Att - 1432467757756 - 5. Kerusakan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JENIS KERUSAKAN TRACK & BRIDGE TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN



KELAIKAN KONDISI JALAN REL BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN PERKA



5.1 NO GO ITEM



JENIS KERUSAKAN REL MACAM SAMBUNGAN KEAUSAN REL a e h Keausan Maksimum yang diizinkan: Jenis Rel e.max(mm) a.max(mm) R42 R50 R54 R60



13 15 15 15



10 12 12 12



Gambar 5.1, Keausan Rel



MACAM SAMBUNGAN DEFECT (DEPEK / CACAT) Defect pada sambungan Diakibatkan karena celah yang terlalu lebar sehingga hantaman roda membuat cacat pada bagian ujung rel. Dorslag / Selip Aus berupa titik pada kepala rel karena selipnya roda kereta.



Gambar 5.2, Cacat Rel (Defect)



MACAM REL PATAH SAMBUNGAN



Gambar 5.3, Rel Patah



5.2 KERUSAKAN REL



Defect pada sambungan las Diakibatkan sambungan las yang tidak siku, sehingga menjadi cacat akibat hantaman bandasi roda. Rel Patah Pada Las Biasa terjadi pada sambungan las dimana pada posisi tersebut terdapat lubang baut sambung atau bekas pemotongan rel yang dengan blander.



JENIS KERUSAKAN PENAMBAT KELENGKAPAN ? Ketidaklengkapan alat penambat berpengaruh pada pelebaran



sepur. ? Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan



sejajar & beruntun.



Gambar 5.4, Tanpa Penambat 2 bantalan sejajar dan beruntun. Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan sejajar & beruntun



MACAM SAMBUNGAN KERUSAKAN GAYA JEPIT Selain dapat meredam getaran, alat penambat elastik juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi dan mampu memberikan perlawanan rangkak (creep resistance). Oleh karena itu tidak dibenarkan memasang alat penambat elastik dengan cara dipukul dengan palu, karena dapat melemahkan gaya jepit penambat. Dilarang memasang alat penambat elastik dengan cara dipukul dengan menggunakan palu!



JENIS KERUSAKAN SAMBUNGAN



Gambar 5.5, Pelat Sambungan



Jenis Kerusakan Pada Sambungan: ? Kelengkapan Baut Sambungan : Baut harus terpasang sesuai dengan jumlah lubang baut yang ada. ? Baut Kendor : Kurang kencangnya baut mempengaruhi kerasnya hentakan roda pada sambungan rel. ? Jarak celah atau siar yang terlalu lebar (Untuk ukuran lebar celah ideal lihat Bab sebelumnya). Dilarang memotong dan melubangi rel dengan menggunakan blander!



5.3 PENAMBAT & SAMBUNGAN



JENIS KERUSAKAN WESEL



Bagian Persilangan



KERUSAKAN GEOMETRI



h



a b



c



Bagian Penerus



g



d



Bagian Pengarah



g



Titik matematis



e f



Gambar 5.6, Anatomi Wesel.



5.4 WESEL



a. Pertinggian ¹ 0. Penyebab: Balas tidak padat Efek Kerusakan: Menyebabkan rel aus tidak merata. b. Lebar Sepur. Penyebab: Lubang penambat pada bantalan longgar, bantalan lapuk, penambat kendor atau rel aus. Efek Kerusakan: Keausan pada material wesel seperti jarum, lidah dan rel paksa. c. Lidah Gantung. Penyebab: Balas tidak padat atau bantalan lapuk. Efek Kerusakan: Lidah wesel tidak bisa menutup rapat sehingga rawan terlanggar oleh roda KA.



KERUSAKAN MATERIAL a. Keausan Material Rel Penyebab: Adanya pertinggian ¹ 0 atau adanya pelebaran sepur. Efek Kerusakan: Pelebaran lebar sepur. b. Keausan Material Lidah Penyebab: Lebar sepur tidak normal, wesel merupakan bagian dari lengkung. Efek Kerusakan: Goyangan pada KA karena lidah tidak menutup sempurna. c. Keausan Material Jarum Penyebab: Lebar sepur pada Point of Protection tidak normal atau Jarak rel paksa dengan rel luar terlalu lebar. Efek Kerusakan: Tidak terarahkannya roda KA sehingga memungkinkan terjadi anjlog. d. Bantalan Lapuk Penyebab: Usia bantalan, Efek Kerusakan: Pelebaran sepur dan genjotan. e. Keausan Material Rel Paksa Penyebab: Jarak antara rel paksa dan rel luar kurang dari normal. Efek Kerusakan: Lebar sepur pada point of protection tidak terjaga, jarum menjadi aus. f. Kecrotan Penyebab: Balas tipis, adanya campuran tanah pada balas, drainase tidak baik. Efek Kerusakan: Genjotan.



JENIS KERUSAKAN WESEL KATEGORI KERUSAKAN JARUM



T



erdapat 3 jenis kategori kerusakan jarum wesel. Pengelompokan ini berfungsi sebagai acuan prioritas perbaikan. Adapun jenis dan ciri kerusakannya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:



Rusak Ringan 400mm



Jarum Aus ±6mm



200mm Gambar 5.7, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak ringan



Rusak Sedang 400mm



200mm



Jarum Aus ±10mm 25mm



Aus ±10mm



Gambar 5.8, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak sedang



Rusak Berat 400mm



Jarum Aus ±45mm 50mm Retak Kedalaman 50mm



200mm



Aus ±70mm



Gambar 5.9, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak berat



5.5 WESEL



JENIS KERUSAKAN BANTALAN BANTALAN KAYU Kerusakan Bantalan Kayu dikategorikan menjadi 3 jenis kerusakan sesuai dengan jenis kerusakan pada DMJR.



Kerusakan kategori I (X) : Bantalan tidak dapat menahan gaya arah longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan. Contoh: lubang baut/tirepon longgar. Kerusakan kategori II (XX) : Bantalan tidak dapat menahan gaya arah transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L). Contoh: Bantalan lapuk disekitar lubang tirepon Kerusakan kategori III (XXX) : Bantalan tidak dapat menahan gaya arah transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical (V). Contoh: Bantalan lapuk keseluruhan, pecah memanjang arah bantalan, dan bantalan putus V T



L Gambar 5.10, Arah Gaya Yang Bekerja Pada Bantalan



BANTALAN BESI Kerusakan bantalan besi umumnya karena bentuk bantalan yang sudah berubah (karena retak atau bengkok), sehingga mempengaruhi lebar sepurnya.



Gambar 5.11, Jenis Kerusakan Bantalan Besi, bengkok akibat anjlogan sehingga lebar sepur menyempit.



BANTALAN BETON Setiap kerusakan pada bantalan beton mempengaruhi kekuatan dari bantalan beton itu sendiri, beberapa jenis kerusakan pada bantalan beton: Kerusakan kategori I (X): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan. Contoh: penambat tidak dapat mencengkeram rel (clamping force melemah)



5.6 BANTALAN



JENIS KERUSAKAN KONSTRUKSI BAWAH BANTALAN Kerusakan kategori II (XX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L). Contoh: shoulder rusak sehingga penambat tidak dapat terpasang sempurna. Kerusakan kategori III (XXX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical (V). Contoh: bantalan pecah sehingga tendon terlihat dan bantalan di bawah rel hancur.



JENIS KERUSAKAN KONSTRUKSI BAWAH konstruksi atas konstruksi bawah Gambar 5.12, Penampang Melintang Jalan Rel



Kerusakan suatu konstruksi bawah jalan rel tidak berpengaruh secara langsung kepada perjalanan KA. Akan tetapi jika konstruksi bagian bawah jalan rel tidak baik atau rusak, maka stabilitas konstruksi di atasnya akan ikut terganggu. Ada beberapa bentuk kerusakan konstruksi bawah jalan rel, antara lain: Kecrotan Penyebab : ? Celah sambungan terlalu besar ? Rel depek atau las kenik vertikal ? Bantalan pecah tidak diganti ? Drainase tidak baik (Saluran tidak mengalir, muka air tinggi) Balas Mati Penyebab : ? Tubuh ban tipis ? Tumpahan pelumas dari KA Tubuh Baan Kurus Ciri fisik : Posisi urugan terlalu curam dan tidak terdapat penahan balas



Tidak Boleh Terdapat Kecrotan Pada Jalan Rel! Jika Terdapat Rumput Di Atas Balas Indikasi Balas Tipis



5.7 KONSTRUKSI BAWAH



JENIS KERUSAKAN GEOMETRI JALAN REL Kerusakan geometri bukan kerusakan fisik material jalan rel. Akan tetapi kerusakan geometri salah satunya bisa disebabkan karena adanya kerusakan material. berlaku juga kebalikannya, kerusakan geometri yang dibiarkan bisa berakibat pada rusaknya material jalan rel. LEBAR SEPUR Bentuk Kerusakan : Lebar sepur melebar atau menyempit. Penyebab : Rel Aus, Lubang bantalan kayu longgar, Bantalan besi bengkok, Salah tipe lebar sepur bantalan beton, Isolator hilang, Bantalan pecah. Toleransi Lebar Sepur +5mm, -2mm



ALINEMEN Bentu Kerusakan Penyebab



: Goyangan, Genjotan : Balas tidak padat (kerusakan alinemen vertikal), balas tipis (kerusakan alinemen horisontal), rel spaten, tubuhbaan bergerak.



LENGKUNG Kerusakan geometri pada lengkung biasanya terjadi karena permasalahan: ? Pertinggian PLA ? Anak Panah PLA ? Pertinggian Lengkung Penuh ? Anak Panah Lengkung Penuh ? Pelebaran Sepur ? Posisi balas lebih banyak di bahu luar. SKILU Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel dengan toleransi kecepatan yang berlaku pada titik tersebut. Tidak boleh terdapat Skilu pada jalan rel terutama pada titik-titik mati! OPRIT Kerusakan Angkatan karena landai terlalu curam



5.8 GEOMETRI



PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan



K



ejadian anjlogan tentu tidak pernah kita harapkan, selain berpotensi menghilangkan nyawa seseorang, buruknya pencitraan publik pada jasa armada kereta api, dan perpecahan internal akibat perdebatan terjadinya anjlogan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab dari tejadinya anjlogan, bukan untuk mendukung perdebatan, melainkan untuk menjadi wawasan untuk meminimalisir potensi terjadinya anjlogan terutama yang diakibatkan oleh faktor prasarana.



Anjlogan Kereta didefinisikan sebagai keluarnya roda dari rel. Ada dua jenis cara anjlog: 1. Karena suatu sebab, roda dipaksa naik sampai ketinggian tertentu sehingga flens berada di atas kepala rel kemidan akibat pengaruh gaya lateral, flens tersebut menyeberangi rel dan jatuh di sisi lain. 2. Roda naik sendiri begitu tinggi sehingga ujung flens berada di atas kepala rel, bergerak lateral dan kemudian jatuh.



1



2



3



4



5



Gambar 5.13, Proses naiknya flens roda



Berdasarkan penyebabnya, anjlogan dapat terjadi akibat oleh beberapa hal di bawah ini: 1. Cacat pada geometri jalan rel, jalan rel meliuk (spaten) akibat tekanan suhu yang tinggi dan melebarnya sepur. 2. Cacat pada as roda, bearing macet, pegas atau komponen suspensi ada yang patah. 3. Gaya longitudinal yang bekerja sepanjang rangkaian. 4. Pengereman mendadak, menyebabkan tumburan dari rangkaian dan naiknya roda. 5. Boper dari kereta terangkai lepas dan saling menimpa, akibat kurangnya kelenturan. Biasanya terjadi di lengkung atau ketika melewati wesel.



5.9 PENYEBAB ANJLOGAN



PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan 6.



7.



8. 9.



1. ?



? ?



Langsiran panjang yang melewati lengkung tajam (lengkung radius kecil), tekanan pada boper menjadi besar dan berpotensi menyebabkan anjlog. K e s a l a h a n menempatkan Gambar 5.13, Pengereman mendadak m u a t a n d a n bergesernya muatan ketika kereta berjalan. KA melanggar kecepatan maksimum. Anjlog akibat naiknya flens menyangkut masalah kondisi pemeliharaan sarana dan geometri jalan rel. Penyebab utama naiknya flens roda: Tidak memamadainya karakteristik sarana untuk lengkung Penjelasan : Dalam kondisi ideal, flens hanya sedikit menyentuh rel. Karena sifatnya yang rigid (kaku) roda memiliki keterbatasan gerak untuk menyesuaikan posisinya. Saat memasuki lengkung, roda tetap bergerak lurus, sehingga flens menyentuh rel dan mengarahkan sarana sesuai dengan lengkung. Permasalahan : Ketika memasuki lengkung, bidang kontak roda dengan rel semakin luas, kemungkinan flens terangkat dan keluar track menjadi besar. Pencegahan : ? Lebar sepur pada lengkung harus sesuai dengan radiusnya. ? Lakukan pemeriksaan dan perbaikan lengkung secara periodic.



Gambar 5.14, Saat Memasuki Lengkung Posisi Flens Roda Tetap Searah Kereta, Tidak Dinamis Mengikuti Bentuk Lengkung.



5.10 PENYEBAB ANJLOGAN



PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan 2. ?



? ?



Tidak memadainya kualitas gerak lateral sarana Penjelasan : Dalam suatu pergerakan sarana terdapat keterkaitan antara lebar sepur dan profil flens. Namun yang utama dalam keterkaitan tersebut adalah lebar celah antara roda dan rel. Ketika lebar celah diluar toleransi maka kemungkinan yang terjadi adalah pergerakan kereta ke arah lateral menjadi besar, sehingga dorongan roda untuk keluar dari track menjadi besar. Permasalahan : Lebar sepur tidak terjaga, Rel aus, flens roda aus. Pencegahan : ? Menjaga lebar sepur agar tetap dalam batasan toleransi (-2mm, +5mm). ? Prioritas penggantian rel aus terutama pada area rawan (lengkung).



Gambar 5.15, Gerakan sarana saat berjalan pada track.



3. ? ?



Kerusakan alinemen jalan rel Penjelasan : Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap kerusakan yang terjadi pada jalan rel akan berefek pada setiap sarana yang bergerak di atasnya. Permasalahan : ? Lebar Sepur tidak terjaga akibat bantalan tidak mengikat lagi dan kurangnya penambat. ? Skilu, perbedaan Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel dengan toleransi kecepatan yang berlaku pada titik tersebut. ? Liukan, adanya spaten atau ngulet akibat suhu lingkungan yang tinggi dan kurangnya penambat terpasang. ? Lidah wesel tidak menutup sempurna, flens naik atau membuka paksa lidah yang tertutup, atau karena flens roda tipis. ? Jarum aus, posisi vang rel lebih tinggi, sehingga roda kehilangan arah saat memasuki jarum.



5.11 PENYEBAB ANJLOGAN



PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan ?



Pencegahan : ? Lebar sepur : ganti bantalan yang sudah tidak mengikat lebar sepur, terutama bantalan kayu lapuk, bantalan beton pecah dan lengkapi penambat yang tidak terpasang. ? Skilu : perawatan geometri, terutama kerataan track. ? Liukan : melengkapi penambat, menambah balas pada area yang sering terjadi spaten. ? Lidah wesel : baud-baud dikencangkan, perhatikan kerataan (tidak ada pertinggian/pertinggian pada wesel harus = 0mm) ? Jarum aus : lakukan pemeriksaan dan perbaikan secara periodik sesuai lokasi wesel dan segera ajukan pengelasan jarum sudah mendekati batas toleransi aus.



Gambar 5.16, Skilu pada jalan rel mengakibatkan hilangnya tekanan roda.



4.



Kerusakan alinemen sarana atau alinemen jarak roda pada bogi



?



Penjelasan : Jenis puntiran yang kesemuanya memberikan kontribusi terhadap hilangnya tekanan roda yaitu: puntiran fisik pada jalan rel (skilu), puntiran akibat selisih lawan lendut (camber) pada pegas sarana, puntiran karena rangka bawah sarana, puntiran karena muatan yang tidak seimbang letaknya. Puntiran menyebabkan hilangnya tekanan roda depan luar dan menimbulkan goncangan pada sarana yang berjalan. Goncangan (gerakan rotasi sepanjang diagonal) akan terus berlanjut sampai roda depan lainnya kehilangan tekanan sehingga yang menyangga sarana tinggal dua pasang roda yang berlawanan (masuknya tinggal bogi belakang saja). Permasalahan : ? Beratnya berkurang ? Pegasnya lebih keras, sehingga lebih mudah anjlog Seberapa jauh sarana bisa mengimbangi kerusakan jalan rel tergantung pada lawan lendut pegasnya. Sarana yang berat dengan pegas yang lebih baik lebih mudah mengatasi skilu.



?



5.12 PENYEBAB ANJLOGAN



PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan ?



Pencegahan : ? Mempersiapkan kondisi jalan rel agar tidak berpotensi pada terjadinya anjlogan. ? Pihak sarana mempersiapkan sarana yang siap operasi.



Gambar 5.17, Skilu pada bogi terjadi puntiran karena muatan yang tidak seimbang letaknya dan pegas yang keras



Kesimpulan Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap kerusakan yang terjadi pada jalan rel akan berefek pada setiap sarana yang bergerak di atasnya. Dalam banyak situasi kejadian anjlogan lebih banyak disebabkan oleh prasarana jalan rel yang tidak siap operasi. Kondisi geometri yang tidak baik dapat memicu ketidakstabilan sarana yang berjalan di atasnya sehingga akhirnya keluar dari track. Maka yang harus dilakukan adalah pencegahan agar tidak terjadi anjlogan, dengan mempersiapkan jalan rel yang siap operasi.



5.13 PENYEBAB ANJLOGAN