(Revisi) PROPOSAL SKRIPSI FIX Siap Sidang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO JATUH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT BADAN PENGUSAHAAN BATAM TAHUN 2020



Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan



MASNI KARTINI PURBA 00119089



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes AWAL BROS BATAM 2020



LEMBAR PERSETUJUAN Nama :



MASNI KARTINI PURBA



Nim



:



00119089



Judul



: Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Resiko Jatuh Pada Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam Tahun 2020



Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke penelitian No 1 2



Nama Penguji



Keterangan



Tanda Tangan



Batam, ……..



Pembimbing I



Pembimbing II



Sri Muharni, Ners, M.Kep



Utari CH Wardhani, Ners, M.Kep



NIDN : 1015088501



NIDN: 1005128602



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaika penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Resiko Jatuh Pada Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam Tahun 2020” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tahap akademik pada Program Sarjana keperawatan STIKes Awal Bross Batam. Penyusunan Proposal Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus dan ikhlas menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1.



Prof.,dr.,H. Fadil Oenzil., PhD., Sp.GK selaku Ketua STIKes Awal Bros Batam beserta jajarannya.



2.



Rachmawaty M. Noer, Ners, M.Kes selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Awal Bross Batam.



3.



Sri Muharni, Ners, M.Kep, selaku pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini.



4.



Utari CH Wardhani, Ners, M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan dalam penggunaan metodologi penelitian pada penusunan proposal skripsi ini.



5.



Dr. Afdhalun A Hakim, Sp. JP(K), FIHA, FAsCC selaku direktur Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam yang telah memberikan izin dan data yang diperlukan selama penulis melaksanakan penelitian.



6.



Seluruh dosen dan staf karyawan Program Sarjana keperawatan STIkes Awal Bross Batam yang telah membantu dan memfasilitasi penulis selama menyusun proposal skripsi ini



7.



Rekan rekan mahasiswa konversi angkatan 2019 yang senasip dan seperjuangan serta telah memberi motivasi dan dukungan bagi penulis.



8.



Teristimewa untuk suami serta anak anakku tercinta yang selalu memberikan do’a serta dukungan dengan penuh kesungguhan dan kesabaran



9.



Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.



Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan. Batam, Desember 2020



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii KATA PENGANTAR.............................................................................................v DAFTAR ISI.........................................................................................................viii DAFTAR TABEL....................................................................................................x DAFTAR SKEMA..................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xii BAB 1



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Perumusan Masalah..................................................................................4 C. Tujuan Penelitian......................................................................................4 D. Manfaat Penelitian....................................................................................5 E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................5 BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



A. Landasan Teori 1. Pengertian Jatuh…………………………….……………………7 2. Pencegahan……………………………………………………….7 3. Faktor Resiko jatuh……………………………...…………….....7 4. Morse fall scale (MFS) …………………………………………..14 5. Pengertian Hemodialisis…………………………………………..15 6. Tujuan Hemodialisis………………………………………………15 7. Prinsip Kerja Hemodialisis………………………………………..17 8. Penalataksanaan…………………………………...………...…….18 9. Komplikasi……………………………………………………...…18



B. Kerangka teori………..…………………………………………...…..19 C. Kerangka Konep……..………………………………………………..20 D. Hipotesis…………………………………………………………...….20 E. Definisi Operasional…………………………………………………..21 BAB III



METODE PENELITIAN



A. Rancangan Penelitian…………………………………………...........23 B. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………...........23 C. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………...........23 D. Alat Pengumpulan data…………………………………………........24 E. Uji Validitas & Reabilitas…………………………………………....26 F. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………....28 G. Rencana Analisis Data……………………………………………….29 H. Etika Penelitian ………………………………………………….......31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



DAFTAR TABEL Tabel 2.1



Definisi Operasional



DAFTAR SKEMA



17



Skema 2.1 Skema 2.2



Kerangka Teori Kerangka Konsep



DAFTAR LAMPIRAN



16 17



Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6



Lembar Permohonan Menjadi Responden Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lembar Kuesioner Data Demografi Responden Penelitian Lembar Kuesioner Faktor Ektrinsik Lembar Kuesioner Montreal Cognitive Assessment Lembar Kuesioner Skala Resiko Jatuh Morse fall scale (MFS)



29 30 31 32 40 40



Lampiran 7 Lampiran 8



Surat Izin Penelitian Surat Jawaban Izin Penelitian



55 56



Lampiran 9



Form Konsultasi



57



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang beresiko tinggi terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling sering disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan resiko dalam hal keselamatan, dan hal ini disebabakan oleh kegagalan sistem dimana individu tersebut bekerja. (Ashar 2016) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan pasien menurut (Sunaryo 2015) adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Departemen Kesehatan RI 2017) Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan fisiologis yang dapat berakibat cedera. Kategori resiko jatuh terbagi tiga, yaitu resiko jatuh rendah, resiko jatuh sedang, dan resiko jatuh tinggi. Penyebab terjadinya resiko jatuh bisa disebabkan oleh faktor intrinsik berupa riwayat jatuh sebelumnya, penurunan



ketajaman



penglihatan,



prilaku



dan



sikap



berjalan,



sistem



muskuloskeletal, status mental, penyakit akut, dan penyakit kronik. Dari segi faktor ekstrinsik bisa berupa pengobatan, kamar mandi, desain bangunan, kondisi permukaan lantai, kurang pencahayaan. Pada pasien yang menjalani Hemodialisis faktor-faktor yang berpotensi terjadinya resiko jatuh adalah usia, riwayat penyakit, dan penggunaan obat-obat pengencer darah. (Joint Commission International (JCI) 2019) Akibat yang ditimbulkan dari insiden jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan seperti luka robek, fraktur, cedera kepala, pendarahan,



sampai



kematian



,dan



menimbulkan



trauma



psikologis,



memperpanjang waktu perawatan dan meningkatkan biaya perawatan pasien akibat menggunakan peralatan diagnostik yang sebenarnya tidak perlu dilakukan seperti CT Scan, rontgen dll. Dampak bagi rumah sakit sendiri adalah menimbulkan resiko tuntutan hukum karena dianggap lalai dalam perawatan pasien (Miake-Lye 2015) Pelaporan WHO di Amerika Serikat dalam “To Err Is Human, Buliding a Safer Health System” melaporkan adanya IKP (Insiden keselamatan pasien) berupa pasien jatuh dalam pelayanan rawat inap di rumah sakit, kejadian yang terjadi yaitu adanya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) sekitar 3-16% yang terjadi dirumah sakit Amerika. WHO (World Health Organization) menemukan kasus KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dengan pasien jatuh rentang 3,2-16,6% rumah sakit di berbagai negara, yaitu Amerika, Inggris, Australia, dan D e n m a r k . ( M o r s e 2 0 1 5 ) Laporan



IKP



oleh



KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien-



Rumah Sakit) di Indonesia pada bulan Januari-April 2018, menemukan bahwa adanya pelaporan kasus KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) pasien jatuh (14,41%) dan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) akibat jatuh (18,53%), dan Pasien jatuh yang mengakibatkan kejadian yang tidak di harapkan (5,15%).



Dalam Kongres Persi XXI di Jakarta pada tanggal 8 November 2018 juga melaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2017 sebesar 14%. ( D e p a r t e m e n K e s e h a t a n RI 2017) Hemodialisis (HD) merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal



stadium akhir atau End Stage Renal



Disease (ESRD) yang



memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan Hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. (Suharyanto 2019) Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Fristantia 2016) menyatakan menunjukan dari faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada lansia yang tinggal dirumah adalah gangguan jantung (p value=0,006), gangguan anggota gerak (p value=0,002), gangguan saraf (p value=0,024), gangguan penglihatan (p value=0,004), gangguan pendengaran (p value =0,007), alat bantu berjalan p value = 0,000), lingkungan (p value = 0,003. Sehingga dapat disimpulkan faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan terjadinya jatuh pada lansia. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalaui observasi dan wawancara dengan Kepala Pengelola Keperawatan Ruang Hemodialisis RSBP tanggal 3 Oktober 2020, didapatkan data bahwa Ruang HD sudah memiliki laporan kejadian jatuh pasien.



Selama tahun 2019



terdapat data laporan 18 kejadian pasien jatuh dan 2 kejadian jatuh menyebabkan



pasien cedera yang disebabkan oleh ketidak optimalnya



perawat dalam memberikan pelayanan. Ruang Hemodialisis memiliki 11 mesin dan total jumlah perawat pelaksananya adalah 7 orang.



Berdasarkan data



tanggal 3 Oktober 2020 kepada kepala ruangan di



ruangan Hemodialisis didapatkan angka kejadian jatuh selama tahun 2019 sebanyak 0.003%. Mengenai jumlah pasien di ruang Hemodialisis didapatkan total pasien 1.127 pasien dengan jumlah tindakan 5.395 yang menjalani Hemodialisis selama tahun 2019. Berdasarkan hasil observasi di ruangan pada tanggal 3 Oktober 2020, terlihat masing-masing ruangan perawatan sudah memiliki skala pengkajian resiko jatuh Morse yang ditempel di setiap ruang perawat, format pengkajian resiko jatuh pasien sudah tersedia berupa lembaran fotokopi namun belum disatukan dengan status pasien. Pasien yang beresiko jatuh tinggi diberikan pin berwarna kuning pada gelang identitas sebagai penanda bahwa pasien tersebut merupakan pasien beresiko jatuh tinggi yang sedang menjalani Hemodialisis. (Rumah Sakit Badan Penguasaan Batam 2019) Kasus jatuh pada pasien banyak ditemukan dan diteliti adalah pada lansia, namun dari hasil observasi dan studi pendahluan yang dilakukan di Ruang Hemodialisis di RSBP Batam ditemukan 0.003% resiko jatuh tidak hanya lansia. Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien HD di RSBP Batam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat peneliti yaitu apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien HD di RSBP Batam tahun 2020. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien Hemodialisis di RSBP Batam tahun 2020. 2. Tujuan Khusus



a. Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pasien HD di ruang HD RSBP. b. Untuk mengetahui gambaran penggunaan alat bantu jalan di ruang HD RSBP. c. Untuk mengetahui gambaran faktor lingkungan di ruang HD RSBP. d.



Untuk mengetahui gambaran resiko jatuh di ruang HD RSBP



e. Untuk menganalisisa hubungan fungsi kognitif dengan risiko jatuh pada pasien di ruang HD RSBP f. Untuk menganalisa hubungan penggunaan alat bantu dengan resiko jatuh di ruang HD RSBP g. Untuk menganalisa hubungan faktor lingkungan dengan resiko jatuh di ruang HD RSBP D. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi praktek keperawatan Penelitian ini dapat memberikan informasi dan literature bagi praktek keperawatan khususnya pengkajian dan pencegahan resiko jatuh pada pasien Hemodialisis. b. Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi instansi pendidikan keperawatan sebagai refrensi bacaan yang dapat digunakan sebagai acuan modul pasien safety terutama pada pencegahan resiko jatuh. c. Manfaat untuk Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Variable dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi resiko jatuh pada pasien hemodialisis di RSBP Batam. Yang menjadi



responden adalah pasien yang berusia lebih dari 18 tahun dan semua pasien yang menjalani HD rutin. Lokasi penelitian di Ruang hemodialisis diRSBP Batam. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan dari dua variabel dan menjelaskan hubungan dari kedua varibel. Metode penelitian yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan cross sectional. Penulis tertarik melakukan penelitian fenomena ini untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh, waktu penelitian bulan Januari 2021.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, biologis, dan lingkungan. Jatuh adalah penurunan keseimbangan pada seseorang akibat dari kelemahan kerja otot dan terganggunya sistem keseimbangan seperti mata, dan telinga tengah yang menyebabkan seseorang jatuh secara tiba-tiba yang tidak disengaja, (Joint Commission International (JCI) 2019) Penyebab terjadinya resiko jatuh bisa disebabkan oleh faktor intrinsik berupa riwayat jatuh sebelumnya, penurunan ketajaman penglihatan, prilaku dan sikap berjalan, sistem muskuloskeletal, status mental, penyakit akut, dan penyakit kronik. Dari segi faktor ekstrinsik bisa berupa pengobatan, kamar mandi, desain bangunan, kondisi permukaan lantai, kurang pencahayaan. 2. Pencegahan Jatuh Jatuh merupakan suatu masalah dikarenakan banyak penyebab dan faktor resiko sehingga menimbulkan suatu komplikasi yang tidak diinginkan, maka dibutuhkan suatu pencegahan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut (Miller, 2017). a. Mengindentifikasi orang-orang yang resiko jatuh b. Melakukan tindakan pencegahan yang konsisten



c. Memberikan



pendidikan



ke



semua



staf



profesional



dan



nonprofessional yang sering bertemu dengan klien yang resiko jatuh dan meningkatkan kesadaran klien untuk mencegah resiko jatuh. Cara untuk mencegah resiko jatuh menurut (Dewi 2017) yaitu: 1) Program latihan Beberapa penelitian menyebutkan latihan dapat menurunkan resiko



jatuh.



Latihan



dapat



membantu



memperbaiki



keseimbangan tubuh, kelemahan otot, gaya berjalan, yang dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dan selama latihan dilakukan 1 jam. 2) Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan adalah salah satu cara untuk mencegah jatuh.



Tujuan



modifikasi



agar



tidak



terganggu



dalam



mobilitasnya, selain itu kognitif yang baik dapat membantu untuk menentukan lingkungan yang baik untuk diri sendiri. Terganggunya kognitif memerlukan bantuan dalam melakukan modifikasi lingkungan seperti pencahayaan yang adekuat, lantai tidak licin. 3. Faktor Resiko Jatuh Faktor faktor penyebab jatuh menjadi dua kategori yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik (Ashar 2016) yaitu: a. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik yaitu faktor yang didapat dari dalam tubuh antara lain : 1) Gangguan gerak Gangguan gerak atau gangguan extrapiramidal yaitu kelainan regulasi terhadap gerakan volunter. Gerakan yang berlebihan



atau gerakan yang berkurang merupakan sindrom neurologis yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. (Ashar 2016) 2) Gangguan neurologis Gangguan neurologis yang terjadi salah satunya adalah perubahan sistem saraf pusat yang dapat mempengaruhi sistem organ lainnya. Stroke dan Trancient Iskemia Attack (TIA) merupakan



perubahan



pada



sistem



saraf



pusat



yang



mengakibatkan hemiparese yang sering menyebabkan jatuh. 3) Gangguan pengelihatan Gangguan pengelihatan akibat dari ukuran pupil yang menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang. 4) Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran diakibatkan terjadinya perubahan telinga bagian dalam. Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan organ-organ keseimbangan. Sistem vestibular, mata dan propioseptor membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Gangguan pada sistem vestibular dapat menyebabkan pusing dan vertigo yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh (Ashar, 2016). 5) Riwayat Penyakit Riwayat penyakit kronis yang diderita selama bertahun- tahun seperti penyakit dizziness, hilangnya fungsi penglihatan, penyakit stroke, hipertensi dan sinkope yang menyebabkan jatuh (Darmojo, 2009 dalam ( A s h a r 2 0 1 6 ) 6) Perubahan Fungsi Kognitif Menurut Kamus Kedokteran Dorland fungsi kognitif adalah proses pekerjaan pikiran yang bertujuan agar individu bersikap waspada akan objek pikiran atau persepsi. Kognitif



juga



mengacu pada suatu lingkup fungsi otak tingkat tinggi, termasuk kemampuan belajar, mengingat, mengatur, membuat rencana,



memecahkan



masalah,



fokus,



memelihara,



mengalihkan perhatian seperlunya, memahami, menggunakan bahasa, akurat dalam memahami lingkungan, dan melakukan perhitungan. Gangguan kognitif sangatlah umum terjadi pada pasien-pasien



CKD,



khususnya



yang



mendapat



terapi



Hemodialisis. Terdapat banyak teori yang menjelaskan penyebabnya, termasuk kelainan metabolik yang berhubungan dengan gagal ginjal, walaupun hasil dari imaging pada pasien Hemodialisis pada tahap awal CKD lebih mendukung teori mengenai penyakit vaskular sebagai faktor kontributor utama gangguan kognitif pada CKD. (Alirudin 2020) Klasifikasi Fungsi Kognitif Fungsi kognitif terdiri dari: Fungsi kognitif yang terdistribusi Fungsi yang terdistribusi adalah fungsi yang tidak terlokalisasi pada regio otak tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kedua sisi otak, seperti: a) Atensi dan konsentrasi Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan susatu stimulus tertentu, dengan mampu mengabaikan stimulus yang lain yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hubungan antara batang otak, aktivitas limbik, dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan Konsentrasi



stimulus



lain



merupakan



yang



tidak



relevan.



kemampuan



untuk



mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi



fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa, dan fungsi eksekutif. b) Memori Fungsi memori terdiri atas penerimaan dan penyedian informasi, proses penyimpanan, serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh ke dalam tiga proses



tersebut



akan



mempengaruhi



kemampuan



memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan tergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu : Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention). Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun. Memori waktunya



lama



(remote



bertahun-tahun



memory),



bahkan



seusia



rentang hidup.



Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Fungsi



yang



terlokalisir,



Fungsi



yang



terlokalisir adalah fungsi yang tergantung dari struktur dan fungsi normal dari suatu area tertentu pada suatu hemisfer serebri. Pada kebanyakan individu, hemisfer serebri kiri merupakan hemisfer yang domain untuk fungsi bahasa. Sementara untuk hemisfer nondominan, walaupun tidak semuanya



bertanggung



jawab



untuk



keterampilan



visuospasial. Pembagian lokalisasi fungsional lobus otak



: Frontal Terdiri dari fungsi intelektual yang lebih tinggi, kepribadian, mood, konduksi sosial, perilaku, area motorik, gerakan mata konjugat, dan bahasa, Temporal Terdiri dari memori, bahasa, dan jaras visual, Parietal Terdiri dari bahasa, kemampuan membaca, menulis, kalkulasi, fungsi visuospasial, fungsi sensorik yang lebih tinggi, dan jaras visual, Oksipital Terdiri dari korteks visual dan area asosiasi visual. 7) Alat Ukur Fungsi Kognitif, MoCA merupakan instrumen pemeriksaan fungsi kognitif yang dibuat oleh Nasreddine dan kolega, yang dirancang untuk mendeteksi mild cognitive impairment (MCI). MoCA terdiri dari 30 item dengan skor 1 untuk setiap item yang dinilai. MoCA menguji 8 domain kompomen kognitif yaitu atensi, konsentrasi, fungsi eksekutif, bahasa, memori, kemampuan visuokonstruksional, pemikiran konseptual, kalkulasi, dan orientasi. Memori jangka pendek diperiksa dengan kemampuan memanggil kembali kata-kata dan kemampuan visuospasial dengan tes menggambar kubus atau jam. Pemeriksaan bahasa dilakukan dengan menguji pasien degan menunjukkan gambar binatang yang kurang familiar untuk dinamai. Kekuatan dari MoCA ini terletak pada fungsinya yang dapat menditeksi penurunan fungsi kognitif yang ringan. Sementara untuk di Indonesia, pemeriksaan fungsi



kognitif



dapat



dengan



menggunakan



Montreal



Cognitive Assessment – versi Indonesia (MoCA –Ina). MoCA- Ina merupakan instrumen penelitian yang terbukti valid dan reliable yang dapat dilakukan di masyarakat Indonesia.(Hasmi 2017)



b. Faktor Ekstrinsik Faktor yang didapat dari luar tubuh atau dari lingkungan sekitar antara lain: 1) Alat Bantu Jalan Penggunaan alat bantu berjalan seperti walker, togkat, kursi roda, kruk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan jatuh karena mempengaruhi fungsi keseimbangan tubuh (Centers For Disaster Control and Prevention, CDC 2014 dalam Ashar 2016). 2) Lingkungan Lingkungan merupakan faktor ekstrinsik dalam resiko jatuh atau keadaan yang dapat mendukung dan membahayakan kehidupan. Lingkungan yang sering membahayakan adalah lingkungan yang dapat meningkatkan resiko jatuh seperti, tempat tidur yang tinggi, alat rumah tangga yang berserakan, penerangan yang tidak baik, lantai yang licin. (Suryani 2018) 3) Aktivitas Aktivitas dapat dilakukan sehari-hari, kemampuan beraktivitas sangat penting dilakukan untuk melihat kemandirian, seperti olahraga, melakukan hobi, naik turun tangga, berjalan, dan lain-lain sering mengalami jatuh sebagian besar disebabkan karena memiliki aktivitas sehari hari dengan rentang tingkat ketergantungan atau kurang aktivitas (Suryani, 2018). 4. Morse Fall Scale (MFS) Morse fall scale (MFS) adalah skala untuk mengindentifikasi pasien yang berisiko jatuh. Dengan menghitung skor MFS pada pasien dapat ditentukan risiko jatuh dari pasien tersebut, sehingga dapat ditentukan upaya pencegahan yang dilakukan. Skala ini termasuk mudah dan cepat



digunakan sehingga sekitar 82,9% perawat menggunakannya untuk menilai risiko jatuh pada pasien yang melakukan rawat inap maupun rawat jalan. MFS memiliki 6 point pertanyaan yang meliputi riwayat jatuh 3 bulan terakhir, diagnosa skunder, alat bantu jalan, terapi intravena, gaya berjalan atau cara berpindah, dan status mental, dimana setiap point memiliki skor yang berbeda-beda dengan jumlah skor 135. penghitungan skala MFS membutuhkan waktu sekitar 3 menit dengan enam pertanyaan dan sudah teruji tingkat validitasnya (Morse, 2015). a. 0-24



: tidak berisiko jatuh



b. 25-50



: risiko rendah



c. ≥ 51



: risiko tinggi untuk jatuh



5. Konsep Hemodialisis 1. Pengertian Hemodialisis Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan Hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto 2019) Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal ginjal kronis, Hemodialisis akan mencegah



kematian.



Hemodialisis



tidak



menyembuhkan



atau



memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya



aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Brunner 2016) 2. Tujuan Hemodialisis Terapi Hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang. (Suharyanto 2019) Dialisis didefinisikan sebagai difusi molekul dalam cairan yang melalui membran semipermeabel sesuai dengan gradien konsentrasi elektrokimia. Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi zat terlarut dan berat molekul merupakan penentu utama laju difusi. Molekul kecil, seperti urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang kompleks serta molekul besar, seperti fosfat, β2microglobulin, dan albumin, dan zat terlarut yang terikat protein seperti pcresol, lebih lambat berdifusi. Disamping difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di membran dengan bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik dan osmotik – sebuah proses yang dinamakan ultrafiltrasi (Cahyaning 2015)



Ultrafiltrasi saat berlangsung, tidak ada perubahan dalam konsentrasi zat terlarut; tujuan utama dari ultrafiltrasi ini adalah untuk membuang kelebihan cairan tubuh total. Sesi tiap dialisis, status fisiologis pasien harus diperiksa agar peresepan dialisis dapat disesuaikan dengan tujuan untuk masing-masing sesi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatukan komponen peresepan dialisis yang terpisah namun berkaitan untuk mencapai laju dan jumlah keseluruhan pembuangan cairan dan zat terlarut yang diinginkan. Dialisis ditujukan untuk menghilangkan komplek gejala (symptoms) yang dikenal sebagai sindrom uremi (uremic syndrome), walaupun sulit membuktikan bahwa disfungsi sel ataupun organ tertentu merupakan penyebab dari akumulasi zat terlarut tertentu pada kasus uremia (Lindley 2015) 3. Prinsip Kerja Hemodialisis Aliran darah pada Hemodialisis yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus. (Brunner 2016) Tiga prinsip yang mendasari kerja Hemodialisis, yaitu difusi, osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. (Lavey 2017) Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam



tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. (Elizabeth 2015).



4. Penalatalaksanaan Hemodialisis Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai upaya



memperpanjang



usia



penderita.Hemodialisis



tidak



dapat



menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi Hemodialisis dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal. Pasien Hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien Hemodialisis. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2018).



Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Resiko timbulnya efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan. 5. Komplikasi Komplikasi terapi dialisis mencakup beberapa hal seperti hipotensi, emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus. Masing – masing dari point tersebut (hipotensi, emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus) disebabkan oleh beberapa faktor. Hipotensi terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan. Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisis natrium, penyakit jantung, aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan berat cairan. Emboli udara terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien. (Hudak 2017) Nyeri dada dapat terjadi karena PCO₂ menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh, sedangkan gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat. Pruritus terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit. (Smeltzer 2016) Terapi Hemodialisis juga dapat mengakibatkan komplikasi sindrom disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi komplemen akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut jarang terjadi. (Brunner 2016) B. Kerangka Teori



faktor-faktor yang mempengaruhi riisko jatuh : Hemodialis



1. Faktor Intrinsik a. Riwayat penyakit b. Gangguan pendengaran c. Gangguan Penglihatan d. Fungsi Kognitif 2. Faktor Intrinsik a. Alat Bantu Jalan b. Lingkungan



Risiko Jatuh



Skema 2.1 (Brunner 2016; Dewi 2017; Yap 2016) C. Kerangka Konsep HEMODIALISIS



Faktor Ektrinsik: Alat Bantu Jalan



Faktor Intrinsik: Fungsi Kognitif



Faktor Lingkungan



Risiko Jatuh



: Variabel yang diteliti



Skema 2.2



D. Hipotesis Hα : Ada hubungan faktor- faktor dengan risiko jatuh H○ : Tidak ada hubungan faktor-faktor dengan risiko jatuh



E. Definisi Operasional Variabel



Definisi Oprasional



Cara ukur



Alat ukur



Skala ukur



Hasil ukur



Variabel independe nt 1



Kognitif



Lingkup



fungsi



otak



Wawancara



Kuesioner



Ordinal



1.



Kognitif



tinggkat tinggi, termasuk



dan



terganggu



kemampuan



kuesioner



(total skor



mengingat,



belajar, mengatur,



0-25)



merencana, memecahkan masalah,



2.



fokus,



(total skor



memelihara, mengalihkan perhatian



Normal 26-30)



seperlunya,



memahami menggunakan



dan bahasa,



akurat dalam memahami lingkungan, 2



dan



Alat



melakukan perhitungan. Alat bantu yang



Wawancara



Bantu



digunakan pasien



dan



beresiko



Jalan



Hemodialisis untuk



kuesioner



5 Tidak beresiko



menimbulkan resiko



5



4



Variabel



Jatuh merupakan suatu



depende



masalah dikarenakan



nt:



banyak penyebab dan



Resiko



faktor resiko sehingga



Jatuh



menimbulkan suatu komplikasi yang tidak diinginkan



Wawancara dan kuesioner



Kuesioner



Ordinal



1.



Tidak berisiko jatuh 0-24



2.



Resiko rendah 25- 50



3. Resiko tinggi : ≥50



BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan dari dua variabel dan menjelaskan hubungan dari kedua varibel. Metode penelitian yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan cross sectional, penelitian cross sectional yaitu penelitian yang menggunakan variabel dependent dan independent yang dilakukan observasi atau pengukuran sekali saja (Notoatmodjo, 2016). B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian adalah objek yang akan diteliti yang sudah memiliki karakteristik yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Dharma 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasien Hemodialisis yang melakukan pengobatan yang rata-rata perbulan berjumlah 40 pasien. 2. Sampel Sempel dalam penelitian ini diambil dari populasi yaitu pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam sebanyak 40 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Total Sampling



adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. 40 sampel tersebut berumur rata-rata lebih dari 17 tahun dan dibawah 60 tahun dan sedang menjalani Hemodialisis.



C. Lokasi dan Waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Ruang HD di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam Tahun 2020. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2021. D. Alat penggumpulan Penelitian Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument untuk pengambilan data. Terdapat kuesioner data demografi, kuesioner faktor instrinsik yang terdiri kuesioner kognitif. Kuesioner faktor ekstrinsik terdiri dari kuesioner alat bantu jalan dan faktor lingkungan, dan kuesioner resiko jatuh. Berikut adalah gambaran dan penjelasana dari ke empat kuesioner tersebut :. Kuesioner penelitian meliputi : 1. Kuesioner 1, berisi tentang Data demografi berisi data demografi responden.



Data



demograpi



bertujuan



untuk



mengidentifikasi



karakteristik responden yang meliputi: pasien, yang jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan. 2. Kuesioner 2, Kuesioner diadaptasi dari penelitian Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Pasien Hemodialisis Kronik yang dilakukan oleh. (Hasmi 2017) Instrumen pemeriksaan MoCA (Montreal Cognitive Assessment) mempunyai sensitivitas lebih tinggi dari pemeriksaan kognitif lainnya. Selain itu,



pemeriksaan MoCA juga mudah dilakukan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. MoCA terdiri atas 8 domain komponen (30 item): 1) Visuospasial eksekutif. a. Menghubunkan garis 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E. b. Membuat gambar kubus. c. Membuat jam (tepat bentuk, angka, dan jarum jam). 2)



Penamaan Mampu menyebutkan nama binatang sesuai gambar (gajah, badak, dan unta).



3) Memori Membaca kata yang diinstruksikan kemudian diulangi 2 kali. 4) Atensi a) Mengulang urutan angka dari awal dan terbalik. b) Mengurangkan secara berurutan dengan angka 7 (serial 7s). c) Mengetuk / bertepuk tangan saat huruf A dibacakan. 5)



Bahasa



Mengulang



kalimat



yang



disampaikan



dan



menyebutkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf S. 6) Abstraksi Mengetahui kemiripan beberapa benda. 7) Delayed recall Menyebutkan kembali kata – kata yang telah diingat sebelumnya. 8) Orientasi Menyebutkan tanggal, bulan,tahun, hari, tempat, dan kota dengan tepat. Nilai maksimal sebesar 30. Nilai total terakhir



26



atau



lebih



dianggap



normal.



Instrumen



pemeriksaan MoCA – Ina telah direkomendasikan sebagai pemeriksaan baku untuk skrining fungsi kognitif pada pasien PGK yang menjalani Hemodialisis.



3. Kuesioner 3, Kuesioner diadaptasi dari penelitian (Rohima 2020)



mengenai Faktor Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor . Kuesioner Faktor Ekstrinsik yaitu Alat Bantu Jalan dan Lingkungan. Kuesioner



yang



digunakan



untuk



melihat faktor ekstrinsik merupakan adopsi dari penelitian Sutomo (2016). Faktor ekstrinsik terdiri dari dua kuesioner yaitu kuesioner alat bantu jalan yang terdiri dari 7 pertanyaan , yang memiliki interpretasi ada dan tidak ada, dan keusioner faktor lingkungan yang terdiri dari 10 pertanyaan, dikatakan baik apabila nilai < 5 dan tidak baik ≥ 5 . Kuesioner ini termasuk dalam skala guttman karena memiliki dua jawaban “ya” dan “tidak”. 4. Kuisioner 4, Kuesioner Morse Fall Scale (MFS) dengan 6 komponen soal. Selanjutnya data yang diperoleh dikategorikan menjadi: a. Tidak Resiko Jatuh jika responden memiliki 0-24 b. Resiko Jatuh Rendah jika responden memiliki 25-50 c. Resiko Jatuh Tinggi jika responden memiliki ≥50 E. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkatan suatu instrument. Sebuah instrument dilakukan valid apabila dapat menggungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan menentukan validitas pengukuran instrument yaitu : relevensi isi, instrument disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrument penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrument yang disusun sesuai dengan tinjauan pustaka.



a. Validitas MoCA (Montreal Cognitive Assessment) Uji Validitas visuospasial nilai r = 0,657 dan p = 0,002 ; penamaan nilai r = 0,800 dan p = 0,000; atensi nilai r = 0,611 dan p = 0,004; bahasa nilai r = 0,812 dan p = 0,000; abstraksi nilai r = 0,650 dan p = 0,052; delayed recall nilai r = 0,650 dan 0,002; orientasi nilai r = -0,263 dan p = 0,263 dan validitas Moca-Ina nilai r = 0,529 dan p = 0,046 dengan demikian instrument Moca-Ina dinyatakan valid untuk digunakan untuk pemeriksaan kognitif pasien. (Hasmi 2017) b. Validitas Faktor Ektrinsik, Kuesioner diadaptasi dan diuji validitas instrumen dilakukan dosen pakar di bidang ilmu keperawatan gerontik dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sedangkan uji reliabilitas dilakukan terhadap 20 orang lansia berbeda dengan sampel penelitian, menggunakan analisis KR-21. (Panentu 2013) c. Validitas Morse fall scale (MFS) Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan dengan menggunakan skala ukur yang adaptasi dari STRATIFY dalam setting di Monash Health Australia dan sudah diuji validitas yang dilakukan di Indonesia yaitu di RS PKU Muhammadiyah Gamping. (Yap 2016) 2. Uji Reabilitas Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelumnya melakukan penelitian, menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji reabilitas instrument bertujuan untuk megetahui seberapa besar derajat alat ukur yang memberikan hasil yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama. a. Reabilitas MoCA (Montreal Cognitive Assessment)



Berdasarkan tabel 21 uji relibilitas MocaIna dengan test-retest menggunakan uji korelasi person didapatkan nilai r = 0,963 dan p = 0,000 dengan demikian Moca-Ina dinyatakan reliabel untuk digunakan untuk memeriksa kognitif pada pasien pasca stroke fase recovery. b. Reabilitas Faktor Ektrinsik Hasil uji reliabilitas adalah 73 sehingga instrumen layak digunakan. c. Reabilitas Morse fall scale (MFS) Uji reabilitas ini dilakukan terhadap responden yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian dengan menggunakan metode berdasarkan Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping nomor 1636/SK.3.2/X/2016 tentang Panduan Manajemen Resiko Pasien Jatuh, RS PKU Muhammadiyah Gamping. Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap responden yang memenihi kriteria sampel penelitian kemudian jawaban dari responden diolah menggunakan komputerisasi. nilai reliabilitas koefisien 0,8. F. Prosedur pengumpulan data 1. Cara pengumpulan data a. Data primer Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara yang disusun untuk mendapatkan informasi yang ingin diketahui sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: tingkat resiko jatuh pasien HD. Data diperoleh dengan cara wawancara oleh responden. b. Data sekunder Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam. 2. Prosedur pengambilan data



a. Pengajuan judul dan pembuatan ringkasan penelitian dan disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 kemudian diserahkan kepada kepala program studi b. Setelah disetujui peneliti mengurus surat permohonan permintaan data ke STIKes Awal Bros Batam dan didapatkan sebanyak 2 surat yang akan dilakukan ke Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam. c. Setelah mendapatkan surat, peneliti menyampaikan surat dan proposal permohonan permintahaan data pertama ke Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam di ruang Hemodialisis untuk studi pendahuluan d. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui jumlah pasien Hemodialisis pada tahun 2020 di Rumah Sakit Badan Pengusaan Batam. e. Setelah melakukan survey, peneliti mulai menyusun proposal dan membuaat kuesioner untuk digunakan pada saat penelitian f. Setelah dilakukan sidang proposal dan proposal dinyatakan dapat dilanjutkan ke penelitian oleh dewan penguji, peneliti mengurus surat permohonan melakukan penelitian ke STIKes Awal Bros Batam. g. Setelah izin didapatkan lalu peneliti melakukan pada bulan Desember-Januari 2021, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 40 responden yang berada di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam ruang Hemodialisis. h. Setelah penelitian selesai dilakukan lalu peneliti memberikan kembali kuesioner dan semua kuesioner terjawab dengan baik lalu peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data untuk mendapatkan hasil yang di inginkan



i. Setelah hasil pengolahan data didapatkan, peneliti mulai menyusun skripsi dari pendahuluan sampai kesimpulan saran serta membuat master table. G. Rencana Analisa Data 1. Metode Pengolahan Data Peneliti melakukan oleh data menggunakan computer. Adapun langkahlangkah dalam pengolahan data dengan media elektronik computer yaitu sebagai berikut : a. Editing (Pemyunting Data) Editing merupakan suatu upaya atau proses untuk memeriksa kembali terkait kebenaran data seperti wawancara, kuesioner, atau pengamatan lapangan yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Cording (pemberian kode) Cording atau pengkodein dilakukan setelah semua kuesioner selesai diedit atau disunting. Coding dilakukan dengan cara mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini berguna dalam memasukkan data (data entry). Untuk kuesioner variabel Pada kuesioner faktoor ektrinsik dan resiko jatuh diberi kode 1 dengan jawaban ya dan 0 dengan jawaban tidak. c. Processing atau Data Entry (Memasukkan Data) Data merupakan jawaban dari masing-masing responden yang sudah diubah ke dalam bentuk kode (angka atau huruf) yang dimasukkan kedalam program atau software computer. Software yang digunakan dalam proses memasukkan data ini merupakan paket program SPPS. Dalam proses ini, peneliti dituntut untuk teliti dalam memasukkan data karena apabila tidak teliti, maka akan terjadi biasa meskipun itu hanya memasukkan data saja. d. Clening (Pembersihan Data)



Perlu dilakukan pengecekan ulang untuk melihat adakah kemungkinan adannya kesalahan dalam pemberian kode, data yang tidak lengkap, dan sebagainya apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan. Setelah dilakukan pengecekan ulang, maka perlu dilakukan pembetulan atau korelasi, proses ini disebut dengan data cleaning (pembersihan data). 2. Analisis Data a. Analisis Univeriat Data yang didapatkan diolah manual dan dianalisa secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang fumgsi kognitif, penggunaan alat bantu, lingkungan dan resiko jatuh. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan variabel independent dan dependent. Uji statistic yang digunakan adalah Spearmen karena variabel dependen dan independen berupa Ordinal-ordinal. Jika nilai sig 5 C. Kuesioner Montreal Cognitive Assessment (Moca)



INSTRUKSI DAN SKORING MoCA- Ina Montreal Cognitive Assessment (Moca) dirancang sebagai instrumen skrining cepat untuk memeriksa disfungsi kognitif ringan. Ini menilai domain kognitif yang berbeda



diantaranya; perhitungan perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif, memori, bahasa, keterampilan konstruksi visual, berpikir konseptual dan orientasi. Waktu yang digunakan dalam test ini adalah sekitar 10 menit. Nilai total maksimal yang diperoleh adalah 30 poin, skor >26 dianggap wajar. 1.



VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (I) Administrasi: pemeriksa memerintahkan subjek: "Tariklah garis dimulai dari nomor ke huruf secara berurutan seperti contoh. Mulailah di sini. [Menunjuk ke (1)] dan menarik garis dari 1 maka ke A kemudian ke 2 dan seterusnya. berakhir di sini [menunjuk ke (E)]. " Skor: Berikan satu poin jika subjek berhasil menarik pola berikut: 1– A– 2 – B - 3 – C - 4 – D - 5 – E, tanpa membuat garis yang memotong. Setiap kesalahan yang tidak segera dikoreksi, akan dinilai dari 0.



2. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (KUBUS): Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut, (sambil menunjuk ke kubus): "Salinlah gambar ini semirip mungkin, pada bagian yang kosong di bawah". Skor : Salah satu titik yang dialokasikan untuk gambar dengan benar dieksekusi. 



Gambar harus tiga-dimensi







Semua garis yang ditarik







Tidak ada baris yang ditambahkan ataupun di ulang.







Hasil garis yang dibuat relatif paralel dengan panjang sama (prisma empat persegi panjang yang diterima) titik A tidak ditetapkan jika salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi.



3. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (JAM): Administrasi: Tunjukkan ruang/bagian ketiga (di sebelah kanan) dan berikan instruksi berikut: "Gambarlah sebuah jam yang menunjukkan pukul 11.10 lengkap dengan angkanya. ". Skor: Berikan satu poin untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:







Contour (1 poin):. Gambar jam yang harus berupa lingkaran ( kesalahan kecil dapat dimaklumi, misalnya ketidaksempurnaan sedikit pada penutupan lingkaran);







Angka (1 poin):. Semua nomor jam yang harus ada dan tanpa nomor tambahan; angka harus berada dalam urutan yang benar dan sesuai penempatannya; angka Romawi dapat diterima; nomor dapat ditempatkan di luar lingkaran kontur ;







Tangan (1 poin):. Harus ada dua jarum jam yang menunjukkan waktu yang tepat, jarum jam harus jelas lebih pendek dari sisi menit; dan pangkal harus berpusat di tengah lingkaran. Point nilai tidak akan diberikan bila satupun dari ketiga kriteria diatas tidak terpenuhi.



4. PENAMAAN: Administrasi: Dimulai dari gambar di sebelah kiri, sambil menunjuk gambar satu persatu sambil mengatakan “Sebutkan, binatang apakah ini?” Skor : Satu poin untuk tiap gambar yang direspon benar (1) Unta; (2) Badak; (3) Gajah. 5. MEMORI: Administrasi: pemeriksa membaca daftar dari 5 kata yang tersedia secara berurutan dengan jeda waktu satu detik dari kata satu ke berikutnya, kemudian berikan instruksi sebagai berikut: "Ini adalah tes memori. Saya akan membacakan daftar kata yang akan Anda harus ingat sekarang dan nanti. Dengar baik-baik. Ketika saya selesai, ulangi kata-kata yang Anda ingat". Cek kembali kata-kata yang di ulangi subjek (pasien). Apabila subjek menunjukkan bahwa ia telah selesai atau tidak dapat mengingat kata-kata lebih lanjut, bacalah daftar kata untuk kedua kalinya dengan instruksi berikut: "Saya akan membacakan daftar yang sama untuk kedua kalinya. Cobalah untuk mengingat dan mengatakan kembali kata-kata sebanyak yang Anda bisa, termasuk katakata Anda mengatakan pertama kali” Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap kata yang benar. Pada akhir test kedua,



informasikan kepada subjek bahwa ia akan diminta untuk mengingat kata-kata lagi dengan mengatakan, "Saya akan meminta Anda untuk mengingat katakata lagi pada akhir test." Skor: Tidak ada poin diberikan untuk test pertama dan kedua. 6. ATENSI: Forward Digit Span (Baca daftar angka): Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Saya akan mengatakan beberapa angka dan ketika saya selesai, ulangi persis angka-angka tadi seperti yang telah saya sebutkan". Baca urutan angka pertama dengan intonasi datar dan jeda satu detik tiap angkanya. Backward Digit Span: Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka lagi, tapi ketika saya selesai, Anda harus mengulangi kepada saya dalam urutan mundur/terbalik" Baca urutan angka kedua dengan intonasi datar dan jeda satu detik tiap angkanya. Skor: Berikan satu poin untuk setiap urutan yang benar. (contoh: jawaban yang benar untuk urutan dari belakang adalah 2-4-7). Daftar Huruf: Administrasi: pemeriksa membaca daftar urutan huruf pada kecepatan konstan, setelah memberikan instruksi berikut: "Saya akan membaca urutan huruf. Setiap kali saya mengatakan huruf A, ketukkan tangan Anda sekali. Jika saya mengatakan huruf yang berbeda, jangan buat ketukan ". Skor: Berikan satu poin bila kesalahan terjadi maksimal satukali (error adalah ketukan di huruf yang salah atau kegagalan untuk mengetuk pada huruf A). 7s Series (Pengurangan Angka 7): Administrasi : pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sekarang, saya akan meminta Anda untuk menghitung, pengurangan berurutan dengan angka 7, dimulai dari 100, dan kemudian terus dikurangi tujuh dari jawaban Anda sampai saya memberitahu Anda untuk berhenti" Berikan pengulangan instruksi ini dua kali jika perlu.



Skor: Sub test ini memiliki nilai maksimal 3 poin bila jawaban benar > 4; Berikan 2 poin bila 2 atau 3 jawaban benar; nilai 1 poin untuk 1 jawaban benar; dan 0 (nol) bila tidak satupun jawaban benar. Sebagai contoh, seorang peserta dapat menjawab "92-85 - 78-71 - 64" mana "92" tidak benar, tapi semua nomor berikutnya akan dikurangi dengan benar. Ini adalah salah satu kesalahan dan item tersebut akan diberi skor 3. 7. PENGULANGAN KALIMAT: Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan membacakan kalimat. Ulangi persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Wati membantu saya menyapu lantai hari ini" (Setelah respon) lanjutkan pada kalimat ke dua, dengan instruksi: "Sekarang saya akan membacakan kalimat lain. Ulangi setelah saya, persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang." Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kalimat diulang dengan benar. Pengulangan harus sama persis. Waspada untuk kesalahan karena kelalaian (misalnya, dengan mengabaikan "ketika", "ini") dan substitusi / penambahan (misalnya, "menyapu lantai pada hari ini;" menggantikan atau mengubah bentuk jamak, dll ) 8.



VERBAL FLUENCY: Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sebutkan kata-kata sebanyak mungkin ang dimulai dengan huruf tertentu yang saya akan memberitahu Anda dalam sekejap. Anda dapat mengatakan apa saja kata yang Anda inginkan, kecuali Kata benda (seperti nama orang atau hewan, dll), angka, atau kata-kata yang dimulai dengan suara yang sama namun memiliki akhiran yang berbeda. Aku akan memberitahu Anda untuk berhenti setelah satu menit. Apakah Anda siap? [Jeda] Sekarang, sebutkan kata-kata sebanyak yang yang dimulai dengan huruf F. [waktu selama 60] sec. Berhenti. " Skor: Berikan satu poin jika subjeknya menghasilkan 11 kata atau lebih dalam 60 detik.



9. ABSTRAKSI: Administrasi: pemeriksa meminta subyek untuk menjelaskan apa kesamaan yang dimiliki masing-masing pasangan kata yang akan disebutkan, dimulai dengan contoh: "Katakan kepada saya apa kemiripan antara pisang dan jeruk?". Jika jawaban subyek yang diberikan kurang tepat, ulangi instruksi sebelumnya dengan mengatakan: "Berikan kemiripan lainnya". Jika subjek tidak memberikan respon yang sesuai (buah), pemeriksa mengatakan, "Ya, keduanya sama-sama buah" Jangan memberikan petunjuk tambahan atau klarifikasi.. Setelah percobaan atau contoh, berikan instruksi berikutnya: "Sekarang, sebutkan kemiripan antara kereta api dan sepeda". Berikut respon, selanjutnya untuk soal kedua, instruksikan: "Selanjutnya sebutkan kemiripan antara jam tangan dengan penggaris". Pemeriksa dilarang memberikan petunjuk tambahan atau kata kunci. Skor: Hanya dua soal terakhir yang dinilai. Beri 1 poin untuk masing-masing pasangan menjawab soal dengan benar. Respon berikut dapat diterima: a. Kereta-sepeda = sarana transportasi, sarana perjalanan; b. Jam tangan-penggaris = alat ukur, digunakan untuk mengukur. Respon berikut ini tidak dapat diterima: a. Kereta-sepeda = mereka memiliki roda; b. Jam tangan-watch = mereka memiliki nomor. 10. INGATAN TERTUNDA (Delayed Recall): Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan membacakan beberapa kata kepada Anda sebelumnya, tugas anda adalah mengingat kata-kata yang telah saya sebutkan dan kemudian mengulanginya kembali kata-kata tersebut”. Buatlah tanda cek (√) untuk setiap kata-kata yang dapat ingat dan disebutkan secara spontan tanpa isyarat. Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kata-kata yang berhasil diingat dan di sebutkan dengan benar tanpa petunjuk ataupun kata kunci.



Optional: Setelah percobaan sub test delayed recall, berikan motivasi pada subjek dengan memberikan kata kunci (clue) sesuai dengan petunjuk yang disediakan di bawah ini untuk tiap kata-kata yang sama sekali sulit diingat oleh subjek. Berikan tanda (√) pada kolom, untuk tiap kata yang dapat diingat dan disebutkan dengan benar setelah subjek diberikan bantuan kata kunci. Bila dengan cara ini subjek tetap sulit mengingat kata yang telah disebutkan, berikan bantuan terakhir dengan pilihan jawaban menggunakan instruksi:, "Manakah di antara kata-kata berikut yang termasuk jawaban kata tadi, HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?" Gunakan kategori berikut dan / atau isyarat pilihan ganda untuk setiap kata, bila sesuai: WAJAH :bantuan kategori: bagian tubuh pilihan: hidung, wajah, tangan SUTERA :bantuan Kategori: jenis bahan pilihan: jeans, katun, sutera MASJID :bantuan kategori: jenis bangunan pilihan: masjid, sekolah, rumah sakit ANGGREK:bantuan kategori: jenis bunga pilihan: anggrek, aster, tulip MERAH :bantuan kategori: warna pilihan : merah, biru, hijau Skor: Tidak ada poin untuk jawaban yang diberikan dengan bantuan. Kata kunci ataupun bantuan digunakan untuk tujuan informasi klinis saja dan dapat memberikan informasi tambahan pada pemeriksa tentang jenis gangguan memori. Untuk memori deficit karena kegagalan proses encoding, pemberian bantuan kata kunci tidak perpengaruh pada performance. 11. Orientasi: Administrasi: Pemeriksa memberikan instruksi "Katakan tanggal berapa sekarang/hari ini". Jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka segera lanjutkan instruksi: "Katakan pada saya (bulan, tahun, dan hari]" Kemudian katakan: "Sekarang, ceritakan dimanakan kita sekarang(tempat dan kota). Skor: Berikan satu poin untuk setiap item/soal yang dijawab dengan benar. Subjek harus menyebutkan tanggal dan nama tempat dengan tepat (nama



rumah sakit, klinik, kantor). Poin/nilai tidak diberikan bila subjek salah dalam menjawab soal. TOTAL SKOR: Jumlahkan semua sub scores yang tercantum di sisi kanan. Tambahkan satu poin bagi subjek yang memiliki latar belakang pendidikan formal kurang dari 12 tahun. Skor maksimal yang dihasilkan adalah 30, untuk skor total > 26 adalah normal (tidak ada gangguan).



D. Kuesinoner Skala Resiko Jatuh Morse fall scale (MFS) Parameter Riwayat jatuh: apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir Diagnosa skunder: apakah memiliki lebih dari satu penyakit Alat bantu jalan



Tidak Ya



Status/Keadaan



Skor 0 15



Tidak Ya



0 15



Bed rest/dibntu perawat Kruk/tongkat/walker Berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari,meja) Tidak Ya



0 10 30



Terapi intravrna: apakah saat ini terpasang infus cara Normal/bed rest/immobile (tidak dapat Gaya berjalan/ bergerak sendiri) berpindah Lemah (tidak bertenaga) Gangguan/ tidak normal (pincang/diseret) Pasien menyadari kondisi dirinya Status mental Pasien mengalami keterbatasan daya ingat Total



0 20 0 10 20 0 15



E. Surat Izin Penelitian



F. Surat Jawaban Izin Penelitian



G. Lembar Konsultasi Proposal



No 1. 2.



Hari/Tanggal 05 Oktober 2020 08 Oktober 2020



Materi Konsultasi Konsul Judul Konsul BAB 1



Hasil Konsultasi ACC Judul a) Perbaiki latar belakang masalah dan rumusan masalah



3.



14 Oktober 2020



Konsul BAB 1



b) Pertajam fenomena a) ACC latar belakang dan Rumusan masalah b) Perbaiki tujuan penelitian dan



4. 5.



01 November 2020 17 November 2020



Konsul BAB 1 Konsul BAB 1`



ruang lingkup Perbaiki tujuan khusus a) ACC Bab 1 b) Lanjutkan Bab 2



6.



25 November 2020



Konsul BAB 2



dan 3 a) Kurangi landasan teori yang berkaitan dengan Hdnya b) Tambahkan teori tentang resiko



7.



07 Desember 2020



Konsul BAB 2



jatuh a) ACC Bab 2



dab 3



b) Ganti instrumen lansia ke instrumen



TandaTangan Pembimbing



kognitif untuk 8. 9.



16 Desember 2020 18 Desember 2020



10. 24 Desember 2020



Konsul Kuisioner Konsul Kuisioner



keseluruhan Konsul BAB 1,2 a) Kembalikan Bab 1 dan 3



11. 26 Desember 2020



semua usia ACC Kuisioner ACC kuisioner



seperti semula



b) Bab 2 dan 3 ACC Konsul BAB 1,2 ACC untuk ujian dan 3



proposal