Bismillah Revisi Kian Fix Ac 077 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. H DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI DAN TB MELALUI PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan



KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners



AMILIA CANDRASARI (NIM: 201920461011077)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2020



i



ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. H DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI DAN TB MELALUI PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan



KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners



AMILIA CANDRASARI (NIM : 201920461011077)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2020



ii



LEMBAR PERSETUJUAN Judul Karya Ilmiah Akhir Nurse Nama Lengkap NIM Jurusan Universitas/institut/Politeknik Alamat Rumah dan No Tel./HP Dosen Pembimbing Nama Lengkap dan Gelar NIP UMM/NIDN Alamat Rumah dan No Tel./Hp



Menyetujui, Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang



( Ririn Harini, S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIP.UMM. 112.0508.0425



: Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan Masalah Utama Hipertensi dan TB Melalui Penerapan Teknik Relaksasi : Amilia Candrasari : 2019204610111077 : Profesi Ners : Universitas Muhammadiyah Malang : Perumahan Permata Indah Blok F2, Bangkalan Madura : Nur Lailatul Masruroh, S.Kep.,Ns.,MNS : 11413120523 : 081216965194



Malang,_________ Dosen Pembimbing I



(Nur Lailatul Masruroh, S.Kep.,Ns.,MNS) NIP.UMM. 114.1312.0523



iii



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. H DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI DAN TB MELALUI PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI Di Wilayah KErja Puskesmas Kota Bangkalan



KARYA ILMIAH AKHIR NERS



Disusun Oleh: AMILIA CANDRASARI (NIM: 201920461011077)



Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dalam ujian sidang tanggal :__________ dan telah diterima sebagai persayaratanyang diperlukan untuk gelar NERS pada program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Penguji 1



:



Penguji 2



:



Penguji 3



:



Ditetapkan di Malang Tanggal:______________



Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang



Ns. Faqih Ruhyanudin, M.Kep. Sp.Kep.MB NIP.UMM



iv



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.H dengan Masalah Hipertensi dan TB melalui Teknik”. KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners (Ns) pada Program Studi Profesi Ners Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada: 1.



Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah Malang



2.



Ibu Ririn Harini S.Kep.Ns.M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.



3.



Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep.,Ns.,MS. selaku Dosen Pembimbing yang sabar dalam memberikan dorongan, masukan, motivasi serta memberikan dukungan untuk mengerjakan KIAN.



4.



Seluruh jajaran dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan barokah.



5.



Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada hentinya. Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikanya mendapat imbalan



dan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan KIAN ini masih banyak kekurangan yang di sebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu kritik dan saran bersifat membangun sangat di harapkan penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Malang, Desember 2020 Penulis



v



ABSTRAK Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.H dengan Masalah Utama Hipertensi dan TBC melalui Penerapan Teknik Relaksasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan Amilia Candrasari1, Nur Lailatul Masruroh 2 Latar Belakang: Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalihan darah, adopsi atau perkawinan. TB Paru adalah penyakit infeksi menular, yang terutama menyerang perenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe. Metode: Metode penelitian ini yang digunakan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini Menggunakan Laporan Studi Kasus. Penulis mengikuti metode ilmiah sesuai kaidah Proses keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Analisis Data, Intervensi Keperawatan, Implementasi serta Evaluasi. Dalam Proses pengkajian Penulis menggunakan berbagai Teknik pengumpulan data seperti Anamnesa, Observasi, Wawancara serta Pemeriksaan Fisik untuk mengumpulkan Berbagai data dari pasien yaitu Ny.H. Hasil: Setelah dilakukan pemberian Asuhan Keperawatan Selama 3 bulan berturut-turut. Penulis mengangkat 4 diagnosa keperawatan yaitu: Nyeri Akut, Bersihan jalan nafas tidak efektif, Ketidakpatuhan b/d terapi kompleks/lama dan yang yang terakhir Gangguan proses keluarga. Dari 4 diagnosa tersebut telah diberikan tindakan keperawatan dengan pemberian edukasi dengan poster dan terapi teknik relaksasi selama 1 bulan. Peneliti mendapatkan hasil masalah sebagian teratasi. Diskusi: Masalah Keperawatan nyeri akut, bersihan jalan nafas, ketidakpatuhan dan gangguan proses keluarga yang sudah dilakukan oleh peneliti yaitu dengan pemberian intervensi teknik relaksasi berupa pijat tradisional, pemberian aromaterapi. Didapatkan hasil kualitas tidur klien meningkat dan batuk berkurang. Aromaterapi lavender + peppermint dapat meningkatkan kenyamanan baik fisik dan psikis sehingga mempercepat proses penyembuhan. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan. Hipertensi. TB Paru 1



Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang 2



Dosen Program Studi Ilmu Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang



vi



ABSTRACT



Mrs.H's Family Nursing Care with the Main Problems of Hypertension and TB through the Application of Relaxation Techniques in the Work Area of the Bangkalan City Health Center



Amilia Candrasari1, Nur Lailatul Masruroh 2 Baground: The family is a group of people connected by the bonds of marriage, adoption, birth which aims to create and maintain a common culture, enhance the physical, mental, emotional and social development of each member. Family is a member of the household who are related to each other through blood transfer, adoption or marriage. Pulmonary TB is a contagious infectious disease, which mainly affects the lung perenchyma. Tuberculosis can also be transmitted to other parts of the body, including the meningens, kidneys, bones and lymph nodes. Method: This research method used in the preparation of this final scientific paper uses a case study report. The author follows the scientific method according to the rules of the nursing process which includes: Assessment, Data Analysis, Nursing Interventions, Implementation and Evaluation. In the review process the author uses various data collection techniques such as history, observation, interview and physical examination to collect various data from patients, namely Mrs. H. Result: After giving nursing care for 3 consecutive months. The author raises 4 nursing diagnoses, namely: Acute pain, ineffective airway clearance, noncompliance with complex / prolonged therapy and the last is a family process disorder. Of the 4 diagnoses, nursing action was given by providing education with posters and relaxation technique therapy for 1 month. Researchers get the result that the problem is partially resolved. Discussion: Nursing problems acute pain, airway clearing, non-compliance and disruption of family processes that have been carried out by researchers, namely by giving relaxation techniques intervention in the form of traditional massage, giving aromatherapy. The results show that the client’s sleep quality has increased and the cough is reduced. Aromatherapy of lavender + peppermint can increase both physical and psychological comfort, thereby accelerating the healing process. Keywords: Nursing Care. Hypertension. Pulmonary TB 1 Student of the Nurse Study Program, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang 2Ners Science Study Program Lecturer, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang



vii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................................... HALAMAN SAMPUL................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................... ABSTRAK....................................................................................................... ABSTRACT..................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR BAGAN.......................................................................................... DAFTAR TABEL...........................................................................................



i ii iii iv v vi vii viii xi x



BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................



1 1 3 3 3 3 4 4 4



BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 2.1 Konsep Keluarga........................................................................... 2.1.1 Definisi Keluarga................................................................. 2.1.2 Tipe Keluarga....................................................................... 2.1.3 Peran Keluarga............................................................................ 2.1.4 Pengalaman Keluarga................................................................. 2.2 Konsep Hipertensi......................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... 2.2.1 Definisi.................................................................................. 2.2.2 Penyebab Hipertensi ............................................................



5 5 5 5 8 10 11



11 11



viii



2.2.3 Faktor Risiko......................................................................... 2.2.4 Kriteria Hipertensi................................................................ 2.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................... 2.2.6 Penatalaksanaan Non Farmakologis dan Farmakologis............. 2.2.7 Komplikasi Hipertensi................................................................ 2.2.8 Konsep Terapi Relaksasi............................................................ 2.2.8.1 Pengertian....................................................................... 2.2.8.2 Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik............................ 2.2.8.3 Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenuk Untuk Menurunkan Tekanan Darah..................................................... 2.2.8.4 Langkah-Langkah Dari Teknik Relaksasi...................... 2.2.8.5 Penelitian Terkait............................................................



12 14 15 15 16 16 16 17



2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga..................................................... 2.3.1 Pengkajian.............................................................................



21 22



BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN................................................. 3.1 Pengkajian....................................................................................... 3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan...................................... 3.3 Rencana Keperawatan..................................................................... 3.4 Implementasi Asuhan Keperawatan............................................... 3.3 Evaluasi...........................................................................................



28 28 28 29 30 31



BAB IVANALISIS SITUASI......................................................................... 4.1 Analisis Lingkungan Rumah Klien................................................. 4.2 Analisis Masalah Keperawatan....................................................... 4.2.1 Analisis Masalah Keparawatan Nyeri Akut.......................... 4.2.2 Analisis Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif......... 4.2.1 Analisis Masalah Ketidakpatuhan........................................ 4.3 Analisis Intervensi.......................................................................... 4.3.1 Teknik Relaksasi Pijat Tradisional dan Untuk Mengurangi Nyeri.............................................................................................. 4.3.2 Pemberian Edukasi Kesehatan Untuk Mengatasi Ketidakpatuhan.............................................................................. 4.4 Rekomendasi Intervensi Lanjutan Yang Dapat Dilakukan.............



32 32 32 32 33 34 35



BAB V PENUTUP.......................................................................................... 5.1 Kesimpulan..................................................................................... 5.2 Saran...............................................................................................



38 38 38



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................



40



Lampiran 1........................................................................................................ Lampiran 2........................................................................................................



41 56



17 19 21



35 36 37



ix



Lampiran 3........................................................................................................



57



DAFTAR GAMBAR



x



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi ...........................................................................



14



xi



xii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktifitas jasmani, rohani, dan sosial (Sani, 2011). Salah satu penyakit yang sering terjadi akibat proses menua adalah hipertensi (Azizah, 2013). Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik (Agrina, et al., 2011). Pada populasi lansia, hipertensi ditetapkan pada tekanan darah sistolik > 160 dan diastolic > 90, hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Brunner& Suddarth, 2015). Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan Negara, menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2013 terdapat 839 juta kasus hipertensi, dimana penderitanya lebih banyak wanita (30%) dibanding pria (29%). Diseluruh dunia sekitar 40% dari total orang dewasa berusia 25 tahun ke atas telah terdiagnosa hipertensi dan sekitar 80% kenaikan hipertensi terjadi di negara-negara berkembang (Endang, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Tidak hanya penyakit hipertensi, namun beberapa penyakit menular juga harus diperhatikan seperti tuberculosis. Tiga negara dinyatakan sebagai negara dengan disease burden tertinggi yaitu Cina, India dan salah satunya Indonesia (Sjahrurachman, 2019). WHO atau Badan Kesehatan Dunia juga memperkirakan sepertiga dari populasi didunia terinfeksi dengan mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 2015 dan 9,4 juta kasus baru dengan 1,7 juta kematian scara global. Sebagian besar kematian pada 1



negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya (Belay et. al, 2017). Di Indonesia penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit menular (Harrison, 2013). Menurut Kemenkes RI, 2013 jumlah kasus BTA+ yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2011 sebesarr 197.797 kasus. Dalam menangani berbagai penyakit dimasyarakat khususnya perawatan keluarga dan komunitas, Program Indonesia Sehat mempunyai rencana strategis Kementrian Kesehatan



tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan



keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotifpreventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016). Pelayanan



kesehatan



pada



penyakit



hipertensi



di



tingkat



keluarga



dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan



yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan



diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014). Namun selain mengandalkan pengobatan di layanan kesehatan, keluarga juga dapat menambahkan pengobatan alternatif dirumah guna mempercepat proses kesembuhan baik dari segi fisik dan kenyamanan anggota keluarga yang sedang sakit salah satu diantaranya yakni terapi relaksasi. Terapi Relaksasi dapat mengembalikan keseimbangan fisik dan emosional yang kita butuhkan pada saat stres yang berlebihan dengan cara mengembalikan



2



keseimbangan fisik dan emosional yang sehat. Terapi ini memungkinkan kita untuk mematikan respons stres dan beralih padalawannya yaitu respon relaksasi dan mengembalikan keseimbangan alami tubuh kita (Rodin, 2017). Metode ini berfokus pada berbagai manifestasi fisik relaksasi dalam tubuh yang dapat membantu menyeimbangkan kembali keseluruhan sistem tubuh dan pikiran, dengan menguasainya sendiri (Bird, 2016). Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas Kota Bangkalan yang pelayanannya mencakup beberapa kelurahan menunjukkan bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan nomor satu tahun 2018. Pada tahun 2019 didapatkan data dengan total penderita hipertensi sejumlah 1127. Untuk itulah perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah Ny.H dan keluarga. Ny.H merupakan seorang asisten rumah tangga, rata-rata keluarga inti Ny.H mengalami penyakit hipertensi namun hanya Ny.H yang menderita TBC MDR. Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H dengan Tipe keluarga Childless and single family. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan



uraian masalah pada latar



belakang diatas, maka rumusan



masalah pada penulis ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H dengan hipertensi melalui penerapan terapi relaksasi ?



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1



Tujuan Umum Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah penulis mampu memahami kons



ep penyakit Hipertensi dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hipertensi dengan penyakit lainnya.



3



1.3.2



Tujuan Khusus 1. Mampu memahami teori dan konsep terkait dengan keperawatan keluarga



dan hipertensi dengan diterapkannya terapi relaksasi



(Aromateraphy dan massage) 2.



Mampu melakukan pengkajian pada anggota keluarga hipertensi



3. Mampu melakukan diagnosa pada anggota keluarga hipertensi 4. Mampu melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan terapi komplementer khusunya relaksasi autogenik pada anggota keluarga d engan hipertensi 5. Mampu Menerapkan implementasi yang dilakukan pada anggota kelu arga dengan hipertensi 6. Mampu Menerapkan evaluasi pada pasien hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1



Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk peneliti lain yang se



rupa pada klien dengan hipertensi 1.4.2



Manfaat Praktis



1. Bagi Perawat Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawas an keilmuan bagi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada k lien dengan hipertensi dengan komplikasi penyakit lainnya. 2. Bagi Klien dan Keluarga Karya tulis ini diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui ten tang penyakit hipertensi dan bagaimana penanganan yang tepat untuk penyakit tersebut



4



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1 Konsep Keluarga 2.1.1



Definisi Keluarga Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi



keluarga



bergantung



pada



orientasi



teoritis



yang



digunakan



oleh



“pendefinsikan” yaitu: menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional mengenai keluarga sebagai contoh, penulis yang mengikuti orientasi teoritis para ahli interaksi keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik transaksional dinamis keluarga (Friedman, 2013). U.S Bureau of the census menggunakan definisi keluarga yang berorientasi tradisonal, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama. Saat ini definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam penerapannya maupun inklusivitasnya. Definisi keluarga harus mencakup luasnya bentuk keluarga yang ada sekarang ini, yang tidak tercakup didalam definisi tradisional (Friedman, 2013). Dengan menggabungkan pernyataan pokok pada definisi nontradisional diatas. Keluarga dalam teks ini adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasikai dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2013).



2.1.2 Tipe Keluarga a. Keluarga Inti Keluarga inti yang ideal merupakan salah satu tranformasi demografi dan sosial yang paling signifikan dalam sejarah yang terjadi baru-baru ini. Walaupun diketahui bahwa keluarga inti tradisional bukan



5



lagi merupakan hal yang umum, para ahli keluarga mempertanyakan “sejauh apa kelurga tradisional tetap menjadi sesuatu yang umum” tipe keluarga semacam ini tampaknya masih menjadi hal yang umum yang ideal , tetapi bukan kelaziman yang nyata (Friedman, 2013). Dua variasi yang berkembang diantara keluarga inti adalah dual earning (kedua pasangan sama-sama memiliki penghasilan) dan keluarga diad (keluarga tanpa anak. keluarga adopsi dan keluarga asuh adalah tipe lain keluarga inti yang disebutkan di literatur sebagai keluarga yang memiliki kondisi dan kebutuhan yang khusus (Friedman, 2013). b. Extended Family Extended family tradisional adalah keluarga dengan pasangan yang berbagai pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/ adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh bebrapa generasi dan memiliki pilihan model pola prilaku yang akan membentuk perilaku mereka. Tipe keluarga seperti ini adalah tipe keluarga kelas pekerja dan keluarga migran baru kebanyakan (Friedman, 2013). c. Keluarga orang tua tunggal Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu (83% keluarga) atau ayah (17%) sebagai kepala rumah. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal non tradisional adalah keluarga yang keras kepala keluarganya tidak menikah (Friedman, 2013). d. Dewasa lajang yang tinggal sendiri Jumlah individu yang tinggal sendiri juga makin meningkat. Menurut sensus 2000, jumlah lajang amerika yang tinggal sendiri tumbuh hampir dua kali laju popolasi yang dilaporkakan hampir 26% dari keseluruhan populasi. Banyak wanita lansia yang tinggal sendiri, tetapi peningkatan jumalah orang yang tinggal sendiri terjadi pada orang dewasa per 20-an dan 30-an. (Friedman 2013).



6



e. Keluarga orang tua tiri Biasanya bentuk keluarga ini adalah keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau sub kelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepataan yang tidak sama. Walaupun selueruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru. Anak-anak sering kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan mereka, serta karena keanggotaan ganda mereka (Friedman 2010) f. Keluarga Binuklir Keluarga binukir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti , maternal dan paternal, dengankeragaman dalam hal tingkat kerja sama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah



tangga.



Dengan



adanya



gerakan keseteraan peran gender,



peningkatan partisipasin ayah dalam kegiatan sebagai orang tua , dan peningkatan kesadaran akan kehilangan hak pengasuh anak serta akibat negatif pada anak apabaila tidak ada kontak dengan ayah mereka, maka muncul beragam cara untuk terlibat aktif menjadi orang tua bersama. g. Cohabiting Family Faktanya cohabiting family tampaknya semakin dipandang sebagai sebuah proses normatif menuju pernikahan. Tidak hanya kaum muda yang tinggal bersma tanpapernikahan. Tidak hanya kaum muda yang tinggal bersama tanpa menikah, tetapi individu yang lebih tua, dan janda atau individu yang bercerai juga mulai tinggal bersama tanpa menikah, sering kali untuk alasan petemanan dan berbagai sumber finansial yang terbatas. h. Keluarga Homoseksual Keluarga homoseksual sangat berbeda dalam hal bentuk dan komposisinya. Pertama-tama, mereka adalah keluarga yang terbentuk dari



7



kekasih, teman, anak kandung dan adopsi, kerabat sedarah, anak tiri, dan bahkan mantan kekasih. Selain itu, keluarga tidak perlu untuk tinggal dalam rumah tangga yang sama. Oleh karena itu tidak ada bentuk keluarga normatif atau seragam dalam keluarga homoseksual, biasanya keluarga homoseksual adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama, tetapi keluarga tersebut dpat juga dikepalai oleh orang tua tunggal yang homoseksual atau berbagai figur orang tua. 2.1.3 Peran Keluarga a. Definisi Peran Sebuah peran didefinisikan sebgai kumpulan dari prilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi



sosial



yang



diberikan.



Peran



berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu didalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu sistem sosial. Peran digolongkan dibawah konsep posisi. Sementara peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasikan status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Setiap individu menempati posisi ganda, orang dewasa, pria, suami, petani, dan sebagainya. Terkait dengan tiap posisi ini merupakan jumlah peran. Dalam kasus ibu peran yang terkait dapat termasuk pengurus anak dan pemimpin kesehatan keluraga (Frieman, 2010) b. Faktor Yang Mempengaruhi Peran 1) Perbedaan Kelas Sosial Peran keluarga sangat dipengaruhi oleh tuntutan dan kepentingan yang diletakkan pada struktur sosial yang lebih besar. Jadi sebagai respons “penelantaran halus “masyarakat kita terhadap keluarga miskin. 2) Bentuk Keluarga Sruktur peran keluarga akan beragam sejalan dengan varian dalam



8



bentuk keluarga. karena keluarga orang tua tunggal dan orang tua tinggikemungkinan adalah dua bentuk keluarga inti yang paling umum, kedua tipe bentuk keluarga ini akan diuraikan dalam hal pengaturan peran unik dan penekanan peran mereka. 3) Pengaruh Kebudayaan Etnik Norma dan nilai yang berasal dari budaya atau etnik yang sangat berpengaruh mengenai bagaimana peran dijalankan dalam suatu sistem keluarga yang baku. Pengetahuan akan nilai dasar, kebiasaan dan tradisi kelompok etnik tertentu penting guna menginterprestasi apakah peran keluarga berfungsi. 4) Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga berpengaruh terhadap peran keluargatahap perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 2010). c. Peran Keluarga Selama Gangguan Kesehatan 1) Peran ibu dalam sehat dan sakit Peran sebagai



penting



wanita



disebagian



besar



keluarga



yaitu



pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan. Kriteria seperti



apapun telah digunakan dalam studi untuk mengukur pengambilan keputusan dan peran kesehatan termasuk keluarga. Peran yang diambil oleh ibu adalah, seperti yang dibahas sebelumnya, cobtoh yang baik dari pemusatan peran anggota. Ketika penyakit menyebabkan kekosongan peranperan penting, keluarga sering kali memasuki sebuah keadaan tidak seimbang yaitu hubungan peran dan kekuasaan berubah sampai homestasis baru tercapai (Friedman, 2013). 2) Peran pemberian asuhan keluarga Anggota keluarga, dan khusunya wanita, memainkan peran penting sebagai pemberi asuhan primer tidak hanya untuk lansia yang lemah, tetapi untuk banyak anggota keluarga dari semua usia yang masih bergantung, sering kali akibat disabilitas fisik dan atau mental kronik. Kemampuan dan kemauan mereka untuk memberikan asuhan sering menjadi sebuah faktor



9



penting dalam menentukan apakah bisa atau tidak anggota yang mengalami disabilitas atau sakit dapat menghindari anggota masuk institusi. 3) Perubahan peran selama sakit dan hospitalisasi Dalam sebuah periode krisis, misalnya yang disebabkan oleh penyakit serius anggota keluarga, struktur keluarga dimodifikasi, lunya modifikasi bergantung pada seberapa besar derajat anggota yang sakit mampu menjalankan peran basanya dalam keluarga dan pemusatan peran atau tugas –tugas yang kosong dari tindakan saat penyakit tidak dapat disembuhkan dan diobati, layanan medis dan kesehatan yang dimanfaatkan , serta sumber bantuan keluarga primer peran pervasif dan inti dari ibu sebagai pengambil keputusan kesehatan utama , pendidikan , konselor, dan pemberi asuhan dalam matrix keluarga telah menjadi temuan konstan. Dalam peran ini, Ibu mendefinisikan gejala dan memutuskan alternatif sumber yang “tepat”. Ia juga memegang kendali yang kuat terhadap apakah anak akan mendapatkan layanan pencegahan atau pengobatan. Peran pemberi asuhan bervariasi sesuai dengan posisi atau hubungannya dengan bermakna saat pemberi asuhan ;yaitu peran berubah secara bermakna saat pemberi asuhan adalah pasangan hidup, orang tua, anak, saudara kandung, atau teman. Ibu adalah pemberi asuhan primer. Pasangan atau anak usia dewasa adalah pemberi asuhan lansia yang paling sering (Shepard & mahon, 2016).



2.1.4



Pengalaman Keluarga Robinson (2018) menemukan teori empat tahap pengalaman wanita



dalam mengasuh anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik. Pengalaman dimulai dari diagnosis penyakit kronik pada anggota keluarga tersebut dan bergerak kearah tahap kedua yang tidak seimbang yang ditandai dengan “kehancuran wanita “. Tahap ketiga melibatkan perubahan terapeutik melalui intervensi keperawatan dan bergerak diluar dan mengatasi masalah. Tahap keempat dari teori Robinson, disebut “bertanggung jawab terhadap kehidupan



seseorang”.



Ditandai



dengan



wanita



tersebut



mencapai



“keseimbangan yang meningkatkan kehidupan diantara diri dan semua anggota



10



keluarga lainya” (Fiedman, 2010). 2.2 Konsep Hipertensi 2.2.1



Defenisi Hipertensi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmHg



atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi (Syamsudin, 2011). Hipertensi dapat di defenisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg



(Bruner



&



suddarth,



2015).



Hipertensi adalah suatu keadaan



meningkatnya tekanan darah yang abnormal dan biasanya meliputi tekanan darah sistoliknya dan diastolik (Hinchliff, 2019). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansyoer, 2019). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Dalimarta, 2018). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Sustrani, 2016).



2.2.2



Penyebab Hipertensi Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi



esensial dan hipertensi sekunder. a. Hipertensi esensial Tidak diketahui penyebabnya, disebut juga idiopatik. Hipertensi esensial adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Para pakar menunjukan stres sebagai tercetus utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, Penyebabnya multi faktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis dan faktor



11



yang meningkatkan resiko seperti: alkohol, diet, kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas dan lain-lain (Sustrani, 2016). b. Hipertensi sekunder Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat gangguan estrogen, penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain. Kasus yang jarang terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur memperburuk kondisi hipertensi, tetapi bukan faktor penyebab (Sustrani, 2016).



2.2.3



Faktor Risiko Faktor risiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang dapat



di kontrol dan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol: a. Faktor yang tidak dapat dikontrol Beberapa faktor yang tidak dapat di kontrol diantaranya adalah faktor keturunan, Jenis kelamin dan umur. 1) Keturunan Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi.



Dugaan



ini



menyokong



bahwa



faktor



genetik



mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. 2) Jenis kelamin Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan. Hal itu kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. 3) Umur Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa menopouse (sekitar 45 tahun). Pada umumnya, hipertensi 12



menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause). b. Faktor yang dapat dikontrol Faktor yang dapat dikontrol pada hipertensi diantaranya kegemukan, konsumsi garam berlebih, kurang olah, merokok dan mengkonsumsi alkohol. 1) Kegemukan Merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal. 2) Konsumsi garam berlebih Konsumsi garam yang berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah, karena garam mempunyai sifat menahan air. Sebaiknya hindari pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal itu tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja. 3) Olahraga kurang teratur Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cendrung



mengalami



kegemukan.



Olahraga



isotonik,



seperti



bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat. 4) Merokok Hipertensi juga diransang oleh adanya nikotin dalam 13



batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan pengumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah. 5) Alkohol Efek dari konsumsi alkohol juga meransang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah (Dalimartha, 2018). 2.2.4



Kriteria Hipertensi Tekanan darah normal yaitu jika tekanan darah sistolik 120 mmHg (Dalimarta, 2018). Untuk lebih jelasnya kriteria hipertensi yang terdapat pada orang dewasa dapat dijelakan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi Kriteria Normal Pra Hipertensi Hipertensi ringan Hipertensi sedang Hipertensi berat Hipertensi sangat



Sistolik (mmHg) 210



Diastolik (mmHg) 120



Berat (the join national commite on detection, evaluation and treatment of high blood preasure USA).



14



2.2.5 Manifestasi Klinis Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ ginjal, mata, otak, dan jantung (Dalimartha, 2018). Gejala hipertensi yang umum adalah pusing, mudah marah, telinga berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang. Jika terdapat hipertensi sekunder, tanda dan gejala dapat berhubungan dengan



keadaan



Sebagai



dapat menyebabkan obesitas batang



contoh,



sindrom



cushing



yang



menyebabkannya.



tubuh dan striae bewarna kebiruan sedangkan pasien feokromositoma bisa mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat, dan perspirasi yang sangat banyak (Dalimartha, 2018). 2.2.6



Penatalaksanaan Non Farmakologis dan Farmakologis Pada penatalaksanaan non farmakologis, terbukti dapat mengontrol



tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak lagi di perlukan atau pemberian dapat di tunda. Jika obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Adapun penatalaksanaan penurunan tekanan darah terbagi menjadi 2 macam yaitu: a. Penanganan non farmakologis Penanganan merokok,



non



farmakologis



meliputi



menghentikan



menurunkan konsumsi alkohol yang berlebih, menurunkan



asupan garam dan lemak, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, penurunan



berat



badan



yang



berlebih,



latihan



fisik



dan terapi



komplementer. Terapi komplementer ini bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan teknik pernasafan diafragma, terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresure, aroma terapi, refleksiologi, dan hidroterapi (Dalimartha, 2018).



15



b. Penanganan farmakologis Pada



penatalaksanaan



Farmakologis,



pengobatan



hipertensi



dilandasi oleh beberapa prinsip. Pertama, pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan penyebab hipertensi. Kedua, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi timbulnya komplikasi. Ketiga, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. Empat, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang dan seumur hidup (Dalimartha, 2018). 2.2.7



Komplikasi Hipertensi Beberapa



penyakit



yang



timbul



sebagai



akibat



hipertensi



di



antaranya penyakit jantung koroner, gagal jantung, kerusakan pembuluh darah otak, gagal ginjal, stroke, payah jantung, dan kerusakan penglihatan (Dalimartha, 2018). 2.2.8



Konsep Terapi Relaksasi



2.2.8.1 Pengertian Teknik



Relaksasi



Autogenik



merupakan



suatu



tindakan



untuk



membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.Teknik relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman (Potter &



Perry,



2015).Teknik



relaksasi



dapat



menurunkan



ketegangan



fisiologis.Teknik relaksasi banyak jenisnya salah satunya adalah relaksasi autogenik, relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak beresiko (Asmadi, 2018). Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang.relaksasi autogenik bearti pengaturan diri atau pembentukan diri sendiri. Istilah autogenik secara spesifik bahwa anda memiliki kemampuan untuk mengendalikan fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah(Council,2013). Relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha yang disengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis



16



maupun



somatik



menyebabkan



perubahan



dalam kesadaran melalui



autosugesti sehingga tercapailah keadaan rileks (Luthe, 2019). 2.2.8.2 Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik Menurut pratiwi (2012), seseorang dikatakan sedang dalam keadaan baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula tegang menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat individu mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental (Burhanuddin, 2013). Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan, tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik, psikologis serta kehidupan sosial seorang individu. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang alfa



(α)



di



otak



sehingga



tercapailah



keadaan



rileks,



peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh.Teknik relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru.Selama ini, fungsi-fungsi tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertujuan pada diri sendiri(Potter & Perry, 2015). 2.2.8.3 Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Untuk Menurunkan Tekanan Darah Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantramantra verbal yang membuat tubuh merasa



hangat,



berat



dan



santai



merupakan standar latihan relaksasi autogenik.Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar keseluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik.Perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi autogenik mempengaruhi kerja syaraf otonom.Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi diminan simpatis menjadi dominan system parasimpatis.Memusatkan fikiran secara pasif kepernafasan, rasakan gerakan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung.



17



Saat udara dihisap dan masuk kedalam paru-paru, pusatkan fikiran dan hayati rasa segar udara tersebut dan pada saat udara dihembuskan keluar pusatkan fikiran pada keadaan tenang dan rileks. Kemudian fikiran diarahkan kepada pengertian bahwa tidur bukanlah masalah yang terpenting adalah istirahat dengan tenang plasma norepinefrin dilepas apabila latihan telah mencapai 50% VO2max. Sedangkan konsentrasi epinefrin tidak akan signifikan hingga intensitas latihan mancapai 60%-70% VO2max. Epinefrin akan turun kembali apabila recovery beberapa menit, sedangkan norepinefrin dapat bertahan selama beberapa jam. Pada saat latihan, sistem saraf otonom khususnya sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis berperan penting dalam tubuh selama latihan.Sistem saraf simpatis disebut sebagai sistem fight or flight, menyiapkan tubuh untuk menghadapi krisis dan menopang atau menjaga fungsinya selama krisis. Saraf simpatis berpengaruh terhadap Pada saat latihan berefek akut atau sesaat pada tubuh yang memengaruhi yaitu sistem otot, sistem hormonal, sistem peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan, metabolisme, dan sistem pembuangan. Efeknya tidak dapat dirasakan langsung oleh tubuh, namun dapat terungkap melalui pemeriksaan laboratoris.Chemoreflex mengirim respons melalui saraf eferen dan dibawa menuju sistem saraf pusat (SSP).Pusat saraf otonom



SSP



memberikan



respons



dengan



mensupresi



tonus



vagal



(parasimpatis), menyebabkan peningkatan kerja simpatis lebih dominan, sesuai dengan intensitas latihan yang dilakukan.Saraf otonom, khususnya saraf simpatis menstimulasi medula adrenalin pada kelenjar adrenalin (medula supraspinale) untuk mengeluarkan hormon epinefrin dan noreprinefrin (sirkulasi katekolamin) sirkulasi katekolamin dapat memberikan efek : a. Meningkatkan denyut jantung dan kontraksi tambahan, laju metabolisme, glikogenesis. b. Meningkatkan pelepasan glukosa dalam darah, Redistribusi darah pada otot rangka. c. Meningkatkan tekanan darah dan respirasi d. Peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung



18



e. Dilatasi pembuluh koroner, meningkatkan suplai darah ke otot jantung f. Meningkatkan vasodilatasi periferal aliran darah menuju otot rangka yang Vasokontriksi



menuju



sebagian



besar



jaringan



untuk



mencegah darah mengalirinya dan mengalihkannya ke otot yang aktif g. Meningkatkan tekanan darah, memberikan perfusi otot, dan memperbaiki aliran darah vena menuju jantung. Sistem saraf parasimpatis memiliki tugas utama sebagai pengeluaran, seperti: pencernaan, urinasi, sekresi kelenjar, dan konservasi energi. Sistem ini lebih afektif apabila tubuh dalam keadaan tenang dan saat istirahat. Tugasnya



cenderung



menurunkan



denyut



berlawanan jantung,



dengan sistem saraf simpatis karena kontriksi



pembuluh



koroner,



dan



brokontriksi.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan percabangan sistem saraf otonom khususnya saraf simpatis dan parasimpatis.Sistem saraf otonom berhulu di hipotalamus, medula oblongata, dan saraf tulang belakang.Saraf parasimpatis berhubungan langsung pada medula oblongata, sedangkan saraf simpatis berhubungan dengan saraf tulang belakang (Council, 2013). 2.2.8.4



Langkah-Langkah Dari Teknik Relaksasi



Langkah-langkah dari teknik relaksasi autogenik (Council, 2013) a. Mengatur posisi tubuh Posisi berbaring maupun bersandar ditempat duduk merupakan posisi tubuh terbaik saat melakukan teknik relaksasi autogenik. Sebaiknya individu berbaring di karpet atau di tempat tidur, kedua tangan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke atas, tungkai lurus sehingga tumit dapat menapak di permukaan lantai.Bantal yang tipis dapat diletakkan di bawah kepala atau lutut untuk menyangga, asalkan tubuh tetap nyaman dan posisi tubuh tetap lurus. Apabila posisi berbaring tidak mungkin untuk dilakukan, posisi dapat diubah menjadi bersandar/duduk tegak pada kursi.Sambil duduk jaga agar kepala tetap sejajar dengan tubuh, dan letakkan kedua tangan di pangkuan atau di sandaran kursi. Melakukan



19



terapi ini Anda harus melepaskan jam tangan, cincin kalung dan perhiasan yang mengikat lainnya serta longgarkan pakaian yang ketat. Yang terpenting melakukan terapi ini anda harus menghindari makan banyak sebelum melakukan teknik ini, karena makanan dalam lambung anda bisa menyebabkan teknik ini menjadi kurang efektif. b. Konsentrasi dan kewaspadaan Pernapasan dalam sambil dihitung 1 hingga 7 dilakukan guna meyakinkan.Gerakan ini dilakukan sebanyak 6 kali.Selanjutnya adalah tarikan dan hembusan napas dengan hitungan 1 hingga 9, yang dilakukan sebanyak 6 kali.Ketika menghembuskan napas perlu dirasakan kondisi yang semakin rileks dan seolah-olah tenggelam dalam ketenangan. Latihan ini diulangi 3 kali sehingga mendapatkan konsentrasi yang lebih baik dengan memfokuskan pikiran pada pernafasan serta mengabaikan distraktor yang lain. Fokus pada pernafasan dilakukan dengan cara memfokuskan pandangan pada titik imajiner yang berada pada 2 inci (+ 2,5 cm) dari lubang hidung. Latihan ini mempertahankan kondisi secara pasif untuk tetap berkonsentrasi dan nafas dihembuskan melewati titik tersebut. Selama latihan tetap mempertahankan irama nafas untuk tetap tenang, dan selalu menggunakan pernafasan perut.Sasaran utama mempertahankan pikiran terfokus pada pernafasan. c. Fase-fase pada pelatihan autogenic Ada lima langkah dalam relaksasi autogenik yaitu: 1) Perasaan berat 2) Perasaan hangat 3) Ketenangan dan kehangatan pada jantung 4) Perasaan dingin di dahi 5) Ketenangan pernafasan Langkah relaksasi dengan menggunakan basic six dan fokus pada pernapasan dilakukan selama ± 10 menit.Kemudian setelah latihan nafas dilanjutkan dengan pengalihan kepada kalimat “mantra” saya merasa tenang dan nyaman berada di sini.Responden disugestikan untuk



20



memasukan kalimat tersebut ke dalam pikirannya dan diintruksikan supaya tenggelam dalam ketenangan ketika mendengar kalimat tersebut.Akhir dari relaksasi autogenik responden merasakan hangat, berat, dingin dan tenang.Tahap akhir dari relaksasi ini responden diharapkan



mempertahankan



posisi dan mencoba menempatkan



perasaan rileks ini ke dalam memori sehingga relaksasi autogenik dapat diingat saat merasa nyeri.Menurut Pratiwi (2012), sebuah review meta-analisis Stetter (2012) dari 60 pelajar dari 35 negara, ditemukan efek besar pada perbandingan untuk pre dan post intervensi teknik relaksasi autogenik, efek menengah terhadap kelompok kontrol, dan tidak ada efek bila dibandingkan dengan terapi psikologis yang lain. Relaksasi autogenik efektif dilakukan selama 20 menit dan relaksasi autogenik dapat dijadikan sebagai sumber ketenangan selama sehari (Kanji, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2010), relaksasi autogenik



yang



dilakukan



sebanyak



3



kali



memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah dan kadar gula darah pada klien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi. 2.2.8.5



Penelitian Terkait Penelitian Muhrosin (2015) tentang pengaruh relaksasi autogenik



terhadap tekanan darah pada lansia. Unit pelayanan sosial wening wardoyo ungaran.



Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan



tekanan darah sistolik maupun diastolik kelompok intervensi (p-value 0,000 dan p-value 0,000).



Ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik



maupun diastolik kelompok kontrol (p-value 0,000 dan p-value 0,058). Ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran (p-value 0,000) tekanan darah sistolik dan diastolik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mardiono (2015), tentang pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Makasar tahun 2015. Didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sebelum 158/90 mmHg dan rata-rata



21



tekanan darah sesudah 130/80 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 maka dapat disimpulkan adanya pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Makasar tahun 2015. 2.3



Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan



secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana



yang telah



disusun dan mengevaluasi mutu hasil keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Gusti, 2013). Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut: 2.3.1



Pengkajian Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data



secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya (Muhlisin, 2012). Agar di peroleh data pengkajian yang akurat sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasayang mudah di mengerti yaitu bahasa yang digunakan



dalam aktivitas sehari-hari. Menurut Deswani (2019)



pengkajian keperawatan dibagi menjadi dua tahap yakni Auto anamnesa dan Alloanamnesa. Autoanamnesa



adalah data yang diambil dari wawancara



dengan klien, sedangkan Alloanamnesa data yang dapat diambil dari keluarga atau tenaga kesehatan. Hal-Hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah (Padila, 2012). a. Data Umum Pengkajian tahapan data umum keluarga meliputi: 1) Nama kepala keluarga (KK) 2) Alamat 3) Pekerjaan kepala keluarga 4) Pendidikan kepala keluarga 5) Komposisi keluarga dan genogram



22



6) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah- masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebuttipe keluarga Extended Family yang menderita masalah kesehatan adalah salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi. 7) Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut. Anggota keluarga berasal dari minangkabau bahasa yang digunakan adalah bahasa minang. 8) Agama Mengkajimengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. Keluarga terlibat aktif dalam pratik dan sistem kepercayaan. Semua anggota keluarga islam yang menganut kepercayaan allah swt. 9) Status sosial ekonomi keluarga Siapa yang menjadi mencari nafkah dalam anggota keluarga dan apakah keluarga menerima dana tambahan dan bantuan. Sumber yang didapat dimiliki keluarga seperti ansurasi kesehatan. Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 10) Aktivitas rekreasi keluarga Aktivitas rekreasi yaitu



yang berkaitan dengan kegiatan



mengidentifikasi aktivitas keluarga, jenis dan berpa kali aktivitas ini berlangsung. Mengali perasaan dari anggota keluarga tentang aktivitas rekreasi ini. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Mengidentifikasi penyakit yang berkaitan dengan lingkungan keluarga dan genetik pada masa lalu. Saat ini orientasi keluarga kembali



23



kakek, nenek dari ayah dan ibu. Mengali mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. Pada anggota keluarga yang mengalami hipertensi tidak ada faktor keturunan, akan tetapi suami dari keluarga yang terkena hipertensi mengalami stroke. b.



Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah didentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. 2) Karakteristik tetangga Mengali mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 3) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas tidak



geografis



keluarga



ditentukan



denganKeluarga



pernah berpindah tempat selama tinggal dirumah tersebut.



Anggota keluarga tinggal dalam berkomunitas dan lingkungan sekitar yang sama selama kehidupan mereka. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Mengali



mengenai



waktu



yang



digunakan



keluargauntuk



berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. e.



Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan atau rangkaian hubungan dari keluarga bagaimana tugasnya dan jelaskan anggota keluarga mengutarakan kebutuhan perasaan mereka. Mengali mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga, Anggota keluarga pola komunikasi yang tidak baik dan tidak sehat akan



24



menimbulkan stres pada keluarga sehingga dapat terjadi dampaknya hipertensi. 2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan



anggota



keluarga



mengendalikan



dan



mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. Anggota keluarga harus bisa mengendalikan perilaku hidup bersih untuk semua anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi dan mengubah gaya hidup anggota keluarga 3) Struktur peran Menunjukkan kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen dan diharapakan secara normatif dalam situasi sosial. Mengali peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. Peran keluarga bertambah untuk merawat anggota yang sakit dengan adanya perawat untuk keluarga yang menderita hipertensi 4) Nilai atau norma keluarga Sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga. Mengali mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan. f.



Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Berhubungan dengan fungsi intrenal keluarga perlindungan dan dukungan keluarga. Keluarga melakukan tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggota yang menderita penyakit hipertensi dengan memenuhi kebutuhannya. Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga. 2) Fungsi sosialisasi Suatu proses yang berlangsungan seumur hidup dimna individu secara kontinu mengubah perilaku anggota keluarga. Hal yang perlu



25



dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku 3) Fungsi perawatan keluarga Mengali sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil



keputusan



untuk



melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang



sakit,



menciptakan



lingkungan



yang



dapat



meningkatkan



kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. Pada anggota dengan hipertensi dapat ditemui adanya keluhan nyeri kepala, pusing, kuduk terasa berat dll. Anggota keluarga dengan hipertensi dapat memiliki faktor resiko kebiasaan makan berlemak, kurang olahraga, merokok dan stres. 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah: a. Berapa jumlah anak b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga 5) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga c. Stres dan koping keluarga 1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang a. Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.



Hipertensi



26



sendiri dapat menimbulkan stres, sters sendiri dapat menimbulkan hipertensi. b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.. Hipertensi sendiri dapat menimbulkan stres, sters sendiri dapat menimbulkan hipertensi. 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang penuh dengan stres. Menimbulkan stress pada keluarga sehingga dapat terjadi dampak hipertensi. Hal yang perlu dikaji dalam anggota adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor. 3) Strategi koping yang digunakan Anggota keluarga terhadap stres muncul dari riset dan upaya teoritis hingga kira-kira pengetahuan adalah bahwa keluarga semata-mata merupakan sebuah reaktor stres. Keluarga untuk menhadapi macammacam maslah seperti yang dialami oleh salah satuanggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi permasalahan. 4) Strategi adaptasi disfungsional Mengingatkan



keluarga



yang



mengalami



stres



cenderung



bertindak dalam suatu arah yang dapat mengurangi stres. Namun stres kembali karena stres sangat penting ditanangi dan tidak menimbulkan penyakit.



27



28



BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN 3.1 Pengkajian Ny.H seorang asisten rumah dengan dengan tipe keluarga Childless and single family. Pendidikan terakhir Ny.H adalah SMP. Beliau tinggal 1 rumah dengan majikanya ± 12 tahun yaitu Ny.L yang berjumlah 7 orang anggota keluarga. Ny H memiliki riwayat hipertensi dan diabetes namun sering kontrol ke perawat yang berada di lingkungan perumahan, terkadanag Ny.L membawanya ke RS jika sakitya lebih dari 3 hari. Meskipun begitu Ny.H tidak pernah menjaga pola makannya, Ia sering mengonsumsi manis sehingga sering batuk dan kadar gulanya tinggi. Ny.H sering makan bias 4-6x sehari tetapi porsinya sedikit. Pada saat pengkajian terhadap Ny.H didapatkan nyeri kepala dan sakit pada tenggkuk, Susah tidur, batuk berdahak dan bertambah parah di malam hari. Jika tekanan darahnya tinggi Ny.H memilih untuk beristirahat dirumah, pijat tradisional dan menonton TV hingga nyerinya dirasa berkurang. Setelah sembuh Ny.H kembali beraktifitas seperti biasa yaitu menjadi asisten rumah tangga. Pada riwayat kesehatan keluarga. Ayah Ny.H memiliki DM dan ibunya mempunyai Asam urat dan hipertesi, Baru akhir-akhir ini Ny.H kembali didiagnosa menderita TB MDR paru pada bulan pertengahan bulan Juli 2020. Penyakit TB MDR masuk kedalam 10 kategori penyakit yang rentan terserang corona 19 virus dan ketika dilakukan tes rapid dan PCR Covid-19 hasilnya positif, namun setelah dilakukan kultur dahak yang ditemukan hanyalah Bakteri mycobacterium tuberculosis sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny.H tidak terinfeksi virus Covid-19, Sehingga pengobatan dan pemulihan dilakukan full di rumah. Untuk inum obat, NY. H harus diingatkan terlebih dahulu karena sudah mulai pelupa dan sedikit malas minum obat. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada 24 oktober 2020 pada Ny.H, TD: 150/100 mmHg, RR: 22x/mnt, Suhu: 36,8 o C, TB: 158 cm, BB: 48 Kg.



29



3.2 Analisis Data Dan Diagnosa Keperawatan Analisis data dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tangga 24 oktober 2020 telah dilakukan sebelumnya. Sehingga masalah yang dapat diangkat berdasarkan (SDKI, 2017). Dari hasil pengkajian didapatkan 3 masalah keperawatan yang muncul yaitu: DATA DS: klien mengatakan merasa pusing, linu kaki kanan



MASALAH Nyeri Akut(D.0077)



sudah cukup lama



ETIOLOGI Agen Penceder Fisiologis



DO: -



Klien tampak gelisah dan meringis saat ingin tidur



-



TD pernah mencapai 1800/120 mmHG



-



Klien tampak tidak bisa beraktifitas saat penyakitnya kambuh



DS: klien mengatakan, mengidap TBC yang



Ketidakpatuhan



Program terapi



membutuhkan pengobatan 6 bulan dan mengaku takut



(D.0114)



kompleks/lama



Ds: Ny. H mengatakan sering batuk hingga susah untuk



Bersihan jalan napas



Sekresi yang



tidur



tidak efektif (D.0001)



tertahan



minum obat karena pahit DO: -



Klien terlihat mudah lupa, harus ditemani, didampingi minum obat



-



klien terlihat harus dipaksa ketika melakukan perawatan di puskesmas karena jenuh dengan pengobatan yang lama



DO: : - Batuk berdahak (terdapat sputum -



Klien terlihat tidak tahu cara melakukan batuk efektif



30



-



Klien terlihat gelisah dan susah tidur



-



Terdengar suara Ronkhi ketika diauskultasi



DS:



Gangguan Proses



Perubahan Pera



Klien menyatakan tidak nyaman berada dekat



Keluarga (D.0120)



Keluarga



keluarganya Klien mengaku hanya ingin pulang terpaksa karena hari raya saja DO: -



Klien terlihat jarang berkomunikasi langsung dengan keluarganya



-



Keluarga terlihat tida pernah menjenguk dan merawat ketika klien sakit



-



Keluarga klien terlihat hanya datang hanya saat butuh uang saja terhadap klien



-



Keklien terlingan tidak nyaman dan canggung ketika membicarakan keluarganya maupun saat berkomunikasi lagsung dengan keluarganyaa



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu kaki kanan sudah cukup lama (D.0077) 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001) 3. Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114) 4. Gangguan proses keluarga b/d perubahan peran keluarga (D.1020) SLKI dan SIKI 1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu kaki kanan sudah cukup lama (D.0077) SLKI SLKI Setelah di lakukan tindakan keperawatan Mananjemen Nyeri (1.08238) 31



selama 3x24 jam, maka tingkat nyeri Observasi: menurun dengan kriteria hasil:



o



1. Kemampuan Menuntaskan aktifitas, Meningkat (5) 2. Keluhan nyeri, Menurun (5)



frekuensi, kualitas, intensitas nyeri o



Identifikasi skala nyeri



o



Identifikasi respon nyeri non



3. Meringis, Menurun (5) 4. Gelisah, Menurun (5)



Lokasi, karakteristik, durasi,



verbal o



Identifikasi



faktor



yang



5. Kesulitan tidur, menurun (5)



memperberat dan memperingan



6. Frekuensi nadi, Membaik (5)



nyeri



7. Tekanan darah, membaik (5)



o



8. Pola napas, membaik (5)



Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



o



Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri



o



Identifikasi



pengaruh



nyeri



pada kualitas hidup o



Monitor keberhasilan terapi komplementer



yang



sudah



diberikan o



Monitor



efek



samping



penggunaan analgetik Terapeutik: o



Berikan



teknik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi



rasa



nyeri



(mis.



TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,



kompres



hangat/dingin, terapi bermain) o



Kontrol



lingkungan



yang



memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,



pencahayaan, 32



kebisingan) o



Fasilitasi istirahat dan tidur



o



Pertimbangkan



jenis



dan



sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. Edukasi: o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri o Jelaskan strategi meredakan nyeri o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi: o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001) SLKI



SIKI



Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif (1.02075) selama 1x24 jam diharapkan Bersihan Jalan



Nafas



(L.01001)



Meningkat, Observasi



dengan kriteria hasil:



1.



kemampuan batuk



1. Produksi sputum menurun (5) 2. Betuk efektif meningkat (5)



Identifikasi



2.



Monitor



adanya



retensi sputum



3. Gelisah menurun (5) 3.



Monitor tanda dan gejala infeksi



Terapeutik 1.



Posisikan



pasien



semi-fowler atau fowler dengan



33



kaki



kebawah



atau



posisi



nyaman 2.



Pasak bengkok/perlak pada klien



3.



Buang secret pada tempat sputum



4.



Berikan



dukungan



emosional dan spiritual Edukasi 5.



Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif



3.Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114) SLKI Setelah dilakukan



SIKI Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan



tindakan keperawatan



(1.03115)



selama 1x15 menit



Observasi:



diharapkan Tingkat



1.



Kepatuhan



Identifikasi



kepatuhan



menjalani



program



pengobatan



(L.12110) meningkat



Terepeutik:



dengan kriteria hasil:



2.



1. Verbalisasi



Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik



mengikuti



3.



Dokumentasikan selama menjalani pengobatan



anjuran,



4.



Diskusikan hal-hal yang mendukung atau



meningkat (5) 2. Verbalisasi



menghambat berjalannya program pengobatan 5.



kemauan



Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan



mengikuti



Edukasi:



program



6.



perawatan, meningkat (5) 3. Resiko komplikasi



Informasikan kepada klien tentang pengobatan yang harus dijalani



7.



Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan konsultasi ke pelayanan terdekat



34



menurun (5) 4. Perilaku enjalankan anjuran,



mebaik



(5)



4. Gangguan proses keluarga b/d perubahan peran keluarga (D.1020)



SLKI Setelah dilakukan



SIKI Dukungan Koping Keluarga (1.03115)



tindakan keperawatan



Observasi:



selama 3x24 jam



1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi



kemampuan untuk



saat ini



berubah dalam



2. Identifikasi beban prognosis secara psikologis



hubungan atau fungsi



3. Identifikasi pemahaman tentang keputusan



Proses Keluarga



perawatan setelah pulang



(L.120) membaik dengan kriteria hasil: 1.



Terapeutik : A



daptasi



1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan



keluarga



terhadap



situasi,



keluarga 2. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang



meningkat (5) 2.



tidak menghakimi A



daptasi



keluarga



3. Diskusikan rencana medis dan perawatan 4. Fasilitasi



untuk



memperoleh



pengetahuan,



terhadap



keterampilan dan peralatan yang diperlukan



perubahan



untuk mempertahankan keputusan perawatan



meningkat (5)



pasien 5. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan Edukasi: 1.



Informasikan kemajuan pasien secara berkala



35



2.



Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia



Kolaborasi 1.



Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu



a. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis Berdasarkan masalah nyeri akut didapatkan data subyektif yaitu Ny.H mengeluh sakit kepala, sakit pada tengkuk ketika tekanan darahnya tinggi. Untuk data objektifnya mengeluh nyeri, gelisah, sulit tidur dan pengkajian PQRST nya yaitu P: Nyeri bertambah jika tekanan darah dirasa tinggi, Q: nyeri menetap didaerah tengkuk, R : nyeri terasa pada tengkuk, S : skala 4-5, T : saat tekanan darahnya tinggi. b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan Dikarenakan lingkungan pengap dan pencahayaan rumah kurang akibat jarang sekali membuka jendela dan pintu yang merupakan salah satu penyebab Ny.H menderita TBC, sebelum menderita TBC paru, Ny.H memang sering batuk pada malam hari namun sejak didiagnosa TBC batuk bertambah parah dan berdahak. c. Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks dan / atau lama Berdasarkan masalah keperawatan ketidakpatuhan didapatkan data pendukung pada masalah keperawatan tersebut mengingat Ny.H sedang dalam pengobatan dan pemulihan TBC yang membutuhkan kepatuhan minum obat selama 6 bulan namun beliau harus didampingi minum obat karena pelupa dan tidak lancar membaca. d. Gangguan proses keluarga b/d gangguan peran keluarga Dalam beberapa tahun terakhir diketahui Ny.H tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya kecuali jika hari raya tiba. Ia berkata tetap menyayangi keluarganya namun merasa tidak dianggap karena ketika ada acara hajatan ia tidak diberitahu dan keluarganya menelpon hanya untuk 36



meminta uang saja.



3.3 Rencana Keperawatan Rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan pada Ny. H berdasarkan diagnosa yang telah diangkat mengacu pada SLKI dan SIKI. Tujuan dilakukannya rencana keperawatan disesuaikan dengan masing-masing diagnosa yang telah diangkat sebelumnya. Masalah keperawatan pertama dengan diagnosa Nyeri kronis b/d penekanan syaraf dengan outcome yang diharapkan adalah klien keluhan nyeri menurun, gelisah menurun, sulit tidur menurun. Intervensi yang akan diberikan yaitu manajemen nyeri, evaluasi pengalaman nyeri, mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri serta berkolaborasi pemberian analgetic jika memang diperlukan. Masalah keperawatan kedua dengan diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan dengan outcome yang diharapkan adalah klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko dan gejala yang ditimbulkan penyakit hipertensi, menjalani pengobatan yang sudah ditetapkan. Intervensi yang dilakukan adalah dukungan keluarga merencanakan keperawatan denga nmemberikan motivasi atau dukungan terhadap perkembangan sikap yang mendukung upaya kesehatan, serta memberikan edukasi tentang perawatan yang bisa dilakukan keluarga dan bagaimana menggunakan layanan kesehatan yang sudah ada. Masalah keperawatan yang ketiga adalah Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks dan / atau lama. Dengan outcome yang diharapkan adalah klien mampu mematuhi program pengobatan atau perawatan yang disarankan sehingga tanda dan gejala penyakit juga semakin membaik dan tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Intervensi yang akan diberikan adalah dukungan kepatuhan program pengobatan yaitu dengan mengobservasi kepatuhan terhadap pengobatan, mendiskusikan dan melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang akan dijalani klien serta memberikan edukasi tentang program kesehatan yang seharusnya dijalani oleh klien dan



37



manfaat yang diperoleh jika teratur menjalani pengobatan. Masalah keperawatan keempat adalah Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga. Dengan outcome yang diharapkan adalah hubungan atau fungsi keluarga membaik. Intervensi yang akan diberikan yaitu dengan memberikan dukungan koping keluarga terhadap pengobatan klien melalui perantara/penengah agar hubungan antara klien dan keluarga



membaik



dengan



menginformasikan



kemajuan/perkembangan



pengobatan klien. 3.4 Implementasi Asuhan Keperawatan Masalah keperawatan yang pertama yaitu Nyeri Akut untuk tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah mengkaji dan mengidentifikasi nyeri, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri yaitu teknik relaksasi pijat tradisional dan kadang diselingi dengan slowdeepbreathing. Selain itu juga menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan tidak boleh terlalu banyak pikiran. Cara melakukan teknik relaksasi slow deep breathing yaitu pertama atur pasie dengan posisi duduk, kedua tangan pasien diletakkan diperut, anjurkan pasien untuk melakukan tarikan nafas secara perlahan, dan dalam melalui hidung, Tarik nafas selama 3 detik dan rasakan abdomen yang mengembang selama menarik nafas, kerutkan bibir dan keluarkan nafas dari mulut hembuskan nafas secara perlasan selama 6 detik, rasakan abdomen bergerak kebawah, ulangi langkah 1 sampai 5 selama 6-15 menit. Lakukan latihan slow deep breathing dengan frekuensi 3x sehari. Masalah keperawatan yang kedua adalah bersihan jalan napas tidak efektif, tindakan yang sudah dilakukan adalah melakukan teknik relaksasi aromatherapy (laverder + peppermint) dengan diffuser disamping itu dibantu dengan pengobatan utama yaitu medikasi/farmakologi. Apabila peppermint digunakan secara bersamaan dengan laverder maka menimbulkan efek menenangkan dan esensi dingin pada tubuh. Peppermint juga berkhasiat menyegarkan nafas, mengurangi mual, sakit kepala, dan meredakan ketegangan pada otot-otot tubuh. Hal ini dikarenakaan peppermint mengandung 45% menthol dan 10-30% methone.



38



Masalah keperawatan yang ketiga adalah ketidakpatuhan, tindakan yang sudah dilakukan adalah dengan memberikan edukasi menggunakan media leaflat tentang penyakit hipertensi dan TB MDR yang dialami oleh klien (pengertian, tanda gejala, fakto risiko, komplikasi dll), menjelaskan



hal-hal yang dapat



memperburuk keadaan dan menjelaskan tentang diet pada pasien hipertensi dan DM serta berdiskusi atau tanya jawanb tentang penyakit yang diderita klien. Masalah keperawatan yang keempat adalah gangguan proses keluarga, tindakan yang sudah dilakukan adalah dukungan koping keluarga dengan melibatkan orang ketiga sebagai penengah antara klien dengan keluarga sehingga fungsi keluarga membaik. 3.5 Evaluasi Pada masalah keperawatan yang sudah diatasi selama beberapa hari melalui implementasi dan evalusi menunjukkan hasil sebagai berikut: Masalah yang pertama adalah nyeri akut, klien mengatakan nyeri timbul ketika tekanan darah tinggi nyeri saat ini pada skala 3. Klien sudah tampak nyaman dan sudah tidak terlihat menahan sakit. Masalah keperawatan kedua yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, klien mengatakan napas lebih lega dan batuk tidak begitu berat serta tidur lebih cepat (kualitas tidur meningkat). Masalah keperawatan ketiga adalah ketidakpatuhan klien mengatakan akan rutin kontrol asalkan ditemani Ny.L dan ingin cepat sembuh agar bisa sehat kembali dan dapat menjadi ART yang lebih baik. Dan keluarga membimbing, memotivasi dan mengedukasi Ny.H dengan bahasa yang mudah dimengerti agar Ny.H paham akan penyakit yang diderita. Masalah keperawatan keempat adalah perubahan



mproses



keluarga. Klien mengatakan akan lebih sering menunjungi keluraganya di kampong, begitupun juga dengan keluarga klien. Mereka mengatakan akan lebih sering menelepon klien dan ikut memberikan dukungan adaptif dengan mendengarkan masalah dan perasaan klien.



39



BAB IV ANALISIS SITUASI 4.1



Analisis Lingkungan Rumah Klien Klien tinggal bersama dengan majikannya di pulau Madura kabupaten



Bangkalan. Madura merupakan pulau yang dikelilingi oleh pantai yang memiliki iklim yang sangat panas dengan budaya yang masih khas dan kental. Ny.H seharihari bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kebersihan lingkungan disekitar rumah cukup bersih, setiap rumah juga memiliki tempat sampah masing-masing. Sampah setiap harinya di ambil oleh petugas kebersihan. Jalan di lingkungan rumah sudah berupa paving. Tetangga kanan kiri berdempetan. Dan pencahayaan lingkungan cukup terang. Keamanan dijaga oleh satpam perumahan 24 jam. Lokasi rumah cukup strategis karena sangat dekat dengan pelayanan kesehatan (puskesmas), pusat berbelanjaan (Mall) dan sekolah. 4.2



Analisis Masalah Keperawatan



4.2.1 Analisis Masalah Keperawatan Nyeri Akut Hipertensi merupakan.peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke (Sudarta,2013). Gejala yang lazim muncu pada pasien dengan hipertensi adalah nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah mual, muntah, epitaksis hingga kesadaran menurun. Pada hipertensi yang menaun dan tergolong berat biasanya akan meninmbulkan keluhan yang sangat nampak seperti sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah mual, muntah, pandangan kabur, terasa berat pada tengkuk, nyeri kepala bagian belakang, sulit tidur. Penjelasan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi adalah sebagai berikut: a. Terjadi kerusakan susunan syaraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak mantap (pusing)



40



b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari katena peningkatan tekanan intracranial yang disertai mual dan muntah c. Epitaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat vasokontriksi pembuluh darah e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan filtrasi oleh glomerulus. Namun hipertensi sering ditemukan juga tanpa gejala (asimptomatik). Hasil Pengkajian yang didapatkan masalah keperawatan yang muncul berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) oleh PPNI (2017) edisi 1 pada klien kelolaan adalah Nyeri Kronis berhubungan dengan penekanan syaraf. Analisis data yang mendukung nyeri akut meliputi data subjektif dan objektif. Data subyektifnya yaitu Ny.H mengeluh sering sakit kepala, sakit pada tengkuk yang bertambah parah saat bangun tidur dipagi hari. Untuk data objektifnya mengeluh nyeri, gelisah, sulit tidur, dan linu-linu hingga kaki sebelah kanan dan pengkajian PQRST nya yaitu P: Nyeri bertambah jika tekanan darah dirasa tinggi, Q: nyeri menetap didaerah tengkuk, R: nyeri terasa pada tengkuk, S : skala 4-5, T : saat tekanan darahnya tinggi. Intervensi yang akan diberikan adalah relaksasi pijat tradisional (massage) untuk mengurangi nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi slow deep breating. Selain itu juga menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan tidak boleh terlalu banyak pikiran. 4.2.2 Analisis Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Masalah keperawatan kedua yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme yang tertahan. Analisis yang mendukung diagnose tersebut dikarenakan klien menderita penyakit Tuberkulosis paru yang dalam pengobatan penyembuhan. Arti dari Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk ketika sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri didalam patu-paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.



41



TB paru dapat menular melalui kontak udara (batuk, bensin dan bicara). Berdasarkan Analisis data subyektif dan obyektif, Ny. H mengatakan sering batuk dan bertambah parah di malam hari, mudah lelah, sesak dan dada terasa berat. Ny.H juga terlihat gelisah dan belum bisa batuk secara efektif katena kadang terlihat lemas dan tidak pernah latihan batuk efektif. Maka dari itu masalah Bersihan jalan nafas dapat diatasi dengan mengajarkan klien untuk batuk efektif dan memberikan teknik relaksasi dengan menggunakan aromatherapy (laverder + peppermint) yang ditetesken kedalam diffuser sehingga memberikan efek pernapasan klien terasa lebih lega dan kualitas tidur lebih meningkat. 4.2.3. Analisis Masalah Ketidakpatuhan Masalah keperawatan ketiga yaitu ketidakpatuhan. Pada klien hipertensi dan penyakit kompleks lainnya, ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks dan atau lama. Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan adalah kondisi perilaku individu atau pemberi asuhan yang gagal untuk menepati rencana promosi kesehatan atau rencana terapiutik yang telah disepakati oleh individu (atau keluarga, atau komunitas) dan tenaga kesehatan professional sehingga mengakibatkan hasil yang secara klinis tidak efektif atau hasil yang sebagian tidak efektif (Wilkinson dan Ahenrn, 2011). Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan tidak minum obat antihipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung (Fitrhia, 2014). Penyebab ketidakpatuhan regimen pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Disabilitas (penurunan daya ingat), efek samping pengobatan dan perawatan, beban biaya perawatan, waktu pengobatan yang lama dan ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif, kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi (PPNI,2016). Analisis data yang mendukung diagnosa tersebut meliputi data subjektif dan objektif, yaitu Ny. H mengatakan mudah lupa, harus ditemani dan didampingi



42



minum obat. Klien juga terlihat harus dipaksa saat melakukan perawatan di puskesmas dan saaat minum obat karena Ny.H mengaku sudah bosan minum obat. Hal tersebut mendukung terjadinya masalah keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks dan atau lama. Berdasarkan teori, Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana perawatan atau pengobatan yang telah disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan atau pengobatan tidak efektif (PPNI, 2017). Ketidakpatuhan pada terapi menyebabkan timbul dampak negatif seperti semakin parahnya tingkat hipertensi dan menimbulkan gejala yang lebih parah serta timbulnya komplikasi. Maka dari itu Ketidakpatuhan dapat diatasi dengan memberikan edukasi menggunakan media leaflat tentang penyakit hipertensi dan TBC yang dialami oleh klien (pengertian, tanda gejala, fakto risiko, komplikasi dll), menjelaskan halhal yang dapat memperburuk keadaan dan menjelaskan tentang diet pada pasien hipertensi serta berdiskusi atau tanya jawab tentang penyakit hipertensi dengan klien. 4.2.4



Analisis Masalah Gangguan Proses Keluarga



Masalah keperawatan keempat yaitu gangguan proses keluarga. Sesuai dengan fungsikeluarga Ny.H ditemukan beberapa masalah yaitu keluarga belum mampu mengenal masalah kesehatan Tb paru dan keluarga belum mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat, juga untuk masalah hubungan dengan keluarga tampaknya akan membaik karena Ny.H sudah mau untuk berkomunikasi yang intens dengan keluarga dekatnya 4.3 Analisis Intervensi Intervensi yang dilakukan kepada klien ini sesuai dengan panduan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) oleh PPNI (2018) dengan tujuan pencapaian yang juga disesuaikan dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (PPNI, 2019) dengan tambahan intervensi menggunakan jurnal keperawatan 4.3.4 Teknik Relaksasi Pijat Tradisional dan Untuk Mengurangi Nyeri Banyaknya penderita hipertensi saat ini menjadi perhatian global. Penyakit



43



hipertensi ini merupakan penyakit tidak menular dan paling banyak diderita oleh lansia. Banyak faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya hipertensi ini seperti karena faktor keturuanan, konsumsi obat – obatan, stress, gaya hidup (Majampoh, 2013). Nyeri kepala pada pasien hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil dan arteola menyababkkan penyumbatan pembuluh darah, yang mengakibatkan aliran darah akan terganggu. Sehingga supalai oksigen akan menurun dan peningkatan karbondioksida kemudian terjadi metabolisme anaerob di dalam tubuh mengakibatkan peningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2012) nyeri kepala disebabkan kerak pada pembuluh darah atau aterosklerosis sehingga elastisitas kelenturan pada pembuluh darah menurun. Aterosklerosis tersebut menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri), sumbatan dan penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepala atau distensi dari struktur di kepala atau leher. Salah satu upaya untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh hipertensi adalah dengan memberikan teknik relaksasi pijat tradisional (massage) untuk mengurangi nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi slow deep breating ketika nyeri itu terasa hebat. Slow Deep Breathing adalah suatu aktivitas untuk mengatur pernapasan secara lambat dan dalam yang aktivitasnya disadari oleh pelakunya, korteks serebri mengatur pengendalian pernafasan secara sadar dan medulla oblongata mengatur pernapasan secara spontan atau automatic (Tarwoto, 2011). Slow Deep Breathing merangsang sekresi neurotransmitter endorphin pada sistem syaraf otonom yang berefek pada penurunan kerja syaraf simpatis dan meningkatkan kerja syaraf parasimpatis yang efeknya dapat mempengaruhi denyut jantung menjadi lebih lambat dan terjadiya vasodilatasi pada pembuluh darah (Mahtani et al., 2016). Slow Deep Breathing juga signifikan dalam menurunkan tekanan arteri rata-rata atau Mean Arterial Pressure (MAP) serta meningkatan Heart Rate Variability (Nagarajan, 2014). 4.3.5 Pemberian Edukasi Kesehatan Untuk Mengatasi Ketidakpatuhan Pemberian



pedukasi



kesehatan



sesuai



dengan



teori



Pender



yang



mempromosikan gaya hidup sehat melalui health promotion model (HPM)atau model promosi kesehatan (MPK) (Pender, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh



44



Prasetya, (2014) Pada klien dengan hipertensi, yang mana didapatkan hasil adanya penurunan yang siginifikan terhadap ansietas dibandingkan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan. Pada dasarnya manusia adalah makhluk komprehensif yang terdiri dari biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Menurut teori Martha E. Rogers dikenal dengan konsep manusia sebagai unit. Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu sama lain 4.4 Rekomendasi Intervensi Lanjutan Yang Dapat Dilakukan Pada klien dengan hipertensi dan Tb paru dapat dilakukan terapi intervensi tambahan yaitu pisisi duduk semi fowler 45 0 untuk membantu melancarkan nafas menuju paru sehingga oksigen akan mudah masuk. Menurut penulis hal ini sesuai dengan teori Penelitian terkait juga disampaikan oleh Sulistyana dan Susanti (2017) yang menyatakan pengetahuan dan sikap keluarga penderita TB berpengaruh terhadap upaya pencegahan TB. Ada kecenderungan Jika keluarga pasien memiliki pengetahuan baik terkait TB maka akan melakukan upaya pencegahan sebesar 9,6 kali lipat. Sehingga upaya pencegahan Tuberkulosis dapat dilakukan di tingkat terkecil yaitu keluarga dalam hal ini kepala keluarga yang memegang peranan penting dalam upaya pencegahan Tuberkulosis.



45



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Hasil pengkajian didapatkan Ny.H mengatakan sering batuk, pusing, nyeri kepala dan kaki. Pada teori diagnosis keperawatan pada Ny.H ditemukan ada 4 diagnosis keperawatan. Diagnosis utama yang diangkat Nyeri, Bersihan jalan napas. Rencana keperawatan untuk 3 diagnosis utama tersebut adalah melakukan menejemen nyeri dan latihan batuk efektif serta pemberian edukasi pada klien dan keluarga. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah memberikan perawatan teknik relaksasi berupaa pijat dan Aromaterapi (lavender + peppermint) yang membantu untuk mengurangi nyeri, batuk, dan sulit untuk tidur. Hasil evaluasi untuk diagnosis nyeri dan bersihan jalana nafas yaitu nyeri dan batuk berangsir-angsur berkurang dan sudah bisa beraktifitas dengan normal, juga meningkatnya kualitas tidur pasien. 5.2 Saran 1. Bagi Perawat Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perawat di puskesmas kota Bangkalan dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional. 2. Bagi instiusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya dalam penerapan asuhan keperawatan secara profesional.



46



DAFTAR PUSTAKA Aspiani, Reny Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC, dan NOC Jilid 1. Jakarta : Trans Info Media. Dewi, F,U., Sugiyanto, Yetti, W, C. (2017). Pengaruh Pemberian Diet DASH Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Pahandut Palangkaraya. Jurnal Forum Kesehatan Vol 7 No. 2 (2017): Agustus 2017. Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah. (Eka Anisa Mardella, Ed). Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta: EGC.



Fithria & Isnaini, M. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sumber Sehat Indrapuri Aceh Besar. Idea Nursing Journal Vol.V No.2, 2014 ISSN: 20872879 Kartika, A.W., Wiarsih, W., Permatasari, H. (2015). Pengalaman Keluarga dalam Merawat Penderita Sakit Kronis. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 18 No. 1, Maret 20115, hal 51 – 58 Kowalk, J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologis (Professional guide to pathophysiologu) Jakarta : EGC Mahtani, K.R., Beinortas, T., Bauza, K., Nunan, D., 2016. Device-Guided Breathing for Hypertension: a Summary Evidence Review. Curr. Hypertens. Rep. 18. doi:10.1007/s11906-016-0631-Zv Nagarajan, S., 2014. Effect of slow breathing training for a month on blood pressure and heart rate variability in healthy subjects. Natl. J. Physiol. Pharm. Pharmacol. 4, 245. doi:10.5455/njppp.2014.4.050520141 Pender, N. J. (2011). Health Promotion Model mnual. Deepblue.Lib.Umich.Edu. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Cetakan ke). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (cetakan ke). Jakarta: 47



Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia (Cetakan Ke). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sarkono, P.(2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan TerhadapTingkat Ansietas Klien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X Tarwoto, W. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Tetty, S.(2015). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : ECG. Udjianti, W.J.(2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika Volume 2 ( Edisi 18).Jakarta : EGC



48



Lampiran 1 : Format Pengkajian Keluarga PRAKTIKUM MATA AJAR KEPERAWATAN KELUARGA PROGRAM ILMU KEPERAWATAN FIKES UMM Jln. Bendungan Sutami No. 188A Telp. 0341 551149 psw 109 FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA 1. DATA UMUM Nama Kepala : Ny. Halimah ………………………………………………………………… Keluarga Umur



: 56 tahun



Pekerjaan Kepala Keluarga : - (meninggal)



Alamat dan telephon



: perumahan permata indah blok F2



Pendidikan Kepala Keluarga: S2 Tipe Keluarga : childless and single family



Komposisi keluarga



Nama



:terdiri dari 1 KK dengan 8 anggota keluarga



(*Kaji Permasalahan yang muncul terkait dengan Tipe dan Komposisi Klg )



Jenis Tanggal kelamin lahir/umur 1.Tn. AB L 2.Ny. M P 3.Ny. A P Meninggal umur 2 tahun 4 .ahmad L 68 tahun 5.sumayyah P 66 tahun 6.muslimah P 60 tahun 7. suliha P 59 tahun 8. Ny. Halimah P Januari 1967 Genogram : minimal 3 generasi



Hubungan Ayah Ibu Anak 1



Pendidika n SD SD -



Pekerjaan meninggal meninggal meninggal



Anak 2 Anak 3 Anak 4 Anak 5 Anak 6



D4 SMP SMA SD SMP



Pensiunan pelaut Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pedagang Asisten Rumah Tangga



49



Keterangan : ;



= Laki-laki = Perempuan = Pisah atau



= Meninggal = Garis pernikahan = Garis Keturunan = Klien = Tinggal serumah dengan majikan (Ny. L)



Latar belakang budaya



:-



Ny.H lahir dan besar di pulau Madura. Suku Madura. Ny.H terdapat pantangan makanan, yaitu durian dan tidak suka makan a sejak disantet



-



Ny.H menjaga pola makan agar gula darah tidak naik karena ada keturun diabetes



-



Bahasa sehari-hari yang digunakan keluarga adalah bahasa Indonesia dan bahasa Madura jika menobrol dengan tetangga



Identitas religius



: klien beragama islam, rajin mengaji, dan terkadang shalat malam



Status ekonomi



: menengah kebawah, Ny. H bekerja sebagai asisten rumah tangga. Sudah 12 tah ikut bersama Ny.L - Gaji per bulan kurang lebih 700.000- 1000.000 - Ny.H tidak mempunyai asuransi kesehatan - Ny.H memiliki tabungan



50



Aktivitas rekreasi waktu luang



: Pergi berbelanja ke pasar dan ke mall, menonton tv, mengobrol dengan tetangg



2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA Tahap : Ny. H merupakan Tahap keluarga 1 (pernah menikah 1 kali di usia lanjut dan t perkembangan memiliki anak) keluarga saat ini Riwayat : Ny. H menderita Hipertensi, Diabetes Melitus (DM) , dan dalam pengobatan T (Kesehatan) (sudah 5 bulan) keluarga inti Dan sedang mengonsumsi obat-obatan TBC (Tuberculosis) Riwayat : (Kesehatan ) Bapak dari Ny H menderita DM keluarga Ibu dari Ny. Menderita Asam Urat dan Hipertensi sebelumnya 3. DATA LINGKUNGAN Karakteristik (deskripsikan kepemilikan, penerangan, ventilasi, lantai, tangga, kebersihan) rumah Lengkapi dengan Denah Rumah



51



52



Karakteristik lingkungan



Observasi:, Ligkungan rumah berada di perumahan, luas, rindang, septictank be di luar rumah, pencahayaan kurang dan pengap.



4. STRUKTUR KELUARGA Pola komunikasi - Bahasa yang digunakan dalam keluarga adalah bahasa indonesia - Keluarga berkomunikasi secara langsung. Struktur kekuasaan keluarga Struktur peran



Hubungan keluarga Ny.H tidak akur, menurut klien ia lebih suka bersama denga keluarga majikan karena lebih menghargai dan membantu satu sama lain. -



Struktur nilai



Ny.H bekerja sebagai ART selama 12 tahun. ia merasa betah karena tera seperti keluarga sendiri Ny.H kurang akur dengan keluarga inti/kandungnya, jika ada masalah ia selalu curhat pada majikan



Struktur nilai dalam keluarga terlihat selalu menghargai, dan masih terasa kental dengan adat istriadat Madura



5. FUNGSI KELUARGA Fungsi afektif Kasih aying dan perhatian yang diberikan kepada setiap anggota keluarga sama Keluarga juga saling mendukung satu sama lain. Meskipun ia bekerja sebagai A namun Ny H sudah seperti keluarga yang bias bekerja/tidak sesuka hatinya. Fungsi sosialisasi (Lengkapi dengan ECOMAP)



-



Ny. H mengatakan jika hubungan dengan keluarga inti kurang baikdan le nyaman dengan keluarga majikannya Ny. H sering berbincang-bincang dengan tetangga Lokasi rumah berada di pusat kota, mulai dari RS, Puskesmas, hingga pu perbelanjaan sangat dekat Alat transportasi yang digunakan yaitu mobil dan motor pribadi Ny. H ingin mempunyai keluarga yang utuh Ny.L (Majikan )



Tetangga Sekitar



Ny.H Pelayanan kesehatan



Keluarga Besar Rekreasi



53



Keterangan: : Hubungan erat : Hubungan sedang : Hubungan Renggang Fungsi perawatan keluarga



-jika Ny.H sakit, yang bertanggung jawab penuh merawat Ny.H adalah Ny.L sel majikan - Jika ada yang sakit bergantian untuk merawat anggota yang sakit, segera memb anggota keluarga yang sakit ke petugas kesehatan - Ikut mengasuh anak2 majikannya - Makan dan minum Ny. H kadang ikut membantu memasak dan suka makan daging sapi. - Istirahat tidur Ny. H 21.30 – 04.30, tidur siang kadang-kadang.



Fungsi reproduksi



Ny.H pernah sekali menikah di usia lanjut namun pernikahan hanya 2 tahun saja tidak mempunyai anak



6. STRESS DAN KOPING KELUARGA Kondisi stress : jika Ny.H ada masalah ia sering menangis dan mengadu pada Ny.L. koping dan koping keluarga cukup bagus jika ada masalah dibicarakan bersama-sama keluarga PEMERIKSAAN FISIK Hasil pemeriksaan fisik semua anggota keluarga dan berfokus pada anggota klg yang sakit TD: Ny.H 150/100 mmHg BB : 48kg TB: 158 cm Suhu: 36,8 o C Ny. H dalam masa pemulihan TBC Ny.H mempunyai riwayat DM dan mudah sakit Malang, …………………….. Perawat (Amilia Candrasari)



54



No 1.



Kriteria Sifat Masalah



Bobot 1



Perhitungan



Skor



1. Ketidakpatuhan



Aktual : 3



2/3X1 = 2/3



Resiko Tinggi : 2



2. Nyeri Akut



Potensial : 1



3/3X1= 1



Pembenaran



2/3 1



3. Gangguan Proses Keluarga



1/3



1/3X1 = 1/3 4. Bersihan Jalan Tidak Efektif



2/3



2/3 X 1= 2/3



2.



Kemungkinan masalah untuk diubah



2



1. Ketidakpatuhan



Mudah : 2



2/2X2 =2



Sebagian : 1



2. Nyeri Akut



Tidak dapat : 0



1/2X2=1



2 1



3. Gangguan Proses Keluarga



2



2/2X2=2 4. Bersihan Jalan Tidak Efektif



2



2/2X2=2 3.Potensial masalah untuk dicegah



1



1. Ketidakpatuhan



Tinggi : 3



3/3X1=1



Cukup : 2



2. Nyeri Akut



Rendah : 1



1 1/3



1/3X1=1/3 3. Gangguan Proses Keluarga 55



1/3X1=1/3



1/3



4. Bersihan Jalan Tidak Efektif 2/3X1=2/3 4.



Potensial masalah untuk dicegah



1



2/3



1. Ketidakpatuhan



2/3



Tinggi : 3



2/3 X 1= 2/3



2/3



Cukup : 2



2. Nyeri c



Rendah : 1



2/3X1= 2/3



Tidak dirasa ada masalah : 0



3. Gangguan Proses Keluarga



1/3



1/3X1=1/3 4. Bersihan Jalan Tidak Efektif



2/3



2/3X1=2/3



Total Score



Keterangan : Penentuan skor = nilai (masing – masing kriteria) : skor tertinggi (masing – masing kriteria) x bobot (masing – masing kriteria) TOTAL SCORE DIAGNOSA 1. Ketidakpatuhan = 4 2. Bersihan jalan Nafas = 4 3. Nyeri Akut =3 4. Gangguan Proses Keluarga =3 56



DATA DS: klien mengatakan merasa pusing, linu kaki kanan



MASALAH Nyeri Akut(D.0077)



sudah cukup lama



ETIOLOG Agen Penceder Fisiologis



DO: -



Klien tampak gelisah dan meringis saat ingin tidur



-



TD pernah mencapai 1800/120 mmHG



-



Klien tampak tidak bisa beraktifitas saat penyakitnya kambuh



DS: klien mengatakan, mengidap TBC yang



Ketidakpatuhan



Program terapi



membutuhkan pengobatan 6 bulan dan mengaku takut



(D.0114)



kompleks/lama



Ds: Ny. H mengatakan sering batuk hingga susah untuk



Bersihan jalan napas



Sekresi yang te



tidur



tidak efektif (D.0001)



minum obat karena pahit DO: -



Klien terlihat mudah lupa, harus ditemani, didampingi minum obat



-



klien terlihat harus dipaksa ketika melakukan perawatan di puskesmas karena jenuh dengan pengobatan yang lama



DO: : - Batuk berdahak (terdapat sputum -



Klien terlihat tidak tahu cara melakukan batuk efektif



-



Klien terlihat gelisah dan susah tidur



-



Terdengar suara Ronkhi ketika diauskultasi



DS:



Gangguan Proses



Perubahan Pera



Klien menyatakan tidak nyaman berada dekat



Keluarga (D.0120)



Keluarga



keluarganya Klien mengaku hanya ingin pulang terpaksa karena hari



57



raya saja DO: -



Klien terlihat jarang berkomunikasi langsung dengan keluarganya



-



Keluarga terlihat tida pernah menjenguk dan merawat ketika klien sakit



-



Keluarga klien terlihat hanya datang hanya saat butuh uang saja terhadap klien



-



Keklien terlingan tidak nyaman dan canggung ketika membicarakan keluarganya maupun saat berkomunikasi lagsung dengan keluarganyaa



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu kaki kanan sudah cukup lama (D.0077) 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001) 3. Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114) 4. Gangguan proses keluarga b/d perubahan peran keluarga (D.1020) SLKI dan SIKI 1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu kaki kanan sudah cukup lama (D.0077) SLKI SLKI Setelah di lakukan tindakan keperawatan Mananjemen Nyeri (1.08238) selama 3x24 jam, maka tingkat nyeri Observasi: menurun dengan kriteria hasil: 1.



o Kem



ampuan



Menuntaskan



2.



frekuensi, kualitas, intensitas nyeri



aktifitas, o



Meningkat (5)



o Kelu



Lokasi, karakteristik, durasi, Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal



58



han nyeri, Menurun (5) 3.



o Meri



Gelisah, Menurun (5)



5.



Kesulitan tidur, menurun (5)



6.



Frekuensi nadi, Membaik (5)



7.



Tekanan darah, membaik (5)



8.



Pola napas, membaik (5)



faktor



yang



memperberat dan memperingan



ngis, Menurun (5) 4.



Identifikasi nyeri



o



Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



o



Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri



o



Identifikasi



pengaruh



nyeri



pada kualitas hidup o



Monitor keberhasilan terapi komplementer



yang



sudah



diberikan o



Monitor



efek



samping



penggunaan analgetik Terapeutik: o



Berikan



teknik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi



rasa



nyeri



(mis.



TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,



kompres



hangat/dingin, terapi bermain) o



Kontrol



lingkungan



yang



memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,



pencahayaan,



kebisingan) o



Fasilitasi istirahat dan tidur



o



Pertimbangkan



jenis



dan



sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. Edukasi:



59



o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri o Jelaskan strategi meredakan nyeri o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi: o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001) SLKI



SIKI



Setelah



dilakukan



keperawatan



selama



tindakan Latihan Batuk Efektif (1.02075) 1x24 jam



diharapkan Bersihan Jalan Nafas Observasi (L.01001)



Meningkat,



dengan 



kriteria hasil: 1



Identifikasi kemampuan batuk



o Monitor adanya retensi sputum



Produksi sputum menurun o Monitor tanda dan gejala infeksi (5)



Terapeutik



2



Betuk efektif meningkat (5)







3



Gelisah menurun (5)



Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman







Pasak bengkok/perlak pada klien







Buang secret pada tempat sputum







Berikan



dukungan



emosional



dan



Jelaskan



tujuan



dan



spiritual Edukasi 6.



prosedur batuk efektif



60



3.Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114) SLKI Setelah dilakukan



SIKI Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan



tindakan keperawatan



(1.03115)



selama 1x15 menit



Observasi: 



diharapkan Tikat Kepatuhan (L.12110) meningkat dengan 5. Verbalisasi anjuran,







Dokumentasikan



selama



menjalani



pengobatan



6. Verbalisasi kemauan







program



Diskusikan hal-hal yang mendukung atau menghambat berjalannya program



perawatan,



pengobatan



meningkat (5)







komplikasi



menurun (5) 8. Perilaku



Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik



meningkat (5)



7. Resiko



menjalani



Terepeutik: 



mengikuti



kepatuhan



program pengobatan



kriteria hasil: mengikuti



Identifikasi



Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan



Edukasi:



enjalankan







anjuran, mebaik (5)



Informasikan



kepada



klien



tentang



pengobatan yang harus dijalani 



Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan konsultasi ke pelayanan terdekat



4. Gangguan Proses Keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga



SLKI Setelah dilakukan tindakan keperawatan



SIKI Dukungan Koping Keluarga (1.03115)



selama 3x24 jam kemampuan untuk berubah



Observasi:



dalam hubungan atau fungsi Proses



1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi



61



Keluarga (L.120) membaik dengan kriteria hasil: 3.



saat ini 2. Identifikasi beban prognosis secara psikologis



Adaptasi



keluarga



3. Identifikasi



terhadap situasi, meningkat (5) 4.



Adaptasi



pemahaman



tentang



keputusan



perawatan setelah pulang keluarga



terhadap perubahan meningkat (5)



Terapeutik : 4. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga 5. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi 6. Diskusikan rencana medis dan perawatan 7. Fasilitasi



untuk



memperoleh



pengetahuan,



keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien 8. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan Edukasi: 1.



Informasikan kemajuan pasien secara berkala



2.



Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia



Kolaborasi 1.



Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu



62



Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penghuni Balai Pelayanan Sosial Trena Werha Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 88 lansia. Intervensi: 



Responden di beri pengarahan dan di jelaskan posedur dan jalanya proses penelitian sekaligus dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan jalan kaki ( pre test).







Kemudian responden melakukan jalan kaki di area panti selama 20 menit,







Setelah itu di kumpulkan lagi untuk istirahat selama 10 menit, dan dilanjutkan dengan pengukuran tekanan darah kembali (post test).







Hal ini dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu selama dua hari.



Compare: Post test dilakukan pengukuran tekanan darah Outcame: 



Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (25%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (75%)



63







Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 12 responden (lansia hipertensi) terdapat 8 responden (66,7%) yang mengalami penurunan tekanan darah, tidak ada responden yang tekanan darahnya tetap, dan 4 responden (33,3%) yang mengalami peningkatan tekanan darah.







Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa terdapat 8 responden (lansia hipertensi) yang mengalami penurunan tekanan darah setelah melakukan olahraga jalan kaki, dimana terdapat 4 responden yeng mengalami penurunan tekanan darah Sistole, 2 responden yang mengalami penurunan tekanan darah Diastole, dan 2 responden yang mengalami penurunan tekanan darah Sistole dan Diastole.







Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa terdapat 4 responden (lansia hipertensi) yang mengalami peningkatan tekanan darah setelah melakukan olahraga jalan kaki, dimana 3 responden mengalami peningkatan tekanan darah Diastole, dan 1 responden yang mengalami peningkatan tekanan darah Sistole dan Diastole.







Berdasarkan hasil Analisis uji Wilcoxon diketahui bahwa untuk Sistole nilai Z hitung = -2,271 dengan p value 0,023 = α < 0,05 yang berarti terjadi perubahan tekanan darah Sistole (turun) setelah melakukan olahraga jalan kaki. Sedangkan untuk Diastolenilai Zhitung = -2,530 dengan p value 0.011 = α < 0,05 yang berarti terjadi perubahan tekanan darah Diastole (turun) setelah melakukan olahraga jalan kaki. Hasil ini menunjukan bahwa Ho ditolak, sehingga Ha diterima yang berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh jalan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi terbukti kebenarannya.



64



Lampiran 2 : Lembar Konsul



65



Lampiran 3: Dokumentasi a. Pijat tradisional



b. Gambar diffuser dan Aromaterapi lavender peppermint



66



c. Poster edukasi TBC



67