BEYSLAB16 - Morbus Hansen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL SKILL LAB BEYOND PEMERIKSAAN PADA MORBUS HANSEN (Prevention of Disability) 1. Perkenalan Diri 2. Identitas Pasien 3. Menyatakan tujuan dan informed consent 4. Jangan lupa cuci tangan untuk memulai memeriksa. (N.B. Tidak perlu memakai handscoon saat OSCE karena sulit meraba letak nervus. (dr. Sarah Diba) I.



PEMBESARAN SARAF TEPI MORBUS HANSEN INSPEKSI Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki.



Saraf Facialis



Motorik Mempersarafi



Fungsi Sensorik -



kelopak mata agar Ulnaris



kelenjar keringat,



bisa menutup kelenjar minyak Mempersarafi jari Rasa raba telapak dan pembuluh tangan ke-4 dan tangan; separuh darah ke-5 jari ke-4 (jari manis) & ke 5



Medianus



(jari kelingking) Mempersarafi jari Rasa raba telapak ibu jari, telunjuk tangan bagian ibu dan jari tengah



jari, jari ke-2, 3, dan separuh jari ke-4



Radialis



Otonom Mempersarafi



Kekuatan pergelangan



Peroneus



tangan Kekuatan



Tibialis posterior



pergelangan kaki Mempersarafi jari- Rasa raba telapak



jari kaki *nb: Terima kasih fotonya, Ayu!



kaki



PALPASI Lokasi pembesaran saraf tepi yang umum diperiksa: 



N. Auricularis magnus







N. Ulnaris







N. Medianus







N. Radialis







N. Peroneus communis







N. Tibialis posterior



Prosedur pemeriksaan: 1. Pemeriksa memperkenalkan diri 2. Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan 3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di bawah air mengalir 4. Pemeriksa menggunakan hand schoen 5. pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa 6. Lakukan pemeriksaan secara berurutan dan sistematik, cari penebalan saraf dan nyeri tekan. Perhatikan raut wajah pasien, apakah kesakitan atau tidak pada saat meraba saraf. Pemeriksaan harus sistematis, meraba atau palpasi jangan sampai menyakiti atau pasien mendapat kesan kurang baik. N. Auricularis Magnus  Amati N. Auricularis Magnus yang berjalan melintang pada otot sternomastoid dengan meminta pasien menolehkan kepala pada satu sisi secara maksimal  Setelah saraf terlihat, pemeriksa mendorong dagu pasien ke lateral sampai pasien diminta untuk menolehkan kepala secara maksimal, lakukan palpasi pada saraf di kedua sisi.  Lakukan penilaian pembesaran saraf N. auricularis magnus kanan dan kiri dengan palpasi secara perlahan, nilai konsistensi dan penebalan sarafnya. Amati perubahan ekspresi wajah pasien untuk menilai nyeri tekan  Catat hasil penilaian pada rekam medik.



Pemeriksaan N. auricularis magnus N. Ulnaris 



Topang lengan kanan pasien dengan tangan kanan pemeriksa, posisikan lengan pasien sedikit fleksi







Lakukan palpasi N. Ulnaris yang terletak di bawah fossa olecranon dengan tangan kiri pemeriksa.







Lakukan palpasi untuk nilai konsistensi dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada lengan kiri dan kanan.







Catat hasil penilaian pada rekam medik.



Pemeriksaan N. ulnaris N. Radialis







Lakukan palpasi N. radialis yang terletak di bawah radial grove pada lengan kanan pasien menggunakan tangan kiri pemeriksa.







Lakukan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dari proksimal sampai distal radial grove untuk menilai konsistensi dan permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.







Catat hasil penilaian pada rekam medik.



Pemeriksaan N. Radialis N. Medianus



 Letakkan lengan kanan bawah pasien di atas meja atau topang menggunakan lengan kanan pasien, posisikan fleksi pada siku.







Lakukan palpasi N. Medianus pasien pada pergelangan tangan di antara celah tendon fleksor menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menilai konsistensi dan permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.







Catat hasil penilaian pada rekam medik.



Pemeriksaan N. Medianus N. Peroneus Communis 



Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua tungkai dapat sedikit menggantung atau menapak di tanah.







N. Peroneus Communis terletak pada bagian leher tulang fibula (bagian lateral), dua sentimeter di bawah caput fibula.







Lakukan palpasi pada kedua tungkai bawah, tungkai kanan dengan tangan kiri pemeriksa dan juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara bergantian atau serentak dengan kedua tangan pemeriksa. Lakukan penilaian konsistensi, permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.







Catat hasil penilaian pada rekam medik



Pemeriksaan N. peroneus communis N. Tibialis Posterior 



Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua kaki menapak di tanah.







Dengan posisi pemeriksa menunduk atau berjongkok di hadapan pasien, lakukan palpasi pada bagian posterior inferior maleolus medialis, kaki kanan diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa dan juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara bergantian atau serentak dengan kedua tangan pemeriksa. Lakukan penilaian konsistensi, permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.







Catat hasil penilaian pada rekam medik



Pemeriksaan N. tibialis posterior



II.



PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK PROSEDUR PEMERIKSAAN: Lokasi kelainan saraf tepi motorik yang umum diperiksa:



-







N. Facialis







N. Ulnaris







N. Medianus







N. Radialis







N. Peroneus communis



-



Pemeriksa memperkenalkan diri



-



Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan



-



Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di bawah air mengalir



-



pemeriksa menggunakan hand schoen



-



pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa



-



Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari kepala sampai kaki N. Facialis 



Pasien diminta memejamkan mata







Pemeriksa melihat dari bagian depan dan samping apakah mata tertutup dengan sempurna atau tidak ada celah.







Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu dicatat, misalnya lagopthalmos ±3mm mata kiri atau kanan



N. Ulnaris 



Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan telunjuk tangan kanan pasien, dengan telapak tangan pasien menghadap ke atas dan posisi ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa)







Minta pasien mendekatkan (adduksi) dan pada menjauhkan (abduksi) kelingking dari jari-jari lainnya (Gambar6.5a). Bila pasien dapat melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian pangkal kelingking (Gambar 6.5b)



Interpretasi: -



Bila jari kelingking pasien dapat menahan dorongan ibu jari pemeriksa, berarti masih Kuat.



-



Bila jari kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan pemeriksa berarti Sedang.



-



Bila jari kelingking pasien tidak dapat mendekat atau menjauh dari jari lainnya berarti sudah Lumpuh.







Bila hasil pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah mengalami kelemahan, anda dapat melakukan pemeriksaan konfirmasi dengan meminta pasien menjepit sehelai kertas yang diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut. Interpretasi: -



Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot Lemah



-



Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih Kuat



N.B: Tes ini dinamakan tes provokatif. Pemeriksa meletakkan kertas diantara jari manis dan kelingking pasien, begitupun tangan pemeriksa. (dari pendahuluan dr. Fifa) 



Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.



N. Medianus 



Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan pasien agar telapak tangan pendeita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi.







Ibu jari pasien ditegakkan keatas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan pasien (seakan-akan menunjuk ke arah hidung) dan pasien diminta untuk mempertahankan posisi tersebut. (Gambar 6 .6a)







Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien yaitu dari bagian batas antara punggung dan telapak tangan mendekati telapak tangan (Gambar 6.6b)







Bandingkan kekuatan otot tangan kanan dan kiri untuk menentukan adanya kelemahan



Interpretasi: -



Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat







-



Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang



-



Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh



Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis



N. Radialis 



Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan pasien.







Pasien diminta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal ke atas (ekstensi) (Gambar 6.7a)







Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu dengan tangan kanan pemeriksa menekan tangan pasien ke bawah ke arah fleksi. (Gambar 6.7b)



Interpretasi : - Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat - Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang - Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa ditegakkan ke atas) 



Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis



N. Peroneus Communis (Poplitea lateralis ) 



Dalam keadaan duduk, pasien diminta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit) (Gambar 6.9a)







Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan menekan punggung kaki pasien ke bawah/lantai. (Gambar 6.9b)



Interpretasi: -



Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat



-



Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang



-



Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh ( ujung kaki tidak bisa ditegakkan ke atas )



 III.



Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.



Pemeriksaan Fisik Sensorik Morbus Hansen 1. Pemeriksaan Batang Saraf Tujuan: Untuk menilai penebalan saraf dan rasa nyeri pada batang saraf Pada orang normal tidak ditemukan nyeri dan penebalan batang saraf. Saraf yang diperiksa: -



N. Auricularis magnus Saraf ini agak sulit dilihat jadi digunakan garis khayal yang memungkikan memprediksi tempat dan letak saraf tersebut. saraf ini terletak sekitar 2/3 dari otot sternocleidomastoideus dan berada melintangi otot terebut.



-



N. Ulnaris Untuk posisi tangan seperti menopang, jadi tangan kanan pemeriksa menopang tangan kiri pasien dan pemeriksaan penebalan saraf dan nyeri dengan tangan kiri pemeriksa. Tangan pasien harus benar-benar ditopang agak serileks mungkin. Boleh dilakukan tes dengan menjatuhkan tangan pasien secara mendadak untuk menilai apakah tangan pasien sudah benar-benar rileks/belum Sama seperti di modul



-



N. Medianus



Prinsipnya sama kayak pemeriksaan N ulnaris, harus ditopang dan serileks mungkin Sama seperti di modul -



N. Radialis Saraf ini panjang jadi dilakukan di 2 tmpt pemeriksaan. Pemeriksaan pertama di antara otot bisep dan trisep, dan di bagian punggung lengan, sekitar 5 jari dari pergelangan tangan



-



N. Peroneus communis Posisi kaki pasien menggantung Sama seperti di modul



-



N. Tibialis posterior Posisi kaki pasien menggantung INGAT!!! Tangan disilangkan, jadi tangan kanan untuk pemeriksaan n tibialis posterior kiri dan sebaliknya



Untuk prosedur pemeriksaan bisa dilihat di modul, disini saya menambahkan beberapa hal penting yg perlu dilakukan. 2. Pemeriksaan Saraf Sensorik Tujuan: untuk menilai -



Fungsi sensorik raba, nyeri, dan suhu N.medianus dan N ulnaris (Telapak tangan)



-



Fungsi sensorik raba, nyeri, dan suhu nervus tibialis posterior (Telapak kaki)



-



Fungsi sensorik raba, nyeri, dan suhu pada area lesi



Alat yang digunakan 1. Perabaan: menggunakan kapas yg ujungnya dilintingkan, kemudian caranya seperti mengores area yg akan diperiksaa. Bukan ditotol-totol 2. Nyeri: menggunakan ujung jarum pentul/mata pena. Cukup di tekan 3. Suhu: dingin 20 C, panas 40 C. Cukup diletakkan di tangan yang akan diperiksa Pemeriksaan ini dilakukan pada area tertentu (lihat gambar untuk pemeriksaan telapak tangan dan kaki). Inti dari pemeriksaan ini adalah area penonjolan baik di telapak tangan dan telapak kaki.



Untuk tatacara pemeriksaan dapat dilihat dimodul