14 0 1 MB
LAPORAN HASIL KAJIAN SITUASI DI RUANG CUT NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN
oleh: 1. Ayu Zulfah Nurhidayah
7. Rizaldy Pamungkas
2. Devi Rahmawati
8. Rizki Rachmawati R.
3. Fazri Firmansyah
9. Siti Wahyuni
4. Illyas Agusty Prameidya
10. Sumiyati
5. Rini
11. Yanti Laelasari
6. Riska Indrawati
12. Aqilatul Munawaroh
YAYASAN INDRA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU PROGRAM STUDI PROFESI NERS INDRAMAYU 2020
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan tentang “Hasil Evaluasi dari Implementasi” untuk sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai aplikasi keperawatan pada Stase Manajemen Keperawatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, karena dengan adanya saran dan kritik yang membangun makalah ini akan lebih baik. Semoga makalah ini dapat dipahami serta memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Arjawinangun, 07 Februari 2019
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 A.
Latar Belakang..........................................................................................1
B.
Tujuan........................................................................................................2
C.
Waktu Pelaksanaan....................................................................................2
D.
Cara Pengumpulan Data............................................................................2
BAB II......................................................................................................................4 TINJAUAN TEORI.................................................................................................4 A.
Manajemen Keperawatan..........................................................................4
B.
Fungsi-Fungsi Manajemen........................................................................4
C.
Prinsip Manajemen Keperawatan..............................................................7
D.
Proses Manajemen Keperawatan...............................................................8
E.
Lingkup Manajemen Keperawatan...........................................................9
F. Kepemimpinan dalam Keperawatan...........................................................12 G.
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)..........16
H.
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan............................................24
I.
Patient Safety..............................................................................................25
BAB III..................................................................................................................34 HASIL PENGKAJIAN..........................................................................................34 A.
Pengkajian Rumah Sakit Arjawinangun..................................................34 1.
Gambaran lokasi lahan........................................................................34
2.
Sejarah RS...........................................................................................34
3.
Profil Rumah Sakit..............................................................................35
B.
Pengkajian Ruang Rawat Inap Cut Nyak Dien.......................................40 1.
Karakteristik Ruangan.........................................................................40
2.
Aspek pelayanan keperawatan profesional..........................................80
C.
Tabel Analisis SWOT....................................................................................96
D.
Tabel Kordinat...............................................................................................99
E.
Matriks Internal dan Eksternal.....................................................................100
ii
F.
Prioritas Masalah...............................................................................103
G.
Identifikasi Penyebab Masalah (Fish Bone)......................................103
H.
Alternatif Penyelesaian Masalah.......................................................106
I.
Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah..............................................107
J.
Plan Of Action (POA)...........................................................................108
BAB IV................................................................................................................111 PEMBAHASAN..................................................................................................111 A.
Pelaksanaan Hand Hygiene...................................................................111
B.
Pelaksanaan Batuk Efektif dan Etika Batuk.........................................114
C.
Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan (SAK).............................114
BAB V..................................................................................................................123 SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................123 A.
Simpulan................................................................................................123
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya perlu penataan atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No.44 tahun 2009). Ujung tombak dari pelayanan rumah sakit diukur dari pelayanan atau kinerja perawat, karena jumlah tenaga kesehatan terbesar di rumah sakit adalah perawat dan perawat yang mendampingi klien selama 24 jam penuh. Manajemen keperawatan merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk klien. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2011, hlm. 49). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana proses keperawatan
terdiri
atas
pengumpulan
data,
identifikasi
masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2011, hlm. 49). Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan
1
perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit (Nursalam, 2014, hlm. 168). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menerapkan
sistem pemberian
pelayanan
keperawatan profesional (SP2KP) dalam dunia kerja dengan penuh tanggung jawab dan efisien sesuai standar diruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun. 2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan di ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun. 2. Mengimplementasi 6 langkah hand hygiene dan 5 moment pada perawat diruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun 3. Mengimplementasikan kelengkapan SAK tentang bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun C. Waktu Pelaksanaan Tanggal 28 Januari – 05 Februari 2020 D. Cara Pengumpulan Data 1. Observasi Mengobservasi proses pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan, keadaan inventaris ruangan, pelaksanaan tugas kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiete, hubungan staf keperawatan dengan tim kesehatan lain, discharge planing, pelaksanaan universal precaution, patient safety dan komunikasi terapeutik.
2
2. Wawancara Wawancara dilakukan pada kepala ruangan, perawat primer, perawat asosiete, dan pasien. 3. Studi dokumentasi Mengumpulkan data mengenai dokumentasi keperawatan, struktur organisasi, inventaris ruangan. 4. Angket Kuisioner untuk menilai kepuasan pasien dan kuisioner keselamatan pasien.
3
BAB II TINJAUAN TEORI A. Manajemen Keperawatan Manajemen adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka (Suyanto 2009, hlm.5). Manajemen keperawatan merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Kuntoro, 2010, hlm.2). Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, (informasi, personel, peralatan dan fasilitas), proses, output (hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan), control (upaya meningkatkan kualitas hasil), dan mekanisme umpan balik (menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan) (Kuntoro, 2010, hlm.24). B. Fungsi-Fungsi Manajemen 1. Perencanaan Perencanaan adalah menyusun langkah strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan
tujuan,
mengalokasikan
anggaran
belanja,
menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas kerja staf, serta menegakkan kebijakan dan prosedur operasional untuk
4
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam 2011, hlm.53). 2. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok, manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swanburg, 2000, hlm. 2015). 3. Staffing / Ketenagaan a. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawataan 1) Faktor klien a) Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan perawatan b) Tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia, maupun faktor spesifik c) Jumlah klien dan fluktuasi (naik turunnya) d) Keadaan sos-eko yang memenuhi kesehatannya e) Harapan klien dengan keluarganya 2) Faktor staf/tenaga a) Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan b) Kebijakan pengaturan dinas c) Peran fungsi dan dan tanggung jawab perawat d) Kebijakan personalia e) Tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan f) Kelangkaan tenaga perawat spesifik sikap etis para profesional 3) Faktor lingkungan a) Tipe dan lokasi RS b) Lay out ruang keperawatan c) Fasilitas dan pelayanan kesehatan yang diberikan d) Kelengkapan peralatan medis atau diagnostic e) Yang penunjang dari instalasi lain, ex. PMI
5
f) Macam kegiatan yang dilakukan: penyuluhan, kunjungan rumah, dll. 4) Faktor organisasi a) Mutu pelayanan b) Kebijakan pembinaan dan pengembangan b. Penentuan beban kerja 1) Jumlah pasien/hari/bulan/tahun 2) Kondisi pasien 3) Rata-rata lama rawat 4) Pengukuran pelayanan langsung dan tidak langsung 5) Frekuensi tindakan keperawatan a) Pengalaman atau tingkah laku perawat b) Keterampilan c) Pengetahuan c. Macam-macam cara dinas 1) 7 jam/shift : dengan 6 hari kerja = 40 jam/mgg 2) 8 jam/shift : dengan 5 hari kerja = 40 jam/mgg 3) 10 jam/shift : dengan 4 hari kerja = 40 jam/mgg 4. Penggerakkan Menurut Suarli & Bahtiar (2010, hlm.13) penggerakkan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini, diusahakan agar orang yang diperintah dari atasan, tetapi tergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan kesadaran sendiri. Ada tiga tipe penggerakkan yang dapat dijadikan bahan acuan, yaitu kepemimpinan, motivasi kerja, serta KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) dan komunikasi. 5. Pengendalian dan pengawasan Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan sasaran yang sudah ditentukan
6
sebelumnya. Tujuan dari pengawasan ialah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan tujuan atau sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik, karena pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan tidak efisien dan tidak efektif (Suarli & Bahtiar, 2010, hlm.16). C. Prinsip Manajemen Keperawatan Menurut Swanburg (2000, hlm. 10) menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut: 1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan 2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif 3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan. 4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat. 5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial 6. Manajemen keperawatan adalah perorganisasian 7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, di siplin dan bidang studi 8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi 9. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan 10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin 11. Manajemen keperawatan memotivasi 12. Manajemen keperawatan merupakan kominikasi efektif 13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
7
D. Proses Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam (2013) proses manajemen keperawatan meliputi: 1. Pengkajian-pengumpulan data Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas). Tenaga keperawatan, administrasi dan bagian
keuangan
yang
akan
mempengaruhi
fungsi
operasional
keperawatan secara keseluruhan. Manjaer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. 2. Perencanaan Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan. 3. Pelaksanaan Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. 4. Evaluasi Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan. Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
8
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil.
OUTPUT
INPUT 1. 2. 3. 4.
Tenaga Biaya pelaksana Standart (protap) Dokumentasi/ laporan
1. Pengorganisasian 2. Pelaksanaan asuhan: a. Pengkajian b. Diagnosa keperawatan c. Perencanaan d. Evaluasi 3. Pendokumentasian
Kepuasan pasien keluarga 1. Tangibles 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. emphaty
dan
E. Lingkup Manajemen Keperawatan Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi : 1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan 2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa 3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat 4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan 5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: 1.
Manajemen operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
9
a. Manajemen puncak Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Manajemen menengah b. Manajemen
menengah
harus
memeiliki
keahlian
interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk. c. Manajemen bawah Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orangorang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Kemampuan menerapkan pengetahuan 2) Keterampilan kepemimpinan 3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin 4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen 2.
Manajemen asuhan keperawatan Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas
10
kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Manajemen
asuhan
keperawatan
merupakan
suatu
proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien. a. Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat menentukan pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan dimasa mendatang. Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi, menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang unik. b. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Perawat menganalisa
data
pengkajian
untuk
merumuskan
diagnosa
keperawatan c. Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosa keperawatan d. Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan merupakan langkah berikut dalam proses keperawatan e. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan yang dipilih sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang aktual dan tingkat asuhan yang diberikan. Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus menerus dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya.
11
F. Kepemimpinan dalam Keperawatan Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : 1. Perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik keperawatan 2. Penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien 3. Pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan 4. Mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5. Koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan 6. Evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya. Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer
keperawatan
mampu
memperlihatkan
keterampilan
menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1. Kepiawaian dalam menggunakan posisi 2. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif 3. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan
12
dalam
4. Mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja 5. Mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi 6. Pengorganisasian Keperawatan Pengorganisasian adalah pengidentifikasi kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan, dan menyesuaikan desain organisasi dan
struktur
untuk
memenuhi
kebutuhan,
seperti
perencanaan.
Pengorganisasian yang hal utama adalah tindakan berpikir. Ada empat bentuk organisasi : 1. Unit 2. Departemen 3. Puncak; divisi atau tingkat eksekutif dari manajemen organisasi 4. Tingkat operasional, meliputi semua fase pekerjaan dalam struktur organisasi. Selama organisasi, aktivitas-aktivitas dikelompokkan, tanggung jawab dan
wewenang
ditentukan,
dan
hubungan
kerja
dibuat
untuk
memungkinkan baik organisasi dan karyawan untuk menyadari objektif bersama. Struktur organisasi berkaitan dengan keefektifan dalam komunikasi. Pengorganisasian adalah proses yang berkelanjutan yang memerlukan waktu 1 minggu hingga 5 atau 10 tahun. Pengorganisasian untuk desentralisasi dan proses manajemen partisipasi dapat masuk dalam kategori perencanaan strategis 3 hingga 10 tahun (Swanburg, 2000, hlm. 7-8). Tiga aspek penting dalam pengorganisasian, yaitu: 1. Pola
struktur
yang
berarti
proses
hubungan
interaksi
yang
dikembangkan secara efektif 2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi 3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat. Prinsip – prinsip Pengorganisasian keperawatan meliputi yaitu:
13
a. Pembagian Kerja Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang atau petugas di ruang memiliki tugas tertentu. Untuk itu manajer keperawatan perlu mengetahui tentang: 1) Pendidikan dan pengalaman setiap staff 2) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut 3) perawat yang diterapkan di RS tersebut 4) mengetahui ruang lingkup tugas keperawatan mulai dari manajemen puncak sampai manajemen bawah dan staf dalam organisasi RS 5) mengetahui wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya 6) mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan. b. Pendelegasian Tugas Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Dengan pendelegasian manajer keperawatan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting. Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan. Sementara bagi manajer keperawatan dapat memberikan pengaruh baik internal maupun
14
eksternal, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain. c. Koordinasi Koordinasi adalah upaya yang dilakukan oleh manajer keperawatan dalam rangka keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga dalam lini organisasi pelayanan keperawatan. Keselarasan ini dapat terjalin antara pimpinan dan perawat dengan anggota tim kesehatan lain. Agar mencapai kegiatan koordinasi dengan efektif dan efisien maka koordinasi sebaiknya dilakukan dengan cara yaitu : 1) Komunikasi terbuka 2) Dialog 3) Pertemuan/rapat 4) Pencatatan dan pelaporan 5) Pembakuan formulir yang berlaku. d. Manajemen Waktu Dalam mengorganisir sumber daya, manajer keperawatan perlu mengatur / mengendalikan dan membuat prioritas waktu terhadap pelaksanaan pelayanan keperawatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif. e. Sumber Daya Manusia SumberDaya Manusia (SDM) Perawat menjadi prioritas utama di dalam pengorganisasian ruang rawat dan sebagai ujung tombak di dalam memberikan pelayanan. Komposisi dan kualifikasi tenaga perawat yang ditempatkan di dalam suatu ruang rawat haruslah memenuhi standar tertentu. Maka diperlukan suatu pedoman manajemen SDM Perawat yang meliputi: rekrutmen, seleksi, kontrak kerja,
program
orientasi,
manajemen
kemampuan SDM Perawat.
15
kinerja,
dan
supervisi
Gillies (1994) menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan.Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan kepada klien. Perawat bekerja dan selalu bertemu dengan klien (pasien) selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. G. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) 1. Pengertian SP2KP SP2KP adalah Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional. SP2KP adalah system pemberian pelayanan keperawatan professional yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama professional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. 2. Kelebihan SP2KP Kelebihan dari SP2KP adalah pelayanan keperawatan kepada pasien lebih terstruktur dan kinerja perawat lebih professional. 3. Mana yang Lebih Baik SP2KP atau MPKP Lebih terstruktur, terorganisir SP2KP karena SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien 4. Perbedaan MPKP dan SP2KP Dalam model MPKP tidak terdapat PP (perawat primer), jika di SP2KP mengenal mengenai PP dan PA (perawat associate) 5. Hambatan dalam penerapan SP2KP dan MPKP Adapun hambatan dalam penerapan MPKP dan SP2KP adalah kurangnya sumber daya manusia yang kompeten.
16
6. Kinerja Perawat Setelah Penerapan SP2KP Lebih bertanggung jawab kepada klien, lebih profesional dari pada sebelumnya. 7. Peran PP dalam SP2KP Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP berugas dalam menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokterm, ahli gizi, farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya
berdasarkan
hasil
pengkajiannya
dan
yang
berhubungan dengan perawatannya pasien, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan medis nantinya. 8. Efisiensi Ruang Rawat Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu pelayanan kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari segi ekonomi dan medis, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu, untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam (Posma, 2001) di kutip dari Anggraini 2008. Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikatorindikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap: a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = Angka pengguanaa tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a periode under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 6085% (Depkes RI, 2005).
17
Rumus: jumlahhari perawatan di rumah sakit ¿¿ b. ALOS (Average Lenght of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS
menurut
Huffman
(1994)
adalah
“The
average
hospitalization stay of inpatient discharge during the periode under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus: jumlah lama dirawat jumlah pasien keluar ( hidup+mati ) c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus: ¿¿ d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tepat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah “... the net effect of changed in occupancy ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempattidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipaka dalam satu satuan waktu tertentu.
18
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus: jumlah pasien dir awat (hidup +mati) jumlah tempat tidur e. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus: jumlah pasienmati >48 jam x 100 % jumlah pasien keluar ( hidup +mati ) f. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus: jumlah pasienma ti seluruhnya x 100 % jumlah pasien keluar(hidup+mati ) 9. Menghitung Tenaga Perawat a. Cara ratio Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Cara ratio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan
19
menkes RI Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut: Tipe RS A&B C D Khusus Keterangan:
TM/TT 1/(4-7) 1/9 1/15 Disesuaikan
TPP/TT (3-4)/2 1/1 ½
TPNP/TT 1/3 1/5 1/6
TM
: Tenaga Medis
TT
: Tempat Tidur
TPP
: Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP
: Tenaga Para Medis Non Perawatan
TNP
: Tenaga Non Medis
TNM/TT 1/1 ¾ 2/3
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional. b. Cara Demand Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut: 1.
Untuk kasus gawat darurat
: 86,31 menit
2.
Untuk kasus mendesak
: 71,28 menit
3.
Untuk kasus tidak mendesak
: 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:
20
No 1 2 3
Jenis pelayanan Non bedah Bedah Campuran bedah dan
non
Rata-rata jam perawatan/hari 3,4 3,4 3,5
bedah 4 Post partum 3,0 5 Bayi baru lahir 2,5 Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need c.
Cara Gillies Gillies
(1989)
mengemukakan
rumus
kebutuhan
tenaga
keperawatan di satu unit perawatan sebagai berikut: Keterangan: A= rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B= rata-rata jumlah pasien/hari C= jumlah hari/tahun D= jumlah hari libur masing-masing perawat E= jumlah jam kerja masing-masing perawat F= jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G= jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H= jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan: 1) Perawatan langsung, dalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik,
psikologis,
dan
spiritual.
Berdasarkan
tingkat
ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care, dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk: a)
Self care dibutuhkan ½ X 4 jam
21
= 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ X 4 jam
= 3 jam
c)
= 4 – 6 jam
Total care dibutuhkan 1 – 1 ½ X 4 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 X 4 jam
= 8 jam
2) Perawatan tak langsung meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, hal.245) = 38 menit/klien/hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, hal.245) = 60 menit/klien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John hpokins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies, 1994). 3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/klien/hari. Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata-ratanya atau menurut “Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus: Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% a)
Jumlah tempat tertentu x 365
b) Jumlah hari per tahun, yaitu 365 hari 4) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu 128 hari, hari Minggu= 52 hari dan hari Sabtu= 52 hari. Untuk hari Sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari. 5) Jumlah hari kerja tiap perawat adalah 40 jam per Minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalau hari kerja efektif 6 hari per Minggu maka 40/6 jam= 6,6 jam per hari.
22
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu ubit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan) d.
Metoda Formulasi Nina Contoh perhitungannya: Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60%, sedangkan rata-rata jam perawatan adalah 4 jam per hari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah: 1) Tahap 1 Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh di atas A = 4 jam/hari 2) Tahap II Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh klien dalam satu hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200 3) Tahap III Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C = B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam 4) Tahap IV Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun D = C x BOR/80 = 438000 x 180/80 = 985500 Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan. 5) Tahap V Didapat E = jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan E = 985500/1878 = 524,76 (525 orang)
23
Angka 1878 didapat dari hari efektif per tahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6 jam). e.
Metode hasil Lokakarya Keperawatan Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI, 1989), rumusan yang
dapat
digunakan
untuk
perhitungan
kebutuhan
tenaga
keperawatan adalah: Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Giliies (1989) di atas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 225% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu) H. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, dan rekanan ( Eko,I. 2001). Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989). Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negeri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010 (Reliable Health Information 2010 dalam Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.
24
I. Patient Safety
1. Pengertian Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau
bebas
dari
cedera
yang
potensial
terjadi
(penyakit,cederafisik/sosial psikologis, cacat, kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2008). Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana RS membuatasuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes, 2006). 2. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain: a.
Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
b.
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c.
Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).
d.
Terlaksananya
program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
pengulangan KTD. 3. Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain: a.
Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
b.
Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.
c.
Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien.
d.
Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program akreditasi rumah sakit.
4. Sistim keselamatan pasien rumah sakit : a.
Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia.
25
b.
Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy.
c.
Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi.
d.
Penetapan panduan, pedoman, SOP, standart indikator keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan riset.
e.
Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya
5. Langkah penerapan program patient safety (DepKes.2006) a.
Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b.
Membangun komitmen dan fokus yang jelas tentang keselamatan pasien.
c.
Membangun sistem dan proses managemen resiko serta melakukan
d.
identifikasi dan assessmen terhadap potensial masalah.
e.
Membangun sistim pelaporan.
f.
Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
g.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan melakukan analisis akar masalah.
h.
Mencegah cedera melalui implementasi sistim keselamatan pasien dengan menggunakan informasi yang ada
6. Langkah-langkah Pelaksanaan Patient Safety a.
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, soundalike medication names)
b.
Pastikan identifikasi pasien
c.
Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d.
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e.
Kendalikan cairan elektrolit pekat
f.
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g.
Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h.
Gunakan alat injeksi sekali pakai
i.
Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
7. Pelaksanaan Standart precaution Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), Standart precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease
26
Control and Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu menurut Kurniawati dan Nursalam (2007), kewaspadaan Standart (KU) atau Standart Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Tujuan Standart precautions menurut Kurniawati dan Nursalam (2007): a.
Mengendalikan infeksi secara konsisten Standart precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu, untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui darah.
b.
Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat seperti berisiko. Prinsip Standart precautions diharapkan akan mendapat perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan tubuh yang lain baik infeksi yang telah diagnosis maupun yang belum diketahui.
c.
Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien Standart precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari risiko terpajan oleh infeksi HIV namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
d.
Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya Standart precautionsini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi lain yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah / cairan tubuh.
8. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Lori Di Prete Brown, et. al dalam Wijono, 1999, menjelaskan bahwa kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut dalam beberapa dimensi :
27
a.
Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat merugikan pasien.
b.
Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. Efektifitas, kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
c.
Hubungan antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian.
d.
Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat.
e.
Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan yang lengkap sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan preventif.
f.
Keamanan dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan
pelayanan
melibatkan
petugas
dan
pasien.
Keramahan/kenikmatan (Amenietis) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. Dimensi mutu yang lain menurut Dep Kes 2006, yaitu keprofesian, efisiensi, keamanan pasien, kepuasan pasien, aspek sosial budaya. e.
Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu
28
Mutu pelayanan rumah sakit perlu untuk ditingkatkan dengan pendekatan sistem, menurut Donabedian dalam Wijono, 1999 bahwa penilaian mutu terbagi atas input/struktur, proses, dan outcome. Struktur meliputi peralatan dan sarana fisik, keuangan, organisasi dan ,sumber daya kesehatan lainnya. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : jumlah besarnya input, mutu struktur atau mutu input, besarnya anggaran
atau biaya, kewajaran. Proses
merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara professional oleh tenaga kesehatan. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Sedangkan outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan professional terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome merupakan evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan pelanggan (Wijono, 1999). Penilaian mutu menurut Dep Kes R.I, 2006 terdiri dari struktur, proses, dan outcome. Struktur adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan, dan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan, Proses adalah kegiatan yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien, evaluasi, diagnosa
keperawatan,
konseling,
pengobatan,
tindakan
dan
penanganan pasien secara efektif dan bermutu. Outcome adalah kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat keseahtan dan kepuasan pelanggan. f.
Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan cara mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indicator yang
relevan
berkaitan
dengan
struktur,
proses,
dan
outcomes. Indikator terdiri dari indikator proses, indikator outcome. Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga
29
kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, dan Indikator klinis lain seperti : Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan sebagainya. g.
Komponen dokumentasi asuhan keperawatan 1) Dokumentasi tahap pengkajian keperawatan Pendokumentasian data yang meliputi pencatatan dan pelaporan merupakan tahap akhir dari proses pengkajian. Dokumentasi pengkajian keperawatan dapat mengacu pada beberapa prinsip antara lain memutuskan apa yang akan dilaporkan, memutuskan apakah data yang dikategorikan normal atau abnormal, dan menerima serta melaporkan informasi tentang kondisi klien (Deswani, 2009). Standar dokumentasi pengkajian keperawatan adalah
perawat
mendokumentasikan
data
pengkajian
keperawatan dengan cara yang sistematis, komprehensif, akurat, dan terus menerus (Nursalam, 2008& Hutahaean, 2010). Metode pendokumentasian pengkajian keperawatan menurut Hutahaean (2010) adalah: Gunakan format pengkajian, kelompokkan datadata berdasarkan metode pendekatan yang digunakan, tuliskan data objektif dan data subjektif, sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data, ikuti aturan atau prosedur yang dipakai oleh instasnsi tuliskan secara ringkas dan jelas. 2) Dokumentasi tahap diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu bentuk pernyataan dari perawat yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap masalah yang dialami. Respon tersebut dapat berbentuk
negatif
maupun
positif.
Diagnosa
ditegakkan
berdasarkan rumus yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang diperoleh dari klien. Rumusan diagnosa
30
keperawatan dapat berbentuk diagnosa aktual, risiko, sindrom, potensial, dan kemungkinan (Deswani, 2009). Metode
dalam
pendokumentasian
diagnosa
keperawatan
menurut Hutahaean (2010) adalah: a)
Tuliskan masalah/problem klien atau perubahan status kesehatan klien.
b) Masalah yang dialami klien didahului adanya penyebab dan keduanya dihubungkan dengan kata-kata “sehubungan dengan” atau “berhubungan dengan” c)
Setelah masalah
(problem)
dan penyebab (etiologi)
kemudian diikuti dengan tanda dan gejala (symptom) yang dihubungkan dengan kata “ditandai dengan” d) Tulis istilah atau kata-kata yang umum digunakan e)
Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
3) Dokumentasi tahap perencanaan keperawatan Dokumentasi tahap perencanaan keperawatan harus mencakup masalah yang paling penting pada klien (apakah telah teratasi atau membaik saat klien pulang dari rumah sakit) dan intervensi yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan klien, termasuk pengajaran
dan
perencanaan
pulang
(Deswani,
2009).
Komponen penting dalam dokumentasi rencana keperawatan adalah diagnosa keperawatan, tujuan dan Kriteria yang diharapkan, dan rencana intervensi dilakukan kepada klien yang ditulis secara spesifik dan dapat diukur (Nursalam, 2008 & Hutahaean, 2010). 4) Dokumentasi tahap implementasi keperawatan Catatan menunjukkan bahwa standar dokumentasi, “perawat mencatat semua intervensi keperawatan” telah dicapai bila mencakup hal-hal: a)
Deskripsi intervensi yang menyatakan apa yang telah dilakukan untuk klien, mengapa intervensi dikerjakan,
31
bagaimana intervensi dikerjakan, lama prosedur dikerjakan, siapa yang melakukan dan bagaimana klien berrespon. b) Catat
tindakan-tindakan
kenyamanan
dan
untuk
pengontrolan
keselamatan infeksi,
klien,
pendidikan
kesehatan yang berhubungan dengan intervensi. c)
Lembar alur digunakan untuk menunjukkan intervensi keperawatan
yang
telah
ditetapkan
dan
observasi,
penanganan yang sifatnya repetitif atau teknologi tinggi. d) Catatan perkembangan yang menjabarkan instruksi perawat dan instruksi dokter dan cara melakukannya. e)
Intervensi dikoordinasikan dengan komponen lain dari proses keperawatan (Muhlisin, 2011).
5) Dokumentasi tahap evaluasi keperawatan Standar dokumentasi evaluasi keperawatan adalah terus mendokumentasikan pernyataan evaluasi asuhan keperawatan yang merefleksikan efektivitas dari asuhan keperawatan, respon klien untuk intervensi keperawatan, dan revisi rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2008). Pernyataan evaluasi formatif dan sumatif dimasukkan ke dalam catatan kesehatan. a)
Korelasi yang dapat dipercaya ada diantara data klinis yang ditampilkan dan kesimpulan yang dicapai perawat.
b) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan untuk mengukur perkembangan klien. c)
Ringkasan pindah, keluar, kematian dan atau ringkasan evaluasi periodic mingguan dan bulanan menunjukkan perhatian untuk klien dan meringkas semua aspek utama dari perawatan klien.
d) Revisi perencanaan keperawatan didokumentasikan bila masalah baru muncul, bila ada perubahan kondisi klien, jika hasil yang diharapkan telah dicapai dan bila intervensi tidak efektif.
32
e)
Catatan
perkembangan
dan
formulir
khusus
seperti
checklist, flowsheet dan formulir pindah memberikan data bagi revisi rencana asuhan keperawatan.
33
BAB III HASIL PENGKAJIAN A. Pengkajian Rumah Sakit Arjawinangun 1. Gambaran lokasi lahan Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun sejak tahun 1976 menempati lahan yang sangat sempit yaitu seluas 1,1 ha dengan luas bangunan sekitar 8800 m2 dan jumlah tempat tidur sebanyak 168 TT. Pada tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Cirebon menyediakan tanah seluas 4,5 ha di ruas jalan pantura di desa Kebonturi Kecamatan Arjawinangun (saat ini status tanah milik Pemkab Cirebon sudah dengan sertifikasi) sehingga pada tahun 2008 mulai dilakukan pembangunan dilokasi yang baru dengan membangun Gedung Pelayanan Rawat Jalan dengan biaya sebesar sekitar 9 M bersumber dari APBDII Kabupaten Cirebon. Tahun 2009 pembangunan terus dilanjutkan yaitu membangun Gedung IGD dan ICU dengan biaya dari TP APBN 2009 sebesar 5 M dan Gedung IGD Kebidanan dengan biaya sebesar 1,25 M dari DAK 2009. Gedung baru mulai difungsikan sejak April 2010 dan kapasitas pelayanan rawat inap semakin bertambah menjadi 315 TT pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 dengan digunakannya ruang perawatan VVIP, VIP, Kelas I dan II, maka Kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 414 TT. 2. Sejarah RS RSUD Arjawinangun dibangun secara bertahap, berawal dari Puskesmas Arjawinangun dengan tempat perawatan sejak tahun 1970. Pada tanggal 20 Juni 1979 berdasarkan SK Bupati NO 032.2/VI/1979 ditetapkan menjadi RSUD Arjawinangun kelas D dengan 45 Tempat Tidur (TT), berdasarkan SK Menkes RI tanggal 23 Oktober 1994 No 1183/Menkes/SK/X/ 94 ditetapkan sebagai RSU Pemerintah Kelas D. Sesuai SK Menkes RI No 110/Menkes/SK/I/95 ditetapkan sebagai RSU Kelas C dan pada tahun 1996 ditindaklanjuti dengan Perda Kabupaten Cirebon No
34
4 Tahun 1996 tentang Pembentukan RSUD Kelas C. Pada tahun 2001 status RSUD Arjawinangun berubah menjadi Badan berdasarkan Perda Kabupaten Cirebon tanggal 30 Nopember 2001 No 64 tahun 2001 sehingga terjadi perubahan nomenklatur rumah sakit menjadi RSUD Arjawinangun. Sejalan dengan diterbitkannya PP no 41 tahun 2007 tentang SOTK Pemerintah Daerah yang harus dilaksanakan, maka Pemerintah Kabupaten Cirebon menerbitkan Perda No 5 tahun 2009 tanggal 25 Juni 2009 tentang SOTK baru Pemerintah Kabupaten Cirebon dan perangkatnya. Berdasarkan Peraturan daerah no 5 tahun 2009 tersebut nomenklatur RS Arjawinangun berubah menjadi RSUD Arjawinangun. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 03 .05/I/7873/2010 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, RSUD Arjawinangun sebagai rumah sakit kelas C naik menjadi kelas B, kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan daerah kabupaten Cirebon No.12 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten. Rumah Sakit Arjawinangun Kabupaten Cirebon, dalam pasal 5 menetapkan bahwa RSUD Arjawinangun adalah kelas B Non Pendidikan. Pada tanggal 26 Juli 2011 dilakukan pembahasan tupoksi RSUD Arjawinangun 2011 dan pada tanggal 2 Nopember 2011 dilaksanakan pelantikan Struktur Manajemen RSUD Arjawinangun Kelas serta pada tanggal 18 Juli 2012 diresmikan oleh Bupati sebagai rumah sakit Kelas B, pada tahun 2015 telah diresmikan ruang perawatan jiwa sehingga RSUD Arjawinangun menjadi rumah sakit pemerintah daerah yang mengintegrasikan perawatan jiwa dengan perawatan fisik. 3. Profil Rumah Sakit a. Visi Rumah Sakit “ Rumah Sakit yang Modern, Terpercaya dan Menyenangkan” Modern : masa kini, terbaru atau mutakhir. Modern juga bisa berarti sikap atau cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.
35
Terpercaya : yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dsb) kpd diri sendiri ataupun pelanggan. Menyenangkan:
menjadikan
senang;
membuat
bersuka
hati,
membangkitkan rasa senang hati; memuaskan menarik (hati), merasa senang (puas dsb) akan; menyukai. b. Misi Rumah Sakit 1. Memberikan pelayanan kesehatan individu yang berkualitas yang terstandar dan santun 2. Mengembangkan
Kompetensi
SDM
secara
berkesinambungan
diseluruh unit layanan 3. Membangun gedung rumah sakit yang atraktif dan fungsional 4. Melengkapi Peralatan Medis yang Canggih dan Memadai 5. Mengembangkan sistem-sistem yang mendukung Operasionalisasi RS yang mengutamakan kepentingan pelanggan 6. Berperan aktif dalam menurunkan AKI dan AKB dalam rangka meningkatkan IPM di Kab. Cirebon c. Moto Rumah Sakit “Kesehatan anda adalah keutamaan kami”
36
d. Struktur Organisasi RS SATUAN PENGAWAS INTERN
DIREKTUR Dr. H. Bambang Sumardi, MM, MARS KOMITE KEPERAWATAN
WADIR UMUM DAN KEUANGAN Asep Sutandi, SE, M.Si Ka. Bag Kesekretariatan H. Mulyono, S.Sos, M.Si
Ka. Sub bag Umum Syamsul Huda, Amd. Ka. Sub bag Kepegawaian dan pengembagan SDM H. Basirun, Amd. Kep
Ka. Sub bag Hukum dan Humas Slamet Riyadi, SH
Ka. Bag Perencanaan dan Informasi Drs. Sujono
Ka. Sub bag Perencanaan Program dan Evaluasi Sudarmaji, SKM, MARS
Ka. Sub bag SIRS dan RM H. Supriyatno, A.Md.Kep Ka. Sub bag Penelitian dan Pengembangan Hj. Cicih Sumiarsih A.,S.ST, MM
KOMITE MEDIS
WADIR PELAYANAN Dr. HJ. Dewi Damayanti, MKM Ka. Bag Keuangan Hadi Suryaningrat, S.Sos
Ka. Bid Pelayanan Medis Dr. Christian Budiman
Ka. Bid Keperawatan H. Uus Rusli, S.Kep., Ners
Ka. Sub Bag Penyusunan Anggaran Eti Suherti, S.AP
Ka. Seksi Pel. Medis Dr. H. Edi Jubaedi
Ka. Seksi Askep Rohati, S.Kep.,Ners
Ka. Seksi Ketenagaan & Pengembangan Mutu Pelayanan Medis Dr. H. Qomaril Nur Fajar
Ka. Sub Bag Perbendaharaan dan Mobilisas Dana H. Amin Muhaemin, S.KM
Ka. Sub Bag Verifikasi dan Akuntansi Hj. Ida Nurhati, S.ST
Ka. Seksi Ketenagaan & Pengembangan mutu pel. Keperawatan Hj. Maerilin, A.Md.Kep
Kelompok Jabatan Fungsional
Instalasi
37
Ka. Bid Penunjang Pelayanan Medis H. Sekhu, S.Kep.,Ners Ka. Seksi Pemeliharaan dan Pengembangan Fasilitas Pelayanan Penunjang Medis Drg. Erni Rosita Ka. Seksi Ketenagaan dan Pengembangan Mutu Pelayanan Penunjang Medis Dr. H. Hermansyah
e. Sarana Pelayanan RS 1. Instalasi Rawat Inap Di RSUD Arjawinangun terdapat beberapa kelas ruang rawat inap yaitu kelas III sebanyak 232 tempat tidur (TT), kelas II sebanyak 67 TT, kelas I sebanyak 36 TT, kelas VIP sebanyak 15 TT, kelas VVIP sebanyak 8 TT, kelas super VVIP sebanyak 2 TT, ICU sebanyak 6 TT, ICCU sebanyak 4 TT, PICU sebanyak 2 TT, NICU sebanyak 4 TT, HCU sebanyak 30 TT, dan isolasi sebanyak 8 TT. f. Sumber Daya Manusia 1. Tenaga Keperawatan D3 Kebidanan; 68
Ners; 52
D4 Kebidanan; 10
D3 Keperawatan; 278
Data jumlah tenaga keperawatan di RSUD Arjawinangun yaitu Ners 52 orang, D3 Keperawatan sebanyak 278 orang, D3 Kebidanan 68 orang dan D4 Kebidanan 10 orang.
38
2. Ketenagaan No.
Kualifikasi
Purna Waktu
Paruh Waktu
( org ) 21
( org )
Jumlah
1
Dokter Umum
21
2
Dokter Sp. Penyakit dalam
3
3
3
Dokter Sp. OG
4
4
4
Dokter Sp. Anak
4
4
5
Dokter Sp. Bedah
3
3
6 7
Dokter Sp. Radiologi Dokter Sp. Anestesi
2 3
2 3
8
Dokter Sp. Patologi Klinik
1
1
9
Dokter Sp. Mata
2
2
10
Dokter Sp. THT
1
1
11
Dokter Sp. Jiwa
1
1
12
Dokter Sp. Paru
1
1
13
Dokter Sp. Syaraf
1
1
14
Dokter Sp. RM
15
Dokter Sp. Ortopedi
1
1
16
Dokter Sp. Bedah Syaraf
1
1
17
Dokter Sp. Jantung
1
1
18 19
Dokter Sp. KK Dokter Gigi
2 2
2 2
20
Dokter Sp. Bedah Mulut
0
0
21
Dokter Sp. Urologi
1
1
22
Drg.Spesialis Orthodonty
1
1
23
Drg.Spesialis Kedokteran
1
1
24
Gigi Anak Drg.Spesialis Konservasi
1
1
1
JUMLAH
58
39
1
1
59
B. Pengkajian Ruang Rawat Inap Cut Nyak Dien 1. Karakteristik Ruangan a. Man 1) Pasien a) Karakteristik Pasien DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN MENINGGAL TAHUN 2018 - 2019 2500 2139
2114
2049
1953
2000
1500
1000
500 161
96 0
Tahun 2018
Tahun 2019
Pasien Masuk
Pasien Keluar
Pasien Meninggal
Data jumlah pasien masuk di ruang Cut Nyak Dien pada tahun 2018 terdapat pasien masuk sejumlah 2139 pasien, pasien keluar 2049 dan pasien meninggal sebanyak 96 pasien. sedangkan pada tahun 2019 terdapat pasien masuk sejumlah 2114 pasien, pasien keluar 1953 pasien dan pasien meninggal sebanyak 161 pasien. Terdapat peningkatan sebanyak 25 pasien dari tahun 2018 – 2019. Pasien meninggal terjadi peningkatan yang tinggi yaitu 65 pasien meninggal di ruangan. DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN MENINGGAL PADA TANGGAL 20 - 22 JANUARI 2020 35 30
32
25 20 15 10
11
5 0
5 Data pada tanggal 20 - 22 Januari 2020 Pasien Masuk
Pasien Keluar
Pasien Meninggal
Berdasarkan hasil obsevasi selama 3 hari didapatkan jumlah pasien baru sebanyak 10 orang. Hari senin 1 orang, selasa 1 orang dan rabu 8 orang. 40
b) BOR Tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit dapat dilihat dari persentasi BOR (Bod Occupaion Rate). Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang Cut Nyak Dien diperoleh hasil perhitungan BOR berdasarkan data selama 1 tahun terakhir yaitu dari bulan Januari-Desember 2020 dengan jumlah tempat tidur 48 adalah sebagai berikut :
Distribusi Nilai BOR (%) Di Ruang CND pada Tahun 2019 72 71 70 69
71 70
70 69
70
70
69
69
69
68
68
68
67
67
66 65
BOR (%)
Analisis: Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata nilai BOR pada 1 tahun terakhir yaitu dari bulan Januri-Desember 2019 sebesar 68,30%, Menurut DEPKES RI (2005) menyebutkan bahwa BOR yang ideal adalah antara 60-85%, jadi dapat disimpulkan bahwa BOR di ruangan Cut Nyak Dien masuk dalam kategori baik.
BOR (%) PADA TANGGAL 20 - 22 JAN 2020 55 54
54.17
53 52
52.08
51 50
50
49 48 47
BOR (%) Senin
41
Selasa
Rabu
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai BOR pada 3 hari terakhir di ruang CND yaitu sebesar 52.08 %, menurut Depkes RI (2005) menyebutkan bahwa BOR yang ideal yaitu antara 60-85%. Sehingga BOR dalam 3 hari di ruang CND tidak sesuai dengan standar. c) LOS (Length of Stay) LOS adalah rata-rata lama hari rawat setiap pasien. Lama waktu rawat yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah 6-9 hari. Berdasarkan hasil data pada bulan Januari-Desember 2020 didapatkan data sebagai berikut : Distribusi Nilai LOS (%) Di Ruang CND pada Tahun 2019 6 5
5.21
5.15
4.97
4.97
5.29 4.68
4
4.62
4.77 4.33
4.49
4.49
3.34
3 2 1 0
LOS (%)
Berdasarkan hasil data pada tahun 2019 didapatkan data rata-rata hasil lama rawat (LOS) sebanyak 4,64/ hari. Data tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh DEPKES RI (2005) yaitu 6-9 hari. Distribusi Nilai LOS / hari pada tanggal 20 - 22 Jan 2020 LOS / hari 4.33 3.5 2.67
Senin
Selasa
42
Rabu
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai LOS pada 3 hari terakhir yaitu sebesar 3,72 /hari, LOS tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh DEPKES (2005) yaitu 6-9 hari. d) TOI (Turn Over Interval) Selang waktu antara pemakaian tempat tidur, rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standarnya 1-3 hari untuk RSU dalam satu tahun. Ruang Cut Nyak Dien memiliki 48 tempat tidur, berdasarkan data bulan Januari-Desember 2019 didapatkan bahwa : Distribusi Nilai TOI (%) Di Ruang CND pada Tahun 2019 3.5 3 2.94 2.5 2
2.56
2.51
2.67
2.32
2.09
3.15
2.94
2.79
2.8
2.53 2.08
1.5 1 0.5 0
TOI (%)
Berdasarkan diagram diatas, data pada tahun 2019 didapatkan selang waktu antar pemakaian tempat tidur (TOI) sebanyak 2,63/ hari, data tersebut sudah sesuai dengan standar selang waktu pemakaian tempat tidur menurut DEPKES RI (2005) yaitu 1-3 hari. Distribusi Nilai TOI / hari pada tanggal 20 - 22 Jan 2020 TOI / hari
11.5
7.33 4
Senin
Selasa
43
Rabu
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai TOI pada 3 hari terakhir yaitu sebesar 6,27/ hari. Data tersebut melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI (2005) yaitu 1-3 hari. e) BTO (Bed Turn Over) Frekuensi pemakaian tempat tidur, standarnya 40-50 kali (Depkes RI, 2005). Ruang Cut Nyak Dien memiliki 48 tempat tidur, berdasarkan data pada tahun 2019 didapatkan bahwa : Dist r ib u si N ila i B T O (% ) Di Ru a n g CN D p a d a T a h u n 2019 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
4.13
4.13 3.71
3.47
3.63
3.63
4.38 3.81
3.25
3.44
3.27
3.19
BTO
Berdasarkan hasil data pada bulan Januari-Desember 2019 didapatkan frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) sebanyak 44,04/ hari. Data tersebut sesuai dengan standar frekuensi yang telah ditetapkan oleh Depkes RI (2005) yaitu 40-45 kali. Distribusi Nilai BTO / hari pada tanggal 20 - 22 Jan 2020 BTO / hari 0.13
0.06 0.04
Senin
Selasa
Rabu
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai BTO pada 3 hari terakhir dengan tempat tidur 48 yaitu sebesar 0,229/ kali. Data tersebut tidak sesuai dengan standar Depkes karena data tersebut hanya diambil dalam waktu 3 hari. 44
f) NDR (Net Death Rate) Angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar, standar ideal yang ditetapkan Depkes yaitu 48 jam setelah dirawat (NDR) sebanyak 35,95/mil. Data tersebut melebihi standar yang ditetapkan Depkes yaitu < 25/mil sehingga dari data tersebut terjadi peningkatan angka kematian lebih dari 48 jam. Distribusi Nilai NDR / hari pada tanggal 20 - 22 Jan 2020 NDR / mil 125
40
Senin
Selasa
38.46
Rabu
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai NDR pada 3 hari terakhir yaitu sebesar 192,30 /mil. Berdasarkan hasil pengkajian selama 3 hari didapatkan bahwa terdapat 5 pasien yang meninggal sehingga dari data tersebut rata-rata angka kematian menjadi meningkat.
45
g) GDR (Gross Death Rate) GDR adalah angka kematian kasar untuk tiap-tiap seribu penderita keluar baik hidup atau mati. Berdasarkan data pada tahun 2019 didapatkan bahwa : Distribusi Nilai GDR (%) Di Ruang CND pada Tahun 2019 140 120 114.65
100 80
86.21
60 40 20
84.85 65.57
63.22 44.87
39.33
34.52
111.11 95.24
36.46
45.45
0
GDR
Berdasarkan hasil data pada tahun 2019 didapatkan rata-rata data GDR sebanyak 76,16 /mil. Distribusi Nilai gdr / hari pada tanggal 20 - 22 Jan 2020
125 140 120 100 80 60 40 20 0
40
Senin
Selasa
38.46
Rabu
GDR / mil
Berdasarkan diagram diatas diperoleh rata-rata nilai NDR pada 3 hari terakhir yaitu sebesar 203,46 /mil.
46
h) 10 besar penyakit di ruang CND 10 Besar Penyakit di Ruang CND pada Tahun 2018 - 2019
TB PARU
CHF
CEREBRAL INFRAK 330
302 228
118
116
2018
117
2019
Data jumlah 3 penyakit terbesar di ruang CND pada tahun 2018 dan 2019 sama yaitu TB paru, CHF dan Cerebral Infrak. Terjadi peningkatan kasus TB paru dari tahun 2018 – 2019 sebanyak 28 kasus, sedangkan terjadi penurunan pada kasus CHF sebanyak 112 kasus, dan Cerebral Infrak 1 kasus. 2) Ketenagaan a) Klasifikasi Pendidikan Formal Perawat adalah profesi yang sifat perkerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antara manusia. Terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan (Suhaeman, 2002). Klasifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan di Ruang CND
12%
88%
47
Berdasarkan diagram diatas menunjukan tenaga keperawatan di ruang Cut Nyak Dien sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan (Vokasional) sebanyak 88%. Gillies mengatakan perbandingan minimal perawat professional dan vokasional adalah 30 : 70 sementara pada ruang Cut Nyak Dien 70,83% adalah perawat vokasional. b) Klasifikasi berdasarkan jenis kelamin Klasifi kasi be rdasarkan Je nis Kel amin Te naga Ke perawatan di Ruang CND 20 20
38%
63%
Laki-Laki
Perempuan
Berdasarkan diagram diatas menunjukan tenaga keperawatan di ruang Cut Nyak Dien lebih banyak perempuan sejumlah 15 orang (61%) dan laki laki 9 orang (39%) c) Klasifikasi berdasarkan status ketenagakerjaan Klasifikasi berdasarkan STATUS KETENAGAKERJAAN di Ruang CND 2020
38%
63% PNS
Non PNS
Berdasarkan diagram diatas menunjukan tenaga keperawatan di ruang Cut Nyak Dien terdapat 15 orang (63%) berstatus Non PNS dan 9
48
orang (39%) berstatus PNS. Berdasarkan jenjang karir tersebut maka dapat menimbulkan perbedaan kesejahteraan antar perawat sehingga menyebabkan kinerja perawat Non PNS menjadi berkurang/tidak optimal. d) Klasifikasi berdasarkan jenjang karir Klasifikasi be rdasarkan JENJANG KARIR di Ruang CND 2 0 20
8%
4%
33%
54%
Pra PK
PK 1
PK 2
PK 3
Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa perawat diruang Cut Nyak Dien yang dengan jenjang karier Pra PK sebanyak 1 (4,2%), PK I sebanyak 13 (54,2%), PK II sebanyak 8 (33,3%), dan PK III sebanyak 2 (8,3%). e) Klasifikasi berdasarkan lama kerja Klasifi kasi berdasarkan LAMA KERJA di Ruang CND 2020 Klasifikasi berdasarkan Jenis Kelamin 18 tahun
1
10 tahun
2
9 tahun
6
8 tahun
2
7 tahun
2
3 tahun
9
4 bulan
2 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa lama kerja perawat diruang Cut Nyak Dien yaitu sebanyak 4 bulan 2 orang, 3 tahun 9 orang, 49
7 tahun 2 orang, 8 tahun 2 orang, 9 tahun 6 orang, 10 tahun 2 orang dan 18 tahun 1 orang. f) Klasifikasi berdasarkan pelatihan yang diikuti KLASIFIKASI BERDASARKAN PELATIHAN YANG DIIKUTI OLEH PERAWAT DI RUANG CND 2020 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pelatihan/CPD Etik dan disiplin profesi Pelayanan prima / Costumer Service Komunikasi Efektif Jenjang Karier Pelindungan HAK pasien dan keluarga Patient Safety PPI 12 Core Kompetensi Perawat Klinis 1 12 Core Kompetensi Perawat Klinis 2 BHD Team Buillding Managemen Bangsal / SP2KP Health Education Preceptorship Evidance based pratice Dasar Metodologi riset PMKP Stroke Korner BTCLS Rata Rata
Perawat ∑ 22 22 24 0 0 24 24 22 0 22 0 1 0 1 0 0 0 24 24 208
% 92 92 100 0 0 100 100 92 0 92 0 4 0 4 0 0 0 100 100 10,94
Pelatihan berdasarkan kebutuhan ruangan: Jenis Pelatihan
Sudah pelatihan Belum pelatihan BHD 22 2 Manajemen bangsal 0 3 Stroke Korner 0 BTCLS 0 24 Berdasarkan tabel diatas di ruang Cut Nyak Dien menunjukan bahwa perawat yang pernah mengikuti pelatihan Etik & disiplin profesi yaitu sebanyak 12 orang, pelayanan prima 22 orang, komunikasi efektif 24
50
orang, patien safety 24 orang, PPI 24 orang, 12 Core kompetensi PK1 22 orang dan BHD 22 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa belum adanya perawat yang mengikuti pelatihan sesuai dengan masalah yang ada di ruangan tersebut karena tidak ada rekomendasi dari rumah sakit untuk mengikuti pelatihan. Hanya ruangan tertentu saja yang mengikuti pelatihan seperti ICU, IGD, HD dan HCU. Pelatihan yanng dibutuhkan yang sesuai dengan masalah yang ada di ruangan CND seperti: pelatihan EKG, stroke korner, dan BTCLS (Basi Trauma Cardio Life Support), Manajemen bangsal. g) Kuantitas Penentu kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya adalah jumlah pasien yang dirawat perhari, perbulan, dan pertahun dalam satu unit, kondisi atau tingkat ketergantungan klien, rata-rata waktu perawatan langsung dan tidak langsung, serta pemberian cuti (Rakhmawati, 2008). Terdapat beberapa cara atau metode perhitungan jumlah tenaga perawat. Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi berdasarkan derajat ketergantungan. Menurut Douglas (1992), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori: (1) Kategori 1: Minimal care / perawatan minimal (1-2 jam/ 24 jam) Kegiatan sehari hari dapat dilakukan seminggu, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift. Tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple. (2) Kategori 2: Partialcare / perawatan parsial sebagian (3-4 jam/ 24jam) Tindakan keperawtan pada pasien ini monitor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran
51
drainase atau infus. Pasien memerlukan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit pershift atau 30-60 menit pershift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi (3) Kategori 3: Total care / perawatan total ( 5-6jam/ 24jam) Kebutuhan sehari hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu
oleh
perawat
penampilan
sakit
berat.
Pasien
memerlukan observasi terus menerus. Menurut Douglas dengan perhitungan sebagai berikut : Tabel 3.13 Klasifikasi derajat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984) Jadwal Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediat 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20
Keterangan : - Keperawatan minimal
: 1-2 jam/24 jam
- Keperawatan inter
: 3-4 jam/24 jam
- Keperawatan total
: 5-6 jam/24 jam
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan data pasien pada tanggal 21 Januari 2020 menurut formula Douglas adalah sebagai berikut :
Perawat dinas pagi: Perawatan minimal 15 pasien
: 15 x 0,17 = 2,55
Perawatan intermediat 8 pasien
:
8 x 0,27 = 2,16
Perawatan total 2 pasien
:
2 x 0,36 = 0,72
Jumlah perawat dinas pagi
= 5,43
= 5 orang
Perawatan minimal 15 pasien
: 15 x 0,14
= 2,1
Perawatan intermediat 8 pasien
:
8 x 0,15
= 1,2
Perawatan total 2 pasien
:
2 x 0,30
= 0,6
Perawat dinas sore:
52
Jumlah perawat dinas sore
= 3,9
= 3 orang
Perawatan minimal 15 pasien
: 15 x 0,07
= 1,05
Perawatan intermediat 8 pasien
:
8 x 0,10 = 0,8
Perawatan total 0 pasien
:
0 x 0,20
Jumlah perawat dinas malam
= 2,25
Perawat dinas malam:
= 0,4 = 2 orang
Jumlah tenaga perawat berdasarkan penghitungan menurut Douglass, jumlah yang dibutuhkan yaitu 10 perawat/ 24 jam. Data menunjukan jumlah perawat mencukupi. b. Money Berdasarkan data cost center di ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun terdapat pengeluaran untuk obat dan bahan habis pakai pada tahun 2018 sebesar Rp.284.764.889,- dengan jumlah pasien yang masuk sebanyak 2339 dan pada tahun 2019 sebesar Rp.172.823.980,- dengan jumlah pasien yang masuk sebanyak 2114 orang. Dari data tersebut terjadi peningkatan jumlah pasien pada tahun 2018 serta pengeluaran untuk obat dan bahan habis pakai meningkat sedangkan pada tahun 2019 terjadi penurunan jumlah pasien sehingga pengeluaran untuk obat dan bahan habis pakai mengalami penurunan, sehingga dari tahun 2018-2019 terjadi kefektifan pengeluaran untuk obat dan bahan habis pakai. Hasil wawancara dengan kepala ruangan di dapatkan bahwa sumber pemasukan pembiayaan di ruang Cut Nyak Dien berasal dari Managerial Rumah Sakit. c. Market Letak geografis RSUD Arjawinangun strategis, karena berada di jalur utama pantura sehingga konsumen dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah. a) Jumlah pasien masuk pada tahun 2018 – 2019
53
Pasien Masuk 2339
2114
2018
2019
Pasien Masuk
Berdasarkan diagram diatas diperoleh bahwa jumlah pasien masuk pada tahun 2018 sebanyak 2339 pasien sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 2114 pasien, ini menunjukan bahwa terjadi penurunan pasien masuk pada tahun 2018 – 2019 sebanyak 255 pasien. b) Pasien berdasarkan domisili Data 3 Besar Pasien Berdasarkan Domisili di Kota/Kab. Cirebon di Ruang Cut Nyak Dien pada Tahun 2019
242
235 178
Kab. Cirebon
Kec. Gegesik
Kec. Arjawinangun
Kec. Susukan
Berdasarkan diagram diatas diperoleh jumlah pasien masuk berdasarkan domisili di Kab. Cirebon di ruang CND yaitu dari Kec. Gegesik sebanyak 242 pasien. Hal ini dapat disebabkan karena Kec. Gegesik dekat dengan RSUD Arjawinangun dengan jarak + 11 km dengan waktu tempuh + 17 menit.
54
Data Pasien Berdasarkan Domisili di Kota/Kab. Indramayu di Ruang Cut Nyak Dien pada Tahun 2019
94
48 25 Kab. Indramayu
Kec. Kertasmaya
Sukagumiwang
Kec. Kedokan Bunder
Berdasarkan diagram diatas diperoleh jumlah pasien masuk berdasarkan domisili dari Kab. Indramayu di ruang CND yaitu dari Kec. Kertasmaya sebanyak 94 pasien. Hal ini dapat disebabkan karena Kec. Kertasmaya lebih dekat dengan RSUD Arjawinangun dengan jarak + 20 km dengan waktu tempuh + 25 menit sedangkan jarak ke RSUD Indramayu yaitu + 29,4 km dengan waktu tempuh + 44 menit. c) Kepuasan Pasien Kepuasan
adalah
tingkat
kepuasan
seseorang
setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 2008). Pengambilan responden (pasien) dalam mengetahui kepuasan pasien ini menggunakan teknik total sampling yaitu berjumlah 25 responden yang diambil pada tanggal 21 Januari 2020.
55
Data Kepuasan Pasien di Ruang CND pada tanggal 21 Jan 2020
Tidak Puas 20%
Puas
Tidak Puas
Puas 80%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa dari 25 pasien sebanyak 20 pasien merasa puas dengan pelayanan di ruang CND dengan persentase 80%. d. Material / machine 1. Standar Fasilitas Keperawatan Standar peralatan keperawatan & kebidanan disarana kesehatan (Depkes, 2001) a) Standar alat tenun : (1) Tersedianya alat tenun sesuai standar (2) Dokumen : jumlah, jenis, spesifikasi, kondisi, masa pakai b) Standar alat keperawatan dan kebidanan (terlampir) (1) Tersedianya sesuai standar (2) Dokumen : jumlah, spesifikasi, frekuensi penggunaan alat, kondisi, masa pakai (3) Adanya daftar inventaris yang di cek secara teratur dan berkala c) Standar alat rumah tangga (terlampir) (1) Tersedianya sesuai standar (2) Dokumen : jumlah, spesifikasi, frekuensi penggunaan alat, kondisi, masa pakai (3) Adanya daftar inventaris yang di cek secara teratur dan berkala
56
d) Standar alat pencatatan dan pelaporan (terlampir) (1) Mengidentifikasi kebutuhan (2) Menyusun rencana kebutuhan sesuai jenis pelayanan dan spesifikasi (3) Melaksanakan penyimpanan sesuai SPO (4) Melakukan koordinasi (5) Mengoptimalkan penggunaan (6) Melaksanakan pencatatan e) Standar pengelolaan (terlampir) (1) Standar pencatatan alat Perencanaan peralatan yang terintegrasi dalam perencanaan RS a. Mengidentifikasi kebutuhan sesuai standar b. Menyusun perencanaan c. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait (2) Standar pengadaan alat a. Melaksanakan pengadaan sesuai prosedur b. Melaksanakan proses penerimaan’ c. Pelatihan cara penggunaan alat (3) Standar penghapusan alat a. Sesuai dengan kebutuhan b. Melaksanakan koordinasi 2. Peralatan keperawatan meliputi : a) Alat tenun Dalam pengadaan alat tenun harus mempertimbangkan aspek : (1) Menyerap keringat (2) Mudah dibersihkan (3) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan (4) Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien (5) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman (6) Tidak menyebabkan iritasi/ perlukaan kulit
57
3. Alat kesehatan untuk pelayanan keperawatan Dalam pengadaan alat kesehatan diperhatikan aspek : a) Mudah dibersihkan b) Tidak mudah berkarat c) Ukuran standar secara umum dewasa d) Aman penggunaan baik bagi petugas dank lien e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman f) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan ergonomik g) Tersedia suku cadang terhadap kesinambungan alat h) Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur i) Alat rumah tangga j) Alat pencatatan dan pelaporan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan standar peralatan a) Kebijakan rumah sakit yang menyangkut pengadaan peralatan keperawatan b) Tingkat BOR dan TOI c) Pola penyakit dan jenis pelayanan d) Sistim pemeliharaan peralatan keperawatan dan kebidanan e) Adanya SDM yang memiliki pengetahuan dalam pengelolaan peralatan keperawatan f) Pemilihan jenis peralatan keperawatan mempertimbangkan klien, petugas dan pangsa pasa
58
Alat keperawatan di ruang CND dengan kapasitas 48 pasien ruangan N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Alat Bak instrument besar Bak instrument kecil Bak instrument sedang Bengkok Blas spuit Dorongan oksigen Eskap Gunting verban Oksigen sentral Penlight/ senter Pispot Reflek hamer Slym zuiger portable Standar infus Standar Waskom double Stetoscope Suction sentral Tensi meter Thermometer Timbangan BB Urinal pot Waskom mandi
Rasio Pasien : alat 3 3 3 3 3 1 2 Flowmeter sesuai kebutuhan 2/ruangan 5 4 1 1:1 3 3/ruangan 3/ruangan 5/ruangan 1 4 -
Standar Troly Obat Emergensi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Obat Aminophyllin injeksi Atropine sulfas injeksi Dopamine Epineprin injeksi Amidaron/tyarit Dexamethasone Ephedrine Furosemide Lidocaine
Satuan Ampul Ampul Ampul Ampul Ampul Ampul Ampul Ampul Ampul 59
Jumlah 1 5 1 2 1 5 2 1 5
10
Natrium bicarbonate
Ampul
1
Satuan Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh Bh
STOK 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
Standar Troly Peralatan Emergensi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Alat Spuit 3cc Spuit 5cc Infus set Maag slang Slang suction Foley cateter Urine bag Gudel/ OPA sesuai ukuran Nasal oksigen Rebreting masker oksigen IV Cateter Hand scoon Non rebreting masker oksigen
Peralatan Non-Medis No 1 2 3 4
Nama Alat Non-Medis Bed Pan Washer Tempat tidur pasien manual Stretcher/ brankar/ bed transport Kursi roda
Jumlah 48 1 2
Alat Pencatatan, Pelaporan dan Alat Kantor di Ruang Cut Nyak Dien No Nama Barang 1 Formulir pengkajian awal 2 Formulir NCP/ rencana keperawatan yang sudah
Jumlah Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
dalam bentuk cek list sesuai diagnose keperawatan Formulir catatan perkembangan Formulir observasi Formulir resume keperawatan Formulir catatan pengobatan Formulir permintaan darah Formulir laboratorium Formulir rontgen Formulir keterangan kematian Resep Formulir permintaan makanan
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
60
13
Formulir permintaan obat
Sesuai kebutuhan
Sarana Pendukung No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Alat Komputer Printer Kulkas Obat Telefon Televisi Lemari Arsip Kursi Ruang Tunggu
Jumlah Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan di ruang Cut Nyak Dien dapat disampaikan bahwa : 1. Pencahayaan : lampu dalam kondisi baik dan terang 2. Ventilasi : sudah cukup, tapi suasana ruangan terasa kurang nyaman karena kurang pendingin di ruangan. 3. Lantai : menggunakan keramik, bersih, kering, ada yang sedang dalam perbaikan 4. Dinding : kuat dan tidak retak 5. Atap : tidak ada yang bolong 6. Sarana air bersih : tersedia tapi tempat cuci tangan rusak di setiap ruangan 7. Tempat sampah medis dan non medis terpisah Kapasitas ruangan Cut Nyak Dien terdapat 12 ruangan dan 1 ruangan isolasi. Kamar 1-4 perawatan jantung, 5-8 ruang perawatan paru, kamar 9 ruang perawatan kulit, THT dan mata 10-12 ruang perawatan syaraf, 12 ruang perawatan THT dan Mata.
61
Daftar Alat Kesehatan Ruang Cut Nyak Dien tanggal 20-22 Januari 2020 RSUD Arjawinangun Tahun 2020 Kondisi No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Barang Alat Kesehatan Bak Instrumen Sedang Bak Instrumen kecil Bengkok Kom kecil Brangkar Kom besar Pinset anatomis Infuse pump Pinset sirurgis Korsi roda Lampu sorot tindakan Gunting klem Lampu baca rongent Nebulizer Oksimeter Ambu bag Sucsion fortable Amper Oksigen Standar infus Stetoskop dewasa Syringe pump Infus pump Tempat tidur pasien (manual) Tensimeter Thermometer Timbangan berat badan dewasa Troli emergency
Jumlah
Baik
6
6
5 3 5 1 3 4 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 16 31 4 2 3
5 3 5 1 3 4 2 2 1 1 2 1 2 3 1 1 16 31 4 2 3
48
48
2 1
2 1
1
1
1
1
62
Kurang Baik
Rusak
Ket.
Kondisi No 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Nama Barang Troli dan alat EKG Tourniquet Skerm Oksigen kecil Tabung oksigen besar Drigen Sarana pendukung AC APAR Lemari Arsip Loker Obat Computer Kulkas obat Mesin pengantar hasil lab Kursi Perawat Kursi Penunggu Pasien Kursi panjang Lemari kayu Kipas Angin Tornado Kipas Angin Dinding Meja Kayu Meja Pasien Meja nurse station Helm Sprei Selimut Televisi Telephone
Jumlah
Baik
2 1 1 1 11 2
1 1 11 2
17 2 1 2 1 1
1 2 1 1 1 1
1
1
9
9
46
46
1 1 10 11 3 48 1 4 60 48 1 1
1 1
Kurang Baik
Rusak
1
Ket.
1 1
16
10 11 3 48 1 4 60 48 1 1
Sumber :Data Inventaris Ruangan Cut Nyak Dien 2020
Alat-alat kesehatan dalam keadaaan baik namun hasil dari observasi selama dua hari tanggal 20-21 Januari 2020 alat yang di gunakan untuk tindakan sudah memadai, untuk pemberian obat tidak menggunakan troli obat, kadang hanya dibawa menggunakan baki, setelah tindakan spuit langsung di buang ke safety box tapi ada beberapa bekas obat yang tidak langsung di buang dan hanya diletakan diatas meja, safety box menggunakan drigen.
63
Pada hasil observasi ruang Cut Nyak Dien tidak sepenuhnya memiliki sarana pendukung sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan kesehatan pada pasien terutama pada ruang perawatan tempat cuci tangan rusak kecuali di nurse station dan ruang tindakan masih dapat digunakan, untuk privasi pasien kurang terjaga karena tidak terdapat penutup atau sekat antar bed, kipas angin sudah mencukupi tapi ada 1 kipas yang tidak terpasang yang tidak berfungsi dengan baik mengakibatkan ruangan masih terasa panas, terdapat AC di setiap ruangan tapi dengan kondisi rusak sehingga suhu ruangan terasa kurang nyaman, ventilasi udara kurang memadai saat sedang observasi terdapat satu ruangan yang sedang dalam perbaikan keramik (kamar 6). kebersihan ruangan dibantu oleh petugas CS setiap pagi dan siang hari. 1) Inventaris Linen Berdasarkan hasil observasi, linen yang digunakan di Ruang Cut Nyak Dirn sudah tersentral, stock sangat mencukupi untuk kebutuhan ruangan. Linen dalam keadaan baik semua, proses suplai linen langsung diperoleh dari sentral laundry RSUD Arjawinangun. Berdasarkan observasi dan wawancara ke 10 pasien pada tanggal 20-22 Januari 2020 didapatkan data bahwa linen diganti setiap hari dan berdasarkan hasil wawancara dengan perawat, linen diganti 1 hari sekali. Perawatan tempat tidur pasien merupakan hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan rasa nyaman pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga kebutuhan pasien terpenuhi. Ruang tempat penyimpanan linen tertata dengan rapih dan keadaan pintu lemari tertutup.
64
e. Metode 1. Alur pasien Pelayanan rawat inap di ruang Cut Nyak Dien yang diberikan kepada pasien di indikasikan untuk rawat inap. Secara umum alur pasien rawat inap adalah sebagai berikut: Pasien datang dari: Poliklinik/IGD/ Ruang Rawat dan Ruang Lain
Penerimaan pasien Rawat Inap: Menempatkan pasien Mempelajari rekam medik Pemberian informasi
Askep Mandiri Pengkajian
Askep Kolaborasi Terapi medis
Diagnosa keperawatan
Tindakan medis
Perencanaan
Penunjang medis radiologi/laboratorium
Evaluasi
Rehabilitasi medis Tindak lanjut
Rawat intensif Pulang Sembuh, Pulang atas permintaan sendiri, Meninggal
Kualitas lain
Sarana kesehatan jejaring : RS kelas lebih tinggi 65
Rujuk ke RS lain
2. Orientasi Pasien Baru Orientasi Pasien Baru Di Ruang Cut Nyak Dien 21 Januari 2019 No Kategori Frekuensi Presentase (%) 1 Dilakukan 7 77,8 2 Tidak dilakukan 2 22,2 Jumlah 9 100,0 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2020 didapatkan perawat dari 9 pasien yang terdapat 7 pasien yang dilakukan orientasi (77,8%). Hal yang tidak dilakukan paling banyak adalah perawat lupa untuk memperkenalkan diri, menjelaskan tata tertib diruangan (jam kunjung, jumlah penunggu dan hak kewajiban pasien). Hal tersebut menujukan bahwa tidak semua pasien diberikan orientasi ruangan sesuai dengan SPO. 1) Pengendalian mutu Manajemen mutu unit rawat inap tidak terlepas dari mutu pelayanan keperawatan dan merupakan bagian dari manajemen mutu pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit. Lingkup mutu pelayanan keperawatan mencakup pengendalian mutu klinik pelayanan keperawatan, mutu pembiayaaan dan mutu kinerja perawat. a) Mutu klinik pelayanan keperawatan Mutu pelayanan keperawatan ditentukan dengan indikator klinik keperawatan dan merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Indikator klinik pelayanan keperawatan terdiri dari : keselamatan pasien (pasient safety), angka dekubitus, pasien jatuh, pengikatan, kesalahan dan pemberian obat,
66
keterbatasan perawatan diri (self care), kenyamanan (bebas nyeri), kecemasan, pengetahuan dan keluarga serta kepuasan pasien. b) Mutu pembiayaan pelayanan keperawatan Mutu pembiayaan pelayanan keperawatan ditentukan dengan indikator, meliputi : (1) Penggunaan anggran sesuai dengan perencanaan (2) Tingkat penyerapan anggaran (3) Tingkat efisiensi anggaran c) Mutu kinerja perawat Mutu kinerja perawat ditentukan dengan indikator sebagai berikut : (1) Tingkat produktivitas kerja perawat (2) Tingkat kompetensi karier perawat sesuai dengan jenjang karier (3) Tingkat
kepatuhan
perawat menerapkan
standar operasional
prosedur (4) Pencapaian pelaksanaan tugas sesuai tupoksi 2) Indikator Mutu Ruang Cut Nyak Dien Terdapat 9 indikator mutu di ruang Cut Nyak Dien, yaitu : (1)
Kelengkapan assessment medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap
(2)
Kejadian reaksi transfusi
(3)
Infeksi luka infus (ILI/phlebitis)
(4)
Infeksi aliran darah primer (IADP)
(5)
Infeksi saluran kemih (ISK)
(6)
Kejadian decubitus selama masa perawatan
(7)
Insiden
keamanan
obat
yang
perlu
diwaspadai (8)
Kejadian pasien jatuh
(9)
Penanganan pasien tuberculosis yang tidak sesuai strategi DOTS (directly observed treatmen shortcourse).
3. Infeksi luka infus (ILI/phlebitis)
67
Angka kejadian terjadinya phlebitis paska pemasangan kateter vena perifer yang timbul setelah 3x24 jam pemasangan. Pengumpulan data dilakukan dalam satu bulan dengan periode analisa data 3 bulan, standar kejaidan infeksi phlebitis dalam satu bulan sebanyak 15%. Hasil data yang didaptakan berdasarkan studi dokumentasi selama satu tahun sebagai berikut : Angka Kejadian Phlebitis (%) di Ruang CND Pada Tahun 2019 12 10 8 6 4 2 0
Angka Kejadian Phlebitis (%)
Berdasarkan genogram diatas didapatkan bahwa angka kejadian phlebitis selama tahun 2019 sebanyaj 39%. Kasus phlebitis tertinggi pada bulan Januari 2019 sebanyak 11%. Standar kejadian plebitis menurut indikator mutu pelayanan berdasarkan standar pelayanan minimum adalah 15% per bulan. Hasil tersebut menunjukan bahwa kejadian plebitis di ruangan Cut Nyak Dien masih dalam rentang normal, hal tersebut ditunjukan dengan hasil observasi pada pemasangan infus
perawat
melakukannya sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan, sehingga kejadian plebitis di ruangan masih dibawah standar.
68
Pemasangan Infus Sesuai SPO pada Pasien di Ruang CND
100%
Sesuai
Tidak sesuai
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan perawat yang melakukan pemasangan infus dengan sesuai SPO dari 5 orang semua perawat sudah melakukan tindakan sesuai SPO. Pelaksanaan tindakan yang sudah sesuai dengan SPO akan memberikan peningkatan kulitas asuhan keperawatan dan mencegah terjadinya imfeksi pada lokasi pemasangan infus. 4. Kepatuhan Hand Hygine Menurut definisi oprasional hand hygine petugas tahu kapan kebersihan tangan dilaksanakan (lima moment) dan kebersihan tangan dilaksankan secara konsisten 6 langkah kebersihan tangan sesuai petunjuk WHO. Survey tersebut seharusnya dilakukan setiap satu bulan dengan periode analisa 3 bulan dengan standar 80%. Hasil survey selama 3 hari didapatkan sebagai berikut :
69
KEPATUHAN HAND HYGIENE BERDASARKAN 6 LANGKAH
46% 54%
Dilakukan
Tidak dilakukan
Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan 5 moment 10 9
9
8
8 7 6 5
6
6
SB TA
ST CP
5
4 3 2 1 0
SB KP
ST KP
Ket: SB KP = Sebelum ke pasien ST KP= Setelah kontak pasien SB TA
ST LP
= Sebelum tindakan aseptik ST LP= Setelah terkena lingkungan ST CP = Setelah terkena cairan pasien
Hasil observasi yang dilakukan didapatkan bahwa hasil observasi pada 13 perawat associate di ruang Cut Nyak Dien diketahui bahwa kepatuhan cuci tangan 6 langkah tidak dilakukan sebanyak 7 (54%) perawat, hal yang sering tidak lakukan oleh perawat pada 6 langkah yaitu: menggosok punggung tangan secara bergantian, membersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi mengunci dan kepatuhan hand hygiene 5 momen yang jarang dilakukan yaitu: sebelum kontak dengan pasien. Hasil tersebut menunjukan bahwa masih kurangnya kesadaran perawat dalam melakukan kepatuhan cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien. Cuci tangan dilakukan untuk mencegah transmisi kuman dari perawat kepada pasien dan sebaliknya supaya tidak ada infeksi atau bertambahnya masalah pada pasien. 8. Identifikasi Pasien dalam Pemberian Obat
70
Pemberian Obat Sesuai SPO pada Pasien di Ruang CND
40% 60%
Dilakukan
Tidak dilakukan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan perawat yang melakukan identifikasi pasien sebelum pemberian obat sebanyak 40% sedangkan perawat yang tidak melakukan identifikasi pasien sebanyak 60%. Terutama perawat tidak menyebutkan nama perawat sebelum memberikan obat, perawat tidak validasi indentitas pasien dan tidak melihat gelang indentitas pasien.
5. Kejadian Jatuh Resiko Jatuh pada Pasien di Ruang CND Tanggal 21 Januari 2019
40% 60%
Tidak Beresiko Jatuh
Beresiko Jatuh
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2020 didapatkan perawat selalu mengkaji pasien dengan resiko jatuh. Dari
71
25 pasien terdapat 15 (60,0%) pasien yang tidak beresiko. Hasil observasi didapatkan assesment pasien dengan resiko jatuh selalu dilakukan oleh perawat dan di laporkan pada saat operan dinas, hal tersebut menunjukan bahwa perawat melakukan pencegahan terjadinya resiko jatuh. 6. Diagnosa Medis 10 BESAR PENYAKIT DI RUANG CUT NYAK DIEN 2019 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENYAKIT Tb Paru Cerebral Infark Congestive Heart Failure Asma Bronchial Stroke Non Haemorrhage Chronic Obstruksi Pulmonary Disease Perdarahan Intracerebral Tumor Paru Vertigo Peripheral Effusi Pleura JUMLAH
KODE ICD - X A16.2 I63.8 I50.0 J45.9 I64
JUMLAH 330 177 116 93 65
J44.9
61
I61.9 D38.1 H81.3 J90 1044
56 55 47 44
Hasil studi dokumentasi didapatkan bahwa diagnosa medis yang paling sering muncul adalah TB paru 330 kasus. Hal tersebut menunjukan bahwa pasien di ruangan Cut Nyak Dien banyak yang mengidap penyakit menular saluran pernapasan yaitu TB Paru. 7. Diagnosa Keperawatan
No 1. 2. 3.
10 BESAR MASALAH KEPERAWATAN DI RUANG CUT NYAK DIEN 2020 Masalah Keperawatan Utama Jumlah Masalah Keperawatan Jumlah Masalah % total pasien Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak 2114 528 24,97 Efektif Resiko Jatuh 2114 399 18,87 Ketidakefektifan Perfusi 2114 345 16,32
72
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jaringan Otak Hambatan Mobilitas Fisik Gangguan Pola Tidur Defisit Perawatan Diri Ketidakefektifan Pola Nafas Penurunan Curah Jantung Resiko Keruskana Integritas Kulit Nyeri Akut
2114 2114 2114 2114 2114 2114
298 295 214 138 116 56
14,10 13,95 10,12 6,53 5,49 2,65
2114
44
2,08
Hasil studi dokumentasi didapatkan bahwa diagnosa keperawatan yang paling sering muncul di ruang Cut Nyak Dien adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dengan 528 kasus. Hal tersebut menunjukan bahwa pasien di ruangan Cut Nyak Dien memiliki permasalahan dengan sistem pernapasan. Hal ini harus menjadi fokus pemberian asuhan keperawatan agar terciptanya pemberian pelayanan dengan optimal. Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang telah dilakukan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif menjadi fokus permasalahan yang akan diangkat dalam manajemen asuhan pasien dengan masalah tersebut.
73
LEMBAR OBSERVASI DOKUMENTASI STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF NO 1 2 3 4
ASPEK YANG DINILAI Faktor yang berhubungan Data Senjang Tujuan Intervensi Pencapaian Rata−Rata ( % )=
01 x √ √ √
02 √ √ √ x
KODE REKAM MEDIK PASIEN 03 04 05 06 07 08 x √ √ √ √ √ √ √ x x x √ x √ √ √ √ x x √ x x x x
09 √ √ √ x
10 √ √ √ x
RATA - RATA JUMLAH % 8 80% 7 70% 8 80% 2 20%
80 % +70 %+80 %+20 % =62,5 % 4
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada buku rekam medis pasien dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif didapatkan sebanyak 62,5 % perawat melengkapi lembar ceklis pada SAK, hal tersebut menunjukan bahwa masih banyaknya perawat yang tidak melengkapi dokumentasi lembar SAK terutama pada bagian intervensi kolaborasi. Hasil tersebut akan mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat karena tidak memiliki perencanaan yang optimal dalam memberikan asuhan. Implementasi yang akan kami lakukan adalah berkolaborasi dengan kepala ruangan dan ketua tim untuk mengingatkan kembali perawat asosiate dalam mengisi lembar SAK agar tercapainya pelaksanaan dokumentasi SAK 100% . Hasil observasi yang telah kami lakukan tindakan yang diberikan perawat sudah sesuai dengan intervensi mandiri akan tetapi ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh perawat terutama edukasi pasien untuk batuk efektif dan pendidikan kesehatan.
74
9. Pelaksanaan Conference Conference di ruang CND
Tidak Baik 50%
Baik 50%
Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa 4x shift menerapkan conference sedangkan 4x shift lainnya tidak melakukan tindakan conference. Berdasarkan hasil observasi pada perawat didapatkan bahwa sebagian perawat tidak menerapkan sesuai SPO SP2KP, contohnya seperti perawat tidak membuat rencana harian. Timbang terima Timbang terima 7
2
Dilakukan
Tidak dilakukan
Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 3 hari observasi hasil bahwa perawat melakukan timbang terima sesuai dengan SPO sebanyak 7x dan 2x tidak dilakukan pada hari selasa di shift siang ke malam karena PJ shift tidak menjalankan tugasnnya, dan di hari rabu di shift siang ke malam tidak dilakukan karena sedang ada pasien gawat sehingga perawat fokus untuk menolong pasien terlebih dahulu.
75
1. Rencana Kegiatan a. Rencana tahunan Hasil wawancara : didapatkan bahwa kepala ruangan
membuat
rencana tahunan b. Rencana bulanan Didapatkan bahwa kepala ruangan membuat rencana bulanan c. Rencana mingguan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan mengatakan bahwa rencana kegiatan mingguan tidak berjalan dengan baik d. Rencana harian Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan rencana kegiatan harian merupakan bagian tugas dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat associate. Kepala ruangan mengatakan RKH sebelumnya berjalan dengan baik namun pada saat dilakukan kajian situasi rencana harian tidak berjalan sama sekali. 2. Jenis pendelegasian Menurut Charles J. Keating, arti delegasi adalah suatu pemberian sebagaian tanggungjawab dan kewibawaan kepada orang lain. Dalam hal ini pendelegasian di Ruang Cut Nyak Dien dilakukan pada saat kepala ruangan
mengikuti
rapat
diruangan
sehingga
kepala
ruangan
mendelegasikan ketua tim untuk bertanggung jawab dalam operan shift tersebut, sama halnya pada saat operan shift siang dan shift malam dimana kepala ruangan menunjuk salah satu perawat sebagai PJ atau penanggung jawab pada operan shift tersebut. 3. Mekanisme pendelegasian Mekanisme pendelegasian yang digunakan masih dalam bentuk lisan bukan tertulis sehingga tidak terdapat pendokumentasian dalam hal pendelegasian.
76
4. Prinsip pendelegasian Menurut nursalam, 2014 terdapat prinsip pendelegasian wewenang yaitu pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya sewaktu-waktu dan prinsip memberi perhatian yaitu pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bahawannya sehingga bawahan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin. Akan tetapi pada saat dilakukan observasi perawat yang di delegasikan untuk bertanggung jawab mengambil wewenang tersebut tidak menjalankan wewenangnya dengan baik dimana pada saat observasi operan shift siang ke malam PJ memberikan tanggung jawab kepada perawat associate untuk memimpin operan shift sehingga apa yang diharapkan kepala ruangan kepada PJ tidak maksimal. 5. Penetapan tugas yang akan didelegasikan Pada saat pendelegasian kepada PJ shift, kepala ruangan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh PJv shift. 6. Tugas delegasi terurai dengan jelas Pada saat dilakukan observasi pada hari selasa shift siang ke malam perawat yang menjadi penangung jawab shift tidak menjalankan tugasnya dengan baik karena PJ shift tidak memimpin jalannya operan shift siang ke malam pada saat akan operan shift. 7. Metode pengawasan a. Self supervision Self sipervision adalah supervisi mengevaluasi pekerjaannya sendiri apakah sudah efektif atau menuju kepada perubahan intervision kepada pasien. b. One to one supervision yaitu hubungan antara supervisor dan supervisi yang menagarah pada tujuan belajar yang diinginkan c. Group supervision dimana group perawat bertemu bersama d. Tim of staff supervision yaitu melibatkan kelompok yang bekerja sebagai tenaga kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan
77
mendapatkan supervisor dari luar, institusi untuk meningkatkan kemampuannya. 8. Mekanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan a. Secara langsung yaitu supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Agar efektif yaitu : 1. Pengarahan harus lengkap 2. Mudah dipahami 3. Menggunakan kata-kata yang tepat 4. Berbicara dengan jelas dan lambat 5. Memberikan arahan yang logis 6. Hindari memberikan banyak arahan pada suatu saat 7. Pastikan bahwa arahan anda dipahami 8. Yakinlah bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut b. Tidak langsung yaitu supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta dan dapat dilakukan secara tertulis. Pada saat dilakukan wawancara pada kepala ruangan mengatakan supervisi diruangan tidak berjalan dan sedangkan supervisi dari kepala ruangan berjalan tetapi belum maksimal karna hanya pada saat ada masalah atau konflik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan tidak terdapat pendokumentasian. 9. Pihak yang melakukan supervisi terhadap asuhan keperawatan a. Kepala ruangan Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk pasien merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan dan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
78
b. Komite Keperawatan Beberapa ruang atau unit berada dibawah unit pelaksana fungsional, pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan yang areanya yaitu beberapa kepala ruang yang bersangkutan c. Kepala bidang Keperawatan Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara langsung dan semua perawat tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab Berdasarkan hasil observasi didapatkan kepala ruangan melakukan supervisi dan hasil wawancara dengan kepala ruangan supervisi dilakukan satu minggu 3x oleh kepala ruangan kepada ketua tim sedangkan dari komite keperawatan tidak berjalan baik sehingga tidak ada yang mengawasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. 8. Information Sistem informasi yang digunakan dalam penerapan ruang Cut Nyak Dien adalah menggunakan sistem billing, dimana dalam ruang rawat inap terdapat mesin computer yang terakses oleh sistem keamanan rumah sakit. Sistem billing merupakan sistem yang membantu para perawat dan mencatat segala informasi yang dibutuhkan. Sistem informasi billing rumah sakit dapat dimaksudkan sebagai sistem yang berfungsi mengolah data mulai dari pencatatan kunjungan pasien ke rumah sakit, penentuan tujuan pasien apakah di poli (rawat jalan) atau ke ruangan (rawat inap) ataupun di rujuk ke rumah sakit lain, pencatatan tindakan yang diberikan dokter atau perawat di poli atau di ruangan tersebut, pencatatan diagnosa pasien dan juga pencatatan tagihan biaya pasien dan dari hasil aktifitas sehari-hari tersebut dapat dibuat pelaporan ke pihak manajemen rumah sakit dan juga bisa digunakan untuk pelaporan ke dinas kesehatan (Hendik, 2013).
79
Sistem informasi sudah berbasis SIM RS yaitu suatu system berbasis computer yang memproses dan mengintegarsikan seluruh alur proses layanan kesehatan rumah sakit untuk memperoleh data dan informasi yang cepat, tepat, dan akurat. Bagin dari SIM rumah sakit, juga dikenal dengan istilah SIM keperawatan yang menungjang pelaksanaan asuhan keperawatan. SIM keperawatan merupakan suatu system yang menggunakan computer yang digunakan untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang dignakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan. Setiap perawat baik pelaksana maupun yang berada dalam structural memiliki ID number dan password untuk dapat mengakses SIM pelayanan keperawatan yang terintergrasi dalam SIM Rumah Sakit. Adapun area – area SIM pelayanan keperawatan atau rumah sakit tidak seluruhnya bisa diakses oleh setiap perawat. Masing – masing perawat memiliki area tertentu yang dapat diaksesnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa menurut informasi kepala ruangan semua perawat sudah mampu mengakses sistem billing, dan pengoperasian sistem billing, sehingga kelebihan dalam menggunakan sistem billing dapat memproses informasi berintegrasi dari satu bagian ke bagian lain dan kelemahan dalam menggunakan sistem biling karena dilakukan dengan mesin computer dapat beresiko eror. Pelaporan dari system informasi dilakukan oleh bagian administrative. 2. Aspek pelayanan keperawatan profesional a. Aspek managemen approach 1) Planning (1) Visi Hasil observasi didapatkan tidak ada visi diruangan Cut Nyak Dien namun Rumah Sakit memiliki visi tersendiri. Hasil wawancara : kepala ruangan mengatakan tidak ada visi di ruangan.
80
(2) Misi Hasil observasi didapatkan tidak ada misi diruangan Cut Nyak Dien namun Rumah Sakit memiliki misi tersendiri. Hasil wawancara : kepala ruangan mengatakan tidak ada misi di ruangan karena mengacu pada misi rumah sakit. Hasil observasi : Tidak ada visi misi rumah sakit yang dipajang di ruangan Cut Nyak Dien (3) Filosofi Ruang Cut Nyak Dien Nama Cut Nyak Dien merupakan nama ruangan yang digunakan sekarang sebelumnya ruangan tersebut mempunyai nama seperti ruang J, ruang D, ruang campuran dan ruang Ki Gede Alang-alang dan nama ruangan tersebut merupakan kebijaksanaan dari direktur rumah sakit. (4) Pelayanan keperawatan berdasarkan kebutuhan dan kondisi klien Hasil observasi : Pada saat tindakan pemasangan infus perawat menyerahkan tindakan tersebut kepada mahasiswa praktik yang seharusnya tindakan tersebut dilakukan oleh perawat akan tetapi tindakan pemasangan infus di serahkan kepada mahasiswa praktik dengan dengan didampingi oleh perawat jaga dan tidak sesuai dengan SPO. (5) Menghargai martabat dan hak klien Klien sudah memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional (6) Digunakan sebagai acuan kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa di ruang cut nyak dien terdiri dari 24 perawat yang terdiri dari 9 perawat sebagai PNS dan 15 perawat NON PNS, tingkat pendidikan perawat yang berpendidikan sebagai DIII sebanyak 17 perawat dimana dari 17 tersebut 2 perawat sedang melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan, perawat yang berpendidikan S1
81
sebanyak 4 perawat dimana dari 4 tersebut 3 perawat sedang melanjutkan
pendidikan
profesi
ners
dan
perawat
yang
berpendidikan sebagai Profesi Ners sebanyak 3 perawat. (7) Kebijakan dan Prosedur terkait dengan keperawatan di ruangan Hasil observasi : didapatkan kebijakan yang di dalam ruangan yang melakukan tindakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dan mencapai tujuan dan sasaran kinerja yang dituju. (8) Manajemen waktu bekerja Berdasarkan
hasil
observasi
perawat
sudah
mampu
memanage waktu dengan baik terkait dengan pemberian asuhan kepada pasien. Dimana manajemen waktu bekerja pada tiap shift dari shift pagi 07.00-14.00 WIB, shift siang 14.00-21.00 WIB dan shift malam 21.00-07.00 WIB. (9)
Keterlibatan staff dalam perencanaan Berdasarkan hasil observasi didapatkan adanya keterlibatan antar staff seperti perawat dengan bagian farmasi, perawat dengan dokter, ahli gizi dan tenaga medis lainnya dalam melakukan perencanaan tindakan keperawatan.
2) Organitation (1) Struktur Organisasi ruangan Berdasarkan hasil wawancara, struktur organisasi ruangan Cut Nyak Dien yaitu terdiri dari: 1 kepala ruangan, 2 ketua tim, 21 perawat asosiet dan 1 administrasi. (2) Pengorganisasian perawatan pasien Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Ruangan Cut Nyak Dien didapatkan hasil bahwa pengorganisasian perawatan pasien dibagi menjadi 2 yaitu Tim 1 yang meliputi kamar perawatan jantung dan saraf, sedangkan untuk Tim 2 yang meliputi kamar perawatan kulit, mata, THT non bedah, dan kamar perawatan paru.
82
(3) Klasifikasi pasien Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Ruangan didapatkan data bahwa Kamar perawatan yang ada di Ruang Cut Nyak Dien yaitu kamar 1 – 4 untuk penyakit jantung, kamar 5 – 8 untuk penyakit paru, kamar 9 terdiri dari kulit, mata, dan THT non bedah, dan kamar 10 – 12 untuk penyakit saraf. Ketika pasien masuk ke dalam Ruang Cut Nyak Dien akan dilakukan klasifikasi pasien yang akan di tempatkan ke dalam kamar perawatan sesuai dengan penyakitnya. (4) Pendokumentasian proses asuhan keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Cut Nyak Dien hasil yang didapat pendokumentasian asuhan proses keperawatan memakai pendokumentasian SOAP. 3) Accuating (1) Strategi komunikasi Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan (Effendy, 2003). Ada dua komunikasi yang digunakan pada perawat ruang Cut Nyak Dien yaitu TBAK dan SBAR. Dimana TBAK digunakan untuk melaporkan nilai kritis serta konsul dengan dokter dan pada saat menerima telepon sedangkan SBAR digunakan pada saat timbang terima pasien. Dalam hal ini perawat menggunakan strategi komunikasi dua arah dengan metode komunikasi TBAK pada saat penerimaan telepon dan pada saat kunjungan dokter mengenai kondisi pasien hal tersebut agar mencegah kesalahan instruksi dan pelaporan hasil pemeriksaan. (2) Model komunikasi Model komunikasi yang digunakan menggunakan model komunikasi verbal, tertulis dan non verbal. Dimana perawat
83
diruangan
melakukan
komunikasi
terapeutik
pada
saat
memberikan pelayanan kepada pasien sedangkan komunikasi non verbal dari gerakan tubuh perawat seperti pada saat melakukan tindakan perawat memberikan senyum. (3) Strategi memotivasi individu dan kelompok Pada saat perawat lelah dan capek setelah melakukan tindakan keperawatan maka cara untuk meningkatkan kinerja perawat dengan memberikan motivasi berupa pujian agar dapat meningkatkan semangat bagi perawat (4)
Manajemen konflik Pada saat mengalami konflik atau ketidaksesuaian pendapat antar dua orang atau lebih, dimana kepala ruangan mengkaji masalah yang terjadi dan mencari solusi bersama sama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
(5)
Sumber-sumber konflik Manajemen konflik terdapat 3 kategori yaitu a. konflik intrapersonal dimana konflik yang terjadi pada individu sendiri, b. konflik interpersonal yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda c. konflik intergroup (antar kelompok) yaitu konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang, departemen atau organisasi Pada saat observasi dimana perawat dalam melakukan manajemen konflik sudah berjalan dengan baik, seperti konflik dalam pemberian asuhan keperawatan. Pada saat itu perawat langsung mendiskusikan untuk mencari solusi atau penyelesaian masalah. Manajemen konflik yang terjadi di ruang Cut Nyak Dien meliputi konflik interpersonal dan intergroup.
(6)
Tingkatan konflik Pada proses konflik terdapat 5 tahap yaitu:
84
a. Tahap 1 potensi oposisi dan ketidakcocokan Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tertentu tidak mengarah langsung ke konflik b. Tahap II kognisi dan personalisasi Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik c. Tahap III maksud Keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu d. Tahap IV perilaku Pada
tahap
ini
konflik
tampak
nyata,
mencakup
pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat pihak-pihak yang berkonflik e. Tahap V hasil Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan konflik fungsional atau konflik disfungsional. Pada saat observasi tidak ada masalah terkait dengan konflik sehingga tim yang dilakukan berjalan dengan baik. (7)
Cara penyelesaian konflik Dalam penyelesaian konflik di ruangan Cut Nyak Dien kepala ruangan mengkaji masalah yang terjadi dan mencari solusi bersama sama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
(8)
Alur koordinasi Alur koordinasi dari kepala ruangan ke ketua tim kemudian dari ketua tim ke perawat pelaksana.
4) Controlling 2.
Apakah ada program pengendalaian mutu?
Terdapat program pengendalian mutu di ruang Cut Nyak Dien (√) 3.
Bagaimana dengan unit pengendali mutu? Rumah sakit mempunyai Komite/Tim atau bentuk organisasi
lainnya yang kompeten untuk mengelola kegiatan Peningkatan Mutu
85
dan
Keselamatan
Pasien
(PMKP) sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan. Komite/tim PMKP mempunyai tugas sebagai berikut: (1) sebagai motor penggerak penyusunan program PMKP rumah sakit; (2) melakukan monitoring dan memandu penerapan program PMKP di unit kerja; (3) membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pelayanan dalam memilih prioritas perbaikan, pengukuran mutu/indikator mutu, dan menindaklanjuti hasil capaian indikator. (lihat juga TKRS 11 dan TKRS 11.2) (4) melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan prioritas program di tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini harus terkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaanya; (5) menentukan profil indikator mutu, metode analisis, dan validasi data dari data indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di rumah sakit; (6) menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis
data,
serta
bagaimana
alur
data
dan
pelaporan
dilaksanakan; (7) menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta menyampaikan masalah terkait perlaksanaan program mutu dan keselamatan pasien; (8) terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP; (9) bertanggung jawab untuk mengomunikasikan masalah-masalah mutu secara rutin kepada semua staf; j) menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan program PMKP
86
4.
Bagaimana dengan indikator mutu? Terdapat 9 indikator mutu di ruang Cut Nyak Dien, yaitu : (1)
Kelengkapan assessment medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap
(2)
Kejadian reaksi transfuse
(3)
Infeksi luka infus (ILI/phlebitis)
(4)
Infeksi aliran darah primer (IADP)
(5)
Infeksi saluran kemih (ISK)
(6)
Kejadian decubitus selama masa perawatan
(7)
Insiden
keamanan
obat
yang
perlu
diwaspadai (8)
Kejadian pasien jatuh
(9)
Penanganan pasien tuberculosis yang tidak sesuai
strategi
DOTS
(directly
observed
treatmen
shortcourse). 5.
Bagaimana dengan kegiatan kendali mutu? Kendali mutu dilakukan setiap hari dengan melaporkannya melalui online. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang kami lakukan selama 3 hari kelompok kami mengambil (kepatuhan staff melakukan hand hygine, resiko jatuh, identifikasi pasien)
6.
Apakah ada pengembangan standar praktek keperawatan (SAK, SOP)? Di ruang Cut Nyak Dien terdapat SAK dan SOP yang menunjang dalam proses pemberian asuhan keperawatan dan pemberian pelayanan. Standar prosedur operasional dibutuhkan untuk menentukan
bagaimana
tindakan
atau
kegiatan
asauhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien bermutu No 1 2 3
Standar prosedur operasional Menyiapkan dan memasang infus Mengganti cairan infus Pemeriksaan tekanan darah 87
No SPO 445/SPO/013/YANWAT/2016 445/SPO/014/YANWAT/2016 445/SPO/015/YANWAT/2016
No 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Standar prosedur operasional Pemeriksaan denyut nadi Pemeriksaan pernapasan Pemeriksaan suhu tubuh (Axilla) Memberikan transfusi Pemberian inhalasi oksigen Perawatan luka Pemasangan NGT Tube Pemasangan kateter pada perkemihan pria Pemasangan kateter pada perkemihan wanita 7.
No SPO 445/SPO/016/YANWAT/2016 445/SPO/017/YANWAT/2016 445/SPO/018/YANWAT/2016 445/SPO/019/YANWAT/2016 445/SPO/020/YANWAT/2016 445/SPO/021/YANWAT/2016 445/SPO/022/YANWAT/2016 445/SPO/023/YANWAT/2016 445/SPO/024/YANWAT/2016
Pengembang standar praktek ? pengembang standar praktek disusun oleh bidang keperawatan berdasarkan
surat
keputusan
Direktur
nomor
445/SK/001/IRNA/2015 tentang pedoman pelayanan instalasi rawat inap. Seluruh tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dirawat harus sesuai dengan Standar Prosedur Oprasional yang ditetapkan oleh RSUD Arjawinangun. 8.
Bagaimana sistem penerapan standar praktek? Masih ada beberapa perawat yang tidak menerapkan SPO dalam memberikan tindakan keperawatan. Hal tersebut di buktikan dengan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 21 Januari 2020 di ruang CND
9.
Apakah ada alat ukur penerapan standar praktek? Penerapan standar praktek menggunakan SPO sebagai pedoman dalam pemberian tindakan dan asuhan keperawatan
10.
Apakah ada survey kepuasan pasien? Survey pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 hasil survey ruangan CND didapatkan 93.0 % dan 93,0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan. Kepuasan pasien sudah memenuhi standar minimum pelayanan (>90%) . survey terakhir
88
dilakukan pada tahun 2019 didapatkan bahwa nilai kepuasan pasien terhadap rumah sakit sebesar 81,31% (sangat baik)
11.
Metode apa yang digunakan dalam survey kepuasan pasien? Pada tahun 2017 survey dilakukan dengan kuisioner akan tetapi pada tahun 2018 survey dilakukan dengan wawancara karena tidak ada lembar kuisioner yang diberikan dari komite mutu.
12.
Apa umpan balik hasil survey kepuasan? Menurut Nursalam (2014) kepuasan pasien adalah karena kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
13.
Apakah ada survey masalah kesehatan? Survey masalah kesehatan dilakukan, hasil survey didapatkan berdasarkan laporan tahunan kepala ruangana dapatkan masalah terbanyak di Ruang CND adalah TB baru, sedangkan masalah keperawatan terbanyak adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan hasil survey observasi tindakan terbanyak adalah pemberian oksigen.
14.
Metode apa yang digunakan dalam survey masalah kesehatan? Survey dilakukan dengan melihat pada dokumentasi asuhan keperawatan, dalam asuhan keperawatan muncul diagnosa medis terbanyak dan masalah keperawatan terbanyak.
b. Aspek Profesional Relationship 1.
Bagaimana mekanisme komunikasi antar kabid, karu dan staf?
89
Mekanisme komunikasi dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana di ruang Cut Nyak Dien. Di ruang Cut Nyak Dien menjalin komunikasi yang baik antara kepala ruangan, ketua tim dan tenaga medis lainnya seperti perawat, farmasi, dan dokter maupun staf lainnya. Hal ini dibuktikan dengan melakukan timbang terima pada saat pergantian shift, perawat yang berjaga pada saat shift sebelumnya memberitahukan kondisi pasien dan rencana kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan. 2.
Bagaimana rapat-rapat dalam lingkup keperawatan? Rapat-rapat dalam ruangan lingkup keperawatan di ruangan Cut Nyak Dien setiap 3 bulan sekali melakukan rapat evaluasi yang menunjang pelayanan medis untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien yang terbaik
3.
Siapa yang terlibat dalam merencanakan rapat/pertemuan keperawatan? Pihak yang terlibat dalam merencanakan rapat di ruangan yaitu kepala ruangan
4.
Siapa yang terlibat dari keperawatan dalam rapat/pertemuan dengan bidang lain yang terkait? Pihak yang terlibat dari keperawatan dalam rapat atau pertemuan dengan bidang lain yaitu kepala ruangan atau yang didelegasikan
5. Bagaimana jaringan komunikasi yang dapat digunakan staf dalam menyampaikan informasi ? Jaringan komunikasi yang dapat digunakan staf dalam menyampaikan Informasi bisa disampaikan melalui telepon ruangan atau whatsapp group 6. Apakah ada kebebasan staf keperawatan dalam menyampaikan ideide atau pendapatnya? Kebebasan staf keperawatan dalam menyampaikan ide-ide atau pendapatnya di ruang Cut Nyak Dien kepala ruangan, ketua
90
tim, perawat pelaksana dan staf lainnya dalam menyampaikan ideide atau pendapatnya dilakukan dengan cara bermusyawarah. c. Aspek Compensatory Reward 1.
Bagaimana sistem penghitungan tenaga keperawatan? Perhitungan tenaga keperawatan menggunakan rumus douglas
2.
Bagaimana sistem rekrutmenya? Sistem rekrutmentnya menggunakan media informasi dalam bentuk (website, media sosial, dll)
3.
Bagaimana proses seleksinya? Seleksi tenaga keperawatan di rumah sakit dilakukan secara sistematis yang meliputi seleksi administratif / telaah dokumen, test intelegensi/TPA (jika diperlukan), test wawancara, test kompetensi, psikotes/test minnesota multiphasicpersonality inventory/MMPI (jika diperlukan)
4.
Bagaimana cara penempatannya? Penempatan staf disesuaikan dengan rencana kebutuhan satuan unit pelayanan keperawatan dihubungkan dengan kompetensi dan peminatan dari tenaga yang telah melalui proses kredensial. Penempatan staf berpedoman pada pola jenjang karir perawat
5.
Bagaimana orientasi yang digunakan? Setelah proses seleksi selesai, para calon perawat yang diterima sebagai tenaga keperawatan diangkat menjadi staf keperawatan setelah masa orientasi berlaku/ ditetapkan oleh rumah sakit dilanjutkan dengan penugasan di unit-unit pelayanan keperawatan. Orientasi terdiri dari program orientasi umum dan khusus, waktu orientasi yang ideal selama 12 bulan.
6.
Bagimana Sistem reward dan punisment ? Di ruangan Cut Nyak Dien tidak ada reward untuk perawat terbaik diruangan, akan tetapi reward diberikan oleh rumah sakit
91
kepada seluruh karyawan rumah sakit yang memiliki kinerja yang baik. Punisment diberikan kepada perawat yang kinerjanya tidak profesional, malas, sering membolos, tidak bertanggung jawab, tidak jujur dan melakukan pelanggaran disiplin atau tindakan pidana. Punisment diberikan setelah dilakukan teguran secara lisan oleh ketua tim dan di evaluasi kembali, kemudian apabila perawat tersebut masih saja melanggar maka akan diberikan teguran secara lisan kembali dan di evaluasi. Jika perawat masih melakukan pelanggaran maka akan diberikan surat peringatan. namun jika kedua cara tersebut masih diabaikan maka kepala ruangan akan mengembalikan kepada kepala bidang keperawatan. 7.
Apakah ada alat ukur penghargaan dan kompensasi? Tidak ada alat ukur untuk memberikan penghargaan dan kompensasi
8.
Siapa yang menjadi tim penilai? Yang menjadi tim penilaian di ruangan Cut Nyak Dien adalah Kepala Ruangan
9.
Bagaimana cara penilaian penampilan kerja? Dilihat dari hasil kinerja perawat di ruangan tersebut, meliputi : a. disiplin b. orientasi pelayanan c. komitmen d. integritas, dan e. kerjasama
10.
Apakah ada alat penilaian penampilan kerja? Alat penilaian penampilan kerja di ruangan menggunakan
observasi dan melihat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan. 11.
Bagaimana
perencanaan
pengembangan
staf/pengembangan karier struktural dan fungsional?
92
Pengembangan
tenaga
keperawatan
diarahkan
untuk
menciptakan tenaga keperawatan yang profesional dan kompeten dalam bidang keahliannya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan, pengembangan staf berpedoman pada jenjang karir perawat dalam bentuk formal maupun informal. d. Patient care Delivery STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG CUT NYAK DIEN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola nafas Resiko kerusakan intgritas jaringan kulit Nyeri akut Penurunan curah jantung Resiko ketidakefektifan jaringan otak Cemas Hambatan komunikasi verbal Intoleransi aktivitas Kelebihan volume cairan Resiko jatuh
93
10 BESAR PENYAKIT DI RUANG CUT NYAK DIEN 2019 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENYAKIT Tb Paru Cerebral Infark Congestive Heart Failure Asma Bronchial Stroke Non Haemorrhage Chronic Obstruksi Pulmonary Disease Perdarahan Intracerebral Tumor Paru Vertigo Peripheral Effusi Pleura JUMLAH
KODE ICD – X A16.2 I63.8 I50.0 J45.9 I64
JUMLAH 330 177 116 93 65
J44.9
61
I61.9 D38.1 H81.3 J90 1044
56 55 47 44
10 BESAR MASALAH KEPERAWATAN
94
DI RUANG CUT NYAK DIEN 2020
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Masalah Keperawatan Utama Jumlah total Jumlah Masalah
MASALAH KEPERAWATAN
pasien 2114 2114 2114 2114 2114 2114 2114 2114 2114 2114
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Resiko Jatuh Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak Hambatan Mobilitas Fisik Gangguan Pola Tidur Defisit Perawatan Diri Ketidakefektifan Pola Nafas Penurunan Curah Jantung Resiko Keruskana Integritas Kulit Nyeri Akut
95
Keperawatan 528 399 345 298 295 214 138 116 56 44
% 24,97 18,87 16,32 14,10 13,95 10,12 6,53 5,49 2,65 2,08
C. Tabel Analisis SWOT Tabel Analisis SWOT Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun No
ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL KEKUATAN (Strength)
MAN 1 Perawat sudah mendapatkan pelatihan 2 Perawat mengetahui 6 langkah dan 5 moment MATERIAL 3 Fasilitas cuci tangan tersedia METHOD 4 Sudah terdapat SPO cuci tangan di ruangan INFORMASI 5 klien dan keluarga mendapatkan informasi melalui sumber suara setiap hari Total Kekuatan KELEMAHAN (Weakness) MAN 6 Perawat tidak mengajarkan teknik batuk efektif 7 Intervensi mandiri perawat belum terlaksana sesuai lembar SAK 8 Kurangnya kesadaran perawat MATERIAL 9 Kurangnya sarana edukasi cuci tangan 10 Media penkes terlalu kecil 11 Fasilitas hand wash rusak 96
BOBOT
RATING
SKOR
0,2 0,2
5 4
1,0 0,8
0,2
4
0,8
0,2
3
0,6
0,2 1,00
5 21
1,0 4,2
0,05 0,06 0,06
2 3 3
0,1 0,2 0,2
0,08 0,06 0,08
2 3 3
0,2 0,2 0,2
No ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL 12 Alat nebu tidak sesuai kebutuhan 13 Tidak ada media penkes 14 Tidak ada klasifikasi berdasarkan penyakit infeksi dan non infeksi METHOD 15 hand hygine tidak dilakukan oleh perawat 17 Waktu pemberian nebulizer tidak efektif 18 Dokumentasi SAK belum lengkap 19 Tidak dilakukan 6 langkah dan 5 moment cuci tangan sesuai aturan WHO INFORMATION 20 Kurangnya pengetahuan tentang cara batuk efektif 21 Kurang terpapar informasi pencegahan gangguan pernafasan MONEY 22 Peningkatan biaya perawatan karena HAIs Total Kelemahan PELUANG (Opportunity) MARKET 1 Lokasi runah sakit strategis 2 Kepuasan pasien dalam pelayanan 3 Institusi pendidikan yang bekerjasama 4 Bekerjasama dengan asuransi kesehatan pemerintah BPJS 5 Lahan yang luas untuk pembangunan infrastruktur rumah sakit 6 Dukungan pemerintah daerah Total Peluang ANCAMAN (Threat) 97
BOBOT 0,06 0,06 0,06
RATING 2 2 2
SKOR 0,1 0,1 0,1
0,08 0,05 0,06 0,08
3 2 3 3
0,2 0,1 0,2 0,2
0,05 0,05
2 2
0,1 0,1
0,06
2
0,1
1,00
39
2,5
0,17 0,22 0,13 0,17 0,17 0,13 1,00
4 5 4 3 4 3 23
0,70 1,09 0,52 0,52 0,70 0,39 3,91
No ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL MARKET 1 Terdapat pelayanan kesehatan lainnya (rumah sakit dan klinik) di sekitar rumah sakit INFORMATION 2 Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit 3 Perkembangan teknologi yang semakin meningkat 4 Perubahan peraturan pemerintah Total Bobot
98
BOBOT
RATING
SKOR
0,30
2
0,60
0,20 0,30 0,20 1,00
3 3 3 11
0,60 0,90 0,60 2,70
D. Tabel Kordinat Tabel Kordinat Analisis IE SWOT
Total Skor dari Weight
Faktor Internal a. Kekuatan
4,2
b. Kelemahan Selisih (Kekuatan-Kelemahan) Faktor Eksternal a. Peluang
2,5 1,7 3,9
b. Ancaman Selisih (Peluang-Ancaman) Titik Kordinat (x,y)
2,7 1,21 1,7 : 1,2
99
E. Matriks Internal dan Eksternal Matriks Internal dan Eksternal Dalam Analisis SWOT Peluang
Kuadran 1 Mendukung strategi agresif
Kuadran 3 Mendukung strategi turn around (1.7 : 1,2 )
Kekuatan
Ancaman Kuadran 2 Mendukung strategi diversifikasi
Kuadran 4 Mendukung strategi defensif
Kelemahan
100
F. Prioritas Masalah Rumusan Prioritas Masalah di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun Bulan Januari 2020 No. 1.
2.
Rumusan Masalah 6 langkah dan 5 momen cuci tangan tidak dilakukan oleh perawat Pendokumentasian SAK bersihan jalan nafas tidak efektif belum optimal
Skor
Prioritas
Mg
Sv
Mn
Nc
Af
Jumlah
5
5
4
4
4
22
1
3
4
5
4
5
21
2
Keterangan : Mg : Magnitude (Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi) Sv : Severity (Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini) Mn : Manageability (Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya) Nc : Nursing Consent (melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat) Af : Affordability (Ketersediaan sumber daya) Keterangan Skoring : 1 : Sangat Kecil 2 : Kecil 3 : Cukup 4 : Besar 5 : Sangat Besar G. Identifikasi Penyebab Masalah (Fish Bone) Setelah didapatkan masalah yang menjadi prioritas utama, maka masalah tersebut kemudian diidentifikasi penyebab masalah, dengan menggunakan fish bone.
103
Man
Information
Method
Waktu pemberian nebulizer tidak efektif
Perawat tidak mengajarkan teknik batuk efektif
Kurangnya pengetahuan pasien tentang cara batuk efektif Kurang terpapar informasi pencegahan gangguan pernapasan
Pendokumentasian SAK belum lengkap
Intervensi mandiri perawat belum terlaksana sesuai lembar SAK
Tidak ada media Alat nebu tidak sesuai kebutuhan pasien
Peningkatan biaya perawatan karena HAIs
Tidak ada klasifikasi ruangan berdasarkan penyakit infeksius dan non infeksius
Material
Money
104
Pendokumenta sian Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif belum Optimal
Man
Method
Informa si Kurangnya edukasi pada pasien dan keluarga
Perawat mengetahui tentang 6 langkah cuci tangan dan 5 momen
Tidak terjadinya infeksi menular Kurangnya kesadaran perawat untuk melakukan hand hygiene
Perawat jarang melakukan 5 momen cuci tangan
Minimnya sarana edukasi dalam setiap ruangan
Dapat memperburuk keadaan pasien
6 langkah dan 5 momen cuci tangan tidak dilakukan oleh perawat
Sarana sudah tersedia
Sarana untuk cuci tangan tidak berfungsi seperti westafel
Material
Peningkatan biaya akibat lama rawat
Money
105
H. Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah Seleksi Alternatif Permasalahan pada Ruangan Cut Nyak Dien Bulan Januari 2020 No.
Masalah
Alternatif Kegiatan 1. Bekerja sama dengan PPI terkait hand hygiene.
1.
Hand Hygiene Dan 5 moment cuci tangan
2. Pembuatan Poster cuci tangan dan 5 moment
di
ruangan
untuk
meningkatkan kesadaran perawat 1. Bekerjasama dengan kepala ruangan untuk melakukan supervisi dalam melakukan pengisian SAK (standar asuhan keperawatan) 2.
Bekerja sama dengan Kepala ruangan/ Assosiet
2.
Penerapan standar asuhan keperawatan dengan diagnosa Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif)
Ketua untuk
Tim/
Perawat
menerapkan
mendemonstrasikan
batuk
dan
efektif
kepada pasien 3.
Pembuatan poster batuk efektif di ruangan
untuk
meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga pasien. 4.
Rekomendasi penambahan alat nebu
5.
Rekomendasi klasifikasi ruangan infeksius dan non infeksius
106
I. Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah Seleksi Alternatif Permasalahan pada Ruangan Cut Nyak Dien di Bulan Januari 2020 Alternatif Penyelesaan Skor Jumlah C A R L Masalah
No. Masalah
Bekerja
sama
dengan
PPI
terkait hand hygiene 1.
Prioritas
3
3
3
3
12
5
5
5
5
5
20
1
3
4
4
3
14
4
4
4
4
4
16
3
4
5
4
5
18
2
Pembuatan Poster cuci tangan dan 5 moment di ruangan untuk meningkatkan
kesadaran
perawat Bekerjasama
dengan
kepala
ruangan
untuk
melakukan
supervisi
dalam
melakukan
pengisian SAK (standar asuhan 2.
keperawatan) Bekerja sama dengan Kepala ruangan/ Ketua Tim/ Perawat Assosiet untuk menerapkan dan mendemonstrasikan
batuk
efektif kepada pasien Pembuatan poster batuk efektif di ruangan untuk meningkatkan pengetahuan
pasien
dan
keluarga pasien. Keterangan : C A R
: Capability (Kemampuan melaksanakan alternativ) : Accesability (Kemudahan dalam melaksanakan alternatif) : Readiness (Kesiapan dalam melaksanakan alternatif)
107
L
: Leverage (Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah
108
J. Plan Of Action (POA) No. 1.
Masalah Hand Hygiene Dan 5 moment cuci tangan
Tujuan
Kegiatan
Terlaksananya 6 1. Bekerja
Sasaran
Waktu
sama
dengan Perawat dan keluarga langka cuci PPI terkait hand pasien yang tangan dan 5 hygiene. ada di Ruang Cut Nyak moment 2. Pembuatan Poster cuci Dien. tangan dan 5 moment di ruangan
Indikator
PJ
Tempat
Jum’at,
Rini, Riska,
Ruangan
Keberhasilan Terlaksananya cuci
31
Sumiyati,
Cut Nyak
tangan
Januari
Illyas,
2020
Rizaldy
Dien
dan
5
moment di ruangan Cut Nyak Dien
untuk
meningkatkan kesadaran 2.
Pendokument 1.
Perawat
perawat 4. Bekerjasama dengan Pasien
asian SAK
dapat
kepala
Bersihan
mendokumen
melakukan
Jalan Nafas
tasikan SAK
dalam
Tidak Efektif
2.
Perawat
belum
dapat
optimal
mengedukasi 5.
ruangan
dan Senin, 3 Devi, Fazri,
untuk keluarga
Februari
supervisi pasien melakukan ruang
di 2020 Cut
Aqillatul, Yanti, Illyas
Ruangan
Setelah
Cut Nyak
observasi
Dien
dilakukan pada
dokumentasi lembar SAK
didapatkan
pengisian SAK (standar Nyak Dien
kelengkapan
asuhan keperawatan)
dokumentasi sudah
Bekerja
sama
lengkap
sesuai
pasien untuk
dengan Kepala ruangan/
dengan
kebutuhan
batuk efektif
Ketua
pasien
Tim/
Perawat 109
dengan
No.
Masalah
Tujuan 3.
Kegiatan
Pasien
Assosiet
Sasaran untuk
dapat
menerapkan
melakukan
mendemonstrasikan
batuk efektif
batuk
efektif
dan
PJ
Tempat
Indikator Keberhasilan kelengkapan dokumen 100%.
kepada
Indikator
pasien 6.
Waktu
keberhasilan
Pembuatan
poster
pengetahuan
batuk efektif di ruangan
menurut
untuk
Notoatmodjo (2014)
meningkatkan
pengetahuan pasien dan
yaitu:
keluarga pasien.
a) Baik jika nilai > 50% b) Kurang baik jika nilai ≤ 50% Hasil
evaluasi
didapatkan setelah
edukasi
didapatkan
110
No.
Masalah
Tujuan
Kegiatan
Sasaran
Waktu
PJ
Tempat
Indikator Keberhasilan peningkatan pengetahuan sebesar 80% Indikator keberhasilan perilaku
menurut
Notoatmodjo (2014) a) Baik jika nilai > 50% b) Kurang baik jika
nilai ≤ 50% Setelah observasi hasil daari pasien yang
melakukan
batuk
efektif
sebanyak (…….)
111
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Hand Hygiene 1. Kajian Teori Hand hygiene merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan efektif untuk mencegah infeksi nosokomial yang terjadi selama pasien di rawat di rumah sakit. Kebiasaan cuci tangan merupakan perilaku mendasar dalam upaya pecegahan cross infection (infeksi silang), tenaga kesehatan yang paling rentan dalam penularan infeksi adalah perawat karena 24 jam mendampingi pasien, sehinga mengambil peran yang cukup besar dalam memberikan kontribusi terhadap pencegahan infeksi nosokomial. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur yang sudah disepkati bersama, mencuci tangan sesuai moment seperti sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun 90% dapat menghilangkan kuman atau bakteri seperti e.coli, streptococcus aureus, staphylococcus aureus sementara dengan waktu 40-60 detik dan setelah tiga kali melakukan cuci tangan dengan menggunkan cairan berbasis alcohol yang dapat membunuh mikroorganisme dengan waktu cuci tangan 20-30 detik. Penerapan cuci tangan pada tenaga kesehatan khususnya perawat juga harus didukung oleh kesadaran perawat itu sendiri dalam melindungi diri dan pasien dari bahaya infeksius serta kesadaran dalam menjalankan SPO cuci tangan yang benar. Perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial dirumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan, memperpendek masa rawat dan mengurangi biaya perawatan. Salah satu langkah dari pihak rumah sakit untuk meningkankan pengetahuan perawat adalah dengan mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara periodik terhadap pelaksanaan cuci tangan.
112
2. Implementasi a. Berkolaborasi dengan tim PPI (Pencegahan Pengendalian Infeksi) pada tanggal 31 Januari 2020 jam 10.25 – 10.35 untuk mengingatkan kembali terkait hand hygiene (6 langkah dan 5 momen cuci tangan). Dihadiri oleh 4 perawat asosiet, 1 ketua tim, kepala ruangan dan 1 orang perwakilan dari PPI. (daftar hadir terlampir) b. Mengadakan poster cuci tangan 6 langkah dan 5 momen untuk di pasang di kamar dan lorong ruangan 3. Rangkaian kegiatan
Waktu 08.30
Tabel 4.1 Rangkaian Kegiatan Hand Hygiene Kegiatan Kontrak dengan PPI untuk pelaksanaan implementasi
10.00
hand hygiene (6 langkah dan 5 momen cuci tangan) Diskusi dengan kepala ruangan dan PPI terkait
10.25 10.26 10.27 10.30 10.33 10.35
pelaksanaan implementasi hand hygiene Membuka kegiatan dengan salam Menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan Review hand hygiene 6 langkah dan 5 momen Demonstrasi cuci tangan tangan 6 langkah Penkes dengan keluarga pasien tentang hand hygiene Kegiatan selesai
4. Evaluasi Tabel 4.2 Audit Hand Hygiene Post Implementasi Di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun
113
No .
Persentase Kepatuhan (100%)
5 Momen
Ya
1
Sebelum Kontak Dengan Pasien
8
2
10
80
2
Sebelum Tindakan Aseptik
10
0
10
100
3
Setelah Terkena Cairan Tubuh Pasien
10
0
10
100
4
Setelah Kontak Dengan Pasien
10
0
10
100
5
Setelah Kontak Dengan Lingkungan Pasien
10
0
10
100
48
2
50
96
TOTAL
Tidak Total
Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan 5 moment 12 10 8
10
10
10
10
SB TA
ST CP
ST KP
ST LP
8
6 4 2 0
SB KP
Diagram 4.1 Keterangan : SB KP
: Sebelum Kontak dengan Pasien
SB TA : Sebelum Tindakan Aseptik ST CP
: Setelah Terkena Cairan Pasien
ST KP
: Setelah Kontak dengan Pasien
ST KLP : Setelah Kontak dengan Lingkungan Pasien 5. Rencana Tindak Lanjut Evaluasi tentang cuci tangan setelah diberikan implementasi
114
6. Analisa Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa hasil evaluasi hand hygiene didapatkan peningkatan kepatuhan pelaksanaan cuci tangan yaitu menjadi 96%, dimana sebelum dilakuakan implementasi kepatuhan pelaksanaan cuci tangan perawat di ruang Cut Nyak Dien sebesar 54 %. Berdasarkan 5 momen cuci tangan, perawat di ruang Cut Nyak Dien kurang dalam melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan pasien yaitu 80 % perawat. Peningkatan
kepatuhan
ini
diharapkan
tetap
dijaga
atau
ditingkatkan lagi menjadi 100% dengan adanya refleksi cuci tangan setiap bulan dan controlling dari tim PPI. 7. Dukungan Pelaksanaan progam impelementasi cuci tangan sangat di dukung oleh kepala ruangan dan perawat di ruang Cut Nyak Dien serta dilengkapi dengan adanya fasilitas wastafel, sabun, dan hand rub. B. Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 1. Kajian Teori Standar asuhan keperawatan merupakan penyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. 2. Implementasi a. Melakukan supervisi kelengkapan dokumentasi SAK bersihan jalan nafas tidak efektif pada tanggal 03 Februari 2020.
3. Rangkaian Kegiatan Tabel 4.6 Rangkaian Kegiatan Dokumentasi SAK Gangguan Jalan Nafas
115
Waktu 09.00 10.00 10.10 10.30 10.40 10.45
Kegiatan Diskusi dengan kelompok Membuka kegiatan dengan salam Menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan Diskusi dengan kepala ruangan terkait dokumentasi SAK Tanya jawab dengan pasien dan keluarga Kegiatan selesai
116
4. Evaluasi LEMBAR OBSERVASI DOKUMENTASI STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF NO
ASPEK YANG DINILAI
KODE REKAM MEDIK PASIEN
RATA – RATA
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
JUMLAH
%
1
Faktor yang berhubungan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
100%
2
Data Senjang
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
100%
3
Tujuan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
100%
4
Intervensi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
100%
Pencapaian Rata−Rata ( % )=
100 %+ 100 %+100 %+ 100 % =100 % 4
117
5.
Rencana tindak lanjut Evaluasi tentang standar asuhan keperawatan (SAK) setelah
diberikan implementasi 6. Analisa Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kepala ruangan pada rekam medis pasien dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif sebanyak 16 rekam medis didapatkan bahwa semua dokumen lengkap. Peningkatan kelengkapan standar asuhan keperawatan ini diharapkan untuk tetap ditingkatkan lagi. Setelah dilakukan observasi pada dokumentasi lembar SAK didapatkan kelengkapan dokumentasi sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan pasien dengan kelengkapan dokumen 100%.
7. Dukungan Dalam pelaksanaan kelengkapan standar asuhan keperawatan ini sangat didukung oleh kepala ruangan Cut Nyak Dien. Pelaksanaan Batuk Efektif dan Etika Batuk 1. Kajian Teori Batuk Efektif Merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal. 2. Implementasi a.
Pelaksanaan demonstrasi pada tanggal 03 Februari 2020 pukul
10.00 – 11.00 WIB kepada pasien dan keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang etika batuk dan cara batuk yang benar. Demonstasi tersebut dihadiri oleh kepala ruangan CND. (daftar hadir terlampir)
119
b.
Memasang poster batuk efektif sesuai dengan klasifikasi penyakit
pasien untuk di pasang setiap kamar TB Paru.
3. Rangkaian Kegiatan
Waktu 09.00 09.30 10.00 10.10 10.30 10.40 10.50 11.00
Tabel 4.3 Rangkaian Kegiatan Batuk Efektif Kegiatan Diskusi dengan kepala ruangan Mempersiapkan media untuk melakukan edukasi Membuka kegiatan dengan salam Menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan Menjelaskan tentang etika batuk dan batuk efektif Demonstrasi etika batuk dan batuk efektif Tanya jawab pada pasien dan keluarga Kegiatan selesai
4. Evaluasi Tabel 4.4 Kuesioner Sebelum Diberikan Edukasi No . 1
2
3
4 5
Pertanyaan Apakah bapak / ibu mengetahui tentang etika batuk dan batuk efektif Apakah perawat pernah memberikan edukasi tentang etika batuk dan batuk efektif Apakah bapak / ibu menutup mulut dengan sapu tangan / tisu saat batuk Apakah bapak / ibu menggunakan masker saat batuk Apakah bapak / ibu
Ya
Tidak
Total
Persentase Kepatuhan (100%)
10
0
10
100
10
0
10
100
2
8
10
80
4
6
10
60
9
1
10
10
120
No .
Pertanyaan mencuci tangan sesudah menutup mulut dengan tangan ketika batuk TOTAL
Ya
Tidak
Total
Persentase Kepatuhan (100%)
35
15
50
70
Tabel 4.5 Kuesioner Sesudah Diberikan Edukasi No . 1
2
3
4
5
Pertanyaan Apakah bapak / ibu mengetahui tentang etika batuk dan batuk efektif Apakah perawat pernah memberikan edukasi tentang etika batuk dan batuk efektif Apakah bapak / ibu menutup mulut dengan sapu tangan / tisu saat batuk Apakah bapak / ibu menggunakan masker saat batuk Apakah bapak / ibu mencuci tangan sesudah menutup mulut dengan tangan ketika batuk TOTAL
Ya
Tidak
Total
Persentase Kepatuhan (100%)
10
0
10
100
10
0
10
100
6
4
10
60
7
3
10
70
7
3
10
70
40
10
50
80
5. Rencana Tindak Lanjut
121
Evaluasi tentang atika batuk dan batuk efektif setelah diberikan implementasi 6. Analisa Berdasarkan data diatas diketahui bahwa hasil evaluasi setelah dilakukan edukasi batuk efektif pada pasien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif didapatkan peningkatan pengetahuan pasien yaitu sebesar 80%, dimana sebelum dilakukan implementasi tentang batuk efektif yaitu sebesar 70%. Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan dikatakan baik jika > 50%. 7. Dukungan Pelaksanaan progam impelementasi etika batuk dan batuk efektif sangat di dukung oleh kepala ruangan dan perawat di ruang Cut Nyak Dien.dan serta dilengkapi dengan poster.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
122
A. Simpulan Manajemen adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses dilaksanakan sesuai dengan pendekatan system terbuka (Suyanto, 2009). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan di Ruang Cut Nyak Dien selama tiga hari didapatkan bahwa penerapan 6 langkah hand hygiene dan 5 moment kurang optimal dimana hanya sebanyak 46% perawat yang menerapkan 6 langkah hand hygiene dan 5 moment sehingga implementasi yang dilakukan kelompok kami adalah melakukan koordinasi dengan kepala ruangan dan memfasilitasi untuk mengundang PPI mereview perawat terkait dengan 6 langkah hand hygiene dan 5 moment serta meningkatkan kesadaran perawat tentang pentingnya melakukan cuci tangan 6 langkah hand hygine dan menerapkan 5 moment yang dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 31 Januari 2020. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 01 Februari 2020 didapatkan bahwa penerapan 6 langkah hand hygine setelah dilakukan implementasi didapatkan sebanyak 96% perawat yang menerapkan 6 langkah hand hygiene dan 5 moment. Berdasarkan observasi yang kelompok kami lakukan media untuk mengingatkan perawat melakukan cuci tangan sangat minim, hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa sudah melaporkan hal tersebut akan tetapi belum ada tindak lanjut, maka dari itu kelompok kami melakukan implementasi lainnya yaitu dengan membuat pemasangan media informasi berupa poster mengenai 6 langakah hand hygiene dan 5 moment. Pemasangan poster tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran perawat dalam melakukan 6 langakah hand hygiene dan 5 moment. Poster dipasang pada lokasi yang strategis seperti westafle dan
123
tempat yang terdapat hand scrub, media tersebut diharapkan dapat menjadi pengingat perawat di ruangan Cut Nyak Dien. Selain itu kami melakukan implementasi kepada keluarga pasien tentang 6 langakah hand hygiene dan 5 moment karena penularan infeksi tidak hanya dari perawat ke pasien akan tetapi dari pengunjung ke pasien. Hasil yang didapatkan keluarga mampu mempraktekan 6 langakah hand hygiene dan 5 moment. Ruang Cut Nyak Dien merupakan ruangan yang berfokus pada permasalahan sistem pernapasan. Hasil data yang didapatkan pada tahun 2019 diagnosa medis terbanyak adalah Tb baru dengan permasalahan keperawatan terbanyak yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif. Hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami tentang kelengkapan dokumen format SAK didapatkan hanya 62,5% perawat melengkapi lembar ceklis tersebut. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan kelompok kami memutuskan untuk melakukan implementasi berupa kerjasama dengan kepala ruangan dalam melengkapi dokumentasi tersebut. Hasil evaluasi dengan kepala ruangan perawat sudah melengkapi lembar ceklis SAK 100%, untuk edukasi hanya dilakukan sesuai kebutuhan pasien saja. Selain kelengkapan SAK di ruangan Cut Nyak Dien, kelompok kami melakukan edukasi tentang batuk efektif dan etika batuk kepada pasien dan keluarga karena salah satu tindakan keperawatan mandiri berdasarkan SAK adalah edukasi. Pemberian edukasi tersebut diharapkan mampu mengurangi permasalahan pasien secara mandiri. Hasil observasi kelompok kami didapatkan pemberian edukasi dengan permasalahan bersihan jalan nafas sangat kurang. Selain pemberian edukasi pada pasien dan keluarga kelompok kami juga membuat poster sebagai media informasi untuk memudahkan perawat dalam memberika edukasi tentang batuk efektif dan etika batuk pada pasien dan keluarga.
124