Ast 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP) Judul: Analisis Sintesa Tindakan Keperawatan (AST) Pemberian Terapi Novorapid 8 unit melalui subkutan Nama Peserta didik/ NIM : Claudia Adreina Refo/ 01503210062



Ttd Preseptor:



AST ke - 2



Nama Pasien/ Usia



: Tn. A/ 55 Tahun



Tanggal Masuk RS



: 11September 2021



No. MR



: 00-32-45-57



Tanggal dan Jam Tindakan



Diagnosa Medis



: DM tipe 2+Anemia+CAP



: 14 September 2021 (12.00)



No 1



Kriteria Diagnosa Keperawatan (PE): Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d proses penyakit (Diabetes Melitus) (NANDA, 2018).



2



Data Subjekif: -



3



Pasien mengatakan tubuhnya lemas Pasien mengatakan dirinya merasa mual Pasien mengatakan dirinya sering merasa pusing dan tidak dapat duduk terlalu lama, jika duduk terlalu lama maka kepala terasa berputar dan melayang Pasien mengatakan dirinya sering merasa haus Keluarga pasien mengatakan ADL pasien harus dibantu Pasien mengatakan sudah menderita DM sejak tahun 2018



Data Objektif: - Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6V5 - TTV: TD 102/62 mmhg, HR: 80 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3oC - BB: 60 kg, TB: 165 cm, nilai BMI pasien: 22,03 - EWS: 1, Braden score: 18, PIVAS 0 - Hasil EKG: Sinus Takikardi - Pengkajian Fisik: Inspeksi: 1. Pasien tampak lemas 2. Bentuk abdomen rounded 3. Pasien terlihat sulit melakukan mobilitas dikarenakan pasien lemas sehingga perlu bantuan keluarga untuk melakukan ADL Palpasi: 1. Kulit teraba lembab dan hangat 2. CRT < 3 detik 3. Tidak ada edema pada tangan dan kaki pasien Perkusi: Tidak terkaji Auskultasi: Bising usus pasien RLQ: 10x/menit, RUQ: 12x/menit, LUQ: 12x/menit, LLQ: 10x/menit Pemeriksaan Penunjang: Hasil laboratorium (13 September 2021): 4. Hb: 7,8 g/dL 5. Ht: 22,1 %



Bobot/ Nilai



6. Eritrosit: 2,9 106/µL 7. Sodium (Na): 126 mmol/L 8. Chloride (Cl): 97 mmol/L Hasil pemeriksaan gula darah: 13 September 2021: (00.00) 234 mg/dL (06.00) 245 mg/dL (12.00) 221 mg/dL (18.00) 228 mg/dL 14 September 2021: (00.00) 237 mg/dL (06.00) 218 mg/dL Terapi Obat: Lantus (1 x 8 unit di malam hari) SC Novorapid (3 x 8 unit) SC Diit makanan: Diit DM 4



Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): 1. Mempersiapkan alat (Alkohol swab, handscoon bersih, insulin pen yang sudah diatur dosis yang akan diberikan dan disambungkan dengan jarum insulin, IMR, Sharpbox, klem, plastik kuning, handrub) 2. Mengucapkan salam terapeutik 3. Melakukan validasi identifikasi pasien dengan menyesuaikan di IMR dan gelang nama pasien 4. Mencuci tangan 5. Memakai handscoon bersih 6. Memberitahukan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan 7. Memilih lokasi suntikan (SC) 8. Mendesinfeksi area penyuntikan (SC) dengan alkohol swab secara sirkuler 9. Mencubit kulit di area yang akan dilakukan penyuntikan 10. Menyuntikan insulin Novorapid sebanyak 8 unit (sesuai dosis di IMR) secara subcutan 90o ke lokasi yang sudah didesinfeksi lalu tekan tombol unit 11. Tahan jarum 10 detik 12. Cabut jarum perlahan dan tahan dengan alkohol swab 13. Lepas jarum dengan klem dan buang ke dalam sharpbox 14. Merapihkan pasien serta membantu pasien ke posisi nyaman 15. Mengamati respon pasien (Pasien terlihat tenang setelah diberikan makanan) 16. Melakukan terminasi



5



Dasar Pemikiran: Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya, adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak (WHO, 2019). DM tipe 2 merupakan akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan resistansi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas. (Black Joyce. M & Hawks, Jane Hokanson. 2014). Terdapat beberapa faktor utama penyebab terjadinya DM tipe 2, yaitu resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas serta faktor lingkungan. Resistensi insulin terjadi saat insulin tidak dapat bekerja secara optimal sel otot, lemak dan hati sehingga memaksa pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak untuk mempertahankan normoglikemia. Ketika terjadi ketidakadekuatan produksi insulin oleh sel beta pankreas maka akan terjadi kompensasi dimana adanya peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Efek hiperglikemia kemudian menyebabkan disfungsi sel beta pankreas karena kegagalan untuk



mengkompensasi beban metabolik. Faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya DM tipe dua, yaitu obesitas, terlalu banyak makan dan kurang dalam melakukan aktivitas fisik (Decroli, 2019). Tatalaksana terapi yang dapat diberikan kepada penderita DM ini dapat berupa terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi dapat berupa latihan jasmani (jogging, jalan kaki, bersepeda santai) guna meningkatkan kebugaran tubuh, terapi nutrisi (menerapkan pola makan sehat, mengurangi konsumsi gula serta menjaga berat badan) (Decroli, 2019). Terapi farmakologi dapat berupa pemberian antihiperglikemi oral maupun antihiperglikemi injeksi. Salah satu jenis terapi antihiperglikemi injeksi adalah dengan pemberian Novorapid yang merupakan jenis insulin rapid acting. Novorapid ini sendiri memiliki onset 5-15 menit dengan waktu puncak 1-2 jam dan lama kerja insulin jenis ini adalah 4-6 jam. Pemberian terapi insulin ini diberikan guna menjaga kadar gula darah pasien serta mencegah terjadinya komplikasi (PERKENI, 2015). Berdasarkan teori yang dijabarkan di atas dapat diketahui bahwa pasien Tn. A didiagnosis menderita DM tipe 2 dimana terjadi resistensi insulin dan defek sel beta pankreas sehingga berakibat adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Oleh karena itu, Tn. A perlu diberikan terapi novorapid 3 x 8 unit guna mengontrol kadar gula darah.



6



Analisa Tindakan Keperawatan: Tindakan ini dilakukan dengan prinsip aseptik dengan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan serta melakukan desinfeksi pada lokasi penusukan dengan menggunakan alcohol swab. Tujuannya guna menjaga agar tidak terjadi kontaminasi saat pemberian insulin dilakukan. Pemberian insulin dilakukan tepat saat sebelum makan guna memastikan insulin bekerja lebih baik ketika glukosa dari makanan mulai memasuki darah (Kodu, 2018). Jenis terapi insulin yang diberikan pada pasien Tn. A adalah Novorapid. Novorapid dipilih menjadi terapi yang diberikan dikarenakan jenis insulin ini mempunyai banyak keunggulan dimana biasanya berbentuk insulin pen sehingga lebih mudah digunakan dibanding dengan jenis insulin yang harus diberikan melalui syringe (PERKENI, 2015). Pengaturan dosis insulin yang akan diberikan mengacu pada beberapa hal seperti berat badan, umur, riwayat penyakit pasien serta kadar gula darah pasien. Semakin tinggi kadar gula darah pasien maka akan semakin tinggi dosis yang akan diberikan atau dosis yang diberikan normal namun frekuensi pemberiannya menjadi lebih sering. Dosis pemberian ini dapat diturunkan secara perlahan jika kadar gula darah pasien sudah kembali ke kadar normal. Lokasi penyuntikkan Novorapid haruslah di bagian jaringan lemak/ lapisan subkutan, baik di bagian perut (abdomen) ataupun pada lengan atas (deltoid) (Kristiantoro, 2014). Menurut teori yang dipaparkan di atas indikasi dan tujuan pemberian terapi novorapid pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Maka tindakan pemberian terapi novorapid pada Tn. A yang saya lakukan sudah sesuai dengan tujuan serta indikasi tindakan. Dikarenakan tindakan yang saya lakukan sudah cukup maka tidak perlu adanya tambahan intervensi.



7



Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) Bahaya: Bahaya dapat terjadi dari pemberian novorapid adalah dapat menyebabkan pasien mengalami hipoglikemi apabila setelah dilakukan penyuntikan pasien tidak langsung mengkonsumsi makanan. Bahaya lainnya adalah dapat terjadi resiko infeksi jika tidak mempertahankan prinsip aseptik dari tindakan tersebut (PERKENI, 2015). Pencegahan: Untuk mencegah terjadinya hipoglikemi pada pasien setelah pemberian novorapid maka perlu dipastikan bahwa makanan sudah tersedia pada saat akan melakukan penyuntikan sehingga setelah penyuntikan pasien dapat segera mengkonsumsi makanan. Perlu juga mempertahankan teknik aseptik selama melakukan tindakan guna mencegah masuknya kuman serta menurunkan resiko terjadinya infeksi pada lokasi penusukan.



8



Hasil yang didapat: S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan O: Pasien terlihat nyaman seletah diberikan terapi novorapid, pasien tidak terlihat kesakitan saat diberikan terapi novorapid, tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi pada lokasi penyuntikkan novorapid. TTV : TD: 130/78 mmHg; RR: 19x/menit; HR: 82 x/menit; Suhu : 36,3°C. Hasil pemeriksaan G2PP: 207mg/dL A : Masalah ketidakstabilan glukosa darah belum teratasi P : Intervensi tetap dilanjutkan



9



Evaluasi Diri: -



10



Kelebihan: saya sudah dapat mengetahui rasional dalam dari tindakan intervensi pemberian terapi novorapid kepada pasien saya Kekurangan: saya terkadang melakukan recapping setelah selesai melakukan penyuntikkan sehingga beresiko tertusuk jarum Perbaikan: kedepannya saya akan langsung membuang jarum ke sharpbox dengan menggunakan klem



Daftar Pustaka (APA style): Black. J., M & Hawks. J., H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Singapura: Elsevier Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. http://repo.unand.ac.id/21867/1/Buku%20Diabetes%20Melitus%20%28Lengkap%29.p df. Diakses pada tanggal 14 September 2021 Kodu, S. (2018). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Militus Tipe Ii Tentang Cara Penggunaan Dan Penyimpanan Insulin Pen Di Rsud Kanjuruhan Kapanjen Kabupaten Malang. http://repository.pimedu.ac.id/id/eprint/243/. Diakses tanggal 14 September 2021 Kristiantoro, D. (2014). Evaluasi Cara Penggunaan Injeksi Insulin Pen Pada Pasien Diabetes Melitus Di RS “X” Purwodadi. http://eprints.ums.ac.id/30086/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada tanggal 15 September 2021 Nanda Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: ECG PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaandan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-2015.pdf. Diakses pada tanggal 15 September 2021 WHO. (2019). Classifications of Diabetes Mellitus. https://www.who.int/publications/i/item/classification-of-diabetes-mellitus. Diakses pada tanggal 15 September 2021



Total