Batik Laweyan DONE [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER KELOMPOK TEMA UMKM PROBLEMATIKA UMKM KAMPUNG BATIK LAWEYAN DAN TATANAN MENGHADAPI PASAR BEBAS Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Perekonomian Indonesia



Disusun Oleh : Na’im Kharima Saraswati



F0315057



Risma Yolananda



F0315081



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang kian hari semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia. Batik telah diakui oleh UNESCO sebagai Budaya Tak-Benda Warisan Manusia atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity sejak tanggal 2 Oktober 2009. Salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan batiknya adalah kota Surakarta atau yang kita kenal dengan kota Solo. Di kota Solo sendiri terdapat 2 lokasi penghasil batik yang sangat terkenal yaitu kampung Laweyan dan Kauman. Penghasilan yang didapat dari industri rumahan kampung Laweyan dan Kauman sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi di kota Solo. Industri rumahan di kampung Laweyan dan Kauman dapat memiliki pemasukan sebesar Rp 10 juta hingga Rp 50 juta untuk skala kecil, Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta untuk skala menengah, dan lebih dari Rp 100 juta untuk skala besar. Batik Laweyan sudah berkemabang sebelum abad 15M semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya ( Joko Tingkir) di Keraton Pajang. Saat itu para pengrajin batik mengembangkan industri batik dengan pewarna alami sehingga Desa Laweyan menjadi kawasan penghasil batik tertua. Seiring berjalannya waktu teknik-teknik membatik juga dikembangkan oleh para pengrajin yang sebelumnya hanya menggunakan teknik tulis. Pada tahun 1900an industri batik ini mengalami masa kejayaan. Penjualan yang dilakukan sudah sampai ke mancanegara sehingga banyak pengusaha sukses yang bersaing pada masa tersebut. seiring berjalannya waktu pada tahun 2000an industri batik Laweyan mengalami penurunan dikarenakan sudah muncul teknik-teknik baru seperti batik print yang proses pembuatannya lebih mudah dan cepat hingga pada akhirnya para pengrajin batik mulai ditinggalkan. Pada masa itu jumlah pengrajin batik yang tersisa hanya sekitar 20an saja. Kondisi tersebut membuat para pengrajin, tokoh masyarakat maupun para pengusaha melakukan musyawarah untuk membangkitkan kembali industri tersebut hongga pada akhirnya terbentuklah Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang diresmikan pada tanggal 25 September 2004. Forum tersebut bekerjasama dengan pemerintah Kota Solo dan beberapa perguruan tinggi serta lembahga-lembaga lain hingga pada akhirnya industri batik bisa bangkit kembali dan sampai saat ini jumlah



UKM di Kampung Batik Laweyan sudah lebih dari 80. Berikut Industri yang terdapat di Kampung Batik Laweyan : 1. Industri Batik Proses sampai dengan Showroom 2. Industri Batik Proses 3. Industri Batik Konveksi 4. Industri Batik Konveksi sampai dengan Showroom 5. Showroom / Pedagang Batik 6. Industri non Batik (Craft) Seiring perkembangan jaman, pasar bebas yang kian merambah menjadikan sebagian besar perindustrian mengalami dampak dari adanya pasar bebas tersebut. Selain sebagai sarana peningkatan di bidang industri, kondisi tersebut ternyata membuat persaingan dalam dunia usaha semakin menjadi-jadi. Para pengusaha dan pengrajin menghadapai berbagai tantangan untuk bisa bersaing dan mempertahankan citra sebagai industri batik yang sudah dikenal diberbagai pelosok bahkan sampai mancanegara. Berbagai strategi bisnis dilakukan para pengusaha batik demi menghadapi tantangan dan persaingan yang kian hari semakin ketat. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja tantangan dan permasalahan dalam menjalankan bisnis batik hingga dapat bertahan sampai saat ini? 2. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam menghadapi pasar bebas dan persaingan yang semakin ketat?



BAB II PEMBAHASAN Beberapa contoh UKM di Kampung Batik Laweyan : 1. Batik Putra Laweyan a. Sejarah Berdirinya Batik Putra Laweyan Berdirinya perusahaan Batik Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan Batik Bintang Mulya pada tahun 1967. Perusahaan yang memproduksi kain-kain batik tulis tradisional ini terletak di Kampung Sayangan Wetan RT.07/01 Laweyan Solo. Omset yang kurang menguntungkan dan selalu mengalami



penurunan



membuat



perusahaan



ini



sempat



menghentikan



produksinya pada tahun 1979. Hal ini juga dipicu oleh mulai bermunculannya perusahaan-perusahaan batik dengan proses printing yang proses produksinya lebih efisien dengan harga relatif lebih murah. Pada tahun 1981, perusahaan Batik Bintang Mulya berdiri kembali dengan nama perusahaan Batik Cahaya Putra. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil adalah dengan memproduksi kain-kain batik bermotif modern atau gaya baru yang memenuhi selera konsumen. Setelah perusahaan Batik Cahaya Putra berkembang, putra pemilik perusahaan ini Gunawan Nizar akhirnya memulai usaha industri kecil yang juga bergerak di bidang industri batik pada tahun 1990. Usaha ini terletak tidak jauh dari perusahaan Batik Cahaya Putra. Usaha batik ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada akhirnya terbentuklah perusahaan yang dikenal dengan nama CV. Batik Putra Laweyan pada tahun 2000. b. Profil Perusahaan Nama Perusahaan



: CV. Batik Putra Laweyan



Slogan



: Different and Classy



Tahun Berdiri



: 1990



Skala Perusahaan



: Medium



Badan Hukum



: Nomor Ijin C.-1361.HT.03.01-TH.2002



Jenis Usaha



: Produksi Batik & Penjualan Produk Batik



Alamat Usaha



: Jl. Sidoluhur No.6 Laweyan Solo



Telepon / Fax



: 0271 – 712123 / 0271 – 735854



Sertifikat Merek No.



: IDM000413873



Nomor SIUP



: 510.41/0062/PK/I/2017



Nomor TDP



: 11.16.3.47.03798



Nomor NPWP



: 02.499.748.8-526.000



No. Rekening



: 2.105.000.400



c. Produk Batik Putra Laweyan menyediakan berbagai macam kain batik, produk wanita, pria, anak-anak dan handycraft. Batik yang disediakan adalah batik tulis, batik cap, batik print, dan batik kombinasi. Selain menyediakan produk batik di Batik Putra Laweyan pengunjung juga dapat belajar untuk membuat batik. Berikut detail produk-produk di Batik Putra Laweyan : 1.) Kain : - Cotton 40s / Prima



- Dolby



- Paris Rayon Dolby



- Cotton 50s / Primis



- Dolby Salur



- Sutra Super



- Cotton 60s



- Dolby Picke



- Sutra Krep



- Cotton Prisma



- Dolby Kotak



- Sutra ATBM



- Cotton Bercolin



- Dolby Jeruk



- Sifon



- Paris



- Rayon 60s



2.) Produk Wanita : - Dress



- Scraft



- Blus



- Sarung selendang



- Abaya



- Rok/Bawahan



- Balero



- Mukena



- Syall



- Sajadah



3.) Produk Pria : - Kemeja



-Koko



- Kaos



-Jaket



4.) Produk Anak : - Dress Anak



-Kemeja Anak



- Blus Anak 5.) Handycraft : - Tas Batik



- Boneka STD



- Peta Indonesia



- Gantungan Kunci



- Boneka Batik



- Bros



- Bandana Batik



- Kalung Batik



-Magnet Boneka



d. Pemasaran Pemasaran produk Batik Putra Laweyan dilakukan secara offline di homestore dan online via website www.batikputralaweyan.com, facebook dan twitter @batikputralaweyan sehingga untuk masyarakat yang tidak bisa datang langsung ke showroom bisa melakukan pemebelian secara online. e. Tantangan dan Permasalahan Selama menjalankan bisnis batik, Batik Putra Laweyan tidak terlalu mengalami permasalahan yang serius, hanya seputar kehabisan bahan baku kain atau alat batik yang datang terlambat. Pencatatan keuangan yang dilakukan oleh Batik Putra Laweyan sudah cukup baik walaupun seharusnya untuk skala perusahaan yang medium pencatatan dapat dilakukan secara lebih lengkap. Hanya saja yang sedikit menjadi permasalahan adalah pesaing yang sudah masuk di skala perusahaan besar dan lokasi showroom mereka berada di pinggir jalan raya sehingga orang atau turis-turis asing yang datang tidak jarang yang langsung mampir ke showroom yang ada di pinggir jalan. Namun untuk yang sudah mengenal Kampung Batik Laweyan mereka tidak terlalu khawatir karena pasti para calon customer akan menjelajahi Kampung Batik Laweyan dan letak showroom sekaligus tempat produksi Batik Putra Laweyan tepat di depan pintu masuk sehingga posisi ini sangat menguntungkan bagi mereka. Tantangan yang dihadapi yaitu seputar desain yang harus selalu di update dikarenakan perkembangan jaman yang mengharuskan setiap produsen batik untuk meningkatkan kreasi dalam membuat desain batik agar tidak kalah saing dengan produsen lain. Untuk permasalahan harga, Batik Putra Laweyan tidak merasa risau dengan hal tersebut dikarenakan Batik Putra Laweyan fokus kepada kalangan menengah keatas dan skala perusahaan Batik Putra Laweyan sendiri sudah masuk ke skala medium sehingga untuk persaingan harga mereka tidak mengkhawatirkan karena mereka percaya dengan kualitas batik yang mereka produksi. f. Persiapan Menghadapi Pasar Bebas Dengan adanya pasar bebas Batik Putra Laweyan merasa diuntungkan dikarenakan tidak hanya masyarakat lokal saja yang dapat mengenal produk mereka tetapi juga masyarakat asing yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan omset mereka. Persiapan yang dilakukan adalah dengan menyedikan fasilitas belajar membatik untuk para pengunjung, membuat desain batik yang lebih



menarik, membuat kreasi model-model baju yang lebih modern, menambah variasi produk yang diproduksi, membuat kombinasi teknik batik agar semakin menarik dan variatif, membuat handycraft agar selain membeli batik, customer juga dapat menjadikan handycraft sebagai oleh-oleh. 2. Batik HY a. Sejarah Batik HY Batik HY diawali dari usaha keluarga turun temurun yang dilakukan sejak tahun 1990an. Usaha keluarga ini sebelumnya tidak memiliki showroom sendiri mereka hanya menjual kepada reseller-reseller batik saja namun pada tahun 2004 dibuatlah showroom batik oleh Herry Susanto. Pendirian showroom batik ini dilakukan oleh Herry karena perintah dari walikota Solo pada saat itu yaitu Bapak Jokowi yang menggencarkan pembangunan Kampung Batik Laweyan dan mengharuskan setiap produsen batik memilki showroom mereka sendiri-sendiri. Atas dasar hal tersebut Herry merubah ruang tamunya untuk dijadikan showroom batik agar pengunjung bisa melihat secara langsung produk-produk batik yang disediakan olehnya. Selain memproduksi sendiri Herry juga bekerja sama dengan saudara yang juga memproduksi batik agar produk yang diproduksi tidak monoton. Produksi yang dilakukan juga tidak semuanya dilakukan sendiri. Kain dan motif didapat dari pihak luar sehingga keluarga Herry hanya membuat desain model yang selanjutnya diberikan ke penjahit untuk dikerjakan barulah setelah selesai mereka menjualnya di showroom b. Profil Usaha Nama Perusahaan : Batik HY Slogan



: Fashionable, Unique and Uptodate



Tahun Berdiri



: 2004



Skala Perusahaan : Small Jenis Usaha



: Penjualan Produk Batik



Alamat Usaha



: Jl. Sidoluhur No.9 Laweyan Solo



Phone



: 0271 712 405



Email



: [email protected]



c. Produk Produk batik yang diproduksi oleh Batik HY memfokuskan produk untuk wanita dan pria. Produk tersebut meliputi kemeja, dress, scarft, blouse, bawahan dan sprei



d. Pemasaran Pemasaran produk Batik HY dilakukan secara offline di showroom dan online via facebook @BatikHY. Untuk para pengunjung yang tidak bisa langsung datang ke showroom bisa dilayani via facebook atau[un menghubungi pemiliknya langsung via email ataupun telepon. e. Tantangan dan Permasalahan Selama menjalankan bisnis Batik HY mengalami permasalahan yang berkaitan dengan pesaing yang skala usahanya lebih besar darinya. Batik HY merasa sangat kesulitan dalam menghadapi persaingan baik harga, model, pemasaran dan dari segi lokasi. Letak showroom yang masuk ke dalam kampung membuat pengunjung biasanya lebih suka menjelajah ke lokasi yang letaknya di dekat pintu masuk terlebih dahulu seperti Batik Putra Laweyan. Selain itu juga produsen yang mendirikan showroom di pinggir jalan raya. Tidak tersedianya fasilitas belajar membatik untuk para pengunjung juga membuat Batik HY tidak lebih diminati dibandingkan showroom yang menyediakan fasilitas tersebut. Tantangan yang dihadapi oleh Batik HY adalah seputar kreasi produk dan harga. Untuk kreasi motif dikarenakan Batik HY tidak memproduksi sendiri mereka harus lebih jeli dalam memilih kreasi motif batik yang akan dibuat menjadi produk baju dan sprei sehingga mereka harus mencari supplier kain dengan motif yang bagus agar tetap dapat bersaing dengan yang lain. Untuk desain yang dibuat mereka juga harus selalu memperbarui desain agar tidak tertinggal dengan perkembangan jaman. Selain itu harga juga menjadi fokus tersendiri bagi Batik HY mengingat semua proses produksi tidak dilakukannya seniri. f. Persiapan Menghadapi Pasar Bebas Persiapan yang dilakukan Batik HY dalam menghadapi persaingan yang ketat karena adanya pasar bebas adalah dengan membuat kreasi desain yang lebih modern, dan mensiasati harga yang terlalu tinggi. Oleh karenanya mereka bekerja sama dengan sanak saudara untuk membuat desain agar tidak monoton dan lebih menarik lagi. Pemilihan supplier yang bagus serta penjahit yang memadai juga dilakukan sebagai sarana agar Batik HY tetap dapat bersaing dengan para pesaingnya terutama untuk skala usaha yang lebih besar darinya.



3. Batik Merak Manis a. Sejarah Batik Merak Manis adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri dan perdagangan, kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi dan menjual batik. Batik Merak Manis secara resmi didirikan pada tanggal 1 Juli 1980, dipimpin oleh Bp. Bambang Slameto, S.Sos selaku pemilik perusahaan perseorangan dan sering disebut home industri. Pengambilan nama Merak Manis untuk nama perusaan ini berasal dari nama Merak Ati, perusahaan milik ayahnya dan nama Nona Manis dari perusahaan milik mertuanya. Kemudian dari kedua nama tersebut dipadukan menjadi Merak Manis. Perusahaan ini pada awal berdirinya hanya menerima jahitan dan dandanan. Karena adanya perkembangan, pada tahun 1976 bapak Bambang Slameto menikah, dan Batik Kresno memberikan modal kepada beliau yang selanjutnya telah menjadi tempat tinggal beliau beserta istrinya. Disinilah awal Beliau membuka usaha sendiri secara kecil-kecilan yaitu perusahaan batik dengan jumlah karyawan 6 orang, termasuk beliau bersama istrinya, ibu Sri Yuniati. b. Profil Nama Perusahaan



: Batik Merak Manis



Tahun Berdiri



: 1980



Skala Perusahaan



: Large



Badan Hukum



: 503/929/PI/I/94



Jenis Usaha



: Produksi Batik & Penjualan Produk Batik



Alamat Usaha



: Jl. Sidoluhur No.29 Laweyan Solo



Nomor TDP



: No. 148/kandip12/2/XII/91



No. Telp



: (0271) 719641 / 712417



c. Produk Pada saat ini dalam perusahaan Batik Merak Manis merupakan perusahaan tekstil yang memproses dari kain putih (mori) hingga manjadi barang jadi khususnya kain yang bermotif batik. Untuk produk yang dijual banyak sekali macamnya, mulai dari pakaian, mukena, taplak meja, sprei, sarung bantal. Sprei, sarung dan taplak meja merupakan produk unggulan dari perusahaan Batik Merak Manis, dan produk yang lain merupakan pelengkap. Selain itu dalam perusahaan juga menerima pesanan barupa seragam batik atau produk-produk batik lain. Mengenai motif pada perusahan Batik Merak Manis selalu meningkatkan kreasi-



kreasi baru dengan berbagai variasi tapi tetap mempertahankan karakter khas dari Batik Merak Manis sendiri yaitu motif Surakatan (motif-motif klasik). Seperti membuat bed cover, aksesoris wanita, aksesori anak, berbagai scarf dan aksesori lain serta pakaian sesuai dengan mode yang sedang ngetren dikalangan masyarakat. d. Pemasaran Pemasaran Batik Merak Manis ini sudah dilakukan baik secara online melalui media sosial Instagram @batikmerakmanis dan Facebook dengan username Batik Merak Manis serta secara offline yang produknya dipajang di showroom di tempat lokasi. Selain itu mereka juga akan mengembangkan bisnisnya dengan terus memperluas jangkauan pasaran dan terus meningkatkan mutu dan kualitas produk batik. Selain itu akan ditingkatkannya pelayanan terhadap konsumen, seperti contohnya akan dibangunnya sebuah café dan arena bermain di dekat show-room sehingga memberikan kenyamanan kepada pelangan ketika sedang berbelanja dan membawa segenap keluarganya. Jadi, selain berbelanja mereka juga dapat menikmati fasilitas hiburan. e. Tantangan dan Permasalahan Tantangan dan permasalahan yang dihadapi dari Batik Merak Manis ini adalah tidak adanya cabang pemasaran diluar showroom, yang dimaksudkan disini adalah dijual di tempat lain. Hal ini menjadi tantangan tersediri dalam promosi pemasarannya dengan semakin gencar update model terbaru lewat sosial media yang mereka sekaligus mengajak pengunjung dalam sosial media untuk datang ke lokasi untuk membeli baik grosir dan eceran. f. Persiapan Pasar Bebas Dengan adanya pasar bebas Batik Merak Manis ini mereka merasa diuntungkan dikarenakan tidak hanya masyarakat lokal saja yang dapat mengenal produk mereka tetapi juga ada beberapa masyarakat asing yang mengunjungi tempat ini. Persiapan yang dilakukan adalah dengan menyedikan fasilitas belajar membatik untuk para pengunjung, membuat desain batik yang lebih menarik, membuat kreasi model-model baju yang lebih modern, menambah variasi produk yang diproduksi, membuat kombinasi teknik batik agar semakin menarik dan variatif, membuat handycraft agar selain membeli batik, customer juga dapat menjadikan handycraft sebagai oleh-oleh. Selain itu pemilik juga berencana



menambah berbagai tempat seperti cafe dan arena bermain disekitaran tempat display produk yang dihasilkan. 4. Batik Mahkota Laweyan a. Sejarah Batik Mahkota Laweyan adalah penerus dari “Batik Puspowidjoto” yang berdiri sejak tahun 1956 di Sayangan Kulon no 9 Laweyan Solo. ”Batik Puspowidjoto”



didirikan



oleh



almarhum/almarhumah



Bpk.



Radjiman



Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowidjoto yang memproduksi batik tradisional tulis dan cap yang salah satunya terkenal bermerk ”Mahkota PW”. Produk unggulan pada waktu itu adalah batik motif ”Tirto Tejo”. Sepeninggal pendirinya, antara tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 ”Batik Puspowidjoto” mengalami kevakuman produksi. Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik pada tanggal 25 September 2004, memacu para pengusaha batik yang telah lama mengalami kevakuman untuk mulai berproduksi kembali. Salah satu perusahaan batik yang bangkit kembali adalah ”Batik Puspowidjoto” dengan menggunakan nama ”Batik Mahkota Laweyan”. Batik Mahkota Laweyan didirikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh salah satu puteri Bpk/Ibu Puspowidjoto (Juliani Prasetyaningrum) yang didukung oleh keluarga besar Puspowidjoto. Produk utama dari perusahaan ini adalah batik tulis modern, disamping batik tulis tradisional dan cap. b. Profil Nama Perusahaan: Batik Mahkota Laweyan Slogan



: Ethnic, Abstract & Traditional Batik



Tahun Berdiri



: 1993, mulai lagi 2004



Skala Perusahaan : Medium Jenis Usaha Alamat Usaha



: Produksi dan Penjualan Produk Batik : Sayangan Kulon no 9 RT 01 Rw 03 Laweyan Surakarta



57148 Phone



: (0271) 712276



Email



: [email protected] / [email protected]



Website



: www.batikmahkotalaweyan.com



c. Produk Produk yang dihasilkan dari Batik Mahkota Laweyan antara lain berbagai macam kain, baik batik cap maupun batik tulis. Di Batik Mahkota Laweyan anda bisa menemui show room, proses produksi , workshop pelatihan batik dan museum keluarga Batik Puspowidjoto. Di museum Batik Puspowidjoto pengunjung bisa melihat koleksi-koleksi batik kuno, arsip manajemen dan transaksi jual -beli batik Laweyan Tempo Doeloe. Batik Mahkota Laweyan memproduksi batik tradisional dan modern dalam bentuk Kain, Hem, Blus, perlengkapan Interior , lukisan dan kerajinan tangan/handicraft. d. Pemasaran Untuk pemasarannya bisa dilakukan baik via online maupun via offline di showroom lokasi. Untuk via online bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media dan beberapa toko online seperti tokopedia, bukalapak dan shopee. Bisa dilayani grosir, eceran, atau motif sesuai pesanan pelanggan. e. Tantangan dan Permasalahan Tantangan yang dihadapi disini adalah persaingan antar pedagang yang berlombalomba dalam mengembangan inovasi produk sehingga akan menarik pengunjung yang berdatangan, seperti membuat cafe, membuat kursus pembuatan batik oleh pengunjung dan lain sebagainya. Selain itu karena lokasi showroom berada pada gang sehingga seringkali bersaing dengan toko batik di pinggiran jalan. f. Persiapan Pasar Bebas Dengan adanya pasar bebas Batik Mahkota Laweyan ini mereka merasa diuntungkan dikarenakan tidak hanya masyarakat lokal saja yang dapat mengenal produk mereka tetapi juga ada beberapa masyarakat asing yang mengunjungi tempat ini. Persiapan yang dilakukan adalah dengan menyedikan fasilitas belajar membatik untuk para pengunjung, membuat desain batik yang lebih menarik, membuat kreasi model-model baju yang lebih modern, menambah variasi produk yang diproduksi, membuat kombinasi teknik batik agar semakin menarik dan variatif, membuat handycraft agar selain membeli batik, customer juga dapat menjadikan handycraft sebagai oleh-oleh.



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari keempat UMKM diatas, rata-rata dari usaha UMKM di daerah Kampung Batik Laweyan secara garis besar mempuyai kesamaan permasalahan, yaitu masalah distribusi produk. Mereka mengakui bahwa mereka kalah saing dengan pengusaha batik diluar kawasan kampung batik laweyan seiring dengan penempatan lokasi pendistribusian produk, baik secara grosir dan eceran. Selain itu media promosi per pengusahan juga menjadi salah satu faktor utama agar tempat usahanya terkenal walau terlalu tidak terjangkau oleh transportasi besar seperti bus dan truk bermuatan banyak. Selain itu juga faktor mode dari batik itu sendiri juga terkadang mereka yang berada di dalam gang Kampung Batik Laweyan merasa kalah saing dalam hal mode daripada yang berada di luar gang gapura Kampung Batik Laweyan sehingga para pelancong dari seluruh negeri akan diarahkan ke toko/butik/showroom yang terluar dulu baru yang bagian dalamnya. B. Saran Sebaiknya peran Forum Kampung Batik Laweyan sebagai pengelola pengusaha batik di wilayah Laweyan juga mempromosikan bagian dalam gang Kampung Batik Laweyan, bukan hanya diluar toko saja. Padahal di bagian dalam mempunyai fasilitas yang menarik seperti terdapat tongkrongan kopi, ada pelatihan membuat batik dari yang berasal dari lilin dan kain mori hingga bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh dan lain sebagainya.



Lampiran