Borang UKM Aning [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Balita Di Posyandu Balita Parak Juar Latar Belakang Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita, KVA (Kekurangan Vitamin A) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, serta mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan. Adapun alasan mengapa kekurangan vitamin A masih dianggap sebagai suatu masalah ialah karena penyakit ini masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda), kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi. Cakupan suplementasi vitamin A pada anak pra sekolah di Indonesia sebesar 81,70% dengan jumlah anak pra sekolah yang memperoleh vitamin A sebanyak 15.068.779 anak. Cakupan ini secara nasional sudah memenuhi standar yaitu 80% sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010. Namun pada beberapa provinsi cakupan suplementasi vitamin A-nya masih tergolong rendah. Ditambah lagi cakupan tahun 2010 merupakan yang paling rendah selama empat tahun terakhir untuk pemberian vitamin A pada anak pra sekolah. Permasalahan



  



Bayi berusia 6 – 11 bulan di Kabupaten Tanah Datar berjumlah 6,151 orang, yang mendapatkan vitamin A hanya 3,026 ( 49.20%) orang Balita berusia 12 – 59 bulan di Kabupaten Tanah Datar berjumlah 25,333 anak, yang mendapatkan vitamin A 19,191 (75.75%) anak Cakupan ini secara nasional belum memenuhi standar yaitu 80% sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010



Rencana  



Memberikan penyuluhan pentingnya vitamin A bagi kesehatan anak Memberikan vitamin A pada bayi dan anak balita



Intervensi Pada kegiatan posyandu balita Parak Juar tanggal 13 Agustus 2019, telah dilakukan pemberian penyuluhan tentang pentingnya vitamin A bagi anak kepada orang tua, dan dilakukan pemberian vitamin A sesuai kebutuhan berdasarkan umur kepada setiap anak yang datang ke posyandu balita baringin.



Evaluasi  



Kegiatan posyandu balita di Parak Juar dilakukan tiap bulan, sehingga dapat dilakukan pemantauan status gizi balita Diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anaknya sehingga dengan suka rela datang ke posyandu balita tiap bulan



BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS) PADA SISWA KELAS 1 SD SE KEC.LIMA KAUM



Latar belakang Penyakit Campak (measles) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus paramiksovirus Gejala dari penyakit ini ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini penularan infeksi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Vaksin Campak diberikan pada anak kelas satu SD atau sederajat (MI/SDLB), pemberian vaksin ini merupakan imunisasi ulang atau booster untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan terhadap penyakit campak. Setiap tahun BIAS dilaksanakan pada bulan Agustus untuk Campak. Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di antaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Permasalahan Jumlah kasus campak diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan Perencanaan dan pemilihan intervensi Sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi campak Melaksanakan imunisasi campak pada SD negeri ataupun swasta yang ada di kecamatan lima kaum Pelaksanaan Kegiatan BIAS dilaksanakan dari tanggal 19 agustus 2019 hingga 28 agustus 2019 dengan target sasaran siswa kelas 1 seluruh SD di kecamatan Lima Kaum Monitoring dan evaluasi



Pada pelaksanaanya berjalan cukup lancar karena adanya peran aktif sekolah dalam pelaksanaan ini ,namun ada beberapa sekolah yang lupa dalam koordinasi dengan orang tua siswa mengenai pelaksanaan imunisasi sehingga hari pelaksanaan menjadi tertunda Masih banyak orang tua siswa yang tidak setuju untuk dilaksanakan imunisasi pada anaknya dengan berbagai alas an terutama karena adanya isu yang berkembang mengenai vaksin itu sehingga diperlukan adanya penyuluhan terhadap orang tua. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Pada Remaja Putri Di Kecamatan Lima Kaum Latar belakang Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil. Permasalahan Tingginya angka anemia pada remaja putri karena kurangnya asupan zat besi akibat pengetahuan yang kurang , kurangnya asupan makanan selama masa remaja karena takut kegemukan dan pertumbuhan masa remaja yang aktif namun tidak diimbangi dengan asupan yang memadai



Perencanaan dan pemilihan intervensi Sosialisasi tentang anemia dan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Pelaksanaan



Kegiatan dilaksanakan tanggal 20 Agustus 2019 di MAN 2 Batusangkar, diikuti siswi perwakilan masing masing kelas, diharapkan perwakilan masing masing kelas dapat membagikan ilmu yang didapat pada teman temannya. Minum TTD dilaksanakan serentak pada hari Kamis saat acara muhadarah pagi. Monitoring dan evaluasi Kegiatan sudah berjalan dengan baik, sekolah menerima baik kegiatan ini dan siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan



Pemberian Obat Cacing Pada Balita Di Posyandu Balita Balai Labuah Bawah Latar Belakang Cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi penyakit cacingan berkisar 60% - 90% tergantung lokasi, higine, sanitasi peribadi dan lingkungan penderita. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia selain higine dan sanitasi yang rendah sehingga menjadi lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing. Infeksi cacing usus merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini, akan menghambat pertumbuhan fisik, perkembangan, dan kecerdasan bagi anak yang terinfeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar merupakan golongan yang sering terkena infeksi cacing usus karena sering berhubungan dengan tanah. Kebiasaan hidup kurang higienis menyebabkan angka terjadinya penyakit masih cukup tinggi. Permasalahan Infeksi cacingan yang ditularkan melalui tanah disebut juga Soil transmitted Helminth (STH) seperti cacing usus, cacing gelang, cacing tambang dan cacing cambuk. Infeksi cacing jenis STH dapat meningkatkan penyakit infeksi dan menurunkan status gizi pada anak prasekolah berumur 1259 bulan. Jika tidak diobati infeksi cacing akan semakin parah dan tidak terdeteksi. Ststus gizi terganggu dan menyebabkan kekurangan zat gizi mikro, termasuk anemia. Diperkirakan 266 juta anakbalita di seluruh dunia berisiko terkena infeksi cacing STH. Rencana  



Memberikan penyuluhan pentingnya pemberian obat cacing bagi kesehatan anak Memberikan obat cacing pada anak balita



Intervensi Pada kegiatan posyandu balita Balai Labuah Bawah tanggal 12 Agustus 2019, telah dilakukan pemberian penyuluhan tentang pentingnya obat cacing bagi anak kepada orang tua, dan dilakukan pemberian obat cacing sesuai kebutuhan berdasarkan umur kepada setiap anak yang datang ke posyandu balita Jati. Evaluasi 



Orang tua dan balita cukup antusisas dalam pemberian dan konsumsi obat cacing



 



Kegiatan posyandu balita di Balai Labuah Bawah dilakukan tiap bulan, sehingga dapat dilakukan pemantauan status gizi balita Diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anaknya sehingga dengan suka rela datang ke posyandu balita tiap bulan



Penyuluhan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Pada Masyarakat Malana Latar Belakang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratifrehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud Revolusi Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi. Permasalahan    



Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat Masih tingginya angka ibu hamil yang bersalin tidak dengan tenaga kesehatan, Ibu hamil yang bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan tahun 2017 berjumlah 4,844 orang (71.75%) dari 6,751 ibu hamil Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular dan penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan semakin tingginya angka penderita penyakit tidak menular



Rencana Melakukan penyuluhan tentang GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) dan sosialisasi kegiatan-kegiatan kesehatan Intervensi Pada tanggal 27 Agustus 2019, telah dilakukan penyuluhan GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) pada warga Malana, dihadiri juga oleh Wali Jorong dan niniak mamak. Selain melakukan penyuluhan dilakukan juga sosialisasi kesehatan kepada warga dan tanya jawab seputar kesehatan. Evaluasi   



Diharapkan kegiatan ini dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan kesehatan Susahnya mengubah pola hidup masyarakat dari pola hidup tidak sehat menjadi pola hidup sehat Diharapkan warga yang mengikuti sosialisasi menjadi motor penggerak dan menyebarkan ilmu yang didapat ketika sosialisasi



Penyuluhan Dalam Gedung Tentang Demam Tifoid Latar Belakang Demam tifoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi.Penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000– 600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100– 200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Permasalahan Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun.



Perencanaan Melakukan penyuluhan pada para masyarakat mengenai penyakit demam tifoid ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat serta merupakan upaya memberdayakan



masyarakat untuk andil dalam pencegahan munculnya angka penyakit baru dan pencegahan perburukan penyakit bagi penderita. Pelaksanaan Penyuluhan mengenai penyakit demam tifoid ini dilakukan di ruang tunggu puskesmas Lima Kaum I dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2019 dimulai pukul 09.00 WIB – selesai. Monev •



Kegiatan berjalan dengan lancar, dihadiri oleh masyarakat dan petugas puskesmas



• Perhatian masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan cukup baik dan masyarakat cukup antusias dalam partisipasi kegiatan. • Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini masyarakat lebih memahami dan berpartisipasi dalam pencegahan penyakit dan pengobatan penyakit.



Penyuluhan PHBS di Sekolah Latar Belakang PHBS di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat. Pendidikan kesehatan di sekolah sangat efektif dilakukan karena sebagian besar waktu anak-anak berada di sekolah. Selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, sekolah harus menjadi suatu tempat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menciptakan lingkungan yang sehat. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat Permasalahan Masalah kesehatan yang dihadapi terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang belum diterapkan dengan baik, sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan, seperti masalah cacingan, diare dan saluran pernafasan akut (ISPA). Menurut data dari Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun dan berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) setiap tahunnya ada 100.000 anak di Indonesia meninggal akibat diare. Intervensi - Penyuluhan tentang pentingnya PHBS di sekolah



Memberikan contoh PHBS disekolah salah satunya mencuci tangan yang benar, dan langsusng dipraktekan oleh siswa-siswi Pelaksanaan Penyuluhan tentang PHBS di Sekolah di MTsN Batusangkar dimulai pukul 09.00 - selesai. Jumlah anak yang diberikan penyuluhan sekitar 200 siswa.



Monev -Penyuluhan mengenai PHBS di sekolah berjalan dengan baik. -Partisipasi siswa-siswi cukup baik



Kunjungan Rumah Sehat PISPK Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan sebagai bentuk kegiatan preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap individu atau masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Perbaikan sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara menerapkan sanitasi pada lingkungan sekitar tempat tinggal. Rumah merupakan tempat dimana sebagian besar waktu manusia dihabiskan di sana. Di dalam rumah dimungkinkan dapat terjadi masalah-masalah kesehatan, antara lain pencemaran lingkungan, penularan penyakit, dan gangguan kesehatan lainnya. Maka dari itu, sanitasi rumah perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan penghuni rumah, serta orang yang datang atau berkunjung ke rumah tersebut. Kondisi sanitasi rumah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor sosial, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor pengetahuan, serta faktor sikap dan perilaku anggota keluarga. Faktorfaktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi rumah dan menentukan apakah rumah tersebut memenuhi syarat kesehatan atau tidak memenuhi syarat kesehatan. Permasalahan Masih banyak rumah yang belum memenuhi kriteria sehat sehingga dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan dan penyakit seperti Diare, TBC, ISPA, penyakit kulit, dan lain-lain. Intervensi



Masih banyak rumah-rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat sehingga dibutuhkan informasi berupa pengertian dan kriteria rumah sehat kepada masyarakat. Selain itu, diperlukan juga kunjungan rumah untuk memantau apakah rumah yang dikunjungi sudah/belum termasuk dalam kriteria rumah sehat dan apakah masyarakat sudah melakukan Perilaku hidup sehat dan bersih ( PHBS) di rumah Pelaksanaan Pemantauan keadaan rumah dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2019 di daerah Lantai Batu, Jumlah rumah yang dikunjungi sebanyak 15 rumah. Dilakukan pemantauan mengenai ventilasi dan pencahyaan rumah, ketersediaan air bersih dan jamban keluarga serta pengolahan limbah rumah tangga. Monev Dari hasil kunjungan rumah rata-rata ventilasi dan pencahayaan rumah sudah bagus, tapi masih ada beberapa rumah yang belum memiliki jamban keluarga dan masih ada pengaliran limbah ke sungai karena tidak memiliki lahan septic tank



Pelatihan Kader Gizi Anak Sekolah di SD N 24 Lima Kaum Latar Belakang Gizi Baik Anak Sekolah Dasar harusnya sudah membudaya dan sangat perlu dibudayakan. Demi mencapai generasi yang lebih baik, sumber daya manusia yang sehat lahir dan batin, cerdas, mudah menyerap pelajaran, serta berkarakter baik. Untuk masa depan bangsa dan negara yang juga gemilang. Gizi buruk, stunting bisa terjadi karena faktor kemiskinan. Baik miskin pengetahuan gizi, maupun miskin secara ekonomi. Bahkan juga anak bergizi buruk, bisa saja bukan karena miskin, melainkan karena pola makan yang salah. Kebiasaan konsumsi santap yang tidak sehat, seperti jajanan yang mengandung MSG, daging olahan, tapi kekurangan makanan segar. Seperti kurang konsumsi daging segar, protein segar, lebih suka menyantap daging olahan dan santapan mengandung pengawet, atau yang komposisi makanannya terlalu banyak karbohidrat, kurang protein dan minim makan buah dan sayuran segar. Permasalahan Transisi gizi Transisi gizi kurang dan menganggu penyakit.



menyebabkan prevalensi gizi lebih meningkat di banyak negara berkembang. memicu negara berkembang mengalami beban ganda masalah gizi yaitu gizi gizi lebih. Secara bersama-sama, baik gizi kurang maupun gizi lebih mampu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, dan meningkatkan risiko



Intervensi Pelatihan kader gizi anak sekolah dasar dengan memberikan edukasi gizi seimbang yang dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik. Gizi seimbang adalah susunan pangan seharihari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih Pelaksanaan



Pelatihan kader gizi anak sekolah dasar dilakukan pada tanggal 18 September 2019 di SD N 24 Lima Kaum pada pukul 10.00 Wib sampai selesai, pelatihan dilakukan pada 15 orang siswa yang merupakan siswa pilihan dari sekolah. Melalui edukasi gizi seimbang ini, diharapkan anak sekolah dasar dapat memahami bagaimana pola makan yang sehat. Mereka dapat mengatur pola makan seimbang agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi. Monev  







Pelaksanaan pelatihan kader gizi berjalan lancar Siswa-siswi cukup aktif dan antusias mengikuti pelatihan kader gizi, dan diharapkan para kader gizi yang sudah mendapatkan pelatihan dan edukasi gizi dapat menyampaikan kepada siswa lainnya dan menjadi contoh bagi teman-teamannya. Dengan edukasi gizi mereka menjadi lebih cermat memilih jananan yang sehat dan aman.



Senam Prolanis Latar Belakang Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem sirkulasi dan pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai respon homeostatik. Latihan olahraga yang sering digunakan pada penderita hipertensi adalah olahrga aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat ditempuh oleh pasien hipertensi antara lain jogging dan senam aerobic. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang dengan hipertensi tingkat ringan. Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penyandang hipertensi dalam meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur, Mengatur kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja. Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki sistem hemostatis dan tekanan darah. Salah satu program pemerintah yaitu senam Prolanis (Program Pengelolahan Penyakit Kronis) merupakan bentuk latihan jasmani aerobik. Senam ini juga termasuk program pemerintah yang dijalankan oleh Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS (Badan



Penyelenggaraan Jaminan Sosial)Kesehatan dalam rangka pemeliharan kesehatan bagi peserta yang menyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Permasalahan Lansia dengan penyakit kronis di Indonesia memiliki jumlah yang cukup tinggi. Sebanyak 28,53% lansia berusia 60-69 tahun memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit kronis Seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus osteoporosis dan lainlain.Persentase ini terus meningkat pada kelompok usia yang lebih tua. Lansia berisiko mengalami penyakit kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko yaitu perilaku keseharian yang kurang baik, seperti merokok, alkohol, nutrisi tidak baik, dan kurangnya aktivitas fisik. Intevensi Salah satu program pemerintah yaitu senam Prolanis (Program Pengelolahan Penyakit Kronis) merupakan bentuk latihan jasmani aerobik. Senam ini juga termasuk program pemerintah yang dijalankan oleh Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Kesehatan dalam rangka pemeliharan kesehatan bagi peserta yang menyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan Senam Prolanis dilaksanakan satu kali seminngu di halaman Puskesmas Lima Kaum I pada pukul 07.30-08.30 Wib, diikuti oleh peserta prolanis dengan seorang instrukstur senam Monev   



Kegiatan senam prolanis sudah berjalan lancar Peserta prolanis cukup aktif dan rutin mengikuti senam setiap minggunya Diharapkan senam prolanis ini dapat meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur, Mengatur kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja.



TOSS TB Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB.Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs sekarang SDGs. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95%kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency). Permasalahan Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke- 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Setiap pasien TB harus ditemukan dan diobati sampai sembuh agar penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Intervensi Dewasa ini upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung). Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Pelaksanaan Pengobatan poli TB dilaksanakan satu minggu sekali di Puskesmas Lima Kaum I, dengan melakukan pengobatan dasar dan edukasi pada pasien TB untuk dapat berobat secara teratur dan konsumsi obat secara rutin serta tidak menghentikan pengobatan sebelum dinyatakan sembuh, serta edukasi untuk etika batuk yang benar untuk mencegah rantai penularan TB.



Monev  



Pelaksanaan pengobatan poli TB sudah berjalan cukup lancar Masih terdapat beberapa pasien TB yang kadang lupa untuk kontrol berobat, sehingga masih perlu diingatkan oleh pemegang program.



1. Pemeriksaan kesehatan dan Pengobatan Dasar Penyakit Tidak Menular daerah Koto Baranjak 19/02/2019 Latar Belakang Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah besar di masyarakat Indonesia. Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat secara global dan nasional telah menduduki sepuluh besar penyakit penyebab kematian. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak saja berdampak pada meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan disabilitas di kalangan masyarakat, melainkan juga berdampak pada meningkatnya beban ekonomi baik di tingkat individu maupun di tingkat negara pada skala nasional. PTM berakibat pada 63% atau 57 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. data terkini menunjukkan bahwa kematian pada kelompok usia dewasa disebabkan PTM, seperti : penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus dan penyakit saluran pernafasan. Kompleksitas penyebab masalah PTM ada dua kelompok besar faktor risiko penyakit tidak menular. Pertama, adalah faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu faktor usia, Kedua, penyakit metabolik lain pada usia dewasa. Anak-anak yang dilahirkan dengan gangguan pertumbuhan mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik, terutama gangguan metabolik lemak, protein dan karbohidrat yang akan meningkatkan risiko PTM di usia dewasa. Anak yang dilahirkan normal dan tumbuh baik pada masa kanak-kanak, akibat faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan tidak seimbang dan aktivitas rendah akan meningkat faktor risikonya terhadap PTM.



Masalah  



Semakin tingginya kasus penyakit tidak menular di masyarakat dan tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan sehingga tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin



Intervensi  



Melakukan pemeriksaan kesehatan, kadar gula darah, dan kolesterol Memberikan pengobatan sesuai diagnosa



Pelaksanaan Kegiatan PTM dilaksanakan di daerah Koto Baranjak dimulai pukul 10.00 - selesai. Jumlah masyarakat yang datang dalam kegiatan ini adalah sekitar 20 orang. Kegiatan PTM ini terdiri dari pemeriksaan status gizi, anamnesis dan pengobatan dasar yang dilakukan oleh dokter.



Monev -



Kegiatan pemeriksaan fisik dan pengobatan dasar PTM berjalan cukup lancar



-



Partisipasi kunjungan masyarakat cukup baik



-



Diharapkan kegiatan ini dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan kesehatan Susahnya mengubah pola hidup masyarakat dari pola hidup tidak sehat menjadi pola hidup sehat



Penjaringan Kesehatan Siswa SD N 11 Baringin Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya yang besar mereka juga merupakan sasaran yg mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1 SD, kelas 7 SMP/MTs dan Kelas 10 SMA/SMK/MA yang meliputi pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku) pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran), serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu pada peserta didik di tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA juga dilakukan skrining melalui kuisioner mengenai keadaan kesehatan umum, kesehatan mental remaja, intelegensia dan reproduksi melalui self assessment serta bahan edukasi/konseling.



Permasalahan 



Dari beberapa penelitian diketahui sebagian besar siswa sekolah masih mengalami masalah gizi yang cukup serius dikarenakann pola diet yang tidak benar, serta masalah kesehatan gigi dan masalah kesehatan indra penglihatan dan pendengaran masih ditemukan







Diperlukan penjaringan kesehatan pada setiap siswa baru, untuk mendeteksi dini kelainan yang ada serta dapat segera berobat untuk menghindari penurunan produktivitas saat proses belajar-mengajar



Perencanaan dan pemilihan intervensi Dalam rangka program UKS penjaringan siswa sekolah, maka akan dilakukan penjaringan siswa baru setiap sekolah meliputi :    



Mengukur berat badan, tinggi badan, serta status gizi siswa Melakukan pemeriksaan visus Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut Melakukan pemeriksaan kesehatan Rambut, kuku, kulit, serta telinga



Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 4 September 2019 di SD N 11 Baringin. Seluruh siswa kelas 1 dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, untuk mengetahui status gizi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan visus, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan kesehatan Rambut, kuku, kulit, serta



telinga. Bagi siswa yang ditemukan kelainan saat pemeriksaan dianjurkan berobat ke puskesmas. Hasil penemuan dari pemeriksaan kesehatan disampaikan pada kepala sekolah dan juga guru untuk evaluasi dan perbaikan siswa kedepannya.



Monitoring dan evaluasi  











Penjaringan siswa kelas 1 SD N 11 Baringin berjalan dengan lancar Secara keseluruhan didapatkan hasil pemeriksaan yang bagus pada para siswa SD N 11 Baringin, baik dalam kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku, ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran), serta pada pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Bagi siswa yang baru diketahui menderita Miopia diharapkan segera memeriksakan diri ke puskesmas, juga pihak sekolah serta walikelas dapat mengatur susunan tempat duduk yang tepat untuk siswa sehingga tidak mengganggu produktivitas belajarnya. Bagi siswa yang terdapat masalah kesehatan gigi dan mulut (karies, dll), juga masalah kesehatan telinga (seperti serumen prop) segera memeriksakan diri ke puskesmas dan mendapatkan pengobatan sesuai