BAB II Non Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II DASAR TEORI



2.1



Audit Operasional Audit Operasional dikenal dengan berbagai istilah seperti audit manajemen,



audit atas kinerja,audit dan audit fungsional. Sampai saat ini, belum ada istilah yang pasti mengenai audit operasional 2.1.1



Pengertian Audit Menurut Alvin Arrens dkk (2015) pengertian audit adalah sebagai berikut : “ Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.(hal.2) Menurut Sukrisno Agoes (2012), pengertian audit adalah sebagai berikut : “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”(hal.20)



7



8



Menurut Rick Hayes dkk (2017:10) Audit adalah proses sistematis yang secara objektif bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti terkait asersiasersi mengenai kebijakan da peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan mengomunikasikan hasilnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan definisi audit yang dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa audit adalah proses pemeriksaan untuk mengevaluasi laporan keuangan dan kejadian ekonomi. 2.1.2



Tujuan Audit Menurut Sukrisno (2012) Tujuan Audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam sebuah yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku (hal.68)



2.1.3



Pengertian Audit Operasional Menurut Bhayangkara (2015) Audit operasional adalah evaluasi terhadap



efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.(hal.2) Menurut Kumaat (2011:45) Audit operasional adalah gambaran yang lebih gamblang mengenai berbagai pelaksanaan, peristiwa, atau masalah aktual dibalik fakta yang ditunjukkan oleh angka-angka keuangan, seperti permasalah penjualan ke



9



pelanggan, pembelian dari pemasok dan berbagai aktivitas operasi yang menimbulkan biaya/beban perusahaan.



8



yang ditunjukkan oleh angka-angka keuangan, seperti permasalah penjualan ke pelanggan, pembelian dari pemasok dan berbagai aktivitas operasi yang menimbulkan biaya/beban perusahaan. Menurut Arrens (2006:495) Audit operasional umumnya dipahami sebagai penyelasaian atas masalah efisiensi dan efektivitas, oleh karena itu, pengujian terhadap efektivitas pengendalian internal oleh auditor internal merupakan bagian dati audit operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan kegiaitan usahanya supaya lebih efektif dan efisien. Dari definisi audit operasional diatas dapat disimpulkan audit operasional adalah proses untuk mengevaluasi apakah kegiatan yang berjalan dalam perusahaan sudah berjalan secara efektif dan efisien, dan ekonomis, dan menilai prosedur yang ada dalam perusahaan sudah dijalankan dengan baik. 2.1.4



Jenis-Jenis Audit Operasional Terdapat beberapa jenis-jenis audit operasional, Menurut Arens (2014:835)



audit operasional terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Functional Audit Fungsional audit berhubungan dengan satu atau lebih fungsi-fungsi dalam suatu organisasi, misalnya tentang efisiensi dan efektivitas dari fungsi penggajian dari suatu divisi atau perusahaan secara keseluruhan. 2. Organizational audit



9



Audit organisasi menekankan seberapa efisiensi dan efektif masing-masing fungsi dalam organisasi (department, cabang atau subsidiary) berinteraksi. Rencana organisasi dan metode untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan sangat penting dalam sebuah organisasi. 3. Special assignments Biasanya timbul atas permintaan manajemen, misalnya untuk memeriksa penyebab tidak efektif system IT, menginvestigasi kemungkinan kecurangan di suatu divisi dan memberikan rekomendasi untuk mengurangi biaya. 2.1.5



Tujuan Audit Operasional Dalam setiap perusahaan tujuan audit operasional berbeda-beda sesuai dengan



latar belakang perusahaan dan permintaan manajemen. Audit Operasional berguna untuk membantu manajemen mengevaluasi apakah perusahaan telah menjalankan prosedur dalam perusahaan dengan efektif dan efisien Menurut Kumaat (2011:45) tujuan dari audit operasional sebagai berikut: 



Menggali berbagai akar masalah di balik kinerja bisnis yang tergambar dalam Laporan keuangan, yang terkait dengan efektivitas dan efisiensi kinerja pengelolaan berbagai objek.



10







Memastikan bahwa seluruh asset nonkeuangan menjadi asset yang produktif bagi bisnis perusahaan, yaitu memberi manfaat yang sepadan disbanding biaya atau risiko yang timbul.







Memastikan bahwa seluruh sistem berjalan dalam koridor standar yang telah ditetapkan dengan tingkat pengendalian internal yang memadai.



Sedangkan Menurut Kurnia dkk (2013:9) Audit operasional mempunyai tujuan dan karakteristik sebagai berikut: 



Memberikan informasi kepada manajemen mengenai efektivitas suatu unit atau fungsi







Pengukuran efektivitas didasarkan pada bukti-bukti dan standar-standar -



Undang-undang dan Peraturan Pemerintah



-



Standar Perusahaan 



Strategi-strategi, renacna dan program yang disetujui







Kebijakan dan Prosedur yang telah ditetapkan







Struktur organisasi yang sudah disetujui







Anggaran Perusahaan







Tujuan Perusahan yang ditetapkan



-



Standar dan praktik industir



-



Prinsip organisasi dan manajemen



-



Praktik manajemen yang sehat, proses dan teknik yang digunakan oleh perusahaan maju.



11







Sifatnya Investigatif







Objek pemerikasaan meliputi aspek operasi perusahaan.



Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit operasional ialah menjaga alur kegiatan operasi perusahaan agar dapat berjalan efektif dan sesuai standar dan aturan yang berlaku sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. 2.1.6



Kualifikasi Auditor Operasional Menurut Arrens, Elder (2012:501) terdapat dua kualitas yang terpenting bagi



auditor operasional adalah independensi dan kompetensi. Berikut uraian sebagai berikut : 1. Independensi Independensi diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independent dalam fakta, tetapi juga harus independent dalam penampilan. Indenpendsi dalam fakta ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil dari interpretasi lain atau independensi ini. 2. Kompetensi Kompentensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal,



12



pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian professional yang dimiliki auditor sebagai hasil Pendidikan formal, ujian professional maupun keikutsertaan dalam pelatihan. 2.1.7



Tahap – Tahap Audit Operasional Dalam melaksanakan audit operasional, dibutuhkan pedoman yang baku agar seorang pemeriksa audit operasional dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan baik, apalagi dengan kondisi di setiap perusahaan yang berbeda, dibutuhkan suatu pedoman terstruktur bagi pemeriksa operasional.



Terdapat beberapa tahapan audit operasional menurut Bhayangkara (2008:178181) sebagai berikut: 1. Audit Pendahuluan Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan organisasi auditee. Pertemuan ini juga bertujuan unutk mengonfirmasi scope audit, mendiskusikan rencana audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang akan diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada proses produksi dan operasi. Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang dijalankan, melakukan peninjauan terhadap pabrik, layout pabrik, sistem computer yang digunakan dan berbagai sumber daya penunjang keberhasilan fungsi ini dalam



13



mencapai tujuannya. Setelah melakukan tahapan audit ini, auditor dapat memperkirakan kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi produksi dan operasi perusahaan auditee. Hasil pengamatan pada tahapan audit ini dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit sementara. 2. Review dan Pengujian terhadap Pengendalian Manajemen Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap bebrapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan, auditor melaukukan penilaian terhadap tujuan utama fungsi produksi dan operasi serta variabel-variabel yang mempengaruhinya. Variabel-variabel ini meliputi berbagai kebijakan dan peraturan yang memadai dan ketersediaan sumber daya yang telah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas, praktik sehat, dokumentasi yang memadai dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam menunjang usaha pencapain tujuan tersebut. Tahap ini auditor juga mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan produksi dan operasi. Review terhadap hasil audit terdahulu juga dilakukan untuk menetukan berbagai tindakan korektif yang harus diambil. Berdasarkan review dan penguian yang dilakukan pada tahap ini, auditor mendapat keyakinan tentang dapat diperolehnya data yang cukup dan kompeten serta tidak terhambatnya akses untuk melakukan pengamatan yang



14



lebih dalam terhadap tujuan audit sementara yang telah ditetapkan pada tahapan audit sebelumnya. Dengan menghubunhkan permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk tujuan audit sementara dan ketersediaan data serta akses untuk mendapatkannya, auditor dapat menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya yang akan didalami pada audit lanjutan. 3. Audit Lanjutan Pada tahp ini auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasikepada pihak perusahan selama audit dilakukan untuk mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang merupakan kelemahan yang ditemukan auditor. Di sampung itu, analisis terhadap hubungan kapabilitas potensial yang dimiliki dan utilisasi kapabilitas tersebut di dalam perusaahan sang penting dalam proses audit. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya, auditor menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berwenang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit. Dalam wawancara yang dilaukkan, auditor harus menyoroti keseluruhan dan ketidaksesuaian yang ditemukan dan menila tindakantindakan korektif yang telah dilakukan. 4. Pelaporan Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan dalam kertas kerja audit, merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit



15



dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai alternative solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan pelaporan menyangkut penyajian hasil aduit kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit tersebut. Laporan audit disajikan dengan format sebagai berikut. a. Informasi Latar Belakang Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi strategi tersebut b. Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan auditor dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan yang dibuat c. Rumusan Rekomendasi Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih terjadi. Rekomendasi harus didukung hasil analisis dan menjelaskan manfaat yang diperoleh jika rekomendasi ini diterapkan serta dampak negatif yang mungkin terjadi di amsa depan jika rekomendasi ini tidak diterapkan d. Ruang Lingkup Audit



16



Ruang lingkup audit menjelaskan tentang cakupan audit yang dilakukan, sesuai dengan penugasan yang diterima dengan pemberi tugas audit 5. Tindak Lanjut Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan alternatif perbaikan untuk meningkatkan berbagai kelemahan yang masih terjadi pada perusahaan. Tindak lanjut (perbaikan) yang dilakukan merupakan bentuk komitemen manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Dalam rangka perbaikan ini auditor mendampingi manajemen dalam merencanakan, mlaksanakan, dan mengendalikan programprogram perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. 2.2



2.2.1



Efektivitas



Pengertian Efektivitas Efektivitas adalah salah satu alat ukur untuk menunjukkan pencapaian tujuan yang ditetapkan perusahaan. Menurut Sukrisno (2012) Efektivitas diartikan sebagai perbandingan masukan



keluaran daam berbagai kegiatan, sampai dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan, baik ditinjau dari kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerjam maupun batas waktu yang ditargetkan. (hal. 167)



17



2.3



Pengendalian Internal



Dalam segala kegiatan yang ada dalam perusahaan, dibutuhkan pengendalian internal yang memadai karena permasalahan pada setiap perusahaan yang rumit. Pengendalian internal yang baik akan membantu perusahaan pada era globalisasi pada saat ini. 2.3.1



Pengertian Pengendalian Internal



Pengendalian Internal merupakan proses yang di lakukan oleh pihak majemen untuk menjaga agar tidak terjadinya tindakan yang akan menghambat kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan mencapai tujuan. Definisi Pengendalian Internal menurut Hery (2014) sebagai berikut : “Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan.”(hal.12) Menurut Siti Kurnia dkk (2013) Pengendalian internal adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuantujuan berikut ini : 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan 4. Efektivitas dan efisiensi operasi



18



Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System) menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara pasal 26 Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset perusahaan. Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain mencakup halhal sebagai berikut: a. Lingkungan pengendalian intern dalam perusahaan yang dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari: 1) integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan; 2) filosofi dan gaya manajemen; 3) cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya; 4) pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; 5) perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi. b. pengkajian terhadap pengelolaan risiko usaha (risk assessment), yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai pengelolaan risiko yang relevan. c. aktivitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas, dan keamanan terhadap aset perusahaan.



19



d. sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, serta ketaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan oleh BUMN. e. monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian intern, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.



2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal Pengendalian Internal berguna untuk memastikan apakah perusahaan telah berjalan sesuai dengan prosedur dan telah mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Menurut Hery (2010) tujuan utama pengendalian internal adalah meyakinkan 1. Keandalan informasi 2. Kesesuaian dengan berbagai kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan 3. Perlindungan terhadap aktiva organisasi 4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien 5. Tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (hal.78) Menurut TMbook (2015:49-50) Tujuan dari pengendalian internal meliputi : 1. Efisiensi dan efektivitas operasi 2. Reliabilitas pelaporan keuangan



20



3. Kepatuhan pada peraturan dan hokum yang berlaku 4. Menjaga keamana asset Menurut Arrens (2003:271) tujuan dari pengendalian internal yaitu: 1. Reliability of Financial Reporting (Reliabilitas Laporan Keuangan) 2. Efficiency and Effectiveness of operations (Efisiensi dan Efektivitas Operasi) 3. Compliance with applicable laws and regulations(Ketaatan pada Hukum dan Peraturan) Dari Tujuan pengendalian internal oleh para ahli diatas dapat disimpulan bahwa pengendalian internal memiliki tujuan agar perusahaan berjalan sesuai dengan aturan,prosedur yang berlaku sehingga operasional perusahaan berjalan secara efektif dan efisien. 2.3.3



Komponen Pengendalian Internal Menurut Sukrisno Agoes (2012:100), Pengendalian internal terdiri dari 5



komponen yang berkaitan diantaranya adalah : 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar unruk semua komponen pengendalian internal lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini. a. Integritas dan nilai etika



21



b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur Organisasi e. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penaksiran risiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini a) Perubahan dalam lingkungan operasi b) Personel Baru c) Sistem Informasi yang baru atau yang di perbaiki d) Teknologi Baru e) Lini produk, produk, atau aktivitas baru f) Restrukturisasi korporasi g) Operasi Luar Negeri h) Standar Akuntansi Baru 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakna dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut



22



membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan etitas, sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalan mempunyai beberapa tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal – hal berikut ini a) Review terhadap kinerja b) Pengolahan Informasi c) Pengendalian Pihak d) Pemisahan Tugas 4. Informasi dan Komunikasi Sistem Informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang ebrsangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami: a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan



23



b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai. c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi. d) Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saa transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi



5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di bebagai entitas, auditor internal atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customer dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Sedangkan Menurut Rick Hayes (2017:271) ada 5 unsur pengendalian internal



24



1. Lingkungan pengendalian Tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan kesuluruhan sikap manajemen puncak,direksi, dan pemilik entitas terkait pengendalian dan pentingnya pengendalian. -



Integritas dan nilai-nilai etika



-



Komitmen untuk berkompetisi



-



Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kelola (dewan direksi atau komite audit)



-



Filosofi dan gaya beroperasi manajemen



-



Struktur organisasi



-



Pembebanan otoritas dan tanggung jawab



-



Kebijakan dan praktik sumber daya manusia



2. Penilaian risiko oleh manajemen Identifikasi dan analisis risiko yang dilakukan oleh manajemen relevan terhadap penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan IFRS. Asersi manajemen : keberadaan, kelengkapan, valuasi, penyajian dan pengungkapan, pengukuran, keterjadian. 3. Sistem Informasi akuntansi dan komunikasi Metode- metode yang digunakan untuk mengidentifikasi , mengumpulkan, mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi entitas dan untuk mempertahankan akuntabilitas untuk asset-aset yang berelasi. Tujuan-



25



tujuan audit yang berelasi dengan transaksi : keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, waktu, pencatatan, dan pengikhtisaran. 4. Aktivitas-aktivitas pengendalian (prosedur pengendalian) Sejumlah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk mencapai tujuannya, yakni pelaporan keuangan. -



Pemisahan tugas yang memadai



-



Otorisasi yang tepa tatas sejumlah transaksi dan aktivitas



-



Sejumlah dokumen dan catatan yang memadai



-



Pengendalian fisik atas sejumlah asset dan catatan



-



Pengecekan independent atas kinerja



5. Pemantauan Penilaian manajemen yang sedang berlangsung dan penilaian manajemen secara berkala terhadap efektivitas rancangan dan operasi dari struktur pengendalian internal untuk menentukan apakah aktivitas operasi berlangsung seperti yang dikehendaki dan telah dimodifikasi jika diperlukan. 2.3.4



Prinsip-prinsip Pengendalian Internal Menurut Hery (2014), ada lima prinsip prinsip pengendalia intenal akan



dijelaskan sebagai berikut. 1. Penetapan Tanggung Jawab Sesungguhnya, karakteristik yang paling utama (paling penting) dari pengendalian internal adalah penetapan tanggung jawab ke masing-masing



26



karyawan secara spesifik. Penetapan tanggung jawab di sini agar supaya masing-masing karyawan dapat bekerja sesuai dengan tugas-tugas tertentu (secara spesifik) yang telah dipercayakan kepadanya. Pengendalian atas pekerjaan tertentu akan menjadi lebih efektif jika hanya ada satu orang saja yang bertanggung jawab atas sebuah tugas/pekerjaan tertentu tersebut. Salah satu contoh untuk mengamankan uang kas perusahaan adalah dengan menyetor uang kas hasil kegiatan operasional perusahaan secara harian ke bank, atau disimpan 2. Pemisahan Tugas Pemisahan tugas di sini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja. Ada 2 (dua) bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu : a. Pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula. b. Harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan asset dengan karyawan yang menangani langsung asset secara fisik (operasional) Rasionalisasi dari pemisahan tugas adalah bahwa tugas/pekerjaan dari seorang karyawan seharusnya dapat memberikan dasar yang memadai untuk mengevaluasi pekerjaan karyawan lainnya. Jadi, hasil pekerjaan



27



seorang karyawan dapat diperiksa silang (cross check) keberannya oleh karyawan lainnya. Sebagai contoh yang sering terjadi adalah aktivitas pembelian atau pengadaan barang. Aktivitas pengiriman barang akan mengirim barang ke pelanggan atas dasar bukti pesanan penjualan (sales order), lalu bagian penagihan akan menyiapkan faktur penjualan (sales invoicr) setelah membandingkan pesanan penjualan tersebut dengan laporan pengiriman barang (shipping report) c. Dokumentasi Dokumentasi memberikan bukti bahwa transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi telah terjadi. Dengan membubuhkan atau memberikan tanda tanga (atau inisial) ke dalam dokumen, orang yang bertanggung jawab atas terjadinya sebuah transaksi atau peristiwa dapat diidentidikasi dengan mudah. Dokumentasi atas transaksi harusnya dibuat ketika transaksi terjadi. Dokumen juga sesungguhnya sangat berfungsi sebagai penghanta informasi ke seluruh bagian organisasi. Dokumen haruslah dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh asset telah dikendalikan dengan pantas dan bahwa seluruh transaksi telah dicatat dengan benar. d. Pengendalian Fisik, Mekanik, dan Elektronik Penggunaan pengendalian fisik, mekanin, dan elektronik sangatlah penting. Pengendalian



fisik



terutama



terkait



dengan



pengamanan



asset.



Pengendalian mekanik dan elektronik juga mengamankan asset. Berikut ini



28



adalah beberapa macam contoh penggunaan pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik : 1. Uang kas dan surat-surat berharga sebaiknya disimpan dalam safe deposits box; 2. Catatan-catatan akuntansi yang penting juga harus disimpan dalam filing cabinet yang terkunci. 2.3.5



Keterbatasan Pengendalian Internal Berikut ini adalah keterbatasan oleh pengendalian internal, Menurut Wahyudi (2018:34) terdapat lima keterbatasan pengendalian internal, sebagai berikut: a. Preconditions of Internal Control Kondisi awal sebelum dibangunnya pengendalian internal. Pengendalian internal tidak bisa mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan oleh organissasi. Kelemahan entitas dalam memilih, mengembangkan, dan mengevaluasi pihak manajemen dapat membatasi kemampuannya dalam melakukan pengawasan terhadap pengendalian internal. b. Judgement Penilaian manusia dalam pengambilan bisa keliru. Manusia memiliki kelemahan dalam mengabil keputusan bisnis yang berdasarkan pada waktu, informasi yang terbatas, serta di bawah tekanan, sehingga bisa menghasilkan keputusan (penilaian) yang tidak tepat dan perlu diubah.



29



c. Breakdowns Kerusakan yang dapat terjadi karena kesalahan pegawai. Sistem pengendalian internal yang baik bisa mengalami kerusakan. Personel mungkin dapat salah memahami instruksi, melakukan kesalahan, atau memilki dan melaksanakan terlalu banyak tugas. d. Management Override Kemampuan manajemen untuk mengabaikan pengendalian internal. Entitas dengan system pengendalian internal yang efektif masih mungkin untuk memiliki manajer yang mengesampingkan pengendalian internal. e. Collusion Kemampuan manajemen, personel lain, dan pihak ketiga untuk melakukan kolusi. Kolusi dapat mengabitkan defisiensi/kelemahan dalam pengendalian internal. Individu yang beraksi secara bersamasama dapat menyembunyikan tindakan kecurangan dan mengubah informasi keuangan atau lainnya sehingga tidak dapat dicegah dan dideteksi oleh pengendalian internal.



2.4 Persediaan Persediaan merupakan suatu unsur yang penting bagi perusahaan karena penghasilan yang diterima oleh perusahaan sebagian diperoleh dari hasil penjualan persediaan. Persediaan harus di jaga dan di kelola dengan baik agar



30



tidak terjadi pencurian, penyalahgunaan akibat dari kurangnya pengendalian dari perusahaan. 2.4.1 Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian yang utama dalam perusahaan terlebih pada perusahaan manufaktur, karena dengan adanya persediaan perusahaan dapat berjalan dan memenuhi tujuannya. Menurut waluyo (2012:92) persediaan merupakan barang yang dibeli dan disimpan dalam penyelesaian, termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Menurut Herjanto (2015:237) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Dari definisi persediaan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sumber daya yang dapat digunakan sebagai salah sumber dana bagi perusahaan. 2.4.2 Jenis-Jenis Persedian Dalam setiap perusahaan persediaan memiliki golongan dan fungsi yang berbeda, seperti dalam perusahaan manufaktur terdapat persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi. Sedangkan dalam perusahaan dagang, hanya ada persediaan barang dagangan saja. Persediaan bisa diklasifikasikan dengan banyak cara. Menurut Nyoman (2017:136-137), ada 3 klasifikasi dari persediaan :



31



1. Berdasarkan bentuknya, persediaan bisa diklasifikasikan menjadi bahan baku (raw materials), barang setengah jadi (WIP), dan produk jadi (finished product). Klasifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks perusahaan manufaktur. Produk jadi yang dihasilkan oleh supplier akan menjadi bahan baku bagi sebuha pabrik perkaitan. 2. Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi: a. Pipeline/transit inventory Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu pengiriman adalah salah satu contohnya. Persediaan ini akan banyak jika jarak atau waktu pengiriman panjang. Jadi, persediaan jenis ini bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriraman, misalnya dengan mengubah alat atau mode transportasi atau dengan mencari pemasok yang lokasinya lebih dekat. b. Cycle Stock Persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi. Persediaan ini mempunyai siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya habis atau hampir habis, kemudian mulai dengan siklus baru lagi. c. Safety Stock



32



Fungsinya sebgai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Menentukan berapa besarnya persediaan pengaman adalah pekerjaan yang sulit. Besar atau kecilnya persediaan pengaman terkait dengan biaya persediaan dan service level. d. Anticipation Stock Persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musiman dan permintaan terhadap suatu produk. 3. Persediaan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu item dengan item lainnya. Item-item yang kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain dinamakan dependent demand item. Sedangkan kebutuhan independent demand item tidak tergantung pada kebutuhan item lain.Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua jenis item ini biasanya berbeda. Dependent demand item biasanya adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk jadi. Kebutuhan bahan baku dan komponen tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah produk jadi yang akan dibuat dengan menggunakan komponen atau bahan baku tersebut. Produk jadi biasanya tergolong dalam independent demand item



33



karena kebutuhan akan satu produk jadi tidak langsung mempengaruhi kebutuhan produk jadi yang lain. 2.4.3 Pencatatan Persediaan Dalam pencatatan suatu persediaan terdapat metode-metode yang biasa digunakan oleh perusahaan, menurut Waluyo (2012:94-95) ada dua sistem pencatatan persediaan, yaitu: 1. Sistem Perpetual Dalam sistem perpetual ini persediaan biasanya dapat diketahui secara terus menerus tanpa melakukan inventaris fisik. Oleh karena itu setiap jenis barang dibuat kartu, dan setiap mutase persediaan dicatat dalam kartu, baik harga maupun jumlah barang, sehingga pengendalian persediaan menjadi sangat mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara Kartu Persediaan dan hasil inventaris fisik. Pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual menjadi rumit bila ternyata jenis barang yang dicatatnya cukup banyak, kecuali jika sistem informasi yang memanfaaatkan teknologi komputer telah diaplikasikan. 2. Sistem Periodik Dalam sistem periodic, persediaan dihitung dengan melakukan invetarisasi pada akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dipakai untuk menghitung Harga Pokok Penjualan. Pada sistem periodik, setiap mutase persediaan tidak



34



dibuatkan pencatatan dan penghitungan persediaannya, seperti telah disebutkan dan tetap dilakukan pengendalian persediaan. 2.5 Pengaruh Audit Operasional terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Persediaan Obat-Obatan Tujuan Perusahaan ialah setiap proses yang berlangsung dalam perusahan dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan, dan berlangsung secara efektif dan efisien. Akan tetapi, dalam menjalani proses tersebut tidak dapat dengan cepat memperoleh hasil yang baik, pasti di setiap proses akan terjadi masalah – masalah yang akan timbul baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan dan itu akan menjadi hambatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, untuk bisa mencegah atau mengatasi permasalahan – permasalahan yang akan menghambat tercapainya tujuan dari perusahaan perlu adanya pengendalian internal, yang berfungsi untuk mengawasi setiap kegiatan yang ada di perusahaan sehingga perusahaan dapat mengatasi atau mencegah masalah yang terjadi dan juga audit internal diperlukan dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan perusahaan sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Arrens (2006:495) Audit operasional umumnya dipahami sebagai penyelasaian atas masalah efisiensi dan efektivitas, oleh karena itu, pengujian terhadap efektivitas pengendalian internal oleh auditor internal merupakan



35



bagian dari audit operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan kegiaitan usahanya supaya lebih efektif dan efisien. Pengendalian internal juga berfungsi untuk menggalakkan efisiensi usaha Pengendalian dalam suatu perusahaan juga dimaksud untuk menghindari pekerjaan–pekerjaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber–sumber dana yang tidak efisien. (menurut Christyanto 2011) Menurut Bhayangkara pengertian efektivitas adalah : “Tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya” Dalam suatu audit operasional memiliki tujuan yaitu menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan, menilai apakah berbagai sumber daya (manusia,mesin,dana,harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis (Sukrisno:2017:184) Menurut Meyditia (2017) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa audit operasional memberikan pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan walaupun tidak sepenuhnya memberikan pengaruh karena ada pengaruh dari variabel-variabel lain. Berdasarkan penelitian terlebih dahalu Endah (2018) menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional yang selama ini dilakukan oleh SPI telah berjalan cukup berperan untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan kinerja.



36



Namun masih terdapat kelemahan, dimana hasil audit yang tidak langsung diberikan kepada pihak yang tidak langsung diberikan kepada pihak yang diperiksa sehingga dapat mempengaruhi pada tindak lanjut rekomendasi. Penjelasan pengaruh audit operasional terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan obat-obatan dapat dilihat secara singkat dari kerangka penelitian. 2.6 Kerangka Pemikiran Audit Operasional Kualifikasi Auditor: 1. Independensi 2. Kompetensi Menurut Arrens, Elder (2012:501) Tahap-Tahap Audit Operasional 1. Audit Pendahuluan 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Audit Lanjutan 4. Pelaporan 5. Tindak Lanjut (Bhayangkara (2008:178181)



Efektivitas Pengendalian Internal Persediaan Obat- Obatan Komponen Pengendalian Internal 1. 2. 3. 4. 5.



Lingkungan Pengendalian Penetapan Risiko Informasi dan Komunikasi Aktivitas Pengendalian Pemantauan (Sukrisno Agoes (2012:100)



Tujuan Pengendalian Internal 1. Keandalan Laporan keuangan 2. Efektivitas dan Efisiensi 3. Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku Menurut Arrens (2003:271)



37



Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.6



Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini hipotesis yang dapat dibuat adalah sebagai berikut “ Audit



Operasional memiliki pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan obat-obatan” dengan parameter sebagai berikutL Ho : r = 0



bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara audit operasional dan



efektivitas pengendalian internal persediaan obat-obatan Ha: r > 0



bahwa ada hubungan yang signifikan antara audit operasional dan



efektivitas pengendalian internal persediaan obat-obatan