Bab 4 Amilum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil



4.1.1



Hasil Pengamatan SAMPEL



HASIL



LITERATUR



Amilum



Hilus



Kentang (Solanum tuberosum)



Lamela



(Wise R. 2007)



Sagu (Metroxylon Sagu)



Amilum



Lamela



Hilus



(Okazaki, 2018) 4.1.2



Hasil Perhitungan



1. Kentang (Solanum tuberosum) a. Berat endapan Berat endapan awal = capor berisi sagu – capor kosong = M2 – M1 = 112 gram– 39 gram



= 73 gram



b. % Rendemen Rendemen = =



jumlah amilum akhir ×100% jumlah awal sampel 61 gram ×100% 500 gram



= 12,2% 2. Sagu (Metroxylon sagu) a. Berat endapan Berat endapan awal = capor berisi kentang – capor kosong = M2 – M1 = 77 gram – 39 gram = 38 gram b. % Rendemen Rendemen



=



jumlah amilum akhr ×100% jumlah awal sampel



=



85 gram ×100% 500 gram



= 17 % 4.2



Pembahasan Pada praktikum kali ini langkah kerja dari pembuatan amilum sagu



(Metroxylon sagu) dan kentang (Solanum tuberosum) yaitu yang pertama siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. Kemudian di lakukan pencucian sampel, pencucian ini bertujuan untuk mebersihkan kotoran yang melekat pada bahan (Budi, 2013). Selanjutnya dikupas kulit kentang sebelum di timbang, karena menurut Wati (2004) hal ini bertujuan untuk memudahkan mendapatkan kandungan amilum dari sampel dan kotoran yang terdapat dalam kentang tidak tercampur pada proses blender



terjadi. Diambil dagingnya saja dikarenakan pati yang terdapat pada daging kentang lebih banyak dibandingkan kulit kentang yaitu sekitar 22%-28% sedangkan pada kulit kentang hanya mengandung 8,65% pati (Arnold, 1991; Sjamsiah, 2017). Kemudian kentang dipotong dengan ukuran kecil sehingga memudahkan proses memblender. Di masukan kentang yang sudah di potong-potong ke dalam wadah blender, lalu tambahkan air secukupnya, karena menurut Wati (2004) digunakan air bertujuan untuk mendapatkan filtrat dari sampel dan untuk memudahkan sampel menghalus sempurna. Menurut Krisna (2011), digunakan air karena air memiliki sifat polar yang tidak dapat menyatu dengan pati yang bersifat nonpolar, dikarenakan pati memiliki struktur kristal bergranula yang tidak dapat larut dalam air. Selanjutnya diblender sampai halus, tujuan dari langkah tersebut untuk menarik amilum pada kentang. Menurut Wati (2004), tujuan sampel dihaluskan untuk mempermudah filtrat dan residu yang akan digunakan. Setelah itu hasil blender kentang di saring menggunakan kain saring sambil di peras secara perlahan pada pada wadah. Dilakukan penyaringan agar bisa memisahkan antara padatan dengan cairan. Menurut Randy (2016), tujuan dilakukannya penyaringan adalah untuk memisahkan cairan dan padatan atau memisahkan residu dan filtrat. Hasil saringannya (filtrat) di ambil dan diendapkan karena menurut Randy (2016), tujuan diambil filtrat karena kandungan amilum sampel berada pada filtrat yang dihasilkan dan residu yang tertinggal pada saringan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pati secara umum terdiri dari 20% amilosa yang tidak larut dalam air dan 80% amilopektin yang larut dalam air. Setelah filtrat mengendap, dipisahkan air rendaman dengan endapannya, mengambil endapan dan di pindahkan ke dalam cawan porselen kemudian ditimbang cawan berisi endapan kentang tersebut pada neraca analitik sehingga didapat hasil timbangannya yaitu 112 gram. Lalu di keringkan menggunakan oven selama beberapa menit hingga sampelnya benar-benar kering. Pengeringan dilakukan agar air (pelarut) dapat menguap dan meninggalkan amilum murni dari kentang. Suhu yang di



gunakan yaitu 100°C tetapi menurut winarno (1979), Suhu untuk pengeringan pati/amilum sebaiknya di lakukan pada suhu 60-80°C, agar didapatkan pati dengan kualitas yang lebih baik. Setelah kering amilum kentang menjadi warna putih, berbentuk serbuk dan berbau khas. Berdasarkan hasil pengamatan amilum kentang dibawah mikroskop menggunakan medium aquades dan pembesaran 40×, diperoleh hasil bahwa amilium yang terdapat pada kentang yaitu amilum tunggal atau monoadelf dengan hilus yang berada ditepi dan dikelilingi lamela. Menurut Wiser (2007) amilum kentang berbentuk monoadelf, di mana hilus terlihat jelas dan letak di ujungnya berupa hilus eksentris. Lamela amilum kentang terlihat jelas. Hilus yang di maksud adalah titik terbentuknya butir tepung sedangkan lamela adalah lapisan pada amilium. Serta didapat berat amilum akhir kentang yaitu 61 gram dan diperoleh hasil rendemen yaitu 12,2%. Pada sampel kedua yaitu sagu (Metoxylon sagu), hasil endapan yang diperoleh yaitu 77 gram. Lalu di keringkan menggunakan oven selama beberapa menit hingga sampel tersebut kering. Setelah kering amilum sagu berwarna putih kecokelatan berbentuk serbuk, berbau khas dengan rasa yang tawar. Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel sagu di bawah mikroskop menggunakan medium aquades dan pembesaran 40×, di peroleh hasilnya yang tidak jauh berbeda dengan kentang dimana amilum sagu berbentuk monoadelf atau amilum tunggal dengan tipe konsentris dimana posisi hilus berada ditengah yang dikelilingi oleh lamela. serta didapat berat amilum akhir dari kentang yaitu 85 gram dan diperoleh hasil rendemen yaitu 17%. Kentang (Solanum tuberosum), merupakan sebuah tanaman dari suku Salanaceae yang mempunyai umbi batang yang bisa dikonsumsi dan disebut dengan kentang. Setiap 100 gram kentang mengandung kalori 347 kal, protein 03 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium 20 mg fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg, memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu sekitar 70-80%, kadar abu tertinggi pada suhu 60°C yaitu 0,79 dan kadar abu terendah pada suhu



40°C yaitu 0,57 serta rendemen 3,61% pada suhu pengeringan 40°C dan 2,82% pada pengeringan dengan suhu 60°C (Samadi, 2007; Susila 2010; Martuis, 2012). Pada Sagu (Metroxylon sagu), mengandung 343,00 kalori, 0,70 g protein, 0,20 g lemak, 84,70 g karbohidrat, 0,40 g mineral, 11,00 mg kalsium, 13,00 mg fosfor, 1,50 mg besi, 0,01 mg thiamine dan memiliki kadar air sebanyak 14,00%, memiliki kadar abu 2,75 serta 21,85% rendemen (Kam, 1992; Rinto, 2017; Saripudin 2006) Kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini yaitu pertama banyaknya sampel yang menyebabkan kurang telitinya dalam penimbangan sampel yang dapat mempengaruhi hasil akhir, selanjutnya kurang hati-hati dalam memisahkan endapan dan filtrat, dan yang terakhir suhu yang tidak sesuai dengan ketentuan dimana oven yang digunakan tidak sesuai dengan jenis sampel atau banyak sampel yang akan mempengaruhi hasil dan kandungan amilum dalam sagu maupun kentang.