Asuhan Keperawatan Pada Klien Ablasio Retina [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ABLASIO RETINA Download makalah Link:http://www.ziddu.com/download/17418927/ABLASIORETINA.doc.html ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA TINJAUAN TEORITIS A. DEFENISI Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).



B. ETIOLOGI a. Malformasi kongenital b. Kelainan metabolisme c. Penyakit vaskuler d. Inflamasi intraokuler e. Neoplasma f. Trauma g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina (C. Smelzer, Suzanne, 2002). C. PATOFISIOLOGI Pada Ablasio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina dan bercampur dengan cairan sub retina. Ablasio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya:



1. Ablasio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas. 2. Ablasio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca. 3. Ablasio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen.



 



D. MANIFESTASI KLINIS Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya: gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya(fotopsia) / light flashes atau



 



keduanya. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina







benar-benar terlepas dari epitel berpigmen Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan macula E. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi. A. Persiapan pre-operatif Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.







B. Operasi a) Elektrodiatermi Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina. b) Sclera Buckling Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar. c) Photocoagulasi Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi. d) Cyro Surgery Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina. e) Cerclage Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sklera. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG Pemeriksaan visus







Ophtalmoskop indirek







USG mata







Campur Visi



     



G. KOMPLIKASI a. Komplikasi awal setelah pembedahan Peningkatan TIO Glaukoma Infeksi Ablasio koroid Kegagalan pelekatan retina Ablasio retina berulang



  



b. Komplikasi lanjut Infeksi Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)



  



Diplopia Kesalahan refraksi Astigmatisme ILUSTRASI KASUS KASUS ABLASIO RETINA ANAMNESIS Identitas Nama : Ny. S Usia : 52 tahun Alamat : Jl. Budaya Batu Ampar, Jakarta Timur Pekerjaan : swasta Pendidikan : tamat SD Agama : Islam Suku : Jawa Keluhan Utama Penglihatan mata kanan mendadak buram sejak 5 hari SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien mendadak buram, tidak merah dan tidak nyeri. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada kilatan cahaya berulang. Tidak terdapat riwayat penglihatan kabur sesaat yang hilang timbul sebelumnya. Pasien berobat ke dokter mata lalu diperiksa dan dibilang ada masalah di retina kanan dan perlu dioperasi. Pasien kemudian dirujuk ke RSCM. Pasien menggunakan kacamata minus (-3 dioptri) di kedua mata sejak 10 tahun lalu. Pasien tidak mengeluh ada gangguan pada mata sebelumnya. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu, namun pasien tidak berobat teratur. Riwayat Diabetes Mellitus disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak terdapat anggota keluarga dengan keluhan serupa dengan pasien.



PEMERIKSAAN FISIK: Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis Tanda Vital Tekanan darah : 140/80 mmHg Frekuensi nadi : 84 x/menit Frekuensi nafas : 16 x/ menit Suhu : 36 oC Lain-lain : dalam batas normal PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS Mata Kanan



Pemeriksaan



Mata Kiri



1/ 300 proyeksi baik



Visus



6/ 12



Tenang



Palpebra/ konjungtiva



Tenang



Jernih



Kornea



Jernih



Dalam



Bilik mata depan



Dalam



Bulat, sentral, middilatasi



Iris/ pupil



Bulat, sentral, refleks cahaya (+)



Keruh, shadow test (+)



Lensa



Keruh, shadow test (+)



n/ p



Tekanan Intra Okular



n/ p



Baik ke segala arah



Pergerakan



Baik ke segala arah



Tobacco dust (+)



Badan kaca



Jernih



Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3 Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke inferior temporal. Corrugated (+),Tear (+), macula on



Funduskopi



Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3



11 POLA FUNGSIONAL GORDON 1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan Yang perlu dikaji : bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak. Berdasarkan Kasus : Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan pemeliharaan kesehatan.







2) Pola nutrisi metabolik Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola makan dan minum klien selama ini?, Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?, Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?, Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya? Biasanya klien dengan ablasio retina ini tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme.







3) Pola eliminasi Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien selama ini?, Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?, Kaji konsistensi BAB dan BAK klien. Biasanya klien dengan ablasio retina ini tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi.







4) Pola aktivas latihan Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien?, Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri, Kaji tingkat ketergantungan klien. Berdasarkan kasus : Biasanya pada pola ini pasien mengalami ketidakaktifan diri dan ganguankarena disini penglihatan klien mulai buram. 5) Pola istirahat tidur Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah pola tidur klien ?, Kaji frekuensi dan lama tidur klien, Apakah klien mengalami gangguan tidur?, Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?, Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?. Biasanya pola tidur klien berubah sampai berkurangnya pemenuhan kebutuhan tidur klien.







6) Pola kognitif persepsi Pada pola ini kita mengkaji: Kaji tingkat kesadaran klien, Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?, Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?. Berdasarkan Kasus : Pengelihatan klien buram, Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada kilatan cahaya berulang. 7) Pola persepsi diri dan konsep diri Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?, Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?, Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien merasa resah dan cemas akan terjadi kebutaan. 8) Pola peran hubugan Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?, Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?, Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?.







Biasanya hubungan klien dengan orang disekitarnya menurun begitu juga dalam melaksanakan







perannya. 9) Pola reproduksi dan seksualitas Pada pola ini kita mengkaji: Bagaimanakah status reproduksi klien?. Biasanya pola ini tidak mengalami gangguan.







10) Pola koping dan toleransi stress Pada pola ini kita mengkaji: Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?,Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?, Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?. Biasanya klien sering bertanya kapan akan dilakukan tindakan operasi dan merasa cemas karena takut terjadinya kecacatan pada penglihatan. 11) Pola nilai dan kepercayaan Pada pola ini kita mengakaji: Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien, Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N o



1.



Diagnosa Kep (NANDA) Ditandai dengan DS/ DO



Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )



Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)



NOC : Kom pensasi Data Subjektif : Tingkahlaku Pengelihatan klien buram, Pasien merasa Penglihatan pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan Defenisi: semakin gelap hingga yang kelihatan hanya kegiatan pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada untuk mengimbangi kilatan cahaya berulang. lemahnya Data Objektif : penglihatan Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3 Indikator : Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke  Pantau inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula gejala dari on semakin  buruknya Defenisi: penglihatan perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan penyusutan,  Posisikan  diri untuk pelebihan, penyimpangan, menguntung atau gangguan tanggapan kan terhadap rangsangan penglihatan tersebut.



Intervensi Kep dan Aktivitas (NIC)



NIC : Peningkatan Komunikasi : Defisit melihat Defenisi: membantu dalam menerima dan mempelajari metode alternatif untuk hidup dengan gangguan penglihatan. Aktivitas : Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang pasien Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak



     



Batasan Karaktristik : Berubahnya pola perilaku Berubahnya ketajaman pancaindera Distorsi pancaindera Konsentrasi yang lemah Kegelisahan Faktor-faktor yang berhubungan : Pengintegrasian pancaindera yang terganggu Penerimaan terhadap pancaindera yang terganggu



 Ingatkan yang lain untuk menggunaka n teknik  yang menguntung kan penglihatan  Gunakan pencahayaan yang cukup untuk aktivitas yang sedang dilakukan  Memakai  kacamata dengan benar  Memakai kontak lens dengan bear  Merawat kacamata  dengan benar  Menggunak an alat bantu penglihatan  yang lemah  Menggunak an layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah  Menggunak an alat bantu komputer NOC : Kontrol Kecemasan



kenyataan Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan Bantu pasien dalam menetapkan tujuan yang baru untuk belajar bagaimana “melihat” dengan indera yang lain Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya Berjalan satu dua langkah di depan pasien, dengan siku pasien berada di sikumu Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien Bacakan surat, koran, dan informasi lainnya pada pasien Identifikasi makanan yang ada dalam baki dalam kaitannya dengan angka-angka pada jam Gambarkan lingkungan kepada pasien NIC : Manajemen Lingkungan Defenisi: memanip ulasi sekeliling



Defenisi: tindakan seseorang  untuk menghilang kan dan mengurangi  perasaan ketakutan dan tertekan yang sumbernya tidak bisa diidentifikas  i. Indikator :



pasien untuk kebaikan terapeutik. Aktivitas :



Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien, berdasarkan tingkatan fungsi fisik dan kognisi dan sejarah perilaku di masa lalu Hilangkan objekobjek yang membahayakan dari lingkungan  Memantau  Sediakan kasur intensitas yang bersih lagi kecemasan  Menghilangk nyaman an pencetus  Beri keluarga/orang penting lainnya kecemasan  Menurunkan informasi tentang menciptakan rangsang lingkungan rumah lingkungan ketika cemas yang aman bagi pasien  Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan  koping terhadap situasi yang menekan  Menggunaka n strategi koping yang efektif  Menggunaka n teknik relaksasi untuk mengurangi rasa cemas  Melaporkan jangka waktu



penurunan setiap episode



2.







Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam pe nglihatan. Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. b. Faktor Risiko : Eksternal : Biologis ( tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)







Kimia (misalnya, racun,polutan, obat-obatan, agen farmasi,alkohol, nikotin,pengawet, kosmetik, pewarna)







Orang (agen nosokomial, pola pemupukan, pola-pola kognitif, afektif dan psikomotor)







Jenis transportasi







Nutrisi (vitamin, jenis makanan)



 



Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas, bangunan, dan /perlengkapan) Internal : Profil darah yang abnormal (leukositosis atau leukopenia, perubahan faktor penggumpalan darah, trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin)







Disfungsi biokimia







Usia perkembangan (psikologis,psikososial)







Disfungsi efektor







Penyakit imun/ autoimun







Disfungsi integratif







Malnutrisi







Fisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)







Psikologis (orientasi afektif)







Disfungsi sensori







Hipoksia jaringan Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien mendadak buram Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada



NOC : Kontr ol Risiko : Pelemahan Penglihatan  Definisi : tindakan untuk menghilangk an atau mengurangi kemungkinan perubahan fungsi penglihatan  Pantau gejala kemunduran penglihatan Pantau lingkungan  yg membahayak an mata  Hindari bahaya utk mata Gunakan  penerangan yg cukup selama beraktivitas Istirahat dari kegiatan yg  menegangkan mata Pantau gejala penyakit mata Gunakan  resep obat mata dg benar Gunakan alat pelindung mata Dapatkan pemeriksaan mata



NIC : Manajemen Keamanan Aktifitas : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien Identifikasi kebutuhan keamanan klien Pindahkan bendabenda berbahaya dari sekitar klien Pindahkan bendabenda berisiko dari lingkungan klien Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau Kurangi stimulus lingkungan NIC : Pencegahan jatuh Aktifitas : Identifikasi deficit fisik yang berpotensi untuk jatuh Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin) Berikan peralatan yang menunjang



rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu







Data Objektif :



Keadaan Umum : pasien tampak sakit TD : 140/80 mmHg nadi : 84 x/menit nafas : 16 x/ menit







Lensa : Keruh, shadow test (+)



PERSIAPAN YANG DILAKUKAN SESUDAHDILAKUKAN OPERASI











OLEH



untuk mengokohkan jalan Ajarkan klien bagaimana berpindah untuk meminimalisir trauma Hindari barangbarang berserakan di lantai Ajarkan keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana mengurangi resiko jatuh Kaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya di rumah dan bagaimana memodifikasikann ya



PERAWAT



SEBELUM DAN



a. Persiapan penderita sebelum operasi Mengatasi kecemasan







Membatasi aktivitas







Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata







Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.



 



b. Persiapan penderita setelah operasi Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama. Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.







Evaluasi penutup mata







Bantu semua kebutuhan ADL







Perawatan dan pengobatan sesuai program



  



PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain : Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk







memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina. Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat







mencegah komplikasi lebih lanjut. Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata







hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari. Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid



 



Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau progresitifitas penyakit. Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan. Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk







mengurangi kecemasan klien. Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk, mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan atau pergerakan kepala yang berlebihan.



CONTOH Kasus Kasus 7 Tn.F 50 tahun mengeluh pandangannya seperti melihat benda beterbangan dan juga kadang-kadang melihat ada kilatan pada mata kirinya, nyeri tidak ada. Pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu tidak bisa melihat benda yang jauh Diagnosa : Ablasio retina 1.



Apa sajakah penyebab ablasio retina ?



2.



Apa sajakah penatalaksanaan untuk mengatasi keluhan?



3.



Apakah diagnose keperawatan dan intervensi pada kasus diatas?



4.



Bagaimanakah monitoring pelaksanaan tindakan dan edukasi selanjutnya? JAWABAN PENGERTIAN ABLASIO RETINA



Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73). 1.



PENYEBAB ABLASIO RETINA :



a. Malformasi kongenital b. Kelainan metabolisme c. Penyakit vaskuler d. Inflamasi intraokuler e. Neoplasma f. Trauma g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina (C. Smelzer, Suzanne, 2002).



2. Karena pada ablasio retina tidak mengalami nyeri, maka untuk mengatasi keluhan-keluhan yang dirasakan penderita seperti kasus diatas adalah dengan cara : a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi Cara Pengobatannya: Prosedur laser Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen. Pembedahan Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan. Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina. Krioterapi transkleral Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002). f.



Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi. A. Persiapan pre-operatif Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama



dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.



B. Operasi a) Elektrodiatermi Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina. b) Sclera Buckling Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar. c) Photocoagulasi Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi. d) Cyro Surgery Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina. e) Cerclage Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG ( REVISI ) 1. Anamnesis Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah: a. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap. c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat. 2. Pemeriksaan Oftalmologi a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang



menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat. b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia. c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas. 3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah. b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis. c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat: 1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan dengan tempatnya ruptur, juga dapat terlihat 2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca pada koroid. 3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder 4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi



DIAGNOSA DAN INTERVENSI SEBELUM OPERASI ( Menurut NIC & NOC) ( REVISI ) DIAGNOSA yang mungkin muncul : 1. Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan ) 2. Resiko cedera sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan. g.



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN MONITORING N



Diagnosa Kep



Tujuan dan



Intervensi



o



(NANDA)



Kriteria Hasil



Kep dan Aktivitas (NIC)



Ditandai dengan DS/ DO



(NOC)



1.



     



Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )



NOC : Kompe nsasi Data Subjektif : Tingkahlaku Klien mengeluh pandangannya seperti melihat Penglihatan benda beterbangan dan juga kadang-kadang melihat ada kilatan pada mata kirinya.



NIC : Peningkatan Komunikasi : Defisit melihat Defenisi: membantu dalam menerima Defenisi: dan mempelajari kegiatan untuk Data Objektif : metode alternatif mengimbangi Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3 untuk hidup dengan Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke lemahnya inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula penglihatan gangguan on penglihatan. Indikator :  - Pantau gejala Aktivitas : dari semakin - Kenali diri sendiri Defenisi: ketika memasuki ruang buruknya perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan pasien penglihatan yang diterima yang disertai dengan penyusutan,  - Catat reaksi pasien  - Posisikan diri pelebihan, penyimpangan, terhadap rusaknya untuk atau gangguan tanggapan penglihatan (misal, menguntungka depresi, menarik diri, terhadap rangsangan tersebut. n penglihatan dan menolak kenyataan Batasan Karaktristik :  - Menerima reaksi  - Ingatkan Berubahnya pola pasien terhadap yang lain rusaknya penglihatan perilaku untuk  Bantu pasien dalam Berubahnya ketajaman pancaindera menggunakan menetapkan tujuan yang Distorsi pancaindera teknik yang baru untuk belajar Konsentrasi yang menguntungka bagaimana “melihat” lemah n penglihatan dengan indera yang lain Kegelisahan  - Gunakan  - Andalkan penglihatan Faktor-faktor yang berhubungan : pasien yang tersisa pencahayaan Pengintegrasian pancaindera yang yang cukup sebagaimana mestinya terganggu untuk aktivitas - Berjalan satu dua Penerimaan terhadap pancaindera yang langkah di depan pasien, yang sedang terganggu dengan siku pasien dilakukan berada di sikumu  - Memakai  - Rujuk pasien dengan kacamata masalah penglihatan ke agen yang sesuai dengan benar  - Jangan memindahkan  Memakai



















kontak lens dengan bear - Merawat  kacamata dengan benar - Menggunaka n alat bantu penglihatan yang lemah  - Menggunaka n layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah - Menggunaka n alat bantu komputer



benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien - Bacakan surat, koran, dan informasi lainnya pada pasien - Identifikasi makanan yang ada dalam baki dalam kaitannya dengan angka-angka pada jam - Gambarkan lingkungan kepada pasien NIC : Manajemen Lingkungan Defenisi: memanipula si



sekeliling



untuk



pasien kebaikan



terapeutik. Aktivitas :  - Ciptakan



lingkungan



yang aman untuk pasien NOC : Kontrol  - Identifikasi kebutuhan Kecemasan rasa aman pasien,



Defenisi: tindakan seseorang untuk  menghilangka n dan mengurangi  perasaan ketakutan  dan tertekan yang sumbernya tidak bisa diidentifikasi. Indikator : 



- Memantau



intensitas kecemasan  - Menghilangkan



berdasarkan



tingkatan



fungsi fisik dan kognisi dan sejarah perilaku di masa lalu - Hilangkan objek-objek yang



membahayakan



dari lingkungan - Sediakan kasur yang bersih lagi nyaman - Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien



pencetus 



kecemasan - Menurunkan rangsang lingkungan



ketika cemas  - Mencari informasi



untuk



mengurangi kecemasan  koping terhadap situasi 



yang



menekan - Menggunakan strategi



koping



yang efektif  - Menggunakan teknik



relaksasi



untuk mengurangi rasa cemas  -



Melaporkan jangka



waktu



penurunan setiap episode



2.



Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam penglihata



NOC



n.



Risiko



: Kontrol :



Pelemahan







Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk



Penglihatan



mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang



Definisi



:



berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan.



tindakan



untuk



b. Faktor Risiko :



menghilangkan



Eksternal :  Biologis



atau mengurangi (



tingkat



imunisasi



komunitas,







kemungkinan



mikroorganisme)



perubahan fungsi 







penglihatan Pantau gejala



Kimia (misalnya, racun,polutan, obat-obatan, agen



farmasi,alkohol, nikotin,pengawet, kosmetik, pewarna) 



-



Orang (agen nosokomial, pola pemupukan, pola-



kemunduran







NIC : Manajemen Keamanan Aktifitas : - Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien - Identifikasi kebutuhan keamanan klien - Pindahkan bendabenda berbahaya dari sekitar klien - Pindahkan benda-



pola kognitif, afektif dan psikomotor)



-







Jenis transportasi







Nutrisi (vitamin, jenis makanan)







Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas,



penglihatan Pantau



 yg



lingkungan



bangunan, dan /perlengkapan)



membahayakan mata Hindari



bahaya  Internal : utk mata  Profil darah yang abnormal (leukositosis atau- Gunakan leukopenia, perubahan faktor penggumpalan darah, penerangan yg  trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin) cukup selama 



Disfungsi biokimia







Usia perkembangan (psikologis,psikososial)







Disfungsi efektor







Penyakit imun/ autoimun







Disfungsi integratif







Malnutrisi







Fisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)







Psikologis (orientasi afektif)







Disfungsi sensori







Hipoksia jaringan



-



beraktivitas Istirahat dari kegiatan



yg



menegangkan







-



mata Pantau



-



penyakit mata Gunakan resep obat



-



gejala



dg 



mata



benar Gunakan



alat



pelindung mata



Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien-



Dapatkan



mendadak buram



pemeriksaan



Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut



mata







atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu Data Objektif :



Keadaan Umum : pasien tampak sakit TD : 140/80 mmHg nadi : 84 x/menit nafas : 16 x/ menit











Lensa : Keruh, shadow test (+)







benda berisiko dari lingkungan klien - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih - Posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau - Kurangi stimulus lingkungan NIC : Pencegahan jatuh Aktifitas : - Identifikasi deficit fisik yang berpotensi untuk jatuh - Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin) - Berikan peralatan yang menunjang untuk mengokohkan jalan - Ajarkan klien bagaimana berpindah untuk meminimalisir trauma - Hindari barangbarang berserakan di lantai - Ajarkan keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana



mengurangi resiko jatuh - Kaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya di rumah dan bagaimana memodifikasikanny a



DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI MENURUT DONGOES Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina. Tujuan: Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut. Kriteria: Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif / bedrest total. Klien mampu menjelaskan rresiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya. Intervensi: Ajarkan klien untuk bedrest total. Rasional : agar lapisan saraf yang terlepas tidak bertambah parah. Berikan penjelasan tujuan bedrest total. Rasional: agar klien mematuhi dan mengerti maksud perlakuan bedrest total. Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, batuk, bersin, muntah. Rasional : mencegah bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas. Jaga kebersihan mata. Rasional: mencegah terjadinya infeksi. Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter. Rasional: dengan pemberian obat-obatan diharapkan kondisi penglihatan dapat dipertahankan / tidak tertambah parah.



Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan Tujuan: Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya. Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan.



Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya bila dilakukan operasi. Intervensi : Kaji tingkat ansietas klien (ringan, sedang, berat, panik). Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan / pemberian askep selanjutnya. Berikan kenyamanan dan ketenteraman hati. Rasional: agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit dan prognosenya. Rasional: agar klien mengetahui / memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat. Berikan / tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien. Rasional: agar klilen merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietasnya. Rasional: untuk mengetahui cara yang efektif menurunkan / mengurangi ansietas klien. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan. Rasional: agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginanya dan tidak bertentangan dengan program perawatan. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan, komplikasi danperawatan tindak lanjut. Tujuan : Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan / dilakukan untuk pengobatan akibat dari penyakit dan penurunan situasi beresiko (tidak aman, polusi). Kriteria: Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol dan kesalahan persepsi. Menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala. Mengungkapkan maksud / tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi. Intervensi: Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penatalaksanaan program terapeutik yang efektif. Rasional: agar diketahui penyebab yang menghalangi sehingga dapat segera diatasi sesuai prioritas. Bangun rasa percaya diri. Rasional: agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri / dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan. Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif. Rasional: agar klien mampu dan mau melakukan / melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran sertanya dalam pengobatan / perawatan dirinya.



Jelaskan dan bicarakan : proses penyakit, aturan pengobatan / perawatan, efek samping prognosis penyakitnya. Rasional : agar klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan dan perlakuan yang tidak menyenagkan. 4.MONITORING PELAKSANAAN TINDAKAN DAN EDUKASI PERSIAPAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN OPERASI a. Persiapan penderita sebelum operasi  Mengatasi kecemasan 



Membatasi aktivitas







Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola



mata 



Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan



kontriksi. b. Persiapan penderita setelah operasi  Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama. 



Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.







Evaluasi penutup mata







Bantu semua kebutuhan ADL







Perawatan dan pengobatan sesuai program



  



PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain : Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk







memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina. Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.







Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata







hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari. Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid



 



Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau progresitifitas penyakit. Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan. Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk







mengurangi kecemasan klien. Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk, mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan atau pergerakan kepala yang berlebihan



DAFTAR PUSTAKA ( KLIK DISINI ) C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta Brooker, Christine. 2001. “Buku Saku Keperawatan Edisi 31”. Jakarta: EGC. Hazil, Maryadi. 2009. “Askep Ablasio Retina”. Ilyas, Sidarta. 2009. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: FKUI. Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA McCloskey, Joanne C and Gloria M.Bulecheck.1996. Nursing Interventions http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-ablasio.html