5 0 431 KB
ASUHAN KEPERAWATAN ABSES SUBMANDIBULA PADA Tn. B DI RUANG HCU RSAD DR. R. ISMOYO KENDARI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X STIKES MANDALA WALUYA KENDARI 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES SUBMANDIBULA
A. DEFINISI Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi kibat atau infeksi bakteri. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001). Abses submandibula di defenisikan sebagai terbentuknya abses pada ruang potensial di region submandibula yang disertai dengan nyeri tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kuman
penyebab
infeksi
terbanyak
adalah
golongan
Streptococcus,
Staphylococcus, kuman anaerob Bacteroides atau kuman campur. Abses leher dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring dan angina Ludovici (Ludwig’s angina). Ruang submandibula merupakan daerah yang paling sering terlibat penyebaran infeksi dari gigi. Penyebab lain adalah infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas
1
atas, trauma, benda asing, dan 20% tidak diketahui fokus infeksinya. Komplikasi dapat diperberat karena adanya kelainan ginjal seperti uremia dan kelainan jantung seperti old MCI, dimana komplikasi yang diperberat dengan penyakit penyerta dapat menyebabkan kematian. B. ETIOLOGI Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain: 1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril. 2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. 3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : 1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi 2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang 3. Terdapat gangguan sistem kekebalan. Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi.
Peradangan
ini
menyebabkan
adanya
pembengkakan
didaerah
submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan
2
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tandatanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob. Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah. Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus mylohyoid. infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah Stafilokokus, Streptococcus sp, Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.
3
C. PATOFISIOLOGI / PATHWAY Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
4
PATHWAY ABSES MANDIBULA Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat luka atau infeksi bakteri Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di
Bakteri menyebar dari suatu infeksi
Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang
dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
dibagian tubuh yang lain
berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses bakteri
Kurang pengetahuan
Jaringan sel
ttg penyakit
terinfeksi
Kerusakan jaringan
Sel darah putih mati
cemas
Pengeluaran mediator
rubor
kimia
Jaringan menjadi
infeksi
abses dan berisi Merangsang nosiseptor
peradangan
PUS
dolor calor
PECAH Merangsang
Nyeri
nervus
tumor demam Kerusakan integritas
hipoglosus
Gangguan pola tidur
jaringan
Gangguan
hipertermi
mengunyah dan Menstimulasi RAS
menelan Ketidaknyamanan mulut
REM menurun
Klien terjaga
Nutrisi kurang dari anoreksia
kebutuhan
5
D. MANIFESTASI KLINIS Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa : 1. Nyeri 2. Nyeri tekan 3. Teraba hangat 4. Pembengakakan 5. Kemerahan 6. Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh. Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. E. KOMPLIKASI Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Infeksi dari submandibula paling sering meluas ke ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis. Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor
6
melewati musculus pterygoid medial kemudian ke parafaring. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya. Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum menyebabkan medistinitis. Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehimgga terjadi perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septicemia. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain: 1. Kultur Mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas menentukan obat yang paling efektif. 2. Sel darah putih Hematokrit mungkin meningkat, Leukopenia, Leukositosis (15.000-30.000) mengindikasikan produksi sel darah putih tak matur dalam jumlah besar. 3. Elektrolit serum Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan acidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal 4. Pemeriksaan pembekuan Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit, PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
7
5. Laktat serum Meningkat dalam acidosis metabolic, disfungsi hati, syok. 6. Glukosa serum Hiperglikemi menunjukkan glukogenesis dan glikogenesis di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolism. 7. BUN/Kreatinin Peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan/ kegagalan ginjal dan disfungsi/kegagalan hati. 8. GDA Alkalosis
respiratori
hipoksemia,tahap
lanjut
hipoksemia
asidosis
respiratorik dan metabolic terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi. 9. Urinalisis Adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul protein dan sel darah merah. 10. Sinar X Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas di dalam abdomen/organ pelvis. 11. EKG Dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T,dan disritmia yang menyerupai infak miokard.
8
G. PENATALAKSANAAN Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah : 1. Antibiotik (parenteral) Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positif dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan. 2. Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari. 3. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses. Bila abses belum terbentuk, dilakukan panatalaksaan secara konservatif dengan antibiotik IV, setelah abses
9
4. terbentuk (biasanya dalam
48-72 jam)
maka evakuasi abses dapat
dilakukan. 5. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan.
10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. B DENGAN DIAGNOSA ABSES SUBMANDIBULARIS DI RUANG HCU BAD 3 RSAD. DR.R .ISMOYO KENDARI 1. PENGKAJIAN A. Identitas Klien Nama
: Tn. B
Umur
: 55 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Agama
: Kristen
Suku/Bangsa
: Manado/Indonesia
Status Perkawinan
: Sudah Menikah
Alamat
: Gorontalo
Tanggal/ Jam Masuk RS
: 19-11-2019/ 04.55 WITA
Tanggal/ Jam Operasi
: 20-11-2019/ 09.00 WITA
Tanggal/ Jam Masuk HCU : 20-11-2019/ 12.00 WITA Diagnosa Medis
: Abses Submandibulla
Tanggal Pengkajian
: 20-11-2019
Hari Dan Waktu
: Rabu/16.00 WITA
No. Rekam Medik
: 106-92-86
Status Pembayaran
: Umum
Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny. G
Agama
: Kristen
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
:-
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Alamat
: Gorontalo
Hubungan Dengan Klien : Istri 22
2. Keluhan Utama : Klien mengatakan badannya terasa panas pasca operasi 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan ± 2 minggu yang lalu terjadi pembengkakan pada dagu sebelah kanannya setelah memecahkan bisul yang terdapat pada dagunya. Panjang benjolan 10 cm dan lebar 9 cm disertai pus dan nyeri saat menelan. b. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan pernah menderita DM dan operasi Katarak pada tahun 2017. c. Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama.
4. Genogram
?
?
?
?
?
55 thn
27t hn
?
?
26 thn
20 thn
16 thn
?
40 thn
6 thn
2 thn
?
?
Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Meninggal : Klien
?
: Umur tidak diketahui 22
5. Basic Promoting physiology of Health a. Aktivitas dan Latihan 1) Pekerjaan : klien mengatakan aktivitas sehari harinya bekerja sebagai awak kapal di salah satu perusahaan nikel. 2) Olah raga rutin : klien mengatakan sering mengangkat barang Frekuensi: ± 3 kali dalam sehari. 3) Alat bantu : klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam melakukan aktivitasnya 4) Terapi : klien mengatakan tidak pernah mendapatkan terapi sebelumnya. 5) Kemampuan melakukan ROM : aktif 6) Kemampuan ambulasi dan ADL : mandiri b. Tidur dan Istirahat 1) Lama tidur : 4 jam 2) Kesulitan tidur di RS : klien mengatakan tidak mengalami susah tidur 3) Alasan
:-
4) Kesulitan tidur
:-
c. Kenyamanan dan Nyeri Palliative/Profokatif : akibat pembengkakan di dagu yang mengarah ke leher Quality : klien mengatakan nyeri seperti teriris-iris Region : supra mandibularis
Depan
Belakang
Scale : skala nyeri 5 Time : klien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul
22
d. Nutrisi 1) Frekuensi makan : 10 sendok perhari 2) Berat badan / tinggi badan : 60 Kg / 165 CM 3) IMT : 22 4) BB dalam 1 bulan terakhir : turun 10 kg 5) LILA : 28 cm 6) Jenis makanan : bubur 7) Makanan yang disukai : makanan khas Manado 8) Makanan pantang : makanan tinggi gula 9) Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan berkurang karena nyeri saat menelan dan lidah terasa pahit 10) Masalah pencernaan : klien mengatakan kesulitan menelan dan merasakan mual dan muntah 11) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : klien mengatakan pernah operasi katarak pada tahun 2017. 12) Diit RS : tidak habis, hanya 10 sendok makan/ hari 13) Kebutuhan pemenuhan ADL makan: terpasang NGT e. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa 1) Frekuensi minum : sering konsumsi air/hari: 1,5 liter/hari 2) Turgor kulit : Baik 3) Support IV Line : Ya, Jenis : 1. NaCL 0,9% dosis 24 Tpm 2. Paracetamol Dosis 100 mL 4) Intake
: ± 3426 CC
5) Output
: ± 2440 CC
6) Balance Cairan
: ± 986 CC
f. Oksigenasi 1) Sesak nafas : klien mengatakan tidak sesak nafas a) Frekuensi : 20 kali/menit b) Kapan terjadinya : c) Kemungkinan faktor pencetus : 22
d) Faktor yang memperberat : e) Faktor yang meringankan : 2) Batuk : klien tidak nampak batuk 3) Sputum : tidak ada 4) Nyeri dada : tidak ada 5) Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: 6) Riwayat penyakit : klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus 7) Riwayat merokok : pasif g. Eliminasi fekal/bowel 1) Frekuensi : klien mengatakan belum BAB selama 4 hari pasca operasi. 2) Waktu : 3) Warna : 4) Gangguan eliminasi bowel : 5) Kebutuhan pemenuhan ADL bowel : h. Eliminasi urin 1) Frekuensi : 2) Warna : 3) Gangguan eliminasi bladder : 4) Riwayat dahulu : 5) Penggunaan kateter : ya 6) Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : dengan bantuan 7) Keluhan : tidak ada i. Sensori, persepsi dan kognitif 1) Gangguan penglihatan : tidak 2) Gangguan pendengaran : tidak 3) Gangguan penciuman : tidak 4) Gangguan sensasi taktil : tidak 5) Gangguan pengecapan : ya 6) Riwayat penyakit : eye surgery 6. Pengkajian Fisik 22
a. Keadaan Umum Klien : klien nampak lemah dengan tingkat kesadaran compomentis b. Vital Sign : TD : 150/90 mmHg N : 80 x/menit P : 20 x/menit S : 39o C c. Antropometri Sebelum sakit TB : 165 cm BB : 75 Kg Saat sakit TB : 165 cm BB : 60 Kg d. Kepala Inspeksi : bentuk bulat, rambut hitam lurus, kulit kepala bersih tidak ada ketombe namun sedikit berminyak Palpasi : tidak ada massa, benjolan ataupun lessi e. Kulit Warna Kulit : coklat Turgor Kulit : Baik Lesi : ada lesi Edema : adanya oedema pada punggung tangan akibat pemasangan infus Peradangan : peradangan pada area tepi luka f. Penglihatan Inspeksi : Pergerakan bola mata normal, Konjungtiva nampak tidak pucat, sclera tidak ikterik, reflex pupil terhadap cahaya baik g. Penciuman atau penghidung Inspeksi: hidung simetris tidak terdapat polip h. Pendengaran / telinga Inspeksi : daun telinga dan liang telingah tampak bersih 22
i. Mulut Inspeksi: mulut bersih, mukosa bibir kering j. Dagu Inspeksi: k. Leher Inspeksi : normal, tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid l. Dada/pernafasan Inspeksi : bentuk normal, frekuensi pernafasan 20x permenit dengan irama teratur Palpasi : tidak ada nyeri tekan Auskultasi : suara nafas vesikuler m. Abdomen Inpeksi : warna kulit putih, tidak ada luka, tidak ada edema Palpasi : tidak ada massa ataupun nyeri tekan Perkusi : bunyi tympani n. Genitalia Klien mengatakan tidak ada keluhan dan kelainan pada system genitalianya o. Ekstremitas Atas : terpasang infus di tangan kiri, tidak ada edema ataupun nyeri tekan, tangan kanan dan kiri dapat bergerak bebas, tidak ada hambatan. Bawah: tidak ada edema ataupun nyeri tekan, kaki kanan dan kiri dapat bergerak bebas, tidak ada hambatan. 7. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium Jenis Pemeriksaan Hari/Tanggal No
Jenis Pemeriksaan
1 Kimia Darah
: Kimia Darah Glukosa Darah Sewaktu : Rabu, 20 November 2019 Hasil
Nilai
Pemeriksaan
Rujukan
350
< 140
Satuan
Metode
mg/dL Fotometrik
Glukosa Darah Sewaktu 22
8. Terapi Medis No
Jenis
Pemberian
Dosis
1
IUFD NaCl
IV
24 TPM
2
Cefotaxime
IV
12 Jam
3
Omeprazole
IV
1vial/12 jam
3
Ketorolac
IV
1amp / 8 Jam
4
Ondansetron
IV
1 amp/8 jam
5
Levenir
IM
10 x usc jam 22.00 wita
6
Insulin
IM
3x10/ 12 jam
IV
100 mL
Noverapid 7
Paracetamol Infused 1 flacon
KLASIFIKASI DATA A. Data Subjektif : 1. Klien mengatakan badannya terasa panas 2. Klien mengatakan nyeri pada bagian dagu 3. Klien mengatakan nyerinya seperti teriris-iris dan hilang timbul 4. Klien mengatakan makan bubur hanya 10 sendok perhari 5. Klien mengatakan nyeri saat mengunyah dan menelan makanan
B. Data Objektif : 1. Klien tampak lemas 2. Terjadi penurunan berat badan selama sakit 3. Porsi makan tampak berkurang 4. Klien tampak meringis 5. Skala nyeri 5 22
6. Terdapat luka post op mandibulla 7. Suhu tubuh 39oC 8. Terdapat pus dan jaringan nekrotic 9. Terdapat luka berlubang dengan panjang 6cm dan lebar 5cm
ANALISA DATA Tgl/Jam 20 November 2019/ 16.00 WITA
Data Fokus DS :
Etiologi Bakteri
Problem Hipertermi
Klien mengatakan
Jaringan sel terinfeksi
badannya terasa panas
Peradangan
Demam DO :
Suhu tubuh 39oC
Hipertermi
DS:
Klien mengatakan hanya mampu
20 November
makan bubur 22
2019/16.00 WITA
10 sendok
Kerusakan jaringan
perhari
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Merangsang nervus hipoglosus, gangguan DO:
mengunyah dan menelan
Klien tampak lemas
Ketidaknyamanan
Terjadi
mulut
penurunan berat badan selama sakit
Anorexia
Porsi makan tampak berkurang sedikit
Nutrisi kurang dari kebutuhan
DS:
Klien mengatakan nyerinya seperti teririsiris dan hilang timbul
Klien mengatakan nyeri saat mengunyah 22
20 November
dan menelan
2019/16.00 WITA
makanan
Bakteri Nyeri akut
DO: Jaringan sel terinfeksi
Klien tampak meringis
Skala nyeri 5
Terdapat luka post op mandibulla
Sel darah putih mati
Jaringan menjadi abses dan berisi pus
Pembedahan DS: Luka insisi DO:
Terdapat pus
Nyeri
dan jaringan 20 November 2019/16.00 WITA
nekrotic
Terdapat luka
Bakteri
berlubang
kulit/ jaringan
dengan panjang 6cm
Gangguan integritas
Jaringan sel terinfeksi
dan lebar 5cm
Sel darah putih mati Jaringan menjadi abses dan berisi PUS 22
Pecah
Kerusakan integritas jaringan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan DO :
suhu tubuh 39oC.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan DS:
Klien mengatakan nyerinya seperti teriris-iris dan hilang timbul
Klien mengatakan nyeri saat mengunyah dan menelan makanan
Klien tampak meringis
Skala nyeri 5
Terdapat luka post op mandibulla
DO:
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai dengan DO:
Terdapat pus dan jaringan nekrotic
Terdapat luka berlubang dengan panjang 6cm dan lebar 5cm
22
d. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan ditandai dengan DS:
Klien mengatakan hanya mampu makan bubur 10 sendok perhari
DO:
Klien tampak lemas
Terjadi penurunan berat badan selama sakit
Porsi makan tampak berkurang sedikit
3. INTERVENSI No
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
1.
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil
Hipertermi
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi
1. Membantu
berhubungan
keperawatan 3 X 24 Jam
penyebab
dalam
dengan proses
diharapkan hipertermia
hipertermia.
melaksanaka
penyakit (infeksi)
membaik dengan criteria
dibuktikan dengan
hasil:
suhu tubuh 39oC.
tubuh, 3. Berikan
Termoregulasi Indikator
Saat
cairan oral. Target
ini Suhu Tubuh
2. Monitor suhu
1
4
4. Lakukan
n diagnosa. 2. Suhu 38,9oC41,1oC menunjukkan proses
pendinginan
penyakit
eksternal.
infeksius
5. Anjurkan tirah baring, 6. Kolaborasi
akut. Pola demam dapat membantu
pemberian
dalam
cairan dan
diagnosis,
elektrolit
miskurva
intravena
demam
jika perlu.
lanjutberakhi 22
r lebih dari 24 jam menunjukkan demam remitten (bervariasi hanya beberapa derajat pada arah tertentu. Menggigil sering mendahului puncak suhu. 3. Pemberian cairan oral dapat membantu proses penyembuha n 4. Untuk merangsang penurunan panas melalui evek kerja konduksi 5. Menurunkan kebutuhan metabolik. 22
6. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh tinggi
2.
Nyeri akut
Setelah dilakukan tindskan
berhubungan
3x24 jam diharapkan nyeri
lokasi
ikan
dengan agen
akut menurun dengan
karakteristik,
kebutuhan
pencidera fisik
kriteria hasil:
durasi,
untuk
ditandai dengan
frekuensi,
intervensi
nyeri tekan, dan
kualitas,
dan juga
adanya abses.
intensitas
tanda-tanda
nyeri.
perkembanga
Indikator
Saa Target
1. Identifikasi
2. Identifikasi
t
skala nyeri
ini
3. Berikan Keluhan nyeri
2
4
teknik non
1. Mengindikas
n dari resolusi komplikasi. 2. Menjadi
farmakologis
parameter
untuk
dasar untuk
mengurangi
melihat
rasa nyeri.
sejauh mana
4. Anjurkan
rencana
teknik non
intervensi
farmakologis
yang di
untuk
perlukan dan
mengurangi
sebagai
rasa nyeri.
evaluasi
5. Kolaborasi
keberhasilan 22
pemberian
dari
analgetik jika
intervensi
perlu.
mangemen nyeri keperawata. 3. Tindakan ini memungkink an untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri. 4. Membantu dalam penurunan persepsi/ respon nyeri. Memberikan kontrol situasi, meningkatka n perilaku positif. 5. Agen – agen ini secara sistematis menghasilka n relaksasi umum dan menurunkan inflamasi. 22
3.
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
integritas
3x24 jam diharapkan
karakteristik
informasi
kulit/jaringan
integritas kulit membaik
luka (Warna,
dasar tentang
berhubungan
dengan kriteria hasil:
ukuran, bau).
kebutuhan
dengan perubahan
2. Monitor
sirkulasi ditandai dengan
1. Monitor
Integritas
kulit
dan
Indikator
Saa Target t ini
kemungkinan
infeksi.
petunjuk
1
4
jaringan Kerusakan
1
4
tentang
balutan dan
sirkulasi
plester secara
pada area
perlahan.
luka.
4. Bersihkan Kerusakan
dan
tanda-tanda
3. Lepaskan
jaringan
1. Memberikan
2. Untuk
jaringan
mengetahui
nekrotik.
tanda infeksi
5. Berikan salep
3. Mengurangi
lapisan
yang sesuai
tegangan
kulit
ke kulit/lesi,
pada luka.
jika perlu. Nyeri
3
4
Kemeraha
1
4
n Nekrosis
2
4
6. Pertahankan
4. Meningkatka n
teknik steril
penyembuha
saat
n. Mencegah
melakukan
auto
perawatan
kontaminasi.
luka. 7. Ganti balutan
5. Di gunakan dalam
sesuai jumlah
perawatan
eksudat dan
lesi kulit
drainase. 8. Jelaskan
6. Untuk mencegah
tanda dan
kontaminasi
gejala infeksi
kuman 22
9. Anjurkan
masuk ke
mengkonsum
luaka insisi
si makanan
sehingga
tinggi kalori
menyebabka
dan protein.
n resiko terjadinya infeksi 7. Menurunkan terjadinya distress fisik dan emosi sehubungan dengan pergantian balutan dan debridement. 8. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi 9. Untuk mempercepat penyembuha n luka
4.
Risiko defisit
Setelah dilakukan tindakan
nutrisi
keperawatan 3 X 24 Jam
kebutuhan
dalam
berhubungan
diharapkan nutrisi terpenuhi
kalori
mengidentifi
dengan
dengan criteria hasil:
jenis
kasi mal
nutrient.
nutrisi
2. Identifikasi
protein
ketidakmampuan menelan dibuktikan dengan klien
Status nutrisi
1. Identifikasi
perlunya
dan
1. Membantu
khususnya 22
mangatakan nyeri
Indikator
saat menelan Porsi
Saat
Targe
penggunaan
apabila BB
ini
t
selang
kurang
nasogastrik.
normal
1
4
makanan yang di habiskan
3. Monitor
2. Untuk
asupan
memberikan
makanan.
nutrisi pada
4. Berikan
pasien yang
makanan
mengalami
otot
tinggi kalori
kesulitan
menelan
dan
menelan.
Kekuatan
1
4
tinggi
protein.
3. Untuk
5. Sajikan
mengetahui
makanan
riwayat
secara
makanan
menarik dan 4. Untuk suhu
yang
sesuai.
memenuhi kalori dan
6. Ajarkan diet yang
protein klien 5. Untuk
diprogramka
meningkatka
n.
n nafsu
7. Kolaborasi dengan gizi
makan.
ahli 6. Untuk untuk
memenuhi
menentukan
kebutuhan
jumlah kalori
nutrisi klien
dan
jenis 7. Dengan
nutrient yang
asupan gizi
dibutuhkan
yang sesuai
jika perlu.
akan memperbaiki 22
status nutrisinya
4. CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx
Tgl/Jam
I
21-11-2019 16.17
Implementasi
Evaluasi S: Klien mengatakan sudah tidak
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (Pembedahan) 2. Memonitor suhu tubuh (39
o
C) 3. Menganjurkan tirah baring
menggigil. O: suhu tubuh 37,6oC A: Hipertermi teratasi P: Intervensi di hentikan
4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena (PCT 200mg diguyur). II
21-11-2019 16.40
S: Klien mengatakan masih 1. Mengidentifikasi lokasi (Supra mandibularis) karakteristik (Luka Akut), durasi (hilang timbul), frekuensi (Setiap kali menelan), kualitas (Tumpul).
merasakan nyeri pada saat menelan. O: Skala nyeri 5 A: Nyeri akut P: Intervensi dilanjutkan.
2. Mengidentifikasi skala nyeri (6) 3. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Relaksasi nafas dalam) 4. Menganjurkan teknik non 22
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Relaksasi nafas dalam). 5. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu (Ketorolac 1a/iv/8 jam) III
22-11-2019 08.10
S: Klien mengatakan nyeri tekan 1. Memonitor karakteristik luka (Warna Merah, ukuran P: 10, L: 9, Kedalaman: 5cm, bau). 2. Memonitor tanda-tanda infeksi (Nyeri tekan di area luka, keluar cairan merembes pada perban) 3. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan.
di area luka O: Warna Merah, ukuran P: 10, L: 9, Kedalaman: 5cm, skala nyeri: 5, nampak cairan merembes pada perban A:Gangguan integritas kulit/jaringan P: Intervensi dilanjutkan
4. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka. 5. Mengganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase. 6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi 7. Mengannjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein. IV
22-11-2019 17.00
S: 1. Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik (Klien dipasang
O: Klien nampak menggunakan selang nasogastrik.
selang nasogastrik) 22
2. Memonitor asupan makanan (20 cc bubur sari) 3. Mengajarkan diet yang
A: Risiko defisit nutrisi P: Intervensi dilanjutkan.
diprogramkan. 4. Ukur LILA setiap hari
22