Askep Pneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA DI RUANG ICU RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG



DISUSUN OLEH :



I GEDE WARTAMA NIM : SN1721037



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018/2019



LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA I.



KONSEP PENYAKIT



a. Definisi Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai. b. Etiologinya Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi dapat juga oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal: 1. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral 2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti berilium 3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes thermofilik. 4. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate 5. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen 6. Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik pneumonia 7. Microorganisma



GROUP Bacteri



PENYEBAB Streptococcos pneumonia



TYPE PNEUMONIA Pneumonia bacteri



Streptococcus piogenes Stafilococcus aureus Klebsiella pneumonia Eserikia koli Yersinia pestis Legionnaires bacillus



Legionnaires disease



A. Israeli



Aktinomikosis pulmonal



Nokardia asteroids



Nokardiosis pulmonal



Kokidioides imitis



Kokidioidomikosis



Histoplasma kapsulatum



Histoplasmosis



Blastomises dermatitidis



Blastomikosis



Aspergillus



Aspergilosis



Fikomisetes



Mukormikosis



Riketsia



Koksiella Burnetty



Q Fever



Klamidia



Chlamidia psittaci



Psitakosis,Ornitosis



Mikoplasma



Mikoplasma pneumonia



Pneumonia mikoplasmal



Virus



Infulensa virus, adenovirus Pneumonia virus



Aktinomyctes



Fungi



respiratory syncytial Pneumosistis karini Protozoa



Pneumonia



pneumistis



(pneumonia plasma sel)



c. Manifestasi /Gambaran Klinis Gambaran klinis biasanya didahului olek infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 derajat C, sakit tenggorok, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadangkadang berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian sakit tertinggal waktu bernafas dengan suara nafas bronchial kadang-kadang melemah. Didapatkan ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi. 1. Community Acquired Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapatkan di masyarakat, terjadinya infeksi di luar rumah sakit. 2. Hospital Acquirted Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapat selama penderita dirawat di rumah sakit. Hampir 1 % dare penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatan dan 1/3nya mungkin akan meninggal. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di ICU lebih dare 60 % menderita pneumonia. 3. Pneumonia in the immunocompromised host yaitu, yang terjadi akibat terganggunya system kekebalan tubuh. Macula ini semakin meningkat dengan penggunaan obat-obatan sitotoksik dan imunosupresif, hal ini akibat dare merningkatnya kemajuan di bidang pengobatan penyakit keganasan dan transplantasi organ. d. Gambaran Patogenesis Dalam



keadaan



sehat,



paru



tidak



akan



terjadi



pertumbuhan



mikroorganisme, keadan ini disebabkan oleh adanya mekanismer pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya than tubuh, mikroorganisme, dan lingkuingan sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit. Masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, yaitu :



-



Inhalsi langsung dare udara



-



Aspirasi dare bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orfaring



-



Perluasan langsung dare tempat-tempat lain



-



Penyebaran secara hematogen



Gambaran patologis dalam batas-batas tertentu, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya yaitu : 1. Pneumonia bakteri Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus. 2. Pneumonia Pneumokokus Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, karena pengaruh gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan : -



kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolusalveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi



-



hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus



-



hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-parub tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.



-



Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh



mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tibatiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang mempunyai resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell, multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus. 3. Pneumonia Stafilokokus Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia. 4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya. 5. Pneumonia pseudomonas Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat



imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi peralatan ventilasi. 6. Pneumonia Virus Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak yang fatal atau pneumonitis difus. 7. Pneumonia Mikoplasma Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin. 8. Pneumonia Aspirasi Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kematian yang tibatiba, karena adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia



selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi dapat juga terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofarengeal dapat keluar dare mulut. 9. Pneumonia Hypostatik Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya 10. Pneumonia Jamur Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya di US, hystoplasmosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis (barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang dapat ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi, bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang lama juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.



e. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 – 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. f. Gambaran Radiologi Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi. Gambaran konsolidasi dengan air bronchogram (pneumonia lobaris), tersering disebabkan oleh streptococcus pneumonia. Gambaran radiologis pada pneumonia yang disebabkan clebsibella sering menunjukan adanya konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan, kadang dapat mengenai beberapa lobus. Gambaran lainya dapat berupa bercak daan cavitas. Kelainan radiologis lain yang khas yaitu penebalan (bulging) fisura inter lobar. Pneumonia yang disebabkan kuman pseudomonas sering memperlihatkan adanya infiltrasi bilateral atau gambaran bronchopneumonia. Firus dan mycoplasma sering menyebabkan pneumonia interstisial terutama radang sptum alveola. Pada pemeriksaan radiologis terlihat gambaran retikuler yang difus.



e. PATHWAYS



Bakteri Stafilokokus aureus Bakteri Haemofilus influezae  



Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh







Kontaminasi peralatan RS Saluran Pernafasan Atas



Kuman berlebih di



Kuman terbawa di



bronkus



saluran pencernaan



Proses peradangan



Infeksi saluran



Dilatasi



pencernaan



pembuluh darah



Peningkatan suhu



Edema antara kaplier dan alveoli



Akumulasi sekret



Peningkatan flora



di bronkus



normal dalam usus



Bersihan jalan



Mukus bronkus



Peningkatan



nafas tidak



meningkat



peristaltik usus



Bau mulut tidak



Malabsorbrsi



efektif



Infeksi Saluran Pernafasan Bawah



sedap Anoreksia



Eksudat plasma



Septikimia



masuk alveoli Gangguan difusi dalam plasma Gangguan pertukaran gas



Diare



Iritasi PMN eritrosit pecah



Peningkatan



Edema paru



metabolisme Evaporasi



Pengerasan



meningkat



dinding paru Penurunan compliance paru



Intake kurang



Nutrisi kurang dari



Gangguan



Suplai O2



keseimbangan



menurun



cairan dan eletrolit



Hipoksia



kebutuhan Hiperventilasi



Metabolisme Dispneu



g. Penatalaksanaan



Retraksi dada / nafas cuping hidung



anaeraob meningkat Akumulasi asam laktat Fatigue



Gangguan pola nafas



Intoleransi aktivitas



1



Koreksi kelainan yang mendasari.



2



Tirah baring.



3



Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol (pada hipereksia), morfin (pada nyeri hebat).



4



Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan infus, dekstrose 5%,normal salin atau RL.



5



Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman penyebab.



6



Pertahankan jalan nafas



7



oksigenasi



II.



ASUHAN KEPERAWATAN 1.



PENGKAJIAN b. Riwayat Penyakit c. Pengkajian Fokus



d. Pemeriksaan fisik



2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1



Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)



2



Gangguan



pertukaran



gas



berhubungan



dengan



perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166) 3



Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177) 3. PERENCANAAN KEPERAWATAN



FOKUS INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum Tujuan : 4.



Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas



5.



Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret



Hasil yang diharapkan : 6.



Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas



7.



Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas



8.



Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.



Intervensi : a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan



dengan adanya bunyi nafas adventisius b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk. Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada. f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung. Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen. Tujuan : - Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan. Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan - Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi Intervensi : - kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum - Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap



demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia. - Kaji status mental Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia. - Awsi frekuensi jantung/ irama Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi. - Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. -Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi. - Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli Tujuan: - Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih Intervensi : -Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas. -Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil. -Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. -Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.



-Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum. -Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. - Berikan humidifikasi tambahan Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan. -Bantu fisioterapi dada, postural drainage Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus. 4. EVALUASI



DAFTAR PUSTAKA Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta