Bab V Proyeksi Kebutuhan Air [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir



5.1.



Arah Perkembangan Kota Kota Semarang sebagai ibukota provinsi memiliki fasilitas berupa



prasarana dan sarana relatif lengkap di Jawa Tengah, berpotensi dalam sektor industri, perdagangan dan memiliki semua fasilitas transportasi sebagai syarat kota besar (bandar udara, pelabuhan laut, terminal kendaraan, dan jalur kereta api). Saat ini, Kota Semarang memiliki misi dan misi sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Semarang tahun 2010 – 2030 yaitu ”Semarang Kota Metropolitan yang Religius Berbasis Perdagangan dan Jasa”.



5.1.1. Peran dan Fungsi Penting Kota Semarang dalam Konstelasi Sistem Perkotaan Nasional (RTRWN) Kota Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah mempunyai 3 (tiga) peran dan fungsi penting dalan Konstelasi Sistem Perkotaan Nasional, yaitu bersama dengan Metropolitan Kedungsepur berperan dan berfungsi sebagai PKN, Kawasan Andalan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Kota Semarang (bersama dengan Kendal, Demak, Ungaran, dan Purwodadi: Metropolitan Kedungsepur) dalam Sistem Perkotaan Nasional berfungsi sebagai PKN. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Sebagai PKN bersama Perkotaan Kedungsepur, Kota Semarang mempunyai kriteria: a.



Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-1



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir b.



Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau



c.



Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.



Dalam RTRWN Kota Semarang bersama Kedungsepur ditetapkan dengan arah pengembangan: Tahap Pengembangan I yaitu revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional, berupa: revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi. Kota Semarang bersama Kedungsepur juga ditetapkan melalui RTRW sebagai Kawasan Andalan. Kawasan Andalan Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi), ditetapkan dengan sektor unggulan berupa: – pertanian – industri – pariwisata – perikanan Arahan pengembangan untuk Kawasan Andalan Keungsepur adalah sebagai berikut: – Tahap pengembangan II, Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian: berupa Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian – Tahap pengembangan I, Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan: berupa Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan – Tahap pengembangan I, Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata: berupa Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata – Tahap pengembangan I, Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan: berupa Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan Kota Semarang bersama Kedungsepur juga ditetapkan melalui RTRW sebagai



Kawasan



Kawasan



Strategis



Nasional,



dengan



arahan



pengembangan: Tahap Pengembangan I: Rehabilitasi dan Pengembangan



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-2



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi: berupa Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan.



5.1.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Sesuai dengan Perda Provinsi jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Tengah Tahun 2009-2029, Kota Semarang ditetapkan sebagai PKN dalam Sistem Perkotaannya pada Rencana Struktur Ruang Kota.bersama dengan Kendal – Demak – Ungaran -Purwodadi (Kedungsepur). Dalam sistem perwilayahan Kedungsepur, Kota Semarang bersama Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak,Kabupaten Semarang (Ungaran), Kota Salatiga



dan



Kabupaten



Grobogan



(Purwodadi),



mengemban



fungsi



pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional. TABEL V.1 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN SEMARANG-DEMAK KAWASAN DARAT



Kawasan Semarang-Demak Sektor Unggulan:  Industri  Pariwisata  Tanaman Pangan  Perdagangan



KAWASAN LAUT YANG TERKAIT Kawasan laut Karimunjawa dan sekitarnya Sektor Unggulan:  Perikanan  Pertambangan  Pariwisata Kota Orientasi: Semarang



     



KAWASAN DALAM KAWASAN DARAT Semarang Kendal Demak Ungaran Salatiga Purwodadi



FUNGSI KOTA NASIONAL PKN PKL PKL PKW PKW PKL



Sumber: PP Nomor 26 Tahun 2008



Dalam wilayah administrasi Kota Semarang, ditetapkan 3 (tiga) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang meliputi: a. Kota Semarang bersama dengan Kendal - Demak - Ungaran - Salatiga – dan Purwodadi (Kawasan Perkotaan Kedungsepur), ditetapkan sebagai KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; b. Kawasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, ditetapkan sebagai KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-3



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir c. Kawasan Kota Lama, Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah dan Gedong Batu Semarang, sebagai KSP dari sudut kepentingan sosial dan budaya.



5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Arah Pengembangan Kota Semarang sesuai RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031, dalam rencana struktur ruang kotanya, sistem pusat pelayanan Kota Semarang terbagi atas: a. rencana pembagian wilayah kota (BWK); dan b. rencana penetapan pusat pelayanan. Rencana pembagian Wilayah Kota (BWK) terdiri atas:  BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223 (dua ribu dua ratus dua puluh tiga) hektar, dengan pengembangan fungsi utama perkantoran, perdagangan dan jasa;  BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan luas kurang lebih 1.320 (seribu tiga ratus dua puluh) hektar, dengan pengembangan fungsi utama perkantoran, perdagangan dan jasa, serta pendidikan kepolisian dan olah raga;  BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara dengan luas kurang lebih 3.522 (tiga ribu lima ratus dua puluh dua) hektar, dengan pengembangan fungsi utama perkantoran, perdagangan dan jasa, serta transportasi udara dan transportasi laut;  BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 (dua ribu tujuh ratus tiga puluh delapan) hektar, dengan pengembangan fungsi utama industri;  BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan luas kurang lebih 2.622 (dua ribu enam ratus dua puluh dua) hektar;  BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420 (empat ribu empat ratus dua puluh) hektar, dengan pengembangan fungsi utama pendidikan;



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-4



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir  BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih 2.509 (dua ribu lima ratus sembilan) hektar, dengan pengembangan fungsi utama perkantoran militer;  BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih 5.399 (lima ribu tiga ratus Sembilan puluh sembilan) hektar, dengan pengembangan fungsi utama pendidikan;  BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 (enam ribu dua ratus tiga belas) hektar, dengan pengembangan fungsi utama kantor pelayanan publik; dan  BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas kurang lebih 6.393 (enam ribu tiga ratus Sembilan puluh tiga) hektar, dengan pengembangan fungsi utama industri. Rencana penetapan pusat pelayanan meliputi : a. pusat pelayanan kota; b. sub pusat pelayanan kota; dan c. pusat lingkungan. Pusat pelayanan Kota ditetapkan di BWK I, BWK II, dan BWK III, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan Kota dan pusat kegiatan perdagangan dan jasa. Selanjutnya secara lebih jelas rencana pengembangan kota dalam bentuk rencana BWK dan pusat - pusat pelayanan dapat dilihat pada peta Gambar 5.1 dan 5.2 berikut ini.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-5



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan Akhir



GAMBAR 5.1 PETA PEMBAGIAN BWK KOTA SEMARANG (RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011 – 2031)



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-6



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan Akhir



GAMBAR 5.2 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA SEMARANG (RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011 – 2031)



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-7



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir Kota Semarang saat ini terdiri dari 16 kecamatan dengan luas 37,375,4 km2 dengan kecamatan paling luas adalah Kecamatan Mijen yaitu sebesar 6,218,24 km2, kecamatan yang memiliki luas lahan sawah paling besar yaitu Kecamatan Gunungpati sebesar 1,386 Km2 atau sebesar 34,72 % dari total lahan sawah di Kota Semarang dan kecamatan dengan pemanfaatan lahannya hanya berupa lahan non-sawah adalah Kecamatan Gajahmungkur, Semarang Selatan, Candisari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Semarang Tengah. Informasi tata guna lahan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.15. Secara topografi, Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut. Ketinggian Kota Semarang yang bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota Semarang harus berhati-hati dengan lebih difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian bawah, sedangkan kota bawah perlu kehatihatian pula karena kawasan ini merupakan kawasan pesisir yang rawan banjir dan rob. Secara hidrologis, Kota Semarang terdiri atas hidrologi permukaan dan bawah tanah. Hidrologi permukaan Kota Semarang terbentuk oleh alur sungai dan saluran drainase yang ada. Permasalahan dalam sungai/ saluran di Kota Semarang adalah debit saluran dan sungai yang tidak sebanding dengan volume air. Semakin banyak daerah terbangun mempengaruhi besar dan kecepatan aliran air (run off) sehingga debit air pada sungai-sungai tersebut juga semakin besar. Adanya sungai yang mengalami penyempitan dan sedimentasi serta kurangnya drainase dibandingkan dengan lahan terbangun merupakan faktor penyebab terjadinya banjir ataupun genangan di Kota Semarang bagian bawah dimusim penghujan. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Semarang pada saat ini terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Semarang seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3, kecuali Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati, Pemanfaatan air tanah (non perpipaan), khususnya di Kota Semarang bagian bawah, seharusnya dihindarkan untuk menghindarkan dampak lingkungan yang terjadi. Sistem jaringan perpipaan di Kota Semarang ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM dengan cakupan pelayanan 15 kecamatan dari 16



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-8



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir kecamatan yang ada di Kota Semarang, walaupun tidak semua wilayah dalam satu kecamatan tersebut terlayani semua (seperti Kecamatan Tugu, Ngaliyan, Genuk, dan Gunungpati). Beberapa permasalahan pengelolaan air perpipaan oleh PDAM saat ini misalnya tingkat kebocoran air yang relatif tinggi, kurangnya tekanan pada lokasi tertentu, manajemen pengukuran dan pemantauan yang tidak optimal, peta GIS jaringan tidak update dan kondisi hidrolika perpipaan yang tidak mendukung pengembangan.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V-9



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir 5.1.4. Pemanfaatan Ruang Kota Semarang memiliki lahan yang sangat luas yang terbagi ke dalam kawasan perkotaan dan pedesaan dengan beragam kekhasan kondisi topografi dan kondisi lahan yang beragam dengan sifat tanah yang beragam menjadikan kota ini memiliki peluang untuk dikembangkan berbagai macam jenis sumber ekonomi kota. Tetapi pada sisi yang lain, penggunaan lahan yang berada pada lahan yang tidak sesuai akan mejadi mengganggu perkembangan kota baik secara mikro maupun makro. Terlebih lagi, belum menyebarnya berbagai macam pusat aktivitas menjadikan masih belum berkembangnya beberapa daerah pinggiran Kota Semarang. Kota Semarang didesain dalam beberapa wilayah pusat dan sub pusat, yang diantara pusat dan sub pusat tersebut akan terhubungkan dengan jaringan infrastruktur jalan yang mendukung. Bentuk rencana struktur ruang ini seperti pada Gambar 5.2. Apabila dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, rumusan struktur ruang yang ada ternyata mengalami pergeseran perkembangan. Beberapa bentuk pergeseran ini dapat terlihat dari beberapa hal, diantaranya ;  Tidak berkembangnya beberapa sub pusat yang diharapkan Rumusan struktur yang menjadikan beberapa sub pusat di daerah pinggiran ternyata tidak berkembang seperti yang diharapkan. Beberapa sub pusat yang ada cenderung berkembang pada daerah yang tidak diskenariokan untuk berkembang dan menjadi pusat aktivitas. Bentuk pergeseran ini salah satunya



bisa



dilihat



dari



perkembangan



kawasan



Tembalang



dan



Banyumanik sebagai pusat aktivitas baru di Kota Semarang, yang seharusnya menjadikan daerah Pudak Payung sebagai pusat aktivitas masyarakat yang ada. Kondisi ini juga dapat dilihat pada beberapa sub pusat lain.  Keterbatasan kota bawah sebagai pusat utama kota Kondisi ini menjadi salah satu permasalahan utama Kota Semarang. Rumusan struktur ruang yang menjadikan kawasan kota bawah sebagai pusat utama dirasa sudah kurang sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Limitasi lingkungan menjadi permasalahan utama yang harus diperhatikan. Kondisi struktur tanah yang sudah terbatas mengharuskan perlunya pembatasan aktivitas fisik. Hal ini tentunya mengharuskan adanya



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 10



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir pengalihan pusat baru di wilayah lain. Pengoptimalan beberapa sub pusat yang ada menjadi langkah awal yang secepat mungkin dilaksanakan. Terkait dengan penyusunan RISPAM, maka arah perkembangan kota dalam RTRW Kota Semarang (Rencana Pola Ruang: kawasan budidaya), yang perlu menjadi perhatian dalam pengembang penyediaan air minum dan air bersih, adalah: a. Rencana pengembangan kawasan perumahan; dan b. Rencana pengembangan kawasan industri. Berikut ini disampaikan matriks rencana pengembangan kegiatan perumahan dan induStri dikaitkan dengan fungsi utama pengembangan BWK dalam arah pengembangan Kota Semarang:



TABEL V.2 MATRIKS RENCANA PENGEMBANGAN KEGIATAN KOTA DAN TINGKAT KEBUTUHAN PELAYANAN JARINGAN AIR MINUM Rencana Pemanfaatan Ruang (Rencana Pola Ruang: Kawasan No



BWK



Luas (Ha)



Fungsi BWK



Kecamatan



Rencana



Pengembangan kawasan



1



2



3



BWK I



BWK II



BWK III



2.233 Pusat Pelayanan Kota: Perkantoran, perdagangan dan jasa



1.320



Pusat Pelayanan Kota:perkantoran, perdagangan dan jasa



Semarang Tengah



perumahan Berkepadatan tinggi



Semarang Timur Semarang Selatan Candisari



BWK IV



pendidikan Gajahmungkur kepolisian dan olah raga 3.522 Pusat Pelayanan Semarang Kota:perkantoran, Barat perdagangan dan jasa



6



BWK V



2.738 Industri 2.622



Pelayanan Rencana Jaringan Pengembangan Air Minum Industri -



Tinggi, Mendesak



Berkepadatan tinggi



-



Tinggi, Mendesak



Berkepadatan tinggi



-



Tinggi, Mendesak



-



Tinggi,



Berkepadatan tinggi



Mendesak



transportasi udara Semarang dan transportasi Utara laut 4



Kebutuhan



Budidya)



Genuk Gayamsari



Berkepadatan tinggi



-



Berkepadatan tinggi



-



Tinggi, Mendesak Tinggi, Mendesak



Berkepadatan tinggi Berkepadatan sedang Berkepadatan tinggi



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



Kawasan Industri Berikat; Kawasan Industri Pergudangan Industri dan Pergudangan -



Tinggi, Mendesak Tinggi Tinggi



V - 11



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan Akhir Rencana Pemanfaatan Ruang (Rencana Pola Ruang: Kawasan



No



BWK



Luas (Ha)



Fungsi BWK



Kecamatan



Pedurungan 8



BWK VI



4.420



Pendidikan



Tembalang



10



BWK VII



2.509



Perkantoran



Banyumanik



militer



Budidya) Rencana



Rencana Pengembangan Pengembangan kawasan Industri perumahan Berkepadatan Kawasan tinggi Peruntukan Industri Berkepadatan sedang Berkepadatan -



Pelayanan Jaringan Air Minum Tinggi, Mendesak Sedang Sedang



sedang



12



BWK VIII



5.399



Pendidikan



14



BWK IX



6.213



Kantor pelayanan Mijen publik



Berkepadatan rendah Berkepadatan rendah



16



BWK X



6.393 Industri



Berkepadatan sedang



Gunungpati



Tugu Ngaliyan



Berdasarkan



Kebutuhan



kepentingan



dan



Berkepadatan rendah



-



Sedang



Kawasan Industri



Tinggi



Kawasan Industri Berikat; Kawasan Industrial Estate -



kemendesakan



kebutuhan



Tinggi Sedang



maka



kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan perumahan berkepadatan tinggi dan didalamnya terdapat kegiatan industri akan membutuhkan suplai air minum dan air bersih lebih besar dibandingkan kecamatan lainnya, apalagi untuk BWK I yang menyandang peran sebagai pusat pelayanan kota, Kondisi ini apabila dikaitkan dengan rencana struktur kota terkait dengan rencana penyediaan jaringan air minum dan rencana penyediaan prasarana air bersih, penggunaan air tanah, serta pemanfaatan air hujan, maka dapat dimatrikan dan dinilai kemendesakan kebutuhan pada tabel V.3. Pada tabel tersebut terlihat pergeseran status kemendesakan kebutuhan untuk diprioritaskan dilayani oleh jaringan perpipaan PDAM, terkait dengan kebutuhan yang tinggi dan pembatasan pemakaian air tanah (ABT). Hal ini merupakan pertimbangan penting untuk menentukan kebijakan PDAM dalam mensuplay air bersih terkait dengan pola pemanfaatan ruang dan rencana jaringan air bersih yang ditetapkan di RTRW Kota Semarang.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 12



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



TABEL V.3 MATRIKS RENCANA PENGEMBANGAN KEGIATAN KOTA, RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN TINGKAT KEBUTUHAN PELAYANAN JARINGAN AIR MINUM Rencana



No



BWK



1 BWK I



Luas (Ha)



Fungsi BWK



Kecamatan



2.233 Pusat Pelayanan Kota: perkantoran, perdagangan dan jasa



Semarang Tengah Semarang Timur Semarang Selatan 2 BWK II 1.320 Pusat Pelayanan Candisari Kota:perkantoran, perdagangan dan jasa pendidikan Gajahmungkur kepolisian dan olah raga 3 BWK 3.522 Pusat Pelayanan Semarang III Kota:perkantoran, Barat perdagangan dan jasa transportasi Semarang udara dan Utara transportasi laut



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



Rencana



Rencana Penyediaan Prasarana Air Bersih, Penggunaan Air Tanah, dan Pemanfaatan Air Hujan



peningkatan Pengembangan Pengembangan dan kawasan Industri pengembangan pembatasan pengembangan perumahan sistem pengambilan pemanfaatan prasarana air air tanah air hujan permukaan melalui sistem perpipaan Berkepadatan tinggi Berkepadatan tinggi Berkepadatan tinggi Berkepadatan tinggi



-







-















































Berkepadatan tinggi



-



Berkepadatan tinggi



-











Jaringan Air Minum (rencana)



primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder



Pelayanan Jaringan Air Minum



Tinggi, Mendesak Tinggi, Mendesak



Tinggi, Mendesak



Tinggi



Tinggi Tinggi, Mendesak



√ Berkepadatan tinggi











Rencana pengembangan sistem jaringan air minum (perpipaan) Kebutuhan



Kawasan Industri Berikat; Kawasan Industri Pergudangan











sekunder Tinggi, Mendesak



V - 13



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



Rencana No



BWK



Luas



Fungsi BWK



Kecamatan



Pengembangan Pengembangan



kawasan



(Ha)



Rencana



Industri



perumahan



4



BWK



2.738 Industri



Genuk



2.622



Gayamsari



IV



6



BWK V



Pedurungan



8



BWK



4.420 Pendidikan



VI 10



BWK 2.509 Perkantoran



VIImiliter



12



BWK



5.399 Pendidikan



VIII 14



BWK 6.213 Kantor pelayanan



IXpublik 16 BWK 6.393 X



Tembalang Banyumanik Gunungpati Mijen



Industri



Berkepadatan sedang Berkepadatan tinggi Berkepadatan tinggi Berkepadatan sedang Berkepadatan sedang Berkepadatan rendah Berkepadatan rendah Berkepadatan sedang



Tugu Ngaliyan



Berkepadatan rendah



Rencana Penyediaan Prasarana Air Bersih, Penggunaan Air Tanah, dan Pemanfaatan Air Hujan peningkatan dan pembatasan pengembangan pengembangan sistem pengambilan pemanfaatan prasarana air air tanah air hujan permukaan melalui sistem perpipaan



Industri dan Pergudangan -



√ √



Kawasan Peruntukan Industri



























-











-











-











Kawasan Industri Kawasan Industri Berikat; Kawasan Industrial Estate -



























Sumber: Hasil analisis tim, 2013.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang







V - 14







Rencana pengembangan sistem jaringan air minum (perpipaan) Kebutuhan



Jaringan Air Minum (rencana)



primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer, sekunder primer primer, sekunder



primer



Pelayanan Jaringan Air Minum



Tinggi, Mendesak Tinggi, Mendesak



Tinggi, Mendesak Sedang Sedang Sedang Tinggi



Tinggi



Sedang



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



GAMBAR 5.3 RENCANA POLA RUANG KOTA SEMARANG (RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011 – 2031) Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 15



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir 5.2.



Rencana Daerah Pelayanan



5.2.1. Peta Rencana Pengembangan Pelayanan Air Minum Pelayanan air baku untuk air minum merupakan komponen yang strategis dalam



pembangunan



dan



merupakan



salah



satu



entry



point



dalam



penanggulangan kemiskinan. Pengembangan jaringan air baku untuk air minum di Kota Semarang sampai dengan akhir tahun perencanaan didasarkan pada kebutuhan seluruh penduduk. Rencana sistem penyediaan air minum meliputi pengembangan sistem jaringan perpipaan dan pengembangan sistem non perpipaan. Rencana pengembangan sistem jaringan air minum (perpipaan) meliputi jaringan primer seperti ditunjukkan pada Tabel 5.4 berikut ini : TABEL V.4 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM JARINGAN PRIMER KOTA SEMARANG CABANG PDAM Timur Timur Timur Selatan Tengah Selatan Barat



LOKASI Jalan Banjardowo – Pertigaan Jalan Brigjend. Sudiarto – Sendangmulyo Jalan di Kelurahan Karangroto Jalan Tentara Pelajar – Jalan Raya Kedungmundu Jalan S. Parman – Jalan Sultan Agung – Jalan Teuku Umar – Jalan Setiabudi – Jalan Perintis Kemerdekaan Jalan Diponegoro Jalan Raya Ungaran – Gunungpati Jalan Kedungpane – Boja



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 16



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



GAMBAR 5.4 EKSISTING PERPIPAAN DAN PERKEMBANGAN KOTA Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 17



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



GAMBAR 5.5 RENCANA JARINGAN AIR MINUM Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 18



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



GAMBAR 5.6 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM KOTA SEMARANG Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 19



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir



GAMBAR 5.7 RENCANA DAERAH PELAYANAN SPAM SISTEM PERPIPAAN DAN NON-PERPIPAAN KOTA SEMARANG Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 20



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Berdasarkan Gambar 5.6, rencana pengembangan SPAM Sistem Perpipaan Kota Semarang berkaitan juga dengan rencana investasi besar oleh PDAM yang ditunjukkan tabel di bawah ini. TABEL V.5 RENCANA INVESTASI PDAM KOTA SEMARANG NO



URAIAN PEKERJAAN



1



Pengembangan dan pemasangan pipa di Ngaliyan – Cangkringan



2



Pengembangan dan pemasangan Pipa Di Wilayah Mangunharjo



3



Pengembangan dan pemasangan Pipa Di Sekaran - Gunungpati



4



Pengembangan dan pemasangan Pipa Jaringan Distribusi Pramuka



5 6 7 8



Pengembangan dan pemasangan Pipa Jaringan Distribusi Jatibarang Pengembangan dan pemasangan Pipa Jaringan Transmisi Dari Ipa Kaligarang Ke Gajah Mungkur Pengembangan dan pemasangan Pipa Jaringan Pipa Distribusi Wilayah Tanah Mas Pemasangan Pipa Jaringan Pipa Transmisi Kalidoh - Pudakpayung (Tahap 1 Dan 2)



9



Pembangunan Ipa Blorong 200 Lt/Dt



10



Instalasi sistem Scada



Selain pengembangan jaringan primer, Pemerintah Kota Semarang melalui PDAM juga melakukan pengembangan dan peningkatan reservoir di seluruh kecamatan dan peningkatan bangunan pengolah air minum (water treament) di seluruh kecamatan. Sedangkan rencana peningkatan sistem jaringan sekunder meliputi hampir seluruh wilayah cabang PDAM.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 21



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



GAMBAR 5.8 SINKRONISASI RTRW DAN PERENCANAAN SPAM KOTA SEMARANG TAHUN 2013 – 2033 Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 22



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Cakupan pelayanan air minum perpipaan PDAM saat ini (2012) baru memenuhi 59% dari total jumlah penduduk Kota Semarang. Sebagian besar wilayah yang tingkat pelayanan air minum perpipaannya masih rendah antara lain Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati, dan Kecamatan Tugu. Gambar 5.9 menunjukkan lokasi-lokasi dengan penyediaan air minum non-perpipaan. Sistem non perpipaan pada wilayah yang tidak terlayani jaringan perpipaan seperti ditunjukkan Gambar 5.9 meliputi cara penggalian atau pengeboran air tanah permukaan; pengeboran air tanah dalam secara terbatas dengan



mempertimbangkan



kelestarian



lingkungan;



pengembangan



pemanfaatan air hujan; pengolahan air payau dan air laut; dan penyediaan terminal air untuk kawasan-kawasan yang belum terlayani jaringan perpipaan. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa program yang telah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan daerah yang belum bisa terlayani oleh PDAM.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 23



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



GAMBAR 5.9 DAERAH DENGAN PENYEDIAAN AIR MINUM NON-PERPIPAAN Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 24



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir TABEL V.6 SPAM PELAYANAN NON PERPIPAAN KOTA SEMARANG JUMLAH NO



PSDA KOTA SEMARANG



KECAMATAN



PNPM



DTKP



ESDM PROV. JAWA TENGAH 13



SUMUR 55



PAMSIMAS 12



DAK 3



APBD, SARPRAS 1



SWADAYA 7



16



3



1



MIJEN



2



GUNUNG PATI



82



17



3



4



22



22



7



7



3



BANYUMANIK



38



6



4



1



11



4



1



11



4



GAJAH MUNGKUR



6



0



0



0



0



1



0



5



5



0



0



0



0



5



0



0



21



1



2



0



4



5



4



5



67



7



2



2



24



19



2



11



24



8



2



1



5



0



0



8



31



8



0



1



5



7



0



10



6



2



0



1



1



0



0



2



2



0



0



0



0



2



0



0



8



0



1



0



1



3



0



3



1



7



0



7



5



SEMARANG SELATAN



6



CANDISARI



7



TEMBALANG



8



PEDURUNGAN



9



GENUK



10



GAYAMSARI



11



SEMARANG TIMUR



12



SEMARANG UTARA



15



0



0



0



17



0



0



1



3



1



2



10



14



SEMARANG TENGAH SEMARANG BARAT



47



7



3



2



12



13



2



8



15



TUGU



98



7



8



4



31



12



6



30



16



NGALIYAN



522



74



28



18



127



117



27



130



13



TOTAL Sumber: PSDA Kota Semarang 2013 ,PNPM Perkotaan Kota Semarang 2013,ESDM Prov. Jateng 2013, DTKP 2013 (Data Tahun 2001-2012)



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 25



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir 5.3.



Proyeksi Jumlah Penduduk Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama dalam kepentingan



perencanaan dan perancangan serta evaluasi penyediaan air minum. Secara umum, kebutuhan akan air bersih akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk itu dalam perencanaan kebutuhan air minum pada masa yang akan datang diperlukan proyeksi penduduk dari daerah perencanaan tersebut. Populasi di Kota Semarang meningkat dengan pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tercatat pada tahun 2007 dan 2008 Kota Semarang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi selama 8 tahun terakhir. Secara rata-rata, tingkat pertumbuhan penduduk Kota Semarang sebesar 1,35% sesuai data yang disajikan pada tabel berikut ini. TABEL V.7 JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG 8 TAHUN TERAKHIR TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012



JUMLAH PENDUDUK 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924 1.527.433 1.544.358 1.559.198 Rata-rata



PERTAMBAHAN PENDUDUK JIWA PERSEN 14.547 20.569 27.046 25.284 20.509 16.925 14.840 19.960



1,02% 1,43% 1,86% 1,71% 1,36% 1,11% 0, 96% 1,35%



Sumber : Semarang dalam Angka, 2012



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 26



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



2.0% 1.86% 1.71% 1.5% Persentase



1.43%



1.0%



1.36%



1.02%



1.11% 0.96%



0.5%



0.0% 2006



2007



2008



2009



2010



2011



2012



Tahun Laju pertumbuhan penduduk



GAMBAR 5.10 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA SEMARANG 8 TAHUN TERAKHIR Proyeksi penduduk dalam rencana induk ini dihitung sesuai dengan metode perhitungan proyeksi penduduk sebagaimana tercantum dalam Lampiran B Permen PU no. 18/ 2007. Beberapa metode proyeksi penduduk yang dikenal antara lain: 1. Metode Aritmatika 2. Metode Logaritma 3. Metode Eksponensial 4. Metode Geometri 1. Metoda Aritmatika Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metoda ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan metoda proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan umumnya adalah : Y = a + bx Keterangan: Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi, populasi ke - n x = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal



a =



Yi Xi2 







Xi XiYi



nXi2   Xi2 Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 27



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir



a = konstanta b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier b=



nXiYi  Xi



Yi nXi2   Xi2 2. Metode Logaritma Persamaan umumnya adalah :



YaxbX Persamaan di atas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil logaritma napirnya (Ln), dimana : Y = a + b . Ln X Apabila diambil X' = Ln X, maka diperoleh bentuk linear Y = a + b . X', dengan mengganti nilai X = Ln X a  Yi  b  (Ln(Xi)) n b



 n  (Ln(Xi) Yi)  (Ln(Xi)) (Yi) n  (Ln(Xi2 ))  (Ln(Xi))2



keterangan: Y =Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a=



konstanta



b=



koefesien arah garis (gradien) regresi linier



3. Metode Eksponensial Persamaan umumnya adalah :



Y  a  eb  X Dengan mengambil logaritma napirnya (Ln), persamaan di atas dapat dirubah menjadi persamaan berikut : Ln Y = Ln a + b . X Dimana persamaan tersebut linier dalam X dan Ln Y. a   Ln(Yi)  b   Ln( Xi) n



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 28



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir b  n  (Ln( Xi) Ln(Yi))  Ln( Xi)  Ln(Yi) n  Ln( Xi2 )  ln(X )2



Keterangan: Y =Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n X=



Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal



a=



konstanta



b=



koefesien arah garis (gradien) regresi linier



4. Metode Geometri Metoda ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata tahunan. Sering digunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya melaju sangat cepat. Persamaan umumnya adalah:



Y  a.X



b



Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil logaritma napirnya (Ln), dimana : Ln Y = Ln a + b x Ln X Persamaan tersebut linier dalam Ln X dan Ln Y.



a  Ln(Yi) b  Ln(Xi) n



b  n  (Ln(Xi) Ln(Yi))  Ln(Xi) Ln(Yi) n  Ln(Xi2 )  ln(X)2



Keterangan: Y =Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n X=



Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal



a=



konstanta



b=



koefesien arah garis (gradien) regresi linier



Pemilihan Metode Proyeksi Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku) dan nilai koefisien korelasi. Persamaan Standar Deviasi : S 



n( xi )( xi)2 n(n1) 2



Persamaan Koefisien Korelasi :



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 29



CV Rekayasa Jati Mandiri



r   1



(yi (yi



Laporan Akhir



 y')2  y



)2



dimana : xI = P–P’ yI



= P = Jumlah penduduk awal



y



= Pr = Jumlah penduduk rata-rata



y’



= P’ = Jumlah penduduk yang akan dicari



Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika :  Memiliki standar deviasi yang paling kecil yang berarti menunjukkan kecilnya penyimpangan data dari nilai rata – rata  Harga R yang paling mendekati 1 atau –1. Proyeksi ditentukan dari beberapa metode perhitungan; yaitu metoda aritmatik, geometrik dan least square dengan menggunakan data jumlah penduduk tahun terakhir. Pemilihan metode proyeksi berdasarkan metode proyeksi yang memilik nilai standar deviasi terkecil dari tiga perhitungan. TABEL V.8 PERBANDINGAN STANDAR DEVIASI BERBAGAI METODE PROYEKSI PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 2005 2006 2007 2008



JUMLAH PENDUDUK AKTUAL 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640



2009 1.506.924 2010 1.527.433 2011 1.544.358 2012 1.559.198 Standar Deviasi



HASIL PERHITUNGAN ARITMETIK



GEOMETRIK



LEAST SQUARE



1.419.478 1.439.438 1.459.398 1.479.358



1.419.429 1.438.601 1.458.033 1.477.727



1.416.800 1.437.800 1.458.800 1.479.800



1.499.318 1.519.278 1.539.238 1.559.198 48.922



1.497.686 1.517.916 1.538.418 1.559.198 48.987



1.500.800 1.521.800 1.542.800 1.563.800 51.444



Sumber: Semarang dalam Angka (2012) dan Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Berdasarkan tabel V.8, terlihat bahwa metode aritmetik memiliki standar deviasi yang terkecil dan hasil perhitungan yang lebih mendekati jumlah penduduk aktual apabila dibandingkan dengan metode geometrik dan metode least square.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 30



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Meskipun demikian metode aritmetik memiliki standar deviasi yang terkecil, perhitungan berdasarkan metode tersebut menghasilkan proyeksi yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan Laporan RTRW 2010-20130 Kota Semarang (2009) yang menggunakan asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 1,55%. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka perhitungan proyeksi jumlah penduduk akan menggunakan metode geometri untuk mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan, arahan pengembangan kegiatan dan pola distribusi penduduk, rata-rata pertumbuhan penduduk untuk periode 2013-2033 direncanakan sebesar 1,35% pertahun. TABEL V.9 PERTUMBUHAN PROYEKSI PENDUDUK KOTA SEMARANG HASIL PROYEKSI METODE GEOMETRI TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033



PROYEKSI PENDUDUK KOTA SEMARANG 1.419.478 1.434.025 1.453.549 1.480.630 1.505.909 1.526.398 1.544.358 1.559.198 1.580.258 1.601.603 1.623.236 1.645.161 1.667.383 1.689.904 1.712.730 1.735.864 1.759.310 1.783.074 1.807.158 1.831.567 1.856.306 1.881.380 1.906.792 1.932.547 1.958.650 1.985.106 2.011.919 2.039.094 2.066.636



Sumber: Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 31



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Tabel 5.9 menunjukkan pertumbuhan penduduk Kota Semarang di akhir tahun perencanaan RISPAM menjadi 2.066.636 jiwa. Jumlah ini merupakan hasil proyeksi metode geometri yang memiliki



nilai



standar



deviasi



terkecil



dibandingkan dengan metode proyeksi yang lain dan memiliki hasil yang hampir sama dengan Laporan RTRW 2010-20130 Kota Semarang (2009). Walaupun demikian, perhatian dan evaluasi harus tetap dilakukan minimal setiap 5 tahun sekali, yaitu pada tahun 2018, 2023, dan 2028 agar perencanaan RISPAM mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat Kota Semarang.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 32



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir



Eksisting



Proyeksi



2.500.000



2.000.000 Jumlah Penduduk



1.500.000



1.000.000



500.000



0 2010



2012



2014



2016



2018



PROYEKSI PENDUDUK KOTA SEMARANG



2020



2022 Tahun



Cabang Selatan



2024



2026



2028



2030



2032



Cabang Timur Cabang Utara



GAMBAR 5.11 PROYEKSI PENDUDUK KOTA SEMARANG DENGAN METODE GEOMETRI Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2013



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 33



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir TABEL V.10 PERTUMBUHAN PROYEKSI PENDUDUK PER KECAMATAN (PERIODE 5 TAHUNAN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total



KECAMATAN



TAHUN DATA ASLI



Mijen Gunungpati Banyumanik Gajahmungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan



2009 2010 2011 51.035 52.711 54.875 68.548 71.174 73.459 122.931 125.909 127.287 62.093 62.413 63.241 81.671 85.309 87.047 79.857 80.224 80.595 130.298 133.434 138.362 166.229 171.599 174.133 82.925 85.877 89.148 72.385 74.748 74.545 79.656 80.433 81.260 126.935 127.170 127.841 72.605 73.174 73.484 159.621 159.946 160.608 27.598 27.846 29.807 112.721 115.466 118.482 1.505.909 1.526.398 1.543.557



TAHUN HASIL PROYEKSI 2013 57.822 77.178 129.641 63.410 91.017 80.096 144.199 179.268 93.920 75.538 81.604 126.789 73.232 159.137 31.529 122.353 1.580.258



2018 2023 2028 65.875 73.775 81.554 87.410 97.456 107.355 137.442 145.271 153.121 64.857 66.403 68.027 102.082 112.964 123.701 80.207 80.505 80.951 160.636 176.824 192.813 194.590 209.785 224.880 106.967 119.765 132.368 79.173 82.856 86.577 83.771 86.055 88.430 126.333 126.196 126.310 73.826 74.573 75.441 158.203 157.682 157.486 36.198 40.773 45.274 133.694 144.916 156.045 1.689.904 1.807.158 1.932.547



2033 89.235 117.137 160.987 69.713 134.322 81.515 208.642 239.894 144.814 90.329 90.879 126.626 76.406 157.553 49.716 167.098 2.066.636



Sumber: Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 34



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



TABEL V.11 PERTUMBUHAN PROYEKSI PENDUDUK PER CABANG (PERIODE 5 TAHUNAN) CABANG



TOTAL 2



Tengah Utara Timur Selatan Barat Total



AREA (KM ) 20,25 25,85 88,88 65,26 173,45 373,69



2010



2013



163.332 167.583 295.667 300.017 457.321 479.498 221.432 230.056 388.646 409.578 1.526.398 1.580.258



POPULASI PENDUDUK 2018 2023 175.043 308.348 517.602 246.998 443.275 1.689.904



Sumber: Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 35



182.549 316.826 555.622 263.917 476.885 1.807.158



2028



2033



190.093 325.425 593.574 280.817 510.424 1.932.547



197.668 334.125 631.468 297.701 543.904 2.066.636



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir



Pertumbuhan penduduk yang pesat terjadi di beberapa kecamatan seperti Tembalang, Mijen, Gunungpati, Gajahmungkur, Gayamsari, Semarang Barat, Tugu dan Ngaliyan. Pertumbuhan penduduk yang cepat dikarenakan tersedianya lahan pemukiman dengan harga yang lebih murah dari pada di daerah lain. Pengembangan perumahan dengan kepadatan sedang sampai dengan tinggi berada diwilayah di BWK IV, V, VI, VII, dan X seperti ditunjukkan pada Gambar 5.12. Pada BWK VIII, dan IX direncanakan dengan pembangunan Perumahan pada kepadatan rendah sampai sedang, namun pada analisa pertumbuhan penduduk didapatkan pertumbuhan yang signifikan cepat terutama di daeah Kecamatan Gunungpati dan Mijen. Daerah tersebut merupakan daerah resapan dan penyangga bagi Kota Semarang. Hal ini tentunya akan menjadi masalah di kemudian hari, jika tidak ada pencegahan mulai dari sekarang.



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 36



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



GAMBAR 5.12 RENCANA PERSEBARAN PENDUDUK KOTA SEMARANG



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 37



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



GAMBAR 5.13 PROYEKSI JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK KECAMATAN DI KOTA SEMARANG



Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 38



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir 5.4.



Proyeksi Kebutuhan Air Minum



Proyeksi kebutuhan air bersih untuk suatu kota diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan bertambahnya jumlah kebutuhan air bersih. Faktor tersebut adalah : 1. Pertambahan jumlah penduduk 2. Tingkat kehidupan sosial ekonomi dan aktifitas penduduk setempat 3. Keadaan iklim daerah setempat 4. Rencana daerah pelayanan pada tiap tahapan perencanaan dan kemungkinan perluasannya



5.4.1. Kebutuhan Domestik Kegiatan domestik adalah kegiatan yang dilakukan didalam rumah tangga. Standar konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat pada Tabel V.12 berikut ini. TABEL V.12 TINGKAT KONSUMSI/PEMAKAIAN AIR RUMAH TANGGA SESUAI KATEGORI KOTA SEMARANG



1. 2.



KATEGORI KOTA Kota Metropolitan Kota Besar



3.



Kota Sedang



4. 5. 6.



Kota Kecil Kota kecamatan Kota Pusat Pertumbuhan



NO



JUMLAH PENDUDUK >1.000.000 500.000 – 1.000.000 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000 < 20.000 < 3.000



Non Standar Non Standar



TINGKAT PEMAKAIAN AIR 190 170



Non Standar



150



Standar BNA Standar IKK Standar DPP



130 100 60



SISTEM



Sumber : SK-SNI Air Minum



Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pertumbuhan



penduduk



paling tinggi terjadi di wilayah Kecamatan Gunungpati, Mijen, Tembalang, Genuk dan Ngaliyan. Sebagai tambahan, peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Semarang Barat dan Pedurungan juga tinggi. Pertumbuhan penduduk di wilayah yang lain tergolong moderat atau stabil. Sementara itu, wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi terletak di wilayah tengah perkotaan antara lain Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 39



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Kecamatan Gajahmungkur, Semarang Selatan, Candisari, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Semarang Tengah.



Konsumsi Air Perkapita Kota Semarang 130 konsumsi 125 (liter/orang/har i)



120 115 110



Konsumsi Perkapita



105 100 95 2008



2009



2010



2011



2012



Tahun



GAMBAR 5.14 KONSUMSI AIR PERKAPITA KOTA SEMARANG Sumber : Audit BPKP, 2012



Konsumsi perkapita Kota Semarang tahun 2012 seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.14 adalah sebesar 125 liter/orang/hari. Nilai konsumsi domestik ini jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan standar konsumsi air bersih untuk kota besar dan kota metropolitan, yaitu 170 – 190 liter/orang/hari. Sehingga untuk kebutuhan perencanaan ini, dipergunakan asumsi konsumsi perkapita Kota Semarang sebesar 165 liter/orang/hari dengan mempertimbangkan adanya trend kenaikan konsumsi perkapita sejak tahun 2009 sampai tahun 2012 (Gambar 5.14). Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun perencanaan. Kebutuhan air untuk daerah domestik ini dilayani dengan sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air bersih untuk daerah domestik ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : Kebutuhan air = % pelayanan x a x b Dimana : a = jumlah pemakaian air (liter/ orang/ hari) b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 40



Laporan Akhir



CV Rekayasa Jati Mandiri



Area Pelayanan Rencana penambahan area pelayanan di masa depan mengikuti beberapa kriteria; antara lain sebagai berikut:  Area dengan kepadatan lebih dari 50 orang per hektar  Area dengan keterbatasan air bawah tanah yang terbatas  Area yang sudah terlayani PDAM Berdasarkan dengan kriteria di atas, ringkasan dari perluasan area pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL V.13 PENAMBAHAN LUAS AREA PELAYANAN PER CABANG CABANG Tengah Utara Timur Selatan Barat Total



TOTAL AREA (km2) 20,25 25,85 88,88 65,26 173,45 373,69



AREA PELAYANAN (km2) 2010



2013



2018



2023



2028



2033



20,25 25,85 71,80 37,14 67,76 222,80



20,25 25,85 46,22 26,76 107,54 226,6132



20,25 25,85 56,88 36,38 124,02 263,38



20,25 25,85 67,55 46,01 140,49 300,1516



20,25 25,85 78,21 55,63 156,97 336,92



20,25 25,85 88,88 65,26 173,45 373,69



Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Sebagai catatan, tabel rencana perluasan wilayah tersebut di atas menggunakan asumsi bahwa semua wilayah administrasi kelurahan masuk dalam perhitungan suatu kantor cabang, walaupun demikian cakupan pelayanan aktual akan lebih sedikit daripada nilai yang ditunjukkan tabel di atas karena tidak seluruh wilayah administratif kelurahan terlayani oleh jaringan perpipaan karena adanya faktor topografi dan kepadatan penduduk. Populasi Terlayani Konsumsi Domestik per Kapita Berdasarkan data konsumsi PDAM selama tahun 2012, rata-rata konsumsi perbulan setiap sambungan rumah adalah 22 m3. Konsumen domestik dikategorikan menjadi 6 kelompok tergantung dari jumlah penghuni, struktur rumah dan lain sebagainya. Dari 6 kelompok domestik, satu kelompok untuk kategori konsumen rumah tangga yang memiliki usaha kecil. Data jumlah sambungan dan konsumsi domestik (rumah tangga) diringkaskan pada tabel berikut ini.



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 41



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir Berdasarkan kepada data konsumsi PDAM selama tahun 2012, rata-rata konsumsi perbulan setiap sambungan rumah adalah 22 m3. Konsumen domestik dikategorikan menjadi 6 kelompok tergantung dari jumlah penghuni, struktur rumah dan lain sebagainya. Dari 6 kelompok domestik, satu kelompok untuk kategori konsumen rumah tangga yang memiliki usaha kecil. Data jumlah sambungan dan konsumsi domestik (rumah tangga) diringkaskan pada tabel berikut ini. TABEL V.14 JUMLAH SAMBUNGAN DAN KONSUMSI DOMESTIK PER KATEGORI JENIS TARIF D. E. F. G. H. I.



JUMLAH DESKRIPSI



RT I RT II RT III RT IV RT V RT Niaga Total Rata-rata



PELANGGAN 0 1.804 102.733 20.039 6.052 22 130.650



UNIT KONSUMSI KONSUMSI KONSUMSI PERKAPITA DESEMBER PERBULAN (l/o/h) 2012 (m3) (m3) 0 40.446 22 145 2.120.759 21 133 447.662 22 144 165.156 27 176 384 17 113 2.774.407 22 142



Sumber: Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



Dari tabel konsumsi perbulan di atas, diperoleh rata-rata konsumsi perkapita sebesar 142 l/o/h. Untuk analisis konsumsi perkapita, satu keluarga diasumsikan sejumlah 5 orang. Sebagai tambahan, jumlah anggota keluarga berdasarkan survey sosio ekonomi berkisar antara 3 sampai 12 anggota keluarga dan rata-rata adalah sebesar 5,2 anggota keluarga. Sehingga asumsi satu keluarga terdiri dari 5 orang merupakan asumsi yang masuk akal. Pada tahun 2012, rata-rata konsumsi adalah 142 liter perorang perhari, walaupun demikian nilai ini bervariasi di setiap cabang. Range konsumsi perkapita berkisar antara 108 sampai 172 l/o/h seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 42



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan Akhir TABEL V.15



KONSUMSI AIR BERSIH PER KAPITA (2012)



Jumlah Pelanggan Konsumsi perkapita (l/o/h)



CABANG TENGAH TIMUR UTARA SELATAN 19.254 39.028 28.846 24.077 172 108 144 152



BARAT 30.367 136



Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Konsultan, 2013



5.4.2. Kebutuhan Non-Domestik Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di Kota Semarang ditentukan sebesar 15 - 20% dari kebutuhan domestik.



Persentase Jenis Konsumsi Air 2012 0.4% 3.7% 3.7%



0.6%



2.4%



6.7%



82.6%



Domestik



Sosial



Pemerintah



Pendidikan



GAMBAR 5.15 PERSENTASE JENIS KONSUMSI Sumber: Audit BPKP, 2012



Profil kebutuhan non-domestik ditunjukkan oleh Gambar 5.15 dengan kebutuhan domestik sebesar 83% dan kebutuhan non-domestik 17% dari total konsumsi air minum perpipaan actual (Audit BPKP, 2012). Nilai ini hampir sama dengan Permen PU no. 18/ 2007 atau sesuai RSNI T-01-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing, dimana Kebutuhan air non domestik dihitung 20% dari kebutuhan domestik.



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 43



RATARATA 142



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir 5.4.3. Kebutuhan Rata-Rata Jumlah pemakaian air perorangnya sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan airpun akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur. Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu :  Pemakaian air rata – rata perhari  Pemakaian air rata – rata dalam satu hari  Pemakaian air setahun dibagi dengan 365 hari



5.4.4. Kehilangan Air Kehilangan air terdiri dari kehilangan air di instalansi dan kehilangn air ditingkat distribusi. Kehilangan air di instalansi disebabkan karena pemakaian air untuk keperluan proses pengolahan air yang meliputi pencucian media filter dan pengurasan bak sedimentasi. Kualitas air baku yang stabil di musim kemarau dan musim penghujan merupakan potensi terhadap pengolahan air menjadi lebih ringan, sehingga pemeliharaan dan perawatan di unit-unit pengolahan menjadi lebih ringan juga. Kehilangan air ditingkat distribusi banyak disebabkan karena kebocoran air karena kurangnya perawatan, serta kualitas tanah pada jalur pipa yang rawan longsor dan ditepi sungai sehingga rawan kebocoran pipa akibat tidak mampu menahan beban dari longsoran maupun banjir. Selain itu adanya pencurian air, perusakan meter air, dan kondisi meter air di pelanggan yang sering rusak, disamping faktor pembacaan meter air oleh petugas pengontrol meter merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan air di sistem distribusi. Berdasarkan uraian diatas kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: A. Kehilangan air rencana (unacounted for water) Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 44



Laporan



CV Rekayasa Jati Mandiri



Akhir B. Kehilangan air insidentil Penggunaan air yang sifatnya insedentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran. C. Kehilangan air secara administrasi Kehilangan air secara administrasi dapat disebabkan oleh :



-



Kesalahan pencatatan meter



-



Kehilangan air akibat sambungan liar



-



Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal Kehilangan air yang terjadi di SPAM Kota Semarang terdiri dari



kehilangan air di instalansi dan kehilangan air di tingkat distribusi. Standar kehilangan air berkisar antara 20-30% (Ditjen Cipta Karya, Dept. PU, 1994). Tingkat kehilangan air (NRW) di PDAM Kota Semarang masih berfluktuasi karena berbagai macam faktor, misalnya karena pemilihan metode perhitungan dan belum akuratnya kondisi jaringan perpipaan eksisting. Nilai NRW beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 5.16 di bawah ini. 70% 60%



55.6% 57.4% 57.9% 55.8% 52.6% 50.8%



50%



48.7% 42.1% 38.7%



NRW



40% 30%



NRW



20%



10% 0% 2004



2005



2006



2007



2008



2009



2010



2011



2012



Tahun



GAMBAR 5.16 TINGKAT KEHILANGAN AIR (NRW) KOTA SEMARANG Sumber: Audit BPKP, 2012



Tingkat kehilangan air di Kota Semarang ditargetkan untuk dapat berkurang mulai dari 59% pada tahun 2013 menjadi 20% pada tahun 2033 atau pada tahun akhir studi ini. Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 45



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir 5.4.5. Kebutuhan Maksimum (Qmax) Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk menghitung kapasitas sumber air dan sistem perpipaan transmisi. Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,7 (Ditjen Cipta Karya, Dept. PU, 1994). Kota Semarang faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,2.



5.4.6. Kebutuhan Puncak (Qpeak) Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Bertambahnya aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakaian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya, Dept. PU, 1994, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,5 – 3. Kota Semarang ditetapkan faktor jam puncak (fp) sebesar 1,5.



5.4.7. Pendekatan Perhitungan Secara ringkas dari berbagai standar kriteria yang disebutkan di sub bab sebelumnya, pemilihan standar kriteria yang digunakan dalam menyusun kebutuhan air bersih di Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan perencanaan sistem penyediaan air minum sampai dengan Tahun 2033 (MDG’s) dengan tingkat pelayanan sampai dengan 100% dari jumlah penduduk 2. Tingkat kehilangan air menurun mulai dari 59% pada tahun 2013 menjadi 20% pada tahun 2033 3. Wilayah perencanaan kegiatan ini meliputi wilayah Kota Semarang seluruhnya. 4. Satu SR melayani 5 jiwa/orang 5. Pelayanan air : 165 l/orang/hari



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 46



CV Rekayasa Jati Mandiri



Laporan



Akhir 6. Kebutuhan air non domestik dihitung 20% dari kebutuhan domestik sesuai dengan Permen PU no. 18/ 2007 atau sesuai RSNI T-01-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing 7. Faktor hari maksimum : 1,2 8. Faktor jam puncak : 1,7



Peyusunan Rencana Induk SPAM Kota Semarang



V - 47