Bab Iv [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum lokasi penelitian 1. Letak Geografis



Gambar 5. Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Puskesmas Puuwatu adalah salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Puuwatu dengan dengan luas wilayah kerja puskesmas yaitu 43,51 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata Kecamatan Mandonga. 2) Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan Baruga



59



60



3) Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga 4) Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Abeli Sawah Kecamatan Anggalomoare Wilayah kerja Puskesmas Puuwatu meliputi 6 kelurahan diantaranya : 1) Kelurahan Puuwatu. 2) Kelurahan Watulondo. 3) Kelurahan Tobuuha. 4) Kelurahan Punggolaka. 5) Kelurahan Lalodati. 6) Kelurahan Abeli Dalam a. Jumlah penduduk, luas daerah dan kepadatan Penduduk Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu adalah 35.478 jiwa, dengan luas wilayah area adalah 43,51 km2 dan kepadatan penduduk 815.4 km2. Tabel 1. Jumlah Penduduk Wilayah Puskesmas Puuwatu Jumlah penduduk No /



Nama Kelurahan



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Puuwatu Watulondo Punggolaka Lalodati Tobuuha Abeli dalam Jumlah



Jumlah/ Total



Distribusi (%)



7.458 7.990 8.325 8.302 2.760 643 35.478



21,02 22,52 23,47 23,40 7,78 1,81 100



Kepadatan Luas Wilayah penduduk 2 Area (km ) per km2 11,08 673.1 8,43 947.8 4,52 1841.8 1,92 4323.9 8,71 316.9 8,85 72.7 43,51 815.4



61



b. Sarana dan pelayanan kesehatan Tabel 2. Jumlah Dan Jenis Kesehatan Perkelurahan No Jenis Sarana Kesehatan 1. Sarana kesehatan pemerintah - Puskesmas Induk - Puskesmas Pembantu - Rumah Sakit Pemerintah 2. Sarana Kesehatan Bersumber Masyarakat - Posyandu Balita - Posyandu Lansia - Pos Kesehatan Kelurahan - Bidan Praktek Swasta - Klinik Pratama



Jumlah 1 1 1 Daya 17 4 2 2 3



c. Keadaan sanitasi Keadaan sanitasi yang meliputi sumber air bersih. Berdasarkan wawancara mengenai sumber air. Di rumah warga masih ada yang menggunakan sumur dan masih ada juga yang menggunakan sumur bor/air PAM. Di beberapa wilayah hasih terdapat rumah yang tidak memiliki jamban, melainkan masih memakai WC umum dan ada juga yang memiliki jamban pribadi. d. Jarak Rumah Warga Jarak rumah warga berkisar 3 meter, 5 meter, 10 meter, dari rumah ke rumah. Untuk bentuk perumahan ada yang bersifat permanen dan semi permanen.



62



e. Program kerja Puskesmas Puuwatu terkait penanggulangan stunting 1) Program Konseling: -



Pemberian konseling untuk bayi 0-6 bulan.



-



Konseling ASI eksklusif



2) Program Gizi -



Pemantauan pertumbuhan



-



Pemantauan kesehatan bayi/balita resti



3) Program KIA -



PMT untuk bumil KEK (Kekurangan Energi Kronik) dan balita kurus.



-



Pemberian tablet Fe untuk bumil KEK



B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari pada bulan April 2019 terdapat 54 sampel (27 kelompok kasus dan 27 kelompok kontrol) dalam penelitian ini. Setelah data tersebut dikumpulkan, dilakukan pengolahan sesuai tujuan penelitian, selanjutnya dibahas dalam bentuk tabel disertai penjelasan sebagai berikut:



63



1. Karakteristik Responden Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik responden dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol Karakteristik Kelompok kasus Kelompok kontrol Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%) Jenis kelamin balita Laki-laki Perempuan Usia balita 24-35 bulan 36-47 bulan 48-59 bulan Panjang Badan Lahir 46-47 cm 48-49 cm Tinggi Badan Ibu < 150 cm > 150 cm Status Gizi Balita Z-Score -2 SD Z-Score -3 SD Z-Score 1 SD Z-Score 2 SD Z-Score 3 SD Usia Ibu 17-22 tahun 23-28 tahun 29-34 tahun 35-40 tahun Pendidikan Ibu SD SMP SMA PT Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja Penghasilan Orangtua > 2.177.052 < 2.177.052



17 10



63,0% 37,0%



17 10



63,0% 37,0%



17 7 3



63,0% 25,9% 11,1%



11 13 3



40,7% 48,1% 11,1%



24 3



88,8% 11,1%



11 16



40,7% 59,2%



18 9



66,7% 33,3%



17 10



63,0% 37,0%



21 6 0 0 0



77,7% 22,2% 0% 0% 0%



0 0 14 10 3



0% 0% 51,8% 37,0% 11,1%



9 8 4 6



33,3% 29,6% 14,8% 22,2%



7 8 4 8



25,9% 29,6% 14,8% 29,6%



4 8 11 4



14,8% 29,6% 40,7% 14,8%



0 7 13 7



0% 25,9% 48,1% 25,9%



4 23



14,8% 85,1%



7 20



25,9% 74,0%



10 17



37,0% 63,0%



15 12



55,5% 44,4%



64



Berdasarakan tabel 6, bahwa 54 responden kemudian di bagi kelompok kasus (27) dan kelompok kontrol (27). balita berjenis kelamin laki-laki yaitu pada kelompok kasus sebanyak 17 responden (63,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 17 responden (63,0%) dan selebihnya berjenis kelamin perempuan yaitu pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (37,0%). Usia pada kelompok kasus 24-34 bulan sebanyak 17 responden (63,0%), pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (40,7%). Pada usia 35-47 bulan pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (25,9%), pada kelompok kontrol sebanyak 13 responden (48,1%) Pada kelompok kontrol 11 responden (40,7%). Dan pada usia 48-59 bulan pada kelompok kasus sebanyak 3 responden (11,1%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 3 responden (11,1%). Panjang badan lahir pada kelompok kasus 46-47 sebanyak 24 responden (88,8%), pada kelompok kontrol 46-47 sebanyak 11 responden (40,7%). Pada panjang badan lahir pada kelompok kasus 4849 sebanyak 3 responden (11,1%) dan pada kelompok kontrol 48-49 sebanyak 16 responden (59,2%) Tinggi badan ibu 150cm yaitu pada kelompok kasus sebanyak 9 responden (33,3%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 10 responden (37,0%).



65



Status Gizi balita pada kelompok kasus denga Z-score -2 SD sebanyak 21 responden (77,0%), pada kelompok kontrol Z-score -2 SD tidak ada responden. Pada kelompok kasus Z-score -3 SD sebanyak 6 responden (22,2%) dan pada kelompok kontrol Z-score -3 SD tidak ada responden. Pada kelompok kasus Z-score 1 SD tidak ada responden, pada kelompok kontrol Z-score 1 SD sebanyak 14 responden (51,8%). Pada kelompok kasus Z-score 2 SD tidak ada responden. Pada kelompok kontrol Z-score 2 SD sebanyak 10 responden (37,0). Pada kelompok kasus Z-score 3 SD tidak ada responden. Pada kelompok kontrol Z-score 3 SD sebanyak 3 responden (11,1%). Usia ibu pada kelompok kasus 17-22 sebanyak 9 responden (33,3%), sedangkan pada kelompok kontrol 17-22 sebanyak 7 responden (25,9%). Pada kelompok kasus 23-28 sebanyak 8 responden (29,6%), sedangkan pada kelompok kontrol 23-28 sebanyak 8 responden 29,6%). Pada kelompok kasus 29-34 sebanyak 4 responden (14,8%), sedangkan pada kelompok kontrol 29-34 sebanyak 4 responden (14,8%). Pada kelompok kasus 35-40 sebanyak 6 responden (22,2%), sedangkan pada kelompok kontrol 8 responden (29,6%). Pendidikan ibu pada kelompok kasus yaitu pada pendidikan SMA sebanyak 11 responden (40,7%), pada kelompok kontrol sebanyak 13 responden (48,1%) dan pada kelompok kasus yang pendidikan SMP sebanyak 8 responden (29,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 7 responden (25,9%), pada kelompok kasus yang berpendidikan SD



66



sebanyak 4 responden (14,8%) dan pada kelompok kontrol tidak ada responden (0%) dan kelompok kasus yang penddikan PT (Perguruan Tinggi) sebanuak 4 responden (14,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 7 responden (25,9%). Pekerjaan ibu tidak bekerja yaitu pada kelompok kasus sebanyak 23 responden (85,1%) dan pada kelompok kasus 20 responden (74,0%) dan selebihnya ibu yang bekerja yaitu pada kelompok kasus sebanayak 4 responden (14,8%) dan kelompok kontrol sebanyak 7 responden (25,9%). Penghasilan orangtua >2.177.052 yaitu pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (37,0%) dan pada kelompok kontrol 15 responden (55,5%) dan selebihnya 1) yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak, artinya riwayat ASI Eksklusif merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stunting, pada 95% CI (0,7257,202), Artinya balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif berisiko sebanyak 2 kali mengalami stunting di banding balita yang mendapat ASI Eksklusif.



70



b. Analisis hubungan Berat Badan Lahir Rendah terhadap Kejadian Stunting Analisis hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan kejadian Stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Puwatu Kota Kendari tahun 2018 Berat Badan Lahir Rendah BBLR BBLN Total



Kejadian Stunting 95% CI Kasus Kontrol OR Lower Upper n % n % 17 63,0 7 25,9 15,53 4,875 1,519 0 10 37,0 20 74,1 27 100 27 100



Berdasarkan tabel 11, diperoleh bahwa dari 27 balita yang menderita stunting, pada kelompok kasus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 17 balita (63,0%). Sedangkan dari 27 balita pada kelompok kontrol yang tidak mengalami stunting dengan berat badan lahir rendah sebanyak 7 responden (25,9%). Berdasarkan hasil uji statistik Odds ratio diperoleh nilai OR : 4,875 (OR > 1) yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak pada 95% CI (1,519-15,530), Artinya balita yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berisiko sebanyak 4 kali mengalami stunting di banding balita berat badan lahir normal.



71



c. Analisis hubungan Riwayat Penyakit Infeksi terhadap Kejadian Stunting. Analisis hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan kejadian Stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Analisis Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2018 Riwayat Penyakit Infeksi Ya Tidak Total



Kejadian Stunting Kasus Kontrol n % n % 14 51,9 6 22,2 13 48,1 21 77,8 27 100 27 100



OR



95% CI Lowe Upper r



3,7 69



1,158



12,527



Berdasarkan tabel 12, diperoleh bahwa dari 27 balita yang menderita stunting, pada kelompok kasus yang memiliki riwayat penyakit infeksi sebanyak 14 balita (51,9%). Sedangkan dari 27 balita pada kelompok kontrol yang tidak mengalami stunting yang mempunyai riwayat penyakit infeksi sebanyak 6 responden (22,2%). Berdasarkan hasil uji statistik odds ratio diperoleh nilai OR : 3,769 (OR > 1 ) yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak, pada 95% CI (1,158-12,527), Artinya balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko sebanyak 3 kali mengalami stunting di banding balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi.



72



C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tersebut tentang faktor-faktor yang memengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun 2018 maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisa Bivariat a. Hubungan dengan riwayat ASI Eksklusif dengan kejadian Stunting di Puskesmas Puuwatu tahun 2018 Hasil uji statistik Odds ratio diperoleh nilai OR : 2,286 (OR >1) yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan riwayat ASI Eksklusif dengan kejadian stunting, pada 95% CI (0,725-7,202). Dimana balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif berisiko sebanyak 2 kali mengalami stunting dibanding balita yang mendapat ASI Eksklusif. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 27 balita (kelompok kasus). Responden yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 15 responden (55,6%) dan 12 responden (44,4%) yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Manfaat ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu formula, meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit, menurunkan frekuensi diare, konstipasi kronis dan lain sebagainya (Henningham dan McGregor, 2009). ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan dapat diserap tubuh



73



dengan baik sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko stunting. (Anisa, 2012). Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu sudah cukup baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 12 responden yang tidak diberikan ASI Eksklusif tetapi memiliki tinggi badan pendek (stunting). Balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif hanya berbanding sedikit dengan balita yang mendapatkan ASI Eksklusif. Dari Hasil wawancara dengan ibu balita yang menjadi responden penelitian menunjukkan bahwa alasan ibu balita yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada anaknya karena ASI tidak keluar pada saat anak lahir disebabkan ibu tidak mengkonsumsi nutrisi yang baik pada saat mengandung dan melahirkan, sehingga bayi diberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Anak yang tidak diberikan ASI Eksklusif berisiko lebih tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak. ASI yang tidak diberikan akan meyebabkan balita gizi kurang dan gizi buruk. Kurangnya gizi pada balita akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan pada pertumbuhan anak.



74



Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 15 responden yang diberikan ASI Eksklusif tetapi memiliki tinggi badan pendek (stunting). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa responden yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dimana berat badan lahir