Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971 – 1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan. Di pulauponape, kepulauan caroline sebelah timur pada tahun 1974 terjadi letupan wabah dengue; virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari darah penderita dan ternyata Ae.hakansoni merupakan vektornya. Ae, cooki di duga merupakan vector pada waktu terjadi pada wabah demam dengue di niue. Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan. Demam dengue adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut dengue shock syndrome (DSS).



B. Tujuan Penulisan Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat : a.



Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF



b.



Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF



c.



Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF



d.



Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF



e.



Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF



f.



Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF



g.



Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar DHF 1. Definisi DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai



dengan



adanya



manifestasi



perdarahan,



yang



bertendensi



mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy, 1995 ) 2. Etiologi a. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36 ).



b. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu



nyamuk



aedes



aegypti,



nyamuk



aedes



albopictus,



aedes



polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420). c. Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38). d. Patofisisologi Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.



Perembesan



plasma



ke



ruang



ekstra



seluler



mengakibatkan



berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya



trobositopenia,



menurunnya



fungsi



trombosit



dan



menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. e. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala penyakit DHF adalah : - Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 – 7 hari - Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. - Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita



- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. - Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. - Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. - Pembengkakan sekitar mata. - Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. - Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah). f. Klasifikasi Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu : 1) Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif 2) Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya. 3) Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. 4) Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. g. Komplikasi 1) DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian. 2) Ensepalopati. 3) Gangguan kesadaran yang disertai kejang. 4) Disorientasi, prognosa buruk. h. Pemeriksaan Penunjang



Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni : - Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994). - Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah:  Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.  Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202) - Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum. - Laboratorium: Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%. Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF : a. Darah 1) Trombosit menurun. 2) HB meningkat lebih 20 % 3) HT meningkat lebih 20 % 4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 5) Protein darah rendah 6) Ureum PH bisa meningkat 7) NA dan CL rendah b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen thorax : Efusi pleura. 2) Uji test tourniket (+)



i. Penatalaksanaan DHF pada Anak Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344) Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571) Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu: - Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang. - Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat. - Panas disertai perdarahan- perdarahan. - Panas disertai renjatan. Belum atau tanpa renjatan: 1. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat I dan II



Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah: Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari. 1) Oral ad libitum atau  Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya  Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.  Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :  100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg  75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg  60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg  50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg 2) Obat-obatan lain :  antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain  antipiretik untuk anti panas  darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.



Dengan renjatan: 2. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat III



Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah. a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).



Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :  100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg  75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.  60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.  50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg. b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan dengan cairan RL dengan perhitungan sebagai berikut : kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. 3. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat IV



Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah. a. Berikan cairan RL sebanyak 30 ml/Kg BB/1 jam, bila keadaan baik (T > 80 mmHg dan nadi < 120 x/menit, akral hangat lanjutkan dengan RL sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan umum tidak stabil infus RL dilanjutkan sampai perhitungan sebagai berikut : Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. b. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih buruk. Tensi tak terukur dan nadi tak teraba maka klien harus dipasang infus 2 tempat dengan maksud satu tempat untuk RL 10ml/Kg BB/1 jam dan tempat lain untuk pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam selama 1 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut : Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. c. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih buruk. Tensi tak terukur secara palpasi dan nadi teraba cepat lemah, akral dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut : Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk



dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. d. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum membaik tetapi tensi terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120 x/menit akral hangat atau akral dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut : Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a. e. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 10 ml/Kg BB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0 maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi untuk dievaluasi kebenaran cairan yang dibutuhkan apabila sudah sesuai dengan yang masuk. Dalam hal ini perlu monitor dengan pemasangan CVP, gunakan obat Dopamin, Kortikosteroid dan perbaiki kelainan yang lain. f. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T < 80, N > 120 x/menit), maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi. g. Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T > 80, N < 120 x/menit), akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi.



Untuk kasus – kasus yang sudah memperoleh cairan 60 mg/Kg BB/2 jam pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang kurang. Dalam hal ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan Dopamin. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas  Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ).  Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF.  laki.  Tempat tinggal : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. b. Riwayat Keperawatan P (Provocative)



: Virus dengue.



Q (Quality)



: Keluhan dari ringan sampai berat.



R (Region)



: Semua sistem tubuh akan terganggu.



S (Severity)



: Dari Grade I, II, III sampai IV.



T (Time)



: Demam 5 – 8 hari, ruam 5 – 12 jam



c. Keluhan Utama Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. d. Riwayat Keperawatan Sekarang Panas tinggi (Demam) 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise, mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan. e. Riwayat Keperawatan Sebelumnya



Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang. f. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty. g. Riwayat Kesehatan Lingkungan. DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes: - Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter. - Aedes albapictus. h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Faktor-faktor



apa



yang



mempengaruhi



pertumbuhan



dan



perkembangan anak 1) Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya. 2) Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH). 3) Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik. 4) Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan psikososial. Teori kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud meliputi tahap 1) Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun 2) Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun 3) Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun



4) Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun 5) Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun Tahap-tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson : 1) Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun 2) Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun 3) Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun 4) Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun 5) Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih 6) Remaja akhir dan dewasa muda 7) Dewasa 8) Dewasa akhir Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak a. Faktor keturunan (genetik) Seperti kita ketahui bahwa warna kulit, bentuk tubuh dan lain-lain tersimpan dalam gen. Gen terdapat dalak kromosom, yang dimiliki oleh setiap manusia dalam setiap selnya. Baik sperma maupun ovum masing masing mempunyai 23 pasang kromosom. Jika ovum dan sperma bergabung akan terbentuk 46 pasang kromosom, yang kemudian akan terus smembelah untuk memperbanyak diri sampai akhirnya terbentuk janin, bayi. Setiap kromosom mengandung gen yang mempunyai sifat diturunkan pada anak dari keluarga yang memiliki abnormalitas tersebut. b. Faktor Hormonal Kelenjar petuitari anterior mengeluarkan hormon pertumbuhan (Growth Hormone, GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari pusat tulang panjang. Tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan hipopetuitarisme terjadi gejalagejala anak tumbuh pendek, alat genitalia kecil dan hipoglikemi. Hal sebaliknya terjadi pada hiperfungsi petuitari, kelainan yang ditimbulkan adalah akromegali yang diakibatkan oleh hipersekresi GH dan pertumbuhan linear serta gigantisme bila terjadi sebelum pubertas. Hormon lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan adalah hormonhormon dari kelenjar tiroid dan lainya. c. Faktor Gizi.



Proses tumbuh kembang anak berlangsung pada berbagai tingkatan sel, organ dan tumbuh dengan penambahan jumlah sel, kematangan sel, dan pembesaran ukuran sel. Selanjutnya setiap organ



dan bagian tubuh



lainnya mengikuti pola tumbuh kembang masing-masing. Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan gizi. Dengan kata lain untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan gizi yang baik. d. Faktor Lingkungan  Lingkungan fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas, polusi, iklim dan teknologi  Lingkungan biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan. Lingkungan sehat lainnya adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan.  Lingkungan



psikososial;



termasuk



latar



belakang



keluarga,



hubungan keluarga. e. Faktor sosial budaya  Faktor ekonomi, sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.  Faktor politik serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan keamanan suatu negara juga sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang anak. Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan BILA TUGAS TUGAS PERKEMBANAGAN



PERMKEMBANGAN TIDAK TERCAPAI



Bayi (0 - 1 tahun)  Rasa percaya mencapai harapan,  Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah kecil



Tidak percaya



 Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda dari diri sendiri. Usia bermain (1 - 3 Tahun)



Malu dan ragu-ragu



 Perasaan otonomi.  Mencapai keinginan  Memulai kekuatan baru  Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)  Perasaan inisiatif mencapai tujuan  Menyatakan diri sendiri dan lingkungan



Rasa bersalah.



 Membedakan jenis kelamin. Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)  Perasaan berprestasi  Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari



Rasa rendah diri



orang tua dan guru Remaja ( 12 tahun lebih)  Rasa identitas  Mencapai kesetiaan yang menuju pada pemahaman heteroseksual.



Difusi identitas



 Memilih pekerjaan  Mencapai keutuhan kepribadian Remaja akhir dan dewasa muda  Rasa keintiman dan solidaritas  Memperoleh cinta.



Isolasi



 Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.  Belajar menjadi kreatif dan produktif. Dewasa  Perasaan keturunan  Memperoleh perhatian.  Belajar keterampilan efektif dalam



Absorpsi diri dan stagnasi



berkomunikasi dan merawat anak  Menggantungkan minat aktifitas pada keturunan Dewasa akhir  Perasaan integritas  Mencapai kebijaksanaan



keputusasaan



TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH : 6 – 12 TAHUN  Tahap pertumbuhan Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah : Umur (tahun) x 7 - 5 2



Tinggi badan : Umur (tahun) x 6 x 7  Tahap perkembangan, Menurut Teori Psikososial Erik Erikson



:



Anak usia 6 – 12 tahun termasuk tahap: Industry Versus Inferioritas (Rendah diri). Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (membuat sesuatu sampai selesai). Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugasnya atau pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usahanya. Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, akan merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk dapat berkembang. Jadi fokus pada anak sekolah adalah pada hasil prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, guru dan temas sebaya. Perkembangan adalah pengertian dari persaingan/kompetisi dan kerajinannya. Menurut Perkembangan Intelektual oleh Piaget : Termasuk tahap: Konkrit Operasional. (1) Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat mengelompokkan faktafakta, berfikir abstrak. (2) Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan sistematis. Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud



:



Termasuk fase : Laten (5 – 12 tahun). (1) Anak masuk ke permulaan fase pubertas. (2) Anak masuk pada periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial, contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah, dll. (3) Fase tenang. (4) Dorongan libido mereda sementara. (5) Zona erotik berkurang. (6) Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group). PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM 1. Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effusi pleura (crackless). 2. Sistem Cardiovaskuler Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jarijari. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. 3. Sistem Persyarafan / neurologi Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS 4. Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah. 5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena). 6. Sistem integumen



Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit. 2. Diagnosa Keperawatan a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue b) Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler c) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler d) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. e) Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni ) 3. Intervensi Keperawatan DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : Suhu tubuh normal Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 Nyeri otot hilang Intervensi : a) Beri komres air kran Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi b) Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. c) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. d) Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.



Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. e) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien. DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan Kriteria : Input dan output seimbang, vital sign dalam batas normal, tidak ada tanda presyok, akral hangat, capilarry refill < 3 detik Intervensi : a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler b. Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok. DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Intervensi : a. Monitor keadaan umum pasien



Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat. e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukkan berat badan yang seimbang. Intervensi : a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ) Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan



Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster. DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ) Tujuan : Tidak terjadi perdarahan Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi : a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. b. Monitor trombosit setiap hari Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah



dan kemungkinan perdarahan yang dialami



pasien. c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.



BAB III TINJAUAN KASUS Pasien yang menjadi responden peneliti An. M dengan medical record 260017, diangnosa medis demam berdara dengue An.m dilahirkan di pangkalpinang tanggal 8 juni 2011 dan usianya sekarang 8 tahun 1 bulan an.m menganut agama islam dan anak 1 dari 2 bersudara, anak dari tn .s dan ny. M yang bertempat tinggal dijalan bukit merapin permai III no 320 rt ½ perumnas. An .m merupakan siswa sekolah dasar kelas 2. Penanggung jawab dari an .m merupakan ayah kandung dari an .m yang sekrg berusia 37 tahun. B. Data Asuhan Keperawatan 1. pengkajian a. identitas pasien dan penanggung jawab Nama



: An. M



Usia / tanggal lahir : 8 tahun 1 bulan / 08 juni 2011 Jenis kelamin



: laki - laki



Status pernikahan



: belum menikah



Agama



: islam



Pekerjaan



: pelajar



Diangnosa



: demam berdarah deugeu



No medical record



: 260017



Tanggal/jam masuk : 13 mei 2019/22.05 wib Tanggal pengkajian : 14 mei 2019/ 08.00 wib b. identitas penangung jawab Nama



: tn. S



Usia



: 37 thn



Jenis kelamin



: laki laki



Pekerjaan



: pns



Hub dgn klien



: ayah kandung.



Pengumpulan data Pengkajian Keluhan utama MRS



Pasien 1 1. Ibu klien mengatakan anaknya demam naik turun sejak 3 hari yang lalu 2. Pusing sejak 2 hari yang lalu nyeri hilnag timbul, terasa seperti menusuk – nusuk dan berpusat pada daerah dahi 3. Mual sejak 2 hari yang lalu 4. BAB 3- 4kali sehari



Riwayat kesehatan



Klien diantar oleh ayah dan ibunya ke UGD rumah sakit bakti timah dengan



sekarang (UGD)



keluhan panas naik turun selama 3 hari, klien mengeluh pusing, mual muntah, BAB cair, dan sakit perut, klien tampak lemas. Pada 3 hari yang lalu klien dibawah ke Rumah Sakit Muhaya dengan suhu 39.5 °C dan dikasih obat Amandel, antibotik, dan Vitamin, Kemudian pada 2 hari yang lalu klien dibawah oleh keluargannya ke Klinik Promedic untuk pengecekan Malaria dan Tifus tetapi hasilnya negatif. Saat diUGD mendapatkan hasil T: 39,2c, RR: 26x/m, N: 100x/m, dan spO2: 98%. Kemudian klien diberikan terapi obat paracetamol 120mg, ranitidine 20mg, IVFD RL/loading 300 cc selanjutnya 20 tpm dan dilakukan pemeriksaan darah rutin, IGD dan IGM kemudian klien dipindahkan kerawat inap nusa indah kamar 5 vip dengan



Saat pengkajian



diagnosa demam berdarah dangue. 1. Klien mengatakan badannya terasa panas 2. Klien mengeluh pusing dengan skala nyeri 4, nyeri hilang timbul dan berpusat pada daerah dahi. 3. Klien mengeluh Mual dan Muntah 2 kali, muntah air engan jumlah : 400 cc



BAB cair 2 kali jumlah 500 cc Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien juga mengeluh sakit perut dengan skala nyeri 4, hilang timbul, terasa meremas. Klien tampak lemas, gelisah, pucat, kulit kemerahan. TTV: TD: 110/70 mmHg Nadi: 92 x/menit Suhu: 38,80C RR: 22 x/menit Ibu klien mengatakan tidak pernah sakit selama hamil, tidak pernah muntah



Riwayat prenatal



berlebihan dan tidak mengalami perdarahan. Ibu mengatakan selama hamil tidak memiliki kebiasaan minum jamu dan ibu mendapat vaksin selama Riwayat kelahiran



hamil. Ibu mengatakan An. M lahir cukup bulan dan spontan. Saat melahirkan ditolong oleh dokter dirumah sakit. An. M lahir tidak ada kelainan, dengan berat badan 2,2 kg dan panjang badan 48 cm. Tidak ada pendarahan berlebih



Riwayat kesehatan Riwayat keluarga



pada saat proses kelahiran dan langsung menangis. dahulu Klien belum pernah mengalami penyakit demam berdarah dengue. kesehatan Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga nya yang keluarga menderita penyakit stroke, jantung, infeksi maupun penyakit menular seksual. Keluarga klien ada yang mengalami hipertensi dan DM yaitu ayah dari ibu klien. Keluarga klien ada yang mengalami penyakit demam berdarah dengue yaitu sepupu klien.



Genogram



klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dia tinggal bersama ibu dan ayahnya serta adiknya, ibunya mengatakan keluarganya ada yang mempunyai penyakit sama dengan klien yaitu sepupu klien. Pola nutrisi metabolic pola nutrisi



Keterangan Jenis



Sebelum sakit



Selama di rumah sakit



Nasi ,lauk, jajan diluar , Bubut + lauk (tempe, gorengan, es, roti, dan buah ayam, ikan, sayur)+buah



Pola makan



buahan. Teratur



Tidak teratur



Frekuensi



3x sehari



1x sehari



Porsi makan Nafsu makan Frekuensi minum



1 porsi Baik 4-5 gelas/ hari



⅟2 porsi tidak habis Menurun 4-6 gelas/ hari



BB: 24 kg



1 gelas = 250 ml BB: 22 kg



TB: 122 cm



TB: 122 cm



IMT :



IMT:



IMT



BB



BB



TB(m)xTB(m)



TB(m)xTB(m)



24 kg



22 kg



1,22 m x 1.22 m : 16,1 Kg/m² (kurus)



Balance cairan



:14,7 Kg/m²(kurus)



Ket:



Ket:



< 18,5 = Kurus



< 18,5 = Kurus



18,5-22,9= Normal



18,5-22,9= Normal



23-27,4 = Overweight



23-27,4 = Overweight



Input Minum : 1500 ml / 24 jam IVFD : RL (3 kolf) 1500 ml / 24 jam Obat : injeksi ranitidin (2x) 0.8 ml, Paracetamol sirup (3x) 10 ml, paracetamol flas 220 mg/ml/24 jam Total : 1500 + 1500 + 251.6 = 3,251.6 cc Output



1,22 mx 1,22 m



Urine : 2200 ml / 24 jam BAB : 300 ml / 24 jam Muntah : 400 ml / 24 jam IWL = (30 - Umur) x KgBB = (30 - 8) x 22 Kg = 22 x 22 = 484 cc/KgBB Kenaikan Suhu = IWL + 200 (Suhu tinggi – 36,5°C) = 484 + 200 (38,8°C - 36,5°C) = 484 +200 (2.3) = 484 + 460 = 944 cc Total = 2900 + 944 = 3844 cc Balance Cairan = Input - Output = 3,251.6 cc - 3844 =- 592.4cc/24jam Pola eliminasi



BAK Frekuensi Warna



3-4 kali/ hari Kuning jernih



5-7 kali/ hari sekitsr 2200ml Kuning jernih



Frekuensi Warna Konsitensi



1 kali / sehari Cokelat Lunak



2 kali / sehari Cokelat Cair



Keluhan



Tidak ada



Tidak ada



Tidur malam Tidue siang Mandi



6-7 jam /hari 1-2 jam / hari 2x/ hari



5-6 jam/ hari 2-3 jam / hari Pasien mengatakan badan



BAB



Pola istirahat dan tidur Pola Higyene



hanya dilap 2xsehari Ganti pakaian



2xsehari



1xsehari



Gosok gigi 2xsehari Tidak ada Pola Aktiftas Mobilitas Ibu an. M mengatakan dalam Ibu An.M mengatakan aktivitas sehariFisik



melakukan aktivitas sehari-hari hari An.M dibantu oleh orangtuanya, sendiri (secara mandiri), klien seperti



makan,



ketoilet,



an



sering bermain dengan teman- membersihkan badan, dan mengganti teman disekitar rumah, klien anak pakaiannya. Komunikasi



yang ceria dan aktif. Saat di ajak berkomunikasi, klien Saat di ajak berkomunikasi, klien mampu



menjawab



semua mampu menjawab semua pertanyaan



pertanyaan dan klien menjawab dan klien menjawab dengan jelas. dengan jelas. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik Keadaan umum



Pasien lemah



Pasien 1



Kesadaran



Composmentis



Tanda-tanda vital



TD : 110/70mmHg N : 92x/menit S : 38,8C RR : 22x/menit



Tinggi badan



122 cm



Berat badan kepala



22 kg Bentuk normal, simetris, tidak ada jejas, tidak ada hematoma, tidak ada edema, kulit kepala tampak bersih dan tidak ada bekas



Rambut



luka Hitam, bersih, kering, tidak ada rontok,



Mata



tidad ada ketombe Penglihatan normal, simetris, kunjungtiva



Muka



anemis. Simetris, tidak ada edema, tidak ada



Hidung



hematoma. Simetris, bersih, penciuman baik, tidak ada



Mulut



nyeri tekan, tidak ada sekter. Simetris, mukosa bibir kering, tampak



Gigi



pucat, kebersihan cukup. Gigi tampak lengkap, tampak kotor, gusi



Lidah



tampak kemerahan Lidah kotor, tampak putih, gerakan simetris dan mukosa kering dank lien mengatakan lidah terasa pahit



Tenggorokan Leher



Tidak ada pembengkakan tongsil Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada kaku



Dada



kuduk, tidak ada bekas luka, Simetris antara inspirasi dan ekspirasi, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, suara jantung s1 dan s2 lup dup, tidak ada



Abdomen



suara tambahan Infeksi datar, palpasi nyeri tekan tiadak ada, perkusi nyeri ketuk tidak ada, suara timpani pada bagian lambung, bising usus 16x/m, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada asites, tidak ada distensi abdomen, tidak



Genetalia



terdapat bekas luka. Tidak ada bekas



luka,



tidak



ada



pembekakan, tampak bersih, dan tidak ada Integument



nyeri tekan. Tidak ada lesi, tidak ada pembekakan,



Ekstremitas



tampak kering, dan tidak ada nyeri tekan. Ekstremitas bawah kanan dan kiri kulit tidak ada lesi, tidak ada pembekakan, tidak ada nyeri tekan. terpasang IVFD RL ditangan



Persyarafan



kanan Tidak ada atrofi otot, rentang gerak aktif, tidak ada kelainan bentuk tubuh, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan.



b.



Diagnosa Keperawatan No 1



2



Data Subjektif dan Masalah Objektif Keperawatan DS : Defisiensi volume - Pasien mengeluh cairan. mual ( 00027) - Muntah setiap kali makan dan minum - Pasien demam DO : - BB turun dari 67 Kg sampai 65 Kg - Mukosa bibir kering - Mata pasien tampak cekung - Pasien lemah DO : Intoleransi aktivitas. - Pasien tampak (D.0056) lemas. - Aktivitas seharihari dibantu orang tua DS :



Diagnosa Keperawatan Defisiensi volume cairan b.d Asupan cairan yang kurang d.d BAB cair, mual muntah, mukosa bibir kering, mata tampak cekung, demam, dan kelemahan.



Intoleransi aktivitas b.d kelamahan d.d pasien tampak lemah dan mengeluh pusing dan aktivitas sehari-hari klien dibantu orang tua.



3



DS : -



Pasien pusing.



mengeluh



Pasien muntah



Ketidakseimbanagan mual nutrisi : kurang dari kebutuhan



DO : - Pasien makan tidak teratur dan hanya menghabiskan ½ porsi makanan - Nafsu makan menurun - Penururnan berat badan dalam waktu 3 hari (24 Kg ke 22 Kg)



c.



-



Ketidak seimbangan nutrisi b.d asupan diet kurang d.d Pasien makan tidak teratur dan hanya menghabiskan ½ porsi makanan, nafsu makan menurun, penururnan berat badan dalam waktu 3 hari (24 Kg ke 22 Kg), asien mual muntah



Intervensi Keperawatan



No 1



Diagnosa Keperawatan



Luaran Keperawatan



Defisiensi volume cairan Setelah dilakukann b.d Asupan cairan yang pengkaajin selama kurang 3X24 jam maka diharapkan, keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil: - Asupan cairan membaik - Kelembapan membran mukosa baik - Asupan makanan meningkat - Turgor kulit lembab



Intervensi keperawatan 1. Monitor status hidrasi 2. Monitor berat badan harian 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium - cek hematokrit, Hb, dan Trombosit 4. Catat inputoutput dan hitung balans cairan 5. Berikan cairan intravena, jika perlu - Infus Asering 6. Kolaborasi pemberian diuretik jika



perlu 2



Intoleransi aktivitas Kelemahan.



b.d Setelah dilakukann pengkaajin selama 3X24 jam maka diharapkan, tingkat keletihan menurun kriteria hasil: - Verbalisasi kepulihan energi tenaga membaik - Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkkat - Selera makan meningkat. - Pola istirahat membaik



1. Monitor pola dan jam tidur 2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan - Ajarkan teknik relaksasi 3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan 4. Anjurkan tirah baring 5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Makan makanan yang banyak mengandung protein (seperti telur, ikan), karbohidrat kompleks (bijibijian), cemilan (seperti pisang, kacang almond dll).



3



Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukann b..d asupan diet kurang. pengkaajin selama 3X24 jam maka diharapkan, status nutrisi membaik dengan kriteria hasil: - Frekuensi makanan meningkat - Nafsu makan meningkat - Membran mukosa lembab



1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai 3. Monitor asupan makanan (masukkan dan keluaran) 4. Monitor berat badan 5. Laksanakan oral hygiene



-



-



Mengidentifikasi makanan yang disukai dan tidak disukai membaik Monitor berat badan membaik



6.



7. 8.



9.



sebelum makan, jika perlu Berikan makanan tinggi kalori dan protein (daging, biji-bijian, alpukat, telur, dada ayam, dan susu) Anjurkan posisi duduk, jika mampu Ajarkan diet yang diprogramkan - Makan makanan yang tinggi kalori dan protein Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu



Pemberian Obat : Hari pertama



Hari Pertama



Pasien 1 Nama Ranitidin



Dosis 2 x 20 mg (IV)



Paracetamol



10 ml (sirup)



Paracetamol



flash 220 mgg/ml



( diberikan jika suhu 38,5 c) IVFD RL (1 kolf)



500 ml



Ranitidin



2 x 20 mg (IV)



Paracetamol



10 ml (sirup)



Paracetamol



Hari Kedua



flash 220 mgg/ml



( diberikan jika suhu 38,5 c) IVFD RL (1 kolf)



500 ml



Ranitidin



2 x 20 mg (IV)



Paracetamol



10 ml (sirup)



Paracetamol



Hari Ketiga



flash 220 mgg/ml



( diberikan jika suhu 38,5 c) IVFD RL (1 kolf)



d.



500 ml



Implementasi Keperwatan No 1



Diagnosa Defisiensi volume cairan b.d Asupan cairan yang kurang



Implemenntasi 1. Memonitoring status hidrasi



Respon Berat badan klien sema sakit menurun



2. Memonitor berat badan harian 3. Memonitor hasil



sebanyak 2 Kg, pemeriksaan laboratorium klien



pemeriksaan



tidak normal



laboratorium



- Trombosit menurun



4. Melakukan



selama 4 hari di



pemeriksaan



rawat di rumak



hematokrit, Hb, dan



sakit ( 122 ke 100



Trombosit



ke 84 ke 87 ).



5. Mencatat atat inputoutput dan hitung balans cairan 6. membererikan cairan intravena, jika perlu -



Infus



- Hb passien normal - Ht pasienn menurun selama dirawat di rumah sakit (33 ke 32 ke 33 ke 31dalam satuan



Asering



persen) Balance cairan pasien tidak normal – 592,4



2



Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan.



1. Memonitor pola dan jam tidur



cc/ 24 jam Selama di rawat di rumah sakit pasien



2. Memberikan aktivitas



makan bubur + lauk



distraksi yang



( tempe, ikan, sayur) +



menenangkan



buah



-



Ajarkan



teknik relaksasi 3. mefasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan 4. Manganjurkan tirah baring 5. Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Makan makanan yang banyak mengandung protein (seperti telur, ikan), karbohidrat kompleks (biji-bijian), cemilan (seperti pisang, kacang almond dll). 3



Ketidakseimbangan nutrisi b..d asupan diet kurang.



1. Mengdentifikasi



selama di rawat di



status nutrisi



rumah sakit pasien



2. Mengidentifikasi



makan ½ pori dengan



makanan yang



menu bubur + lauk



disukai



( tempe, ikan, sayur).



3. Memonitor asupan makanan (masukkan dan keluaran) 4. Memonitor berat badan 5. Melaksanakan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 6. Memberikan makanan tinggi kalori dan protein (daging, biji-bijian, alpukat, telur, dada ayam, dan susu) 7. Meganjurkan posisi duduk, jika mampu 8. Mengajarkan diet yang diprogramkan makan makanan yang tinggi kalori dan protein 9. mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu



BAB IV PENUTUP A.



Kesimpulan DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201) Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36).



B. Saran Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khusunya bagi mahasiswa keperawatan, namun penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu pennulis mengharapkan kritik dan saran dari parra pembaca.



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edi si 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.