6 0 166 KB
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS
OLEH KELOMPOK IX :
ATRISYA TANIA FITRI WAHYU ILAHI YUSTIKA NORA LEONY PRISKA PRISYLIA
2B - S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien SIROSIS HEPATITIS” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas kuliah Tentang SIROSIS HEPATITIS serta melatih kemampuan mahasiswa. Dalam proses penyusun makalah ini,penulis mengalami banyak permasalahan.Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Pada kesempatan ini,dengan segala kerendahan hati,penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari tuhan Yang Maha Esa. Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna,baik dari isi maupun sistematika penulisannya,maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan khususnya program studi ilmu keperawatan nantinya.
Padang, 09 mei 2019
Kelompok 9
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang .............................................................................................. B. Tujuan .......................................................................................................... BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pengertian ...................................................................................................... Anatomi fisiologi ............................................................................................. Etiologi ........................................................................................................... Tanda dan gejala ............................................................................................ Patofisiologi .................................................................................................... Manifestasi klinik ............................................................................................. Pemeriksaan penunjang ................................................................................. Komplikasi ...................................................................................................... Penatalaksanaan ............................................................................................
BAB III ASKEP TEORITIS A. B. C. D.
Pengkajian ..................................................................................................... Diagnosa keperawatan ................................................................................. Intervensi keperawatan ............................................................................... Implementasi keperawatan.............................................................................
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (Lesmana, 2004). Diseluruh dunia sirosis hepatis menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hepatis merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan dalam. Gejala klinis dari sirosis hepatis sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus sirosis hepatis yang datang berobat kedokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini dan lebih dari 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat , sisanya ditemukan saat otopsi (Sutadi, 2003). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2006 sekitar 170 juta umat manusia terinfeksi sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah 3-4 juta orang. Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di Indonesia, secara pasti belum diketahui. Prevalensi penyakit sirosis hepatis pada tahun 2007 di Indonesia berkisar antara 1-2,4%. Dari rata-rata prevalensi (1,7%), diperkirakan lebih dari 7 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis hepatis (Anonim, 2008). Menurut Ali (2004), angka kasus penyakit hati menahun di Indonesia sangat tinggi. Jika tidak segera diobati, penyakit itu dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati, sekitar 20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati menahun. Angka ini merupakan perhitungan dari prevalensi penderita dengan infeksi hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10 persen dan hepatitis C sekitar 2-3 persen. Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40 persen dari jumlah penderita penyakit hati menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun, tergantung sudah berapa lama seseorang menderita hepatitis menahun itu. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia termasuk di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2-4 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun denganpuncaknya sekitar 40-49 tahun (Hadi, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Sragen pada tahun 2009, satu tahun terakhir jumlah penderita sirosis hepatis sebanyak 62 orang, dimana 44 berjenis kelamin laki-laki dan 18 orang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin
megetahui lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan penyakit sirosis hepatis pada pasien yang dirawat inap di Bangsal Melati RSUD Sragen. B. TUJUAN a)
Tujuan umum Setelah dilakukan pembelajaran/seminar diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan asuahan keperawatan klien sirosis hepatis b)
Tujuan khusus
Menjelaskan definisi sirosis hepatis Menjelaskan etiologi sirosis hepatis Menjelasakan anatomi fisiologi Menjelasakan patofisiologi Menjelaskan klasifikasi sirosis hepatis Menjelaskan manifestasi sirosis hepatis Menjelaskan komplikasi sirosis hepatis Menjelaskan penatalaksanaan sirosis hepatis Menjelasakan tanda dan gejala Menjelasakan pemeriksaan diagnostik
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP TEORITIS a. PENGERTIAN Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, FKUI, 2001). Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001). Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan difus pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati b. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1500 gr atau2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang lentur danterbentuk oleh struktur sekitarnya. Bagian bawah hati berbentuk cekung danmerupakan atap dari ginjal kanan, lambung, penkreas, dan usus. Hati memiliki dualobus utama yaitu kanan dan kiri. Setiap lobus terbagi menjadi struktur-strukturyang disebut sebagai lobules, yang merupakan mikroskopis dan fungsional organ.Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagaisinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatica. Tidak sepertikapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel Kupffermerupakan system monosy makrofag, dan fungsi utamnya adalah menelan bakteridan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50% makrofag dalam hati adalah selKupffer; sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam pertahananmelawan infasi bakteri dan agen toksik.
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa melaluivena porta hepatica, dan dari aorta melalui arteri hepatica. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah darah arteria dan dua pertiganya adalah darah vena dari veHnaporta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah 1500 ml dandialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri, yang selanjutnya bermuara padavena cava inferior. Selain merupakan organ prenkim yang paling besar. Hati sangatpenting untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsimetabolic tubuh, dan terutama bertangung jawab atas lebih dari 500 aktivitasberbeda.Hati adalah organ penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungilain antara lain : 1 )Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluranpencernaan 2)Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asinglainya. 3)Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darahdan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol. 4)Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin. 5)Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal 6)Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak 7)Ekskresi kolesterol dan bilirubin GAMBAR HEPAR
c. Etiologi Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah : 1. Malnutrisi 2. Alkoholisme 3. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika 4. Virus hepatitis 5. penyakit WilsonMerupakan kelainan autosomal resesif yang diturunkan dimana tembagatertimbun di hepar dan ganglia basal otak. 6. Zat toksik d. TANDA DAN GEJALA Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnyakerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Gejala disebakan oleh satu/lebihmacam kegagalan, yaitu : a. Kegagalan parenchim hatib. b. Hipertensi portal c. Enchelopalophaty d. Ascites Keluhan subyektif : Tidak ada nafsu makan, mual, perut terasa tidak enak, cepat lelah. Keluhan awal : Kembung Tahap lanjut : Icterus dan urine gelap Keluhan Obyektif : a. Hati – Kadang terasa keras/ tumpul b. Limpa – Pembesaran pada limpa c. Perut– Sirkulasi kolateral pada dinding perut dan ascites Manifestasi ekstra abdominal : a. Spider nervi pada bagian atas b. Eritema palmaris c. Ginekomasti dan atropi testis d. Haemoroid e. Mimisan e. PATOFISIOLOGI Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang
tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi (Smeltzer & Bare, 2001). Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun (Smeltzer & Bare, 2001). Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut sirosis mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis alkoholik, dan sirosis alkoholik (Tarigan, 2001). f. Manifestasi klinis Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara lain: 1. Pembesaran Hati Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjolbenjol (noduler). 2. Obstruksi Portal dan Asites Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. 3. Varises Gastrointestinal Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting ) darah dari pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral.
4.
Edema Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. 5. Defisiensi Vitamin dan Anemia Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. 6. Kemunduran Mental Manifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara. g. Pemeriksaan Penunjang
a. b. c. d. e. f. g. h.
Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut : Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia),dan trombositopenia Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yangrusak. Namun, tidak meningkat pada sirosis inaktif. Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati. Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakanketidakmampuan sel hati membentuk glikogen. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosishati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinyakanker hati primer (hepatoma). Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lainultrasonografi (USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar danpanjang varises serta sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati denganpenyuntikan zat kontras, CT scan, angografi, dan endoscopic retrogradechlangiopancreatography (ERCP).
h. Komplikasi a. Edema dan AcitesKetikaliver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, airmenumpuk pada kaki( edema) dan abdomen ( acites)
b. Luka dan perdarahanKetika liver lambat atau berhenti memproduksi protein yang dibutuhkan tubuhuntuk penggumpalan darah, penderita akan mudah luka dan berdarah. c. Penguningan ( Joundice)Penguningan pada kulit dan mata yang terjadi ketika liver sakit, tidak bisamenyerap bilirubin i. Penatalaksanan a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam. b. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori).Bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000mg). Bila proses tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dantinggi protein (80-125 gr/hari). Bila ada tandatanda prekoma atau komahepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhantubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau meningginyahasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnyakoma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan. c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelastidak hepatotoksik. d. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensialberantai cabang dengan glukosa. e. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yangmengandung alkohol. Penatalaksanaan asites dan edema adalah : a. Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi.Adakalanya harus dibantu dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama24 jam, hanya sampai 1 liter atau kurang. b. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300mg/hari bila setelah 3 – 4 hari tidak terdapat perubahan. c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapimedikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupunmerupakan cara pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkankarena berbagai komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya parasentesis aman apabila disertai dengan infusalbumin sebanyak 6– 8 gr untuk setiap liter cairan asites. Selain albumin dapatpula digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk
mencegahpembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dandiuretik biasanya tetap diperlukan.d. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari.Hatihati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapatmencetuskan ensefalopati hepatik
BAB III ASKEP TEORITIS PENGKAJIAN Konsep Dasar Keperawatan 1. Pembengkakan perut bagian kanan atas selama 1 bulan 2. Badan terasa letih, lemah, lesu sejak 1 bulan yang lalu 3. Terjadi penurunan berat badan 4. Tidak nafsu makan, mual dan muntah 5. Telapak tangan merah 6. Terjadi pembengkakan pada kaki sejak 15 hari yang lalu 7. Perubahan pada pengeluaran tinja 8. Mata dan kulit menguning sejak 15 hari yang lalu 9. Perut terasa cepat kenyang, terasa penuh dan tegang
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri tumpul di epigastrium, sesak napas, asites, pusing, mual, muntah, epitaksis. b. Riwayat kesehatan masa lalu: Pernah menderita hepatitis, memiliki penyakit bawaan seperti hemokromatis, pernah keracunan obat-obatan, penyumbatan kantung empedu. c. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit hemokromatis, atresia bilier.
.ADL (Activity Daily Life) Pola Nutrisi ·Pola Eliminasi · Pola personal hygiene ·Pola aktivitas ·Pola istirahat .Pemeriksaan NUTRISI DAN METABOLIK
Pemeriksaan fisik a .Diet atau mengonsumsi suplemen khusus : tidak ada b. Tidak pernah mendapatkan intruksi diet sebelumnya c.
Nafsu makan menurun dan sering mual, tidak terdapat kesulitan dalam menelan
d. Terjadi perubahan berat badan selama 6 bulan , namun tidak dapat terkaji e. Tidak ada riwayat maslah kulit/penyembuhan dan pantangan atau alergi f. Mulai terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas g. hanya menghabiskan 3 sendok makan dalam 1 porsi makanan h. intake cairan menurun kurang dari 8 gelas per hari DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan gangguan saluran pencernaan 2. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan status imunologi, edema, dan nutrisi yang buruk 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum dan penurunan massa otot 4. Nyeri kronik berhubngan dengan kerusakan hati/gangguan fisiologi RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO
DIAGNOSA
. 1.
KEP
NOC -
Temperatur
NIC DAN AKTIFITASNYA suhu
Intervensi:
tubuh dalam batasü Menjaga Integritas Jaringan normal -
Kulit dan Membran Mukosa
Warna kulit dalam batas
yang
diharapkan ( tidak Gangguan
kuning
integritas kulit
kemerahan )
yang
-
berhubungan dengan
-
&
Tekstur kulit dalam
Memeriksa kulit dan membran mukosa dari kemerahan,
Kulit utuh ( tidak ada luka atau lecet )
-
Aktivitasnya:
edema,
atau kekeringan -
Mengamati warna kulit dan suhu kulit
kerusakan
batas
status
diharapkan
imunologi, edema,
-
nutrisi
yang -
membran mukosa
Ketebalan
kulit -
dalam batas yang
yang buruk
diharapkan -
-
Perfusi
Catat perubahan kulit dan Jaga pakaian klien agar tidak terlalu ketat dan tebal
jaringan
Periksa infeksi terutama wilayah yang edema
dalam batas yang -
Periksa
diharapkan.
dan pergesekan
Mengurangi edema
-
sumber
tekanan
Atur posisi bagian yang mengalami edema dengan menaikan posisinya.
2.
-
Asupan
nutrisi ü Memberikan atau membantu
mencukupi -
Asupan dan
dengan asupan makanan dan makanan cairan yang seimbang cairan
mencukupi -
Asupan
makanan
dan ciran ke dalam Gangguan
mulut
keseimbangan
kebutuhan
nutrisi : kurang
-
kalori,
dari kebutuhan
protein,
lemak,
tubuh
karbohidrat, vitamin,
berhubungan
mineral, zat besi dan
dengan
kalsium tercukupi
anoreksia
dan
-
gangguan saluran pencernaan
Berat Pasien
pasien
menanyakan apakah mempunyai alergi
terhadap
makanan -
Memastikan pasien memakan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya
-
Memberikan asupan kalori sesuai
mengungkapkan
dengan
secara verbal telah kembali berenergi
Membantu dengan
badan
meningkat -
-
sesuai
Asupan
yang
Aktivitasnya:
kebutuhan
tubuh serta aktifitas -
Memberikan peningkatan asupan
zat
besi
pada
makanan
sesuai
kebutuhan -
Memberikan peningkatan asupan protein dan vitamin C pada makanan
3.
-
sesuai kebutuhan Warna kulit dalam ü Memperbaiki respon terhadap keadaan normal
-
Kecepatan
energy,
berjalan perpindahan tubuh, meliputi
pada kaki normal -
penggunaan kehendak
atau
keinginan
Tolaransi pada saat aktivitas biasa naik tangga baik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara
-
Kekuatan baik Aktivitas dalam
Aktivitasnya: sehari- -
Memantau masukan nutrisi
hari mampu dikerjakan
untuk memastikan sumber
Kemampuan berkomunikasi
energy yang adekuat
saat beraktivitas berat bisa tercapai
Memantau pola tidur dan kuantitas tidur
-
umum
Memantau
lokasi
dari
ketidaknyamanan/nyeri
dan penurunan
selama beraktifitas
massa otot
-
Melakukan penilaian pada jadwal istirahat
-
Memantau
bukti
dari
kelelahan secara fisik dan emosional 4.
Nyeri
kronik
-
Mengenal
faktorü
Dukung alternative priode aktivitas dan istirahat Meringankan nyeri atau
berhubngan
yang menyebabkan mengurangi
dengan
nyeri
kerusakan
-
Mengurangi ukuran
nyreri
menuju
tingkat nyaman yang diterima
hati /gangguan
dan frekuensi nyeri oleh klien
fisiologi
nyeri -
Dapat menggunkan obat analgesic yang tepat
-
Laporan rasa
Aktivitasnya : -
ungkapan
verbal
frekuensi nyeri -
Melihat
tanda
berbahaya
untuk
Tentukan
faktor
predisposisi
dari klien -
catat
lokasi, durasi dan
nyeri sesuai
dan
karakteristik,
tentang
berkurang
Kaji
dan
presipitasi nyeri -
Kaji
efek
nyeri
terhadap
memberi perawatan
hidup
gaya
klien
dan
kebiasaan makan -
Ajarkan
klien
menggunakan analgesic
secara
mandiri
(sering
narkotik) atau obat lain
sesuai
instruksi -
Gunakan
metode
mengontrol tanpa obat
nyeri
memakai untuk
meningkatkan relaksasi teknik
seperti distrasi,
imaginasi
dan
relaksasi
otot
progresif -
Kaji respon klien terhadap
pengawasan nyeri (alat
ukur),
rujuk
dan pada
penatalaksanaan klinik nyeri kronis, jika diindikasikan IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N
HARI/TGL/JA
NO.
IMPLEMENTASI
O
M
DIAGNOS
EVALUA
TT
SI
D
A KEP 1.
23 Maret
1
-
2019.08.00
Memeriksa kulit dan S: membran mukosa dari kemerahan,
edema,
atau kekeringan -
Mengamati warna kulit dan suhu kulit
-
MenCatat perubahan kulit dan membran mukosa
-
MenJaga pakaian klien agar tidak terlalu ketat dan tebal
-
Memeriksa infeksi terutama wilayah yang edema
-
Memeriksa sumber tekanan dan pergesekan
-
Mengatur yang
posisi
bagian
mengalami
edema
dengan menaikan posisinya. 2.
23 Maret 2019.08.00
2
-
Membantu
pasien
dengan menanyakan apakah mempunyai
alergi
terhadap
makanan -
Memastikan pasien memakan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya
-
Memberikan asupan kalori sesuai dengan kebutuhan
tubuh
serta aktifitas -
Memberikan peningkatan asupan zat
besi
makanan
pada sesuai
kebutuhan -
Memberikan peningkatan asupan protein dan vitamin C pada makanan
3.
23 Maret
3
-
2019.08.00
sesuai kebutuhan Memantau masukan nutrisi untuk memastikan sumber energy yang adekuat
-
Memantau pola tidur dan kuantitas tidur
-
Memantau
lokasi
dari
ketidaknyamanan/nyeri selama beraktifitas -
Melakukan penilaian pada jadwal istirahat
-
Memantau
bukti
dari
kelelahan secara fisik dan emosional -
Mendukung alternative
4.
23 Maret
4
priode aktivitas dan istirahat - Mengkaji dan catat
2019.08.00
karakteristik, lokasi, durasi dan frekuensi nyeri -
Menentukan faktor predisposisi
dan
presipitasi nyeri -
Mengkaji
efek
nyeri terhadap gaya hidup
klien
dan
kebiasaan makan -
Mengajarkan klien menggunakan analgesic
secara
mandiri
(sering
narkotik) atau obat lain sesuai instruksi -
Menggunakan metode mengontrol nyeri
tanpa
memakai
obat
untuk meningkatkan relaksasi teknik
seperti distrasi,
imaginasi
dan
relaksasi
otot
progresif -
Mengkaji respon klien terhadap pengawasan nyeri (alat ukur), dan rujuk pada
penatalaksanaan klinik nyeri kronis, jika diindikasikan
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001). Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono, 2002).
DAFTAR PUSTAKA NANDA (Nursing Diagnoses Definition and Classification), 2009-2011
NOC (Nursing Outcome Classification), second edition NIC (Nursing Interventions Classification), second edition Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi. Ed. 6. Jakarta. EGC M. B., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguuan Hati. Jakarta, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC