ASKEP VERTIGO KMB 2222 - LPLK e [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VERTIGO



(a) KONSEP TEORI PENYAKIT (b) Pengertian Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan (Labuguen, 2006). Menurut (Nugroho & Usman, 2014), pengertian vertigo adalah: a) Sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. b) Gangguan sensasi Gerakan, penderita biasanya merasa berputar. c) Sensasi Gerakan saat tiada Gerakan terjadi relative terhadap gravitasi bumi. (c) Klasifikasi Menurut (Nugroho & Usman, 2014), vertigo dibedakan menjadi dua yaitu: a) Vertigo Perifer. Ciri-ciri: lebih berat daripada sentral, umumnya disertai mual dan muntah, kehilangan pendengaran hingga ketulian, tinnitus (telinga berdenging), berkaitan erat dengan posisi, beronset akut (gejala berlangsung dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun berulang), tidak disetai gangguan persarafan. b) Vertigo Sentral. Ciri-ciri: memiliki onset (munculnya penyakit) perlahan dan kronis (menahun), disertai gangguan persarafan, tidak disertai tinnitus. (d) Etiologi/ Faktor Risiko Adanya



kerusakan



di



kanalis



semisirkuralis



(organ



pengatur



keseimbangan di telinga bagian dalam), tersumbatnya pembuluh darah arteri yang menuju ke telinga bagian tengah, ada cedera atau penyakit di organ telinga tengah, operasi telinga. Gangguan psikologis berupa cemas, depresi, panik juga berpontensi menyebabkan vertigo.



Beberapa penyebab vertigo perifer adalah gangguan, penyakit dan atau kondisi berikut: BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), cedera kepala, kolesteatoma (kista pada kulit), fistula perilimfa (abnormalitas yang terjadi diantara ruang dalam telinga), infeksi pada organ dalam telinga, iskemia, neuronitis vestibular (peradangan pada saraf di telinga), neuroma akustik (tumor jinak pada saraf telinga), otosklerosis (pertumbuhan abnormal tulang



di



telinga



tengah),



toksin/racun



(misalnya



ototoksisitas



aminoglikosida), penyakit meniere, vestibulopati berulang. Penyebab umum vertigo sentral adalah gangguan penyakit atau kondisi berikut: demielinasi, neoplasma, migrain vetebrobasiler, multiple sclerosis, stroke serebral, tumor otak, vertebrobasilar TIA (transient ischemic attacks). Beberapa obat/ zat penyebab vertigo dan pusing adalah alcohol, aminoglikosida,



antidepresan,



antiinflamasi



nonsteroid



(terutama



indometasin), antikonvulsan/antikejang (misalnya fenitoin), antipsikotik (baik antipsikotik tipikal maupun atipikal kecuali olanzapine), furosemide, obat anti Alzheimer (misalnya memantine), golongan anxiolytics atau anticemas (misalnya diazepam), mood stabilizers (misalnya gabapentin), sitotoksik (misalnya crisplatin) (Nugroho & Usman, 2014). (e) Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor



vestibuler,



visual,



dan



proprioseptik;



reseptor



vestibuler



memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik



kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2006). (f) Pathway Tabel 1.5 Pathway



(g) Manifestasi Klinik Pusing berputar, mendadak muncul bila posisi kepala berubah, kepala terasa ringan, merasa seolah terapung, terayun. Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan. Serangan vertigo berlangsung singkat, biasanya kurang dari 30 detik, dapat kambuh lagi. Bisa disertai mual/muntah, keringat dingin, pucat, nistagimus (Gerakan ritmik tanpa control pada mata). Serangan vertigo dapat diketahui dengan pertanyaan sederhana: saat merasakan serangan pusing apakah anda hanya merasa pening (light headed) atau apakah anda melihat dunia sekeliling berputar ? (Nugroho & Usman, 2014). (h) Pemeriksaan Penunjang a) Romberg test Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian di tutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. b) Stepping test Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat. c) Post pointing Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai vertical) kemudian kembali kesemula. d) Maneuver nylen-barany atau maneuver hallpike Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus. e) Calori test Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita f) Elektronistamografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nystagmus yang timbul



g) Postugrafi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan somatosensorik. (i) Penatalaksanaan Medis Terapi vertigo meliputi beberapa perlakuan yaitu pemilihan medikamentosa, rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup : a) Terapi simptomatik, melalui farmakoterapi b) Terapi kausal mencakup: (1) Farmakoterapi (2) Prosedur reposisi partikel pada (BPPV) (3) Bedah c) Terapi rehabilitative d) Hindari factor pencetus dan memperbaiki lifestyle. Pemilihan terapi vertigo sangat tergantung dari tipe dan kausa vertigo. (j) Komplikasi a) Cedera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan. b) Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot. (k) KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 1. Konsep Pengkajian a) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian b) Riwayat kesehatan sekarang



Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. c) Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik misalnya antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. d) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain. e) Aktivitas / Istirahat (1) letih,lemah maise (2) keterbatasan gerak (3) ketegangan mata, kesulitan membaca (4) insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala (5) sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. f) Sirkulasi (1) riwayat hipertensi (2) denyutan vaskuler, misal daerah temporal (3) pucat, wajah tampak kemerahan g) Intergritas ego (1) faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu (2) perubahan ketidak mampuan, keputuasaan, ketidak berdayaan depresi (3) kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepal (4) mekanisme refresif/dekensif h) Makanan dan cairan (1) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makanan berlemak, jeruk saus, hotdog,MSG (pada migrain) (2) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)



(3) Penurunan berat badan i) Pemeriksaan fisik (1) Keadaan umum (2) Pemeriksaan persistem j) Sistem persepsi sensori Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia, yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur. k) Sistem persyarafan Adakah nistagmus bedasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun dengan alat. l) Sistem pernafasan Adakah gangguan pernafasan m) Sistem kardiovaskuler Adakah terjadi gangguan jantung (l) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a) Nyeri akut b) Kurang pengetahuan c) Koping individu tidak efektif d) Resiko jatuh e) Intoleransi aktivitas f) Gangguan pola tidur



(m)Konsep Perencanaan Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Diagnosis Nyeri Akut Diagnosis Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan 1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)



Perencanaan Tujuan Intervensi Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Nyeri ….. maka tingkat nyeri menurun 1. Observasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi loaksi, karakteristik, durasi, Indikator 1 2 3 4 5 frekuensi, kualitas, Keluhan nyeri intensitas nyeri Meringis  Identifikasi skala nyeri Sikap protektif  Identifikasi respon Gelisah nyeri non verbal Kesulitan tidur  Identifikasi faktor Menarik diri yang memperberat dan Berfokus pada memperingan nyeri diri sendiri  Identifikasi Diaphoresis pengetahuan dan Perasaan depresi keyakinan tentang (tertekan) nyeri Perasaan takut  Identifikasi pengaruh mengalami budaya terhadap cidera berulang respon nyeri Anoreksia  Identifikasi pengaruh Ketegangan otot nyeri pada kualitas Mual hidup Muntah  Monitor keberhasilan Keterangan: terapi komplementer 1: menurun yang sudah diberikan 2: cukup menurun  Monitor efek samping 3: sedang penggunaan analgetik 4: cukup meningkat 2. Teraupetik 5: meningkat  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat dll)  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)  Fasilitasi istirahat dan tidur



 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri 3. Edukasi  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri  Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat  Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 4. Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



Tabel 2.2 Intevensi Keperawatan Diagnosis Defisit Pengetahuan Diagnosis Keperawatan Defisit Pengetahuan berhubungan dengan 1. Keterbatasan kognitif 2. Gangguan fungsi kognitif 3. Kekeliruan mengikuti anjuran 4. Kurang terpapar informasi 5. Kurang minat dalam belajar 6. Kurang mampu



Perencanaan Tujuan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil: Indikator 1 2 3 4 5 Perilaku sesuai anjuran Verbalisasi minat dalam belajar Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang



Intervensi Edukasi Perawatan Kulit 1. Observasi  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Teraupetik  Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan  Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai



mengingat 7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi



sesuai dengan topik Perilaku sesuai dengan pengetahuan Keterangan: 1: menurun 2: cukup menurun 3: sedang 4: cukup meningkat 5: meningkat



kesepakatan  Berikan kesempatan untuk betanya 3. Edukasi  Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada diluar rumah  Anjurkan minum cukup cairan  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya  Anjurkan menggunakan pelembab  Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa  Anjurkan membersihkan dengan air hangat bagian perianal selama periode diare



Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Diagnosis Koping Individu Tidak Efektif Diagnosis Keperawatan Koping individu tidak efektif berhubungan dengan 1. Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah 2. Ketidakadekuatan system pendukung 3. Ketidakadekuatan strategi koping 4. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan 5. Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor 6. Disfungsi system keluarga 7. Krisis situasional 8. Krisis meturasional 9. Kerentanan personalitas 10. Ketidakpastia n



Perencanaan Tujuan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka status koping meningkat dengan kriteria hasil: Indikator 1 2 3 4 5 Kemampuan memenuhi peran sesuai usia Perilaku koping adaptif Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah Verbalisasi pengakuan masalah Verbalisasi kelemahan diri Perilaku asertif Partisipasi sosial Tanggung jawab diri Orientasi realitas Minat mengkiuti perawatan/pengobata n Kemampuan membina hubungan Keterangan: 1: menurun 2: cukup menurun 3: sedang 4: cukup meningkat 5: meningkat



Intervensi Dukunagn Pengambilan Keputusan 1. Observasi  Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu konflik 2. Teraupetik  Fasilitasi mengklarifika si nilai dan harapan yang membantu membuat pilihan  Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi  Fasilitasi melihat situasi secara realistic  Motivasi mengugkapka n tujun perawatan yang diharapkan  Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif  Hormati hak pasien untuk menerima atau meonolak informasi  Fasilitasi







3. 







4. 



menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika perlu Fasilitasi hubungan natara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya Edukasi Informasikan alternative solusi secara jelas Berikan informasi yang diminta pasien Kolaborasi Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memfasilitasi oengambilan keputusan



Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Diagnosis Risiko Jatuh Diagnosis Keperawatan Risiko jatuh dibuktikan dengan 1. Usia > 65 tahun (pada dewasa) atau < 2 tahun (pada anak) 2. Riwayat jatuh 3. Anggota gerak bawah prosesis (buatan) 4. Penggunaan alat bantu berjalan 5. Penurunan tingkat kesadaran 6. Perubahan fungsi kognitif 7. Lingkungan tidak aman 8. Kondisi pasca operasi 9. Hipotensi ortostatik 10. Perubahan kadar glukosa darah 11. Anemia 12. Kekuatan otot menurun 13. Gangguan pendengaran 14. Gangguan keseimbangan 15. Gangguan penglihatan 16. Neuropati 17. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)



Perencanaan Tujuan Intervensi Setelah dilakukan intervensi selama Pencegahan Jatuh ….. maka tingkat jatuh menurun 1. Observasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi fakto risko jatuh Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi risiko Jatuh dari tempat jatuh setidaknya tidur sekali setiap shift Jatuh saat berdiri atau sesuai dengan Jatuh saat duduk kebijakan institusi Jatuh saat  Identifikasi faktor berjalan lingkungan yang Jatuh saat meningatkan risiko dipindahkan jatuh (mis. Lantai Jatuh saat naik licin, penerangan tangga kurang) Jatuh saat  Hitung risiko jatuh dikamar mandi dengan Jatuh saat menggunakan skala membungkuk (mis. Fall morse Keterangan: scale, Humpty 1: meningkat Dumpty Scale), jika 2: cukup meningkat perlu 3: sedang  Monitor 4: cukup menurun kemampuan 5: menurun berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi roda dan sebliknya 2. Teraupetik  Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga  Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci  Pasang handrall tempat tidur  Atur tempat tidur mekanis pada posisi tertendah  Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh



dekat dengan pantauan perawat dari nurse station  Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)  Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien 3. Edukasi  Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah



 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin  Anjurkan berkonstentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh  Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri  Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Diagnosis Intoleransi Aktivitas Diagnosis Keperawatan Intolerasi aktivitas berhubungan dengan 1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2. Tirah baring 3. Kelemahan 4. Imobilitas 5. Gaya hidup monoton



Perencanaan



Tujuan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: Indikator 1 2 3 4 5 Keluhan lemah Dispnea saat aktivitas Dispnea setelah aktivitas Perasaan



Intervensi Manajemen Energi 1. Observasi  Identifikasi gangguan



fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan



 Monitor kelelahan fisikdan emosional  Monitor pola dan jam tidur  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 2. Teraupetik



lemah Aritmia saat aktivitas Aritmia setelah aktivitas Sianosis Keterangan: 1: meningkat 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup menurun 5: menurun



 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan  Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan 3. Edukasi  Anjurkan tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



 Anjurkan menghubungi







perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan



4. Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatka asupan makanan



Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Diagnosis Gangguan Pola Tidur Diagnosis Keperawatan Gangguan pola tidur berhubungan dengan 1. Hambatan lingkunagn (mis. Kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan,



Perencanaan



Tujuan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka pola tidur meningkat dengan kriteria hasil: Indikat 1 2 3 4 5



Intervensi Dukungan Tidur 1. Observasi  Identifikasi pola aktivitas tidur



 Idntifikasi



2. 3. 4. 5. 6.



pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tind akan) Kurang control tidur Kurang privasi Restraint fisik Ketiadaan teman tidur Tidak familiar dengan peralatan tidur



or Keluhan sulit tidur Keluhan sering terjaga Keluhan tidak puas tidur Keluhan pola tidur berubah Keluhan istirahat tidak cukup Keterangan: 1: meningkat 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup menurun 5: menurun







 2. 



 



 







faktor pengganggu tidur Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, the, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi Teraupetik Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) Batasi waktu tidur siang, jika perlu Fasilitasi meghilangkan stress sebelum tidur Tetapkan jadwal tidur rutin Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur) Sesuaikan jadwal pemberian obat



3. 























dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidurterjaga Edukasi Jelaskan pentingnya tidur cukup Selma sakit Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur Anjurkan menghindari makanan/minu man yang mengganggu tidur Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM Ajarkan faktorfaktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi s lainnya



(n) Konsep Implementasi Menurut (Hendarsih, 2016), Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, ke status kesehatan yang baik. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan aktivitas keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien. Intervensi merupakan bentuk penangan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis mencakup perawatan langsung dan tidak langsung. Perawatan langsung adalah penanganan yang dilaksanakan setelah berinteraksi dengan klien. Sebagai contoh, seorang pasien menerima intervensi langsung berupa pemberian obat, pemasangan infus, atau konseling saat berduka. Sedangkan tidak langsung adalah penanganaan yang dilakukan tanpa adanya pasien, namun tetap bersifat representative untuk klien (Bulechek, 2008). Sebagai contoh, menciptakan lingkungan klien yang kondusif (misalnya control keselamatan dan infeksi) dan kerja sama multidisplin (Hendarsih, 2016) (o) Konsep Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan pemulangan pada vertigo adalah: a) Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi b) Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan c) Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan teraupetik.



(p) DAFTAR PUSTAKA Hendarsih, S. (2016). Metodologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru. Labuguen, R. H. (2006). American Family Physician January 15, vol.73 no.2. Initial Evaluation of Vertigo. Nugroho, D., & Usman, F. S. (2014). 45 Penyakit dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.



ASUHAN KEPERWATAN A. BIODATA 1.  Identitas Klien Nama Klien Alamat Umur                          Kelamin Agama                       Status Perkawinan      Suku Pekerjaan                  Tgl/Jam MRS Tgl/Jam Pengkajian Sumber Informasi 2. Identitas Penanggung jawab Nama                         Umur                        Pendidikan                 Pekerjaan                    Alamat                               Hubungan dengan klien    



: Ny. I : Sidodadi, Lorong 2 Nomor 10 Cepu : 42 Tahun : Perempuan : Islam : Kawin : Jawa : Wiraswasta : 24 November 2022/ WIB : 25 November 2022 2016/09.30 WIB : Pasien : Ny.S : 26 tahun : AMD : Perawat : Sidodadi, Lorong 2 Nomor 10 Cepu : Sepupu



B. RIWAYAT KEPERAWATAN A. Keluhan Utama Pasien mengatakan kepalanya pusing berputar-putar. B. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar, nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk, leher terasa cengeng, pegel-pegel. Kemudian pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiah Cepu. Melalui IGD pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD : 225/120 mmHg, S : 37°C, RR : 24x/menit. Lalu pasien dipindah ke ruang arofah. C. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita penyakit hipertensi. D. Riwayat Kesehatan Keluarga



Didalam keluarga Ny. I tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Ny. I derita saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ibu dari Ny. I juga mengalami penyakit hipertensi. E. Diagnose Medik Vertigo - Pemeriksaan Penunjang Hasil satuan Nilai Ket Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Rujukan Kamis, 2 November 2022 12.02 WIB



HEMATOLOGI Hemoglobin Leukosit Eritrosit Trombosit Hematocrit HITUNG JENIS Basofil Easinofil Neurotrofil Limfosit Monosit MCV MCH MCHC RDW GLUKOSA DARAH Glukosa Sewaktu



12.9 10.1* 4.9* 362 40.0



g/dl 10^3/ul x10^6/ul 10^3/ul %



Pr : 12-14 Pr : 4-10 3,5-4,5 150-400 Pr : 37-43



0.6 0.4* 77.0 17.1 4.9 81.1 26.2* 32.3 48.3



% % % % % Fl Pg g/dl %



Pr : 0-1 Pr : 1-3 55-80 Pr : 20-35 0-7 Pr : 81-89 28-33 32-36 35-56



99



Mg/dl