin (Koddein)



untuk



Infark



Miokard Nyeri akibat kanker progresif 3. Fentanil (Sublimaze) 4. Butofanol (Stadol) biasanya kronis dan konsisten. 5. Hidromorfon HCL (Dilaudid) Gunakan



relaksasi,



imajinasi



terbimbing,



distraksi, dan simulator saraf perifer untuk member peredaan Gunakan kombinasi analgesic atau terapi lain



Setiap sumber iritasi fisik dapat sesuai dengan kebutuhanperubahan klien. memperburuk nyeri



Berikan narkotik sesuai program. (pemberian narkotik per oral lebih dipilih, tetapi pemberian



Ketika klien mendekati kematian, supositoria



per



rectal,



suntikan,



infuse



mulut akan tetap terbuka, lidah intravena kontinou, dan infuse intratekal juga menjadi kering dan membengkak, tersedia). dan bibir menjadi kering dan Minimalkan iritan melalui perawatn kulit, pecah – pecah.



termasuk memandikan setiap hari, lubrikasi



Refleks berkedip hilang pada saat mendekati



kematian,



menyebabkan kekeringan pada



kulit, sering mengubah posisi, dan memberikan klien tempat tidur yang kering kering dan bersih Berikan perawatan mulut yang sering setiap 2



kornea mata



sampai4 jam MUAL DAN MUNTAH



Mual dan muntah terjadi akibat Gunakan sikat gigi berbulu lembut atau swab proses penyakit (mis., kanker busa untuk perawatanmulut yang sering. (mis., Lekatkan film petroleum jelli yang tipis pada bibir dan lidah obstruksi usus), atau medikasi lambung),



komplikasi



Hilangkan keropeng dari tepi kelopak mata dan berikan perawatan mata. Kurangi kekeringan kornea dengan penggunaan air mata buatan.



KELETIHAN



Tuntutan metabolic karena kanker menyebabkan



kelemahan



dan



keletihan



Berunding dengan dokter tentang pengubahan medikasi bila memungkinkan Berikan antiemetic sebelum makan Tnyakan dokter tentang pemberian pereda



KONSTIPASI



obstruksi dengan dekompresi usus dengan



Medikasi narkotik dan imobilitas pemasangan selang nasogastrik memperlambat peristaltic Berikan perawatan mulut dan dengan cepat Kurang diet serat atau penurunan bersihkan emesis masukan cairan dapat terjadi bersama perubahan nafsu makan DIARE



Susun tujuan bersama dengan klien setelah



Diare



terjadi



akibat



proses mengidentifikasi tugas yang dihargai dan



penyakit (mis., kanker kolon) dan diinginkan, dan hemat energy klien hanya komplikasi



pengobatan



atau untuk tugas tersebut.



medikasi.



Berikan periode istirahat yang sering dalam lingkungan yang tenang.



INKONTENENSIA URINE



Inkontenensia urine terjadi akibat Tetapkan perkembangan



penyakit



waktu



dan



jarak



aktivitas



(mis., keperawatan untuk menghemat energy klien



keterlibatan medulla spinalis atau penurunan tingkat kesadaran) NUTRISI TIDAK ADEKUAT



Berikan



perawatan



preventif,



termasuk



Mual dan muntah serta penurunan meningkatkan masukan cairan (mis. Produk roti, roti gandum, dan sayuran segar dalam nafsu makan. Depresi akibat berduka dapat diet) dan berikan dorongan untuk melakukan menyebabkan anoreksia.



latihan.



DEHIDRASI



Sejalan



dengan



perjalanan



penyakit, klien kurang ingin atau Kaji adanya pengerasan feses mampu untuk mempertahankan Rundingkan dengan dokter untuk mengubah masukan cairan. medikasi jika mungkin. Bentuk kanker tertentu Berikan diet rendah sisa. menyebabkan obstruksi pada suatu bagian saluran pencernaan. POLA



PERNAPASAN



TIDAK Lindungi kulit dari iritasi atau lecet dengan



menggunakan bantalan peresap dan linen yang



EFEKTIF



Penyebabnya termasuk perjalanan penyakit kapasitas pneumonbia,



yang



melibatkan



jaringan dan



paru,



bersih Siapkan



penggunaan



kateter



urinarius



mendetap atau kateter kondom.



edema



pulmonal. Sarankan makan dengan porsi yang lebih kecil Klien juga mungkin mengalami dan makanan dilunakkan akan lebih dapat anemia berat, menyebabkan dirasakan. penurunan kapasitas oksigen. Izinkan makan makanan dari rumah, yang mungkin lebih disukai klien dan member peluang bagi keluarga untuk berpartisipasi.



Berikan peredaan terhadap rasa haus dengan menggisap



es,



menyedot



cairan,



atau



membasahi bibir. Berikan perawatan mulut dengan sering.



Posisikan klien tegak untuk meningkatkan kapasitas bernapas. Berikan oksigen tambahan sesuai program. Berikan bronkodilator sesuai program. Berikan



narkotik



sesuai



program



untuk



menekan batuk dan memudahkan pernapasan dan rasa takut. Lakukan



pengisapan



untuk



sekresi yang



menumpuk dari mulut dan tenggorokan. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri menggangu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Makin cepat klien menjelang ajal mendapat peredaan nyeri, makin banyak energy yang mereka miliki untuk berpartisipasi dalam aktivitas kualitas hidup. Pemberian kenyamanan bagi klien sakit terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit atau pemberian terapi yang didapat klien. Hygiene personal adalah bagian rutindari mempertahankan kenyamanan klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat atau keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Bila memungkinkan, klien membuat keputusan mereka sendiri tentang perawatan. b. Pemeliharaan Kemandirian



Pilihan yang penting bagi klien menjelang ajal adalah memilih tempat perawatan. Banyak pilihan tempat selain dari perawatan akut di rumah sakit. Perawatan hospice memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus menginformasikan klien tentang pilihan ini. Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mugkin



mapan-diri.



Mengizinkan



klien



klien



untuk



melakukan



tugassederhana seprti mandi, memasang kacamata, dan makan akan mempertahankan martabat dan rasa makna-diri. Ketika klien tidak mampu secara fisik untuk melakukan perawatan diri, perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol diri klien. Perawat mencari isyarat non-verbal yang menunjukkan ketidakinginan berpartisipasi dalam perawatan. Perawat tidak boleh memaksakan pertisipasi, terutama sekali jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Keluarga yang kuatiran sering cenderung mengambil alih untuk klien. Perawat dapat member dorongan kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan. Jika perawatan dilakukan di rumah, rutinitas normal mungkin ditetapkan untuk membantu menciptakan rasa kontrol diri. c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi Jika perawat tidak terikat atau menghindari pembahasan tentang situasi yang dialami klien, maka klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian



yang



mendalam.



Perawt



membutuhkan



kesadaran



dan



pengalaman untuk merespons secraa efektifterhadap klien menjelang ajal. Sering kali perawat yang belum pernah merawat klien menjelang ajal mendapati kesulitan untuk memberikan dukungan yang diperlukan bagi mereka yang meninggal. Kematian menimbulkan kegagalan bagi banyak pemberi perawatan kesehatan. Lebih jauh lagi, proses menjelang ajal dapat menyebabkan klien menjadi tidak menyenangkan. Jika kondisi dapat menyebabkan bau yang menyengat, inkontinensia, kebingungan, atau menyerang, maka perawat mungkin menghindari klien. Di rumah sakit, seseorang menjelang ajal sering ditempatkan di ruang tersendiri untuk menghindari pemajanan terhadap orang lain tentang penderitaan. Ruangan klien mungkin diterangi dengan penerangan redup, tirai mungkin



dipasang, dan suara dikurangi. Tanpa stimulasi sensori yang bermakna orang yang menjelang ajal mungkin merasa diabaikan dan diisolasi. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi



untuk



meningkatkan



kualitas



lingkungan.



Klien



menjelangb ajal tidak harus secara rutin ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan keterlibatan ketika diarawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien kemudian juga dapat berbagi percakapan dan kehadiran dengan klien lain satu ruangan dan penjenguk. Namun demikian, ketika klien meninggal, perawat



harus



member



perhatian



pada



klien



seruangan



karena



memperhatikan orang meninggal dapat sangat menakutkan. Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna



dengan



menenangkan klien. Ruangan di rumah sakit atau rumah harus diberi pencahayaan yang baik dan diatur agar manrik dan harus memberikan pandangan yang menstimulasi. Gambar, benda yang menyenangkan, kartu atau surat dari anggota keluarga, dan tumbuhan hidup menghibur klien. Barang kali hal terpenting dalam mencagah kesepian adalah keterlibatan klien dengan anggota keluarag dan teman. Keluarga dan teman klien dapat lebih mudah berinteraksi dengan klien di rumah. Di rumah



sakit



atau



fasilitas



perawtaan



lainnya,



penjenguk



harus



diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Jika klien dirawat bersama klien lain, perawat harus memastikan bhawa penjenguk tidak mengganggu klien lain dalam satu ruangan. Jika beberapa anggota keluarga menjenguk atau ingin tetep bersama klien, mungkin diperlukan ruangan khusus. Klien menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di samping tempat tidur. Perawat harus mengetahui cara menghubungi anggota keluarga jika kunjungan diperlukan atau kondisi klien memburuk. Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak boleh merasa bersalah jika mereka tidak dapat selalu memberikan dukungan ini. Namun demikian, perawatan membutuhkan waktuyang panjang untuk klien. Perawat harus mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan memperlihatkan



perhatian dan keharuan. Untuk memberikan perawatan yang diperlukan oleh klien menjelang ajal, mungkin ada baiknya untuk member dorongan dan dukungan pada keluarga klien atau orang terdekat klien untuk tetap bersama klien. d. Peningkatan Ketenangan Spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta kunjungan rohaniawan. Perawat dapat membri dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehhidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekpresikan tentang nilai dan keyakinan. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien menjelang ajal dapat merasa bersalah jika hidup mereka tidak dianggap sebagai tidak bermakna. Klien mungkinminta pengampunan, baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapan dan cinta. Cinta dapat dengan baik diekpresikan melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati. Perawatanatau keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan klien, membaca literature yang member inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya ditawarkan jika diminta oleh klien atau keluarga. Membawakan doa atau berdoa sebagai cara menutup suatu diskusi tidak memenuhi perasaan klien. (Stepnick & Perry, 1992) e. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk memberikan dukungan. Dalam lingkungan institusi, keluarga sering mengalami kesulitan dalam memberikan dukungan. Perawat harus menggali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.



Penyuluhan Klien untuk Keluarga dari Klien Menjelang Anjal OBJEKTIF



 Keluarga mampu menunjukkan tindakan perawatan dasar untuk klien STRATEGI PENYULUHAN  Menggambarkan dan memperagakan teknik menyuapi klien dan pemilihan makanan untuk memfasilitasi kemudahan mengunyah dan menelan.  Memperagakan cara memandikan, merawat mulut, dan tindakan hygiene lainnya, dan membiarkan keluarga untuk melakukan peragaan kembali.  Pertunjukkan video tentang teknik pemindahan klien yang sederhana untuk mencegah mencederai diri sendiri dank lien; bantu keluarga mempraktikkan teknik tersebut  Intruksikan keluarga tentang pentingnya memberikan periode istirahat  Ajarkan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala yang akan terjadi ketika kondisi klien memburuk dan informasi kepada siapa harus menghubungi dalam keadaan darurat  Diskusikan cara mendukung klien menjelang ajal dan dengarkan kebutuhandan rasa takutnya  Munculkan pertanyaan dari keluarga dan berikan informasi sesuai kebutuhan EVALUASI  Keluarga melakukan perawatan klien secara mandiri  Mengamati keluarga dank lien berinteraksi dengan menggunakan keterampilan komunikasi Menghargai dukacita adalah langkah pertama perawat dalam mengembangkan hubungan suportif dengan keluarga. Ketika keluarga merasakan perhatian perawat, mereka sering lebih rela untuk berbagi perasaan. Jika klien di rawat di rumah sakit, perawat dapat menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga dengan menjelaskan peralatan yang digunakan. Sebagian besar keluarga ingin mengetahui di mana selang atau peralatan di pasang dalam tubuh klien, apakah alat tersebut menimbulkan sakit, mengapa alat tersebut dibutuhkan, dan kapan alat tersebut akan dilepaskan (Doka, 1993).



Sebelum menggunakan anggota keluarga sebagai sumber, perawat harus menetapkan apakah mereka ingin dilibatkan. Beberapa anggota keluarga tidak ingin dilibatkan. Perawat mengkaji peran keluarga sebagai pengamat, penenang, atau pemberi perawatan. Peran mereka sering berubah. Di rumah keluarga menjadi lebih terlibat dalam perawtan klien. Mereka harus mengetahui apa yang dirahapkan terjadi. Penyakit terminal menempatkan tuntutan yang besar pada sumber social dan financial. Ketegangan emosional sering menggangu saluran komunikasi normal. Keluarga mungkintakut untuk berinteraksi dengan klien. Benoliel (1985) menggambarkan situasi yang membuat sulit bagi keluarga untuk mengatasi tuntutan penyakit terminal. Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. f. Perawatan Hospice Hospice telah dibentuk setidaknya pada abad kelima masehi tetapi hampir menghilang hingga tahun 1800-an. Keinginan untuk mengubah perawatan tradisional bagi klien menjelang ajal telah mengarahkan pembentukan kembali program hospice. Program hospice adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dengan program hospice mempunyai waktu untuk hidup 6 bulan atau kurang. Program hospice dimulai di Irlandia pada tahun 1879, yang kemudian dibentuk di Inggris, dan kemudian sampai di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1970-an (Kastenbaum, 1991). Terdapat beberapa tipe program hospice. Perawatan akut di rumah sakit dan fasilitas perawatan jangka panjang sering mempunyai unit terpisah dan merancang tempat tidur untuk perawatan hospice. Tim dari berbagai disiplin



ilmu



yang



keluarganya.komponen



terlatih



bekerja



perawatan



sama



rumah



dari



dengan



klien



program



dan



hospice



dioperasikan oleh rumah sakit atau lembaga perawatan kesehatan yang terpisah. Selain program hospice yang berafiliasi dengan rumah sakit dan



fasilitas perawatan jangka panjang, terdapat juga program yang merawat klien di rumah. Pitorak (1985) menggambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut. 1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan di bawah administrasi rumah sakit. 2) Control gejala (fisik, fisiologis, dan spiritual) 3) Pelayanan yang diarahkan dokter 4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri atas dokter, 5) 6) 7) 8) 9)



perawat, rohaniawan, pekerja social, dan konselor. Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu Klien dan keluarga sebagai unit perawatan Tindak lanjut kehilang karena kematian setelah kematian klien Penggunaan tenaga suka rela terlatih sebagai bagian dari tim Penerimaan ke dalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengontrol



gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpatisipasi dalam perawatan. Perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien di rumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung kel 6. Pengkajian Keperawatan Untuk mendapatkan data dasar lengkap yang memungkinkan analisis akurat dan identifikasi diagnosis keperawatan yang tepat untuk klien menjelang ajal dan keluarga mereka, perawat pertama kali perlu mengetahui status pemahaman yang ditunjukkan oleh klien dan anggota keluarga  Wawancara pengkajian klien menjelang ajal Tanyakan kepada pasangan, rekan, atau orang terdekat : 1. Pernahkah anda dekat dengan seseorang yang sebelumnya menjelang ajal? 2. Apa yang pernah dikatakan kepada anda mengenai sesuatu yang mungkin terjadi apabila terjadi kematian? 3. Apakah anda mempunyai pertanyaan mengenaai apa yang mungkin terjadi di saat kematian? 4. Menurut anda, bagaimana anda akan mengatakan selamat tinggal: 5. Bagaimana anda merawat diri sendiri selama ini? 6. Kepada siapa anda meminta bantuan pada masa ini?



7. Apakah ada orang yang ingin anda hubungi melalui saya saat ini atau saat kematian terjadi? 7. Diagnosa Keperawatan a. Dukacita Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga dan komunitas



memasukkan



kehilangan



yang



actual,



adaptif



atau



dipersepsikan kedalam kehidupan sehari-hari mereka. 1) Batasan karakteristik  Perubahan tingkat aktivitas  Perubahan pola mimpi  Perubahan fungsi imun  Gangguan fungsi neuroendokrin  Marah  Menyalahkan berpisah/menarik diri  Putus asa  Disorganisasi/ kacau  Gangguan pola tidur  Mengalami kelegaan  Memelihara hubungan dengan almarhum/ah  Membuat makna kehilangan  Kepedihan  Perilaku panic  Pertumbuhan personal  Distress psikologis  Menderita 2) Faktor Yang Berhubungan  Mengantisipasi kehilangan yang bermakna (mis., kepemilikan,   



pekerjaan, status, rumah, bagian dan proses tubuh) Mengantisipasi kehilangan orang terdekat Kematian orang terdekat Kehilangan objek penting (mis., kepemilikan, pekerjaan, status,



rumah, bagian dan proses tubuh) b. Gangguan Proses Keluarga Perubahan dalam hubungan dan/ atau fungsi keluarga 1) Batasan Karakteristik  Perubahan dalam tugas yang telah ditetapkan  Perubahan ketersediaan untuk menunjukkan respons kasih saying  Perubahan dalam ketersesiaan untuk dukungan emosi  Perubahan dalam pola komunikasi  Perubahan dalam ekspresi konflik dengn sumber komunitas  Perubahan dalam ekspresi konflik di dalam keluarga  Perubahan dalam dukungan bersama



 Perubahan dalam partisipasi di dalam penyelesaian masalah  Perubahan di dalam partisipasi di dalam membuat keputusan  Perubahan dalam kepuasan terhadap keluarga  Perubahan dalam keluhan somatic  Perubahan dalam keintiman  Perubahan dalam persatuan kekuatan  Perubahan dalam ritual  Perubahan dalam perilaku meredakan stres 2) Faktor Yang Berhubungan  Krisis perkembangan  Transisi perkembangan  Interaksi dengan komunitas  Modifikasi dalam keuangan keluarga  Modifikasi dalam status sosial keluarga  Pergeseran kekuatan anggota keluarga  Pergeseran peran keluarga  Pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga  Situasi transisi  Krisis situasi c. Ansietas Kematian Perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar yang ditimbulkan oleh persepsi ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang 1) Batasan Karakteristik  Menyatakan kekhawatiran membebani pemberi asuhan  Menyatakan kesedihan yang mendalam  Menyatakan ketakutan mengalami sakit terminal  Menyatakan ketakutan kehilangan kemampuan mental saat       



menjelang ajal Menyatakan ketakutan cepat mati Menyatakan ketakutan terhadap proses menjelang ajal Menyatakan ketakutan akan menjelang ajal yang berlangsung lama Menyatakan ketakutan menderita terkait menjelang ajal Menyatakan perasaan tidak berdaya menjelang ajal Menyatakan pikiran negartif terkait kematian dan menjelang ajal Meyatakan kekhawatiran mengenai dampak kematian seseorang



terhadap orang terdekat 2) Faktor yang Berhubungan  Mengantisipasi efek merugikan anesthesia umum  Mengantisipasi dampak kematian pada orang lain  Mengantisipasi nyeri  Mengantisipasi penderitaan  Konfrontasi terhadap realita penyakit terminal  Pembahasan mengenai topic kematian  Mengakami proses menjelang ajal



 Hampir mengalami kematian  Tidak menerima kematian sendiri  Observasi terkait kematian  Merasa dekat dengan kematian  Ragu mengenai menghadapi kekuatan yang lebih tinggi  Ragu mengenai eksistensi/keberadaan kekuatan yang lebih tinggi  Ragu/tidak percaya dengan kehidupan setelah kematian  Ragu/tidak percaya dengan prognosis d. Distres spiritual Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri 1) Batasan Karakteristik a) Hubungan dengan Diri Sendiri  Marah  Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)  Mengungkapkan kurangnya motivasi  Mengungkapkan kurang dapat memanfaatakan diri sendiri  Mengungkapkan kekurangan harapan  Mengungkapkan kekurangan cinta  Mengungkapkan kurangnya makna hidup  Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup  Mengungkapkan kekurangan ketenangan (mis., kedamaian)  Merasa bersalah  Koping tidak efektif b) Hubungan dengan Orang Lain  Mengungkapkan rasa terasing  Menolak interaksi dengan orang yang diaanggap penting  Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual  Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari sistem pendukung c) Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam  Tidak berminat pada alam  Tidak minat membaca literature spiritual  Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi



kreativitas



sebelumnya (mis., menyanyi/mendengarkan/music/menulis) d) Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar daripada dirinya sendiri  Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih  



besar dari dirinya Mengungkapkan telah diabaikan Mengungkapkan ketidakberdayaan



 Mengungkapkan penderitaan  Ketidakmampuan berinstrospeksi  Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas  Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan  Ketidakmampuan berdoa  Meminta menemui pemimpin keagamaan  Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual 2) Faktor Yang Berhubungan  Menjelang ajal  Ansietas  Sakit kronis  Kematian  Perubahan hidup  Kesepian  Nyeri  Keterasingan diri  Keterasingan sosial  Gangguan sosiolultural 8. Rencana Keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1 Dukacita



Tindakan dan Kriteria Hasil Intervensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengalaman masa keperawatan selama 3x24 jam



lalu pasien/keluarga



diharapkan



berhasil



tentang kehilangan,



dengan



keberadaan system



mengatasi



pasien duka



cita



kriteria hasil : Pasien dan keluarga akan 1. Menunjukkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat tentang kehilangan yang dirasakan 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keprcayaan spiritual tentang kehilangan 3. Menyatakan secara verbal ketakutan dan kekhawatiran tentang potensial kehilangan 4. Berpartisipasi dalam penyelesaian proses dukacita 5. Tidak menunjukkan distress somatic



pendukung, dan penyelesaian dukacita saat ini 2. Ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal 3. Ajarkan fase – fase proses dukacita, jika perlu 4. Bantu pasien/keluarga untuk mengungkapkan ketakutan/kekhawatiranny a secara verbal terhadap potensial kehilangan,



6. Mengungkapkan perasaan



tentang produktivitas, kebergunaan, keberdayaan,



termasuk dampak pada unit keluarga 5. Anjurkan pasien untuk mengekpresikan perasaan



dan optimisme



tentang kehilangan 6. Anjurkan paien mengidentifikasi perasaan yang paling dalam tentang kehilangan



7. Dorong keluarga untuk melibatkan klien dalam rutinitas dan aktivitas keluarga sebanyak mungkin 2



Gangguan Keluarga



Proses Setelah



dilakukan



tindakan 1. Kaji interaksi antara



keperawatan selama 3x24 jam



pasien dan keluarga,



diharapkan



waspada terhadapa



memperlihatkan



pasien



tidak gangguan



proses keluarga dengan kriteria hasil : 1. Memahami perubahan dalam peran keluarga 2. Mengidentifikasikoping keluarga 3. Berpartisipasi dalam proses membuat keputusan tentang



potensial perilaku merusak 2. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga 3. Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal



perawatan seksual rawat inap 4. Berikan penguatan positif 4. Berfungsi untuk saling terhadapa penggunaan memberikan dukungan mekanisme koping yang kepada setiap anggota efektif keluarga 5. Mengidentifikasi cara untuk



berkoping secara efektif 5. Bantu kelrga untuk menyelesaikan konflik 3



Ansietas Kematian



Setelah



dilakukan



tindakan 1. Pantau tanda dan gejala



keperawatan selama 3x24 jam diharapkan



ansietas



ansietas, sumber ansietas



kematian



mereda dengan kriteria hasil : 1. Mempertahankan kenyamanan psikologis selama proses menjelang ajal 2. Mengungkapkan secara verbal perasaan (misalnya,



2. Berikan informasi



marah, sedih, atau



mengenasi penyakit dan



kehilangan) dan pikiran



prognosis pasien



denagn staf perawat dan/ atau orang terdekat 3. Mengungkapkan penurunan perasaan ansietas 3. Berikan jawaban langsung 4. Mengungkapakankekhawatir dan jujur terhadap an tentang bagaimana pertanyaan pasien tentang kematian akan proses menjelang memperngaruhi orang kematian terdekat 4. Dukung kebutuhan 5. Mengidentifikasi area control spiritual tanpa pribadi memaksakan kepercayaan 6. Mengekspresikan perasaan perawat kepada pasien positif mengenai hubungan dengan orang terdekat 5. Dorong pasien untuk 7. Meneriman keterbatasan dan mengekspresikan mencari bantuan sesuai perasaan kepada orang kebutuhan terdekat 6. Luangkan waktu bersama pasien untuk mengatasi rasa takut ditinggal



sendiri 7. Berikan kenyamanan fisika dan keamanan



8. Dorong anggota keluarga untuk hadir sesering mungkin sesuai harapan pasien; tetapinformasikan mereka; dorong mereka untuk menyentuh dan dekat secara fisik dengan pasien A. Daftar Pustaka Bunker Rosdahl, Caroline. 2015. Keperawatan Dasar Edisi 10. Jakarta : EGC Herdman, T Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC Kozier.Erb. 2010. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. Jakarta : EGC Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC Respati Ambarwati, Fitri. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua Satria Offset Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC