BISMILLAH Siap SIDANG YOK [PDF]

  • Author / Uploaded
  • riski
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



Skripsi



Disusun oleh : Riski Agustin N1A117158



FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JAMBI 2021



IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020 Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi



Disusun Oleh : Riski Agustin N1A117158



PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2021



i



PERSETUJUAN SKRIPSI Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020



Disusun oleh: Riski Agustin N1A117158



Telah disetujui Dosen Pembimbing Skripsi Pada tanggal, November 2021



Pembimbing I



Pembimbing II



Hubaybah, SKM., M.KM



Budi Aswin, S.KM., M.Kes



NIP: 198006032010122003



NIP: 198712252019031009



ii



PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020 yang disusun oleh Riski Agustin, NIM N1A117158 telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tangal,



dan dinyatakan lulus. Susunan Tim Penguji Ketua



: Hubaybah, S.KM., M.KM



Sekretaris



: Budi Aswin, S.KM., M.Kes



Anggota



: 1. Asparian, S.KM., M.Kes 2. Disetujui :



Pembimbing I



Pembimbing II



Hubaybah, SKM., M.KM



Budi Aswin, S.KM., M.Kes



NIP:198006032010122003



NIP: 198712252019031009



Diketahui :



Dekan Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kes Universitas Jambi Universitas Jambi Dr.dr.Humaryanto,Sp.OT,M.Kes



Dr. Guspianto, S.KM., M.KM



NIP.197302092005011001



NIP.197308111992031001



iii



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Program Studi



: Ilmu Kesehatan Masyarakat



Judul Proposal



: Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Temp H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020



Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir Skripsi yang saya tulis ini benarbenar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksei perbuatan tersebut.



Jambi, November 2021 Yang Membuat Pernyataan,



Riski Agustin (N1A117158)



iv



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, segala puji hanya milik Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Tahun 2020” sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah pada peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi. Sebagai Makhluk ciptaan-Nya penulis mempunyai keterbatasan dalam proses penyusunan skripsi ini dan tidak lepas dari hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka akhirnya semua bisa berjalan dengan baik. Terwujudnya tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi. 2. Bapak Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. 3. Ibu Evy Wisudariani, SKM., MPH selaku Pembimbing Akademik atas segala bimbingan, saran, bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan. 4. Ibu Hubaybah, S.KM., M.KM, selaku Pembimbing I atas segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Budi Aswin, S.KM., M.Kes, Selaku Pembimbing II atas segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini. 6. Teristimewa untuk orangtua saya, Ayahanda tersayang Edi Afrizal, Ibunda tercinta Lenta Manihuruk, yang telah membesarkan, mendidik dan v



mencurahkan kasih sayang yang tiada henti-hentinya, serta bantuan moril maupun material juga Do’a restunya sampai dengan penulis dapat menyelesaikan studinya ke jenjang S1. Mereka adalah harta berharga yang saya miliki di dalam kehidupan saya. 7. Abang saya tercinta Ferry Andriawan S.E yang selalu mendukung, memberi motivasi dan selalu ada dalam keadaan suka maupun duka. Juga tidak lupa seluruh keluarga besar saya, karena kalian saya bisa melewati segala proses panjang perkulihan ini. 8. Teruntuk partner dalam segala hal saya, Belly Dwi Pratama orang yang sudah membantu saya dalam banyak hal dan yang selalu direpotkan dalam segala hal serta telah menemani perjalanan hidup saya disaat suka maupun duka. Terimakasih karena kamu saya bisa berada disini, terimakasih kamu telah memberi warna dikehidupan saya. 9. Swings sahabat sudah seperti keluarga saya yang terdiri dari Lisa Dwi Astari, Fathia Annisa, Elvia Caroline, Putri Chintia Pratama, Artito Radhityo, Lindung Fernando, Fadlan Ladino terimakasih sudah menjadi partner akan segala hal. Semua yang kita jalani akan menjadi cerita dan kenangan yang sangat manis untuk dikenang dimasa mendatang. Kita akan naik level bersama-sama. Lets go 10. Teruntuk sahabat receh saya, Bilqhisty Arino, Rts. Nurafni Putri Widiasari dan Dea Regina yang telah menemani perjalanan hidup saya dari SMA hingga sekarang. Terimakasih support dari kalian, kalian yang selalu mengerti saya dalam keadaan apapun, yang selalu bersedia disaat saya butuhkan. 11. Teruntuk teman seperjuangan saya dari awal masuk kuliah hingga sekarang, Muslimah Paradiba dan Indah Iswanty terimakasih kalian yg selalu sabar menghadapi sifat saya, selalu bersama dalam segala hal perkuliahan, yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi dan selalu bersedia meluangkan waktu mendengar keluh kesah saya, sehingga karena kalian saya bisa melewati pada tahap ini. Kita sudah melewati perjalanan masa vi



perkuliahan disaat suka dan duka, semoga impian kita jadi HSE barengbareng terwujud ya. 12.



Te



runtuk teman-teman K3 angkatan 2017, K3 Muda, teman-teman kelas D, teman seperjuangan prodi IKM angkatan 2017 yang selalu memberi dukungan, motivasi, semangat dan selalu bersedia meluangkan waktu mendengar keluh kesah saya, serta semua yang teleh menemani perjalanan hidup saya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, sehingga saya bisa melewati segala proses dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan bidang ilmu kesehatan masyarakat.



Jambi, November 2021



Riski Agustin N1A117158



vii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii KATA PENGANTAR................................................................................................iv DAFTAR ISI..............................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6 1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8 2.1 Telaah Pustaka...................................................................................................8 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja..............................................................8 2.1.2 Bahaya.......................................................................................................11 2.1.3 Identifikasi Bahaya....................................................................................18 2.1.4 Kecelakaan Kerja.......................................................................................26 2.1.5 Penyakit Akibat Kerja...............................................................................30 2.2 Kerangka Teori................................................................................................34 2.3 Kerangka Konsep............................................................................................35 BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................36 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................................36 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................36 3.2.1 Tempat Penelitian......................................................................................36 viii



3.2.2 Waktu Penelitian........................................................................................36 3.3 Subjek Penelitian.............................................................................................36 3.4 Definisi Istilah.................................................................................................37 3.5 Instrumen Penelitian........................................................................................40 3.6 Metode Pengumpulan Data.............................................................................41 3.7 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................41 3.8 Pengolahan dan Analisis Data.........................................................................42 3.9 Etika Penelitian................................................................................................44 3.10 Jalannya Penelitian..........................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................47



ix



DAFTAR TABEL



x



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Teori Domino H.W. Heinrich..................................................................28 Gambar 2.2 Kerangka Teori........................................................................................34 Gambar 2.3 Kerangka Konsep.....................................................................................35



xi



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara..............................................................................51



xii



RIWAYAT HIDUP PENULIS



Nama



: Riski Agustin



Jenis Kelamin



: Perempuan



Tempat, Tanggal Lahir



: Jambi, 9 Agustus 1998



Alamat



: Jl. Perdana Raya Rt. 21 No.01 Kel. Paal Lima Kec. Kota Baru Kota Jambi



Agama



: Islam



Nama Ayah



: Edi Afrizal



Nama Ibu



: Lenta Manihuruk



Riwayat Pendidikan 1. TK Aisyiyah IV Kota Jambi (2003-2004) 2. SD Negeri 104/IV Kota Jambi (2004-2010) 3. SMP Negeri 11 Kota Jambi (2010-2013) 4. SMA Negeri 3 Kota Jambi (2013-2016)



xiii



ABSTRACT Background: Every job has its own dangers, whether it's a work accident or workrelated illness. Work accidents are caused by potential hazards in the workplace. There are several types of hazards that exist in the workplace, namely physical, chemical, biological, ergonomic, and psychological hazards. K3 must be applied to all sections of workers, both the informal sector and the formal sector so that workers feel safe when working in order to promote work productivity. Currently there is an informal industry that is developing in the middle of society. H.Slamet tempe factory is one of the informal industries located in Jambi City. According to Jambi City BPS data in 2018, the number of tempe processing industries in Jambi City was 68 industries with a total workforce of 255 people. The large number of percentages is often not commensurate with the attention to the health and safety aspects of employees' work, the lack of supervision regarding the OHS aspects in the informal industry results in work accidents and PAK always occurring. Based on the initial survey in September 2020, there were many potential hazards that were observed, both from the potential for physical, biological, chemical, ergonomic, and psychological hazards. Therefore, this study aims to identify potential hazards and determine the hazards of physical, chemical, biological, ergonomic, and psychological work at the H.Slamet tempe factory in Jambi City 2020. By identifying and knowing the potential hazards in the H.Slamet tempe factory, you can avoid risk of work accidents. Methods : This type of research is a qualitative descriptive study. With the research subject is the management, namely the person in charge of the Tempe H.Slamet factory in Jambi City and the workers at the Tempe H.Slamet Factory in Jambi City. Data were obtained by means of field observations, in-depth interviews with 5 informants. xiv



Result and Conclusion: From the work process, 10 potential physical hazards were identified, namely slipping, falling, tripping, bumping, falling, being hit by sharp objects, lighting that was slightly minimal, being exposed to fire, exposed to hot water, and finally a hot work environment. One potential biological hazard is microbial contamination. The three potential hazards of ergonomics are awkward work postures, repetitive motion activities, and lifting excessive weights. Meanwhile, chemical hazards and psychological hazards were not identified. Keywords: Identification of Potential Hazards, Informal Sector, Occupational Health and Safety, Tempe Industry.



xv



ABSTRAK Latar Belakang : Setiap pekerjaan mempunyai bahayanya masing masing baik itu kecelakaan kerja ataupun Penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja di sebabkan karna adanya potensi bahaya di tempat kerja, Ada beberapa jenis bahaya yang ada ditempat kerja yaitu bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi. K3 wajib diterapkan pada semua bagian pekerja baik sektor informal ataupun sektor formal sehingga tenaga kerja merasakan keamanan ketika bekerja guna memajukan produktivitas kerja. Sekarang ini terdapat industri informal yang berkembang di pertengahan masyarakat. Pabrik tempe H.Slamet merupakan salah satu industri informal yang berada di Kota Jambi. Menurut data BPS Kota Jambi Tahun 2018 jumlah industri pengolahan tempe yang ada di Kota Jambi sebanyak 68 industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 255 orang. Besarnya jumlah persentasi itu seringkali tidak sepadan dengan perhatian pada aspek kesehatan serta keselamatan kerja karyawan, rendahnya pengawasan mengenai aspek k3 di industri informal mengakibatkan Kecelakaan kerja serta PAK selalu terjadi. Berdasarkan survey awal pada bulan September tahun 2020 banyak sekali potensi bahaya yang diamati baik dari potensi bahaya fisik, biologi, kimia, ergonomi, dan psikologi. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan mengetahui bahaya kerja fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. Denga mengidentifikasi dan mengetahui potensi bahaya yang ada di pabrik tempe H.Slamet dapat menghidari risiko terjadinya kecelakaan kerja. Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dengan subjek penelitian adalah pihak manajemen yaitu penanggung jawab pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi dan pekerja di Pabrik Tempe H.Slamet Kota Jambi. Data diperoleh dengan cara observasi lapangan, wawancara mendalam terhadap 5 informan. Hasil dan Kesimpulan : Dari proses pekerjaan, teridentifikasi 10 potensi bahaya fisik, yaitu terpeleset, terjatuh, tersandung, terbentur, tertimpa, terkena benda tajam, xvi



pencahayaan yang sedikit minim, terkena api, terkena air panas, dan yang terakhir lingkungan kerja panas. 1 potensi bahaya biologi yaitu terkontaminasi mikroba. 3 potensi bahaya ergonomic yaitu postur kerja yang janggal, aktivitas dengan gerakan secara berulang, dan mengangkat beban berlebihan. Sedangkan bahaya kimia dan bahaya psikologi tidak teridentifikasi. Kata Kunci : Identifikasi Potensi Bahaya, Sektor Informal, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Industri Tempe.



xvii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai bahayanya masing masing baik itu kecelakaan kerja ataupun penyakit yang timbul saat bekerja karena adanya hubungan kerja maupun disebabkan pekerjaan itu sendiri ataupun lingkungan kerja. Pada hakikatnya kesehatan kerja serta keselamatan merupakan sebuah kemampuan untuk mempertahankan keamanan serta melindungi diri dari berbagai bahaya baik dari bahaya mental, emosional, ataupun fisik terhadap pekerjaan, masyarakat, lingkungan kerja atau dari perusahaannya dan bahaya terjadinya kecelakaan.(1) Kesehatan kerja dan keselamatan (K3) merupakan usaha agar mempertahankan kesempurnaan serta keutuhan baik jasmani ataupun rohaniah dari manusia dan tenaga kerja pada utamanya dan hasil karyanya dalam langkah menuju masyarakat yang adil makmur, serta sejahtera.(2) Kesehatan



serta



keselamatan kerja wajib diterapkan pada semua bagian pekerja baik sekotor informal ataupun sektor formal sehingga tenaga kerja merasakan keamanan ketika bekerja guna memajukan produktivitas kerja serta hasil kerja itu sendiri. Penyakit akibat kerja serta kecelakaan kerja ketika bekerja bisa menyusutkan produktivitas kerja maka dampaknya kepada penyusutan produksi. Agar menciptakan produk bermutu harus diterapkan beberapa elemen seperti sumber daya manusia yang efektif, sehat serta efisien. Manusia sebagai pengendali dalam proses produksi memerlukan postur kerja yang efisien serta lingkungan kerja yang sehat dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga dibutuhkan suatu identifikasi resiko bahaya penyakit serta kecelakaan kerja yang timbul ketika bekerja agar menjauhi besarnya kecelakaan kerja.(2) Adanya



18



2



identifikasi itu bisa menyusutkan biaya pengeluaran ( cost ) yang berpengaruh terhadap perusahaan. Kecelakaan kerja di sebabkan karna adanya sinyal bahaya di tempat kerja, sinyal bahaya terdiri dari dari manusia, material kerja, lingkungan kerja, serta peralatan/mesin kerja. Ada beberapa jenis resiko yang ada ditempat kerja yaitu resiko fisik, resiko kimia, resiko biologi, resiko ergonomi, dan resiko psikologi. Sebab utama faktor kecelakaan kerja yaitu disebabkan dari tindakan manusia maupun tingkah laku yang tidak mencukupi keselamatan kerja (unsafe act) serta kondisi lingkungan yang tidak terjamin adanya bahaya(2) Angka kecelakaan kerja menunjukkan tren yang meningkat. Berdasarkan data International Labour Office (ILO) kecelakaan kerja terjadi setiap tahun nya sebanyak lebih dari 250 juta, diantaranya sekitar 160 juta yang mengalami sakit dan sekitar 1,2 juta yang meninggal akibat kecelakaan kerja tersebut.(3) Sementara di Indonesia Pada tahun 2016 angka kecelakaan kerja 101.367, sebanyak 123.041 kasus yang terjadi angka kecelakaan kerja pada tahun 2017, lalu pada tahun 2018 meningkat 173.105 atau 40.273 kasus setiap hari, sedangkan pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 77.295 kasus. Dari jumlah tersebut, adanya kecacatan sebanayak 4.678 kasus ( 3,18 persen ) serta kasus yang berakhir kematian sebanyak 2.575 ( 1,75 persen ) (4) Di Provinsi Jambi angka kecelakaan kerja masih tergolong rendah. Menurut data BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Jambi, tingkat kecelakaan di Provinsi Jambi selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 kasus kecelakaan kerja Provinsi Jambi adanya pemberitahuan sebanyak 458 kasus, lalu terjadi angka kecelakaan kerja sebanyak 818 kasus pada tahun 2017, sementara pada tahun 2018 angka kecelakaan kerja mengalami kenaikan sebanyak 1.257 kasus.(5)



3



Perkembangan peradaban manusia modern, potensi bahaya serta hambatan yang dihadapi makin besar serta beraneka macam seperti risiko yang muncul karena adanya ulah manusia. Pada perkembangan yang modern ini, tanpa disadari, manusia ditengah maupun bersama resiko. Hal ini sama juga pasti yang timbul dilingkungan kerja. Proses produksi, metode kerja, penggunaan mesin, alat kerja atapun material telah menjadi risiko yang bisa mengakibatkan penyakit serta kecelakaan kerja ketika bekerja. Karena itu, aspek kesehatan serta keselamatan kerja telah menjadi arahan serta kebutuhan biasa pada pekerja. Meskipun keselamatan kerja telah menjadi kebutuhan pekerja. Tetapi pada kenyataannya pekerja tersebut masih menghiraukan kesehatan dan keselamatan kerja. Sekarang ini terdapat industri informal yang berkembang di pertengahan masyarakat. Berdasarkan data BPS Provinsi Jambi tahun 2019 mencatat bahwa persentasi jumlah pekerja pada industri informal di Provinsi jambi mencapai 57,59% atau sebanyak 990,94 ribu orang. (6) Sedangkan menurut data BPS Kota Jambi Tahun 2018 jumlah industri pengolahan tempe yang ada di Kota Jambi sebanyak 68 industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 255 orang.(7) Besarnya jumlah persentasi itu seringkali tidak sepadan dengan perhatian pada aspek kesehatan serta keselamatan kerja karyawan, rendahnya pengawasan mengenai aspek k3 di industri informal mengakibatkan penyakit akibat kerja serta kecelakaan kerja selalu terjadi. Potensi bahaya atau hazard terdapat dimana saja serta kapan pun ketika di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Proses identifikasi bahaya pada bagian dalam proses manajemen risiko, sedangkan penilaian risiko proses untuk menetapkan prioritas pengendalian pada tingkat resiko kecelakaan maupun penyakit sebab kerja. Proses identifikasi resiko dapat dimulai menurut kelompok, misal : aturan-aturan, lokasi, kegiatan serta proses produksi maupun fungsi, serta sarana dan prasarana pendukung kerja.(2)



4



Identifikasi bahaya ialah cara pengenalan sebuah resiko dan untuk memilih karakteristik. Identifikasi bahaya merupakan pencegahan sistematis untu mengenal adanya resiko yang terdapat pada lingkungan kerja. Dengan memahami karakteristik serta sifat risiko, kita lebih hati hati dalam melaksanakan tahapan pengamanan agar tidak terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Untuk meminimalisasi dan menghilangkan terjadinya resiko keselamatan serta kesehatan kerja maka dapat dilaksanakan dengan memakai identifikasi resiko yang terjadi pada lingkungan kerja.(8) Identifikasi bahaya yang dilakukan pada pekerja di pabrik tempe yaitu sebuah alat untuk menggapai derajat kerja yang tinggi pastinya dimaksdukan untuk kesejahteraan tenaga kerja. Lebih dari itu, identifikasi potensi bahaya ialah hal utama dalam keselamatan pekerja dan penyakit akibat kerja yang dialami pekerja di pabrik tempe H.Slamet yang dipakai agar meningkatkan produksi yang berdasarkan pada meningkatnya efisiensi serta daya usaha produktivitas faktor manusia pada produksi. Pabrik tempe H.Slamet merupakan salah satu industri informal yang berada di Kota Jambi tepatnya di jalan Panglima Polim lorong cendrawasih Kelurahan Rajawali. Pabrik Tempe H.Slamet sudah berdiri sejak tahun 1965. Pabrik yang didirikan oleh H.Slamet ini awalnya hanya berupa industri rumahan lalu berkembang pesat menjadi industri pabrik tempe. Pabrik tempe H.Slamet telah memproduksi sekitar 200 kilogram atau sebanyak 4 pikul perhari bahan utama tempe berupa kacang kedelai. Pabrik tempe H.Slamet memiliki 10 pekerja. Dalam pembuatan tempe ada beberapa proses pengolahan yaitu mulai dari perebusan, penggilingan, pencucian, sampai pencetakan. Berdasarkan survey awal pada bulan September tahun 2020 banyak sekali potensi bahaya yang diamati baik dari potensi bahaya fisik, biologi, kimia, ergonomi, dan psikologi. Pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini dalam operasinya menggunakan peralatan manual serta cara kerja yang ada mempunyai kesempatan adanya



5



penyakit serta kecelakaan kerja sebab kerja jika karyawan pabrik tempe H.Slamet tidak melakukannya secara benar serta tepat dan keadaan karyawan yang tidak mempunyai konsentrasi serta ketelitian yang teliti terhadap pekerjaannya. Pabrik tempe H. Slamet tersebut pabrik tempe yang paling lama berdiri di Kota Jambi, lalu pabrik tersebut belum ada sama sekali orang meneliti mengenai bahaya pada pekerja pabrik tersebut. Selain itu, pada saat saya survey awal saya melihat kondisi lingkungan pada pabrik tempe H.Slamet tersebut terdapat potensi bahaya dan para pekerja pabrik tempe H.Slamet hampir seluruhnya tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap (APD) dan belum sadar dengan adanya bahaya yang terdapat di pabrik tempe H.Slamet tersebut yang akan mengakibatkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dengan adanya risiko yang ada berdasarkan survey awal pekerja bisa mengalami penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja seperti terpeleset karna lantai licin, cidera akibat tersandung ember berisi kedelai saat perendaman dan penirisan, iritasi akibat terpapar bakteri saat melakukan perendaman pencucian kedelai dan pemberian ragi, gangguan pernafasan yang berasal dari asap pada saat bagian perebusan, gerakan berulang saat pengakutan kayu bakar, tertimpa dan tertusuk serpihan kayu bakar, kulit melepuh akibat perebusan kacang kedelai, tertimpa rak penyimpanan tempe yang jaraknya dekat dengan atas kepala, selain itu pekerja juga dapat mengalami stress kerja. Dengan banyaknya kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi maka diperlukan identifikasi potensi bahaya pada pabrik tempe H.Slamet yang lebih mendalam maka dapat mengurangi



penyakit serta



kecelakaan kerja akibat kerja. Hal tersebut menjadi latar belakang yang mendukung penulis agar melaksanakan kegiatan penelitian ini, dengan maksud tujuan agar membina lingkungan kerja yang aman, efisien, efektif, serta pekerja yang sehat. Penulis bermaksud untuk menangkal adanya penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja maka produktivitas kerja melonjak. Lebih dari itu juga,



6



penelitihan tentang identifikasi risiko bahaya pada pekerja di pabrik tempe H.Slamet belum terlaksana sebelumnya maka sehingga penelitian ini mempunyai peran yang sangat penting. 1.2



Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut sehingga rumusan masalah yang akan dibahas yaitu mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di pabrik tempe H.Slamet agar menghidari penyakit serta kecelakaan kerja ketika bekerja pada pabrik tempe H.Slamet.



1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu agar mengidentifikasi potensipotensi bahaya pada pekerja pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bahaya kerja fisik pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. b. Untuk mengetahui bahaya kerja kimia pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. c. Untuk mengetahui bahaya kerja biologi pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. d. Untuk mengetahui bahaya kerja ergonomi pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020. e. Untuk mengetahui bahaya kerja psikologi pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi 2020.



7



1.4



Manfaat Penelitian 1. Bagi Pabrik Tempe H.Slamet Hasil dari penelitian tersebut bisa menjadi saran kepada pabrik tempe H.Slamet sebagai bahan pertimbangan mengenai risiko yang terjadi di area pabrik tempe H.Slamet, sehingga pihak pabrik tempe H.Slamet bisa mengaplikasikan tindakan pengendalian kecelakaan kerja yang tepat, serta menjadi informasi tambahan bagi pabrik tempe H.Slamet dalam menerapkan pengendalian risiko serta meningkatkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di pabrik tempe H.Slamet. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil dari penelitian tersebut bisa digunakan sebagai bahan referensi tambahan bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univeristas Jambi program studi Ilmu Kesehatan Jambi terkhusus peminatan Keselataman dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai Identifikasi potensi bahaya. 3. Bagi Pekerja Sebagai bahan informasi bagi pekerja untuk mengetahui adanya resiko yang terdapat di Pabrik tempe H.Slamet agar pekerja lebih wapada dan dapat mengantisipasi resiko bahaya. 4. Bagi Peneliti Memberikan manfaat bagi peneliti agar lebih mendalami wawasan, kemampuan, dan pengetahuan agar menerapkan ilmu mengenai kesehatan serta keselamatan kerja. Terkhusus tentang identifikasi potensi bahaya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) OHSAS 18001:2007 mengemukakan bahwa “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang akan berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja di tempat kerja”.(9)



Keselamatan dan Kesehatan Kerja



merupakan keadaan dimana pekerjaan yang aman serta sehat dan baik dari segi pekerjaannya, tenaga kerja, lingkungannya, ataupun perusahaannya tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja yakni penerapan serta ilmu pengetahuan dalam upaya untuk menghindari penyakit serta kecelakaan kerja akibat kerja (PAK). Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan sebuah bidang kesehatan masyarakat yang berfokus perhatiannya pada karyawan pekerja baik yang ada pada sektor informal ataupun sektor formal. Menurut Tarwaka (2014) “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pemikiran dan upaya



untuk menjamin kesempurnaan



serta keutuhan baik jasmani ataupun rohani diri manusia dan tenaga kerja pada khussusnya beserta hasil karya dalam rangka terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, serta sejahtera.(2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Vinda (2011) merupakan instrumen yang memproteksi tenaga kerja, lingkungannya, perusahaan, maupun masyarakat dari bahaya akibat kecelakaan kerja.(10) Menurut Kuswana (2014) dalam Marom dan Sunuharyo (2018) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah usaha maupun pemikrian serta penerapan yang ditunjukkan guna menjamin kesempurnaan serta keutuhan



8



9



rohaniah dan jasmaniah tenaga kerja, hasil karya serta budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. (11) Dari beberapa definisi tersebut bisa disimpulkan yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yakni segala usaha agar melindungi karyawan dari kecelakaan serta risiko penyakit ketika kerja dengan melaksanakan pengendalian maka karyawan selalu sehat baik



secara



fisik



maupun



psikologis



yang



nantinya



akan



mempengaruhi produktivitas kerja. 2.1.1.2 Tujuan K3 Keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat agar menjamin kesehatan maupun kesempurnaan rohani dan jasmani pada pekerja dan hasil karya serta budayanya. Tujuan umum keselamatan dan keesehatan kerja yaitu mengamankan kegiatan/pekerjaan mulai dri input



samapi



dengan



output



kegiatan



tersebut



seperti



kegiatan/pekerjaan mulai dari input sampai dengan output kegiatan tersepet seperti kegiatan produksi di luar ataupun dalam industry berupa sektor public serta lainnya. Lalu mengaplikasikan program K3 dapat meningkatkan kesejahteraan.(12) Berdasarkan Buntarto (2015) terdapat tujuan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain a. Untuk menjamin tenaga kerja atas hak keselamatannya  dalam melaksanakan pekerjaan untuk meningkatkan produksi serta kualitas maupun kesejahteraan hidup. b. Untuk melindungi keselamatan kerja setiap orang yang berada di lingkungan kerja. c. Untuk memelihara sumber produksi serta memakai secara efisien serta aman(1)



10



Berdasarkan Kurniawidjaja (2010) dalam Salsabila (2020) secara umum tujuan K3 yaitu agar membina tenaga kerja yang produktif serta sehat. Adanya tujuan K3 secara rinci antara lain : a. Untuk menambah derajat kesehatan para pekerja b. Supaya setiap orang serta tenaga kerja yang berdada ditempat kerja terus dalam kondisi sehat serta selamat c. Supaya sumber produksi bisa berjalan dengan semestinya..(13) Menurut Mangkunegara (2013) dalam Yuliandi dan ahman (2019) tujuan keselamatan serta kesehatan kerja antara laian : a.



Agar menambah kegairahan, keserasian kerja, serta partisipasi kerja



b. Agar setiap tenaga kerja serta setiap pegawai merasa terlindungi serta aman ketika bekerja c. Adanya jaminan atas peningkatan serta pemeliharaan kesehatan gizi pekerja. d. Supaya masing-masing pegawai memperoleh jaminan keselamatan serta kesehatan kerja baik secara sosial, fisik, maupun psikologis. e. Supaya seluruh hasil produksi dijaga keamanannnya f. Supaya masing-masing perlengkapan serta peralatan kerja dipakai seefektif mungkin g. Agar terhindar dari hambatan kesehatan yang disebabkan karena kondisi kerja maupun ;ingkungan kerja.(14)



11



2.1.1.3 Ruang Lingkup K3 Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerjs (K3) harus tetap berada di semua kegiatan, baik di sektor non formal ataupun sektor formal, sebab potensi ancaman bahaya kecelakan dan kesehatan kerja selalu mengancam dimanapun kita berada. Secara singkat ruang lingkup K3 antara lain : a. Merahabilitasi pekerjaan yang cidera maupun sakit karena pekerjaan b. Menyesuaikan kekuatan dengan pekerjaan c. Mengobati serta mencegah kecelakaan yang diakibatkan karena pekerjaan ketika bekerja d. Menjaga lingkungan kerja yang bersih e. Mencegah, mengobati keracunan yang terjadi di tempat kerja f. Memelihara moral, mencegah, serta mengobati keracunan yang terjadi ketika bekerja.(1) 2.1.2



Bahaya



2.1.2.1



Definisi Bahaya Hazard atapun potensi bahaya merupakan hal-hal yang berpotensi terjadinya kecelakaan, kerusakan, cedera, sakit, maupun kerugian. Potensi bahaya bahkan juga menngakibatkan kematian yang berkaitan dengan sistem kerja.(2) Bahaya adalah tindakan maupun situasi yang mengakibatkan cidera maupun kecelakaan pada kerusakan pada lingkungan, manusia, ataupun hambatan lainnya yang bersifat memberatkan. Menurut KBBI “bahaya ialah sesuatu yang mungkin dapat mendatangkan kecelakaan seperti bencana, kesengsaraan, dan kerugian”.(15) Menurut Burton et al (1978) dalam Wowo Sunaryo Kuswana (2014) Hazard ialah bagian-bagian lingkungan fisik dan



12



beresiko terhadap manusia serta diakibatkan oleh kemampuan dari luar.(12) Standar Australia (2000) dalam Wowo Sunaryo Kuswana (2014) menyatakan hazard sebagai sumber potensi bahaya yang menimbulkan kerugian.(12) Bahaya yakni situasi, tindakan, sumber terjadinya cidera manusia maupun penyakit seperti keadaan kelainan mental maupun fisik terhadap manusia.(9) Hazard merupakan sebuah objek yang didalamnya ada energi, zat, maupun keadaan kerja yang potensial bisa mengganggu keselamatan. Hazard seperti metode kerja, bagian mesin, bahan-bahan, situasi kerja, maupun bentuk energi.(12) Menurut Widayana dan Wiratmaja (2014) Aktivitas, situasi, gejala, kondisi, proses, material serta segala hal yang berada di tempat kerja yang berkaitan dengan perkejaan berpotensi menjadi sumber penyakit,



kecelakaan, cidera maupun kematian di sebut



dengan resiko.(16)



2.1.2.2



Sumber Bahaya Sumber bahaya adalah seluruh keadaan maupun tindakan yang menjadi penyebab terdapatnya kecelakaan, kerusakan, cedera, sakit, kerugiaan dan bisa mengakibatkan kematian yang berkaitan pada cara kerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sumber bahaya antara lain : 1.



Manusia Manusia menjadi sumber bahaya ditempat kerja ketika melaksanakan pekerjaannya. Seperti saat tenaga kerja sedang melaksanakan pengelasan, sehingga dalam cara kerja pengelasan ini akan mengakibatkan berbagai resiko..(17)



13



1) Lingkungan Kerja Lingkungan kerja bisa menjadi sumber bahaya ditempat kerja. Seperti disaat melaksanakan pekerjaan diluar lapangan yang tekena debu, sehingga dalam cara kerjanya akan mengakibatkan resiko misal sesak nafas, batik, dll. 2) Peralatan/mesin kerja Peralatan kerja yang dipakai misal tangga, pesawat angkat, pesawat uap, alat angkut, mesin, dll bisa menjadi sumber resiko bagi manusia. Misalnya pada pemakaian tangga yang tidak layak pakai maupun rusak bisa mengakibatkan bahaya yaitu jatuh dari ketinggian.(17) 3) Material Material seperti hasil produksi maupun bahan baku terdapat berbagai jenis resiko sesuai karakteristik serta sifat. Contohnya material yang seperti bahan kimia terdapat bahaya misal



kebakaran,



pencemaran



lingkungan,



iritasi,



serta



keracunan.(17)



2.1.2.3



Jenis Potensi Bahaya 1. Bahaya fisik Bahaya fisik yaitu bahaya paling biasa dan hadir di setengahan tempat kerja ketika waktu tertentu. Hal tersebut, terbilang pada keadaan tidak aman yang dapat mengakibatkan kematian, penyakit, serta cidera. Risiko fisik tersebut paling mudah di analisis tempatmnya, akantetapi selalu tercuekkan



14



sebab sudah pandang akrab dengan keadaan. Contoh bahaya listrik antara lain yaitu : 1) Kelembapan ekstrem 2) Suhu yang ekstrem 3) Trotoar kecil maupun tidak memadai 4) Permukaan lantai yang tidak rata 5) Tata letak area kerja yang tidak sesuai 6) Trotoar terblokir 7) Menyimpan benda dilantai sembarangan 8) Kebisingan 9) Kondisi pencahayaan 10) Getaran 11) Radiasi 12) Keadaan pada permukaan lantai longgar 13) Keadaan pada permukaan lantai licin maupun basah.(12) 2. Bahaya kimia Bahaya kimia merupakan zat yang mempunyai efek serta karakteristik yang bisa membahayakan kesehatan serta keselamatan manusia. Bahaya kimia bisa mengakibatkan kebakaran, ledakan, cacat fungsi paru-paru, kelainan organ hati serta saraf, gagal ginjal, iritasi, maupun keracunan. Bahaya kimia ditempat kerja bisa seperti uap, gas, pelarut organic, krok atau cadmium, serta merkuri. Contoh bahaya kimia mencakup paparan sebagai berikut : 1) Zat korosif 2) Zat oksidasi 3) Zat teratogenik 4) Zat mutagenik



15



5) Zat karsinogenik 6) Reaksi kimia 7) Proses produksi kimia 8) Reaksi kimia dalam produksi bahan kimia 9) Penyimpanan bahan kimia 10) Zat dan bahan yang mudah terbakar.(12) 3. Bahaya biologi Bahaya biologi merupakan risiko bahaya yang bisa ditemukan dari unsur biologi yang bermula dari fauna serta flora yang ada dilingkungan kerja maupun kegiatan kerja. Bahaya biologi ialah zat mapun organisme yang ditemukan pada organisme yang mengakibatkan ancaman bagi keselamatan serta kesehatan manusia seperti penyakit infeksi ketika kerja, dari penyakit flu dapat sampai SARS. Jenis mikroorganisme yang tergolong dalam faktor biologi dan pekerja yang terpajanan sebagai berikut virus contoh Hepattiti B/C, HIV AIDS, bakteri contoh tuberculosis, leptospirosis, jamur contoh Coccidiomycosis, Aktinomikosis, dan parasit ,isal malaria. Para pekerja



yang



mengatasi



maupun



mengatasi



kebersihan



lingkungan yang tidak memadai, penagngkut sampah denagn sanitasi perorangan/lingkunagn yang buruk, pengolah bahan makanan, serta sediaan biologis hewan maupun tumbuhan.. Bahaya biologi salah satu bahaya yang harus dikenalikan karena dampaknya berbahaya. Bahaya biologi mancakup paparan: 1) Obat atau zat sitotoksik 2) Serangga atau gigitan hewan 3) Kotoran binatang 4) Tanaman beracun



16



5) jamur 6) darah atau cairan tubuh 7) kotoran manusia 8) Antraks 9) Bakteri 10) Virus.(12) 4. Bahaya ergonomi Bahaya ergonomi ialah risiko yang diakibatkan oleh peralatan kerja yang dipakai tidak sesuai desainnya, kondisi kerja, posisi tubuh, serta beban kerja yang terlalu berat contoh meja yang terlalu tinggi, atau kursi yang terlalu rendah. Akibatnya susah untuk dianalisis secara langsung sebab kita tidak harus menunjukkan ketegangan pada tubuh maupun resiko saat melaksanakan. Paparan jangka pendek bisa mengakibatkan nyeri otot pada hari berikutnya sesuadah terekspos, akantetapi paparan jangka panjang yang serius. Biasanya resiko tersebut akan muncul dalam jangka waktu yang lama. Bahaya ergonomi meliputi : 1) Tempat kerja yang tidak sesuai dengan tubuh pekerja 2) Sering mengangkat beban yang berlebihan 3) Postur tubuh yang kurang memadai 4) Gerakan yang terus menerus secara tidak wajar 5) Penerangan yang tidak memadai 6) Jangkauan yang berlebihan 7) Desain perlatan kerja, mesin kerja dan tempat kerja yang buruk 8) Vibrasi.(12)



17



5. Bahaya psikologi Bahaya psikologi adalah resiko yang bekaitan dengan terjadinya keadaan psikologis yang tidak bagus maka akan berdampak pada pekerjaan. Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan. Gangguan psikologis tersebut bisa terjadi dikarenakan kondisi lingkungan sosial tempat kerja yang tidak memadai dengan pekerja serta mengakibatkan ketegangan jiwa pekerja, contoh keharusan tentang pencapaian target produk yang sangat tinggi diluar batas kekuatan tenaga kerja.(18) Bahaya psikologi sangat penting dikendalikan serta



diidentifikasi secara menyeluruh. Yang



termasuk bahaya psikologi meliputi: 1) Lingkungan tempat kerja yang kurang sesuai 2) Konflik antar personal 3) Komunikasi yang tidak akurat 4) Kelelahan 5) Shift kerja 6) Bullying serta pelecehan 7) Tidak ada prosedur yang pasti 8) Kekerasan pada tempat kerja 9) Kecepatan kerja 10) Fobia pekerja 11) Pemimpin yang kurang baik 12) Kurangnya motivasi 13) Kelebihan beban kerja.(12)



6. Bahaya Mekanik



18



Bahaya mekanik bersumber dari perlatan mekanik disebut juga benda bergerak denagn gaya mekanik baik yang digerakkan secara penggerak ataupun manual seperti pengaduk, mesin tempa, mesin potong, mesin press, mesin bubut, serta gerinda. Bagian yang bergerak pada mesin terdapat resiko contoh mengebor, menekan, menjepit, menempa, serta gerakan memotong. Resiko gerakan mekanik yang bisa mengakibatkan cidera maupun kerusakan, contoh terkupas, terjepit, terpotong, serta tersayat mesin.(17) 7. Bahaya Elektrik Bahaya elektrik yaitu resiko yang bersal dari energy listrik yang bisa menimbulkan beberapa resiko bahaya contoh kebakaran, hubungan arus pendek, serta tersengat listrik. Pada lingkungan kerja terdapat adanya baha listrik, baik dari peralatan, mesin, atapun jaringan listrik yang memakai energy lstrik.(17) 2.1.3



Identifikasi Bahaya Langkah pertama pada manajemen risiko kesehatan di tempat kerja yaitu identifikasi bahaya. Dalam tahap identifikasi bahaya tersebut dilaksanakan analisis faktor bahaya kesehatan yang bisa beragam psikologi, ergonomic, biologi, kimia, maupoun fisik yang terjadi pada tempat kerja maupun pekerja. Berdasarkan Tarwaka (2014) “Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Dalam melakukan proses identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dapat menggunakan



19



petunjuk-petunjuk khusus yang berkaitan dengan jenis atau tipe potensi bahaya yang mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas pekerjaan (human act) maupun kondisi lingkungan kerja (work condition)”.(2) Menurut Supriyadi dkk (2015) dalam Dewi dkk (2018) “Identifikasi



bahaya



merupakan



landasan



program



pencegahan



kecelelakaan atau pengendalian risiko karena tanpa mengenal bahaya maka tidak dapat ditentukan tingkat risiko bahayanya, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko bahaya tidak bisa dijalankan. Penelitian risiko (risk assessment) mencakup 2 (dua) tahap proses yaitu yang pertama menganalisa risiko (risk analysis) dan yang kedua mengevaluasi risiko (risk evaluation). Kedua tahap ini sangat penting karena akan menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko. Parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko adalah likelihood dan severity. Likelihood adalah probabilitas terjadinya kecelakaan kerja. Parameter pengukuran likelihood adalah seberapa sering terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja dan Severity menggambarkan seberapa besar dampak dari potensi bahaya yang diidentifikasi. Kombinasi likelihood dan severity untuk melihat tingkat risiko bahaya melalui tabel risk matrix”.(19) Sedangkan menurut OHSAS 18001 “Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya.”(9) Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya adalah berasas dari program penanggulangan kcelakaan serta pengendalian bahaya. Tanpa menagnak resiko, bahaya tidak bisa ditemukan maka usaha pengendalian tidak bisa digerakkan.(17) identifikasi potensi bahaya memperoleh banyak manfaat sebagai berikut: 1. Membagikan informasi yang terdokumentasi tentang sumber resiko pada suatu perusahaan kepada seluruh pihak terutama



20



pemangku kepentingan. Oleh karena itu, mereka bisa memperoleh gambaran tentang bahaya. 2. Sebagai landasan sekaligus masukan agar menetukkan strategi penanggulangan yang efektif serta tepat. Dengan mengetahui resiko yang ada, manajemen bisa menerapkan skala proritas penanganan sesuai tingkat bahaya maka akan lebih efektif. 3. Mengurangi peluang kecelakaan 4. Membagikan pemahaman bagi semua pihak baik pihak terkait maupun pekerja serta manajemen tentang potensi resiko dari kegiatan perusahaan maka akan menambah kewaspadaan dalam mengoperaikan perusahaan.(17) Dalam OHSAS 18001 klausul 4.3.1 bahwa dalam proses untuk



mengidentifikasi



bahaya



dan



peneliain



risiko



harus



memperhatikan : 1. Rancangan



organisasi



kerja,



prosedur



operasional,



mesin/peralatan, instalasi, serta area kerja, terutama adaptasi kepada kekuatan manusia 2. Adanya perundangan yang relevan terkait dengan penilaian bahaya serta penerapan pengendalian yang diperlukan. 3. Modifikasi sestem manajemen K3 termasuk perubahan sementara, penagruhnya kepada operasional, aktivitas, serta proses. 4. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan dalam organisasi, material, ataupun aktivitas. 5. Prasarana, peralatan serta material ditempat kerja, baik yang disediakan oleh organisasi maupun pihak lain. 6. Aktivitas rutin maupun non rutin 7. Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ketempat kerja termasuk kontarktor serta tamu. 8. Perilaku manusia, kemampuan manusia serta faktor manusia.



21



9. Bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berpangaruh pada kesehatan serta keselamatan kerja personal didalam kendali organisasi lingkungan tempat kerja. 10. Bahaya yang terjadi disekiatar tempat tempat kerja hasil kegiatan kerja terhubung dalam kendali organisasi.(8) Menurut Tarwaka (2014) Proses identifikasi hazard sebagai berikut : 1. Mencatat semua hazard yang telah dianalisis. 2. Review kecelakaan, catatan p3k serta informasi lain. 3. Periksa seluruh objek yang berada pada tempat kerja serta sekiatarnya 4. Membuat daftar seluruh objek mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, kondisi kerja, system kerja yang berda ditempat kerja 5. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja ditempat yang berkaitan pada objek tersebut..(2) Pada pelaksanaan proses identifikasi potensi resiko di tempat kerja, kita bisa memakai petunujuk special yang berhubungan pada jenis potensi resiko yang diakibatkan oleh kegiatan pekerja ataupun keadaan lingkungan kerja. Terdapat petunjuk adanya potensi bahaya sebagai berikut : 1. Fisiologi atau ergonomi, cedera sebab pekerjaan angkat serta angkut, manual materials handling ( MMH ), pengerahan tenaga serta otot yang berlebiahn, gerakan yang monoton serta berulang, desain stasiun kerja serta layaout tempat kerja tidak ergonomis, dll. 2. Psikologis, adanya pembenanan kerja yang mengakibatkan under stress maupun over tugas serta tanggung jawab pada pekerjaan, konflik ditempat kerja, dll.



22



3. Lingkungkangan biologis, terjadinya resiko sebab terkena parait, virus, jamur, serta bakteri. 4. Alat serta perlatan kerja, seperti : pneumatic, system hidrolik, mesin, listrik, peledakan serta kebakaran. 5. Lingkungan kimia, terjadinya bahaya kimia yang terserap, terhirup, maupun tertelan. 6. Lingkungan fisik, terjadinya bahaya yang kontak dengan sumber energi, kontak dengan bahan berbahaya, terperangkap, terjepit, terbentur benda, terpukul serta terjatuh. 7. Petunjuk lain contoh: pengembangan karir, motivasi, supervise, serta ketersediaan training.(2) Sesuatu tersebut bida sipakai dalam petunjuk mula-mula dii dalam melaksankan pengenalan mapun identifikasi potensi bahay, dari penilaian idetifikasi seterusnya bisa segara ditingkatkan ke dalam penilaian resiko yang akan terjadi nanti.(2) Soehatman Ramli (2010) menyatakan dalam melaksankan penilaian bahaya serta idetifikasi resiko yang ada teknik atau metode yang digunakan dalam proses identifikasi bahaya tersebut. Teknik identifikasi bahaya terdapat beberapa ragam yang bisa dikelompokkkan menjadi



teknik/metode



pasif,



teknik/metode



semiproaktif



serta



teknik/metode proaktif. Teknik/metode pasif merupakan teknik yang dalam pengenalannya berpatokan pada pengalaman atau kejadian yang menimpa diri sendiri. Contohnya seseorang mengetahui ada bahaya ketinggian setelah terjatuh dari ketinggian. Cara ini cenderung kuno dan terlambat karena tidak ada pencegahan sebelum kecelakaan dan kerugian telah dialami. Teknik/metode semiproaktif merupakan teknik identifikasi bahaya dengan melakukan pengamatan kepada pihak kedua atau kejadian kecelakaan yang menimpa orang lain. Teknik semiproaktif



23



selangkah lebih baik dari teknik pasif. Namun perlu diketahui bahwa teknik ini memiliki kelemahan yaitu belum baiknya pencatatan kejadian kecelakaan sehingga data kecelakaan kurang memadai untuk dijadikan pedoman pengendalian bahaya baik untuk perusahaan maupun pihak lain yang ingin belajar dari kesalahan. Satu lagi kelemahan teknik ini adalah bahwa kejadian kecelakaan telah terjadi dan sudah menimbulkan kerugian walaupun tidak menimpa diri sendiri. Teknik/metode proakti ilalah teknik terbagus dalam melakukan identifikasi resiko karena teknik tersebut mencari bahaya ketika kecelakaan belum terjadi atau sebelum menimbulkan kerugian. Kelebihan teknik proaktif adalah bersifat preventif sebab resiko dikontrol sebelum mengakibatkan kecelakaan, bersifat peningkatan berkelanjutan ( continual improvement ) sebab dengan



mengetahi



resiko



bisa



dilaksankan



usaha



perbaikan,



meningkatkan kepedulian pekerja sesuah memahami terjadinya resiko di lingkungan tempat kerja, menghindari sifat boros yang tidak diharapkan sebab setiap resiko memiliki peluang untung mengalami penyusutan. (17) Menurut Ramli (2014), terdapat banyak teknik identifikasi bahaya bersifat proaktif sebagai berikut :(8) 1) Data Kejadian Teknik kejadian ini merupakan teknik semi proaktif karena melihat dari data kecelakaan atau kejadian. Dari kecelakaan yang terjadi,



dapat



diinvestigasi



sehingga



memperoleh



informasi



mengenai bahaya yang ada. Contohnya ketika ada nearmis seorang pekerja yang melewati galian proyek, maka diambil kesimpulan akan adanya kondisi tidak aman dan kurangnya rambu-rambu.(8) 2) Daftar Periksa



24



Identifikasi bahaya bisa dilaksanakan denagn membuat sebuah daftar periksa tempat kerja (check list). Daftar periksa dikembangkan sesuai dengan jenis bahaya, sifat kegiatan, kondisi, serta kebutuhan yang besar. Melaui daftar periksa bisa dilaksankan pemeriksaan pada semua keadaan dan lingkungan kerja contoh penyimpangan material, kebersiah, penerangan, serta mesin.(8) 3) Brainstorming Brainstorming merupakan teknik identifikasi bahaya dengan menyampaikan pendapat terkait bahaya yang ada dilingkungan kerja. Dalam brainstorming, tim dapat berasal dari banyak departemen kerja yang nantinya menyampaikan bahaya yang ada pada departemen kerja mereka.(8) 4) What If Sesuai namanya, teknik identifikasi bahaya What If merupakan teknik proaktif dengan membuat pertanyaan dan ditambah awalan “What If .....”.Contohnya What If tali pengaman putus, What If tangki minyak bocor. Manfaat pada teknik tersebut agar menganalisis dugaan terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan serta mengakibatkan sebuah konsekuensi yang serius. Melaui teknik tersebut



bisa



dilaksankan



penilaian



pada



dugaan



adanya



penyimpangan modifikasi, konstruksi, serta rancang bangun yang diinginkan. (8) 5) HIRADC Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC). Sebuah persyaratan OHSAS 18001, organisasi perlu memutuskan prosedur tentang Identifikasi Bahaya (Hazards Indentification),



Penilaian



Risiko



(Risk



Assessment),



serta



memutuskan penangulangannya (Determining Control), maupun



25



disingkat dengan HIRADC, semua itu di artikan sebagai manajamen risiko (risk manajement).(8) 6) Hazops (Hazards and Operability Study) Hazard



and



Operability



Studies



(HAZOPS)



bemula



dikembangkan oleh ICI, suatu perusahaan kimia di Inggris. Sebab itu, HAZOP lebih selalu diaplikasikan dalam industri kimia. Tetapi dengan semakin diperlukannya teknik-teknik analisis hazard, beberapa industri lain, contoh farmasi, makanan, industry, serta pertambangan termasuk gas lepas pantai serta pengeboran minyak , serta mengaplikasikan HAZOPS. Hazops yaitu teknik identifikasi resiko yang sangat terstruktur



serta



komprehensif.



Teknik



ini



diperlukan



agar



mengidentifikasikan sebuah cara mapun unit opersi baik pada tahap modifikasi, operasi, konstruksi, serta rancang bangun. Hazops dilaksanan dalam bentuk tim dengan menggunakan kata bantu (guide Word) yang dikomposisikan denagn parameter yang terdapat pada proses contoh aliran, tekanan, suhu, sera level. Kata bantu yang dilaksanakan sebagai berikut: More, No, Low, Less, High, serta lainnya. Contohnya Kata bantu More bisa dikomposisikan dengan parameter aliran (flow) akan menjadi More Flow, No Flow, Less Flow, Reverse Flow, serta lainnya. Dalam menggunakan kata bantu bisa diidentifikasi potensi resiko jika ada sesuatu terjadi dalam sebuah proses.(8) 7) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA yai teknik identifikasi resiko yang fokus pada kemungkinan kegagalan sistem dan proses yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bahkan juga menimbulkan kerugian. Dengan menganalisa kemungkinan kegagalan sistem dan proses maka dapat dipilih pengendalian bahaya yang sesuai.(8)



26



8) Analisa Pekerjaan (Task Analysis) Setiap pekerjaan dan tugas selalu terdapat potensi bahaya di dalamnya. Oleh karena itu,teknik identifikasi bahaya ini berfokus pada pekerjaan dan tugas.(8) 2.1.4



Kecelakaan Kerja



2.1.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Permen Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.7 Tahun 2017, Kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang ditimbulkan pada hubungan kerja, termasuk kecelakaan timbul ketika perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan kebalikannya.(20) Menurut Dian serta Resti (2015) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang timbul pada lingkungan kerja  lingkungan kerja yang Yang bisa timbul sebab keadaan lingkungan kerja yang tidak aman maupun human error.(21) Kecelakaan kerja yakni peristiwa yang tidak kita inginkan serta yang tidak kita duga, baik kecelakaan sebab langsung ataupun kecelakaan yang sedang dilakukan ketika melakukan pekerjaan.  dampak dari kecelakaan kerja bisa seperti menyusutny aekonomi,  kecacatan maupun kehilangan secara sosial. Kecelakaan tidak menimpa secara individu tetapi bisa  mengakibatkan banyak orang atau pekerja lainnya  maupun perusahaan tersebut. Kecelakaan kerja merupakan kecelakan yang timbul yang berkaiatn pada kerja, termasuk penyakit akibat kerja yang tibul sebab hubungan kerja maupun kecelakaan yang timbul ketika perjalanan ke tempat kerja serta dari tempat kerja kecelakaan. Secara umum faktor kecelakaan yang timbul diakibatkan oleh mansusia serta faktor fisik. Faktor fisik seperti tingkah laku pekerja yang tidak menanggapi keselamatan sebab kelengahan kelelahan. Penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia.(1)



27



Kecelakaan Kerja merupakan sebuah kejadian yang tidak terduga serta bukan dikehendaki yang bisa mengakibatkan kerugian baik korban jiwa, harta benda, serta waktu yang timbul pada sebuah proses kerja industry maupun yang berhubungan dengan kejadian. Maksud dari tidak terduga sebab kejadian kecelakaan tidak diperoleh unsur perencanaan serta kesengajaan. Kecelakaan ini bisa dikatakan tidak diharapkan sebab masing-masing kejadian kecelakaan akan terus diserta kerusakan, kerugian, mental, serta kerugian fisik yang mengakibatkan hambatan dalam cara kerja ditempat kerja.(2) Kecelakaan Kerja berdasarkan Fank E. Bird dalam Salsabila (2020) adalah peristiwa yang tidak diharapkan yang berdampak kerugian terdap manusia seperti mengakibatkan kegiatan proses kerja, lingkungan, kerusakan property, serta cedera.(13) 2.1.4.2 Penyebab Kecelakaan Kerja Terdapat teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang penyebab kecelakaan kerja salah satunya yaitu teori domino Heinrich. berdasarkan teori domino effect H. W Heinrich, Kecelakaan timbul melalui keterkaiatn mata rantai akibat sebab dari berbagai faktor akibat kecelakaan kerja yang saling berkaitan maka mengakibatkan penyakit maupun kecelakaan sebab kerja dan menimbulkan kemalangan.(1) Teori domino dikembangkan oleh H.W. Heinrich (1931) yang mengemukakan yaitu, kecelakaan kerja diakibatkan dari tingkah laku yang tidak aman (unsafe acts) 88%, keadaan tidak aman atau unsafe condition 10%, serta sisanya “acts of God” 2% mupun tidak bisa dihindari. Heinrich mengemukakan 5 faktor yang menyebabkan kecelakaan ataupun kartu urutan kecelakaan dimana masing-masing faktor saling bersambungan akan memutuskan peristiwa tahab



28



selanjutnya maka diartikan dengan teori domino. Urutan lima faktor itu yaitu : 1. Cidera serta kecelakaan 2. Kecelakaan 3. Lingkungan sosial 4. Keselahan pekerja 5. Tingkah laku tidak aman ( unsafe act ) serta keadaan tidak aman (unsafe condition ).(22)



Gambar 2.1 Teori Domino H.W. Heinrich Dari gambar diatas bahwa kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan salah satu faktor dari lima faktor/kartu kecelakaan diatas. Dari kelima fakor tersebut, faktor ketiga yang paling mungkin untuk dihindari dengan melakukan pengendalian tentang tingkah laku tidak aman serta keadaan tidak aman sehingga bisa mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerusakan.(22) Secara garis besar faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu akibat dasar kecelakaan kerja serta akibat langsung kecelakaan kerja.(1)



29



1. Penyebab Langsung Faktor penyebab langsung merupakan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan yang dapat diidentifikasi dan diobservasi. Faktor penyebab langsung kecelakaan kerja yang pertama yaitu keadaan bahaya atau tidak aman(unsafe condition) yaitu semua perbuatan atau perilaku manusia yang tidak aman atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja seperti tidak menggunakan APD, pelindung area kerja tidak memenuhi syarat teknis, ruang kerja yang tidak sesuai, keadaan peralatan tidak sesuai standar pemakaian, tidak terdapat label pada kemasan berbahaya, sistem peringatan yang kurang kominkatif, tidak bekerjanya kontrol kebakaran, ventilasi udara tidak sesuai standar dan sebagainya. Selanjutnya faktor penyebab langsung yang kedua yaitu tindaakan tidak aman (unsafe condition) yang artinya keadaan lingkungan memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kecelakaan kerja seperti kecerobohan, meninggalkan prosedur kerja, kurangnya penerangan, kebisingan, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, mengabiarkan standar operasional prosedur dan lain sebagainya. 2. Penyebab Dasar (basic cause) Faktor penyebab dasar adalah suatu awal dari kecelakaan, walaupun sudah teridentifikasi seringkali adanya kemungkinan suatu hal yang tidak sesuai bagian ketika pemilihan pekerja. Penyebab dasar diklasifikasi jadi dua, yakni faktor pribadi/manusia (personal factor) serta faktor pekerjaan (job/encironment factor). Faktor pribadi/manusia merupakan kekuatan fisik maupun fisiologi yang tidak mencukupi persyaratan pekerja yang ditetapkan oleh dokter ahli yang menyarankan kelayakan agar melakukan tugas



30



tertentu seperti kemampuan mental yang tidak stabil, kompetensi yang rendah, motivasi, gangguan sosial oleh pekerja, pekerja yang rendah, daya sesuai terhadap psikologis rendah serta tekanan fisik. Sedangkan faktor pekerjaan meliputi pekerjaan tidak sesuai kondisi yang sebenarnya, pekerjaan tidak sesuai dengan tenag kerja, beban kerja yang tidak sesuai, sistem pengawasan serta pengendalian yang rendah, mesin serta sistem pengadaan alat tidak sesuai standar, tidak cukup perawatan (maintenance), SDM kurang memadai, tidak cukup sejahtera dengan tuntutan pekerjaan.



2.1.5



Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh dampak lingkungan kerja maupun berkaitan dengan pekerjaan. Terdapat beberapa pendapat lain yang mengemukakan penyakit karena kerja yaitu hambatan kesehatan rohani ataupun jasmani yang terjadi atau terpapar sebab kegiatan kerja maupun keadaan yang berkaitan dengan pekerjaan. Penyakit karena kerja terjadi sebab pekerja terkena beberapa bahan berbahaya mapun hasil buangan industry. PAK juga berdampak tidak langsung maupun langsung oleh keluarga pekerja dirumah.(23) Penyebab timbulnya penyakit karena kerya yaitu stress. Stress yang dihadapi pekerja akan memperbarui proses kerja system kekebalan tubuh. Stress dapat merendahkan daya tahan tubuh pekerja terdap gangguan penyakit dengan proses merendahkan jumlah fighting desease cells. Dampaknya, pekerja tersebut lebih gampang terkena penyakit yang lebih lama masa pengobatannya sebab tubuh tidak banyak menghasilkan sel sel kekebalan tibuh ataua sel-sel antibody. Jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi atau perusahaan menghadapi stress kerja, sehingga kualitas serta kesehatan persahaan akan terhambat.



31



Apabila stress yang dihadapi tidak kunjung terobati sehingga sangat beresiko terkena penyakit yang lebih mengkhawatirkan.(23) Faktor lingkungan kerja sangat berdampak serta sangat berfungsi sebagai akibat terjadinya penyakit karena kerja. Conttohnya silicosis serta debu, keracunan timah serta uap timah. Akanetapi akibat penyakit karena kerja sebab kekeliruan dari faktor manusia. Keadaan kerja yang tidak baik juga menimbulkan karyawan lebih gambang terserang penyakit.(23) Ada berbagai faktor yang menjadi akibat penyakit karena kerja. Faktor sebut biasanya terjadi ditemapt kerja, anatara lain jenis faktor yang dibedakan menurut akibat dari penyakit ditempoat kerja: a. Faktor golongan fisik adalah pencahayaan, vibrasi, tekanan udara, radiasi, ekstrem, suhu, serta bising. 1) Tekanan udara yang tinggi akan mengakibatkan coison disease. 2) Radiai bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta gangguan pengliahtan. 3) Kebisingan akan mengakibatkan gangguan pendenagran 4) Suhu ekstrem akan mengakibatkan heat stress, heat cramp, exhaustion, heat stroke.dll. 5) Getaran tau vibrasi bisa mengakiabtkan hand-arm vibration syndron, whole body vibration syndrom(24) b. Faktor golongan kimia Merupakan seluruh bahan kimia yang seperti kabut, larutan, gas, uap, serta debu. Penyakit akibat kerja tersebut banyak dijumpai oleh pekerja yang selalu kontak denagn bahan kimia serta obat-obatan. Hambatan kesehatan yang paling terjadi yaitu dermatitis kontak karena kerja yang biasanya diakibatkan oleh alergi, serta iritasi. (24)



32



c. Faktor Golongan biologi, seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, cacing, hewan, tumbuhan dan lainnya. Contoh penyakit karena kerja yang disebabkan dari golongan biologi adalah: 1) PAK disebabkan oleh debu seperti pneumokoniosis yang diakibatkan dari debu mineral. Pneumokoniosis dibedakan menjadi berbagai jenis sesuai dengan akibatnya contoh asbestosis yang ditimbulkan dari debu asbes, silikosis yang diakibatkan oleh debu silika bebas, anthrakosilikosis yang disebabkan oleh debu silika dan arang batu, byssinosis yang disebakan oleh debu kapas dikenal dengan nama monday morning syndrome. 2) Penyakit akibat kerja akibat bakteri contohnya seperti antrax, TBC, dan lain-lain 3) Penyakit akibat kerja akibat virus contohnya flu brung (H5N1) yang dapat menyerang pekerja di bagian peternakan ungags. Lalu flu babi (H1N1), DBD, Hepatitis B dan C, dan lain-lain. (24) d. Faktor golongan ergonomi Merupakan alat kerja yang tidak sesuai, desain tempat kerja, serta posisi kerja tidak baik dengan pekerja. Efek hambatan kesehatan yang bisa dirasakan yakni dislokasi, low back pain, nyeri otot, serta kelekahan fisik. PAK yang diakibatkan oleh faktor ergonomic banyak dirasakan oleh layanan kesehatan pemerintah, pekerja ataupun kantoran, kebanyakan perlengkapan yang dipakai yaitu perlatan impor yang tidak sesuai denagan fisiologi pekerja, mengakibatkan posisi kerja yang sulit serta akhirnya berpengaruh pada keadaan fisiologis pekerja.(24)



33



e. Faktor golongan psikososial Faktor golongan psikologi yaitu faktor yang terjadi dalam pekerja masing-masing seperti tuntutan pekerjaan, beban kerja yang meningkat, serta stress mental. Beban kerja belebih, tuntutan pekerjaan, serta bekerja berlebiahn bisa mengakibatkan masalah psikologis dalam pekerja. Hal ini biasanya diakibatkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan kerja, overload seperti pekerjaan



tersebut



sangat



susah



serta



kompleks,



maka



menghabiskan kekuatan kognitif serta teknis pekerjaan bersiko tinggi.(23)



34



2.2



Kerangka Teori Adapun kerangka teori dilihat dari bagan dibawah ini : Bahaya Mekanik Bahaya Elektrik Bahaya Fisik



Manusia



Lingkungan Kerja Sumber Bahaya Di Tempat Kerja



Peralatan/Mesin Kerja



Bahaya Biologi



Potensi Bahaya



Material Kerja



Bahaya Ergonomi Bahaya Kimia Bahaya Psikologi



Kecelakaan Kerja Penyakit Akibat Kerja



Gambar 2.2 Kerangka Teori Teori sumber potensi bahaya di tempat kerja Sumber: OHSAS (2007), Wowo (2014), Ramli (2010)



35



2.3



Kerangka Konsep



Bahaya Fisik



Bahaya Biologi Potensi Bahaya



Bahaya Ergonomi Bahaya Kimia Bahaya Psikologi



Gambar 2.3 Kerangka Konsep



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara obeservasi, wawancara dan dokumentasi.(25) Penelitian ini penelitian yang melakukan analisis dan interpretasi teks dan hasil interview dengan tujuan untuk menemukan makna dari suatu fenomena mengenai identifikasi bahaya pada pabrik pembuatan tempe H.Slamet Kota Jambi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1



Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di pabrik pembuatan Tempe H. Slamet yang berada di jalan Panglima Polim lorong cendrawasih Kelurahan Rajawali Kota Jambi.



3.2.2



Waktu Penelitian Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada kurun waktu desember – Mei 2020.



3.3 Subjek Penelitian Dalam rangka mendeskripsikan apa saja bahaya maka diperlukan informan atau orang-orang yang dapat membantu dan bisa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan potensi bahaya pada pabrik pembuatan tempe H.Slamet. Dalam penelitian ini diperlukan informan yang mengerti setiap tahap proses pembuatan tempe di pabrik tempe H.Slamet untuk menggali informasi mengenai



36



37



bahaya pada setiap tahap proses pembuatan tempe di pabrik H.Slamet. Oleh karena itu informan yang dibutuhkan adalah dari pihak manajer pengolah pabrik tempe H.Slamet (1 orang). Selain dari pihak manajer, pekerja yang telah lama bekerja di pabrik pembuatan tempe juga merupakan subjek dalam penelitian ini mengingat pekerja yang telah lama bekerja adalah orang yang telah lama berhubungan langsung dengan berbagai bahaya yang ada pada pabrik pembuatan tempe H.Slamet. Untuk itu diperlukan empat orang (4 orang) pekerja diantaranya pekerja bagian perebusan, pekerja bagian penggilingan, pekerja bagian pencucian, serta pekerja bagian pencetakan sebagai subjek penelitian ini. 3.4 Definisi Istilah 1. Bahaya Hazard atapun potensi bahaya merupakan hal-hal yang berpotensi terjadinya kecelakaan, kerusakan, cedera, sakit, maupun kerugian. Potensi bahaya bahkan juga menngakibatkan kematian yang berkaitan dengan sistem kerja.(2) Bahaya adalah tindakan maupun situasi yang mengakibatkan cidera maupun kecelakaan pada kerusakan pada lingkungan, manusia, ataupun hambatan lainnya yang bersifat memberatkan. OHSAS 18001 menyatakan bahwa bahaya yakni situasi, tindakan, sumber terjadinya cidera manusia maupun penyakit seperti keadaan kelainan mental maupun fisik terhadap manusia.(9) 2. Potensi Bahaya a. Bahaya fisik Bahaya fisik yaitu bahaya paling biasa dan hadir di setengahan tempat kerja ketika waktu tertentu. Hal tersebut, terbilang pada keadaan tidak aman yang dapat mengakibatkan kematian, penyakit, serta cidera. Risiko fisik tersebut paling mudah di analisis tempatnya, akan tetapi selalu tercuekkan sebab sudah pandang akrab dengan keadaan. Contoh



38



bahaya listrik antara lain yaitu kebisingan, pencahayaan, getaran, radiasi, kondisi lantai, suhu, dan lain-lain.(12) b. Bahaya kimia Bahaya kimia merupakan zat yang mempunyai efek serta karakteristik yang bisa membahayakan kesehatan serta keselamatan manusia. Bahaya kimia bisa mengakibatkan kebakaran, ledakan, cacat fungsi paru-paru, kelainan organ hati serta saraf, gagal ginjal, iritasi, maupun keracunan. Bahaya kimia ditempat kerja bisa seperti uap, gas, pelarut organic, krok atau cadmium, serta merkuri.(12) c. Bahaya biologi Bahaya biologi merupakan risiko bahaya yang bisa ditemukan dari unsur biologi yang bermula dari fauna serta flora yang ada dilingkungan kerja maupun kegiatan kerja. Bahaya biologi ialah zat mapun organisme yang ditemukan pada organisme yang mengakibatkan hamban bagi keselamatan serta kesehatan manusia seperti penyakit infeksi ketika kerja, dari penyakit flu dapat sampai SARS. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam faktor biologi serta pekerja yang terpajanan antara lain virus sepertI Hepatitisi B/C, HIV AIDS, bakteri seperti tuberculosis, leptospirosis, jamur seperti Coccidiomycosis, Aktinomikosis, serta parasit seperti malaria. Bahaya biologi mencakup paparan dari bakteri, virus, jamur, tanaman beracun, obat-obatan, dll. (12) d. Bahaya ergonomi Bahaya ergonomi ialah risiko yang diakibatkan oleh peralatan kerja yang dipakai tidak sesuai desainnya, kondisi kerja, posisi tubuh, serta beban kerja yang terlalu berat contoh meja yang terlalu tinggi, atau kursi yang terlalu rendah. Akibatnya susah untuk dianalisis secara langsung sebab kita tidak harus menunjukkan ketegangan pada tubuh maupun resiko saat melaksanakan. Bahaya ergonomi meliputi tempat



39



kerja yang tidak sesuai dengan tubuh pekerja, desain statiun kerja, gerakan berulang-ulang, dll.(12) e. Bahaya psikologi Bahaya psikologi adalah resiko yang bekaitan dengan terjadinya keadaan psikologis yang tidak bagus maka akan berdampak pada pekerjaan. Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan. Gangguan psikologis tersebut bisa terjadi dikarenakan kondisi lingkungan sosial tempat kerja yang tidak memadai dengan pekerja serta mengakibatkan ketegangan jiwa pekerja, contoh keharusan tentang pencapaian target produk yang sangat tinggi diluar batas kekuatan tenaga kerja.(18) Bahaya psikologi sangat penting dikendalikan serta diidentifikasi secara menyeluruh.(12) 3. Identifikasi Bahaya Menurut Tarwaka (2014) “Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Dalam melakukan proses identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dapat menggunakan petunjuk-petunjuk khusus yang berkaitan dengan jenis atau tipe potensi bahaya yang mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas pekerjaan (human act) maupun kondisi lingkungan kerja (work condition)”.(2) Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya.(9) Menurut Tarwaka (2014) Proses identifikasi hazard sebagai berikut: 1. Mencatat semua hazard yang telah dianalisis. 2. Review kecelakaan, catatan p3k serta informasi lain. 3. Periksa seluruh objek yang berada pada tempat kerja serta sekiatarnya



40



4. Membuat daftar seluruh objek mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, kondisi kerja, system kerja yang berda ditempat kerja 5. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja ditempat yang berkaitan pada objek tersebut.(2) 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri yang masuk sebagai instrumen atau alat penelitian. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian untuk terjun ke lapangan.(25) Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono (2017) menyatakan bahwa “ Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia atau diri sendiri sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian ini. Dalam keadaan yang serab tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.(25) Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian



sederhana,



yang



diharapkan



dapat



melengkapi



data



dan



membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.



41



3.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder 1. Data Primer Dalam peneliitan ini, data primer di peroleh melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara langsung serta melakukan diskusi dengan pekerja yang berwenang serta memiliki keterkaitan langsung. 2. Data Sekunder Data yang digunakan dalam penelitian ini berguna sebagai pelengkap yang berasal dari dokumen-dokumen dan serta catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3.7 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi Lapangan Teknik pengumpulan dan pengambilan data dengan pengamatan langsung terhadap potensi bahaya yang ada pada lingkungan pabrik pembuatan tempe H. Slamet serta survei langsung ke lapangan terhadap penerapan dan pengelolaan identifikasi bahaya serta mecari potensi dan faktor bahaya. 2. Wawancara mendalam Wawancara yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan pekerja yang berada pada pabrik pembuatan tempe H. Slamet dan pemilik pabrik tersebut.



42



3. Dokumentasi Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen dan catatan-catatan yang ada pada pabrik tempe H. Slamet yang berhubungan dengan identifikasi bahaya.



3.8 Pengolahan dan Analisis Data Bodgan dan Biklen (1982) dalam Lexy J. Moleong (2018) menyatakan bahwa analisis data kualitatif yaitu upaya mengelompokkan data serta memilahmilah data sehingga data menjadi satu kesatuan yang utuh serta dapat diambil bagian penting kemudian memutuskan untuk disebarluaskan dalam model yang baru kepada orang lain.(26) Menurut Seiddel (1998) dalam Lexy J. Meoleong (2018) proses berjalannya analisis data kualitatif yaitu sebagai berikut: 1. Mencatat hasil catatan dari lapangan dengan pemberian kode. 2. Mengumpulkan, memilah, menjabarkan, mengelompokkan, membuat kesimpulan serta membuak indeksnya. 3. Berpikir dengan membuat data yang sudah ada agar data tersebut mempunyai makna, menemukan hubungan, serta dapat menajdi temuantemuan umum yang segar dan baru.(26) Janice McDrury (1999) dalam Lexy J. Meoleong mengemukakan tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Menemukan



gagasan



yang



terdapat



pada



data



dengan



membaca/mempelajari data serta menandai kata-kata kunci. 2. Mempelajari kata-kata kunci dalam data untuk menemukan tema yang berasal dari data. 3. Menuliskan model yang ditemukan dari data 4. Membuat koding yang telah dipilih.(26)



43



Menurut mengemukakan



Miles



bahwa



Huberman analisis



data



(1984)



dalam



kualitatif



Sugiyono



dilakukan



dari



(2017) proses



pengumpulan data dilapangan hingga pengumpulan data dilakukan analisis model secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai benarbenar tuntas, sehingga data tersebut jenuh. Proses pengumpulan data sebagai berikut:(25) 1. Pengumpulan data (Data Collection) Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau menggunakan gabungan ketiganya (triangulasi). 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan penulisan data secara teliti dan terperinci, seperti merangkum, memilah hal-hal yang pokok, dan memfokuskan data. Dengan memilah data menjadi beberapa tema, maka gambaran yang diperoleh dari hasil pengematan akan lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data. Reduksi data meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3) menelusur tema, (4) membuat gugusgugus. 3. Penyajian Data Data disajikan berbentuk kategori sesuai akar permasalahan dan digambarkan dalam bentuk matriks sehingga pola hububngan satu data dengan data lainnya akan terlihat. 4. Penyimpulan dan verifikasi Dari data yang sudah direduksi kemudian disajikan secara sistematis maka dapat ditarik kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara selanjutnya diverifikasi untuk melihat kebenaran data yang diperoleh yang nantinya menjadi dasar kesimpulan.(25)



44



Gambar 3.1 Model analisis interaktif Miles dan Huberman



3.9 Etika Penelitian Hal yang menarik dari penelitian kualitatif yaitu manusia sebagai instrumen penelitian dan pengumpulan data baik dari peneliti itu sendiri maupun informan. Dalam hal itu dilakukan dalam pengamatan proses seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya. peneliti sudah bisa dipastikan berhubungan dengan manusia lain baik personal maupun lingkup sosial dengan ikut dalam keseharian komunitas sosial. Etika penelitian akan timbul dikarenakan pada setiap kelompok masyarakat terdapat norma, peraturan, hak, adat, kebiasaan, kebudayaan serta nilai yang hidup ditengah-tengah mereka. Peneliti harus mampu menjaga perilaku dan sikap supaya dapat bersosialisasi dengan baik dan benar diantara lingkup sosial subjek penelitian. Etika penelitian menurut Bodgan & Biklen dalam Lexy J. Moleong (2018) yang harus diutamakan peneliti ada beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Saling menghargai rasa kemanusiaan, tentunya dalam hal ini orang-orang yang diteliti tidak kita pandang sebagai ojek namun dipandang sebagi insan yang memiliki derajat yang sama dengan tanggung jawab masing-masing. 2. Jujur dan terbuka dari awal maksud dan tujuan untuk melakukan penelitian.



45



3. Menjunjung tinggi peraturan, kepercayaan, nilai, adat istiadat yang hidup dan melekat pada masyarakat tempat kita melakukaan penelitian. 4. Menjaga kerahasian data atau informasi yang diberikan oleh informan, seperti nama informan serta segala bentuk informasi yang diberikan tetapi infroman tidak boleh mempublikasikannya. 5. Menuliskan dengan jujur dan benar di seluruah kejadian, peristiwa dan informasi lain sesuai dengan keadaan dilapangan. Memoles, memproses dan mengubah data yang akan menjadi kesalahan fatal bagi seorang penelitian. (26)



3.10 Jalannya Penelitian 3.10.1 Tahap Awal Pada tahap awal melakukan persiapan pengurusan izin pada pabrik untuk melakukan penelitian kepada pekerja dan pengembilan data. 3.10.2 Tahap Pelaksanaan Wawancara langsung kepada pekerja dan pemilik pabrik tempe H. Slamet serta pengambilan data secara dokumentasi untuk menilai identifikasi bahaya pada pekerja. 3.10.3 Tahap Akhir Pada tahap ini, peneliti mulai mengolah data berupa analisis foto, video, dan hasil wawancara. Data yang sudah terkumpul akan diolah sesuai teknik pengolahan dan analisi data yang sudah ditentukan kemudian menentukan potensi bahaya yang terdapat dalam pabrik pembuatan tempe H. Slamet.



46



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Pabrik Tempe H. Slamet Pabrik Tempe H. Slamet merupakan salah satu industri informal yang sangat potensial untuk di kembangkan. Hal ini dikarenakan pabrik tempe H.Slamet telah mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Pabrik tempe H.Slamet berdiri sejak tahun 1965 yang beralamat di Kota Jambi tepatnya dijalan Panglima Polim lorong Cendrawasih Kelurahaan Rajawali. Pemilik Usaha ini adalah Bapak H.Slamet. Pabrik Tempe H.Slamet merupakan salah satu pabrik yang memproduksi tempe paling lama dan paling pertama di Kota Jambi. Pabrik yang didirikan oleh H.Slamet ini awalnya hanya berupa industri rumahan lalu berkembang pesat menjadi industri pabrik tempe. Pabrik tempe H.Slamet telah memproduksi sekitar 200 kilogram atau sebanyak 4 pikul perhari, bahan utama tempe berupa kacang kedelai. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya pabrik tempe H.Slamet memiliki pekerja yang berjumlah 10 orang. Pemasaran tempe tersebut di pasarkan ke pasar angso duo, pasar talang banjar dan juga ada pedagang-pedagang besar yang langsung mengambil ke pabrik. Tempe tersebut dijual dengan harga yang bermacam-macam. Dalam proses pembuatan tempe ada beberapa proses pengolahan. Proses produksi yang dilakukan di Pabrik Tempe H.Slamet meliputi: 1. Perebusan Kacang Kedelai Proses awal kegiatan pembuatan tempe adalah perebusan Kacang



Kedelai.



Sebelum



melakukan



perebusan,



pekerja



melakukan proses pengangkutan kayu bakar dan pengakutan kacang kedelai dari gudang ke tempat perebusan. Kacang kedelai yang



47



digunakan selama perhari sebanyak 7 karung yang berisi 1 karung nya 50 kg. Kacang kedelai dimasukkan ketungku yang sudah berisi air biasa lalu direbus sampai matang kurang lebih proses perebusannya selama 3 jam. Lalu kacang diangkat menggunakan ember untuk dimasukkan kedalam tong yang dibawahnya dilobangi sambil di siram agar air rebusannya ketiris. Setelah itu kacang dimasukkan ke tong yang sudah berisi air kemudian kacang tersebut di rendam selama semalam. 2. Penggilingan Kacang Kedelai Kacang yang sudah di rebus dan sudah di rendam semalam, esok paginya kacang kedelai dilakukan proses penggilingan dengan di masukkan ke dalam mesin penggilingan dan setelah kacang tersebut keluar dari mesin, lalu kacang akan dilakukan pengayakan dengan diayak setengah bersih. Proses penggilingan kacang kedelai berfungsi untuk memisahkahkan kulit kacang kedelai. 3. Pencucian Kacang Kedelai Proses pencucian kacang kedelai berlangsung selama kurang lebih 1 ½ jam dengan jumlah 2 tong kacang kedelai. Proses pencucian kacang kedelai befungsi agar kacang kedelai bersih dan ampas-ampas kulit kacang yang sudah digiling terpisah. Setelah di cuci bersih kacang kedelai di masukan sedikit air dan ragi sesuai takarannya, lalu di diamkan selama kurang lebih 15 menit. Kemudian setelah itu kacang kedelai ditiriskan selama 1 jam. 4. Pencetakan Tempe Proses pencetakan tempe dilakukan per orang sebanyak 1 tong. Pencetakan tempe menggunakan alat cetakan tempe yang sudah dirakit dari kayu dan ada yang dicetak dengan dimasukkan ke dalam plastik. Tempe yang sudah dicetak di diamkan selama



48



semalam untuk proses fermentasi. Pada proses fermentasi, tempe harus melihat kondisi, saat kondisi cuaca dingin, tempe tersebut harus di tutupi menggunakan terpal agar jamur dari tempe tersebut keluar sempurna. Kemudian tempe yang sudah di diamkan selama satu hari, keesokan pagi nya tempe tersebut ditusuk tusuk atau dibolongi plastik/daun tempe agar bagian tengah tempe keluar jamur. Setelah itu tempe dipindahkan ketempat yang lebih tinggi untuk dianginkan agar tempe tersebut tidak panas atau tidak nguap. Lalu didiamkan selama semalaman. Setelah di diamkan selama semalam, tempe bisa dijual atau dilakukan pemasaran. 4.1.2 Karakterisik Informan Penelitian Dalam penelitian ini diperlukan informan yang mengerti proses-proses pembuatan tempe yang ada di Pabrik Tempe H.Slamet. Data penelitian diperoleh dengan metode wawancara mendalam dengan 4 orang, yaitu terdiri dari 4 pekerja yang setiap bagian pekerjaan terdiri dari 1 informan. Karakteristik informan terdiri dari kode informan, jenis kelamin, usia, masa kerja dan keterangan yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk table dibawah ini. Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Kode Informan



Jenis Kelamin



Usia



Masa Kerja



Keterangan



K



Laki-laki



40 Tahun



6 Tahun



S



Laki-laki



44 Tahun



15 Tahun



Penanggung Jawab Pekerja Bag. Perebusan



B



Laki-laki



19 Tahun



1 Tahun



Pekerja Bag. Penggilingan



D



Laki-laki



37 Tahun



10 Tahun



Pekerja Bag. Pencucian



49



AI



Laki-laki



18 Tahun



3 Tahun



Pekerja Bag. Pencetakan



4.1.3 Hasil Identifikasi Bahaya di Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengetahui bahaya yang ada di pabrik pembuatan tempe H.Slamet yang dapat menimbulkan kecelakan kerja maupun permasalahan kesehatan pekerja. Untuk mengetahui bahaya pada setiap proses, digunakan lembar observasi pengamatan kemudian melakukan wawancara untuk memperkuat hasil yang didapat di lapangan. 4.1.3.1 Identifikasi Bahaya pada Proses Perebusan Kacang Kedelai Proses awal kegiatan pembuatan tempe adalah perebusan Kacang



Kedelai.



Sebelum



melakukan



perebusan,



pekerja



melakukan proses pengangkutan kayu bakar dan pengakutan kacang kedelai dari gudang ke tempat perebusan. Kacang kedelai yang digunakan selama perhari sebanyak 7 karung yang berisi 1 karung nya 50 kg. Kacang kedelai dimasukkan ketungku yang sudah berisi air biasa lalu direbus sampai matang kurang lebih proses perebusannya selama 3 jam. Lalu kacang diangkat menggunakan ember untuk dimasukkan kedalam tong yang dibawahnya dilobangi sambil di siram agar air rebusannya ketiris. Setelah itu kacang dimasukkan ke tong yang sudah berisi air kemudian kacang tersebut di rendam selama semalam. Berdasarkan



hasil



pengamatan



dilapangan



dan



hasil



wawancara, diperoleh beberapa potensi bahaya yang terdapat pada proses perebusan kacang kedelai sebagai berikut:



50



Tabel 4. 2 Hasil Observasi di Perebusan Kacang Kedelai Potensi Bahaya



Jenis Bahaya



1. Tertimpa benda atau material di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



2. Terpeleset di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



3. Terkena Api



Bahaya Fisik



4. Terkena Air panas



Bahaya Fisik



5. Suhu lingkungan kerja panas



Bahaya Fisik



6. Postur kerja yang salah



Bahaya Ergonomi



7. Aktifitas gerakan berulang



Bahaya Ergonomi



8. Mengangkat beban berlebihan



Bahaya Ergonomi



a. Tertimpa benda atau material di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tempe H. Slamet pada proses perebusan kacang kedelai, saat pekerja mengangkat kayu bakar, pekerja bisa tertimpa kayu bakar, selain itu, saat mengangkat kacang kedelai ke dalam tempat perebusan bisa mengakibatkan kaki pekerja tertimpa kacang. b. Terpeleset di area kerja Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tempe H. Slamet pada proses perebusan kacang kedelai, kondisi lantai tempat kerja yang sering terdapat genangan air diakibatkan oleh permukaan lantai tidak rata dan sisa air pembuatan tempe, air tersebut yang berasal dari air proses perebusan dan pencucian yang dapat mengakibatkan pekerja terpeleset. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan S yang mengatakan bahwa pekerja pernah terpeleset pada proses perebusan kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan :



51



“waktu masukin kayu pernah terpeleset dikarnakan tempat kerjanya tidak datar, bersebelahan sama parit kecil, jadi akibatnya kaki kena parit kecil.”



Gambar 4. 1 Kondisi Lantai Proses Perebusan c. Terkena Api Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tempe H. Slamet, pada proses perebusan kacang kedelai pekerja bisa terkena percikan api saat melakukan proses tersebut. Hal ini bisa dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan S yang mengatakan bahwa pekerja terkena bara api pada proses perebusan kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “pernah terkena bara api beberapa kali, waktu terkena bara api yang kedua, itu tangan samapi melepuh”



52



Gambar 4. 2 Bara Api Proses Perebusan d. Terkena air panas Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tempe H. Slamet, pada proses perebusan kacang kedelai pekerja bisa terkena air rebusan yang masih panas yang akan mempunyai resiko tinggi kulit melepuh, air panas tersebut beasal dari pengambilan kacang yang sudah direbus menggunakan ember tanpa menggunakan sarung tangan. Hal ini bisa dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan S yang mengatakan bahwa pekerja terkena air panas pada proses perebusan kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “pernah terkena air panas saat mau mindahin kacang yang sudah masak kan masih ada airnya, belakangan ini tapi tidak sampai melepuh karna sudah terbiasa kan, ada dulu sekali pernah melepuh”



53



Gambar 4. 3 Kondisi pekerja bagian perebusan saat mengambil kacang kedelai yang masih panas e. Suhu lingkungan kerja panas Berdasarkan hasil pengamatan, dikarenakan saat proses perebusan kacang kedelai menggunakan api yang berasal dari kayu bakar sehingga menghasilkan lingkungan kerja yang terpapar panas dan dapat mengakibatkan pekerja mengalami heat stress. Selain itu, uap air panas dari kacang juga menghasilkan lingkungan kerja menjadi panas. f. Postur kerja yang salah Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat perebusan kacang kedelai, pekerja melakukan kerja dengan postur kerja yang salah. Postur kerja yang salah anatara lain yaitu saat pekerja melakukan pengangkatan air ke bak perebusan kacang kedelai, memasukkan kayu bakar ke dalam tungku dan pengangkatan kacang kedelai yang sudah direbus. Dalam melakukan hal tersebut, postur tubuh pekerja dalam kondisi janggal atau tidak ideal dengan posisi membungkuk. Pekerjaan ini dapat menyebabkan risiko tinggi cedera punggung dan pekerja



54



mengalami pegal-pegal. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan S yang mengatakan bahwa informan tersebut mengalami pegal - pegal pada proses pengangkatan



kacang



kedelai.



Berikut



pernyataan



dari



informan : “kalau mindahin kacang kan diangkat pakai tangan tu kadang kacang diangkat pakai punggung, kan berat pasti dengan posisi membungkuk dan mengalami pundak pegal, apa lagi besok atau malamnya pegal pegal tangan karna nahan beban, punggung juga sakit. Tapi kalau sudah terbiasa sih jarang jadinya pegal-pegal” g. Aktifitas gerakan berulang Berdasarkan hasil pengamatan, pada proses perebusan kacang kedelai pekerja melakukan aktifitas mengaduk kacang kedelai di dalam tong perebusan, pekerja melakukan gerakan  mengaduk



dengan



menggunakan



kayu



pengaduk



yang



dilakukan secara berulang kali. lalu bukan mengaduk saja, saat memindahkan kacang ke dalam tong cucian atau mengangkat kacang ke dalam tong cucian juga pekerja melakukan gerakan berulang. Gerakan ini dapat menyebabkan pekerja mengalami pegal – pegal. h. Mengangkat beban berlebihan Berdasarkan hasil pengamatan pada proses perebusan kacang kedelai hal pertama yang dilakukan pekerja yaitu mengangkat kacang kedelai, pekerja mengangkat kacang kedelai menggunakan kedua tangan maupun menggunakan punggung dengan berat beban yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan nyeri tangan dan sakit punggung.



55



Gambar 4. 4 Pekerja mengangkat kacang kedelai



4.1.3.2 Identifikasi Bahaya pada Proses Penggilingan Kacang Kedelai Setelah melewati proses perebusan, selanjutnya kecang kedelai yang sudah di rendam semalam, esok paginya kacang kedelai dilakukan proses penggilingan. Proses penggilingan kacang kedelai berfungsi untuk memisahkahkan kulit kacang. Berdasarkan



hasil



pengamatan



di



lapangan



dan



hasil



wawancara, diperoleh beberapa potensi bahaya yang terdapat pada proses penggilingan kacang kedelai, yaitu sebagai berikut: Tabel 4. 3 Hasil Observasi di Penggilingan Kacang Kedelai Potensi Bahaya



Jenis Bahaya



1. Tertimpa benda atau material disekitar kerja



Bahaya Fisik



2. Terpeleset disekitar area kerja



Bahaya Fisik



3. Terkena benda tajam



Bahaya Fisik



4. Postur kerja yang janggal



Bahaya Ergonomi



56



5. Gerakan secara berulang



Bahaya Ergonomi



6. Terkontaminasi mikroba



Bahaya Biologi



a. Tertimpa benda atau material disekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap



proses



penggilingan kacang kedelai, pekerja dapat tertimpa ember yang berisi kacang kedelai pada saat pekerja mengangkat kacang kedelai maupun saat mengangkat air ke dalam mesin. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan B yang mengatakan bahwa: “palingan kalau sebelahnya (mesin penompang) tidak kuat kalau ngisinyo banyak-bayak biso nimpo kaki” b. Terpeleset disekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan pada proses penggilingan kacang kedelai, kondisi lantai tempat kerja yang sering terdapat genangan air diakibatkan oleh permukaan lantai tidak rata dan sisa air penggilingan kacang kedelai, air tersebut yang berasal dari air proses pencucian mesin penggilingan dan proses pencucian pemisahan ampas kacang kedelai yang dapat mengakibatkan pekerja terpeleset. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan B yang mengatakan bahwa pekerja pernah terpeleset pada proses penggilingan kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “pernah beberapa kali awal kerja terpeleset saat ngangkat dan mindahin kacang kedelai dan dampaknyo dengkul kaki luko”



57



Gambar 4. 5 Kondisi Lantai di area proses penggilingan kacang kedelai c. Terkena benda tajam Berdasarkan



hasil



pengamatan



pada



saat



proses



penggilingan kacang kedelai, pekerja menggunakan material kerja yang terbuat dari aluminium, jika pekerja tidak melakukan



proses



kerja



dengan



benar



maka



dapat



mengakibatkan tangan pekerja tergores tempat penampungan kacang yang terbuat dari alumunium. d. Postur kerja yang janggal Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penggilingan kacang kedelai, pekerja mengangkat beban dengan posisi tangan yang terlalu tinggi. Selain itu, disaat pekerja melakukan pengangkatan



air



maupun



kacang



kedelai



ke



mesin



penggilingan kacang kedelai dengan posisi kerja tidak alamiah atau posisi berjinjit. Dalam melakukan hal tersebut, postur tubuh pekerja dalam kondisi janggal atau tidak ideal dengan



58



posisi membungkuk. Pekerjaan ini dapat menyebabkan risiko tinggi cedera punggung dan pekerja mengalami pegal-pegal. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil wawancara dan dokumentasi dengan informan S yang mengatakan bahwa informan tersebut mengalami pegal - pegal pada proses pengangkatan air maupun kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “awal kerjo pegal –pegal, tapi kalo udah terbiaso udah, sekarang pinggang samo punggung be yang sakit , kadang awal awal dak tahan pinggang sakit”



Gambar 4. 6 Postur Kerja bagian penggilingan e. Gerakan Secara Berulang Berdasarkan hasil



pengamatan,



pada



proses



penggilingan tempe pekerja melakukan aktifitas gerakan berulang dalam waktu yang lama dan dilakukan setiap hari sehingga aktivitas tersebut berisko terjadinya Musculoskeletal Disorder. Gerakan ini juga dapat menyebabkan pekerja mengalami pegal – pegal.



59



f. Terkontaminasi mikroba Berdasarkan hasil



pengamatan,



pada



saat



proses



penggilingan kacang kedelai, pekerja melakukan penggilingan dan pencucian dengan adukan menggunakan tangan sesaat saja sehingga dapat mengakibatkan tangan pekerja terpapar bakteri yang berdampak pada kulit gatal – gatal. Selain itu pada saat proses



pemisahan



kacang



kedelai



para



pekerja



tidak



menggunakan baju dan sandal sehingga air kotoran ampas kacang kedelai tersebut bisa berisiko iritasi pada kulit dan infeksi jamur. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan B. Berikut pernyataan dari informan : “awalan kerja iya gatal – gatal, tapi sekarang sudah terbiasa, kurang lebih 3 bulan ngerasain gatal – gatal” 4.1.3.3 Identifikasi Potensi Bahaya Proses Pecucian Kacang Kedelai Proses selanjutnya setelah kacang kedelai digiling adalah dilakukan proses pencucian kacang kedelai. Proses pencucian kacang kedelai berlangsung selama kurang lebih 1 ½ jam dengan jumlah 2 tong kacang kedelai. Proses pencucian kacang kedelai befungsi agar kacang kedelai bersih dan ampas-ampas kulit kacang yang sudah digiling terpisah. Setelah di cuci bersih kacang kedelai di masukan sedikit air dan ragi sesuai takarannya, lalu di diamkan selama kurang lebih 15 menit. Kemudian setelah itu kacang kedelai ditiriskan selama 1 jam. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan wawancara diperoleh beberapa potensi bahaya yang terdapat pada proses pencucian kacang kedelai, yaitu sebagai berikut:



60



Tabel 4. 4 Hasil Observasi di Pencucian Kacang Kedelai Potensi Bahaya



Jenis Bahaya



1. Terpeleset disekitar area kerja



Bahaya Fisik



2. Tertimpa benda atau material kerja



Bahaya Fisik



3. Terjatuh di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



4. Tersandung di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



5. Postur kerja yang janggal



Bahaya Ergonomi



a. Terpeleset di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pencucian kacang kedelai, kondisi lantai tempat kerja yang sering terdapat genangan air diakibatkan oleh permukaan lantai tidak rata dan sisa



air



pencucian



kacang



kedelai



serta



saat



pekerja



memindahkan drum yang berisi kacang kedelai, air tersebut yang berasal dari air proses pencucian maupun pemisahan ampas kacang kedelai yang dapat mengakibatkan pekerja terpeleset. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan D yang mengatakan bahwa pekerja terpeleset pada proses pencucian kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “Terpeleset pernah karna itu lantainya licin, ada genangan air kan di lantainya.



61



Gambar 4. 7 Kondisi Lantai Bagian Pencucian b. Tertimpa benda atau material kerja Berdasarkan



hasil



pengamatan



pada



tahap



proses



pencucian kacang kedelai, pekerja dapat tertimpa ember yang berisi kacang kedelai pada saat pekerja memindahkan dengan cara mengangkat kacang kedelai dari drum menggunakan ember. c. Terjatuh di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan, saat proses pencucian telah selesai pekerja meniriskan dan memindahkan drum yang telah berisi kacang kedelai, pada saat pekerja memindahkan kacang kedelai ke tempat pencetakan, stasiun kerja di pabrik tempe H.Slamet terlalu tinggi dari permukaan lantai sehingga bisa mengakibatkan pekerja terjatuh dari lantai atas ke bawah. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan D yang mengatakan bahwa pekerja terjatuh saat memindahkan kacang kedelai. Berikut pernyataan dari informan : “jatuh sih dulu pernah, tapi udah lumayan lama waktu nurunin kacang, karna tempat kerjanya kan tidak rata jadi waktu itu licin jadi terjatuh”



62



Gambar 4. 8 Kondisi area saat penurunan kacang kedelai d. Tersandung di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan, pada area kerja bagian proses pencucian kacang kedelai terdapat banyak peralatan kerja seperti tong dan ember yang terletak tidak beraturan, apabila pekerja atau setiap orang yang tidak memperhatikan benda yang berada disekitar area kerja tersebut dapat mengakibatkan tersandung. e. Postur kerja yang janggal Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat pencucian kacang kedelai, pekerja melakukan pengangkatan maupun pengambilan kacang kedelai di dalam tong dengan postur tubuh pekerja dalam kondisi janggal atau tidak ideal yaitu dengan posisi membungkuk. Selain itu, pekerja mengangkat beban yang berlebihan dengan postur yang janggal. Pekerjaan ini dapat menyebabkan risiko tinggi cedera punggung, pinggang dan pekerja dapat mengalami pegal-pegal.



63



Gambar 4. 9 Postur Kerja di proses pencucian



4.1.3.4 Identifikasi Potensi Bahaya pada Proses Pencetakan Tempe Proses pencetakan tempe dilakukan per orang sebanyak 1 tong. Tempe yang sudah dicetak di diamkan selama semalam untuk proses fermentasi. Pada proses fermentasi, tempe harus melihat kondisi, saat kondisi cuaca dingin, tempe tersebut harus di tutupi menggunakan terpal agar jamur dari tempe tersebut keluar sempurna. Kemudian tempe yang sudah di diamkan selama satu hari, keesokan pagi nya tempe tersebut ditusuk tusuk atau dibolongi plastik/daun tempe agar bagian tengah tempe keluar jamur. Setelah itu tempe dipindahkan ketempat yang lebih tinggi untuk dianginkan agar tempe tersebut tidak panas atau tidak nguap. Lalu didiamkan selama semalaman. Setelah di diamkan selama semalam, tempe bisa dijual atau dilakukan pemasaran. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan wawancara pekerja, diperoleh beberapa potensi bahaya yang terdapat pada proes pencetakan tempe, yaitu sebagai berikut:



64



Tabel 4. 5 Hasil Observasi di Pencetakan Potensi Bahaya



Jenis Bahaya



1. Tersandung benda atau material di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



2. Terkena benda sekitar area kerja



di



Bahaya Fisik



3. Tertimpa benda atau material di sekitar area kerja



Bahaya Fisik



4. Pencahayaan redup



Bahaya Fisik



tajam



yang



terlalu



5. Tangan terkena Api



Bahaya Fisik



6. Terbentur rak penganginan



Bahaya Fisik



7. Postur kerja yang salah



Bahaya Ergonomi



8. Gerakan secara berulang



Bahaya Ergonomi



9. Terpapar bakteri



Bahaya Biologi



a. Tersandung benda atau material di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan pada area kerja bagian pencetakan terdapat banyak peralatan kerja yang terletak tidak beraturan dan banyak triplek maupun kayu yang berserakan dibawah lantai, apabila pekerja atau setiap orang yang tidak memperhatikan benda yang berada disekitar area kerja tersebut dapat mengakibatkan tersandung. b. Terkena benda tajam di sekitar area kerja Berdasarkan



hasil



pengamatan,



pada



saat



proses



membolongi plastik tempe pekerja menggunakan material kerja yang terbuat dari besi, jika tidak dilakukan dengan benar maka dapat mengakibatkan tangan pekerja tertusuk. Selain itu dalam pengoperasian pencetakan tempe, para pekerja menggunakan



65



benda tajam seperti pisau. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil dokumentasi dan wawancara dengan informan AI. Berikut pernyataan dari informan : “kalau sayo belum pernah tapi kawan dulu sering tekeno ini (alat pembolong plastik)”



Gambar 4. 10 Alat pembolong Plastik c. Tertimpa benda atau material di sekitar area kerja Berdasarkan hasil pengamatan, lingkungan kerja pada proses pencetakan tempe terdapat rak penyimpanan atau penganginan tempe yang terbuat dari kayu. Rak tersebut terletak di bagian atas tepatnya di atas kepala pekerja sehingga memiliki riisko tinggi tertimpa.



66



Gambar 4. 11 Kondisi rak penganginan tempe



d. Pencahayaan yang terlalu redup Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pencetakan tempe, pencahayaan berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan, dimana cahaya alami tersebut hanya masuk dari pintu saja jadi relative tidak terlalu terang. Lalu pencahayaan buatan hanya beberapa dibantu dengan 2 lampu saja. Pencahayaan yang kurang efektif dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan AI. Berikut pernyataan dari informan : “Pencahayaan kurang teran, tapi kalau nambah lampu jadi panas, lampu yang ada aja panas ni, paling slusinya ada ventilasi bair terang dan bisa juga angina masuk, tapi juga jangan terlalu terang, nanti malah payah jadi sialu”.



67



e. Tangan terkena Api Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tempe H. Slamet, pada proses pencetakan tempe plasitk pekerja melakukan perekat plastik dengan bara api sehinga dapat mengakibatkan tangan terkena api. Hal ini bisa dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan AI yang mengatakan bahwa tangan pekerja sering terkena bara api. Berikut pernyataan dari informan : “Sering keno bara api, dak tehitung lagi kenonyo, awalawal ngelakuinnyo sih tangan panas kan tapi lamo-lamo tebiaso, dampaknyo dak pernah parah sampe melepuh paling cuman panas be”



Gambar 4. 12 Alat untuk perekat plastik



68



f. Terbentur rak penganginan Berdasarkan hasil pengamatan, pada area kerja bagian pencetakan terdapat rak penganginan tempe. Rak penganginan tersebut terbuat dari kayu dan rak tersebut berisi ke’re, posisi rak tersebut terlalu rendah atau rak tersebut tepat berada tidak jauh jaraknya dari kepala, sehingga dapat mengakibatkan kepala pekerja terbentur kayu. Hal ini bisa dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan AI yang mengatakan bahwa pekerja sering terbentur rak penganginan tempe. Berikut pernyataan dari informan : “terbentur rak ini sering, kadang lupa nunduk kan, jadi kalau lupa nunduk pasti terebentur kena kepala” g. Postur kerja yang salah Berdasarkan hasil pengamatan pada saat pencetakan kacang kedelai, pekerja mengambil kacang kedelai didalam tong dengan posisi membungkuk dan pada proses pencetakan tempe plastik posisi kerja mereka dengan posisi kaki menekuk atau tidak normal Selain itu, disaat pekerja baru memulai melakukan pencetakan kacang kedelai juga dengan posisi membungkuk dikarenakan tempat pencetakan kerja terlalu pendek atau tidak sesuai dengan postur badan. Pekerjaan ini dapat menyebabkan risiko tinggi cedera punggung dan pekerja mengalami pegal-pegal. Hal ini dapat dipekuat oleh hasil wawancara dengan informan AI yang mengatakan bahwa informan tersebut mengalami sakit pinggang dan pegal-pegal. Berikut pernyataan dari informan :



69



“keluhan



pinggang



yang



sakit



dahttu



pegal-pegal



sedikitlah kadang kalo lamo bungkuk tu kan”



Gambar 4. 13 Postur kerja bagian pencetakan h. Gerakan secara berulang Berdasarkan hasil pengamatan, pada proses pencetakan tempe pekerja melakukan aktifitas gerakan berulang dalam waktu yang lama, seperti memasukan kacang kedelai ke dalam plastik maupun daun dengan jumlah yang banyak dan dilakukan dengan berulang kali. Proses tersebut dilakukan setiap hari sehingga aktivitas tersebut berisko terjadinya Musculoskeletal Disorder. i. Terpapar bakteri Berdasarkan



hasil



pengamatan



di



bagian



proses



pencetakan, mereka mencetakan tempe tanpa menggunakan sarung tangan sehingga tempe tersebut bisa terpapar bakteri, selain itu timbangan tempe tersebut tidak sering dicuci, sehingga banyak kotoran atau bakteri menempel.



70



4.2 Pembahasan 4.2.1 Identifikasi Bahaya Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Setiap proes produksi, peralatan kerja atau mesin, maupun tempat kerja



yang



digunakan



untuk



menghasilkan



suatu



produk



selalu



mengandung potensi bahaya dan risiko yang bila tidak mendapat perhatian secara khsus akan menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau juga berasal dari luar proses kerja.(2) PP No.5 Tahun 2012 menyatakan bahwa potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, pesawat instalansi, mesin, cara kerja, bahan, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan kerusakan, kerugian, gangguan, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, cedera, sakit, penyakit akibat kerja atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan distem kerja.(2), (27) Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data dari hasil identifikasi bahaya potensial di Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Tahun 2021. Bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya fisik, bahaya biologi, dan bahaya ergonomi. Kemudian untuk bahaya yang tidak teridentifikasi adalah bahaya kimia dan psikologi. Bahaya kimia tidak teridentifikasi



dikarenakan



pada



proses



pembuatan



tempe



tidak



menggunakan bahan - bahan kimia, pabrik tempe H. Slamet menggunakan semua bahan yang terbuat dari bahan alami. Selain itu, pada bahaya psikologi tidak teridentifikasi dikarenakan pada lingkungan kerja di pabrik tempe H. Slamet sangat hangat bahkan seperti kekeluargaan, lalu para pekerja melakukan pekerjaan juga tanpa merasa terbebani, jam kerja di pabrik tempe tersebut juga fleksibel, bukan hanya itu saja, pekerja juga akrab sama pemilik pabrik tersebut dan juga setiap pekerja dapat



71



memberikan masukan, pemilik pabrik tersebut juga langsung cepat mengambil tindakan. Jadi, pekerja tidak merasa adanya beban kerja yang tinggi maupun stress kerja. 4.2.1.1 Bahaya Fisik Bahaya yang paling dominan di Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi adalah bahaya fisik. Bahaya fisik hampir di semua bagian proses pembuatan tempe. Bahaya fisik yang ada di pabrik pembuatan tempe H. Slamet antara lain terpeleset, terjatuh, tersandung, terbentur, tertimpa benda, terkena benda tajam, pencahayaan yang sedikit minim, terkena api, tergores, terkena air panas dan suhu lingkungan kerja panas.. 1. Terpeleset Berdasarkan hasil penelitian, potensi bahaya fisik seperti terpeleset ditemukan pada tahapan proses perebusan kacang kedelai, penggilingan kacang kedelai dan pencucian kacang kedelaI atau ddengan kata lain potensi bahaya terpeleset ada di semua bagian proses pembuatan tempe di Pabrik H. Slamet Kota Jambi Terpeleset teridenfitikasi disebabkan oleh kondisi lantai licin yang terdapat genangan air yang berasal dari air sisa pembuatan tempe. Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet hampir disetiap proses menggunakan air dan sisa air pembuatan tempe tersebut berjatuhan langsung ke lantai tanpa ada saluran khusus, maka dari itu, pada observasi lapangan, ditemui banyak air yang tergenang di lantai. Kondisi tersebut membuat lantai menjadi licin yang dapat menyebabkan pekerja terpeleset dan berdampak ke cidera ringan.



72



Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2018) bahwa terpeleset disebabkan oleh lantai tempat kerja yang licin dan dapat megakibatkan cidera ringan. (19)



2. Terjatuh Tahapan proses di pabrik Tempe H. Slamet yang teridentifikasi bahaya fisik seperti terjatuh adalah proses pencucian kacang kedelai. Terjatuh adalah kondisi dimana seseorang turun dari posisi atas kebawah secara tidak terduga, hal ini teridentifikasi lingkungan kerja yang berada lebih tinggi dari



tempat



penirisan



kacang



kedelai



sehingga



harus



menurunkan tong ke bawah tanpa menggunakan alat bantu, jadi pekerja dapat terjatuh. 3. Tersandung Berdasarkan hasil penelitian, potensi bahaya fisik seperti tersandung ditemukan pada tahapan proses pencucian kacang kedelai dan pencetakan tempe. Tersandung disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak tertata dengan rapi, seperti pada proses pencucian kacang kedelai terdapat banyak tong dan ember yang berserakan, lalu pada proses pencetakan tempe banyak ke’re, triplek dan kayu yang berserakan di bawah sehingga dapat mengakibatkan pekerja tersandung jika tidak berhati-hati. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathimahhayati, dkk (2019) yang mengatakan bahwa potensi bahaya pada proses perebusan kacang kedelai ditemukan adanya risiko tersandung yang disebabkan oleh ember pencucian kedelai sehingga dapat megakibatkan cidera.(28)



73



4. Terbentur Berdasarkan hasil penelitian, Potensi bahaya terbentur teridentifikasi pada tahapan proses pencetakan tempe. Terbentur disebabkan pada area kerja bagian pencetakan terdapat rak penganginan tempe. Rak penganginan tersebut terbuat dari kayu dan rak tersebut berisi ke’re, posisi rak tersebut terlalu rendah atau rak tersebut tepat berada tidak jauh jaraknya dari kepala, sehingga dapat mengakibatkan kepala pekerja terbentur kayu. 5. Tertimpa Potensi bahaya tertimpa teridentifikasi pada tahapan proses perebusan kacang kedelai, penggilingan kacang kedelai, pencucian kacang kedelai, dan pencetakan tempe. Semua proses pembuatan tempe dapat tertimpa benda yang berada disekitar area kerja. Pada proses perebusan kacang kedelai pekerja melakukan pengangkatan kayu bakar dan kacang kedelai, jika tangan pekerja tiba – tiba lemah, pekerja dapat tertimpa kayu bakar dan kacang kedelai. Tertimpa pada tahapan proses penggilingan dikarenakan pekerja dapat tertimpa ember yang berisi kacang kedelai pada saat pekerja mengangkat dan memasukan kacang kedelai ke dalam mesin maupun saat mengangkat air ke dalam mesin. Untuk tahapan proses pencucian hampir sama seperti tahapan proses penggilingan yaitu dikarenakan pada tahap proses pencucian kacang kedelai, pekerja dapat tertimpa ember yang berisi kacang kedelai pada saat pekerja memindahkan dengan cara mengangkat kacang kedelai dari drum menggunakan ember. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathimahhayati, dkk (2019) yang mengatakan bahwa potensi bahaya pada proses



74



perebusan kacang kedelai dan pencucian kacang kedelai ditemukan adanya risiko tertimpa yang disebabkan oleh ember yang berisi kedelai dan dari drum atau tong sehingga dapat megakibatkan cidera.(28) Untuk proses tahapan pencetakan tempe, pekerja dapat tertimpa dikarenakan lingkungan kerja pada proses pencetakan tempe terdapat rak penyimpanan atau penganginan tempe yang terbuat dari kayu yang disebut dengan ke’re. Rak tersebut terletak di bagian atas tepatnya di atas kepala pekerja sehingga memiliki risiko tinggi tertimpa. Hal ini sejalan dengan penelitian Irpan, dkk (2019) yang mengatakan bahwa rak penyimpanan prodak tempe memiliki risiko tinggi tertimpa. Kondisi rak yang ada dilapangan kemiringannya kedepan, hal ini dapat berisiko pada pekerja bagian penyimpanan tempe.(29)



Gambar 4. 14 Rak penganginan 6. Terkena benda tajam Potensi bahaya terkena benda tajam teridentifikasi pada 2 proses, yaitu penggilingan kacang kedelai dan pencetakan tempe.



Pada



proses



penggilingan



kacang



dikarenakan



75



menggunakan material kerja yang terbuat dari aluminium yang tajam, jika pekerja tidak melakukan proses kerja dengan benar maka dapat mengakibatkan tangan pekerja tergores tempat penampungan kacang yang terbuat dari alumunium. Untuk proses pada tahapan pencetakan tempe dikarenakan saat pada saat proses membolongi plastik tempe pekerja menggunakan material kerja yang terbuat dari besi, jika tidak dilakukan dengan benar maka dapat mengakibatkan tangan pekerja tertusuk. Selain itu dalam pengoperasian pencetakan tempe, para pekerja menggunakan benda tajam seperti pisau.



Gambar 4. 15 Alat untuk bolongi plastik 7. Pencahayaan yang sedikit minim Tahapan



proses



pencetakan



tempe



teridentifikasi



pencahayaan yang minim. Cahaya berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan, dimana cahaya alami tersebut hanya masuk dari pintu saja jadi relative tidak terlalu terang. Lalu pencahayaan buatan hanya beberapa bagian saja. Pencahayaan yang kurang efektif dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan dan mempengaruhi produktivitas.



76



8. Terkena api Potensi bahaya terkena api teridentifikasi pada 2 proses pembuatan tempe, yaitu pada proses perebusan dan proses pencetakan. Pada proses perebusan, pada saat pekerja memasukkan kayu ke dalam bawah tungku pekerja dapat terkena percikan api dan pada saat pekerja mengambil bara api tanpa menggunakan APD mengakibatkan pekerja bisa terkena luka bakar. Selain itu, pada proses pencetakan pekerja melakukan perekat plastik, berdasarkan hasil wawancara tangan pekerja sering terkena bara api. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathimahhayati, dkk (2019) yang mengatakan bahwa pada proses perebusan kacang kedelai terdapat potensi bahaya yang berasal dari api dan bisa mengakibatkan luka bakar bahkan sampai kebakaran.(28) 9. Terkena air panas Terkena air panas disebabkan oleh hasil air rebusan kacang kedelai. pada proses perebusan kacang kedelai pekerja bisa terkena air rebusan yang masih panas yang akan mempunyai risiko tinggi kulit melepuh, air panas tersebut beasal dari pengambilan kacang yang sudah direbus menggunakan ember tanpa menggunakan sarung tangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Irpan, dkk (2019) yang mengatakan



bahwa



kegiatan



perebusan



kacang



kedelai



mempunyai risiko tinggi kulit melepuh yang disebabkan oleh air yang berasal dari pengambilan kacang yang direbus dengan menggunkan ember, proses ini dilakukan selama 2,5 jam sehingga kemungkinan terjadinya melepuh pada kulit cukup tinggi.(29)



77



10. Lingkungan kerja panas Tahapan proses pembuatan tempe yang potensi bahaya lingkungan kerja panas, yaitu pada bagian proses perebusan. Pada proses perebusan memiliki suhu lingkungan yang panas disebabkan oleh adanya proses pembakaran kayu bakar dan uap panas dari air rebusan. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathimahhayati, dkk (2019) bahwa teridentifikasinya risiko terpapar panas yang berasal



dari



api



perebusan



kacang



kedelai



dan



bisa



mengakibatkan pekerja mengalami dehidrasi atau heat stress.(28) Selain itu, sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2018) bahwa ditemukan bahaya lingkungan kerja panas yang dapat mengakibatkan pekerja mengalami dehidrasi Heat stress 4.2.1.2 Bahaya Kimia Bahaya kimia menurut Wowo (2014) yaitu zat memiliki karakteristik dan efek, yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. bahaya yang disebabkan oleh bahan – bahan kimia seperti reaksi kimia, proses produksi kimia, zat yang mudah terbakar, zat oksidasi, toksisitas bahan kimia, bahan mudah terbakar, penyimpanan bahan kimia.(12) Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi tidak menggunakan bahan – bahan yang bersumber dari bahan kimia. Semua tahapan proses pembuatan tempe menggunakan bahan alami. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara kepada semua informan, menghasilkan kesimpulan bahwa



78



semua proses pembuatan tempe tidak menggunakan bahan yang berasal dari zat kimia. Jadi, potensi bahaya kimia tidak dapat teridentifikasi 4.2.1.3 Bahaya Biologi Bahaya Biologi merupakan risiko bahaya yang bisa ditemukan dari unsur biologi yang bermula dari fauna serta flora yang ada dilingkungan kerja maupun kegiatan kerja. Bahaya biologi mencakup paparan seperti darah atau cairan tubuh lain atau jaringan, kotoran manusia, antraks, jamur, bakteri atau virus, tanaman beracun, kotoran binatang, dan gigitan hewan.(12) Bahaya biologi yang ada pada proses pembuatan tempe di pabrik tempe H. Slamet Kota Jambi yaitu terkontaminasi mikroba. Bahaya biologi yang teridentifikasinya mikroba di bagian proses penggilingan dan pencetakan. Terkontaminasi mikroba pada bagian proses penggilingan disebabkan oleh pada saat proses penggilingan kacang kedelai, pekerja melakukan penggilingan dan pencucian dengan adukan menggunakan tangan sesaat saja sehingga dapat mengakibatkan tangan pekerja terpapar bakteri yang berdampak pada kulit gatal – gatal. Selain itu pada saat proses pemisahan kacang kedelai para pekerja tidak menggunakan baju dan sandal sehingga air kotoran ampas kacang kedelai tersebut bisa berisiko iritasi pada kulit dan infeksi jamur. Teridentifikasinya mikroba pada proses pencetakan bukan terhadap pekerjanya, melainkan dapat berdampak ke produk nya, yaitu disebabkan pada saat mereka mencetakan tempe tanpa menggunakan sarung tangan sehingga tempe tersebut bisa terpapar



79



bakteri, selain itu timbangan tempe tersebut tidak sering dicuci, sehingga banyak kotoran atau bakteri menempel. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathimahhayati, dkk (2019) ditemukannya bahaya terpapar bakteri yang bisa mengakibatkan iritasi kulit. Bakteri tersebut berasal dari air rendaman dari kacang kedelai.(28) 4.2.1.4 Bahaya Ergonomi Bahaya ergonomi Menurut Gunawan dan Waluyo (2015) yaitu bahaya yang dipicu oleh faktor lingkungan kerja, peralatan kerja ataupun cara kerja yang dibuat tidak sesuai pada kapasitas tubuh manusia secara fisik maupun psikis.(30) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahaya ergonomi yang teridentifikasi di Pabrik Tempe H.Slamet Kota Jambi yaitu, postur kerja yang janggal, aktivitas menggunakan gerakan ssecara berulang, dan mengangkat beban yang berlebihan. Teridentifikasinya postur kerja yang janggal berasal dari semua proses di pabrik tempe H.Slamet, yaitu proses perebusan kacang kedelai, penggilingan kacang kedelai, pencucian kacang kedelai dan pencetakan tempe. Pada tahapan perebusan kacang kedelai pekerja melakukannya dengan postur kerja yang salah. Postur kerja yang salah anatara lain yaitu pekerja mengangkat air ke bak perebusan kacang kedelai dengan posisi membungkuk, lalu memasukkan kayu bakar ke dalam tungku juga dengan posisi membungkuk dan pengangkatan kacang kedelai yang sudah direbus dengan posisi membungkuk. Bukan hanya postur kerja yang salah, pada bagian proses perebusan juga teridentifikasinya mengangkat beban yang



80



berlebihan, hal pertama yang dilakukan pekerja bagian perebusan yaitu mengangkat kacang kedelai, pekerja mengangkat kacang kedelai menggunakan kedua tangan maupun menggunakan punggung dengan berat beban yang berlebihan yaitu dengan jumlah berat kacang tersebut kurang lebih 350kg, sehingga dapat mengakibatkan nyeri tangan dan sakit punggung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2018) ditemukannya bahaya beban yang diangkut berlebihan dan salah dalam posisi pengangkutan sehingga berdampak pada keluhan musculoskeletal. (19) Postur kerja yang janggal pada tahapan proses penggilingan dikarenakan pada saat penggilingan kacang kedelai, pekerja mengangkat beban dengan posisi tangan yang terlalu tinggi. Selain itu, disaat pekerja melakukan pengangkatan air maupun kacang kedelai ke mesin penggilingan kacang kedelai dengan posisi kerja tidak alamiah atau posisi berjinjit. Untuk dua proses yang lain, pekerja pada saat melakukan pencucian kacang kedelai pekerja mengaduk, mengangkat dan membersihkan kacang didalam tong dengan postur badan membungkuk ke dalam tong. Begitu juga dengan proses pencetakan tempe, pekerja mengambil kacang kedelai di dalam tong dengan posisi membungkuk. Selain itu, pada proses pencetakan tempe plastik posisi kerja mereka dengan posisi kaki menekuk atau tidak normal. Dan pekerja jika baru memulai melakukan pencetakan kacang kedelai juga dengan posisi membungkuk dikarenakan tempat pencetakan kerja terlalu pendek atau tidak sesuai dengan postur badan.



81



Tahapan proses pada perebusan kacang kedelai, penggilingan kacang kedelai dan pencetakan tempe juga teridentifikasinya aktivitas gerakan berulang. Proses perebusan kacang kedelai pekerja melakukan aktifitas mengaduk kacang kedelai di dalam tong perebusan, pekerja melakukan gerakan  mengaduk dengan menggunakan kayu pengaduk yang dilakukan secara berulang kali. lalu bukan mengaduk saja, saat memindahkan kacang ke dalam tong cucian atau mengangkat kacang ke dalam tong cucian, pekerja juga melakukan gerakan berulang. Aktivitas gerakan berulang pada proses penggilingan pekerja melakukan aktifitas gerakan berulang dalam waktu yang lama, seperti memasukkan kacang kedelai ke dalam mesin dan memasukkan kacang kedalam tong untuk dilakukan nya pemisahan kulit dan kacang kedelai. Proses tersebut dilakukan setiap hari sehingga aktivitas tersebut berisko terjadinya Musculoskeletal Disorder. Sejalan juga dengan penelitian Fathimahhayati, dkk (2019) ditemukan bahwa pada proses penggilingan terdapat proses kegiatan tidak ergonomis atau kegiatan



dilakukan



monoton



yang disebabkan



pada



saat



memasukkan kedelai sedikit demi sedikit ke dalam mesin penggilingan disertai penambahan sedikit air.(28) Pada proses pencetakan, pekerja melakukan aktifitas gerakan berulang dalam waktu yang lama, seperti memasukan kacang kedelai ke dalam plastik maupun daun dengan jumlah yang banyak dan dilakukan dengan berulang kali. Proses tersebut dilakukan setiap hari.



82



Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Habibie, dkk (2017) mengatakan bahwa potensi bahaya yang terdapat pada industri rumah tangga pembuatan tempe di Desa Bandung Rejo adalah keluhan Musculoskeletal Disorders. Keluhan tersebut disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan dengan berbagai posisi mulai dari duduk, jongkok, berdiri, membungkuk, mengangkat, mengangkut dan berjalan. Aktivitas pekerjaa tersebut juga dilakukan sama atau serupa secara berulang – ulang setiap hari sehingga aktivitas tersebut berisiko menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders pada pekerja pemmbuatan tempe. Selain itu, Postur kerja janggal pada proses pembuatan tempe di industry rumah tangga di Desa Bandung Rejo bervariasi, mulai dari duduk, berdiri, miring, gerakan memutar membungkuk, dan aktivitas pergerakan kaki dan tangan. Gerakan tersebut cenderung repetitif dan statis.(31) Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Irpan, dkk (2019) mengatakan bahwa kegiatan pencucian kacang kedelai memiliki risiko tinggi cedera punggung yang disebabkan oleh proses pemisahan kulit dan pencucian kacang kedelai, pekerja melakukan dengan cara membungkuk dengan durasi 1 jam, hal ini berisiko pada kesehatan pekerja.(29)



83



Gambar 4. 16 Postur kerja 4.2.1.5 Bahaya Psikologi Bahaya psikologi dapat menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan. Gangguan psikologis tersebut bisa terjadi dikarenakan kondisi lingkungan sosial tempat kerja yang tidak memadai dengan pekerja serta mengakibatkan ketegangan jiwa pekerja, contohnya yaitu keharusan tentang pencapaian target produk yang sangat tinggi diluar batas kekuatan tenaga kerja, konflik antar pekerja, komunikasi tidak bagus sesama pekerja. (12) Faktor psikologi yaitu faktor yang timbul dari dalam diri seorang pekerja itu sendiri dan biasanya di sebabkan stress. Pekerjaan



dapat



memberikan



kepuasan



dan



tantangan,



sebaliknya dapat pula menjadi gangguan dan ancaman. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, sesama pekerja terjadi konflik, tuntutan pekerjaan lebih dari batas kemampuan, kelelahan kerja, beban kerja yang terlalu tinggi, lalu adanya bullying, tidak adanya shift kerja, pasti pekerja bisa mengalami tekanan mental dan stres kerja.



84



Berdasarkan



hasil



penelitian



berupa



pengamatan



dan



wawancara, didapatkan hasil bahwa bahaya psikologi tidak teridentifikasi di pabrik tempe H. Slamet Kota Jambi yang dikarenakan pada pabrik tersebut sistem kerja nya sistem kekeluargaan, tidak ada tuntutan yang lebih dari batas kemampuan pekerja maupun tuntutan dari pemilik pabrik, jam kerja di pabrik tersebut juga fleksibel, komunikasi antar pekerja juga sangat baik. Pekerja juga mengatakan bahwa selama bekerja berpuluh tahun disini tidak ada satupun konflik antar pekerja, dan pekerja juga merasakan lingkungan kerja nyaman – nyaman saja. Dari hasil wawancara kepada semua informan, menghasilkan bahwa pekerja tidak mengalami stress kerja, gangguan kerja, kelehan kerja, beban kerja yang berlebihan, dan gangguan mental. 4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suda keadaan secara ojektif guna membuat identifikasi terhadap suatu kondisi. Karena identifikasi dilakukan secara langsung oleh peneliti, maka ada hal-hal yang tidak dapat teridentifikasi karena keterbatan pengalaman peneliti. Serta keterbatan dalam penyesuaian dan pengaturan jadwal dengan para informan ketika melakukan penelitian.



85



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Tahun 2021 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil identifikasi bahaya fisik 10 (Sepuluh) potensi bahaya, yaitu terpeleset, terjatuh, tersandung, terbentur, tertimpa, terkena benda tajam, pencahayaan yang sedikit minim, terkena api, terkena air panas, dan yang terakhir lingkungan kerja panas. Bahaya fisik teridentifikasi di setiap tahapan proses pembuatan tempe. 2. Bahaya kimia tidak teridentifikasi dikarenakan pada setiap tahapan proses pembuatan tempe tidak menggunakan bahan yang bersumber dari bahan kimia. 3. Hasil



identifikasi



bahaya



biologi



yaitu



terkontaminasi



mikroba.



Terkontaminasi mikroba terdapat pada tahapan penggilingan dan pencetakan. Terkontaminasi mikroba disebabkan oleh air kotoran ampas kacang kedelai. Air tersebut dapat mengakibatkan tangan maupun badan pekerja terpapar bakteri yang berdampak pada kulit gatal – gatal, iritasi pada kulit dan infeksi jamur. 4. Hasil identifikasi bahaya ergonomi yaitu, postur kerja janggal, aktivitas gerakan secara berulang, dan mengangkat beban yang berlebihan. Postur kerja yang janggal tedapat di setiap tahapan proses pembuatan tempe. Aktivitas gerakan berulang terdapat pada tahapan perebusan, penggilingan dan pencetakan. Sedangkan mengangkat beban berlebihan terdapat pada tahapan proses perebusan kacang kedelai.



86



5. Bahaya psikologi tidak teridentifikasi dikarenakan pada pabrik tersebut sistem kerja nya sistem kekeluargaan, tidak ada tuntutan yang lebih dari batas kemampuan pekerja maupun tuntutan dari pemilik pabrik, jam kerja di pabrik tersebut juga fleksibel, komunikasi antar pekerja juga sangat baik. Selain tu, ditemukan dari hasil wawancara pekerja pabrik tempe H.Slamet tidak mengalami beban kerja yang berlebihan, kelelahan kerja, dan stress kerja.



5.2 Saran 1. Bagi Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Melalui hasil observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan selama penelitian berlangsung, diketahui banyak terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakan kerja. Dalam upaya pencegahan kecelaan kerja, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan di aplikasikan pada pabrik tempe H.Slamet Kota Jambi. Dengan adanya informasi mengenai bahaya dan risiko diharapkan pabrik tempe H.Slamet mampu melakukan langkah pengendalian. Adapun rekomendasi pengendalian tersebut sebagai berikut : a. Melakukan pembersihan lingkungan kerja secara rutin agar sisa air rendaman dan sisa ampas kacang kedelai tidak membuat kondisi lantai menjadi licin. b. Menyediakan alat pelindung diri atau APD untuk melindungi pekerja seperti menggunakan sarung tangan untuk pekerja bagian perebusan, penggilingan, pencucian. Menggunakan sepatu boots untuk pekerja bagian penggilingan dan pencucian. c. Pemilik pabrik memperketat pengawasan terhadap pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja. Selain itu, memberikan arahan agar pekerja melakukan pekerjaanya dengan hati-hati.



87



d. Pihak pabrik memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang keselaman dan kesehatan kerja terkhusus mengenai bahaya dan risiko kerja. e. Memperbaiki stasiun keja untuk mengendalikan bahaya layout kerja yang buruk serta pesawat angkat angkut sederhana agar pekerja tidak mengangkat beban secara manual. f. Selain itu menambah ventilasi untuk menekan suhu tnggi. 2. Bagi Pemerintah Adanya perhatian khusus kepada industri kecil/menengah, terutama industri informal atau industri rumahan yang belum menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tidak hanya kepada industri namun juga kepada semua pekerja atau karyawannya, terutama potensi bahaya dan risiko yang selalu siap mencelakai pekerja. Dibuatnya aturan atau pengawasan terhadap industri informal tentunya akan sangat membantu para pekerja agar merasa aman ketika bekerja sehingga produktifitas kerja meningkat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang identifikasi potensi bahaya yang leih mendalam pada proses pembuatan tempe pada industri industry informal lainnya sehigga nantinya dapa dijadikan perbandingan dan menambah temuan baru. Selain itu, dihrapkan untuk lebih giat dalam mencari dan mengkaji lebih banyak sumber referensi terkait potensi bahaya pada proses pembuatan tempe ataupun sejenisnya sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memperdalam hasil analisis.



47



DAFTAR PUSTAKA 1.



Drs. Buntarto MP. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.



2.



Tarwaka. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (MANAJEMEN DAN IMPLEMENTASI K3 DI TEMPAT KERJA). Ed-2. Surakarta: Harapan Press; 2014. 348 p.



3.



ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. Jakarta: International Labour Organization; 2013.



4.



BPJS TK. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Jakarta: Isafety Magazine; 2018.



5.



BPJS Ketenagakerjaan. Laporan Tahunan BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2018. BPJS Ketenagakerjaan. 2018.



6.



BPS. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi [Internet]. 2018 [cited 2020 Oct 18]. Available from: https://jambi.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/367/februari-2019---tingkatpengangguran-terbuka-sebesar-3-62-persen.html



7.



BPS. KOTA JAMBI DALAM ANGKA. Kota Jambi: Badan Pusat Statistik Kota Jambi; 2018. 329 p.



8.



Ramli S. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA OHSAS 18001. 2nd ed. Djajaningrat H, editor. Jakarta: Dian Rakyat; 2014. 257 p.



9.



OHSAS. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Persyaratan. 18001. 2007;1–19.



10.



Sari VO. PROSES PRODUKSI SNACK DAN CANDY DI PT . POLY MEDITRA INDONESIA JATEN ANAK PERUSAHAAN PT . TIGA PILAR



48



SEJAHTERA FOOD , Tbk SRAGEN. 2011; 11.



Marom EA, Sunuharyo BS. PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan bagian Produksi Perusahaan PT Lion Metal Works Tbk). J Adm Bisnis. 2018;60(1):187–94.



12.



Dr. Wowo Sunaryo Kuswana MP. ERGONOMI dan K3. Cetakan 1. Larifah P, editor. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset; 2014.



13.



Nafi’ah S. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2020;1.



14.



Yuliandi CD, Ahman E. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan (Bib) Lembang. Penerapan Keselam Dan Kesehat Kerja Di Lingkung Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2019;18(2):98–109.



15.



Departemen Pendidikan Nasional. Arti kata judi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Balai Pustaka. 2005.



16.



Widayana IG, Wiratmaja IG. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. cetakan 1. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.



17.



Ramli S. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam perspektif K3 OHS Risk Management. Cetakan 1. Djajaningrat H, editor. Jakarta: Dian Rakyat; 2010. 155 p.



18.



Puspitasari T. Analisis Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko di Project Management Unit Revit Alisasi Industri Kayu Demak. Skripsi. 2019;



19.



Dewi AK, Larasati G, Ardiani RF, Sumardiyono, Wijayanti R, Susilowati. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Bahaya di Pabrik Tahu. Pros SNST ke-9. 2018;7(4):37–42.



20.



Permenaker No 7 Tahun 2017. Tentang Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja



49



Indonesia; 21.



Restuputri, Dian Palupi RPDS. Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study ( Hazop ). J Ilm Tek Ind. 2015;14(1):24–35.



22.



Salami IRS. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. 2nd ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2016. 369 p.



23.



Riswan Dwi Djatmiko MP. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ed-1. Yogyakarta: CV Budi Utama; 2016. 214 p.



24.



Utami AP. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA UNIT KILN DAN COAL MILL TONASA IV PT. SEMEN TONASA PANGKEP TAHUN 2017. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar; 2017.



25.



Sugiyono PD. METODE PENELITIAN KUALITATIF Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif. Bandung: Alfabeta; 2017.



26.



Moleong LJ. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. 38th ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2018. 410 p.



27.



Permen RI No. 50. Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2012;1–16.



28.



Fathimahhayati LD, Wardana MR, Gumilar NAG. Analisis Risikok3 Dengan Metode Hirarc pada Industri Tahu Dan Tempe Kelurahan Selili, Samarinda. J REKAVASI. 2019;7(1):62–70.



29.



Irpan A, Ginanjar R, Fathimah A. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Home Industry Pembuatan Tempe Kelurahan Kedung Badak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Tahun 2019. 2019;2(6):426–32.



50



30.



Gunawan dan Waluyo. Risk Based Behavioral Safety Membangun Kebersamaan Untuk Mewujudkan Keunggulan Operasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2015. 23 p.



31.



Muhammad Dhiyaudzihni Habibie, Suroto SJ. Analisis Postur Kerja Dan Gerakan Berulang Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pada Pekerja Pembuatan Tempe Di Desa Bandung Rejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. J Kesehat Masy. 2017;5(5):245–54.



51



LAMPIRAN



52



Lampiran 1. Informed Consent SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



(Riski Agustin)



Informan,



(…………………………)



53



Lampiran 2. Lembar Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



:



Hari/Tanggal



:



Nama



:



Usia



:



Jenis Kelamin



:



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



:



Masa Kerja



:



Lama Jam Kerja/hari



:



54



B. DAFTAR PERTANYAAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (MANAJER PENGOLAHAN) 1. Bagaimana tahapan pekerjaan dalam proses produksi? 2. Apa saja bahan atau material yang digunakan dalam proses produksi? 3. Jenis kecelakaan kerja apa yang sering atau pernah terjadi pada proses produksi? Apa penyebabnya? Dan bagaimana kronologinya? 4. Apakah terdapat prosedur atau intruksi kerja dalam proses produksi? 5. Bagaimana perawatan yang dilakukan terhadap peralatan atau mesin yang ada? 6. Apakah pernah terjadi konsleting listrik? Jika iya, apa penyebabnya? Dan apa akibat yang ditimbukan? 7. Apa saja potensi bahaya yang ada di pabrik tempe? 8. Bahan kimia apa saja yang digunakan dalam proses produksi? Dan bagaimana penggunaan dan penyimpanan bahan kimia tersebut? 9. Berapa lama waktu yang diberikan untuk pekerja beristirahat? 10. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pabrik dalam mengurangi atau mencegah bahaya yang ada? 11. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko? 12. Berapa lama waktu yang diberikan untuk pekerja beristirahat?



55



PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (PEKERJA BAGIAN PEREBUSAN KACANG) 1. Berapa lama Bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian perebusan)? 2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses perebusan ini? 3. Menurut Bapak peralatan kerja dalam proses perebusan ini sudah cukup aman atau tidak? 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses perebusan sudah aman untuk bekerja? 5. Apa saja keluhan atau sakit akibat kerja yang bapak rasakan dalam proses bagian perebusan? 6. Bagaimana proses kerja pada perebusan? A. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian perebusan ini? B. Apakah ada SOP dalam perebusan? 7. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko? 8. Apa saja jenis bahaya yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian perebusan)? 9. Risiko apa yang ada di dalam proses kerja ini (bagian perebusan)? 10. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti : terjatuh, terjepit, terpeleset, tergores, terbentur, terkena bara api, tertimpa, terkena air panas) Jika iya : A. Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? B. Apa dampak dari kecelakaan tersebut? 11. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan terjadi dalam proses ini? Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses perebusan? 12. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?



56



13. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penggilingan? (seperti :gatal – gatal, pegal tangan & punggung) 14. Dalam proses perebusan, bapak mengangkat kacang kedelai dengan berat yang termasuk beban berlebihan, sakit apa yang bapak alami setiap setelah mengangkat beban tersebut? 15. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet? 16. Dalam proses perebusan adalah dengan menyalurkan hawa panas pembakaran kayu. Apakah pabrik H.Slamet menyediakan APAR? 17. Dalam proses perebusan, tentunya api yang dihasilkan dari perebusan kacang kedelai. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses perebusan? Jika tidak : A. Apa yang pabrik tempe H.Slamet lakukan untuk menanggulangi bahaya dan risiko pada proses bagian perebusan?



57



PERTANYAAN



UNTUK



INFORMAN



(PEKERJA



BAGIAN



PENGGILINGAN) 1. Berapa lama Bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini? (Bagian penggilingan) 2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses penggilingan ini? 3. Menurut Bapak peralatan kerja dalam proses penggilingan ini sudah cukup aman atau tidak? 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses penggilingan sudah aman untuk bekerja? 5. Bagaimana proses kerja pada penggilingan? A. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian penggilingan ini? B. Apakah ada SOP dalam bagian penggilingan? 6. Apa saja jenis bahaya yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian penggilingan)? 7. Risiko apa yang ada di dalam proses kerja ini (bagian penggilingan)? 8. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, tertimpa, terjepit, tergores, terbentur, terpeleset, terbentur, tersentrum) Jika iya : Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? Bagaimana kronologis kejadiannya? Apa dampak dari kecelakaan tersebut? 9. Menurut bapak, bunyi mesin pada mesin penggilingan itu terasa bising? 10. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja? 11. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penggilingan? (seperti :gatal – gatal, pegal tangan & punggung) 12. Apakah pada area kerja Anda pernah terjadi konsleting listrik? Jika iya, apa penyebabnya? Dan apa akibat yang ditimbulkan?



58



PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (PENCUCIAN) 1. Berapa lama bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian pencucian)? 2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses pencucian? 3. Menurut bapak peralatan kerja dalam proses pencucian ini sudah cukup aman atau tidak? 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses pencucian sudah aman untuk bekerja? 5. Apa saja keluhan atau sakit akibat kerja yang bapak rasakan dalam proses bagian pencucian? 6. Bagaimana proses kerja pada pencucian? A. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian pencucian? B. Apakah ada SOP dalam pencucian? 7. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko? 8. Apa saja jenis bahaya yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian pencucian)? 9. Risiko apa yang ada di dalam proses kerja ini (bagian pencucian)? 10. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, terjepit, terpeleset, tertimpa, tersandung, tergores, terbentur di sekitar area kerja) Jika iya : A. Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? B. Apa dampak dari kecelakaan tersebut? 11. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan terjadi dalam proses ini? Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses pencucian dan penambahan ragi? 12. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?



59



13. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian pencucian? (seperti :gatal – gatal, pegal- pegal, sakit tangan & punggung) 14. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet? 15. Dalam proses pencucian tentunya terdapat bahaya dan risiko kecelakaan dan kesehatan kerja. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses pencucian?



60



PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (PEKERJA BAGIAN PENCETAKAN) 1. Berapa lama bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian pencetakan)? 2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses pencetakan ini? 3. Menurut bapak peralatan kerja dalam proses pencetakan ini sudah cukup aman atau tidak? 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses pencetakan sudah aman untuk bekerja? 5. Apa saja keluhan yang bapak rasakan dalam proses bagian pencetakan? 6. Bagaimana proses kerja pada pencetakan? A. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian pencetakan ini? B. Apakah ada SOP dalam pencetakan? 7. Apa saja jenis bahaya dan risiko yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian pencetakan)? 8. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, terjepit, tersayat pisau, tersandung, tergores, terkena api, terbentur, terpeleset, terbentur). Jika iya, kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? Bagaimana kronologis kejadiannya? Apa dampak dari kecelakaan tersebut? 9. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan terjadi dalam proses ini? Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses pencetakan? 10. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja? 11. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penncetakan? (seperti :gatal – gatal, pegal-pegal, terkena api, pegal tangan & punggung) 12. Dalam prose pencetakan pencahayaan yang di dapat hanya dari cahaya alami, dan cahaya bantuan yang minim, menurut bapak pencahayaan pada area



61



pencetakan sudah cukup atau kurang? Jika kurang, apakah penglihatan bapak terganggu? 13. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet? 14. Dalam proses pencetakan dengan menggunakan bara api bisa mengakibatkan kebakaran. Apakah pabrik H.Slamet menyediakan APAR? 15. Dalam proses pencetakan tentunya terdapat bahaya dan risiko kecelakaan dan kesehatan. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses pencetakan? 



62



Lampiran 3. Lembar Observasi Penelitian



No.



Potensi Bahaya atau Risiko



1.



Kondisi lantai bersih dari bendabenda atau material yang berserakan Pekerja dapat tersandung benda atau material yang berada di area kerja



2.



3. 4. 5.



6.



7. 8. 9.



Ya Tidak Bahaya Fisik



Pekerja dapat terpeleset di sekitar area kerja Pekerja dapat terjatuh di sekitar area kerja Kaki pekerja dapat terbentur alatalat di sekitar area kerja Pekerja dapat ter sandung ember penampung kedelai di area kerja saat proses penirisan Tangan pekerja dapat tersayat pada saat proses pencetakan Tangan pekerja dapat tergores plat yang tajam Tangan pekerja dapat tersentuh/terkena lelehan panas pada saat proses perebusan



10. Pekerja dapat terkena percikan api saat melakukan perebusan 11. Lingkungan kerja terlalu panas



Keterangan



63



12. Pencahayaan yang kurang di area kerja 13. Pekerja dapat terpapar kebisingan 14. Lingkungan Kerja mengandung debu 15. Uap panas pada saat mengangkat hasil perebusan kedelai 16. Terdapat batu, kerikil, atau serangga kecil diarea kerja pengemasan dan pencucian



Bahaya Kimia



1. Residu Pestisida pada Kedelai 2. Terdapat logam berat saat proses pencucian kedelai 3. Pemakaian dosis ragi ditakar atau tidak



1. 2. 3. 4. 5.



Bahaya Biologi Terdapat jamur saat melakukan pencucian, perendaman dan penirisan Air limbah sisa rendaman terdapat bakteri Air rendaman kedelai terdapat Jamur Terdapat jamur saat melakukan penambahan ragi Penggunaan air bersih/sudah tercemar Bahaya Ergonomi



64



1.



Pekerjaan dilakukan dengan mengangkat atau menurunkan beban yang berat



2.



Pengangkutan beban yang di angkut berlebihan



3.



Pekerjaan mengangkat dilakukan pada ketinggian pinggang atau objek yang diangkat terlalu tinggi atau terlalu rendah Pekerjaan dilakukan dengan mengangkat atau menurunkan beban pada jarak yang berlebihan Pekerja melakukan pekerjaanya dengan sikap kerja yang tidak alamiah (seperti: bertumit, memutarkan badan, mengangkat bahu, jongkok, dll) Terdapat alat bantu mekanik yang memadai Pekerjaan sering melibatkan pengerahan tenaga fisik dalam waktu yang lama Pekerjaan yang dilakukan diberikan cukup waktu istirahat



4.



5.



6. 7. 8. 9.



Pekerja sering dan dalam waktu lama membungkukkan badan atau leher ke depan atau ke belakang



10. Pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk dalam waktu yang lama 11. Aktivitas menggunakan gerakan secara berulang Bahaya Psikologi 1.



Hubungan kondisi kerja yang



65



2. 3.



4. 5.



tidak nyaman Konflik antar pekerja Terdapat SOP yang jelas mengenai pembagian tugas pada pekerja pabrik tempe H.Slamet (baik tertulis/tidak) Terdapat shift/jam kerja di pabrik tempe H.Slamet Ada jam istirahat untuk pekerja dalam 1 hari bekerja



66



Lampiran 4. Informed Consent Informan SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



Informan,



(Riski Agustin)



(Khairuddin)



67



SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



(Riski Agustin)



Informan,



(Saliman)



68



69



SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



Informan,



(Riski Agustin)



(Basriawan)



70



71



SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



(Riski Agustin)



Informan,



(Dimas)



72



73



SURAT IZIN INFORMAN (Dibacakan dan Diperlihatkan Kepada Responden) Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama



: Riski Agustin



NIM



: N1A117158



Dengan ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H.Slamet Kota Jambi Tahun 2020”. Hasil penelitian hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan mempengaruhi status, keamanan, dan keselamatan bapak/ibu. Setiap jawaban yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati apakah bapak/ibu bersedia diwawancarai dan mengisi angket yang berisi pertanyaan? 1. Bersedia 2. Tidak Bersedia *)Pilih salah satu Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan kami atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket dan menjawab pertanyaan ini kami ucapkan terima kasih.



Jambi, ................................ 2021 Peneliti,



Informan,



(Riski Agustin)



(Adi Irawan)



74



Lampiran 4. Pelaksanaan Penelitian



PELAKSANAAN PENELITIAN



Judul



Identifikasi Potensi Bahaya pada Pekerja Pabrik Pembuatan Tempe H. Slamet Kota Jambi Tahun 2021.



Tempat



Pabrik Tempe H. Slamet Kota Jambi



Jumlah Informan Utama



4 orang



Jumalah Informan Kunci/Pendukung



2 orang



Tanggal wawancara



75



Lampiran 5. Transkip Wawancara



PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



:K



Hari/Tanggal



:



Nama



: Khairudin



Usia



: 40 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



: Jl. Fatahilah No. 26



Masa Kerja



: 6 Tahun



Lama Jam Kerja/hari



: kurang lebih 6 jam



B. DAFTAR PERTANYAAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (MANAJER PENGOLAHAN) 1. Bagaimana tahapan pekerjaan dalam proses produksi? 2. Apa saja bahan atau material yang digunakan dalam proses produksi?



76



3. Jenis kecelakaan kerja apa yang sering atau pernah terjadi pada proses produksi? Apa penyebabnya? Dan bagaimana kronologinya? 4. Apakah terdapat prosedur atau intruksi kerja dalam proses produksi? 5. Bagaimana perawatan yang dilakukan terhadap peralatan atau mesin yang ada? 6. Apakah pernah terjadi konsleting listrik? Jika iya, apa penyebabnya? Dan apa akibat yang ditimbukan? 7. Apa saja potensi bahaya yang ada di pabrik tempe? 8. Bahan kimia apa saja yang digunakan dalam proses produksi? Dan bagaimana penggunaan dan penyimpanan bahan kimia tersebut? 9. Berapa lama waktu yang diberikan untuk pekerja beristirahat? 10. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pabrik dalam mengurangi atau mencegah bahaya yang ada? 11. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko? 12. Berapa lama waktu yang diberikan untuk pekerja beristirahat?



77



PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



:S



Hari/Tanggal



:



Nama



: Saliman



Usia



: 44 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



: Jl. Fatahilah



Masa Kerja



: Kurang lebih 15 Tahun



Lama Jam Kerja/hari



: Kurang lebih 6 jam



B. DAFTAR PERTANYAAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (PEKERJA BAGIAN PEREBUSAN KACANG) 1. Berapa lama Bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian perebusan)?  Kurang lebih 15 tahun



78



2. Apa saja alat kerja dan bahan yang digunakan dalam proses perebusan ini?  Tungku, kayu, air, pengaduk terbuat dari kayu, tong, ember, centong, kacang kedelai 3. Menurut Bapak peralatan kerja dalam proses perebusan ini sudah cukup aman atau tidak?  Aman saja 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses perebusan sudah aman untuk bekerja?  Kurang aman sih 5. Apa saja keluhan atau sakit akibat kerja yang bapak rasakan dalam proses bagian perebusan?  Sakit pinggang, pegal pinggang, tangan pegal, pundak pegal, mata perih, panas sebentar tapi, muka panas. 6. Bagaimana proses kerja pada perebusan?  Air dimasukkan ke tungku lalu masukkan kacang kedelai ke dalam tungku. 1 tungku untuk 3 karung kacang kedelai. Lalu hiduppin api, dimasak kurang lebih 3 jam atau sampai mendidih. Setelah mendidih kacang kedelai diangkat dan dimasukkan ke tong rendaman. a. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian perebusan ini?  Kurang lebih 4 jam b. Apakah ada SOP dalam perebusan?  Tidak ada 7. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko?  Bahaya itu seperti api dan air panas. Kalau risiko, bahay api kena apinya, kalau air panas bisa kesiram dan bisa melepuh. 8. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti : terjatuh, terjepit, terpeleset, tergores, terbentur, terkena bara api, tertimpa, terkena air panas) Jika iya :  Pernah terkena luka bakar, bara api, terpeleset, terkena air panas.



79



A. Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan?  Belakangan ini ada terkena air panas B. Apa dampak dari kecelakaan tersebut?  Pernah sekali terkena air panas sampai melepuh, tapi itu udah lumayan lama. Kalau bara api pernah sampai melepuh juga. 9. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan kerja terjadi dalam proses ini? Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses perebusan?  Mungkin 100 banding 1, tidak terlalu sering. Selama disini udah puluhan tahun paling setahun 2 atau 3 4 kali lah. 10. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?  Kalau terjadi kecelakaan kerja ya diatasi pakai p3k dulu, kalau tidak bisa diatasi pakai p3k baru bawa ke rumah sakit. Dari pihak pabrik kalau terjadi saat kerja pasti di kasih uang untuk biaya berobat. 11. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penggilingan? (seperti :gatal – gatal, pegal tangan & punggung)  Sakit punggung, pegal tangan, pegal – pegal, sakit pinggang, pegal pundak, mata perih kalau kena asap yang baru mau bikin api, panas diakibatkan dari air, muka panas saat masukin kayu. 12. Dalam proses perebusan, bapak mengangkat kacang kedelai dengan berat yang termasuk beban berlebihan, sakit apa yang bapak alami setiap setelah mengangkat beban tersebut?  Berat pasti iya, pundak pegal, besoknya pegal – pegal atau nanti malamnya, terus tangan pegal nahan beban, tapi kalau sudah biasa sih tidak begitu sakit, terus punggung juga sakit kalau angkatnya didukung pakai punggung gitu. 13. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet?  Ada



80



14. Dalam proses perebusan adalah dengan menyalurkan hawa panas pembakaran kayu. Apakah pabrik H.Slamet menyediakan APAR?



 Tidak ada, tetapi dibelakang di tahu ada sih APAR 15. Dalam proses perebusan, tentunya api yang dihasilkan dari perebusan kacang kedelai. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses perebusan?  Cuma sepatu boots aja Jika tidak : A. Apa yang pabrik tempe H.Slamet lakukan untuk menanggulangi bahaya dan risiko pada proses bagian perebusan?  Ya pekerja handel sendiri aja sih, kesadaran pekerja saja. Karna pihak pabrik menyerahkan ke pekerja.



81



PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



:B



Hari/Tanggal



:



Nama



: Basriawan



Usia



: 19 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



: Talang Duku



Masa Kerja



: 1 Tahun



Lama Jam Kerja/hari



: Kurang lebih 3 jam



B. DAFTAR PERTANYAAN PERTANYAAN



UNTUK



INFORMAN



(PEKERJA



BAGIAN



PENGGILINGAN) 1. Berapa lama Bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini? (Bagian penggilingan)  1 tahun



82



2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses penggilingan ini?  Mesin giling, wadah kacang yang sudah digiling, wadah stainless, tong, dan ayakan. 3. Menurut Bapak peralatan kerja dalam proses penggilingan ini sudah cukup aman atau tidak?  Menuurt saya InsyaAllah aman 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses penggilingan sudah aman untuk bekerja?  Sepertinya aman-aman saja, saya tidak pernah ada kendala apapun seperti lingkungan kerja licin yang biso terpeleset. Lantainyo terbuat dari kerikil bukan dari keramik, kalau keramik mungkin biso jadi idak aman. 5. Bagaimana proses kerja pada penggilingan?  Kacang yang sudah direbus dan sudah didiamkan semalaman dimasukkan ke mesin pengilingan lalu kacang tersebut diproses oleh mesin untuk pemechan kacang dan pemisahan kulit. Setelah kacang di giling kacang tersebut diayak setengah bersih. a. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian penggilingan ini?  Kurang lebih 3 jam b. Apakah ada SOP dalam bagian penggilingan?  Idak ado, diajari samo pekerja yang sudah ado di pabrikla 6. Apa saja jenis bahaya yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian penggilingan)?  Kalau bahaya palingan kacang tumpah 7. Risiko apa yang ada di dalam proses kerja ini (bagian penggilingan)?  Risikonyo tangan tekilir, dahtu keno besi stainless ari mesin kalau beis dak kuat menopang kacang 8. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, tertimpa, terjepit, tergores, terbentur, terpeleset, terbentur, tersentrum)



83



Jika iya : Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? Bagaimana kronologis kejadiannya? Apa dampak dari kecelakaan tersebut?  Pernah, terpeleset waktutu lagi bawak kacang lantai licin jadi terpelest akibatnyo dengkul luko. Dahtu sering kepalak terbentur kayu di tempat penganginan tempe karno jarak kepelak dengan tempat penganginan sangat dekat, harus nunduk dulu kalau jalan kalo lupo nunduk pasti sering terbentur. Terakhir kejadian lupo sih uda agak lamo, kalau terebntur seminggu yang lalu la. 9. Menurut bapak, bunyi mesin pada mesin penggilingan itu terasa bising?  Mesin nya udah diganti jadi idak berisik, kalau awal masuk masih pakai mesin lama sedikit beriisk tapi idak ganggu pendengarahan, masih amanla bunyinyo. 10. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?  Bertanggung jawab, kadang kito bisola ngomong samo bos mau berobat, nanti dikasih duit, kalau badan pegal-pegal dikasih duit untuk urut. Kalau sakit dikasih duit untuk berobat. 11. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penggilingan? (seperti :gatal – gatal, pegal tangan & punggung)  Keluhan kalau gatal-gatal pernah awal – awal kerjo, terus pegal tangan awal –awal kerjo teraso nian, kurang lebih 3 bulan ngerasoin pegal – pegal akibat masukin kacang kedelai kemesin karno tinggi mesin diatas kepala kan. Terus sakit pinggang samo punggung karno ngangkat beban berlebihkan. 12. Apakah pada area kerja Anda pernah terjadi konsleting listrik? Jika iya, apa penyebabnya? Dan apa akibat yang ditimbulkan?  Pernah, tapi konsleting mesin air penyebabnya karna hujan deras kabelnyo konslet, jadi akibatnyo kerjo lamo karno kalau giling kan harus



84



pakek air, pernah tu sekali biasonyo balek jam 3 jadi balek lebih dari jam biasonyo.



85



PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



:D



Hari/Tanggal



:



Nama



: Dimas



Usia



: 37 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



: Jl. Fatahilah No.26



Masa Kerja



: Kurang lebih 10 Tahun



Lama Jam Kerja/hari



: Kurang lebih 3 jam



B. DAFTAR PERNYATAAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN (PENCUCIAN) 1. Berapa lama bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian pencucian)?  Kurang lebih 10 tahun 2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses pencucian?



86



 Ember, tong, saringan/ayakan, gayung, pengaduk terbuat dari kayu 3. Menurut bapak peralatan kerja dalam proses pencucian ini sudah cukup aman atau tidak?  Aman 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses pencucian sudah aman untuk bekerja?  Aman 5. Apa saja keluhan atau sakit akibat kerja yang bapak rasakan dalam proses bagian pencucian?  Keluhan sakit sih engga, kalau lagi sakit ya sakit, kalau kita kerja ga bawak rilex ya pasti sakit, kalau rilex tidak terbeban jadi ngelakuinnya enak. 6. Bagaimana proses kerja pada pencucian? Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian pencucian? Apakah ada SOP dalam pencucian?  Prosesnya, kecang yang sudah di rebus dan digiling, dicuci dengan air bersih sebanyak 4kali bilas. Jadi satu tong penuh dimasukkan air penuh, dicuci lalu ditiriskan, lalu dicuci lagi, setelah itu di aduk, di cuci lagi dan ditiris, lakukan sampai 4 kali. setelah ditiris yang ke 4 kali lalu dikasih air, dimasukkan ragi dan ditiriskan. Lama pencucian 2 jam, SOP tertulis nya tidak ada, Cuma dari pengalaman – pengalaman dari pekerja sebelumnya. 7. Menurut pemahaman Bapak, apa itu bahaya dan risiko?  Bahaya, kurang konsentrasi. Kalau risiko belum pernah ngalamin, ya contohnya kan bagian rebus itu risiko kena bara api atau air panas. 8. Apa saja jenis bahaya yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian pencucian)?  Kalau pencucian ga ada sih, mungkin bagian penggilingan iya banyak mungkin



87



9. Risiko apa yang ada di dalam proses kerja ini (bagian pencucian)?  Kalau pencucian sih ga ada karna kerjanya dilakukan dengan santai. 10. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, terjepit, terpeleset, tertimpa, tersandung, tergores, terbentur di sekitar area kerja)  Kalau terpeleset pernah, karna itu lantainya licin karna genangan air. Tapi sedikit jarang. Terbentur kayu rak penganginan ini sih sering karna jarak sama kepala dekat. Lalu jatuh sih dulu pernah, tapi udah lama. Jika iya : a. Kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan?  Udah lumayan lama sih b. Apa dampak dari kecelakaan tersebut?  Kalau terbentur benjol sih kalau yang berlebihan 11. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan terjadi dalam proses ini? Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses pencucian dan penambahan ragi?  Jaranglah, bisa dihitungla, kalau tahun terakhir sih tidak ada 12. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?  Ya tergantung dari lukanya, kalau luka biasa kana da disediain P3K, kalau lebih dari itu yang risikonya berat, langsung dibawa ke rumah sakit. Uang nya dari bos, urusan bos yang bayar berapa biayanya. 13. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian pencucian? (seperti :gatal – gatal, pegal- pegal, sakit tangan & punggung)  Kalau gatal – gatal sih idak, cuman awal saja, kalau bagian penggilingan sih iya gatal – gatal. Kalau pegal – pegal sih tergantung, kalau dari pasar mungkin pegal – pegal, tergantunglah, kalau postur kerja salah mungkin ya pegal – pegal.



88



14. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet?  Ada 15. Dalam proses pencucian tentunya terdapat bahaya dan risiko kecelakaan dan kesehatan kerja. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses pencucian?  APD ga ada sih, pernah sih dulu tapi tidak nyaman jadinya, APD saring tangan gitu ditangan kena air jadi seperti aneh gitu.



89



PEDOMAN WAWANCARA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PABRIK PEMBUATAN TEMPE H.SLAMET KOTA JAMBI TAHUN 2020



A. IDENTITAS INFORMAN Kode Informan



: AR



Hari/Tanggal



:



Nama



: Adi Irawan



Usia



: 18 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pendidikan Terakhir



: SD/SMP/SMA/Diploma/S1*



*)lingkari yang sesuai Alamat Lengkap



: Kumpeh ulu



Masa Kerja



: Kurang lebih 3 Tahun



Lama Jam Kerja/hari



: Kurang lebih 4 jam



B. DAFTAR PERTANYAAN PERTANYAAN



UNTUK



INFORMAN



(PEKERJA



BAGIAN



PENCETAKAN) 1. Berapa lama bapak sudah bekerja di pabrik pembuatan tempe H.Slamet ini (Bagian pencetakan)?  Kurang lebih 2 tahun



90



2. Apa saja alat kerja yang digunakan dalam proses pencetakan ini?  Tong, bara api, centong, plastik, besi pembolong plastik, pisau. 3. Menurut bapak peralatan kerja dalam proses pencetakan ini sudah cukup aman atau tidak?  amanla 4. Menurut pemahaman bapak lingkungan kerja dalam proses pencetakan sudah aman untuk bekerja?  Kurang lebih aman 5. Apa saja keluhan yang bapak rasakan dalam proses bagian pencetakan?  Sakit pinggang samo pegal - pegal 6. Bagaimana proses kerja pada pencetakan?  Kacang yang sudah dicuci bersih ditiriskan, sambil menunggu kacang ditriskan melakukan ngelem plastic menggunakan bara api, lalu kacang yang sudah ditiriskan dimasukkan ke plastic dan dilem menggunakan bara api. Tempe yang sudah di bungkus di susun di ke’re. esok harinya tempe baru di bolongin lagi biar jamur keluar dan di naikkan ke tempat penganginan lalu didiamkan semalaman, esok harinya baru bisa di jual. a. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu bekerja dibagian pencetakan ini?  Kurang lebih 3 jam b. Apakah ada SOP dalam pencetakan?  Tidak ada, palingan di ajari sama pekerja be 7. Apa saja jenis bahaya dan risiko yang Bapak ketahui dalam proses ini (bagian pencetakan)?  Saat motong plastik biso tekeno tangan, nurunin tong kebawah, keno luka bakar dari bara api 8. Apakah Bapak pernah mengalami kecelakaan? (seperti terjatuh, terjepit, tersayat pisau, tersandung, tergores, terkena api, terbentur, terpeleset, terbentur). Jika iya, kapan Bapak terakhir kali mengalami kecelakaan? Bagaimana kronologis kejadiannya? Apa dampak dari kecelakaan tersebut?



91



 Pernah, kalau terjatuh pernah tapi tong be yang jatuh, kalau saya Alhamdulillah bisa nahan, tersandung pernah, terbentur kayu diatas kepala sering, terpeleset pernah dak terhitung kalau terpelest, baru seminggu yang lalu tepeleset, lagi jalan habis nyuci kaki tepeleset karno lantainyo agak licin, tapi dak terjatuh nian karna masih bisa ngimbangin, terkena bara api sering. 9. Menurut Bapak, seberapa sering kecelakaan terjadi dalam proses ini? a. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali terjadi kecelakaan dalam proses pencetakan? 10. Apa yang di lakukan oleh pihak pabik H.Slamet ketika terjadi kecelakaan kerja?  Bertanggung jawab, kalau ada sakit dikasih biaya berobat ke dokter, kalau pegal-pegal dikasih duit urut kalau mintak samo bosa, terus dikasih suntik vitamin jugo. 11. Apa saja keluhan atau penyakit akibat kerja yang anda rasakan dalam proses bagian penncetakan? (seperti :gatal – gatal, pegal-pegal, terkena api, pegal tangan & punggung)  Kalau gatal – gatal idak sih tangan be keriput, kalau punggung idak terlalu nian, pinggang yang sakit. 12. Dalam prose pencetakan pencahayaan yang di dapat hanya dari cahaya alami, dan cahaya bantuan yang minim, menurut bapak pencahayaan pada area pencetakan sudah cukup atau kurang? Jika kurang, apakah penglihatan bapak terganggu?  Pencahayaan sudah cukup, tidak terganggu, kalau pencahayaannya lebih terang malah payah jadi silau gitu 13. Apakah ada P3K yang disediakan oleh pabrik tempe H.Slamet?  Ada 14. Dalam proses pencetakan dengan menggunakan bara api bisa mengakibatkan kebakaran. Apakah pabrik H.Slamet menyediakan APAR?



92



 Tidak ada, tetapi dibawah ada di bagian tahu 15. Dalam proses pencetakan tentunya terdapat bahaya dan risiko kecelakaan dan kesehatan. Apakah perusahaan menyediakan APD lengkap pada saat melakukan proses pencetakan?  Tidak ada



93



Lampiran 6. Dokumentasi