Atresia Hymenalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ATRESIA HYMENALIS



A. Faktor Risiko Satu-satunya faktor risiko sejauh ini yang berhubungan dengan atresia hymenalis (hymen imperforata) adalah adanya riwayat keluarga, sebagai faktor herediter. Pewarisan gen secara autosomal maupun gonosomal. Defek dari ductus mullerian merupakan kelainan poligenik dan multifaktorial (Sakalkale dan Samarakkody, 2005).



B. Patogenesis Traktus genitalia terbentuk saat embriogenesis, tepatnya tiga minggu setelah kontrasepsi hingga trimester kedua. Pada minggu ketujuh, terbentuk septum urorectal diantara rectum dan sinus urogenital. Selanjutnya, pada minggu kesembilan, ductus mulleria akan memanjang ke caudal dan membentuk canalis uterovaginalis, melanjut hingga sinus urogenitalis. Pada minggu keduabelas, pasangan ductus mullerian akan berfusi menjadi canalis uterovaginalis primitif. Dua evaginasi dari bagian distal tuberkel mullerian membentuk bulbus sinovaginal (lempeng vaginal). Bagian cephalic ductus mullerian akan membentuk fimbria dan tuba fallopi. Sedangkan bagian distal dari ductus mullerian akan membentuk uterus dan vagina proximal. Pembentukan kanal pada ductus paramesonephricus berjalan ke arah caudal sehingga membentuk vaginal distal (Oakes et al., 2010). Pada bulan kelima kehamilan, pembentukan canalis vaginalis akan sempurna. Hymen akan terbentuk dari proliferasi bulbus sinovaginalis dan terbentuk introitus pada saat sebelum atau tepat setelah kelahiran janin. Atresia hymenalis (hymen imperforata) terbentuk akibat gagalnya lembaran jaringan proliferasi bulbus vaginalis yang gagal mengalami kanalisasi. Derajat perforasi hymen bervariasi, tergantung dari seberapa jauh kegagalan kanalisasi yang terjadi. Hymen sebenarnya berasal dari lapisan endoderm epitel sinus urogenital, berupa membran mukosa yang tipis. Hymen imperforata juga dapat terbentuk akibat kegagalan pemisahan mesoderm dan primitive streak, agenesis atau hipoplasia, duplikasi, dan kegagalan resorpsi. Beberapa bentuk yang mungkin muncul adalah hymen cribiformis dan hymen septata (Oakes et al., 2010).



C. Terapi Lama Operasi merupakan penatalaksanaan definitif yang diperlukan, yaitu hymenotomy. Pada beberapa pasien yang mengalami hematokolpos, dapat dilakukan laparoskopi operatif untuk menatalaksana adhesi pada pelvis dan endometriosis akibat menstruasi retrogade. Hymenotomy ditujukan untuk membuka membran hymen agar terbentuk introitus vagina. Insisi dilakukan dengan skalpel, dimana sebelumnya telah dilaksanakan anestesi lokal misalnya bupivakain 0,25%. Insisi dilakukan pada diameter diagonal untuk menghindari cedera urethra. Perdarahan yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan jahitan interuptus menggunakan benang yang dapat diserap (misalnya 4-0 polyglycolic acid suture). Pasien mendapatkan kateterisasi Foley selama dua minggu untuk membantu urinasi. Setelah operasi dapat diberikan non steroid anti inflammatory drugs (NSAID) seperti ibuprofen untuk mengatasi nyeri. Lidokain topikal (jelly) dapat diaplikasikan pascaoperasi pada introitus vagina sebagai anestesi. Krim estrogen lokal dapat digunakan pada lokasi insisi setiap hari selama dua minggu (Acar et al., 2007).



D. Terapi Baru Kondisi atresia hymenalis sulit didiagnosis hingga munculnya masa pubertas, dimana pasien yang notabene merupakan wanita muda akan mengeluhkan nyeri abdominal siklik, adanya massa pada abdomen inferior, dan keluhan lainnya. Oleh karena itu, di masa depan diharapkan dokter dapat segera mendeteksi genitalia neonatus dan anak-anak agar dapat segera dilaksanakan operasi korektif. Manajemen prosedur operasi atresia hymenalis tidak mengalami perubahan bermakna. Namun terdapat variasi teknik operasi, antara lain penggunaan laser dan electrosurgery untuk menggantikan skalpel dalam proses insisi membran hymenalis (Basaran et al., 2009).



E. Komplikasi 1. Endometriosis Endometriosis merupakan peristiwa tumbuhnya jaringan mirip endometrium di luar uterus. Hal ini dapat terjadi pada atresia hymenalis akibat ketiadaan hiatus hymen,



sehingga pasien akan mengalami menstruasi retrogade dan menyebabkan adhesi jaringan pada rongga abdomen dan sekitarnya (Acien et al., 2007). 2. Hematokolpos Hematokolpos merupakan kondisi wanita pascamenopause, dimana canalis vaginalis terisi oleh darah menstruasi yang tidak dapat dikeluarkan, hal ini terjadi akibat atresia hymenalis. Darah yang tersumbat menyebabkan dispareunia, nyeri panggul, dan nyeri punggung bawah (Verma et al., 2009).



DAFTAR PUSTAKA



Acar A, Balci O, Karatayli R, Capar M, Colakoglu MC. 2007. The treatment of 65 women with imperforate hymen by a central incision and application of Foley catheter. BJOG. Nov 2007;114(11):1376-1379. Acién P, Velasco I, Gutiérrez M, Martínez-Beltrán M. 2007. Aromatase expression in endometriotic tissues and its relationship to clinical and analytical findings. Fertil Steril. Jul 2007;88(1):32-8. Basaran M, Usal D, Aydemir C. 2009. Hymen sparing surgery for imperforate hymen: case reports and review of literature. J Pediatr Adolesc Gynecol. Aug 2009;22(4):e61-4. Oakes MB, Hussain HK, Smith YR, Quint EH. 2010. Concomitant resorptive defects of the reproductive tract: a uterocervicovaginal septum and imperforate hymen. Fertil Steril. Jan 2010;93(1):268.e3-5. Sakalkale R, Samarakkody U. 2005. Familial occurrence of imperforate hymen. J Pediatr Adolesc Gynecol. Dec 2005;18(6):427-429. Verma SK, Baltarowich OH, Lev-Toaff AS, Mitchell DG, Vema M, Batzer F. 2009. Hematocolpos Secondary to Acquired Vaginal Scarring After Radiation Therapy for Colorectal Carcinoma. J Ultrasound Med 2009; 28:949–953.