Batik Pedalaman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Perbedaan Batik Pedalaman dan Batik Pesisir Pada zaman penjajahan Belanda, berdasarkan pada sifat ragam hias dan komposisi pewarnaan pembatikan dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: Batik pedalaman dan batik pesisir. Batik pedalaman berasal dari daerah Surakarta dan Yogyakarta yang memiliki ciri-ciri ragam hiasnya bersifat simbolis dengan latar belakang kebudayaan Hindu-Jawa serta komposisi warna terdiri dari sogan, indigo (biru), hitam dan putih, sedangkan batik pesisir adalah semua batik yang dihasilkan atau dibuat oleh daerah-daerah diluar Surakarta dan Yogyakarta yang memiliki ciri ragam hias bersifat naturalis dengan latar belakang pengaruh dari berbagai budaya, termasuk budaya asing, dengan komposisi warna beraneka ragam. a. Batik Pedalaman Batik pedalaman merupakan batik yang berkembang di sekitar Surakarta, dan Yogyakarta. Corak batik pedalaman didominasi oleh warna-warna alam seperti coklat, putih, hitam dan biru tua (warna indigo). Pola yang digunakan juga cenderung berulang atau geometris. Pola batik pedalaman memiliki filosofi yang tinggi untuk setiap coraknya. Setiap motif batik mempunyai kegunaan tersendiri. Batik ini tercipta dari akar budaya di lingkungan Kerajaan Mataram hingga turun temurun. Awalnya, motif batik pedalaman melambangkan kedudukan pemakainya. Karena itu, ada motif-motif tertentu yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga raja. Gaya batik yang diciptakan dan dipakai di sekitar wilayah yang terpengaruh budaya kraton Mataraman sehingga biasa disebut batik pedalaman atau batik kraton. Motif batik memiliki kesan elegan dan klasik didominasi oleh dua corak dasar yang dominan yaitu corak Solo yang berciri warna putih-coklat dan corak Yogya yang berciri putih-hitam. Pada motif batik pedalaman, motif yang kebanyakan digunakan adalah motif Jawa-Hindu, banyak sekali ornamen-ornamen candi yang ada di daerah Yogyakarta dan Solo dilukiskan kembali di batik. Batik pedalaman merupakan



awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang biasa seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya. Batik pedalaman memiliki aturan pemakaian untuk setiap motif atau desain. Misal, motif parang barong hanya boleh dipakai para raja. Motif parang hanya dapat dipakai oleh kalangan bangsawan. Motif sidomukti dipakai pada upacara pernikahan. Batik pedalaman tumbuh dan berkembang di lingkungan keraton yang selalu penuh dengan tata krama, motif yang digunakan adalah motif yang tidak sembarangan, setiap motif dan warna batik memiliki arti filosofi sendiri. Warna batik tradisional seperti indigo, coklat tua, dan putih itu mewakili 3 dewa besar Hindu: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ragam hias yang bersifat simbolis erat hubungannya dengan falsafah Hindu – Jawa antara lain : sawat melambangkan mahkota atau penguasa tinggi, meru melambangkan gunung atau tanah, naga melambangkan air, burung melambangkan angin atau dunia atas, serta lidah api melambangkan nyala atau geni. b. Batik Pesisir Batik Pesisiran adalah batik yang berkembang didaerah pesisir di pulau Jawa, seperti Cirebon, Pekalongan dan Madura. Batik pesisiran banyak dipengaruhi budaya-budaya luar seperti Cina, India dan Arab. Batik pesisir memiliki pola corak dan warna yang lebih kaya. Dalam pewarnaannya warnawarna cerah banyak ditemui di batik pesisir serta motif batiknya biasanya terinspirasi dari apa yang dilihat itulah yang dibuat, misalnya kupu-kupu dengan kepala dan kakinya digambarkan lengkap. Hal ini banyak dipengaruhi oleh pendatang yang datang ke pesisir utara Jawa. Pesisir utara Jawa pada jamannya merupakan pelabuhan penting dalam sejarah perdagangan di Nusantara. Budaya India, Oriental, Timur Tengah bahkan Eropa berperan dalam kekayaan ragam batik pesisir.



Sesuai namanya, batik ini lahir dan berkembang di pesisir pantai utara Pulau Jawa. Daerah-daerah yang terkenal sebagai penghasil batik pesisir adalah Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Jepara, Rembang, dan Tuban. Ciri khas utama batik pesisir adalah motifnya yang cantik dan warnanya yang terang, seperti merah, kuning, dan biru. Batik pesisiran banyak dipengaruhi oleh budaya para pedagang asing yang datang. Karena itu, pada batik jenis ini banyak ditemukan motif yang berasal dari budaya luar. Contohnya motif kupu-kupu, phoenix, dan naga (dari Tiongkok), motif buketan, bunga tulip, dan tokoh putri salju (dari Eropa). Ciri batik pesisir adalah cenderung menggunakan motif-motif non geometris. Contohnya adalah motif burung hong (phoenix), naga, bunga seruni, bunga teratai, burung walet, kupu-kupu dan sebagainya. Penggunaan motif geometris dimungkinkan pada batik pesisir walau dalam intensitas lebih rendah daripada motif-motif non geometris. Contoh motif geometris pada batik pesisir adalah motif jlamprang pada batik Pekalongan yang meniru tenun patola dari India. Motif batik pesisir lebih bebas dibandingkan batik pedalaman, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Salah satunya adalah motif mega mendung. Motif ini yang pada mulanya sering berunsurkan warna biru diselingi warna merah melukiskan maskulinitas dan suasana dinamis, Selain itu, warna biru juga disebutsebut menyimbolkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang juga menyimbolkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang dipakai mulai dari warna biru muda hingga dengan warna biru tua. Biru muda menyimbolkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menyimbolkan awan gelap yang berisi air hujan dan memberi kehidupan. Setiap orang boleh memakai batik pesisir tanpa beban larangan atau batasan sosial budaya apapun.



Kesimpulan : batik pedalaman memiliki motif dan warna yang terbatas, serta beberapa motif hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, sementara batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, sehingga dalam pewarnaannya banyak ditemukan warna-warna cerah dan motif batiknya biasanya terinspirasi dari apa yang dilihat itulah yang dibuat. Batik pedalaman tumbuh dan berkembang di lingkungan keraton yang penuh dengan tata krama, motif yang digunakan adalah motif yang tidak sembarangan, setiap motif dan warna batik memiliki arti filosofi sendiri. Sedangkan batik pesisir motifnya lebih bebas, dan melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan.



2. Motif Batik dari Seluruh Propinsi di Indonesia digolongkan kedalam Batik Pedalaman/Pesisiran



Nama Propinsi



Golongan Motif Motif Batik Batik Pedalaman Pesisiran



X Aceh



Alasan



Batik Aceh menampilkan unsur alam mengunakan warna-warna berani seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya.



X



Batik Bali banyak terpengaruh dari batik Jawa dengan warnawarna cerah dan bersemangat



Bali



X



Banten



X



Sumatera Selatan



Menggunakan warna pastel karena terpengaruh budaya Cina. Batik banten memiliki ciri khas pada pola hias gerabah klasik dan keramik lokal peninggalan kerajaan Banten. Terpengaruh budaya Islam sehingga motifnya berupa motif bunga teh, dan motif lasem yang dihiasi garis simetris dan berbagai simbol tanaman.