Bina Muda 2020 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

0|P a g e



PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Gedung Pemuda Antonie Aris Van de Loosdrecht Jln. Dr. Sam Ratulangi 60, Rantepao 91831 Toraja Utara, Sul-Sel E-mail: [email protected] Website: www.ppgt-pusat.org



Penyunting: PP.PPGT Bidang Karakter & Spiritualitas Cet.-Toraja: Sulo, 2019 Hlm; 14,5 x 20,5 cm



Dicetak oleh Percetakan Sulo Rantepao PT. SULO Jl. Sam Ratulangi 66 Rantepao 91831, Toraja Utara, Sulawesi Selatan Tlp (0423) 25020, 21024; Faks (0423) 21024. E-mail: [email protected]



1|P a g e



BINA MUDA Edisi ke-12 Tahun 2020



BAHAN KHOTBAH TAHUN 2020



Penyunting: PP.PPGT Bidang Karakter & Spiritualitas



Cover Design : Pdt. Try Sandy, S.Th



Setting & Layout : PP.PPGT Bidang Karakter & Spiritualitas



2|P a g e



SEKAPUR SIRIH BINA MUDA PPGT EDISI X TAHUN 2020 Salam PPGT, Salam Pembaharuan! Dari ruang editor di Rumah Tercinta, Gedung Anthonius Aries van de Loodstrech, kami menyapa semua rekan-rekan Pelayan Pemuda dan bahkan semua warga PPGT di seluruh penjuru Nusantara tercinta hingga di luar gugusan Kepualauan Sabang sampai Merauke. Kita semua patut menaikkan ungkapan syukur kepada Dia, Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala dan Pemilik persekutuan ini. Sebab dalam perkenanNyalah sehingga bahan pelayanan ini dapat kita terima dan gunakan bersama. Kiranya kita semua benar-benar menggunakannya secara bertanggungjawab (melalui persiapan dan perenungan mendalam sebelum disampaikan), sebagai bentuk rasa syukur kepadaNya. Kami sungguh yakin, bahwa kemampuan berteologi kita secara kontekstual dan kontemporer (kekinian – sesuai zaman) sudah dapat diandalkan untuk lebih memperkaya Para Pemuda Gereja (Toraja) dalam melaksanakan Firman Tuhan setiap hari. Sebab itu, kami mempercayakan isi Buku Bina Muda ini untuk di bagikan dengan penuh iman dan kasih kepada siapa saja yang membutuhkannya. Atas nama Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, kami menyampaikan terima kasih kepada semua rekan-rekan Penatua/Diaken, Proponen dan Pendeta, yang menjadi Kontributor Bina Muda 2020 ini. Jerihlelah rekan-rekan semua selama tiga hari di PSP Tangmentoe kini dapat dinikmati oleh semua warga Gereja, khususnya Pemuda. Sebab itu, Tuhan akan terus menambahkan kemampuan berkarya dan melayani bagi rekanrekan semua. Demikian juga kami sampaikan ungkapan terima kasih kepada orang tua kami yang terkasih, Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja (Khususnya Ketua V Bidang OIG, Ketua I BPWG-PI dan jajaran, serta Bendahara Umum), yang telah sepenuh hati dan dalam iman yang tulus, mendukung generasi muda Gereja Toraja melalui Pelayanan Firman Tuhan ala Bina Muda. Tuhan memberkati Bapak/Ibu sekalian dalam tanggungjawab pelayanan bersama keluarga. Kami sangat yakin, bahwa dalam Kuasa Roh Kudus, Bina Muda Edisi XI Tahun 2020 ini akan membawa dampak positif dan signifikan bagi pertumbuhan iman warga Gereja Toraja di manapun juga. Solideo Gloria! PENGURUS PUSAT PPGT PERIODE 2018-2023 Cq. Bidang Karakter dan Spiritualitas



3|P a g e



PETUNJUK PENGGUNAAN BINA MUDA PPGT TAHUN 2020 Sebelum menggunakan buku ini, beberapa hal penting untuk diketahui oleh rekan-rekan pelayan terkait dengan Buku Khotbah/Renungan Pemuda Tahun 2020 adalah: 1. Struktur Tulisan Tulisan Bina Muda 2020 ini, terdiri dari paragraph terbatas, yakni paragraph 1 untuk pendahuluan khotbah, paragraph 2 untuk isi/kajian teks, dan paragraph 3 (dan atau 4) untuk aplikasi khotbah/renungan. Demikianlah Struktur dan Pola Khotbah Bina Muda kita di Tahun 2020. 2. Kalimat Dicetak Tebal Jika dalam paragraph tulisan terdapat kalimat dicetak tebal, maka itu berarti kita sedang menemukan kalimat yang merupakan penekanan Pengakuan Gereja Toraja (PGT). Hal ini sejalan dengan komitmen Gereja Toraja untuk terus menghidupi PGT dalam setiap aktivitas warga jemaat, termasuk pemuda. Ada beberapa tulisan yang telah mencantumkan langsung sumbernya dalam PGT, namun ada juga yang tidak. Dengan demikian, yang tidak tercantum berarti harus dicari tahu oleh pemimpin/pengkhotbah sebelum menyampaikan khotbahnya! 3. Rencana Aksi, Pertanyaan Refleksi dan Komitmen Doa Hampir sama seperti edisi sebelumnya, setiap renungan dalam Buku Bina Muda ini akan dilengkapi dengan Rencana Aksi, Pertanyaan Refleksi dan Komitmen/Doa. Hal ini dimaksudkan agar warga PPGT selalu berusaha untuk mewujudkan Firman Tuhan melalui tindakan nyata mereka. Jika ada tulisan yang tidak mencantumkannya, maka para pelayan harus memperhatikan dan membuatnya. 4. Singkatan Utama Singkatan untuk kitab-kitab dalam Alkitab disesuaikan dengan aturan baku LAI, tetapi beberapa singkatan penting dalam buku ini adalah misalnya: - Bdk. : Bandingkan - Ay. : ayat - Dll. : Dan Lain-lain. Selamat Melayani Tuhan melalui Pemuda! 4|P a g e



01 Januari 2020 Ayo’mi (Lukas 2:15-20) “Selamat tahun baru!” Apakah saudara ingat, berapa kali mengucapkan ‘ucapan tersebut’ hari ini? Itulah sapaan yang paling banyak diucapkan sepanjang bulan Januari ini. Saudara, tahun baru selalu identik dengan harapan baru. Harapan baru tentunya selalu berkaitan dengan sesuatu yang menyenangkan. Manakah yang lebih anda suka dengarkan dan menyenangkan buat anda : kabar baik atau kabar buruk? Ya, tentunya harapan kita adalah kabar baik lebih banyak kita dengarkan. Persoalannya adalah seringkali yang lebih banyak kita dengarkan adalah kabar buruk. Kalaupun ada kabar baik, belum tentu kabar baik itu benar-benar terjadi. Di era modern ini, banyak kabar baik yang hanya sekedar “hoax” (kabar palsu). Menarik sekali bahwa ketika para gembala mendengarkan kabar baik, mereka memberi respon positif, serta semangat untuk membuktikan isi berita itu, “Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.” (ay. 20). Pada bagian ini terungkap bagaimana respon mereka terhadap kabar baik yang mereka dengarkan. Tentunya respon itu tidak sekadar didorong oleh keinginan untuk membuktikan kebenaran dari berita yang mereka telah dengarkan, melainkan ada keyakinan serta harapan yang besar tentang kehadiran Juruselamat yang adalah sumber keselamatan dan berkat. Kesadaran utama para gembala yaitu berkat dan keselamatan itu bersumber dari Tuhan, Sang Mesias yang dijanjikan itu, sehingga hanya kepada Dialah kita memuji dan menyembah. Kesadaran seperti ini yang jarang dimiliki oleh sebagian anak muda, khususnya di hari pertama tahun baru. Berkat dan kebaikan Tuhan tentunya sudah pasti dan terbukti dalam kehidupan kita setiap hari. Setiap orang pun menerima berkat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya adalah berapa banyak orang yang merespon dengan sukacita atas kebaikan dan berkat Tuhan itu? Yang menerima berkat Tuhan, banyak! Tapi yang merespon berkat Tuhan dengan cara bersyukur dan memuji 5|P a g e



Allah, tentu jumlahnya tidak sebanyak yang menerima. Kita perlu belajar dari sikap para gembala yang kembali memuji dan memuliakan Allah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menjadi bagian dari orang-orang yang sudah merespon berkat Allah dengan memuji dan memuliakan Allah? Ataukah kita hanya menjadi bagian dari orang-orang yang hanya menerima berkat Allah saja lalu lupa untuk bersyukur? Saudara, jika kita mengamati jumlah kehadiran peserta ibadah di gedung gereja saat tahun baru, maka kemungkinan besar kita akan tiba pada kesimpulan bahwa ibadah tahun baru merupakan ibadah yang jumlah pesertanya sangat sedikit. Mengapa demikian? Energi sudah dihabiskan pada malam penyambutan tahun baru, ada yang minum minuman keras sampai pagi, nongkrong dengan teman-teman, bahkan dengan berbagai kegiatan yang tidak bermanfaat. Akibatnya, paginya digunakan untuk tidur sampai siang bahkan sampai sore dan tidak lagi memiliki kesempatan untuk beribadah. Kita yang hadir hari ini tentunya adalah orang-orang yang memiliki kerinduan untuk merespon berkat Allah di tahun baru ini. Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang lain? Mari kembali belajar dari para gembala yang saling mengajak rekannya yang lain untuk pergi ke Betlehem dengan kalimat “Marilah kita pergi!” Ajakan gembala tersebut kiranya juga menyemangati kita untuk mengajak teman-teman yang lain untuk ikut merespon berkat Allah dengan bersama-sama memuji Dia. Dalam bahasa sehari-hari si Makassar ajakan diungkapkan dengan kata “Ayo’mi . Sebab itu, salah satu cara yang paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk mengajak teman untuk beribadah, misalnya “Ayo’mi.. kita pergi ibadah”. Mari saudara, melalui kesempatan di hari pertama di tahun ini, kita mengambil komitmen untuk senantiasa merespon berkat-Nya dengan memuji dan memuliakan Allah, sambil berkata dalam hati “Ya Tuhan, kami bersyukur untuk semua berkat dan waktu yang Engkau anugerahkan bagi kami di tahun baru ini. Kami rindu bahwa berkat-Mu terus menjadi bagian kami dan kami pun memiliki kesadaran untuk merespon segala kebaikan dan berkat-Mu dengan mengucap syukur, memuji dan memuliakan nama-Mu. Sesungguhnya terlalu banyak godaan dan tantangan bagi kami untuk tidak melakukannya, karenanya kami mohon kekuatan Roh-Mu. Amin.”



6|P a g e



05 Januari 2020 Kemuliaan Tuhan di Wajahmu (Yesaya 60:1-7) Bro dan sist... Ada begitu banyak orang menggangap dirinya rendah seakan tak berarti dan tanpa tujuan hidup di dalam dunia. Saya pernah mendengar, melihat berita tentang seorang artis K-Pop yang bernama Sulli (Choi Jinri) yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena depresi akibat di-bully oleh Netizen. Di sisi lainnya, kita melihat orang-orang yang biasa memandang hidupnya penuh harapan. Mereka bisa bertahan untuk memperjuangkan banyak hal sehingga hidup mereka menginsprasi banyak orang. Nelson Mandela (Mantan Presiden Afrika Selatan) yang kematiannya membuat banyak orang berkabung, memberi kita pelajaran berharga betapa hidup yang singkat ini terlalu berharga untuk disia-siakan. Paul Walker (Pemain Film Hollywood) yang meninggal karena kecelakaan yang semasa hidupnya dipuja luar biasa, menjadi sosok inspirasi karena menjadi seorang ayah yang baik, artis yang konsisten dan penuh dedikasi, juga seorang dermawan. Orang-orang ini, berlawanan dengan yang pertama, menyadari bahwa hidup ini diberi Tuhan dengan segala kelimpahannya dan mesti dipakai juga untuk memberkati. Perjalanan tahun 2020 ini akan dimulai dengan berita janji Tuhan. Berita yang mengingatkan kita akan identitas yang tidak boleh luntur oleh kegelisahan dan kecemasan yang ada di dunia, ketakutan yang dimiliki oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah dan tidak mempercayai Allah. Berita ini kita dengar dari Deutro Yesaya (surat Yesaya yang Kedua) kepada umat Israel di zaman dahulu dan sekarang. Sebab, Roh yang diberi Tuhan bukanlah Roh Ketakutan, maka kita bisa berjalan dalam harapan, dalam optimisme bahwa semua dan bahkan segala sesuatunya akan berjalan dalam penyertaan dan tuntunan Tuhan. Semua keadaan yang buruk itu, baik yang datang karena pilihan-pilihan salah yang telah dibuat oleh umat manusia, ataupun karena kekuatan-kekuatan yang tak terhindarkan. Bahkan masalah-masalah yang seringkali membuat manusia menjadi pengecut dan menjadi serigala bagi sesamanya, bisa diselesaikan dengan penyertaan Tuhan. Setelah 150 tahun berlalu, tentunya Israel pesimis. Pesimis yang jika dibiarkan berlanjut (menurut para teolog), akan mendatangkan kemunduran iman. Tuhan Allah menginginkan langkah kaki orang Israel tidak boleh terhenti begitu saja hanya karena pembuangan, mereka harus 7|P a g e



mencari tujuan hidupnya. Bangsa yang galau ini, mesti diberikan kesadaran terus menerus bahwa Tuhan Allah selalu ada dan berjalan di sisi mereka untuk mendatangkan kebaikan secara terus menerus juga dalam hidup mereka dan dunia ini. Mereka-lah yang diberi kesempatan dan panggilan untuk membagikan terang dan keselamatan itu pada seisi dunia. Karena itu Yesaya mengungkapkan: "Bangkitlah, menjadi Teranglah, sebab terangmu datang dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu!” (ay. 1). Itulah kalimat pembuka yang menggugah semangat yang diberi TUHAN melalui Yesaya kepada umat manusia yang sedang galau, yang hidupnya dirundung kesedihan dan ketidakpastian, yang bathinnya dipenuhi dengan kesedihan dan kekalutan. Sudah bukan saatnya lagi, kita berpangku tangan, bersedih, bermuram, dan terpaku dengan kemalangan dunia ini. Dunia ini memang gelap tapi TUHAN menginginkan umatNya (gerejaNya) menghadirkan terang dengan tuntunan dan topangan Roh KudusNya sendiri. Rekan-rekan pemuda, Minggu Epifani bagi Gereja Protestan dipahami sebagai minggu-minggu penampakkan kemuliaan Yesus. Kemuliaan itu sendiri dilangsungkan dalam penggenapan janji keselamatan sebagai bukti cinta kasih Tuhan yang utama bagi seluruh manusia dan ciptaan. Kita masih tergetar dengan dengan peringatan akan peristiwa kedatangan-Nya melalui masa-masa natal. Kita terus digetarkan dengan cinta-Nya yang luar biasa yang dinampakkan melalui kerelaan-Nya menjamah dunia yang hina dan kotor ini, dengan kerendahan hati-Nya menyapa kita yang berdosa ini. Mari berpacu dengan waktu untuk terus menikmati Roh Natal yang mudah-mudahan tidak akan hilang dalam hidup kita sepanjang tahun ini. Semoga kita Tidak kehilangan sinar kemuliaan yang sudah diberi Tuhan bagi kita semua dan mau terus memancarkan terang bagi dunia yang gelap in melalui karakter sebagai umat yang dipanggil dan dipilih secara khusus, dan siap menjadi orang yang diberkati untuk memberkati. Selamat Merayakan Epifani! Amin! Rencana Aksi Pastoral: 1. Bagaimana anda memulai? Lakukan resolusi tahun baru anda. Tahun baru yang tidak akan jadi baru lagi ketika empat atau lima bulan lagi berlalu. Lakukan itu sebelum waktu akan cepat berlalu. 2. Buatlah catatan bersama: apa yang bisa kita rubah dalam hidup? Apa yang bisa kita lepaskan dari hidup? Dan apa yang janji Tuhan yang kita pegang? 8|P a g e



12 Januari 2020 Meruntuhkan Tembok Pembatas (Kisah Para Rasul 10:34-43) “Bhineka Tunggal Ika” semboyan ini bukanlah hal yang asing bagi kita para pemuda Indonesia. Kita sering menyerukan semboyan ini tapi nyatanya tidak semua kita menganut nilai dari semboyan ini. Berbeda-beda tapi tetap satu masih berupa wacana saja bagi banyak orang. Perbedaan merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan kita, namun kadang karena perbedaan justru kita tak bisa menerima satu sama lain. Perbedaan pandangan, komunitas, warna kulit, agama, gender dan sebagainya. Pada akhirnya kita membatasi diri dalam bergaul dan berinteraksi karena perbedaan-perbedaan tertentu dalam hidup ini. Salah satu perbedaan yang membatasi bangsa Israel dalam bergaul adalah perbedaan suku dan agama. Bangsa Israel menganggap orang-orang di luar suku mereka tak layak untuk mendapat keselamatan. Prinsip ini berdampak pada pembatasan diri mereka dalam berinteraksi dengan suku-bangsa yang lain. Dalam situasi seperti itu Rasul Petrus justru berinteraksi dan menyampaikan Injil kepada Kornelius yang adalah orang Romawi. Rasul Petrus percaya bahwa Allah tidak membedakan orang (ay.34). Bagi Allah yang terpenting adalah apakah dia takut akan Allah dan melakukan yang sesuai dengan kehendak-Nya (ay.35) Batasan-batasan itu jugalah yang diruntuhkan Yesus ketika melakukan karya-Nya sehingga kuasa Allah dalam diri-Nya digunakan untuk menyatakan kebaikan dan kesembuhan bagi siapa saja tanpa melihat latar belakang (ay.37-38). Inilah yang diberitakan oleh para Rasul (Petrus cs) kepada seluruh bangsa, bahwa Allah melalui Tuhan Yesus yang telah disalibkan dan bangkit pada hari yang ketiga mau menyatakan kasih-Nya kepada siapapun, dan siapa yang percaya kepada-Nya akan mengalami pengampunan dosa oleh karena



9|P a g e



nama-Nya, sehingga sebagai saksi-Nya Rasul Petrus mau melanjutkan berita itu kepada orang-orang lain di luar bangsa Israel (ay.39-43). Saat ini, perbedaan yang ada tidak hanya membuat kita membatasi diri dalam hal-hal tertentu, namun lebih parah lagi banyak kasus-kasus bullying terjadi diantara kita para pemuda disebabkan oleh hal ini. Kita tak ragu lagi mengintimidasi sesama hanya karena dia berbeda dengan kita. Tanpa disadari tembok pembatas telah tercipta diantara kita dan tak jarang melahirkan kebencian kepada sesama. Kasih Allah dalam Yesus Kristus telah membuat para Rasul berani mendobrak dan menembus tembok pembatas itu. Kasih itu pula telah dinyatakan kepada kita para pemuda Kristen, para penginjil terdahulu telah menerobos batasan-batasan yang ada demi sampainya berita kebenaran itu kepada kita. Tuhan Yesus, para Rasul, para Penginjil telah mengorbankan diri mereka demi mendobrak tembok-tembok pembatas itu, namun ironisnya kita malah membangun temboktembok pembatas yang baru. Pertanyaan Reflektif: 1. Tembok pembatas seperti apa yang belum saya runtuhkan dalam diri saya? 2. Mengapa tembok pembatas itu sulit diruntuhkan? Doa: Tuhan, tolong saya untuk meruntuhkan batasan-batasan dalam diri saya. Saya ingin menyatakan kasih-Mu kepada siapa saja tanpa melihat lagi status social, latar belakang, komunitas, agama dan hal-hal lain yang membuat saya tak sepenuhnya mau berbuat baik kepada sesama. Dalam nama Yesus Amin.



10 | P a g e



19 Januari 2020 “Tujuan hidupku” (Yohanes 1: 29-34) Berapa orangkah di antara kita yang sudah tahu atau memahami tentang tujuan hidup kita di dunia ini? Atau tahukah saudara kemana arah hidup saudara? (Biarkan peserta ibadah memberikan pendapatnya satu atau dua orang). Ada yang tahu tujuan hidupnya, tapi tidak sedikit ornag yang tidak tahu apa tujuan hidupnya. Itulah sebabnya mereka menajlani hidup seadanya, bahkan ada yang terlalu sibuk dengan berbagai hal karena tidak tahu kemana arah atau tujuan dari hdiupnya. Seharusnya setiap manusia itu tahu tujuan hidupnya, sama seperti ketika kita hendak bepergian ke suatu kota, tidak mungkin kita pergi begitu saja secara tiba-tiba tanpa pikirkan lebih dahulu mau buat apa atau ada urusan apa kita ke kota tersebut, meskipun itu hanya sekedar jalan-jalan saja. Dalam perikop bacaan kita ini, Yohanes mengungkapkan tentang siapa dirinya dan apa tujuannya ada di dalam dunia. Penjelasan Yohanes ini bermula dari pertanyaan di kalangan orang Yahudi pada perikop sebelumnya (ay. 19) yang pada saat itu yang diwakili oleh beberapa imam dan orang-orang Lewi tentang siapakah dirinya. Orang banyak itu mengira bahwa Yohanes adalah Mesias sebab Yohanes melakukan pembaptisan (ay. 25). Kalau kita baca Injil Sinoptik memang Yohanes Pembaptis membaptis dengan air dan baptisan itu adalah baptisan pertobatan untuk menyiapkan diri untuk kedatangan Mesias. Tapi pada bagian ini dijelaskan juga bahwa Yohanes Pembaptis memang membaptis dengan air untuk pertobatan, tetapi itu bukan tujuan akhirnya, tujuan akhirnya adalah supaya Yesus dinyatakan kepada Israel. Bahwa Yesuslah Anak Domba Allah yang menghapus dosa yang untuk kedatanganNya maka Yohanes diutus ke dalam dunia untuk mempersiapkannya. Meskipun Yohanes sendiri pada mulanya tidak mengenalNya. Hal ini diucapkan dua kali oleh Yohanes yaitu pada ayat 31 & 33. Lalu darimana Yohanes kemudian tahu/kenal Yesus? Yaitulah dari Dia (Allah) yang mengutus Yohanes dengan petunjuk: ” Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus” (ay. 11 | P a g e



33b). Dan Yohanes telah melihat hal tersebut terjadi atas Yesus (bdk. Mat. 3:13-17). Inilah bedanya, Yohanes membaptis dengan air sebagai persiapan kedatangan Yesus dan ketika Yesus datang Dia akan membaptis dengan Roh Kudus (bdk. Yes. 11:1-2). Itu artinya apa? Ialah bahwa Yesus akan mencurahkan Roh KudusNya pada umatNya sehingga seluruh hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus. Mungkin diantara kita ada yang belum jelas arah atau tujuan hidupnya sehingga jalani hidup tanpa tujuan, bahkan mungkin ragu dengan kehidupan itu sendiri karena terasa berat dengan berbagai pergumulan/ tantangan. Tapi sebagai seorang Kristen, seharusnya kita tahu bahwa tujuan hidup kita adalah memperkenalkan Krsitus pada dunia untuk kemuliaan Tuhan. Mengapa? Sebab Dia telah hadir ke dunia melayani kita dengan menjadi Mesias. Bahwa Dialah Anak Allah yang hadir ke dunia menebus dosa manusia. Seperti Yohanes, sangat tahu diri dan tahu tujuan dari kehadirannya, setiap pengikut Kristuspun seharusnya tahu siapa dirinya di hadapan Tuhan sehingga dengan jelas juga tahu tujuan hidupnya, ke mana arah hidupnya dan dengan penuh sukacita mewujudkannya. Aksi Pastoral: Masing-masing catat diselembar kertas, apa yang jadi tujuan hidupmu, dan bagaimana mewujudkannya. Respon: Apa yang teman-teman tulis biarlah itu jadi komitmen pribadi dengan dituntun Roh Kudus kita wujudkan, kita aminkan Firman ini sambil kita mengangkat pujian kita: “ Hidup ini adalah kesempatan”



12 | P a g e



26 Januari 2020 Aku Rindu (Mazmur 15:1-5) Yang namanya penyakit ada penyakit jasmani, dan ada penyakit rohani. Penyakit rohani lebih berbahaya dibandingkan penyakit jasmani. Penyakit rohani biasanya tidak disadari kecuali oleh orang lain juga. Misalnya orang yang sombong, tidak akan sadar dirinya sombong. Malah tersinggung kalau dibilang sombong. Karena berbagai penyakit mengintai hidup kita, kita perlu menjaga hati dan pikiran kita dari segala “penyakit” kehidupan. Sebab untuk dapat setiap saat mengalami perjumpaan dengan Tuhan, juga sangat dipengaruhi oleh kehidupan rohani kita. Hal ini yang menjadi dasar dari bacaan kita pada saat ini. Betapa Daud rindu berada di rumah Tuhan. Ia rindu tinggal di sana dan bersekutu dengan Tuhan. Daud berharap ia bisa mengunjungi Tuhan setiap waktu di rumahNya. Menjadi tamu di rumah Tuhan. Akan tetapi, untuk berjumpa dengan Tuhan, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Daud memulai dengan pertanyaan, siapa yang bisa datang ke rumah Tuhan. Yang bisa datang ke rumah Tuhan adalah yang berlaku tidak bercela, adil, berkata kebenaran dengan segenap hati (ay.2). Yang bisa datang ke rumah Tuhan adalah yang tidak menyebarkan fitnah, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya (ay.3). Yang memandang hina orang yang tersingkir, memuliakan orang yang takut Tuhan, berpegang pada sumpah, walaupun rugi (ay.4). Yang tidak meminjamkan uangnya dengan riba, tidak menerima suap. Dari hal tersebut, kita dapat katakan bahwa salah satu faktor pernting dalam perjumpaan dengan Tuhan adalah hubungan kita dengan Tuhan itu sendiri. Hidup tidak bercela dan melakukan keadilan dan kebenaran, menyebarkan fitnah, mampu menempatkan diri dan menolong sesame adalah cara yang dianjurkan untuk mewujudkan perjumpaan dengan Allah. Jika kita merenungkan tindak tanduk kita, tutur kata, cara berpikir kita setiap hari dalam hubungan dengan sesama, apakah 13 | P a g e



semua itu telah digerakkan berdasarkan kerinduan berjumpa dengan Tuhan, mengalami hubungan yang dalam dengan Tuhan. Sebab dengan beriman dan bergaul di dalam Tuhan, maka secara otomatis mestinya kita hidup menjauh dari sifat-sifat kedegilan dengan menghidupi kasih Tuhan. Orang-orang yang rindu dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka hidupnya pula tentu melakukan kebenaran. Pertanyaan Reflektif : Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan pemuda agar hidupnya berkenan dihadapan Tuhan. Respon : Berkatilah kami, umatMu yang lemah agar penuh kekudusan kami menghampiri hadiratMu.



14 | P a g e



02 Februari 2020 ‘Nggak Nyambung (I Korintus 1:18-31) ‘Nggak nyambung adalah istilah yang sering digunakan ketika tidak sepaham dalam mengungkapkan sesuatu. “ih..gk nyambung...ih..taek liu ya na nyambung”. Menurut anda apa yang kadang membuat kita sering tidak nyambung atau membuat kita bertentangan baik antara anak dan orang tua maupun didalam persekutuan? (berikan kesempatan kepada peserta ibadah untuk menjawab secara spontan) Dalam bacaan ini, terjadi ketidaknyambungan bahkan pertentangan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Orang Yahudi menghendaki tanda dan orang Yunani mencari hikmat. Adapun ciri khas orang Yahudi adalah selalu bertindak berdasarkan fakta atau realita, bukan berdasarkan teori saja sedangkan orang Yunani menekankan bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh melalui filsafat dan logika atau dengan memakai otak dan pikiran manusia sendiri. Bagi mereka Injil dan Salib Kristus adalah suatu kebodohan karena tidak masuk akal bahwa seorang yang sudah mati dapat menyelamatkan orang lain sehingga bagi kedua golongan kebudayaan besar itu injil merupakan berita yang sulit untuk diterima dan harus ditolak. Dengan adanya pertentangan dan ketidak-nyambungan ini, Rasul Paulus menegaskan bahwa: 1. Bagi orang percaya Salib adalah kekuatan Allah atau hikmat Allah yang menyelamatkan. Hal itu hanya bisa diterima dan dimengerti dengan Iman tidak dengan akal manusia. Rasul Paulus mempersandingkan hikmat Allah dengan hikmat manusia. Rasul Paulus menyatakan bahwa hikmat Allah adalah kebenaran, kasih, damai sejahtera yang abadi. Sedangkan hikmat manusia(hikmat dunia) sesuai kebutuhan dan kepentingan, bersifat sementara dan tercemar oleh Dosa. Hikmat Allah itu telah terwujud dalam diri Yesus, memang kematian Kristus dianggap “bodoh dan lemah” karena dipandang dari sudut duniawi tetapi sesungguhnya perbuatan Allah melalui Salib melebihi segala hikmat dan kekuatan manusia. (Ay.18-23). 15 | P a g e



2.



Orang yang dipanggil adalah mereka yang telah percaya kepada Injil, karena orang-orang yang demikian dapat mengerti bahwa salib Kristus merupakan kekuatan Allah dan hikmat Allah untuk mengalahkan kuasa dosa dan maut (ay.24-25).



Rasul Paulus memberitakan injil dan salib Kristus bukan dengan kefasihan berbicara dengan kata-kata yang indah, tetapi ia memberitakan Yesus dengan bahasa yang jelas, Bahwa Yesus yang disalibkan adalah anak Allah dan juruselamat manusia. Kita sekarang sebagai generasi milenial hidup pada zaman rasional, banyak hal yang sering diperdebatkan yang tidak masuk akal, Tetapi apakah zaman ini membawa manusia pada hidup yang lebih bahagia? Bukankah manusia semakin kuatir? Kenyataan yang ada bahwa banyak orang yang membangun dusta dengan rasional pula. Dan Sebagai generasi milenial kita tidak anti dengan rasional/kepintaran, tetapi hendaklah semua itu membangun hidup untuk percaya pada Kristus bukan untuk memegahkan diri . Tidak bisa juga dipungkiri bahwa Dizaman sekarang ini banyak orang cenderung lebih tertarik mendandani penampilan luar dengan “balutan Rohani” demi membangun reputasi didepan manusia, Namun Allah tidak tertarik dengan topeng semacam itu, hatiNya terpikat pada orang yang menyadari ketidakberdayaannya dan bersedia mengandalkan kehadiran dan kekuatan Tuhan. Pertanyaan reflektif : Apakah kita sebagai generasi milenial sudah hidup dalam hikmat Allah? Ataukah sebaliknya kita hidup dengan hikmat duniawi kita dengan kesombongan, dan kekuatan yang kita miliki? Komitmen: Saya akan Terus berhikmat dalam hidup ini, sebagai orang yang dipanggil yang telah percaya kepada Injil., saya tidak akan bermegah atas apa yang saya miliki, namun saya harus bermegah didalam Tuhan. Amin. Dianggap Bodoh oleh Dunia adalah keuntungan, karena dengan itu orang akan melihat kebesaran Allah, Bukan kebesaran kita. 16 | P a g e



09 Februari 2020 The Chamber Of Secrets (1 Korintus 2:6-16) “Kamar rahasia telah dibuka...” potongan kalimat yang ditulis dengan darah, tergantung dekat kucing kesayangan Mr. Flich. Kucing tersebut bernama Mrs. Noris. Ini adalah salah satu adengan dalam film seri kedua Harry Potter, The Chamber of Secrets. Kamar rahasia yang hanya dapat dibuka oleh keturunan Slytherin dengan mempergunakan bahasa tertentu. Bahkan penyihir hebat seperti Dombledore tidak dapat membuka ruangan ini. Bagi Rasul Paulus, memahami salib tidak bisa dengan pengetahuan yang berasal dari dunia ini (hikmat dunia), yang memang dimiliki oleh orang dunia ini, yang menganggap dirinya paling berhikmat, yakni penguasa-penguasa (ay.6). Hikmat untuk memahami itu hanya berasal dari Allah sendiri, dan hanya diberikan kepada mereka yang telah matang, tersembunyi, rahasia, yang disediakan untuk kemuliaan orang percaya. Hanya untuk orang yang percaya kepadaNya. Untuk kalangan sendiri. Mengapa penguasa dunia, sekalipun berhikmat, namun tidak dapat mengenal dan mengetahui rahasia yang tersembunyi? Penguasa (pemimpin agama dan Pilatus) adalah orang yang terpilih untuk memimpin karena pengetahuan dalam banyak hal: militer, politik, ekonomi, sosial budaya, filsafat, agama dan sebagainya. Sekalipun mereka memiliki pengetahuan itu, namun mereka tidak memiliki hikmat Ilahi, jika mereka memilikinya tentu tidak akan menyalibkan Yesus (ay. 8). Rahasia itu hanya dapat terbuka dan diakses melalui Roh Kudus. Hikmat, yang adalah rahasia ilahi itu, hanya disediakan bagi mereka yang mengasihi Dia (ay. 9). Tidak ada yang dapat mengetahui pikiran Allah selain dari pada Roh Allah sendiri (ay. 11). Menjadi manusia yang diberi jalan untuk tahu karunia Allah, sehingga dapat menafsirkan hal-hal rohani, berkata-kata tentang karunia Allah bahkan memiliki pikiran yang sama dengan Kristus, maka seseorang harus menerima roh yang berasal dari Allah (ay. 12-16). Manusia duniawi kita tidak dapat menjangkau hal-hal yang rohani dari Allah.



17 | P a g e



Adalah satu kehormatan besar jika kita menjadi orang-orang yang diberikan jalan khusus untuk memahami rahasia dan memiliki hikmat dari Allah. Ibarat seseorang yang memiliki kartu khusus untuk masuk ke dalam ruang yang hanya berlaku bagi orang tertentu. Itu pun hanya diberikan kepada orang yang telah matang (dewasa dalam karakter mental dan moral) serta mencintai Allah. Kematangan mental dan moral tidak dibentuk oleh pengetahuan yang berasal dari dunia, sebab itu hanya menjadikan kita sebagai manusia duniawi. Kepada kita hikmat Allah telah dibukakan, ruang itu bukanlah ruang yang rahasia lagi bagi kita. Ruang yang lama tertutup bagi banyak orang bahkan bagi dunia ini, tetapi kepada kita diberikan hak istimewa untuk mengetahuinya, yakni salib Kristus adalah jalan keselamatan. Mencari dan memiliki hikmat atau pengetahuan dunia adalah penting, namun mencari dan memiliki hikmat Allah adalah dasar dari semua pengetahuan, sebab hanya dengan itu kita menyatakan cinta kasih kepada Allah serta dipandang telah matang. Roh Kuduslah yang bekerja dalam hati kita, membuka, memperkenalkan dan membuat kita mengerti hikmat Allah di balik salib Kristus. Pertanyaan bagi kita sekarang adalah: 1) Seperti apakah kedewasaan (kematangan) yang perlu dimiliki oleh setiap pemuda dalam hidup (keluarga, persekutuan, dan masyarakat)? 2) Usaha apakah yang perlu kita lakukan untuk memiliki “kunci” kepada hikmat Allah yang tersembunyi? Memiliki pengetahuan duniawi (hukum, filsafat, sosial budaya, dan sebagainya) menjadikan kita terhormat bagi dunia (masyarakat atau kelompok) tapi tidak memberikan kita kehormatan dari Allah untuk mengetahui rahasia-Nya. Karena itu, mencari hikmat Allah melalui ketaatan dan kesetiaan dengan merenungkan firman-Nya, tidak hanya menjaminkan karunia roh tapi juga menjadikan kita memiliki pikiran yang sama dengan Kristus.



18 | P a g e



16 Februari 2020 Pembunuhan Karakter (Matius 5:21-37) “Mulutmu Harimaumu” dan “Luka tapi tidak berdarah” adalah ungkapan yang biasa kita dengarkan atau bahkan sering kita ungkapkan sehari-hari dalam pergaulan. Entah itu kita ungkapkan kepada teman, sahabat dan orang lain yang kita jumpai. Hal ini biasanya muncul untuk mengungkapkan kekesalan atau mengingatkan seseorang yang tidak mengontrol ucapan dengan baik atau bahkan biasa ada yang memposting dimedsos untuk menyinggung seseorang. Begitu berpengaruhnya sebuah kata bagi orang lain, sehingga kata itu bisa menguatkan seseorang tetapi bisa juga membuat orang menjadi lemah dan bahkan terpuruk. Bacaan ini adalah masih bagian dari Khotbah Yesus di Bukit. Dia mengungkapkan hukum Taurat yang mengatur tentang bagaimana relasi yang baik dengan sesama. Yesus mengungkapkan dalam khotbahnya bagaimana pemahaman keliru Ahli Taurat tentang Hukum Taurat yang dilakukan dan dipahami secara harafiah. Hukum itu yaitu jangan membunuh, jangan berzinah, jangan bersaksi dusta (bersumpah palsu). Dia menjelaskan bahwa perkataan juga dapat membunuh seseorang, dengan mengata-ngatai seseorang dengan kata Kafir dan Jahil saja sudah dikatakan membunuh (ay. 21-26). Kafir adalah perkataan yang menghina yang muncul dari kesombongan. Jahil adalah rasa dendam yang berasal dari kebencian. Kemudian selanjutnya baru memandang, memikirkan serta menginginkan seseorang saja sudah berzinah dengan orang tersebut dalam pikiran kita (ay. 27-32). Dan terakhir tentang sikap jujur dalam setiap perkataan dengan tidak bersumpah untuk membenarkan diri, jika Ya katakan Ya, Jika Tidak katakan tidak (ay. 33-37). Semua hal ini dinyatakan Yesus, sebagai bentuk pelaksanaan langsung dari sebuah Hukum Taurat, melalui hal yang sangat sederhana yang sering dilakukan orang Yahudi. Melakukan hal-hal kecil yang dikehendaki Allah bagi sesama kita, adalah sebuah cara untuk mewujudkan Damai Sejahtera Allah bagi dunia ini. Ucapan yang membangkitkan motivasi dalam suatu persekutuan itu diperlukan agar persekutuan kita dalam pemuda yang 19 | P a g e



baik itu terbangun dan tetap eksis. Namun seringkali yang muncul justru malah pembunuhan karakter, selalu menyalahkan jika ada yang salah dan tidak melihat apa yang baik yang sudah berjalan. Lebih banyak fokus kepada kesalahan dan mengabaikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Biasanya jika seseorang sedang marah yang disertai dengan emosi, kata-kata yang keluar dari mulutnya pasti akan menyakitkan. Hal tersebut biasanya menimbulkan ketersinggungan dan pada akhirnya persekutuan tidak berjalan dengan harmonis. Contoh kongkrit ketika ada laporan pertanggung jawaban sebuah kegiatan yang menjadi fokus pesertanya adalah kesalahan dari pelaksanan kegiatan. Tapi tak jarang juga kita fokus pada pencapaian yang baik dalam kegiatan tersebut. Sikap lemah lembut, penuh pengampunan, berpikir positif yang disertai dengan kejujuran dalam persekutan pemuda akan membangun karakter yang makin serupa dengan Kristus. Pertanyaan Reflektif: Bagaimana mengontrol perkataan agar ketersinggungan yang berkepanjangan?



20 | P a g e



tidak



menimbulkan



23 Februari 2020 Tunduk Tiap Hari (Mazmur 99:1-9) Mungkin kita sering mendengar istilah ‘kering rohani’, termasuk dalam beribadah. Seakan-akan ibadah yang dilakukan atau dijalani sebatas rutinitas, hambar dan segera berlalu begitu saja. Ada juga yang menganggap ibadah hanya sebatas bertemu dengan orang lain, terutama dengan teman-teman. Apakah anda pernah mengalaminya? Jika ya, tentu kita bertanya, mengapa demikian? Pertanyaan tersebut akan menuntun kita untuk merenungkan kembali kehidupan spiritual yang kita jalani, terutama ibadah yang kita lakukan. Mazmur yang kit abaca hari ini memperlihatkan dua hal penting: Pertama: kebesaran dan keagungan Tuhan. Kebesaran dan keagungan Tuhan tersebut nyata dalam segala bidang kehidupan, sehingga pemazmur menggambarkannya dalam berbagai ungkapan iman. Pemazmur menggambarkan Allah sebagai Raja, tetapi Ia adalah Raja yang berbeda dari raja dunia karena kekuasaannya yang tidak terbatas atas wilayah tertentu saja, melainkan atas seluruh bangsa (ay. 1-2) serta kekudusan Allah yang tergambar dalam konsistensiNya menegakkan hukum dan keadilanNya atas Israel (ay. 4). Kedua: pemazmur kemudian menjelaskan Allah yang dahsyat dan berkuasa atas sejarah kehidupan orang Israel itulah yang menjadi pusat dari peribadahan mereka. Tidak hanya sampai di situ, Allah itu jugalah yang menjadi sumber dari segala hukum yang mengatur kehidupan orang Israel. Allah adalah pusat kehidupan Israel, sebagaimana tergambar dalam ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Dengan demikian, ibadah dan kehidupan orang Israel adalah respon terhadap karya Allah tersebut. Dua hal penting yang muncul dari bacaan kita ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Allah dikenal sebagai Raja karena: kekuasaannya berlaku atas semua orang, 2) kehendakNya dikenal, baik melalui hukumhukumNya yang mengatur kehidupan maupun melalui FirmanNya yang disampaikan melalui orang-orang pilihan seperti Musa, Harun dan Samuel (ay. 6). 3) perbuatan-perbuatanNya yang dahsyat seperti tiang api membuatNya dihormati (ay.7). Sebagai respon, Orang Israel mesti menyembah Dia, mengenal kehendakNya melalui hukum-hukum kehidupan yang telah difirmankanNya dan hidup dalam ketaatan. 21 | P a g e



Kita tentu bertanya, apakah refleksi iman ini hanya untuk Orang Israel saja? Bagaimana dengan kita Orang Kristen? Jika kita memperhatikan keseluruhan isi Alkitab, isi Perjanjian Lama bukan bagian terpisah dari isi Perjanjian Baru. Lihatlah bagaimana cara pemazmur menggambarkan Allah sebagai Raja, maka kita tentu menemukan sosok Raja tersebut secara langsung dalam diri Yesus Kristus (band. Mat. 16:28, Mat. 21:1-11). Ia adalah Raja yang berbeda dengan raja dunia, di mana KerajaanNya diperintah bukan dengan cara-cara duniawi, melainkan dengan cara Allah sendiri, yakni dengan kasih dan pengampunan Allah di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sebagai Orang Kristen, kita merespon karya Allah dalam diri Yesus Kristus tersebut melalui ibadah dan seluruh aspek kehidupan kita. Dialah Raja kita, yang menguasai dan mengatur kehidupan kita dengan kekuasaan, kasih dan hukum-hukumNya yang kita kenal melalui kesaksian Alkitab. Firman Tuhan ini membuat kita mesti merenungkan kembali ibadah yang kita lakukan selama ini dan kehidupan kita secara keseluruhan. Pertama, kita mesti memeriksa cara beribadah dan cara hidup kita, sejauhmana kita memaknai karya Allah di dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan. Ibadah kita mestinya adalah luapan sukacita kita melihat perbuatan Allah yang besar bagi dunia ini yang memuncak di dalam diri Yesus Kristus Sang Juruselamat kita. Sehingga ibadah kita menjadi ibadah yang hidup dan menghidupkan, karena kita tahu kepada siapa kita mengalamatkan puji-pujian, doa dan ungkapan iman kita, yaitu kepada Allah sendiri. Kedua, jika kita mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Raja dalam kehidupan kita, maka kekuasaanNyalah yang berlaku atas hidup kita. Sehingga seluruh hidup kita terarah kepadaNya, Dialah pusat kehidupan kita. Bagaimana kita mengenal kehendakNya? Sebagaimana Orang Israel menjalani kehidupan di bawah kehendak Allah yang dikenal melalui hukum-hukum yang diturunkanNya, demikian juga kita Orang Kristen menjalani kehidupan di bawah kehendak Kristus yang kita kenal melalui Firman Allah di dalam Alkitab. Sembahlah Dia, karena segala hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah. Pertanyaan reflektif  Apakah Allah yang menjadi pusat ibadah dan kehidupan kita?  Apakah jawaban iman kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah? Doa: Tuhan, mampukanlah saya untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dari ibadah-ibadah yang saya lakukan dan di semua yang saya lakukan di sepanjang kehidupanku. Amin. 22 | P a g e



01 Maret 2020 Nikmat tapi Hancur (Kejadian 2:15-17;3:1-7) Dalam teori kesehatan, sebagian besar penyakit yang diderita oleh manusia disebabkan oleh pola makan yang tidak baik. Penelitian membuktikan bahwa mengkonsumsi makanan yang berlebihan lemak dapat mengakibatkan kegemukan dan berpotensi menimbulkan hipertensi dan serangan jantung. Begitupun mengkonsumsi makanan yang mengandung gula yang berlebihan juga sangat tidak baik untuk kesehatan. Padahal, sebagian besar makanan yang enak dan menarik hati itu adalah makanan yang mengandung banyak lemak dan gula. Namun, justru banyak manusia yang tidak menghiraukan hal ini dan terus saja mengkonsumsinya. Dosa….. dosa adalah sebuah hal yang selalu menarik untuk dilakukan, walaupun semua orang tahu bahwa dosa adalah pelanggaran sekaligus perlawanan terhadap kehendak Allah. Begitu menariknya sehingga manusia Adam & Hawa memilih untuk mendengar Iblis dan jatuh kedalam dosa (ay. 6). Kisah masuknya dosa kedalam dunia dimulai dari betapa manusia (Hawa & Adam) begitu tertarik akan perkataan sang Iblis dan pada pohon itu. Sang perempuan memberi diri untuk mendengar perkataan Iblis yang memutarbalikkan Firman Tuhan (Kej. 2:16-17), dalam posisi ini mestinya sang perempuan menolak perkataan Iblis juga sang Laki-laki mesti mencegah Hawa, namun karena manusia tidak dapat tahan uji & tidak dapat mengendalikan keinginannya, maka pemberontakan terhadap Allah terjadi. Kejatuhan kedalam dosa ini, bukan hanya salah sang ular namun letak kesalahan utama ada pada manusia (Hawa & Adam) yang tidak tahan Uji dan tidak tegas melawan dosa, malahan membuka ruang berdiskusi dengan Iblis (ay.1-5). Kisah penggodaan Iblis inipun juga terjadi pada kitab Matius yang dialami oleh Yesus Kristus (Matius 4:1-11), namun berbeda, Yesus merespon ujian besar/berat ini dengan tegas menolak seluruh tawaran Iblis yang begitu menyenangkan datang pada-Nya. Yesus dalam keadaan yang sulit, tersiksa karena kelaparan dan lelah secara fisik dan batin, namun Dia mampu mengendalikan diri sehingga tidak jatuh kedalam ajakan Iblis. Dan 23 | P a g e



dalam kesempurnaan Yesus Kristus melawan godaan inilah, Dia mampu menuntaskan misinya menyelamatkan manusia. Dalam hidup ini, ada banyak sekali hal yang kelihatannya baik dan sedap, serta menarik hati untuk kita nikmati. Namun belum tentu yang menarik dipandangan dan rasanya sedap itu mendatangkan kebaikan bagi hidup kita, seperti makanan yang berlemak dan mengandung gula yang berlebihan yang justru mengancam kesehatan kita jika dikonsumsi secara berlebihan. Bahkan hal yang enak justru berpotensi dan mengancam kita jatuh kedalam dosa. Hasrat yang tidak mampu dibendung oleh manusia akan membuat seseorang akan dihancurkan oleh dosa. Adam dan Hawa mengalami bahwa iblis telah mengelabui mereka pada sebuah penampakan yang baik dan menarik hati saja. Situasi seperti ini sedang dialami oleh pemuda saat ini dimana kehidupannya sedang diperhadapkan pada begitu banyaknya hal yang baik, sedap, dan menarik hati dan siap untuk menggiring hidupnya kepada dosa. Seks bebas, narkoba, judi, hoax, penggunaan media social yang tidak terkontrol dan berbagai kenikmatan kehidupan modern lainnya telah mengancam kehidupan kita untuk jatuh kedalam dosa dan merusak hubungan kita dengan Tuhan. Lalu apa yang dapat membentengi hidup kita selaku orang percaya, khususnya PPGT? Tidak lain adalah iman kita dimana selaku orang beriman kita percaya bahwa kita telah diselamatkan oleh Yesus Kristus dan selayaknyalah keselamatan itu terus dijaga dengan tidak melakukan pemberontakan kepada Allah melalui perbuatan duniawi. Pertanyaan Reflektif: 1. Apa hasrat/keinginan terbesar dalam diri manusia saat ini yang sulit dibendung dan dapat membuat hidup kita terbawa kedalam dosa? 2. Relasi/hubungan seperti apa yang semestinya kita bangun dengan Tuhan agar mampu membuat kita tidak mudah terbuai dengan kenikmatan duniawi? Doa: Ya Allah Tuhan kami, tolonglah agar selaku pemuda-pemudi, kami tidak terjebak pada kenikmatan-kenikmatan dunia yang dapat menjerumuskan kami ke dalam dosa, karna kami adalah anak-anakmu yang telah Engkau selamatkan di dalam Yesus Kristus, Amin 24 | P a g e



08 Maret 2020 Berubah Itu “Manis” (Yohanes 3:1-21) Seekor kupu-kupu tidak akan pernah dikagumi oleh manusia jika dirinya tidak berubah. Saat dia masih berupa kepompong tentu tidak kelihatan cantik, namun dia butuh perubahan dan perjuangan untuk bisa keluar dari kepompong itu . Ketika sudah keluar dari kepompong itu maka terlihatlah kupu-kupu yang sangat cantik dan dikagumi oleh banyak orang. Terbukti kan? Berubah itu manis, guyss! Seorang Farisi yang juga pemimpin agama Yahudi yaitu Nikodemus datang kepada Yesus pada malam hari (ay. 2). Kemungkinan besar Nikodemus takut ketahuan oleh orang lain sehingga menjumpai Yesus di malam hari. Kalau ketahuan bisa saja Nikodemus akan dicaci, dihina, diejek ataupun dijauhi oleh sesamanya orang Yahudi. Tetapi hal itu tidak menghalangi dan membuat Nikodemus takut untuk datang kepada Yesus. Kedatangan Nikodemus menemui Yesus pada malam hari yang beresiko itu ternyata tidak siasia. Ini adalah malam yang terpenting dalam hidupnya dan merupakan percakapan terpenting dengan Yesus yang mengubah hidup Nikodemus selanjutnya, sehingga dia sendiri bertindak mengusahakan 50 Kati rempah-rempah untuk mayat Yesus sebelum dikuburkan (Yoh. 19:39). Nikodemus mengalami perubahan dalam hidupnya ketika dia berani meninggalkan zona nyaman dan mau mengambil resiko pada saat itu. Justru keberanianya datang kepada Yesus membawa perubahan dalam kehidupannya. Nikodemus berdiskusi dengan Yesus dan Yesus menjelaskan bahwa tidak ada orang yang dapat melihat Kerajaan Allah tanpa dilahirkan kembali (ay 3). Melihat Kerajaan Allah berarti beroleh hidup yang kekal, dan itu bisa terjadi bila seseorang mengalami pembaruan melalui karya Roh Kudus. Dilahirkan kembali berarti mau menerima dan percaya kepada Yesus serta hidup di dalam terang sesuai dengan kehendak Allah (ay 16,21) Sebagai pemuda yang percaya kepada Kristus dalam hidup ini, kita juga harus melakukan pembaharuan untuk semakin serupa dengan Kristus. Melakukan perubahan ke arah yang lebih baik memang terkadang menakutkan, membuat kita tidak nyaman, bingung, dan 25 | P a g e



sulit untuk beradaptasi karena kemungkinan besar ada yang tidak setuju, ada yang menentang bahkan mungkin saja akan banyak yang membenci kita. Akan tetapi perubahan itu perlu dilakukan bila ingin berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Berubahlah sekarang selagi masih ada waktu dan kesempatan. Jika perubahan itu adalah yang terbaik maka seharusnya kita tidak takut untuk berubah. Untuk kesuksesan hari ini dan di masa depan, maka perubahan adalah hal pilihan paling baik yang mesti dilakukan. Perubahan memberikan pandangan baru mengenai hidup. Perubahan juga memunculkan ide dan cara baru untuk menjalani hidup ini bersama dengan Kristus. Sebuah kepompong tidak akan pernah dikagumi jika dirinya tidak berubah menjadi kupu-kupu. Kamu tidak akan pernah berubah jika kamu hanya duduk dan berangan-angan untuk berubah. Rekan-rekan pemuda, Allah mau supaya kita semua bangkit dari tempat duduk, dari zona nyaman, dari pola kehidupan yang lama dan mulailah lakukan sesuatu yang baru dan berkenan kepadaNya. Allah mau supaya kita memikirkan apa yang belum maksimal dan perlu untuk diperbaiki dalam hidupmu. Satu perubahan dalam hidupmu hari ini menjadi jalan untuk seribu kesuksesan dan kebaikan di masa depan. Awalnya, perubahan memang sulit dan menantang, tetapi yakinlah bahwa buah perubahan dalam hidupmu tak pernah berakhir pahit. Karena di mata Allah sendiri, berubah untuk semakin lebih baik, serta melakukan pembaharuan hidup itu selalu akan berakhir manis! Pertanyaan Reflektif: 1. Apa yang ingin kamu baharui dalam hidupmu? 2. Apa yang akan kamu lakukan untuk memulai perubahan itu? 3. Tantangan apa yang akan menghalangi atau dapat timbul dari perubahan itu? Doa: Tuhan mampukan aku untuk membaharui hidupku ini menjadi pribadi yang semakin lebih baik dan semakin mengenal Engkau. Amin.



26 | P a g e



15 Maret 2020 “Status Mantul” (Roma 5:1-11) Status menentukan posisi. Ini adalah pernyataan yang sering kita dengar dalam masa-masa menjelang perhelatan demokrasi (pemilihan umum) atau dalam penentuan jabatan dalam dunia kerja. Dalam PPGT istilah ini juga sering terdengar ketika menjelang pemilihan pengurus mulai dari lingkup Sinodal sampai tingkat jemaat. Walaupun kata “status” sendiri sebenarnya berarti keadaan atau kedudukan, namun untuk masa sekarang, istilah ini sudah dipahami meluas kepada usia, pernikahan, pekerjaan, bahkan sebagai tampilan tulisan dalam media sosial (facebook misalnya). Di hadapan Allah, status juga rupanya menjadi hal penting yang harus kita perhatikan. Roma 5:1-11 dibuka dengan pernyataan sangat tegas: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (ay. 1). Di hadapan Allah, status kita hanya satu: “yang dibenarkan karena iman”. Implikasi atau akibat dari pembenaran tersebut adalah kita diberi kesempatan menikmati damai sejahtera “dengan Allah”. Baik status “dibenarkan” maupun “kesempatan” ini terjadi karena karya Allah sendiri melalui penebusan yang dilaksanakanNya dalam Yesus Kristus. Penebusan tersebut mendamaikan manusia dengan Allah sendiri, sehingga manusia dianggap sebagai orang benar yang “layak” menikmati damai sejahtera. Karena itu, Pengakuan Gereja Toraja dengan tegas menyampaikan pesan teologis bahwa keselamatan dan kesejahteraan kita kini dan nanti itu tidak tergantung pada persembahan-persembahan seperti: kurban binatang, amal, kebajikan serta kesalehan kita. Keselamatan dan kesejahteraan kita sepenuhnya bergantung pada pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. (PGT Bab IV Poin 7) Di Toraja paham bahwa keselamatan dan kesejahteraan bisa didapatkan dengan kurban binatang, amal, kebajikan dan kesalehan masih berpengaruh. Ketika ditanya tentang tujuan membawa hewan kurban pada acara rambu solo’, masih ada saja yang mengatakan bahwa itu adalah untuk “orang mati” atau untuk menyempurnakan si 27 | P a g e



mati dalam proses “masuk surga” atau “membali Puang” (menjadi Tuhan), sehingga dia bisa datang memberkati kaum keluarganya. Di tempat lain, ketika orang-orang berbuat baik, itu dilakukan agar mendapat berkat Tuhan. Padahal sangat jelas hari ini dalam pembacaan kita, bahwa keselamatan dan kesejahteraan kita adalah “status” yang dilekatkan hanya melalui pengurbanan Yesus Kristus bagi kita (Bnd. Yoh. 14:6). Jelas pulalah bahwa status tersebut sekalikali tidak bisa dibeli dengan apapun, termasuk dengan upaya untuk selalu eksis berbuat baik agar mendapat berkat, sebab yang baik itu adalah tanda rasa syukur karena “status” kita sekaligus tanda kerendahan hati kita untuk mengakui bahwa semua bentuk keselamatan dan kesejahteraan kita adalah karena anugerah dalam Tuhan Yesus Kristus. Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya mengerti “status” saya di hadapan Tuhan? 2. Respon seperti apakah yang harus saya perlihatkan karena “status” saya itu? Komitmen / Rencana Aksi Pastoral / Doa: 1. Membuat Tulisan Kreatif pada Papan yang dicat: “Dibenarkan Karena Iman!”, atau “By The Grace of Jesus”. (Bisa dilelang dijadikan pencarian dana, guysss.) 2. Bersama-sama mengucapkan doa: “Tuhan, tolonglah aku untuk berbuat baik selalu, karena perbuatan baikku adalah rasa syukurku atas keselamatan dan kesejahteraan dariMu”.



28 | P a g e



22 Maret 2020 Alasanmu Apa?? (1 Samuel 16:1-13) “Speklulasi” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan cara orang membuat alasan agar dibenarkan. Dalam hidup hidup sehari-hari, banyak orang mencoba menjadi Robinhood (menghalalkan mencuri demi alasan kebaikan). Banyak orang mencari alasan yang baik untuk membenarkan tindakannya yang tidak benar bahkan yang jahat. Apakah berspekulasi itu tabu atau berdosa? Alkitab memberikan jawaban yang benar bagi kita. Imam Samuel bukanlah seorang yang suka berspekulasi. Dia selalu menyatakan yang benar dan berusaha berbuat yang benar walaupun hal tersebut dapat mengancam keselamatannya (ay. 2). Ketika Allah memintanya untuk pergi ke Betlehem , Samuel dengan jujur mengatakan bahwa ia pasti akan mati kalau pergi ke sana. Hal ini diungkapkanNya kepada Allah bukan karena dia meragukan Allah yang mengutusnya, melainkan karena Samuel tahu benar apa yang akan dihadapinya. Sebab itu, Allah memastikan kalau Dia tidak akan membiarkan Samuel celaka, Dia memberi jalan keluar dengan “menjadikan Tuhan sebagai alasan, menjadikan persembahan sebagai spekulasi” (Ay. 2b). Apakah hal tersebut berhasil? Ya, tentu saja. Samuel pergi ke Betlehem, ketika ditanya mau apakah dia datang ke sana maka dia segera menjawab: “Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN…” (ay. 5). Samuel kemudian melaksanakan maksud Allah yang telah diatur melalui dirinya. Dia segera menguduskan keluarga Isai dan akhirnya setelah proses yang panjang, ia menemukan dan mengurapi Daud sebagai Raja Israel menggantikan Raja Saul. Kawan-kawan pemuda/pemudi, apakah Allah bisa selau dijadikan alasan untuk setiap keinginan kita? Dapatkan kita berspekulasi demi kepentingan kita sendiri? Jawabannya adalah: Tidak! Hanya jika Allah sendiri yang menginginkan kta menjadikannya alasan, maka kita dapat menjadikannya alasan. Ini adalah hal yang sangat sulit. Tidak ada seorangpun yang bisa bertemu langsung dengan Allah, namun Dia telah mengirimkan Roh KudusNya agar kita tahu membedakan mana 29 | P a g e



hal yang dikehendakinya dan bagaimana cara mewujudkan hal itu. Pemuda/pemudi seringkali menjadikan kedatangannya ke gereja, keaktifannya di persekutuan, bahkan keaktifannya melayani di tengahtengah jemaat sebagai alasan untuk memenuhi banyak keinginan pribadi yang terselubung (mungkin sekadar hendak bertemu pacar, hendak lari dari pekerjaan di rumah, hendak menghindar dari nasihat orang tua, hendak menjauhkan diri dari rumah yang tidak asyik, dll). Nah, mulai hari ini, berhenti menjadikan Tuhan Allah dan semua yang terkait dengan diriNya sebagai alasan untuk memperoleh kesenangan pribadi kita. Belajarlah menuruti kehendaknya dan jangan jadi seperti Robinhood, dll. Sebab hal terrsebut bisa mendapat tantangan dari Allah. Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya pernah mengatasnamakan Tuhan dan pekerjaanNya untuk kepentingan pribadi saya? Alasannya apa? 2. Mampukah saya mendidik diri saya agar disiplin dalam hidup serta menghormati Allah? Komitmen / Doa: Tuhan, tolong saya menjadikanmu yang terutama dan yang pertama, serta menjauhkan diri darisegala niat tidak baik tentang Tuhan. Amin!



30 | P a g e



29 Maret 2020 AKU TANPAMU …… ??? (MAZMUR 130: 1-8) “ Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam…….” Sebagian besar dari kita pasti kenal dan tahu lagu yang dipopulerkan oleh Chakra Khan. Penggalan syair lagu ini menggambarkan bagaimana ketika kita jatuh dalam keadaan hidup atau situasi yang membuat kita tidak bisa melakukan apapun. Kita semua pasti memiliki masa dimana kehidupan kita terpuruk, tidak bisa berbuat apa-apa, kita semua memiliki “ Jurang” masing-masing. Bahkan nabi-nabi sekalipun memiliki masa atau kondisi dimana tidak mampu berbuat apa-apa, sebut saja Daniel ketika berada di Gua Singa, Yunus ketika dalam perut ikan, dan masih banyak lagi. Pertanyaannya adalah bagaimana sikap kita ketika berada dalam situasi tersebut, bagaimana cara kita menghadapi, bertahan dan bahkan keluar dari “ Jurang” tersebut?? Pemazmur ingin memperlihatkan kepada kita bagaimana ketika ia berada dalam keterpurukan, Ia menggambarkan bahwa ia berada dalam jurang yang dalam, ia terperosok ke dalam kesusahan, ia berada di tempat dimana ia tidak mampu berbuat apa-apa selain menengadah ke atas dan menyerukan seruannya kepada Allah (ayt.1). Dalam seruannya, Daud menaikkan permohonan dengan kerendahan hati, ia mengakui bahwa ia adalah orang yang berdosa, ia mengakui kesalahankesalahan yang ia perbuat. Dan untuk menemukan jawaban damai ia hanya berseru kepada Allah ( ayt 2). Dalam keadaannya, Daud berseru kepada Allah karna hanya padaNya terdapat pengampunan (ayt. 4) atas dosa-dosa manusia. Daud mengajak kita melihat bagaimana ketika ia berada dalam keterpurukan, ia berserah pada kasih setia Allah yang merupakan anugerahNya bagi kita. Dan inilah yang menjadi alasan mengapa manusia harus “takut akan Tuhan” dan hanya menyembah Allah saja. Daud mengajak dirinya sendiri untuk percaya kepada Allah dan menantikan Tuhan. Ia menantian dengan tulus hati bukan sekedar pujian di bibir saja, tapi benar-benar menggantungkan harapan pada penantian itu ( ayt.5-6). Dan kadar dari penantian Daud lebih dari



31 | P a g e



pengawal mengharapkan pagi , penantian yang sangat yakin akan datangnya apa yang diharapkan. Harapan ini yang membuat Pemazmur pun mampu menguatkan Israel (ayt. 7-8) ia mendorong umat Allah untuk berpaling pada kesetiaan Allah yang benar-benar akan memberi pembebasan bagi mereka. Pembebasan yang bukan sekedar pembebasan biasa, namun pembebasan dari dosa yang akan dikerjakan oleh Yesus Kristus ( matius 1:21) sebab Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosanya, pembebasan yang akan memberi kehidupan yang kekal. Kalau teman-teman pernah atau sedang berada di “ jurang’’ yang mana? Bukan masalah “jurang “ yang mana dan bagaimana situasinya, Tapi yang terpenting adalah ketika dalam situasi yang membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa, ketika dari “jurang’ terdalam kita hanya mampu melihat ke atas. Apakah kita pun berharap seperti pemazmur? Atau kita punya jalan keluar yang lain?? Hanya Allah yang memberi pembebasan bagi kita, Dia yang memberi kelepasan bagi kita. Hanya Allah yang sanggup memberi kita kekuatan untuk bangkit lagi, tahu arah jaran pulang, sehingga Aku tanpa-Mu Butiran debu”.



32 | P a g e



05 April 2020 Sehati Walau Tak Sama (Filipi 2:1-11) Saudara, coba pikirkan satu benda yang anda gunakan saat ini. Perhatikan dan renungkan sejenak, apakah benda tersebut dibuat atau diproduksi tanpa tenaga orang lain? (Renungkanlah dan refleksikanlah...) Apapun yang kita gunakan saat ini, bukan hasil kerja satu orang melainkan hasil dari sebuah kerjasama. Itu berarti kebersamaan, kebersatuan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Saudara, kalau kita perhatikan pembacaan kita, salah satu penekanan Paulus dalam tulisannya adalah pentingnya hidup bersatu atau hidup bersama, yang ia sampaikan dalam ayat 2b sampai ayat 3: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Paulus percaya bahwa hidup bersama akan bisa tercapai jika dibangun di atas beberapa prinsip, yaitu: sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Nasihat ini diberikan Paulus kepada Jemaat di Filipi karena Paulus melihat adanya potensi yang dapat mengancam keutuhan persekutuan orang percaya di Filipi. Dalam rangka mencegah hal tersebut, maka Paulus mengajak orang percaya di Filipi untuk tetap sehati sepikir di dalam kasih Kristus demi tujuan bersama orang percaya yakni hidup beriman dan memuliakan Tuhan. Kristus telah memberikan warisan kehidupan keberimanan yang sangat berharga. Ketika Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (ay. 6 & 7). Jika Kristus telah merendahkan diri-Nya demi kita, maka kita pun memiliki sikap hidup yang rendah hati dan tidak menganggap orang lain lebih rendah dari kita.



33 | P a g e



Ketaatan kita kepada Tuhan bisa diruntuhkan oleh berbagai perselisihan yang juga diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak baik terhadap sebuah perbedaan. Dalam kehidupan persekutuan kita sebagai PPGT, kita pun juga menyadari bahwa ada begitu banyak perbedaan di antara kita. Perbedaan usia, pendidikan, hobby, keluarga, pola pikir dan sejumlah perbedaan lainnya. Perbedaan itu tentunya bisa menjadi potensi timbulnya perselisihan atau konflik yang dapat meruntuhkan persekutuan kita. Namun jika kita sehati sepikir di dalam Tuhan, maka perbedaan itu tidak akan bertumbuh dan menjadi ancaman bagi persekutuan kita. Dasar untuk memulai hidup bersama adalah dengan cara menganggap orang lain juga penting dan bagian dari hidup kita. Hal ini sangat penting, sebab tidak ada orang yang mampu bertahan hidup tanpa orang lain. Apapun yang kita makan, pakai, dan yang kita kerjakan setiap hari, pasti membutuhkan orang lain. Karena itu kita tidak boleh memandang rendah orang lain! Belajar dari firman Tuhan ini, maka tentunya kita perlu memiliki komitmen untuk hidup berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Kadang dalam sebuah persekutuan, orang bisa sehati tapi belum tentu sepikir; ada juga yang sepikir tapi tidak sehati; ada juga yang tidak sehati dan tidak sepikir, hal ini pasti akan mengasilkan buah yang tidak baik dalam persekutuan kita. Jika ingin memelihara persekutuan dengan baik, kita mesti hidup sehati dan sepikir. Perlu kita ingat bahwa tahun ini adalah tahun politik dimana di beberapa daerah akan dilaksanakan pemilihan kepada daerah secara serentak. PPGT menjadi salah satu pihak yang ikut berperan dalam menentukan proses PILKADA berjalan dengan baik. Sehubungan dengan itu, maka beberapa pertanyaan berikut ini menjadi bahan diskusi bersama: 1. Apa harapan Paulus kepada orang percaya di Filipi dalam menjaga keutuhan persekutuan? 2. Apa peran aktif PPGT dalam menjaga keutuhan persekutuan dalam gereja, bangsa dan negara? Mari membangun komitmen bersama. Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk tetap sehati sepikir, meskipun kita selalu berada dalam berbagai perbedaan. Kita percaya bahwa keutuhan persekutuan kita akan selalu terjaga ketika kita tetap sehati dalam perbedaan. 34 | P a g e



12 April 2020 Bukti Kasih Tuhan (Yeremia 31:1-6) Bro dan Sist... setiap kali kita menyanyikan lagu Indonesia Raya, ada satu bagian syair “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Kalimat itu diciptakan untuk mengingatkan kita bahwa pembangungan tidak melulu pada badan (fisik), namun juga jiwa. Pembangunan fisik dan jiwa harus utuh. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya adalah panggilan bagi kita untuk mengembangan kehidupan secara utuh, menyeluruh dan utuh karena kita milih Tuhan yang mulia dan istimewa. Israel sebagai umat Allah memiliki status yang istimewa dalam hubungannya dengan Allah. Keistimewaan itu tidak menempatkan Israel sebagai umat yang bisa berbuat apa saja dalam kehidupan mereka. Sebagai umat Allah dengan status yang istimewa mereka harus merawat dan memelihara hubungan istimewa tersebut sebagai sebuah undangan bagi setiap orang agar mengalami damai sejahtera Allah. Allah membangun hubungan yang istimewa dengan umat-Nya berdasarkan kasih karunia dan inisiatif-Nya yang bertolak dari kesetiaan terhadap janji-Nya. Saat Tuhan berfirman kepada Yeremia dalam perikop ini, Tuhan menekankan pentingnya membangun hidup. Kita menemukan pentingnya membangun hidup (ay. 4-5). Tuhan memprakarsai umat-Nya membangun hidup yang utuh. Saat ia menyampaikan sabda itu, kondisi umatnya dalam keadaan terpuruk. Keterpurukan itu membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Karena itu Allah menghendaki supaya umat bangkit dengan semangat yang baru. Kebangkitan itu ditandai dengan sapaan kasih Allah. Firman Tuhan mengatakan “Aku mengasihi engkau... Aku membangun engkau kembali.... (ay. 3 – 4). Penyataan Tuhan itu menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang konsisten, Allah yang menepati janji-Nya. Persoalan dan pergumulan masa kini juga memerlukan perubahan yang mendasar bahwa Allah menyukai persekutuan dan bukan perpecahan. Maka tindakan-Nya yang mempersekutukan umat adalah tindakan yang lahir dari kenyataan pahit yang dialami oleh umat. Allah menyatakan bahwa kasih karunia-Nya tidak pernah berubah. 35 | P a g e



Bagaimana seseorang dapat dengan kuat dan setia menanggung sebuah persoalan tanpa putus asa? Jawabannya ada pada sebuah janji firman Tuhan, Tuhan berkata, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu.” Sesulit apa pun persoalan yang kita hadapi, persoalan itu pasti akan berlalu dengan cara penyelesaian Tuhan yang ajaib. Dan bila kita kilas balik apa saja yang kita pernah kerjakan sehingga kita mendapatkan anugerah kasih Tuhan itu, maka kita akan mendapati bahwa yang kita lakukan hanyalah tinggal dalam kasih Tuhan dan percaya pada janji Tuhan. Sebagai umat pilihan Tuhan yang dipilih untuk mengalami janji Tuhan, menjadi umat pemenang, memiliki kehidupan yang terus naik dan tidak turun, maka ketahuilah, persoalan tidak akan pernah berhenti bahkan mungkin bisa lebih seru dibandingkan yang lalu. Namun, ketika kita mulai merasa lelah dan persoalan terasa sampai batas kemampuan kita, maka Tuhan akan membuktikan penyertaanNya dengan mengungkapkan kasihNya yang senantiasa baru dan mengingatkan kita tentang kasih karuniaNya yang pernah diberikan kepada kita. Dengan demikian, kita akan memiliki pengenalan bahwa kasihNya kepada kita adalah kekal, tidak bersyarat dan tidak berkesudahan. Tuhan menjamin dengan kasihNya bahwa kita tidak akan pernah gagal, sebab itu tidak akan ada alasan untuk kita khawatir dan meragukan kasih Tuhan. Melalui firman-Nya hari ini, kita semua diundang memasuki realitas yang baru yakni hubungan persekutuan yang bermutu sebagai orang yang telah ditebus dan dibebaskan dari dosa serta maut. Inilah yang berita Paskah yang membuat setiap warga gereja dapat terus bersukacita. Allah menyatakan cinta kasih dan pemulihan-Nya ribuan tahun yang lalu dan sampai saat ini Ia masih konsisten terhadap janjiNya. Ia berkomitmen untuk membangun kehidupan umat, jadi bukalah hati, pikiran dan seluruh hidup kita. Sambutlah dan terimalah pernyataan kasih yang dinyatakan-Nya. Ia akan membangun jiwa raga kita, artinya membangun kehidupan yang utuh, menyeluruh dan penuh. Selamat Paskah!



36 | P a g e



19 April 2020 Gagal Fokus Jadinya Galau (1 Petrus 1:3-12) “Galau” adalah kata/istilah populer yang sangat akrab di kalangan pemuda beberapa tahun belakangan. Galau disebabkan banyak hal, ada yang masalah percintaan, study, pekerjaan, hubungan dalam keluarga, pertemanan dan sebagainya. Ironisnya efek dari kegalauan masa muda sudah tidak menjadi konsumsi pribadi, sosmed (media sosial) terlalu banyak diisi dengan status galau. Semakin banyak orang yang tak sungkan-sungkan menyampaikan kegalauannya melalui media sosial. Dampak terbesarnya di kehidupan nyata misalnya, banyak yang mengurung diri di kamar/malas-malasan, pekerjaan, pelayanan dan tugas sekolah terbengkalai, bahkan ada yang sampai bunuh diri karena. Perasaan galau membuat dunia seakan-akan sudah berakhir, harapan sudah tidak ada. Rasul Petrus menyampaikan kepada segenap jemaat bahwa kebangkitan Kristus telah merubah kehidupan orang percaya menjadi kehidupan yang penuh harapan, terlebih pengharapan akan kehidupan kekal (ay. 4). Pengharapan akan kehidupan yang kekal inilah yang menjadi sumber segala harapan dan sukacita orang-orang percaya, walaupun harus menghadapi begitu banyak pencobaan dalam dunia (ay. 6). Berbagai macam persoalan dalam hidup haruslah dilihat sebagai suatu ujian yang harus dilalui yang akan membawa kepada kemurnian iman (ay. 7). Kebahagiaan sesungguhnya bukanlah ketika kita dipuji sesama namun justru ketika kita tahu bahwa Tuhan Yesus dimuliakan, dan sebaliknya persoalan-persoalan dalam dunia ini tidaklah sebanding dengan masalah keselamatan jiwa kita yang tidak terjamin. Rasul Paulus mengajak orang percaya untuk melihat masalah terbesar yang sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus, yakni keselamatan (ay. 8-10). Berita kebenaran inilah yang harusnya menjadi fokus dalam kehidupan oang-orang percaya, karena berita yang luar biasa ini tidak semua orang dapat mendengar dan menerimanya. Gagal focus adalah hal yang membuat kita sebagai pemuda terlalu gampang galau dan terhanyut. Kita hanya memperhatikan halhal duniawi dan mulai melupakan perkara sorgawi yang adalah 37 | P a g e



pegangan kita. Walaupun persoalan dunia tidak bisa juga disepelehkan, namun keterikatan yang lebih besar terhadap hal duniawi justru membuat kita melupakan hal yang jauh lebih berharga yakni keselamatan dalam Yesus. Mestinya kita menghayati begitu besarnya keselamatan yang telah dianugerahkan dalam Yesus itu kepada kita sehingga kita tetap mampu bersukacita dan berpengharapan walaupun keadaan hidup tidak selalu berjalan menyenangkan. Tidak ada seorangpun yang akan terlepas dari persoalan selama hidup di dunia ini, sehingga persoalan-persoalan yang ada seharusnya tidak lagi menjadi hal yang terlalu menekan bagi kita, sebab itulah jalan yang harus dilalui. Persoalan utama kita sudah selesai yakni keselamatan yang telah dijamin oleh Yesus, sehingga sukacita yang begitu besar itu tak akan bisa direnggut oleh masalah-masalah tambahan yang kita alami di dunia yang fana ini. Pertanyaan Reflektif: 1. Masih adakah masalah dalam hidupku yang membuat saya selalu galau? 2. Apa arti keselamatan dalam Kristus bagi hidup saya? Doa: Ya Roh Kudus, tuntunlah aku untuk selalu fokus pada Keselamatan yang telah kuterima dalam Tuhan Yesus, saya percaya masalah-masalah dalam hidup ini akan mengalahkan sukacitaku dalam Tuhan Yesus Kristus. Amin.



38 | P a g e



26 April 2020 Dengan Apakah Kubalas? (Mazmur 116:1-19) Banyak orang mengatakan bahwa ada dua kata yang sangat sederhana tapi cukup sulit diucapkan oleh manusia. Kata itu adalah “maaf” dan “terimakasih”. Kata “maaf” membutuhkan keberanian untuk mengatakannya setelah melakukan suatu kesalahan. Kata “terimakasih” membutuhkan ketulusan hati untuk mengungkapkannya setelah menikmati/menerima kebaikan dari pihak lain. Hanya orang yang benar-benar telah mengalami suatu sukacita besar yang bisa dengan tulus mengungkapkan kata terimakasih. Pemazmur dalam bacaan kita ini juga mengungkapkan terimakasih atau syukurnya kepada Tuhan tentunya setelah pemazmur mengalami dan menikmati pertolongan Tuhan. Dalam menghadapi kesulitan besar dan sakit penyakit, pemazmur berseru kepada Tuhan dan Tuhan telah mendengarkan permohonannya dan melepaskannya dari tali-tali maut (ay. 3). Dari pengalaman atas terjawabnya permohonannya ini maka pemazmur mengenal Allah sebagai “pengasih dan adil, penyayang, memelihara orang-orang sederhana” (ay. 5-6). Baginya, kepahitan hidup yang dialami semata karena Tuhan,manusia hanyalah pembohong, tidak dapat memenuhi janjinya untuk menolong. Mengalami semua kebaikan Tuhan itu, bagaimana pemazmur membalasnya? Pemazmur hendak mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan, akan membayar nazar kepada Tuhan di depan seluruh umatNya tentunya ini dimaskudkan supaya semua umat Israel juga mengalami dan melakukan hal yang sama dengan pemazmur. Bahkan pemazmur tidak hanya bersyukur pada saat itu saja, tetapi dibangunnya komitmen bahwa ungkapan syukurnya atau seruannya akan terus mengalir disepanjang hidupnya (ay. 2b). Mengungkapkan syukur / terimakasih apakah sudah menjadi habbits (kebiasaan) kita? Apalagi ketika kita mengalami pertolongan/kebaikan orang? Terlebih lagi dalam hubungan dengan Tuhan. Sayang sekali, kadangkala kita merasa semua biasa saja, bahkan menganggap bahwa kita memang sudah selayaknya menerima 39 | P a g e



kasih/kebaikan Tuhan. Karena itu perlu kita merenungkan di tahapanmanakah kita dalam kasih Tuhan: 1). Mengerti, 2). mengalami atau 3). membalasnya? Kita semua tentu sudah mengerti kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus, kasih yang sempurna dalam kematianNya di kayu salib. Bahkan kita juga senantiasa telah mengalami kasih Tuhan dalam perjalanan hidup sehari-hari diberi kesehatan dan kesempatan hidup itu merupakakn pengalaman luar biasa, lalu membalasnya, apakah kita sudah sampai di tahapan ini? Meskipun harus kita pahami bahwa tak ada yang dapat dilakukan sebagai balasan yang sebanding dengan perbuatan baik Tuhan. Tapi membalas kebaikan Tuhan di sini dalam rangka menyatakan syukur dan ini hanya dapat dilakukan ketika kita sungguh-sungguh mengamini bahwa hanya Tuhan sumber segalanya. Pertanyaan: Sebagai orang muda yang telah ditebusNya, apa yang mau kita lakukan sebagai bentuk syukur? Respon/ Komitmen: Sebagai bentuk syukur atas kasih Tuhan, saya akan menjalani masa muda saya dengan penuh tanggungjawab yaitu dengan menyelesaikan pendidikan saya tepat pada waktunya.



40 | P a g e



Minggu, 03 Mei 2020 Baku Sayang (Kisah Para Rasul 2:41-47) “Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk dibalik perbuatan baik yang kamu lakukan, Tetapi, tetaplah berbuat baik. Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi tetaplah berikan yang terbaik. Sadarilllah bahwa semuanya itu ada diantara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orangorangn jujur dan dia sanggup melihat ketulusan hatimu.” Demikianlah sepenggal makna hidup yang ditulis bunda Teresa untuk berbaik bagi orang lain. Penggalan ini dapat juga diungkapkan secara singkat dalam bahasa Manado: “Tetap Jo Ngana Baku Sayang!”. Hidup berbuat baik dengan sesama merupakan ungkapan iman kita yang paling nyata. Demikian yang dilakukan jemaat mula-mula dalam bacaan kita saat ini. Ketaatan dan ketekunan mereka mendengar Firman Tuhan melalui ajaran rasul-rasul diwujudkan dengan hidup saling berbagi dan berkasih-kasihan, entah itu melalui harta benda yang dimiliki, terlebih melalui perhatian seorang kepada yang lain (ay. 44-45). Sepintas, kita dapat membayangkan betapa mereka itu tidak merasa rugi dan tidak pernah menyesal untuk berbagi dengan yang lain, sebab tanggungjawab iman bagi para pengikut Kristus sampai selama-lamanya adalah untuk menjadi berkat dan damai sejahtera bagi sesama, bukan hanya memikirkan diri sendiri (Rm. 12:921; Flp. 2:4). Hal tersebut adalah bagian dari ungkapan syukur atas berkat keselamatan yang Tuhan Yesus sudah kerjakan bagi kita. Selain itu, mereka pun tekun dalam pengajaran para rasul, satu dengan yang lainnya hidup dalam persaudaraan yang kuat dan akrab. Dan itu membuat mereka disukai semua orang (ay. 47). Hidup kita adalah hak Tuhan, kepunyaan Tuhan. Yang sering kita jumpai bahkan kita lakukan, kecukupan yang kita miliki tidak lagi 41 | P a g e



membuat kita menghormati dan mencari berkat di dalam Tuhan. Harta adalah berkat dari Allah. Harta yang kita miliki adalah milik dan pemberian Allah. Marthen Luther mengatakan bahwa kiita adalah bendahara Allah untuk menyimpan harta milikNya. Karena itu setiap kali kita berbuat dan berbagi kebaikan dengan orang lain, pertamatama kita melihat dalam diri kita bahwa Allah telah memberi lebih dulu berkat yang besar melalui keselamatan didalam Yesus Kristus yang tidak akan pernah sebanding dengan apapun yang kita miliki dalam dunia ini. Memahami dan mengalami berkat Allah yang besar itu maka sebagai pemuda kita juga dididik menghidupi firman Tuhan ini dengan tidak pelit berbagi ide, ilmu, waktu, bakat, pengalaman iman untuk saling menguatkan dan saling mengisi hari. Sesungguhnya demontrasi hidup yang demikianlah yang menampakkan hidupn yang terarah pada kehendak Allah. Biarlah tiap orang memberi dengan gembira dan tulus hati. Amin. Pertanyaan Reflektif : Kita sering mendapati kenyataan bahwa ada orang yang mengaku beriman, namun enggan untuk berbagi. Bagaimana pandangan saudara terhadap hal tersebut? Doa : Ya Allah, Sumber segala berkat, berikan kami kemampuan untuk dapat memberi yang terbaik sesuai dengan kehendakMu, dalam ketulusan dan kejujuran kami di hadapanMu, Amin!



42 | P a g e



Minggu, 10 Mei 2020 Lewat Sini, Ya… (Yohanes 14:1-14) Ada banyak jenis jalan. Dilihat dari material atau bahan pembentuk jalan maka ada jalan aspal, jalan rabat beton, jalan berkerikil. Ada juga jalan yang besar dan mulus, ada jalan yang sempit, dan ada jalan setapak. Ada jalan yang mudah dilalui kendaraan, ada yang sangat sulit. Dilihat dari jarak, ada jalan yang jauh dan panjang, ada yang pendek. Apapun jenis jalannya, yang paling menentukan adalah tujuan perjalanan. Sekalipun jauh dan sulit, jika itu yang harus dilalui, maka pasti akan ditempuh agar sampai pada tujuan. Kalau kita melakukan perjalanan, tetapi tidak tahu jalan mana yang akan ditempuh, biasanya kita akan tersesat dan berpotensi untuk tidak akan sampai di tujuan. Bacaan ini merupakan bagian dari pengajaran-pengajaran Tuhan Yesus dalam rangka mempersiapkan Para Murid untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan hati yang akan terjadi, terutama penangkapan, penyaliban dan kematianNya. Tuhan Yesus mengingatkan mereka agar hati mereka tidak terpaut sebatas pada apa yang kelihatan, melainkan mereka harus menyelam lebih dalam. Janganlah gelisah hatimu (ay. 1). Tuhan memberi jaminan untuk mereka, sesuatu yang melampaui peristiwa-peristiwa yang menggelisahkan tersebut, yaitu persekutuan mereka dengan Allah kelak di rumah Bapa-Nya (ay. 2-3). Itulah tujuan serta harapan hidup yang sesungguhnya. Selanjutnya, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dialah jalan untuk ke sana, sehingga orang yang mengenal Dia pasti mengenal Bapa (ay. 4-7). Hal itu semakin diperkuat ketika menjawab pertanyaan Filipus untuk menunjukkan Bapa itu kepada mereka (ay. 8). Tuhan Yesus menegaskan bahwa mereka yang telah mendengar sabdaNya, percaya kepadaNya dan menyaksikan pekerjaanNya sesungguhnya telah mendengar sabda, telah percaya dan telah menyaksikan pekerjaan Bapa sendiri karena Yesus dan Bapa adalah satu (ay. 11-14).. Tuhan mengingatkan mereka supaya mereka tidak tawar hati atau gelisah, terutama menghadapi penyaliban dan kematian Yesus, sebab hal-hal itu akan membuat mereka semakin mengenal Yesus, Sang Jalan ke rumah Bapa. Firman Tuhan ini menegaskan beberapa hal bagi kita: Pertama, mengingatkan kita sebagai orang percaya untuk mengenal apa yang menjadi tujuan hidup kita, yakni hidup di dalam kesatuan dengan 43 | P a g e



Allah secara total, di rumah Bapa. Tuhan Yesus sendiri yang mempersiapkan tempat tersebut yang akan dipenuhi pada akhir zaman. Ini terkait dengan pengharapan eskatologis seperti yang digambarkan dalam Pengakuan Gereja Toraja tentang Penebusan (PGT Pasal IV ay. 6 dan 8). Kedua, jika kita telah mengetahui tujuan kita, maka kita harus juga mengenal jalan ke sana. (Contoh: Jika kita ingin ke Rantepao, maka kita harus tahu dan melalui jalan yang benar, sehingga kita tidak tersesat atau tidak sampai pada tujuan). Hidup di bawah kuasa Allah secara total adalah tujuan hidup kita. Pertanyaannya, sudahkah kita mengenal jalan ke sana? Tuhan Yesus sendiri yang telah mengatakan, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (ay. 6). Tuhan Yesus menjadi jalan satu-satunya kepada keselamatan setelah sebelumnya jalan itu tertutup karena kejatuhan manusia ke dalam dosa (band. Kej. 3:24 dan PGT). Ketiga, ketaatan dan kesetiaan kita menempuh jalan yang benar mutlak diperlukan. Kita tidak boleh menjadi tawar hati oleh berbagai pencobaan, tekanan dan godaan yang bisa membuat kita salah jalan dan tidak sampai di tujuan. Tuhan Yesus sangat menekankan pentingnya iman, yaitu mengenal (ay. 7, 9) dan percaya (ay. 11, 12). Selain iman, yang juga sama pentingnya adalah perbuatan atau tindakan (praksis) yakni mengerjakan apa yang dikerjakan oleh Kristus, yang adalah pekerjaan-pekerjaan Bapa sendiri (ay. 12). Sesungguhnya, Iman dan tindakan tersebut adalah bagian dari respon terhadap anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus. Hikmat yang berasal dari Roh Kudus memampukan kita untuk semakin mengenal dan menempuh Jalan Yang Benar itu. Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah kita sudah mengenal tujuan hidup kita? 2. Apakah kita sudah mengenal dan melalui Jalan Yang Benar untuk sampai pada tujuan hidup yang sesungguhnya? Doa: Tuhan, karuniakanlah hikmat kepada saya untuk semakin mengenal Jalan Yang Benar dan mengikuti Jalan itu di sepanjang kehidupanku. Amin!



44 | P a g e



17 Mei 2020 To The Unknown (Kepada Yang Tidak Dikenal) (Kisah Para Rasul 17:22-34) “Onbekend Militair Stierf Voor België” itu kalimat yang tertulis pada nisan makam untuk para pejuang di Belgia. Kurang lebih diterjemahkan seperti ini: “Kepada Militer Belgia yang Tidak Dikenal”. Makam yang ditujukan kepada para perjuang perang dunia I karena berjuang demi tanah air. Orang Athena (di Yunani) menulis kalimat yang senada pada mezbah mereka “kepada Allah yang tidak dikenal”. Ilah-ilah yang oleh mereka dianggap telah memberikan keselamatan, sehingga mereka rasa perlu membangun mezbah dan menuliskan tujuan persembahan itu di mezbahnya. Dengan cepat Paulus mengalihkan doa dan harapan mereka kepada Tuhan yang diberitakan olehnya. Allah yang kalian sembah tetapi tidak mengenal-Nya, Dialah yang saya beritakan kepadamu. (ay. 23). Melalui Kuasa Roh Kudus Rasul Paulus menyatakan bahwa Allahlah yang mengatasi semua ilah yang pernah disembah oleh manusia, termasuk orang Athena, di kuil, buatan tangan manusia (ay. 24). Oleh Tuntunan Roh Kudus, Paulus memperkenalkan Allah yang satu, yang tidak akan pernah sama dengan ilah lain sekalipun terbuat dari emas, perak, batu, atau diciptakan karena keahlian manusia. Sebab semua ilah itu adalah diciptakan dan tidak hidup (Deos qui rogat ille facit – Yang menyembah dewa dan menjadikannya adalah orang yang sama). Allah yang diperkenalkan Paulus adalah Allah pencipta langit dan bumi, pemberi nafas kepada semua makhluk, dan tidak pernah kekurangan (ay. 25), Allah yang berdaulat (ay. 26), Allah yang membuat kita bergerak (ay. 28). Tuhan memberi kemampuan kepada Paulus untuk mengajak orang-orang Yunani di Athena agar berhenti (=bertobat) dari kebodohan mereka, sebab sesungguhnya orang Yunani menganggap diri mereka berpengetahuan. Mereka merasa bawha memiliki pengetahuan atau kesadaran tentang yang ilahi, tapi kenyataannya bahwa tidak mengenal Allah secara benar adalah satu kebodohan (ay. 30). Penyembahan berhala pun adalah kebodohan dan bukti bahwa mereka tidak mengenal Allah yang telah menciptakan segalanya, membuat mereka hidup dan bergerak. 45 | P a g e



Masa sekarang bukan lagi masa yang tidak mengenal Allah namun era pengetahuan. Pengetahuan seolah-olah memegang kendali atas hidup manusia, atas perubahan yang cepat mengharuskan setiap orang dapat beradaptasi di dalamnya serta memegang kendali dalam berpikir kritis. Agama sepertinya hanya menjadi rutinitas mingguan, sehingga Allah menjadi bagi sebagian orang sudah seperti pelayan kebutuhan umat. Ketika agama (dan Tuhan) dianggap tidak mampu menjawab kebutuhan, maka agama (Tuhan) ditinggalkan. Sehingga masa sekarang bukan orang tidak mengenal Allah, tapi pernah mengenal Allah. Allah yang pernah dikenal melalui kitab suci. Manusia sekarang menjadi orang “Athena baru” menulis Allah pada mezbah mereka menjadi tugu kenangan akan Allah. Ketika manusia berhasil, bukan mengagungkan Allah, tapi pengetahuan. Ketika mencapai kemakmuran (kesuksesan) bukan mengagungkan Allah, tapi kemampuannya sendiri. Materi sudah menjadi ilah baru, yang kepadanya orang menggantungkan diri. Teknologi menjadi dewa yang tanpanya orang sekarang, termasuk yang muda, tidak dapat hidup. Tuhan mengajak kita bertobat melalui kisah Rasul Paulus. Tuhan sendiri ingin agar kita kembali kepada Allah yang benar, yaitu Yesus Kristus. Sehebat apa pun kita, dengan segala pengetahuan akan kecanggihan dan hidup yang modern, tidaklah membuat kita akan lepas dari penghukuman-Nya. Berita tentang Tuhan Yesus, salib, kematian dan kebangkitan-Nya adalah hal yang lucu, tidak rasional, bagi banyak orang, tapi hal itu tidak membatalkan penghukuman-Nya. Jangan sampai kita binasa karena merasa hebat dan berpengetahuan, tepai tidak mengenal Allah (Hos. 4:6). Pengetahuan, kesuksesan, materi dan hal yang kita dapat dalam dunia ini harusnya mengantar kita dengan segala kerendahan hari membawa persembahan kepada Allah di mezbah-Nya. Namun, bukan kepada allah yang tidak kita kenal (to the unknown) tapi kepada Dia yang telah memberi nafas dan menggerakkan. Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Sejauh mana kita telah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber hidup yang menggerakkan tangan, kaki dan sebagainya? 2. Materi, akal dan teknologi telah menjadi dewa masa kini. Bagaimana pendapat Anda tentang itu? 46 | P a g e



24 Mei 2020 Bersukacita dalam Penderitaan 1 Petrus 4:12-19 “Oh, Tuhan aku sudah tidak sanggup menjalani hidupku” adalah salah satu kutipan status fb seseorang saat mengalami kegalauan. Atau mungkin kita juga pernah memposting status tersebut. Yang namanya menderita tentu identik dengan kesedihan. Pernahkah kita melihat sebuah kejadian atau peristiwa tentang orang yang mengalami penderitaan dengan sukacita? Terus jika bersukacita dalam penderitaan, penderitaan bagaimanakah itu? Dalam pasal ini orang-orang Kristen terus dihiburkan dan diingatkan tentang akan adanya penderitaan mengikut Kristus. Rasul Petrus mengingatkan bahwa pengikut Kristus akan sering diperhadapkan dengan situasi yang sulit dalam menjalani berbagai ujian kehidupan. Namun jika penderitaan itu karena mengikut Kristus harusnya kita bersukacita, bergembira dan bahkan berbahagia sebab sesungguhnya Roh kemuliaan ada pada kita (ay. 12-14). Yang membuat kita seharusnya malu adalah ketika kita menderita karena melakukan hal yang tidak baik yaitu sebagai pembunuh, pencuri, penjahat dan pengacau (ay. 15). Kita selalu dituntut untuk memuliakan Allah dalam Kristus, percaya pada-Nya dan menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Allah dalam penderitaan sekalipun (ay. 16-19). Pergumulan atau penderitaan yang kita alami selaku pemuda tentu berbeda, setiap pribadi tentu memiliki pergumulan masingmasing. Entah itu penderitaan yang kita alami dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kampus, dalam pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan dan dimanapun keberadaan kita. Atau mungkin kita pernah atau mengalami titik dimana kita tidak sanggup dan putus asa untuk menghadapi dan menjalani kenyataan hidup. Pada titik ini apa yang kita lakukan? Menyerah atau justru rasa galau yang berkepanjangan yang malah membuat kita semakin terpuruk. Berdoa dan meminta hikmat dari Allah adalah langkah pertama untuk bangkit dari keterpurukan. Pada zaman milenial ini dengan tren gadged kita diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan yang membuat iman kita semakin tumbuh atau makin goyah, itu tergantung cara kita 47 | P a g e



mengolah informasi elektronik yang kita baca. Informasi yang kita terima harus ditelusuri sumbernya, apakah dari sumber yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penderitaan yang menyukacitakan itu bagaimana? Ujian bukan untuk menghancurkan tapi untuk menaikkan kualitas Iman. Tujuan penderitaan yang kita alami adalah untuk menguji kesungguhan hati, kekuatan, kesabaran dan kepercayaan kepada Allah. Yang tahan uji akan berbahagia karena mendapatkan mahkota Kemuliaan dari Allah. Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya sudah mengalami sukacita dalam penderitaan? 2. Dapatkah kita bersyukur dalam penderitaan? Mengapa? Marilah kita bersukacita menjalani pergumulan dalam penderitaan dengan mengucap syukur dalam doa agar semakin serupa dengan Yesus Kristus.



48 | P a g e



31 Mei 2020 Manis Terdengar / Mellong Dirangi (Mazmur 104:24-35) Kata-kata yang indah, suara yang indah akan terdengar manis dan tentunya dapat membawa sukacita serta kebahagiaan. Kebanyakan yang manis terdengar itu lahir dari kekaguman terhadap sesuatu, juga lahir dari perasaan senang atas apa yang kita alami dan jalani. Gilbert Keith Chesterton, seorang penulis dan penyair, pernah menuliskan bahwa tidak sedikit hal yang mengagumkan di dunia, tetapi hanya sedikit keinginan untuk mengaguminya. Pemazmur dalam bacaan kita sangat terpikat oleh keindahan Alam semesta, Pemazmur kagum dan takjub akan kebesaran Tuhan. atas Kekagumannya itu diungkapkan dalam ayat 25-26. Dalam ayat ini pemazmur mengungkapkan betapa mengagumkan karya ciptaan tanganNya, termasuk luasnya lautan dengan segala maklhuk yang diam di dalamnya. Dari kekaguman pemazmur itu, ia menyerukan semua orang terus-menerus memuji Tuhan dengan segenap hati dan jiwa karena kebesaranNya (ay. 33-34). Tuhan mengaruniakan kesadaran kepada pemazmur bahwa Tuhan sendiri tetap berada dan bertahta dalam kemuliaanNya. Sebab itu, sebagai responnya, maka pemazmur sendiri berharap agar kidung pujianNya bisa terdengar manis dan merdu dihadapan Tuhan sendiri (ay. 34). Pada ayat yang ke 30 sendiri, pemazmur menegaskan pengakuan iman bahwa sesungguhnya dengan Roh-Nyalah sehingga semua tercipta dan dibaharui, karena itu semua orang harus mengakui dan memuliakan Tuhan melalui ciptaanNya. Pengkuan ini tentu membuat kita mengerti mengapa pemazmur berharap agar orang-orang berdosa dan orang fasik (yang membuat segala yang diciptakan Tuhan menjadi kacau) sebaiknya habis dan tidak ada lagi di bumi. Bukan karena pemazmur kejam atau tega, melainkan karena paham bahwa orang-orang tersebut mengacaukan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan dan menghalangi pujian serta kemuliaan dinaikkan kepada Tuhan. Melihat kenyataan hidup sehari-hari bisa membuat kita merenungkan dalam-dalam Mazmur 104:24-35 ini. Ketidakmampuan manusia mengakui kemuliaan Tuhan dalam ciptaanNya menjadikan 49 | P a g e



manusia serakah dan tidak bertanggungjawab. Materialisme, kesenangan sesaat dan ketidak pedulian terhadap lingkungan mengakibatkan terjadinya bencana sosial dan bencana alam dimanamana. Dengan kenyataan ini, maka bukannya yang manis yang terdengar melainkan kepahitan-kepahitan, keluhan-keluhan, ratap tangis, sumpah serapah bahkan keputusasaan terjadi dimana-mana. Lalu akan seperti apakah kita sebagai orang-orang muda? Turut mengakui kemuliaan Allah melalui ciptaanNya atau menolak pengakuan tersebut dan bertindak sesuai kehendak kita terhadap semua ciptaan Tuhan? Selamat mengambil keputusan, Tuhan menolong kita semua. Amin! Pertanyaan Reflektif 1. Bagaimana dengan kondisi alam skarang ini, apakah keindahannya kita masih bisa dinikmati dan dikagumi? 2. Hal-hal apa yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan keindahan dan kekaguman kita terhadap alam semesta? Rencana Aksi Pastoral: 1. Mendaftarkan bentuk perilaku warga jemaat (termasuk PPGT) yang dapat menentang kemuliaan Tuhan dalam ciptaanNya. 2. Melanjutkan aksi “Go Green” di Jemaat sebagai bagian dari pengakuan terhadap kemuliaan Tuhan. Doa : Ya Bapa tolong saya untuk merenungkan keajaiban alam yang mengagumkan dan sungguh-sungguh bersyukur atas segala hal yang telah EngKau perbuat melalui tindakan nyata saya memelihara ciptaanMu setiap hari. Amin! “segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan sekedar rangkaian atau peristiwa tetapi semua ada dalam kendali Tuhan,sesuai dengan kehendak dan rencanaNya”



50 | P a g e



07 Juni 2019 Perdamaian versus Pertikaian (2 Kor. 13:11-13) Patah hati kadangkala menjadi akhir dari rusaknya sebuah relasi atau hubungan. Faktor utama penyebabnya adalah ketidak mampuan orang dalam relasi itu untuk mau saling menerima apa adanya orang lain dan tidak adanya pegangan yang kuat sebagai jaminan dalam sebuah keberlangsungan hubungan. Dampaknya kemudian adalah perasaan patah hati itu membawa dampak yang buruk bagi kehidupan orang yang gagal membangun hubungan dan parahnya adalah jika tenggelam dan melupakan Tuhan. Paulus mengakhiri suratnya dengan sebuah salam & berkat dengan sebuah tujuan agar jemaat Tuhan bersatu teguh sebagai satu tubuh Kristus. Peristiwa ajaran-ajaran diluar Injil yang bisa menyebabkan kesatuan Jemaat di Korintus berantakan, mengambil perhatian penting bagi Paulus hingga Salam dan Nasihat Paulus hadir untuk menegaskan kesatuan jemaat Tuhan. Dalam memupuk kesatuan inilah ada arahan dan saran dari Paulus 1. Bersukacitah, dalam menghadapi penderitaan & tantangantantangan termasuk dengan adanya kehadiran guru-guru palsu ditengah-tengah jemaat. Sebab hanya dengan hati sukacita maka setiap perkara dapat dihadapi dengan ketenangan. 2. mengusahakan diri supaya sempurna, bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan, namun nasehat Paulus kali ini menuntut jemaat untuk hidup sempurna. Kesempurnaan apa yang dituntut, artinya bahwa jemaat mengupayakan diri untuk mau dituntun dan diatur oleh kebenaran Firman Tuhan sebab itu akan menguntungkan dalam pertumbuhan kasih diantara berjemaat. 3. Sehati sepikir dan hidup dalam damai sejahtera. Beberapa perselisihan terjadi di kalangan jemaat Tuhan di Korintus bagi Paulus hanya bisa diatasi dengan hidup sehati-sepikir artinya ada sebuah pemahaman tentang Injil Kristus bersama dalam perbedaanperbedaan yang ada. Tidak hanya sampai disitu, Perdamaian perlu dijunjung tinggi sebagai satu kesatuan tubuh Kristus. Paulus tidak ingin jemaat Tuhan terus berada dalam pertikaian dan perselisihan 51 | P a g e



yang bisa merusak pertumbuhan iman jemaat di Korintus sehingga dengan tegas dia menuntut cara hidup berdamai mesti dilakukan. 4. Nasihat selanjutnya yang cukup menarik adalah cium kudus (di Kupang: hidung ketemu hidung) seorang dengan yang lain, tradisi yang juga terjadi dalam gereja mula-mula dimana laki-laki mencium laki-laki, dan perempuan mencium perempuan yang merupakan pernyataan kasih, pengampunan dan kesatuan di dalam kristus. Jangan kita artikan harafiah soal ciuman kudus ini. Konteks Paulus memberikan saran ini sebab ada perselisihan yang terjadi diantara jemaat (bisa dibaca pasal 10-12) dan ciuman kudus ini melambangkan pengampunan dan penyataan kasih di dalam Kristus. Ini mesti dilakukan oleh jemaat, agar perselisihan yang terjadi tidak semakin melebar. Betapa cara hidup yang dituntut oleh Paulus kepada jemaat Tuhan akan membawa jemaat pada sebuah keutuhan persekutan tubuh Kristus dengan sebuah jaminan Allah akan menyertai (11 & 13). Dua kali Paulus menegaskan bahwa Allah yang penuh kasih dan Rahmat akan melimpahkan penyertaan bagi jemaat-Nya. Ini menjadi sebuah jaminan yang pasti bagi jemaat juga bagi kita pemuda-pemudi dalam menjalani hidup yang penuh dengan dinamika. Ada banyak tugas & tanggung jawab hidup yang mesti dikerjakan oleh jemaat Tuhan dan diluar penyertaan Tuhan setiap tugas tanggung jawab itu tentu tidak akan mampu diwujudkan. Maka betapa pentingnya jaminan penyertaan Kasih Karunia Allah yang diutarakan dalam teks ini. Tantangan-tantangan kehidupan yang dihadapi oleh pemuda hari ini dalam hal membangun hubungan dengan sesama sungguh sangat besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa relasi yang luas menjadi salah satu bentuk seorang pemuda mewujudkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Namun terkadang, justru yang terbangun adalah relasi yang tidak sehat dan menghancurkan kehidupannya. Sebaliknya relasi sehat yang dibangun dengan sesama akan mampu membangun kehidupan kita menjadi baik. Lalu apakah yang harus kita jadikan pegangan? Tentu hanya oleh penyertaan Tuhan saja kita akan mampu melalui semuanya itu. Firman Tuhan lewat Rasul Paulus ini telah memberikan jaminan dan kepastian bagi kita. Maka untuk apa lagi kita ragu!!!



52 | P a g e



Pertanyaan Refleksi. 1. Apa relasi yang paling penting yang anda jalani saat ini? Dimanakah sebaiknya kita menempatkan Tuhan ketika kita membangun relasi dengan orang lain? 2. Apakah yang membedakan relasi yang menjadikan Tuhan sebagai pegangan dan relasi yang tidak menjadikan Tuhan sebagai pegangan ? Doa Ya Tuhan, apapun relasi yang sedang saya bangun saat ini, mampukanlah saya mengandalkanMu sehingga relasi itu akan dapat membangun kehidupan saya dan orang lain sebagai sebuah kesatuan tubuh Kristus.



53 | P a g e



14 Juni 2020 Dia Mencintaiku (Roma 5:1-11) Jatuh cinta berjuta rasanya….! Siapa yang pernah jatuh cinta? Bagaimana rasanya….ooow luar biasa atau rasa apa…#@%$? Ketika ada yang lagi jatuh cinta, tentu dia akan melakukan segala sesuatu untuk orang yang dicintainya. Bahkan mungkin sesuatu yang tidak masuk akal sekalipun atau sesuatu yang gila. Ketika ada seorang kekasih yang melakukan sesuatu untuk pasangannya tentu akan membuat pasangannya bangga, bahagia dan akan semakin mencintai pasangannya dan pasangannya itu akan membalas cintanya dan mengungkapkan: I love u, I miss u dan lain sebagainya. Ah, Dia yang mencintaiku melakukan itu. Ya! Dia melakukan sesuatu yang gila dan yang tidak masuk akal. Betapa berharganya diriku menjadi orang yang mendapatkan cinta-Nya. Dia adalah Yesus. Ya! Saya, saudara dan kita semua hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Dia (ay. 1). Oleh Dia kita beroleh jalan masuk kepada kasih karunia (ay. 2). Penebusan Yesus Kristus mengubah status kita dari orang yang bersalah (terdakwa) menjadi orang yang benar, dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak Allah. Yesus Kristus telah menanggung kutuk murka Allah atas dosa kita melalui penderitaan-Nya sampai mati di kayu salib (PGT.IV.5). Di ayat 8 dikatakan : Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Kemenangan dan kebangkitan-Nya adalah jaminan pembenaran kita di hadapan Allah dan jaminan kebangkitan kita pada akhir zaman (PGT.IV.6). Oleh karena cinta-Nya manusia mendapat jaminan pasti di hadapan Allah. Ya ... Di dalam Yesus kita diampuni dan diterima apa adanya. Tidak peduli bagaimana keadaaan kita sebelumnya, Yesus telah membuat hidup kita baru dan istimewa. Bahkan kita boleh bermegah dalam pengharapan, bahwa kelak kita akan menerima kemuliaan Allah (ay. 11). Sahabat muda …Karena cinta-Nya, Dia telah menanggung dosa dan maut yang seharusnya kita terima, sehingga kita bisa hidup merdeka saat ini. Semua telah dibayar lunas dengan harga yang mahal. 54 | P a g e



Lalu, apa respon saya dan saudara terhadap cinta yang luar biasa itu? Tentu kita tidak akan pernah mampu membalas cinta Tuhan pada diri kita. Akan tetapi Tuhan mau agar: 1. Kamu menjalani hidupmu secara benar di hadapan-Nya, jangan lagi hidup seperti orang yang masih di bawah kuasa dosa. Jagalah sikapmu dan jagalah dirimu karena Tuhan sangat mencintaiMu. Tuhan ingin kamu menjauhi segala sesuatu yang bisa merusak hidupmu dan masa mudamu (pergaulan bebas, seks bebas, merokok, judi, kecanduan pornografi/game dll) agar hidupmu tetap berkenan kepada-Nya. 2. Kamu mendekatkan diri kepada-Nya dan melayani-Nya tanpa pamrih karena Dia sudah memberikan talenta kepadamu. Melakukan pelayanan tanpa pamrih artinya bahwa pelayanan itu bukan untuk mencari pahala tetapi pelayanan itu sebagai rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Amin. Pertanyaan Reflektif: 1. Apa yang akan segera saya lakukan untuk membalas cinta-Nya? Doa: Tuhan terima kasih untuk kasihMu, terima kasih anugerahMu, terima kasih Engkau mencintaiku. Mampukan aku mengasihiMu dan mencintaiMu. Amin



55 | P a g e



Minggu, 21 Juni 2020 Menjadi Agen “J” (Roma 6:1-14) “Mulai saat ini, Anda akan menyesuaikan diri dengan identitas yang kami berikan kepada Anda. Anda hanya akan berpakaian dengan pakaian Layanan Khusus MIB. Anda telah dilatih dalam penggunaan teknologi, kendaraan, dan persenjataan yang disetujui MIB. Anda tidak boleh menonjol dengan cara apa pun. Anda bukan lagi bagian dari sistem (dunia)...” ini adalah perkataan agen O ketika menerima M menjadi salah satu agen di film Man in Black: International. Paulus menegaskan hidup sebagai orang yang telah menerima kasih karunia dari Allah, tidak ada pilihan lain selain menyesuaikan diri dengan hidup pilihan Allah. Jemaat ketika telah mati bagi dosa tidak dapat lagi hidup di dalamnya. Oleh karena setiap orang percaya telah dibaptis dalam kematian dengan Kristus. Dengan demikian jemaat telah hidup dalam hidup yang baru (ay. 2-4). Kematian Kristus yang sekali untuk selamanya bukan kematian untuk Diri-Nya sendiri tapi kematian yang membawa serta setiap orang yang percaya kepada-Nya, sehingga ketika Dia mati dan dibangkitkan, maka jemaat yang mati bersama-Nya akan dibangkitkan bersama-Nya (ay. 5). Ketika jemaat telah mati bersama Kristus, artinya segala kelakuan yang jahat sebelumnya bukan lagi menjadi bagian dari dirinya tapi menjadi bagian yang tertinggal (terpaku) di kayu salib (ay. 6). Jika dosa adalah bagian dari hidup jemaat yang lama dan harus ditinggalkan, maka kematian Kristus telah mengganti identitas jemaat. Jemaat bukan lagi menjadi bagian dari dunia ini melainkan menjadi dari hidup Allah. Tergantinya identitas diri berarti mengganti kuasa dalam diri, dosa dan keinginannya tidak lagi berkuasa, dan memberikan ruang bagi Allah untuk berkuasa. Kita sungguh menyadari bahwa menjadi percaya kepada Kristus tidak otomatis membuat pengaruh dosa hilang dari hidup. Walaupun dosa bisa tetap tinggal sebagai penjahat, meskipun ia bisa mempengaruhi pikiran dan hati kita, namun kita tidak boleh membiarkan dosa bertakhta sebagai raja, mengambil alih kehidupan kita. Jangan biarkan dosa mengambil alih untuk menentukan 56 | P a g e



keputusan dan pertimbangan atau menentukan isi hati kita. Sekarang kita memiliki identitas yang sama sekali baru, kita bukan lagi menjadi bagian dari hidup dunia ini tapi menjadi bagian dari hidup di dalam Allah. Dengan demikian kita tidak memiliki pilihan lain selain menyesuaikan diri dengan hidup yang dikehendaki oleh Allah. Anggota-anggota tubuh kita, mata, otak, tangan, kaki, mulut, telinga dan semuanya, bukanlah alat dari dosa untuk memuaskan keinginannya. Dosa bukanlah bagian dari kita karena Kristus sudah mati bagi kita, sebab dengan mati-Nya, dosa terpisah dari kita. Dosa adalah benda asing yang ingin mengambil alih anggota tubuh kita. Sebaliknya, serahkanlah anggota tubuh ini kepada Allah untuk dipergunakan menjadi senjata melawan balik dosa dan keinginannya yang jahat. Tuhan telah melatih, memperlengkapi kita dengan senjata-Nya untuk melawan kuasa dosa, yaitu Roh Kudus-Nya. Bahkan lebih dari pada itu, kita adalah senjata Allah sendiri untuk melawan dosa, ketika hidup ini kita serahkan sepenuhnya kepada kuasa Allah. Kita melawan kuasa dosa dengan kebenaran, pakaian kita bukan lagi pakaian dosa tapi pakaian kebenaran. Kita tidak bisa lagi kembali menjadi hamba dosa, namun sebaliknya jadikanlah hidup kita menjadi senjata untuk melawan si iblis. Allah mengganti hukuman dengan kasih karunia sebab Allah tahu hanya dengan itu kita mampu bergulat melawan kuasa dosa. Tuhan menjadikan kita agen “J” yang membawa kasih karunia itu juga dalam hidup. Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Bagaimana kita mempergunakan tubuh kita menjadi senjata kebenaran Allah melawan dosa dan kuasanya? 2. Bagaimana kita memaknai kasih karunia yang Allah telah berikan kepada kita? Senjata terkuat dari Allah bukanlah hukuman tapi kasih karunia yang Dia nyatakan melalui kehidupan Kristus.



57 | P a g e



28 Juni 2019 “Merengek” (Mazmur 13:1-6) Tentu semua tahu, bahwa merengek adalah salah satu kebiasaan anak kecil ketika butuh sesuatu. Sepertinya kebiasaan ini tidak dilakukan kepada semua orang lho, melainkan hanya pada orang-orang terdekatnya, yakni ayah, ibu, kakaknya, atau sahabatnya. Rengekan seorang anak kecil hanya dilakukan pada orang yang dianggapnya mampu untuk memberikan solusi atau jalan keluar. Orang yang lebih dewasa seringkali melihat kebiasaan seperti itu sebagai sebuah tindakan “rewel” atau “terlalu manja” dan “sangat menjengkelkan.” Bagaimana kalau Daud merengek kepada Tuhan! Apakah Daud masih kecil? Sama sekali tidak, guys.. Kesan yang kita dapatkan dari Mazmur 13:1-6 kurang lebih seperti ini: Empat kali kata-kata “Berapa kali” menunjukkan bahwa rengekan Daud itu sungguh amat serius atau juga sekaligus sangat manja (ay. 2-3). Akan tetapi kita tidak bisa menghakimi Daud dengan pernyataan sepihak kita, sebab tentu saja Daud memang bukanlah seorang anak kecil yang suka merengek. Dia adalah seorang Raja yang sangat disegani. Lalu mengapa dia merengek kepada Tuhan? Alasannya adalah karena Daud punya hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan, dia adalah orang yang sangat percaya bahwa hanya Tuhan saja yang bisa memberikan solusi terbaik baginya dalam persoalan apapun! (ay. 6; PGT Bab. I). Kepercayaannya membuatnya sangat mendesak Tuhan agar diselamatkan. Kegigihan Daud yang “merengek” mengingatkan kita pada perumpamaan Hakim yang lalim dan seorang Janda dalam Lukas 18:1-8. Tuhan Yesus menegaskan bahwa Allah akan membenarkan setiap orang yang siang malam berseru kepadaNya, Ia tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong mereka (Luk. 18:7-8). Alkitab mengingatkan kita demikian: “Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada manusia.” (Mzm. 118:8). Ada banyak PPGT yang sedang merengek di masa-masa ini. Mau sekolah di mana?, mau kuliah jurusan apa?, mau pekerjaan dan lain-lain semua disampaikan ke Tuhan. Wajarkah itu? Ya wajarlah, karena Tuhan Yesus bersabda: “Sesungguhnya barang siapa percaya….apapun juga 58 | P a g e



yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya agar Bapa dimuliakan” (Yoh. 14:12-13). Tetapi harus dicatat ya, bahwa merengek kepada Tuhan sangat berbeda dengan sekadar rengekan manja atau rewel. Hal tersebut adalah sebuah bentuk nyata dari keteguhan iman bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya jawaban atas semua persoalan, dan sumber keselamatan dari ancaman apapun juga. Ketaatan iman kepada Tuhan sesungguhnya sudah merupakan wujud nyata bahwa kita hanya mengandalkan Tuhan untuk setiap hal. Ayo memaksa diri untuk tetap mengandalkan Tuhan walaupun ancaman-ancaman, godaan-godaan atau tawaran-tawaran menggiurkan memancing kita untuk beralih kepada hal-hal lain yang dianggap orang mampu memberi solusi. Tuhan adalah satu-satunya jawaban, jaminan dan solusi untuk persoalan kita, guys.. Jangan merengek di Media Sosial, tidak perlu cari perhatian kalau sedang galau, tetapi pertama dan utama merengeklah kepadaNya dalam tuntunan Roh Kudus, Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah Tuhan adalah satu-satunya sumber jawaban untuk setiap persoalan saya? 2. Sanggupkah saya bertahan untuk tetap percaya bahwa TUHAN sebagai sumber solusi satu-satunya walaupun banyak masalah dan ancaman bagi diri saya? Respon/Rencana Aksi Pastoral: 1. Menjauhkan diri dari segala bentuk keinginan untuk mengandalkan hal lain di luar Tuhan ketika sedang menghadapi masalah. 2. Mendiskusikan hal-hal yang sering diandalkan ketika menghadapi masalah. Doa: Tuhan, tolonglah saya dalam iman yang sungguh-sungguh, mengandalkan Engkau sebagai sumber segala solusi bagi permasalahan saya, Amin!



59 | P a g e



05 juli 2020 Darah Pembebasan (Zakharia 9:9-17) “ Darah perjanjian” merupakan kata yg selalu kita dengar saat pelaksanan perjamuan kudus. Makna apa yang ingin disampaikan kepada kita? Mengapa harus darah? Mengapa bukan rambut, jubah, uang atau bagian lainnya yang tidak berkaitan dengan urusan nyawa. Dalam konteks Perjanjian Lama paham pembebasan, penyucian, pertobatan itu selalu berkaitan dengan darah korban (bdg. Bilangan 29: 19). Ini membuktikan bahwa sebenarnya manusia tidak dapat membebaskan sendiri dirinya dari ukungan dosa. Selalu ada harga yang harus dbayar untuk membayar hutang kita akibat dosa kita, namun sebanyak apapun yang kita bayar sekalipun dengan nyawa (darah) korban tidak dapat melunasi hutang dosa kita. Itulah sebabnya Zakharia memberikan kesaksian melalui nubuatannya tentang darah perjanjian yang dapat memulihkan keadaan bangsa Israel. Pulih dari keterpurukan ekonomi, pemerintahan (ayt.11-12), mengembalikan kekuatan tentara Israel sehingga mampu memukul mundur lawan-lawannya (ayt. 13-14) dan Allah akan tetap berjalan di depan mereka. Dan yang lebih luar biasa adalah umat kembali dikuduskan, bersih berkilap bagaikan permata-permata mahkota (ayt.16). Hal tersebut memperlihatkan bahwa di dalam pekerjaan Allah akan hadir Raja Mesias Sang Pembebas, yang akan mengerjakan penyucian umat. Sang Raja yang adil dan jaya (ayt.9) yang akan menjadi korban penghapus dosa umat. Korban yang akan menjadi darah perjanjian yang baru bagi penebusan dan pemulihan umatNya. Yaitu Yesus Kristus Sang Juru selamat umat. Nubuatan Zakharia tidak berhenti sampai di situ tetapi justru sampai pada kita, kini dan di sini. Untuk menyampaikan bahwa pengorbanan Yesus Kristus Sang Mesias itu merupakan pemulihan, dan penyucian kita atas dosa-dosa kita. Dan darah Kristuslah darah perjanjian kita. Percayalah bahwa darah itu telah menyucikan hidup kita untuk menguatkan kita, semakin teguh dalam pengharapan kepadaNya dan dalam tuntunan Roh Kudus dapat menyelami makna pembebasan yang sejati yang Tuhan lakukan untuk kita. Amin! 60 | P a g e



12 Juli 2020 Belajar Dari Hujan (Yesaya 55:10-13) Saudara, kita seringkali melihat hujan yang turun dari langit dan kita pun tahu bahwa hujan yang turun dari langit itu tidak akan kembali lagi ke langit. Hal ini sepertinya sesuatu yang biasa saja, tapi pertanyaannya adalah apa Tuhan mau katakan kepada kita melalui firmanNya hari ini? Apa yang kita mau pelajari dari hujan yang turun ke bumi tapi tidak kembali ke langit? Bacaan kita hari ini sangat jelas berbicara tentang hal itu. perhatikan ayat 10-11, di situ dikatakan: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, dan membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang kusurukan kepadanya.” Rupanya Tuhan mau menegaskan bahwa firman Tuhan yang disampaikan kepada kita adalah sesuatu yang berharga dan memiliki tujuan yang sangat luar biasa. “Mengairi bumi, menyuburkan tumbuhan”. Ini pertanda bahwa setiap firman Tuhan yang tersampaikan itu memberikan kehidupan seperti air yang memberikan kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan. Saudara, ingat apa yang dikatakan firman Tuhan dalam Injil Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Ayat 14 kembali menegaskan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia”, maka semakin jelaslah bahwa Firman itu benar-benar hadir dalam kehidupan manusia melalui Yesus Kristus. Saudara bayangkan, kehadiran Allah dalam perjalanan kehidupan manusia, seperti air yang memberikan dampak yang sangat besar bagi tumbuh-tumbuhan, maka demikianlah kehadiran Allah di dalam Yesus Kristus memberikan kehidupan dan keselamatan. Saudara, pada umumnya tumbuh-tumbuhan tidak mungkin bisa bertumbuh tanpa air, demikianlah dengan manusia dalam berbagai keterbatasan dan kelemahannya, tidak mungkin menjalani 61 | P a g e



kehidupannya tanpa Allah. Kehadiran Kristus di dunia ini tidaklah siasia, Ketika Kristus mengorbankan diri-Nya, disalibkan, mati dan dikuburkan lalu bangkit dan naik ke Sorga, maka Dia tidak kembali ke Sorga dengan sia-sia. Mengapa? Karena Kristus telah melaksanakan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya, dan apa yang dilakukan-Nya berhasil (bdk. Ay. 11b). Dari sini kita belajar bahwa segala sesuatu yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita adalah sesuatu yang sangat berharga dan tidak akan menjadi sia-sia termasuk firman Tuhan yang kita baca dan dengarkan. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan, sebagaimana Kristus telah melaksanakan apa yang menjadi kehendak Bapa? Saudara, ada begitu banyak hal yang dapat menggagalkan kita saat kita membaca, mendengarkan, merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Kita tentu tak dapat mengandalkan kekuatan kita untuk melaksanakan setiap perintah dan kehendak Tuhan. Jika kita menyadari itu, maka sesungguhnya kita pun segera sadar bahwa Roh Kuduslah yang kita butuhkan dan andalkan untuk membawa kita kepada sebuah tekad untuk melakukan kehendak Allah sesuai firmanNya. Ingatlah selalu bahwa Tuhan mau agar kita melakukan firman-Nya, seperti air hujan yang turun ke bumi yang tidak kembali dengan sia-sia. Saat kita meyakini bahwa firman Tuhan seperti air yang sangat berharga untuk membuat kita bertumbuh, maka kita pun memiliki semangat dan sukacita untuk melakukannya. Sebaliknya, saat kita tidak mendengarkan dan merenungkan bahkan tidak melakukan firman-Nya maka kita seperti tumbuhan yang tidak disirami air, sehingga kita pun tak dapat bertumbuh dalam kehidupan kita. Oleh karena itu mari kita belajar dari hujan yang turun ke bumi membasahi tumbuhan, demikianlah firman yang menghidupkan kita. Mari mengambil komitmen dalam diri kita, bahwa mulai hari ini kita akan melaksanakan setiap firman Tuhan yang kita dengarkan, dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus. Percayalah, Tuhan pasti memberkati setiap langkah hidup kita. Amin Doa : Ya Tuhan, seperti tumbuhan yang membutuhkan air, demikianlah kami pun membutuhkan firman-Mu. Ajarlah dan mampukanlah kami agar setiap kebenaran firman-Mu itu dapat kami lakukan dalam hidup kami. Terima kasih Tuhan, Amin. 62 | P a g e



19 Juli 2020 Kuat Seperti Batu Karang (Yesaya 44:1-8) Bro dan sist... Kita pasti ingat game Stronghold Crudaser yang permainannya adalah game yang menghadirkan cerita kisah Perang Salib antara Pasukan Crusader (Kristen) melawan tentara Saracen (Muslim). Game ini fokus pada peperangan mematikan yang terjadi antar penguasa dan tentu setiap pemain punya skill dan strategi untuk bisa memenangkan game ini. Salah satunya ketika membuat Pasukan dan Benteng pertahanan. Nah pada jaman itu batu yang digunakan untuk membentuk benteng yang kokoh adalah batu karang. Batu karang adalah gambaran tentang batu yang amat keras dan kuat. Di laut batu karang tak tergoyahkan. Diterjang oleh ombak, batu karang tetap tenang, bahkan kapal sebesar apapun yang pernah dibuat manusia akan takluk dan hancur jika berbenturan dengan batu karang. Gambaran yang diberikan mengenai Tuhan Allah Israel tidak lagi sekedar yang menjadikan, membentuk, menolong dan memilih Israel, tetapi Ia adalah juga Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam. Sekalipun demikian agung dan mulianya Tuhan, namun ia tetap dekat dengan umat-Nya. Secara keseluruhan Yesaya 44 merupakan satu bagian yang di dalamnya Allah mengingatkan kembali status bangsa Israel dan janji pemulihan-Nya. Ia mencurahkan apa yang menjadi kebutuhan jasmani umat-Nya dan mencurahkan Roh dan berkat-berkatNya atas keturunan Israel. Akibat pencurahan Roh Allah itu selain tanah akan diberkati (ay.4), akan tumbuh suatu generasi yang bersaksi bahwa mereka adalah milik Allah jadi umat tidak perlu takut karena Allah sendiri yang akan menggenapi rencana-Nya, yang dimulai dengan pencurahan Roh-Nya. Hasil dari pencurahan Roh Tuhan tersebut umat akan bertobat dan menyebut diri mereka kepunyaan Allah (ay.5), mereka adalah hamba Allah. Allah bukan sekedar berjanji tetapi memateraikan janji-Nya dengan kedaulatan penuh. Melalui perenungan kita saat ini ada beberapa hal yang menjadi pelajaran untuk kita renungkan bersama-sama, yaitu : Pertama: bahwa orang berdosa masih dapat menerima pengampunan bahkan kembali diberkati. Bangsa Israel telah dibaharui 63 | P a g e



Kedua:



Ketiga:



sehingga tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan. Tanah dan keturunan mereka-pun akan kembali diberkati. Melaui mereka, nama Tuhan akan dimuliakan. argumentasi tentang Yahweh sebagai Tuhan dan Allah yang sangat perkasa dan tidak tertandingi. Dialah yang melindungi umat pilihan-Nya, tetapi Ia sangat murka bila umat-Nya menyembah ilah-ilah yang lain. jaminan bahwa Yahweh akan membebaskan bangsa-bangsa pilihan-Nya dari segala keterpurukan dan ancaman. Hanya Dialah yang mampu membebaskan Israel, umat pilihan-Nya (ay.1). Allah telah memiliki kita oleh karena kasih karuniaNya, bukan karena kita benar, suci atau layak dihadapanNya.



Rencana Aksi: “Jangan gentar dan jangan takut sebab Tuhan adalah Batu karang yang kokoh” menjadi seruan keselamatan bagi kita dari Tuhan yang menjadikan kehidupan ini. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, justru kasihnya adalah kekal bahkan dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus. Sehingga kita tidak lagi gentar dan takut menjalani kehidupan sebab Allah beserta kita dan hal ini menjadi penggenapan janji keselamatan seperti nubuat yang disampaikan oleh Yesaya. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang akan memimpin kita kepada keselamatan yang kekal selain dari pimpinan Allah saja. Sebab itu jangan pernah menyerahkan keselamatan hidup kita kepada apapun yang ada dalam dunia ini selain kepada Tuhan. Tidak ada alternatif keselamatan, sebab jalan keselamatan hanya satu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Amin



64 | P a g e



26 Juli 2020 Bukan Jambu! (Mazmur 105:1-11) PHP (Pemberi Harapan Palsu) merupakan istilah yang tidak asing lagi di kalangan kita pemuda. Sudah banyak yang menjadi korban php namun tak sedikit diantara kita yang menjadi pelaku php. Janji-janji caleg yang tak dipenuhi, janji pacar untuk melamar, dan masih banyak lagi. Janji-janji yang tak kunjung ditepati akhirnya seperti buah yang busuk, atau yang sedang trend dengan istilah jambu! (janji busuk). Hal seperti ini menimbulkan rasa kurang percaya diantara kita, akibatnya tak jarang kita cenderung saling mencurigai. Susah untuk mengharapkan sesama. Pemazmur mengajak orang Israel untuk bersyukur kepada Tuhan karena perbuatan-perbuatan-Nya yang sudah nyata dan dirasakan (ay. 1). Mengajak bangsa Israel memuji-muji Allah sambil tetap mengingat betapa ajaib perbuatan-perbuatan-Nya (ay. 2-6). Perbuatan-perbuatan Allah telah nyata sebagai bukti bahwa Dia adalah Allah yang tepat janji (ay. 8). Salah satu yang telah nyata adalah janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub untuk memberikan tanah Kanaan. Allah mau bangsa Israel selalu memperhatikan perbuatanperbuatan baik-Nya sehingga mereka hidup dengan penuh rasa syukur. Dalam keterpurukan mereka tak boleh berputus asa karena ada Allah yang setia dan selalu menepati janji-Nya yang akan senantiasa memelihara. Bangsa Israel hidup dalam rancangan Allah melalui Abraham, Ishak, dan Yakub sehingga mereka harusnya selalu berpegang kepada-Nya. Di saat kita terpuruk, tak bisa lagi mengharapkan sesama, ada Tuhan yang senantiasa setia. Walau kadang kita melupakan betapa berkuasa-Nya Dia, kadang masalah hidup membuat pandangan kepada kuasa-Nya tertutupi, namun Dia selalu setia memelihara. Tidak ada masalah yang lebih besar dari Allah kita, tidak ada manusia yang lebih bisa diharapkan dibanding Dia sang Maha Kuasa. Di saat janji-janji busuk (Jambu) bertebaran, janji-Nya tetap dan memberi pengharapan karena terjamin dan terpercaya. Janji Tuhan bukanlah Jambu! Janji terbesar yang telah dinyatakan kepada kita adalah pengorbanan-Nya 65 | P a g e



dalam Yesus Kristus yang membuat kita beroleh keselamatan. Rancangan penyelamatan yang telah difirmankan dari Perjanjian Lama telah nyata kepada kita. Janji penyertaannya haruslah menjadi pegangan kita selalu. Tuhan mau kita berpegang, berlindung, dan berharap hanya kepada-Nya, jangan sampai kita lebih mengharapkan manusia yang hanyalah ciptaan dibanding Allah sang pencipta (bnd. Mzm. 118 : 8-9). Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya masih setia menaruh harapan kepada Tuhan walaupun saat ini masih ada banyak harapan yang belum dipenuhi oleh-Nya? 2. Mengapa janji manusia kadangkala lebih menggiurkan dibandingkan dengan janji Tuhan? Doa: Bapa pemilik kehidupan ini, saya mau selalu hanya berharap kepadaMu. Ampunilah anak-Mu ini jika kadang lebih percaya kepada sesama manusia dibanding kepada-Mu. Ampunila anak-Mu ini yang kadang lupa betapa besar-Nya Engkau hanya karena masalah-masalah kecil dalam hidup ini. Saya mau lebih mengenal akan janji-janji-Mu yang begitu besar bagi diri saya. Saya percaya akan janji-Mu, tolonglah saya ya Tuhan. Amin.



66 | P a g e



02 Agustus 2020 Kok Bisa Ya..? (Matius 14:13-21) “Kok bisa, ya?” Pernahkah anda melontarkan pertanyaan seperti ini ketika menjumpai hal-hal yang mengherankan, menakjubkan atau hal yang di luar nalar manusia? Saya yakin pernah. Kenapa? Karena itulah keterbatasan kita manusia, segala sesuatu diukur berdasarkan nalar/ akal pikiran kita. Lalu ketika ada sesuatu yang tidak dapat diukur lagi oleh nalar kita, maka kita kesulitan untuk menerima/mempercayainya. Seperti peristiwa yang terjadi dalam bacaan kita hari ini, mujizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Orang banyak telah menyaksikan mujizat Yesus yang menyembuhkan banyak orang sakit, berita ini tentu sangatlah cepat tersebar dikalangan masyarakat. Sehingga ke manapun Yesus pergi orang banyak selalu mengikutinya bukan hanya karena ingin disembuhkan tapi juga ada yang mengikutiNya untuk melihat/berjumpa dengan-Nya dan menyaksikan Dia menyembuhkan dan mendengarkan Dia mengajar. Jumlah orang banyak itu tak tanggung-tanggung. Dalam perikop ini berjumlah kira kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak (ay. 21). Jika dikali tiga saja (setiap keluarga ada tiga orang: ayah, ibu, dan anak), maka jumlah orang ketika itu adalah sekitar limabelas ribu orang. Kira-kira, orang sebanyak ini mau diberi makan dengan cara apa yang sesuai dengan keadaan waktu itu? Bayangkan kurang lebih lima belas ribu orang, ini yang ada dipikiran murid-murid ketika Yesus memerintahkan mereka untuk memberi mereka makan. Gimana memberi makan pada orang sebanyak itu sedangkan yang ada pada murid-murid hanyalah lima roti dan dua ikan. Dimakan lima orang mungkin cukup, tapi ini ribuan orang? Dan disinilah Yesus kembali menunjukkan kuasaNya. Setelah mengucapkan berkat atas lima roti dan dua ikan, maka makanan itu dibagi-bagikan oleh murid-murid dan mereka semua makan sampai kenyang, itupun masih ada sisa dua belas bakul. Kok Bisa? Pasti bisalah..Bagi Tuhan tak ada yang msutahil! Dia-kan Mahakuasa. Mujizat ini tidak hanya mau menunjukkan Kemahakuasaan Yesus, tetapi juga menunjukkan bahwa 67 | P a g e



Dia adalah Tuhan yang peduli dan sangat memahami kebutuhan umatNya. Dan dalam kepeduliaan-Nya Dia juga mau murid-murdi-Nya terlibat, dengan memerintahkan mereka untuk memberi makan pada orang banyak itu (Ay. 16). Kepeduliaan Tuhan tidak hanya sekedar pada memberi kesembuhan dan memenuhi kebutuhan makan minum, tapi lebih dari itu. Tuhan peduli pada keseluruhan hidup manusia terlebih lagi soal keselamatannya. Buktinya, Dia sendiri mengorbankan diriNya di kayu salib gantikan manusia berdosa. Kok bisa ya Tuhan kita itu begitu peduli? Kok bisa ya Tuhan itu begitu pengasih? Pertanyaan ini seharusnya tidak lagi keluar dari mulut orang yang percaya pada Krsitus. Karena itulah Tuhan yang kita sembah. Kemahakuasaan-Nya tidak dapat kita ukur melalui kemampuan akal/nalar manusia. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang begitu peduli pada seluruh ciptaan-Nya. Karena itu Dia yang berinisiatif menyatakan keselamatan pada umatNya, bukan karena usaha manusia. Lalu peran manusia apa? Tuhan hanya mau kita juga peduli pada sesama, sebagai wujud syukur kita. Sebagai umat yang telah ditebusNya, Tuhan utus kita dalam dunia ini untuk juga peduli kepada sesama. Pertanyaan: Jika murid-murid diperintahkan menyiapkan orang banyak itu makanan bagi kita sebagai orang muda apa yang bisa kita lakukan dalam mewujudkan kepeduliaan pada sesama? Komitmen: Apa yang kita bicarakan tentang sikap peduli pada sesama, baiknya itu menjadi komitmen iman masing-masing. Tidak hanya dikatakan, tapi harus dilakukan, diwujudkan. Dan ingatlah, bahwa kita melakukannya karena kita bersyukur atas anugerah Tuhan. Amin.



68 | P a g e



09 Agustus 2020 Iri Ko ????? (Kejadian 37:12-30) Saudara, konflik selalu bersumber dari kekebalan hati. Tetapi perdamaian sesungguhnya bersumber dari keterbukaan hati. Perdamaian dan konflik pada hakikatnya adalah sebuah pilihan. Tinggal kita mau memilih yang mana, mau berdamai atau berperang. Secara khusus,walaupun kita tidak menginginkan konflik, tetapi sikap iri hati juga bisa menjadi batu sandungan dan menjadi sumber konflik. Keinginan untuk selalu diperhatikan, dipuji, merasa paling hebat membuat kita iri hati terhadap yang lain. Hal ini dapat kita pelajari dalam pembacaan kita hari ini. Yakub sangat menyayangi Yusuf lebih dari anak-anaknya yang lain. Tindakan Yakub tersebut menimbulkan irihati dan benci saudarasaudaranya terhadap Yusuf. Yusuf tahu bahwa saudara-saudaranya iri kepadanya, akan tetapi dia tetap menyayangi saudara-saudaranya. Ia penuh kasih terhadap mereka. Ketika Yakub, ayahnya, menyuruhnya melihat saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan kambing dombanya, ia bersedia. Ini bukan sekedar tanda hormat dan taat kepada orangtuanya, melainkan juga bentuk perhatian dan kasih sayangnya terhadap saudara-saudaranya. Dengan susah payah Yusuf menempuh perjalanan jauh hingga sekitar 30 km, ia bertanya dan terus mencari hingga menemukan saudara-saudara di sebuah padang penggembalaan bernama Dotan (ay. 17). Yang sangat disayangkan adalah setelah Yusuf menemukan saudara-saudaranya itu, justru mereka malah berniat mencelakai bahkan ingin membunuhnya. Saudara-saudaranya tega menjualnya sebagai budak di Mesir dengan harga 20 syikal. Itu karena satu hal, karena mereka iri terhadap Yusuf. Rasa iri hati membuat mereka melupakan ajaran orang tuanya dan perintah Tuhan untuk selalu saling mengasihi. Orang yang hiidupnya digerakkan oleh sikap iri ihati akan selalu mencari cara untuk menjatuhkan orang lain. Orang yang demikian melupakan janji Tuhan bahwa setiap orang akan diberikan berkat. Sebab itu, menghadapi orang yang suka iri hati juga butuh Ketekunan dan kesabaran. Tuhan ingin agar kita menjauhkan sikap iri hati dari 69 | P a g e



hidup ini, sebab hal tersebut dapat menciderai rasa kasih sayang di antara kita, bahkan bisa membuat kita mendatangkan malapetaka kepada orang lain (termasuk orang yang kita kasihi sekalipun). Di Toraja, ada banyak contoh di mana orang bersaudara saling mencelakai karena iri hati seorang dengan yang lain. Semoga hal tersebut tidak terjadi dalam kehidupan pemuda gereja di manapun. Yakobus 3:16 menyaksikan: “Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat”. Karena itu, mari saling menguatkan agar kita mampu menjaga diri dari sikap iri hati! Amin! Pertanyaan Reflektif : Bagaimana merespon orang-orang yang irihati terhadap kita? Doa : Ya Tuhan, kuatkanlah dan sadarkanlah kami untuk tidak menjadi orang yang dipenuhi rasa iri hati! Amin!



70 | P a g e



16 Agustus 2020 Pantomim (Matius 15:1-20) Pantomim adalah sebuah pertunjukan tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah. dalam bermain Pantomim kostum yang digunakan adalah warna hitam putih,. Dengan kostumnya pula, para pemain pantomim tidak menunjukkan wajah asli yang sesungguhnya. Pantomim ini adalah gambaran dari orang yang munafik (yang kelihatan tidak sesuai dengan yang sebenarnya). Dalam Bacaan ini Tuhan yesus menegur keras kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat yang mempersoalkan Murid-Murid Yesus melanggar adat Istiadat, karena tidak membasuh tangan sebelum makan (ay. 1,2). Mengutamakan hal yang utama tampaknya bukan menjadi perhatian pokok orang Farisi dan ahli Taurat. Hukum Taurat adalah hal yang utama karena Allah yang memberikan kepada Umat Israel. Namun yang diutamakan orang farisi dan ahli Taurat adalah hukum-hukum tambahan yang mereka buat sendiri untuk melengkapi hukum Taurat. Yesus mengecam mereka sebagai orang yang munafik diayat 7-9. Siapakah orang munafik itu menurut bacaan kita? Orang yang tahu kebenaran tetapi tidak melakukanNya (bibirnya memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan). Orang yang hanya menghakimi dan mengkritik orang lain sesuai dengan ukurannya sendiri. Lalu, apa yang dikatakan Yesus mengenai orang yang munafik? Tidak ada gunanya beribadah kepadaNya kalau yang dilakukan adalah perintah manusia bukan perintah Allah. Tidak ada gunanya memuliakan Allah kalau hanya sebatas dibibir sementara hati jauh dari Tuhan. Memang benar orang-orang munafik di dunia sekarang ini ada dimana mana. “manis di bibir” lain dibibir lain dihati. Di mulut “kasih” tetapi di hati “benci”. Hari minggu ke gereja, setelah keluar dari gereja yang dilakukan berbanding terbalik dengan Firman Tuhan. Di depan orang tua jaim (jaga image), di luar amit-amit (keterlaluan). Hal seperti itu Siasia tidak ada gunanya yang seharusnya adalah menghidupi Firman Tuhan dengan hidup didalam kebenaran.



71 | P a g e



Pertanyaan Reflektif 1. Sudah sejauh mana kita menghidupi Firman Tuhan dengan melakukan kebenaran ? 2. Kemunafikan kemunafikan seperti apa yang biasa kita lakukan dalam keseharian kita yang menunjukkan bahwa kita belum berakar dan berbuah dalam Kristus?. Milikilah integritas dan hiduplah sesuai Firman Tuhan, supaya perjalananmu jauh dari kemunafikan dan engkau semakin berakar ,bertumbuh dan berbuah didalam Kristus. Amin!



72 | P a g e



23 Agustus 2020 TPP atau FPP (Matius 16:13-20) Salah satu game online yang menarik perhatian jutaan orang adalah PUBG (Player Unknown’s Battlegrounds). Permainan ini menawarkan dua mode permainan, Third Person Perspective atau TPP (sudut pandang orang ketiga) dan First Person Perspective atau FPP (sudut pandang orang pertama). Untuk sudut pandang orang, pemain dapat melihat karakter mereka di layar saat bergerak dan menembak. Sedangkan sudut pandang orang pertama diandaikan pemain melihat dari mata karakter yang dimainkan. Salah satu kunci untuk memenangkan permainan ini adalah kemampuan untuk memaksimalkan peran sesuai sudut pandang, serta kemampuan menggunakan sudut pandang untuk mengatur strategi. Semua orang yang mengenal Yesus melihat dari sudut pandang menurut apa yang mereka terima dari Kitab Suci atau dengar dari orang lain. Yesus bagi mereka dipandang sama (atau jelmaan) dari nabi besar di masa lalu, seperti Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, atau nabi lainnya. Umat Yahudi memandang nabi-nabi itu sebagai nabi yang dikenang karena tindakan radikal mereka. Dengan demikian dalam pikiran mereka Yesus akan membawa gerakan radikal sama seperti para nabi dahulu kala. Karena pola pikir demikian, maka sebagian besar orang Yahudi juga meletakkan harapan (ekspektasi) yang sama kepada sosok Yesus (ay. 14), yaitu agar Yesus dapat membebaskan emreka sebagaimana para Nabi di masa lampau. Yesus tahu pandangan mereka, maka Dia perlu “membersihkan” padangan murid-Nya sendiri dari pengaruh bahkan mungkin harapan mereka kepada Yesus. Perkataan Yesus “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (ay. 15). Dia hendak menegaskan sudut pandangan secara pribadi melihat Yesus. Jika selama ini mungkin mereka melihat Yesus sama seperti orang banyak meliat Yesus, maka pertanyaan itu harus mengubah pandangannya. Mereka harus melihat secara pribadi, dari sudut pandang pertama siapa Yesus. Simon Petrus melepaskan diri dari pandangan kebanyakan orang, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Perkataan ini tentu lahir bukan karena pengetahuannya 73 | P a g e



sendiri tapi Allah sendirilah yang menyampaikannya (ay. 17). Siapakah Yesus menurut pribadi kita saat ini? Apakah kita melihat Dia hanya sebagai manusia biasa, tokoh sejarah, nabi atau mungkin nabi palsu. Banyak orang percaya hari ini, khususnya pemuda, Kristen karena keturunan atau lahir dalam keluarga Kristen. Iman yang kita miliki adalah iman yang diwariskan orang tua. Yesus ingin kita menemukan sendiri siapa Dia menurut kita. Dia ingin agar kita melihat dan menilai Dia dari sudut pandang kita sendiri. Yesus ingin kita bersih dari pandangan dan penilaian berdasarkan pandangan iman orang lain (orang tua, pendeta, bacaan renungan, dan sebagainya). Tuhan meyakinkan bahwa Dia akan menolong kita untuk melihat Yesus dengan benar dan sejati. Bagi Petrus sendiri, Yesus bukanlah sekadar tokoh sejarah, atau manusia yang pernah hidup dan berjalan di dunia ini, tetapi Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup. Juru selamat manusia, juru selamatnya secara pribadi, yang hidup, bukan sekedar kata nubuatan para nabi. “Berbahagialah” kita jika mampu mengungkapkan pengakuan pribadi karena pengenalan kita sendiri, karena sudut pandang kita sendiri. Iman seharusnya bertumbuh dari pengenalan dan pengalaman secara pribadi dengan Yesus bukan terbatas karena diajarkan atau diwariskan. Tugas Kristus dalam dunia tidak menurut pandangan orang lain atau menurut pikiran manusia kepada-Nya tapi sesuai kehendak Allah sendiri. Yesus tidak menjadi Mesias menurut kita atau harapan orang banyak namun karena Allah sendiri. Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Jika Tuhan Yesus berkata kepada kita “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Berikanlah jawaban secara pribadi! 2. Mengapa kita perlu mengenal Yesus secara pribadi bukan menurut pandangan orang lain (orang tua, pendeta, dan sebagainya)?



74 | P a g e



30 Agustus 2020 Mengingat Kasih Setia-Nya (Mazmur 105:23-36) Gossip itu makin digosok makin sip, yang laku diperbincangkan adalah gossip. Apalagi jika itu menyangkut pribadi seseorang yang juga kebetulan orang yang tidak kita sukai, pasti lebih banyak lagi bumbunya. Sesuatu yang paling banyak orang ingat adalah perbuatan jahat, jika ada orang yang melakukan sembilan kebaikan dan melakukan satu saja perbuatan jahat, maka perbuatan jahat yang satu itu akan merusak Sembilan kebaikan yang sudah dilakukan. Begitu juga saat bergosip, jarang orang menceritakan perbuatan yang baik, sebaliknya perbuatan yang jahat yang selalu diceritakan. Allah setia pada perjanjiannya kepada umat-Nya. Dia akan menyertai dan menolong umatnya. Pada perikop ini pemazmur menggambarkan bagaimana pengulangan kisah tentang perjalanan Bangsa Israel yang berada di Mesir. Ketika itu Yakub tinggal tanah Ham dan bertambah banyak menjadi sebuah bangsa yang kuat (ay. 23,24). Kemudian mereka dibenci dan diperbudak oleh mesir (ay. 25). Oleh karena itu Musa dan Harun diutus untuk menuntun Bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Allah menyertai mereka dan menunjukkan mujizat-mujizat dengan mendatangkan tulah kepada Mesir (ay.26-36). Dalam hal ini Allah dipuji karena melakukan pembelaan kepada umatNya sendiri, sebab Allah tidak pernah membiarkan umatNya binasa. Pada saat ini terlalu banyak dari kita hanya memfokuskan diri pada kepentingan pribadi tanpa melihat kepentingan bersama dalam sebuah persekutuan. Sibuk dengan dunia menyendiri dengan gadget Sibuk untuk bermain game dan bermedsos tanpa memperhatikan orang yang ada disekitar kita. Banyak orang jauh yang kita kenal tetapi orang yang ada disekitar kita tidak tau. Kita juga mulai meninggalkan budaya kita selaku orang Toraja yang melekat dalam diri orang Toraja yaitu budaya lisan. Bagaimana orang tua kita dulu selalu menceritakan kisahkisah (ulelean pare) yang penuh dengan pesan-pesan yang baik untuk diterapkan. Kita selaku orang Kristen juga dituntut untuk selalu menyampaikan Kabar Baik kepada semua makhluk agar Kristus 75 | P a g e



dipermulian dalam diri kita. Tentu pengalaman hidup kita berbeda namun kita sepakat bahwa kita tentu pernah mengalami penyertaan dan kasih setia dari Tuhan. Alangkah baik jika kita menceritakan itu kepada sahabat, teman, gebetan dan siapapun yang kita jumpai. Mungkin mereka sedang mengalami keterpurukan yang pernah kamu alami namun kamu bisa bangkit dan move on. Tujuannya agar mereka juga semakin yakin akan iman kepada Yesus Kristus. Bahwa dengan selalu mengingat kasih setia Tuhan akan selalu menguatkan Iman mereka. Konten yang positif akan melawan hoax yang beredar, perbanyaklah menyebarkan apa yang baik kurangi yang tidak baik karena itu sangat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Menceritakan perbuatan yang baik akan menghasilkan pemikiran yang postif dalam pergaulan, persekutuan, dan relasi dengan orang lain yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Pertanyaan: 1. Lebih banyak mana yang kita sebar sekarang ini, perbuatan baik, hoax, atau perbuatan jahat? Mengapa itu lebih dominan? 2. Apakah itu bermanfaat bagi saya dan orang lain?



76 | P a g e



06 September 2020 Move On (Roma 13:8-14) Apa yang dimaksud dengan berubah? Pada tahun 1990 – 2000an, ada film anak-anak yang sangat terkenal, yaitu Power Rangers. Film ini tentang sekelompok orang yang bisa berubah ketika berperang melawan kejahatan. Film tersebut begitu populer, sehingga anak-anak pada saat itu selalu menirukan suara mereka yang khas: “berubahhhhh...” sambil menirukan gaya para Rangers yang berubah bentuk menjadi manusia super. Di sini kita melihat, berubah artinya meninggalkan bentuk atau penampilan lama, lalu menggunakan bentuk dan penampilan baru. Perubahan gaya hidup. Itulah yang ingin disampaikan oleh Firman Tuhan. Di bawah hikmat Roh Kudus, Rasul Paulus menuliskan pesan tentang perubahan gaya hidup dengan dua cara. Pertama, pemahaman yang mendalam tentang inti Hukum Taurat (ay. 8-10). Sebagaimana Kristus menegaskan bahwa kedatanganNya tidak menghilangkan setitik pun dari Hukum Taurat, Rasul Paulus juga mengembalikan apa yang menjadi nilai utama dari Hukum Taurat, yaitu kasih (ay. 10). Ini merupakan nasihat untuk orang-orang Kristen yang kebingungan, apakah masih akan mempertahankan Hukum Taurat atau tidak. Karena itu dalam tuntunan Roh Kudus, Rasul Paulus mengarahkan orang Kristen untuk melihat inti nilai yang ada di dalam Taurat, tidak terjebak pada ritual-ritual Yahudi yang merupakan buatan manusia sebagai hasil penafsiran atas Hukum Taurat. Ketika kita melakukan kasih dalam kehidupan, maka sesungguhnya kita telah melaksanakan hakikat dari Hukum Taurat itu sendiri (ay. 11). Kedua, bagaikan malam yang sedang berlalu berganti siang, demikianlah segala yang jahat dan menimbulkan dosa harus ditinggalkan oleh orang percaya kepada Kristus dan menyambut fajar kehidupan (ay. 12-14). Penggunaan istilah ‘malam’ dan ‘siang’ adalah bahasa simbol di mana malam dikuasai kegelapan sementara siang dikuasai oleh terang. Dalam hal ini, Allah, melalui Rasul Paulus, mengajak semua orang percaya untuk menanggalkan atau tidak mengikuti kebiasaankebiasaan masyarakat di Kota Roma yang tidak sesuai dengan 77 | P a g e



kehendak Kristus: pesta pora dan kemabukan, percabulan dan hawa nafsu, perselisihan dan iri hati (ay. 13). Sebaliknya, orang Kristen mesti memilih hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan: sopan dan saling mengasihi, yang digambarkannya sebagai ‘siang’ yang dikuasai oleh terang. Tidak hanya sampai di situ, Firman Tuhan mengatakan bahwa seorang Kristen harus mengenakan Kristus sebagai ‘perlengkapan senjata terang’ yang bermakna sebagai penyerahan kehidupan ke tangan Tuhan secara total! (ay. 14). Hidup hanya terdiri dari dua pilihan tersebut, tidak ada wilayah abu-abu. Berubah! Itulah yang mesti menjadi komitmen seorang yang sudah menerima Kristus dalam kehidupannya. Perubahan itu tidak hanya menyangkut perubahan dalam beberapa sisi kehidupan, tetapi perubahan secara total, sehingga tidak lagi terbelenggu di bawah kuasa dosa, tetapi berada di bawah kuasa Allah yang menghidupkan. Move on memang bukan sesuatu yang mudah, karena kita harus menanggalkan dorongan ego yang ada dalam diri kita dan semakin mengikuti kehendak Kristus di sepanjang kehidupan. Segala kesenangan diri yang bertentangan dengan kehendakNya tidak dapat kita pertahankan, melainkan harus dilepaskan sehingga hidup semakin serupa dengan Kristus. Tetapi sekalipun sulit, Allah dalam hikmat dan pertolonganNya, akan memampukan kita untuk menjalaninya dengan taat dan setia. Amin! Pertanyaan Reflektif Sepanjang kehidupan saya sebagai Orang Kristen, sejauhmana saya telah semakin meninggalkan cara hidup yang lama untuk semakin serupa dengan Kristus? Doa/Komitmen: saya akan selalu memeriksa kehidupan yang saya jalani setiap hari, untuk dapat mengenali bagian-bagian kehidupan yang masih harus ditinggalkan dan mengenali kehendak Tuhan untuk dilakukan.



78 | P a g e



13 September 2020 Sorry, Elooee Bukan Hakim! (Roma 14:1-12) Di zaman sekarang ini “bullying” (menghakimi, menghina dan mengejek melalui media sosial entah itu melalui Instagram, whatsaap, facebook, Twitter) bukan hanya trend, tetapi seolah-olah menjadi kebiasaan dan membawa kebanggan tersendiri dikalangan pemudapemudi. Kata-kata yang digunakan di media sosial tidak tanggungtanggung sering begitu menyakitkan dan membuat orang lain bunuh diri. Dunia sekarang sangat marak dengan netizen (masyarakat pengguna internet) yang seenaknya mengeluarkan kata-kata. Sebab itu undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) pun semakin diperketat. Setiap ujaran, status, komentar dan sebagainya di internet akan diselidiki dengan secara seksama oleh aparat hukum agar masyarakat Indonesia kembali menjadi santun, ramah dan menghargai seperti selayaknya Masyarakat yang beradab dan berbudaya. Lalu apa kata Firman Tuhan dengan kondisi ini? Dalam Roma, surat Paulus menegaskan ke jemaat bahwa mestinya setiap orang tidak lah mem-bully/ menghakimi satu dengan yang lain entahkah itu soal makanan (ay. 3), entahkah ia berdiri (ay. 4), entahkah ia jatuh (ay. 4), entahkah itu soal hari (ay. 5). Mengapa hal ini ditekankan oleh Paulus karena konteks saat itu di Roma orang yang satu dengan yang lainnya suka membully bahkan hal yang paling sederhana yang dilakukan oleh orang lain (contohnya saja soal makan sayuran pun, seseorang dapat kena bully/ hinaan). Dalam konteks ini, Paulus kemudian memberi penegasan melalui Firman Tuhan bahwa setiap orang yang melakukan sebuah hal pertanggung jawabannya adalah kepada Tuhan (ay. 6). Tidak hanya berhenti sampai di situ, Firman Tuhan yang disampaikan Paulus menyatakan bahwa hanya satu sosok yang bisa menghakimi setiap perbuatan manusia yaitu Tuhan sendiri (ay. 10). “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Jelas Firman Tuhan mengatakan bahwa sebagai manusia, sebenarnya kita tidak memiliki hak sama sekali untuk menghakimi sesama kita, tidak ada 79 | P a g e



sedikitpun cela bagi kita untuk menghina seseorang dengan apa yang dilakukannya sebab otoritas penghakiman hanyalah milik Allah semata.” Dewasa ini, sikap menghakimi sudah sangat asyk untuk dilakukan, apalagi kalo kita berbeda dengan seseorang sontak saja penghakiman kita lakukan. Nah, jika penghakiman atau bahasa zaman now nge-bully dilakukan dengan tanpa beban sama sekali maka Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa mencela sesama adalah perbuatan yang tidak pantas untuk dilakukan oleh orang percaya!. Pemuda-pemudi dapat mawas diri terutama perkataannya, apakah sudah jadi berkat bagi orang lain atau justru mendatangkan sesuatu yang buruk bagi orang lain? Yakobus menyaksikan: “Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka”. (Yak. 3:6). Lidah kita ini dapat menjadi api neraka bagi seseorang jika kita tidak gunakan dengan bijaksana, lidah kita ini bisa menjadi api neraka bagi seseorang. Sebab itu berhentilah menghakimi (bahkan melalui medsos sekalipun). Firman Tuhan hari ini menegur/ mengajak kita untuk tidak saling menghakimi satu dengan yang lain. Roh Kudus memolong, Stop Bullyng!!! Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Apa yang selalu mendorong kita untuk melakukan bullyng/menghakimi? 2. Apa yang mesti kita lakukan agar kita tidak terjebak pada sikap mem-bullyng/menghakimi? Komitmen / Doa: Ya Allah Roh Kudus, mampukan saya melalui Firman-Mu hari ini agar saya menjadi pribadi yang dapat menjadi berkat bagi sesama dengan cara tidak mem-bullyng/meghakimi orang lain. Amin!



80 | P a g e



20 September 2020 Yang Terbaik (Matius 20:1-16) Sahabat PPGT….dalam hidup ini kita sering membandingbandingkan diri kita dengan orang lain. Mengapa saya seperti ini?, mengapa saya belum bekerja?, mengapa saya banyak masalah atau pergumulan?, mengapa yang saya butuhkan dan inginkan belum terpenuhi? Mengapa dia seperti ini, rasa-rasanya hidupnya lebih menyenangkan dibandingkan hidupku padahal saya lebih rajin beribadah: lebih setia dalam pelayanan, pengurus PPGT sedangkan dia tidak? dan lain sebagainya. Ada berbagi macam perbandingan dan pertanyaan yang muncul sehingga terkadang muncul dalam pikiran kita bahwa Tuhan tidak adil bahkan lelah untuk bertindak. Apakah betul Tuhan itu ada? Mengapa terjadi seperti ini….? Seorang tuan rumah pagi-pagi benar memanggil pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya dan ada kesepakatan upah sedinar sehari.. Kemudian ada lagi yang dipanggil pada pukul 9 pagi. Kemudian memanggil lagi pekerja pada pukul 12 siang, selanjutnya pukul 3 petang dan pukul 5 petang tetapi pada saat diberi upah semua mendapatkan sedinar. Karena itu timbul pertanyaan mengapa tuan tanah itu tidak adil? Pekerja yang masuk lebih dahulu bersungut-sungut dan membandingkan upahnya dengan yang terakhir (ay. 11). Hal ini tentu memunculkan kecemburuan dan iri hati. Dalam ayat ke 15, muncullah pikiran bahwa: “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?” Yaa….Tanpa sadar hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan kita bahwa kita iri terhadap sesama kita, kita mengukur segala sesuatu menurut ukuran kita, kita mengukur sesuatu menurut kepentingan kita, kemauan kita dan sesuai hati kita. Sesungguhnya, keadilan Allah tidak berdasarkan keinginan kita, melainkan mutlak menjadi hak Allah sendiri. Terkadang kita tidak menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur semuanya sesuai dengan kehendak dan rencanaNya. Terkadang kita tidak sabar menunggu waktu Tuhan karena ingin cepat meraih sesuatu, kita mau yang instant padahal belum tentu itu yang terbaik bagi diri kita. Terkadang kita sombong



81 | P a g e



akan kehebatan dan hanya mengandalkan kekuatan, dan kemampuan kita sendiri. Sahabat PPGT, Sadarilah bahwa kita begitu terbatas. Yakinlah Tuhan itu Mahamengetahui; berdoalah minta petunjuk Tuhan, entah itu tentang kerinduanmu, keinginanmu, masalah dan pergumulanmu. Bawalah semuanya kepada Tuhan. Nantikanlah Tuhan bekerja menurut waktuNya. Baiklah kita berserah dan berdiam diri menantikan yang terbaik dari Tuhan sesuai waktuNya. Kita begitu terbatas tapi Tuhanlah yang mengetahui yang terbaik sesuai dengan keinginan dan rancanganNya. Jangan merasa lebih hebat, lebih unggul dan lebih pantas karena memiliki kedudukan atau tugas jabatan yang lebih tinggi. Jangan iri terhadap berkat, kesuksesan dan keberhasilan orang lain, karena Allah tidak membeda-bedakan dan kasih Allah diberikanNya kepada semua orang yang berkenan kepada-Nya sesuai dengan waktu dan kehendakNya. Tuhan tetap memperhatikan manusia tanpa melihat dan mempedulikan perbedaan manusia itu , dan tanpa mengukur siapa yang lebih dahulu mengenalNya dan mengikutNya. Kita perlu mengubah cara pandang kita menurut pandangan Tuhan. Karena Tuhan pasti memilih kita dan memberikannya kepada kita sesuai waktuNya dan karena semua orang sama di hadapanNya dan Dia memberikan sesuai dengan kehendakNya. Amin Pertanyaan Reflektif: Apakakah aku sudah yakin dan terus bersyukur atas apa yang Tuhan nyatakan dalam hidupku? Doa: Tuhan mampukan aku bersyukur untuk semua yang aku miliki dan percaya bahwa Engkau pasti memberi yang terbaik menurut kehendak dan rencanaMU. Amin.



82 | P a g e



27 September 2020 Dengarlah!!!! (Mazmur 78:1-4) Tahukah Anda bahwa dari ceritalah kita bisa tahu sejarah kita, tentang darimana asal usul kita, siapa nama pendahulu kita, apa yang dulu mereka lakukan, hingga akhirnya kita ada hari ini. Dulu ketika televisi masih menjadi barang mewah, masyarakat Toraja akan mengisi malam hari ketika akan beristirahat dengan duduk bersama, ditemani penerangan seadanya dan mulailah orang tua bercerita dan bertutur kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Dengan penuh semangat, orang tua menceritakan sejarah masa lampau, silsilah, pengajaran-pengajaran lewat dongeng tradisional (ulelean pare) dan dengan media inilah nilainilai kehidupan ditanamkan dan diwariskan kepada generasi pelanjut. Dengan patuh dan turut, anak-anak akan duduk dengan setia mendengar cerita hingga selesai. Kenapa bercerita dan mendengar menjadi sesuatu yang sangat ditekankan dalam teks ini? Mazmur Asaf ini diawali dengan sebuah penekanan agar pendengarnya memasang telinga dan menyendengkannya untuk ucapan yang akan disampaikan oleh Asaf (ay. 1). Jika membaca pesan awal ini, berarti ada pesan yang sangat penting yang akan disampaikan yang menuntut pendengarnya fokus dan tidak dialihkan kepada perhatian lain. Nah, hal penting apakah itu? Sepenting apakah pesan itu untuk pendengarnya? Sebagaimana sejarahnya, Asaf adalah pemazmur yang hidup pada zaman Raja Hizkia, seorang raja yang memerintah Israel selama 29 tahun. Selama pemerintahannya, Hizkia melakukan apa yang baik di mata Tuhan sesuai dengan Raja Daud pendahulunya. Mengapa? Tentu karena dia tahu dan mendengar kisah Daud bapa pendahulunya, bagaimana dia hidup baik di mata Tuhan, sehingga Hizkia melanjutkan itu. Sebuah teka-teki dari zaman purbakala, yang telah didengar dan diketahui dari cerita nenek moyang tentang bagaimana kekuatan Tuhan dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan atas Israel (ay. 2-4). Hizkia mendengar, hidup taat dan dia menikmati kebersamaannya bersama Tuhan. Sayang sekali, cerita ini tidak berlanjut didengarkan oleh penerusnya, sehingga raja selanjutnya yaitu anaknya hidup tidak 83 | P a g e



lagi seturut kehendak Tuhan, sehingga membawa malapetaka bagi Israel. Hal tersebut sesuai dengan Nubuat Hosea: “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.” (Hos. 4:6) Dalam kehidupan, pemuda sangat sulit untuk fokus, sehingga melupakan hal yang sangat penting untuk hidupnya, yakni cerita tentang perbuatan ajaib Tuhan atas kehidupan kita di masa lalu yang akan mendatangkan kebaikan bagi hidup kita saat ini jika kita melakukannya. Kita sesungguhnya tahu, tapi mengapa kita gagal fokus, tidak mau mendengar, dan justru melakukan hal lain? Telinga kita tertutup oleh bisingnya kehidupan modern, tentang hingar-bingar kemajuan teknologi, lalu kita mengabaikan keberadaan Tuhan. Maka, duduklah dalam kerendahan hati, pasang dan sendengkanlah telingamu sejenak kepada Tuhan, tentang Dia yang kuat dan ajaib dalam hidupmu di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Ceritakanlah hal itu terus menerus, agar Allah tidak melupakan engkau dan keturunanmu! Pertanyaan Refleksi: 1. Gagal fokus kepada Tuhan akan membuat kita mengabaikan kehadiran Allah. Apakah hal-hal dalam kehidupan yang membuat kita gagal fokus kepada Tuhan? 2. Bagaimana cara yang dapat kita lakukan untuk membangun kebiasaan mendengar pada diri sendiri? Rencana Aksi Pastoral: 1. Melibatkan diri dalam kegiatan bercerita Alkitab di Sekolah Minggu. 2. Bagi yang sudah mengajar sekolah minggu, berusaha untuk mengikuti pelatihan CeriA 1 -2, dan Pelatihan lainnya terkait cara menceritakan Cerita Alkitab (CeriA). Doa : Dalam setiap hari, rutinitas telah membawa saya untuk mengabaikan Tuhan. Karir, harta, dan kebisingan hidup lainnya membuat saya tidak lagi fokus kepada-Mu. Tolonglah dan mampukan saya untuk untuk mau mendengar, meyakini dan menceritakan kekuatan dan keajaiban-Mu. Amin! 84 | P a g e



04 Oktober 2020 Tragedi Buah Asam (Yesaya 5:1-7) Ada kisah nyata mengenai seorang siswi SMA pada tahun 2006 di Toraja yang sangat giat belajar. Jangankan melewatkan satu hari tanpa belajar, dia justru berusaha dengan gigih agar tidak pernah melewatkan satu mata pelajaranpun di sekolah. Sayang sekali ketika ujian nasional sudah dilaluinya, ia harus menerima kenyataan yang amat sangat mengecewakan. Dari sekitar duaratus siswa di sekolahnya, dia adalah salah satu dari dua orang yang tidak lulus ujian nasional ketika itu. Menurut Anda, bagaimana saja bentuk ungkapan kekecewaan yang akan dilakukannya? Mungkinkah kekecewaan itu seperti yang dikisahkan dalam Yesaya 5:1-7? Sepertinya kekecewaan siswi SMA di atas belum sebanding dengan kekecewaan TUHAN, guyss. Tidak bisa digambarkan betapa kecewanya “kekasih mistik” Yesaya (Bahasa Ibrani: d0d), yang menggarap kebun anggur dengan sangat giat sekaligus serius, namun yang diperolehnya adalah buah yang asam! Keputusasaan dan kekecewaan itu, tergambar pada rencananya utuk menghancurkan dan menelantarkan kebunnya itu (ay. 4-7). Apa yang salah dengan kebun ini? Bukankah penggarapnya bukan penggarap yang jahat (Mat. 21:33-46), tetapi penggarap yang mau mengorbankan segala hal untuk kebaikan kebunnya? Mengapa justru buah masam yang dihasilkan? Kekasih yang menggarap tersebut adalah TUHAN Allah dan kebun itu serta tanamannya adalah Tanah dan Bangsa Israel (Bnd. Yer. 12:10 & Mzm. 80). Buah asam itu adalah akibat dari dosa yang dilakukan bangsa Israel, yang menduakan dan meninggalkan TUHAN Allah setelah mereka diberi semua kemudahan dan kesejahteraan di Tanah Perjanjian. TUHAN Allah bersedia mengorbankan apapun untuk kebaikan Bangsa Israel, tetapi respon mereka sangat mengecewakan TUHAN Allah! Sekarang ini, kita sebagai Pemuda Kristen di Toraja banyak yang sedang mengarah ke “buah masam”. Ketika baru menempuh pendidikan dan memulai karier, kita sangat menikmati “hubungan mistis” (akrab dan sangat dekat) dengan TUHAN. Dalam masa-masa itu, kita rajin ke gereja, rajin kumpulan, rajin berdoa dan TUHAN Allah 85 | P a g e



juga terus menopang kita. Akan tetapi setelah berhasil di “Tanah Perjanjian” justru yang dilakukan adalah meninggalkan TUHAN bahkan melawan TUHAN dengan “keberhasilannya”. TUHAN Allah yang kita kenal dalam diri Yesus Kristus telah mengorbankan segalanya untuk kebaikan, kesejahteraan serta keselamatan kita (PGT Bab I dan Bab IV) namun masih ada saja orang-orang muda yang sulit untuk mensyukuri berkat serta pengorbanan TUHAN itu. Ada yang selalu mengeluh kekurangan bukan merasa kecukupan, bahkan ada yang merasa tidak pernah diberkati. Sikap-sikap ini, mengarah kepada sebuah “kepahitan rohani” yakni munculnya tragedi buah asam. Kalau kita semua sudah begitu, dapatkah kita bayangkan apa yang akan dilakukan TUHAN selanjutnya kepada kita para pemuda? Pikirkanlah dan buatlah komitmen, selagi masa ada waktu, kawan-kawan. Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya bagian dari “buah asam” atau bukan? 2. Beranikah saya menjadi “buah manis” dalam hidup? Komitmen & Rencana Aksi: 1. Doa: “TUHAN, tolonglah saya untuk merespon kebaikan dan pengorbananMu dengan cara melakukan hal-hal yang “manis” di mataMu”. 2. Membuat sayembara “Mencatat Buah Manis”, yaitu lomba mencatat respon positif teman-teman PPGT terhadap kebaikan TUHAN. Setiap orang mencatat kebaikan 2 orang teman yang lain.



86 | P a g e



11 Oktober 2020 Salah Kostum (Matius 22:1-14) Pernahkah Anda (teman-teman/saudara) merasa malu karena menggunakan kostum/pakaian yang salah? Misalnya ketika di sekolah di mana Anda menggunakan seragam Abu-putih, eh ternyata hari itu semua orang menggunakan pakaian seragam pramuka atau batik. Kalau belum pernah mengalami hal tersebut, sebaiknya jangan dicoba, guys…. Ini adalah salah satu hal yang cukup memalukan lho. Kesepakatan tentang kostum itu kan gambaran ketaatan terhadap keputusan bersama, kesatuan, kekompakan, dan tujuan bersama. Jadi wajarkah apabila kita harus ditolak oleh perkumpulan, geng, atau grup kita tidak kompak dalam persoalan karena salah kostum. Perumpamaan tentang perjamuan adalah sebuah gambaran tentang bagaimana respon orang-orang terhadap anugerah keselamatan dari Tuhan. Raja yang mengadakan pesta perkawinan untuk anakNya adalah gambaran tentang Tuhan sendiri (ay. 2). Dia mempersiapkan segala sesuatu untuk umatNya (ay. 4; Kej. 1:1-31). Keselamatan yang melebihi apapun yang dibutuhkan manusia sudah disiapkanNya (Bnd. Mat. 6:33), namun manusia memilih untuk mencari hal yang duniawi dibanding yang disiapkan Tuhan bahkan ada yang menolak dengan sengaja keselamatan yang disiapkan Tuhan (ay. 5-6). Upah mereka yang demikian jelas dalam ayat 7. Disisi lain, banyak orang yang menerima undangan keselamatan walaupun keselamatan pada awalnya ditujukan bukan untuk mereka (ay. 10). Sayangnya ada yang sudah menerima keselamatan, namun tidak tahu bagaimana tampil dengan keselamatan itu (ay. 12), akhirnya orang yang seperti ini pun juga mendapat upah yang tidak jauh beda dengan orang-orang yang tidak mau menerima undangan keselamatan. Dia ditolak oleh sang Raja, tangannya diikat Untuk kita yang hidup di masa sekarang ini, persoalan tersebut banyak terjadi. Kita sedang menghadapi persoalan serius di sekitar gaya hidup, teman-teman. Jelas bahwa undangan keselamatan telah kita terima dan kita amini. Namun gaya hidup kita bagaikan orang yang salah kostum. Keselamatan kita akui namun yang kita tampilkan adalah gaya 87 | P a g e



hidup orang yang sama sekali tidak cocok untuk disebut “orang yang diselamatkan.” Dengan demikian, maka kita semua bisa mengambil kesimpulan bahwa Tuhan Yesus sudah menggambarkan kepada kita kalau semua orang mendapat hak dan kesempatan untuk diselamatkan, tetapi respon atas keselamatan itu adalah gaya hidup yang pantas seperti yang Dia inginkan. Gaya hidup ini sebagai bentuk kesaksian kita kepada dunia bahwa kita layak disebut orang yang diselamatkan! Gaya hidup kita adalah kostum kita yang langsung dilihat orang lain dalam dunia ini, gaya hidup kita adalah kesaksian kita kepada dunia ini (Bnd. PGT Bab VI Poin 5-6). Amin! Pertanyaan Reflektif: 1. Apakah saya yakin bahwa saya adalah orang yang telah diselamatkan? 2. Apakah gaya hidup saya sudah sepantasnya seorang yang telah diselamatkan? Komitmen/Rencana Aksi Pastoral/Doa: 1. Membuat Daftar Gaya Hidup Yesus 2. Mengucapkan Doa: “Ya, Tuhan, saya ingin menampilkan gaya hidup yang pantas sebagai orang yang telah Engkau selamatkan. Tolonglah saya, Amin”.



88 | P a g e



18 Oktober 2019



BUKAN OMDO (1 Tesalonika 1:1-10) Pernahkah saudara mendengarkan Isitilah “OMDO?” Biasanya istilah itu diberikan kepada orang yang hanya pandai bicara tapi tidak ada bukti. Itulah sebabnya diberi gelar OMDO, sebab OMDO itu singkatan dari Omong Doang atau dengan kata lain hanya bicara saja. Istilah lain yang mirip dengan itu ialah NATO (No Action, Talk Only). Kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama bahwa kadang ada orang yang cumin (hanya bisa) berkata-kata tapi tidak membuktikan perkataannya itu. Dalam kehidupan orang Toraja pada umumnya, ada pemahaman yang selalu dipegang, yaitu butti ri ma’panassa (yang membuat segala sesuatu jelas adalah bukti). Itu berarti, bukti itu jauh lebih jelas dan jauh lebih penting dari pada sekadar kata-kata. Saudara, kalau kita meperhatikan pembacaan kita, Paulus dan rekan-rekannya menuliskan surat kepada jemaat di Tesalonika bahwa “Kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.” (ay. 3) Bahkan mereka katakan “dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.” (ay. 4). Di sini muncul pertanyaan: “Mengapa Paulus dan rekan-rekannya yakin bahwa Tuhan telah memilih orang-orang di Tesalonika?” Apa yang membuat mereka begitu yakin bahwa Tuhan telah memilih orang-orang di Tesalonika? Menarik sekali merenungkan bagaimana Paulus dan rekan-rekannya itu sangat yakin bahwa pemberitaan Injil yang mereka telah kerjakan telah membuahkan hasil, bahkan lebih dari itu, mereka yakin bahwa Tuhan telah memilih orang Tesalonika. Seringkali orang melakukan sesuatu dalam kehidupannya sekadar dilakukan, tetapi tidak yakin bahwa apa yang dilakukannya itu akan membuahkan hasil. Begitu banyak anak muda yang berjuang dalam pendidikan, berjuang dalam pekerjaan, berjuang dalam mencari pasangan hidup, berjuang dalam berbagai hal, tapi tidak meyakini bahwa apa yang diperjuangkan itu akan membuahkan hasil. Akibatnya, tidak jarang anak muda yang begitu pasrah terhadap apa yang akan 89 | P a g e



terjadi di hari esok. Seringkali terdengar “apapun yang terjadi, terjadilah”; atau ungkapan “ia ba’mi, ia ba’mi”, bahkan lebih ekstrim lagi ada yang mengatakan “bodo amat”. Beberapa ungkapan tersebut sebenarnya menggambarkan bahwa seringkali anak muda hanya berjuang tapi tidak didasari oleh keyakinan. Paulus dan rekannya mengajarkan kita bahwa apa yang dilakukan itu mesti diyakini akan menghasilkan buah yang baik. Kalau begitu, apa yang kita mau pelajari dari sini? Mengapa Paulus dan rekannya begitu yakin bahwa pemberitaan mereka itu akan membuahkan hasil yang terbaik? Mari perhatikan ayat ke-5 : “Sebab Injil yang kami beritakan bukan dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.” Hari ini kita belajar bahwa mereka tidak sekadar berkata-kata saja, tetapi dengan kekuatan Roh Kudus. Inilah yang mereka yakini. Saudara, bayangkan kalau kita melakukan sesuatu hanya dengan mengandalkan kekuatan kata-kata saja, maka sesungguhnya itu bisa menjebak kita dan akhirnya meraih sebuah gelar “OMDO” atau “NATO”. Artinya apa? Kata-kata tidak cukup untuk kita pakai dalam pelayanan, kata-kata tidak cukup kita pakai dalam usaha, dalam pekerjaan, dalam pendidikan, dan dalam berbagai perjuangan apapun. Pembacaan kita menegaskan bahwa kita perlu mengandalkan kekuatan Roh Kudus, sehingga setiap hal yang kita perjuangkan itu dapat membuahkan hasil yang baik. Tidak jarang pula sebagai anak muda yang menjalin hubungan pacaran menjadi sakit hati, kecewa, putus asa, akibat cinta yang dibangun dengan hanya sekadar katakata. Kata-kata memang penting, kata-kata memang memiliki energi untuk dinikmati orang lain, tetapi lebih dari itu kekuatan Roh Kuduslah yang sangat dibutuhkan dalam melakukan segala hal. Yesus dalam menjalani pelayanan-Nya pun senantiasa mengandalkan BapaNya yang tidak lain adalah Roh Kudus itu sendiri. Ingat kisah di Getsemani? Yesus menyerahkan semua pergumulan-Nya kepada BapaNya (Mat. 26:36-42). Karena itu, mari kita membangun komitmen bersama untuk mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam menjalani kehidupan, pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan kita. Percayalah setiap kelemahan, keterbatasan dan kerapuhan kita, tidak menjadi penghalang dalam menghadapi berbagai pergumulan kita, sebab Roh 90 | P a g e



Kuduslah yang berkuasa. Jadilah Pemuda yang membuktikan kata-kata dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus, BUKAN OMDO! Tuhan Memberkati. Amin. Rencana Aksi Pastoral: Membuat catatan tentang hal-hal yang selama ini dikerjakan dengan mengandalkan diri sendiri. Doa Komitmen: Tuhan Yesus, tolong saya untuk terus mengandalkan kuasaMu dalam perjuangan hidup, pekerjaan dan pelayanan saya. Amin!



91 | P a g e



25 Oktober 2020 Lain dari yang Lain (Imamat 19:1-18) Bro and sist... Apa yang terlintas di benak saudara ketika mendengar kata “Kudus”? apakah sebuah kota di Jawa Tengah? Seseorang yang kerjanya hanya berdoa dan membaca Alkitab? Rohaniawan yang tidak terlibat urusan bisnis atau politik? Benda atau makanan yang sudah didoakan? Tanpa disadari kita mungkin punya definisi atau pengertian sendiri tentang apa yang kudus dan tidak. Musa menulis kata kudus berkali-kali untuk menggambarkan Pribadi dan kehendak Tuhan. Dalam bahasa Ibrani “Qadosh” yang berarti terpisah atau tidak bercampur dengan yang lain. Berbicara tentang kekudusan Tuhan berarti berbicara tentang “keberbedaan-Nya yang menggentarkan, seperti mainan kertas di hadapan orang yang membuatnya, kira-kira begitulah gambaran atlet terkuat, ilmuan terpintar, pemimpin terhebat di hadapan Allah. Dia adalah Pencipta dan yang lain adalah ciptaan. Tidak bisa dibandingkan dan Tuhan yang kudus ini menghendaki umat yang dipilih-Nya untuk mencerminkan pribadi-Nya (ay. 2). Bangsa-bangsa lain menyembah patung dan bendabenda angkasa, umat Tuhan harus menyembah Sang Pencipta. Mereka menentukan benar dan salah menurut standar sendiri tapi umat Tuhan harus hidup sesuai dengan standar Tuhan. Hidup yang kudus merupakan pintu masuk dimana berkat Allah akan dinyatakan dalam hidup kita. Firman Allah menegaskan: “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (ay.2). Selanjutnya dikatakan: “Janganlah engkau menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN” (ay. 16) Sneca, seorang ahli filsafat dari Roma pernah mengatakan, bahwa: “Perempuan dinikmati untuk diceraikan, dan diceraikan untuk dinikahi.” Dalam nada yang hampir sama, Demosthenes, seorang ahli filsafat dari Yunani juga pernah mengatakan: “Kita memelihara orang sundal untuk kesenangan; kita memelihara gundik untuk keperluan badani sehari-hari; kita memelihara isteri untuk beranak dan memelihara rumah tangga.” Orang percaya dituntut untuk memiliki 92 | P a g e



martabat hidup yang lebih tinggi (pengudusan) dari masyarakat di sekitar yang biasa dengan kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah (kafir). Pergumulan kita jaman sekarang, kita melihat ada banyak orang Kristen termasuk pemuda yang kembali pada perbuatan-perbuatan cemar seperti perjudian, perzinahan, perselingkuhan, berbagai perbuatan dosa yang dilakukan begitu mudah. Padahal Tuhan memanggil kita menjadi jemaat-Nya, bukanlah untuk melakukan yang cemar, melainkan apa yang kudus (bdk. I Tes. 4:7). Rencana Aksi: Tidak ada cara lain untuk menyaksikan bahwa kekristenan lebih baik dari yang lain dalam kehidupan ini selain dari bagaimana kita menampilkan diri sebagai manusia yang baik, memperlihatkan sikap hormat kepada Tuhan, moral etis yang baik, bekerja dengan baik, menjadi seorang teman yang lebih baik, dan menjadi orang yang dapat dipercaya. Dalam sikap etis moral, semestinya orang percaya lebih bersungguh-sungguh lagi dalam hal kasih dan kesetiaan. Kasih Yesus harus menjadi pola hidup kita, karena kasih itu sendiri merupakan hakikat atau kesempurnaan Allah. Dalam segi cara hidup, Pemuda seharusnya melakukan aktivitas kehidupannya dengan sabar, tenang, rajin dan efisien. Hidup dalam kekudusan adalah langkah penting untuk kita bisa berdampingan dengan ALLAH dan memang dibutuhkan kekudusan hidup bila kita sungguh-sungguh rindu untuk bisa mengalami perjumpaan dengan TUHAN Yang Maha Kudus nantinya, “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” Amin!



93 | P a g e



01 November 2020 Narsis?! No Bangets!!!! (1 Tesalonika 2:1-12) Jaman Now sangat kental disi oleh kegiatan di media-media social; Facebook, Instagram, Youtube, Twitter dsb. Media sosial yang ada telah menjadi wadah untuk menjalin komunikasi dengan lebih luas, namun semakin ke sini lebih banyak digunakan untuk eksistensi (menampilkan diri). Tidak ada yang salah ketika social media digunakan untuk eksistensi, namun yang tidak wajar adalah ketika sudah menjurus kepada narsisisme. Narsisisme merupakan sikap mencintai diri sendiri secara berlebihan, dampaknya segala sesuatu dilakukan demi mendapat pujian dan menyenangkan orang. Rasul Paulus dalam penyampaiannya kepada jemaat di Tesalonika menekankan bahwa apa yang diberitakannya bersama Silwanus dan Timotius tidak lahir dari kesesatan atau maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya untuk kepentingan pribadi mereka (ay. 3). Semua pemberitaan tersebut didasari oleh kepercayaan bahwa Allah telah memilih mereka untuk menyampaikan Injil, sehingga mereka menyampaikan Injil bukan untuk menyenangkan hati orang banyak supaya mereka dipuji, melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan (ay. 4). Paulus dan kawan-kawannya menyampaikan semua berita dan menyatakan kebaikan dari Tuhan kepada semua orang tanpa modus (maksud lain yang tersembunyi - ay. 5-7). Kebaikan yang dinyatakan Rasul Paulus dan kawan-kawan benar-benar dilakukan sepenuh hati bukan sekadar agar mereka diterima oleh orang banyak, namun agar jemaat mengnal Tuhan serta Firman Tuhan dapat mereka terima dan hidupi (ay. 8-12). Saat ini begitu banyak yang melakukan kebaikan dengan modus supaya diterima dan dipuji oleh banyak orang. Pada akhirnya banyak yang baik dilakukan demi “pencitraan” belaka. Sifat seperti ini semakin merajalela setelah media untuk pencitraan itu disediakan, yakni media sosial. Sifat narsisime membuat banyak orang munafik, mau menampilkan yang baik hanya untuk dilihat oleh banyak orang. Lupa bahwa semua kebaikan dilakukan harusnya didasari karena kita sadar Tuhan yang memerintahkan kita untuk melakukannya, dan Tuhan 94 | P a g e



senantiasa melihat motivasi hati kita ketika melakukannya. Motivasi dalam menyatakan kebaikan dan memberitakan Firman haruslah berangkat dari rasa hormat dan takut akan Tuhan, sehingga kita terjebak dalam modus kepada sesama. Perbuatan baik yang kita lakukan bukan supaya kita dipuji namun supaya Tuhan dimuliakan. Pertanyaan Reflektif 1. Apakah isi sosial mediaku masih bersifat mencari pengakuan dan pujian dari sesama? 2. Apa yang harus saya rubah agar melalui hidup saya Tuhan yang dimuliakan? Komitmen / Aksi Pastoral: 1. Membatasi diri dalam kegiatan media social hanya untuk menunjukkan eksistensi 2. Menggunakan social media untuk memberitakan Firman agar orang semakin mengenal Firman Tuhan, bukan menonjolkan diri melulu.



95 | P a g e



08 November 2020 Are You Ready? (Matius 25:1-13) “Sedia payung sebelum hujan”, adalah pepatah yang hendak mengajak kita untuk selalu siap sedia sebelum menghadapi suatu masalah atau berjaga-jaga sebelum bencana tiba. Tentunya kita semua setuju dengan pepatah ini. Tapi banyak orang di antara kita yang tidak melakukannya. Banyak orang tiba masa tiba akal. Banyak orang kasak kusuk ketika telah menemui masalah. Contoh kecil: sudah tahu mendung keluar rumah tidak bawa payung, yah kehujanan! Hal serupa terjadi dalam perikop bacaan kita. Kisah tentang sepuluh gadis yang terdiri dari lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana. Digambarkan dalam perumpamaan ini bahwa mempelai lakilaki akan datang pada waktu yang tidak disangka-sangka (ay. 5). Mempelai laki-laki menuntut gadis-gadis telah siap sedia kapan saja dengan perlengkapan lengkap agar sewaktu-waktu ia datang, para gadis segera menyambutnya dapat pergi bersama dia masuk ke perjamuan kawin (ay. 1,6,7). Pernikahan Yahudi terdiri atas dua tahap. Mempelai laki-laki berangkat dahulu ke rumah mempelai wanita untuk mengambilnya dan melaksanakan beberapa upacara keagamaan. Kemudian dia akan membawa mempelai wanita itu ke rumahnya untuk melanjutkan perayaan. Perumpamaan ini tidak mengisyaratkan bahwa sepuluh gadis itu akan menikahi mempelai laki-laki tersebut. Perumpamaan ini bukan pernikahan poligami. Tapi perumpamaan ini mengajarkan tentang apa yang terjadi saat Tuhan Yesus datang kembali menjemput mempelaiNya (UmatNya) untuk dibawa masuk kedalam kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai mempelai laki-laki yang kedatangan-Nya terjadi secara tibatiba. Ia hanya akan membawa mempelai perempuan yakni jemaat-Nya yang telah siap sedia menantiNya. Sedangkan yang tidak mempersiapkan diri dengan baik tidak ada kesempatan untuk berbenah diri ketika waktunya tiba. Segera pintu ruang perjamuan ditutup dan tidak akan dibuka kembali. Menjadi-gadis-gadis bijaksana adalah tanggung jawab setiap orang yang percaya. Setiap orang percaya harus membuat pelitanya 96 | P a g e



tetap menyala dalam perjalanan hidupnya. Untuk itu perlu mempersiapkan dan memperlengkapi diri. Tidak boleh lengah dengan beranggapan bahwa waktu Tuhan masih jauh, karena sesungguhnya tidak seorangpun yang tahu kapan waktu itu tiba, datangnya seperti pencuri tak terduga. Dalam surat 1 Tesalonika 5:2 berkata: “Karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.” Sebelum kita mendengar suara” ..mempelai datang, songsonglah Dia “(ay. 6) maka kita harus ready, sudah siap dengan pelita yang terus menyala karena persediaan minyak yang cukup. Amin! Pertanyaan Refleksi: Dalam rangka menyambut kedatangan Kristus mari kita berdiskusi bersama dengan dituntun pertanyaan berikut: 1. Are you ready?Apakah akmu sudah siap? Dan Apakah yang mesti disiapkan? 2. Mengapa kita mesti ready/ siap sedia? Doa: Tuhan tuntunlah kami menjadi gadis-gadis bijkasana yang selalu siap sedia menyambut kedatanganMu, supaya kami dapat masuk kedalam KerajaanMu, Amin.



97 | P a g e



15 November 2020 Wake Up! (Matius 25:14-30) Bacaan ini tidak berbicara tentang cara berbisnis yang baik dan benar, ataupun bagaimana mengembangkan harta kekayaan yang dimiliki supaya menghasilkan harta yang berlipat-lipat. Sebagaimana perumpamaan yang berbicara tentang suatu hal dengan mengambil cerita lain, Tuhan Yesus mengambil perumpamaan tentang talenta untuk berbicara tentang Kerajaan Sorga. Kalau kita perhatikan dengan perikop-perikop sebelum dan sesudahnya, perikop yang kita baca memang adalah rangkaian Khotbah Tentang Akhir Zaman yang dimulai dari pasal 24. Pengajaran tentang Akhir Zaman disampaikan oleh Tuhan Yesus dengan berbagai-bagai perumpamaan: pohon ara, hamba yang setia dan hamba yang jahat, gadis-gadis bijkasana dan gadis-gadis yang bodoh, talenta. Setiap perumpamaan memiliki penekanan masingmasing dalam kaitan dengan Akhir Zaman. Pertanyaan yang lahir dari perikop ini adalah apa yang Tuhan mau katakan tentang Kerajaan Sorga melalui perumpamaan tentang talenta? Mengapa Tuhan Yesus mengambil perumpamaan tentang seorang kaya yang menitipkan talenta kepada tiga hambanya untuk dikelola sebelum ia melakukan perjalanan ke luar negeri? Mengapa Tuhan Yesus menyebut bahwa ketika si tuan pulang, ia memuji dua hambanya yang berhasil mengelola talenta dan menghukum yang seorang yang tidak melaksanakan perintah tuannya? Jika ditimbang, satu talenta beratnya 34 kg, dari segi nilainya sebesar 6000 dinar, setara dengan upah pekerja selama kurang lebih 25 tahun! Jadi, kita bisa membayangkan besarnya nilai yang diberikan kepada ketiga hamba tersebut (5 talenta, 3 talenta dan 1 talenta). Besarnya nilai talenta juga menunjukkan beratnya tanggungjawab yang dipikul oleh para hamba tersebut. Jadi, ketika Tuhan Yesus menjelaskan hal Kerajaan Sorga dengan perumpamaan tentang talenta, Ia ingin menekankan pada besarnya karunia yang dikaruniakan kepada setiap orang percaya, sekaligus beratnya tanggungjawab yang mengikutinya. Perumpamaan tentang talenta adalah sebuah perumpamaan yang menggambarkan tentang karya Allah dalam Yesus Kristus. Oleh 98 | P a g e



cinta kasih Allah, setiap orang yang percaya kepada Yesus dikaruniakan status sebagai warga Kerajaan Sorga. Sehingga melalui kematian dan kebangkitanNya, setiap orang percaya kepada Kristus telah menerima anugerah keselamatan. Sebelum Tuhan Yesus naik ke Sorga, Ia telah mempersiapkan orang-orang percaya untuk bersaksi memberitakan Injil Keselamatan kepada seluruh umat manusia. Jadi anugerah keselamatan, sebagai warga Kerajaan Sorga, adalah karunia yang sangat besar sekaligus tanggunjawab yang sangat berat. Firman Tuhan ini mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang Kristen yang aktif dalam anugerah dan kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Sebagai orang Kristen, ketika kita menerima anugerah dari Allah, maka secara otomatis kita berkomitmen untuk melaksanakan amanat memberitakan Injil dalam konteks kehidupan kita masing-masing. Mungkin ada yang mengatakan, untuk apalagi memberitakan Injil sementara sekelilingku sudah menjadi Kristen. Mesti diingat bahwa memberitakan Injil tidak semata-mata mengajak orang menjadi Kristen, tetapi menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dalam kehidupan. Kita dimampukan untuk mengenal situasi yang ada di sekitar kita yang selalu memanggil orang percaya untuk mewartakan keselamatan dan mengupayakan kehidupan. Kerusakan lingkungan, persoalan mental generasi muda, kesenjangan sosial dan ekonomi, kemiskinan, kelaparan, dan berbagai persoalan-persoalan sosial di sepanjang peradaban manusia akan selalu menjadi medan pewartaan Injil, dimana orang-orang percaya harus terlibat aktif di dalamnya. Seorang Kristen yang pasif adalah seorang Kristen yang menyia-nyiakan anugerah Allah dalam dirinya, sementara seorang Kristen yang aktif adalah seorang Kristen yang merespon kasih karunia Allah dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Amin! Pertanyaan reflektif 1. Apakah kita cukup peduli melihat keadaan di sekitar kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah? 2. Apakah kita sudah melaksanakan tanggungjawab kita sebagai orang percaya? Komitmen: saya akan selalu menyempatkan diri untuk mendoakan keadaan di sekelilingku setiap minggu. 99 | P a g e



22 November 2020 Aku Bukan Kambing (Matius 25:31-46) Tokoh idola dalam zaman ini sangat banyak, mulai dari tokoh idola anak-anak sampai orang dewasa. Pengikutnya fanatik dan akan bersedia meniru total tokoh idolanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya teladan hidup. Lihat saja, anak yang mengidolakan tokoh spiderman akan berupaya meniru gaya sang tokoh mulai dari kostum, gaya berbicara, bahkan aksi-aksinya yang berbahaya. Semua yang berbau spiderman merupakan teladan yang akan diikuti oleh sang anak. Maka sebuah kejadian tragis pernah terjadi di Cina, ketika seorang anak yang sangat mengidolakan spiderman melompat dari lantai 10 apartemen orang tuanya karena meniru gaya spiderman dan akhirnya meninggal. Kisah lain tentang anak muda yang sangat tergila-gila kepada artis idolanya, mengikuti dan meniru gaya hidupnya, bahkan menganut paham seks bebas dan memakai narkoba hanya karena artis idolanya juga berbuat seperti itu. Gembala menjadi sebuah pengandaian dalam alkitab yang sangat kita kenal untuk menggambarkan sosok kehadiran dan peran Yesus Kristus dalam kehidupan manusia. Istilah “Gembala Yang Baik” merupakan pernyataan yang paling sering kita dengar bahkan diangkat dalam sebuah nyanyian. Dalam teks pembacaan ini, istilah gembala dimunculkan dan sekali lagi untuk menggambarkan sosok Yesus Kristus. Namun dalam teks ini ada sesuatu yang terasa special karena penggambaran gembala ini dikaitkan langsung dengan situasi saat penghakiman terakhir terjadi, dimana secara nyata disampaikan peran Sang Gembala untuk melakukan pemisahan (ay. 32,33). Tentu ini menjadi sangat kontras dengan penggambaran “Gembala Yang Baik” yang bersuling nan merdu dan menuntun dombanya ke padang rumput yang hijau. Gembala dalam teks ini digambarkan sebagai seorang hakim yang akan memisahkan domba dan kambing seturut dengan perbuatannya. Sangat menarik, namun di satu sisi muncul pertanyaan kenapa harus memakai kata Gembala, bukan yang lain? Jika kita kaji, maka peran gembala ini kepada dombanya sangat unik, karena gembala yang menemani dombanya, mengenal dombanya, tahu jumlahnya, bahkan tahu apa kebutuhan dombanya. Disisi lain, domba akan sangat mengenal gembalanya bahkan siulan sang gembala akan dikenal oleh dombanya dan domba yang tidak mengenal gembalanya akan 100 | P a g e



dipastikan hilang dan tersesat. Pembacaan ini berfokus pada 2 hal yakni : Gembala menyebut domba kepada siapa saja yang selama hidupnya mengenal gembalanya, bahkan bersedia melakukan hal yang paling hina demi ketaatannya kepada gembalanya (ay. 40). Bagi domba ini, gembala akan memberkatinya dan memberinya kerajaan (ay. 34) serta keselamatan menjadi bagiannya. Gembala menyebut kambing kepada siapa saja yang selama hidupnya tidak mengenal gembalanya serta tidak bersedia melakukan perintah sang gembala dan mengabaikan untuk melakukan hal yang dianggap hina (ay. 45). Secara tegas gembala akan menyuruhnya enyah kedalam api yang kekal dan mengutuknya (a. 41) Kehidupan pemuda saat ini semakin sepi dari keteladanan. Salah satu persoalan besar yang membuat banyak kehidupan pemuda menjadi tersesat dan kehilangan arah adalah semakin sulitnya mereka menemukan teladan yang akan mereka jadikan panduan dalam kehidupan. Dalam situasi sulit ini, sesungguhnya siapakah yang dapat dijadikan teladan untuk mengarahkan hidup ini kepada keselamatan? Tidak lain adalah Yesus Kristus, Sang Gembala itu. Dengan pesonanya, dunia mungkin akan menawarkan kepada kita pilihan yang tidak terbatas untuk menjadi teladan, namun percayalah semuanya itu hanya bersifat sementara dan akan berujung pada kekecewaan. Mempercayakan hidup kita kepada Yesus Kristus Sang Gembala akan membawa kita kepada jaminan keselamatan yang kekal. Nah, sekarang apakah kita ingin menjadi domba atau menjadi kambing? Pilihan ada di tangan kita dengan masing-masing konsekuensi yang menanti… Pertanyaan Refleksi 1. Identifikasilah siapa tokoh idola anda saat ini? Apa yang membuat anda begitu mengidolakannya? Lalu bandingkanlah tokoh idola anda ini dengan sosok Yesus Kristus. 2. Keberanian memilih Kristus sebagai gembala satu-satunya dalam hidup membutuhkan komitmen bahkan pengorbanan. Komitmen seperti apa dan pengorbanan seperti apa yang anda harus ambil dalam hidup anda saat ini untuk memilih Kristus?? Doa: Tuhan, mampukan saya untuk berani memilihMu sebagai gembala satusatunya dalam kehidupanku. Ada banyak tawaran-tawaran duniawi ya Tuhan, namun kuatkan saya agar saya mampu bertahan hingga saat penghakimanMu tiba. 101 | P a g e



DAFTAR PENULIS BINA MUDA TAHUN 2020



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.



Pdt. Demma Tande Allolinggi, S.Th Pdt. Dolly Rante Pangloli, S.Th Pdt. Frans Pangrante, S.Th., M.Hum Pdt. Grisilia Isabella Madao, S.Th Pdt. Joyce Triana Thomas, M.Th Pdt. Li’me Lisu Lembang, S.Th Pdt. Prederick Polis Paluttu’, M,Th Pdt. Rianti Erli Sande’ Pongdatu, S.Th Pdt. Ruth Bunga Tasik, S.Th Pdt. Sherly, S.Th Pdt. Supriadi Mei Suhendra, M,Th Pdt. Yusran Lobo’, S.Th Pnt. Jery Parimba, S.T Prop. Christian Banna, S.Th



102 | P a g e