BORANG - UKM Puskesmas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT – STASE PUSKESMAS F1



Upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat - POSBINDU (K) - Cuci tangan SD (U) - PHBS Dokter Kecil (U) - P3K Dokter Kecil SD (cc) - P3K Dokter Kecil SMP (cc)



F2



Upaya kesehatan lingkungan



F3



F4



F5



F6



F7



- Air Depot Isi Ulang (K) - Air Rumah Warga (K) - Rumah Sehat Sorosutan (U) - Rumah Sehat Warungboto (U) - Jumantik (U) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana - Kelas Bumil (U) - Pemberian Fe dan As Folat (U) - Caten (K) - Vit A Pada Balita (Cc) - Konseling KB (U) Upaya perbaikan gizi masyarakat - Pemberian tablet darah (cc) - Diet Dislipidemi dan HT (K) - Dokcil Gizi Seimbang (U) - Pola makan diabetes (U) - Sosialisasi MPASI Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan - Corona Kader (K) PTM - Corona SD (K) - PTM HT DM lansia (K) - PTM HT DM Produktif (K) - TB Skrining usia produktif (U) Upaya pengobatan dasar - VCT (Cc) - P3K CPNS (Cc) - PHN (K) - Pustu Nitikan (K) - Pustu Giwangan (K) Mini project



F1 UPAYA PROMKES DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Pembentukan POSBINDU PTM di Kelurahan Pandeyan Tanggal 25 Januari 2020 Latar belakang Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Tujuan utama kegiatan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Oleh karena itu Posbindu PTM memiliki sasaran cukup luas mencakup semua masyarakat usia 15 tahun ke atas baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan kasus PTM. Permasalahan - Peningkatan mortalitas dan morbiditas penyakit tidak menular setiap tahunnya - Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini



-



penyakit-penyakit tidak menular Kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat terkait penyakit tidak menular



Perencanaan dan Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi Pemilihan minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, Intervensi stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol akan ditindak lanjuti secara melalui konseling kesehatan dan segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Pelaksanaan



Monitoring Evaluasi



Masyarakat di daerah binaan POSBINDU akan diidentifikasi faktor risikonya, melalui tanya jawab kuisioner. Faktor risiko yang ditemukan akan ditindak lanjuti. Tindak lanjut yang dilakukan berupa konseling kesehatan, rujukan ke failitas pelayanan kesehatan, serta pemantauan kondisi setelah dilakukan intervensi. Setiap bulannya akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan aktivitas fisik, seperti senam bersama. dan Kader POSBINDU akan melaporkan hasil pemeriksaan setiap bulannya kepada puskesmas. Hasil pemeriksaan diluar nilai normal akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan. Warga yang memerlukan pengobatan rutin juga akan dipantau perkembangan kondisi dan kepatuhan minum obatnya.



2. P3K Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Tanggal 02 Februari 2020 Latar belakang



Pelatihan dokter kecil merupakan salah satu program dari UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang menitikberatkan pada kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi dua sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. Pelatihan ini untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan para kader. Peningkatan itu mengacu pada trias UKS (usaha kesehatan sekolah) yakni



pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan. Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah, rumah dan lingkungannya - Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar siswa, dan orang lain untuk hidup sehat. Perencanaan dan Setiap SD di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 diminta untuk Pemilihan mengirimkan perwakilan siswa nya dengan kriteria:



Intervensi



-



Siswa kelas 3,4,5 yang belum pernah melakukan pelatihan dokter kecil - Berprestasi di Sekolah - Berbadan Sehat - Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab - Berbudi pekerti baik dan suka menolong - Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat - Mendapat izin dari orang tua Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya jawab dengan peserta. Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1 untuk mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi melalui slide dan sesi tanya jawab dengan peserta. Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu: - Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di lingkungannya - Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk hidup sehat - Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing 3. P3K Kader Kesehatan Remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Tanggal 04 Februari 2020 Latar belakang



Merupakan agenda tahunan, salah satu bagian program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah pembentukan kader kesehatan khususnya anak sekolah. Tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah membekali siswa tentang kesehatan dasar dan terutama tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola hidup bersih dan sehat. Dalam pelatihan ini para peserta akan diberikan berbagai macam materi yang berkaitan dengan kesehatan dan lebih mengutamakan pada kesehatan remaja dan PHBS. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan dan kesehata anak dilakukan melalui penignkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah. Selanjutknya dalam pasal 45 dinyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk



melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha peningkatan kesehatan, baik di sekolah, rumah maupun dalam lingkungan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan menciptakan kader kesehatan baik di sekolah dasar ataupun menengah agar mereka tahu dan mau melaksanakan PBHS dan lebih mengantisipasi diri mereka dari pengaruh media yang dapat merusak kehidupan mereka dimasa mendatang. Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah, rumah dan lingkungannya - Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar siswa, dan orang lain untuk hidup sehat. Perencanaan dan Setiap Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Pemilihan diminta untuk mengirimkan perwakilannya dengan kriteria sebagai berikut: Intervensi - Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SMP/Sederajat - Berprestasi baik di sekolah/kelas - Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab - Bersih dan berperilaku sehat - Bermoral baik dan suka menolong - Bertempat tinggal di rumah sehat - Di izinkan orang tua Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya jawab dengan peserta. Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1 untuk mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi melalui slide dan sesi tanya jawab dengan peserta. Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu: - Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di lingkungannya - Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk hidup sehat Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing 4. Pelatihan PHBS Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Tanggal 03 Februari 2020 Latar belakang Beberapa poin yang termasuk dalam indikator sekolah sehat adalah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu, untuk mencegah munculnya penyakit menular dalam sekolah diperlukan pengetahuan bagi siswa mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diterapkan sehari hari di lingkungan sekolah. Permasalahan Di area kerja Umbulharjo 1 terdapat beberapa sekolah dasar yang belum memiliki tim dokter kecil. Pengetahuan guru dan siswa mengenai PHBS juga masih minim, sehingga pelatihan dasar PHBS dibutuhkan untuk menunjang pencapaian indikator sekolah sehat. Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi perilaku hidup bersih dan Pemilihan sehat di sekolah. Bentuk pelatihan berupa kuliah-kuliah singkat dan diskusi



Intervensi Pelaksanaan



Monitoring Evaluasi



antara peserta dengan pemateri. Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula Puskesmas Umbulharjo 1. Pelatihan ini diberikan kepada siswa-siswa yang sudah dipilih oleh guru pendamping UKS. Materi disampaikan oleh dokter peserta PIDI. Materi yang disampaikan adalah prinsip perilaku hidup bersih dan sehat, cara mencuci tangan, dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. dan Kelebihan: - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan. - pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai puskesmas lainnya. Kekurangan - belum ada dan perlu dilaksanakan penyegaran materi pada peserta/dokter kecil untuk mengingat pengetahuan yang sudah didapat. - diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan materi oleh peserta melalui pretest dan post test



5. Pelatihan Cuci Tangan yang Baik dan Benar di SDIT Alkhairaat sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Menular Tanggal 09 Maret 2020 Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19. Salah satu upaya pencegahan penyebaran virus yaitu dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Mencuci tangan secara baik dan benar merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan pemberian informasi dan pengetahuan mengenai penularan virus dan cara mencuci tangan, diharapkan para siswa dapat membantu proses penyebaran virus tersebut. Permasalahan - Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan keresahan dI masyarakat - Kesadaran terhadap pentingnya mencuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan virus Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi cara mencuci tangan yang baik Pemilihan dan benar serta simulasi mencuci tangan Intervensi Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula SDIT Al-Khairaat Monitoring dan Kelebihan: Evaluasi - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan. - pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai puskesmas lainnya. Kekurangan - diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan



materi oleh peserta melalui pretest dan post test F2 UPAYA KESLING 1. Pemantauan dan pemeriksaan kualitas air minum isi ulang di Depot Air Minum Tanggal 03 Desember 2019 Latar belakang Air bersih siap minum adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Saat ini terdapat berbagai pilihan sumber air bersih siap minum yang bisa dipilih masyarakat, salah satunya air minum isi ulang di depot air minum. Kualitas air bersih siap minum diatur dalam beberapa peraturan perundang-udangan, sehingga menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini diwakili puskesmas untuk menjaga, memantau dan memberikan pengawasan terhadap mutu air minum di depot air minum isi ulang yang di konsumsi masyarakat. Permasalahan - Pemantauan berkala mutu dan kualitas air minum isi ulang - Pemantauan kebersihan alat dan lingkungan di depot air minum isi ulang - Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang sesuai dengan SOP yang dianjurkan Perencanaan dan Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang serta kebersihan alat dan Pemilihan lingkungan depot air minum dilakukan dengan kunjungan langsung oleh Intervensi petugas puskesmas bagian kesehatan lingkungan. Kemudian diambil sampel air dari depot tersebut untuk diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Kota Yogyakarta. Pelaksanaan



Monitoring Evaluasi



Dilakukan kunjungan langsung ke beberapa depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 untuk menilai prosedur pengisian air minum isi ulang serta kelayakan alat dan kebersihan lingkungan depot. Dilakukan juga pengambilan sampel air untuk diperiska di Balai Laboratorium Kesehatan Kota Yogyakarta. dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan, baik mengenai kebersihan lingkungan depot maupun kebersihan/higienitas pekerja di depot. Hasil pemeriksaan sampel laboratorium air kemudian akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan perpanjangan izin usaha.



2. Pemeriksaan Kualitas Air Bersih di Rumah Warga Tanggal 09 Desember 2019 Latar Belakang Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/ PER/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Umbulharjo 1 melakukan kunjungan ke rumah warga untuk melakukan pemantauan dan pemeriksaan air bersih karena penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan



produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis. Permasalahan



-



Kualitas air bersih di masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran standar minimal air bersih Perencanaan dan Diperlukan kunjungan ke rumah warga untuk pengambilan sampel air serta Pemilihan dilakukan edukasi pada warga terkait upaya penyediaan air bersih. Intervensi Pelaksanaan Pada tanggal 9 Desember 2019 dilakukan kunjungan terhadap rumah warga di wilayah Warungboto. Petugas kesehatan lingkungan puskesmas mengambil sampel air keran di rumah warga dan melakukan edukasi terkait upaya penyediaan air bersih. Sampel air selanjutnya dikirim ke Balai Laboratorium Kota Yogyakarta untuk diperiksa. Monitoring dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan Evaluasi sambal menunggu hasil pemeriksaan sampel air di laboratorium. Bila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan standar air bersih yang diatur dalam PERMENKES maka perlu dilakukan tindak lanjut lain untuk menanggulangi sumber air bersih yang tidak layak pakai. 3. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Tanggal 13 Desember 2019 Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang sehat. Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat - Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang sehat dan cara mewujudkannya Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar tercapai rumah sehat. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Sorosutan Monitoring dan Kelebihan: Evaluasi - antusiasme warga cukup baik. - pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai puskesmas lainnya. Kekurangan - jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang terlewatkan untuk dikunjungi



4. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 Tanggal 20 Desember 2019 Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang sehat. Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat - Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang sehat dan cara mewujudkannya Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar tercapai rumah sehat. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Warungboto Monitoring dan Kelebihan: Evaluasi - antusiasme warga cukup baik. - pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai puskesmas lainnya. Kekurangan - jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang terlewatkan untuk dikunjungi 5. Pengendalian Infeksi Dengue Fever melalui Program Juminten (Jumat Bersih dan Pemantauan Jentik Nyamuk) Tanggal 14 Februari 2020 Latar belakang Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain kepadatan vector, kepadatan penduduk yang terus menerus meningkat sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta perubahan iklim. Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992, dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vector secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.



Permasalahan



-



Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan pengendalian vector penular (Aedes aegypti). Pengendalian vector ini dapat dilakukan dengan pelaksaan kegiatan PSN 3M Plus. - Kurangnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD - Perlunya petunjuk bagi kader JUMANTIK dalam melaksanakan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk dengan metode PSN 3M PLUS Perencanaan dan - Pembentukan juru pemantau jentik atau JUMANTIK adalah orang Pemilihan yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan Intervensi jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. - Mensosialisasikan PSM 3M Plus kepada kader - Memeriksa/memantau tempat perindukan nyamuk - Menggerakkan kader atau anggota keluarga/penghuni rumah untuk melakukan PSN 3M plus seminggu sekali Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 14 februari 2020 di Kelurahan Warungboto Monitoring dan Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor JUMANTIK Evaluasi Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor JUMANTIK F3 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA 1. Konseling CATEN (Calon Penganten) Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020 Latar belakang Pendekatan skrining pada calon pengantin dilakukan sementara untuk dapat menjangkau sasaran yang belum mendapatkan skrining melalui program usaha kesehatan. Premarital check-up atau pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan untuk mengenali/ mendeteksi kondisi, risiko, maupun riwayat masalah kesehatan yang dimiliki pasangan, sehingga tidak menularkan pada pasangannya dan atau menurunkan pada anaknya. Hasil yang diharapkan adalah dapat melakukan upaya pencegahan dan penanganan sedini mungkin. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, membuat pemerintah meluncurkan berbagai upaya kesehatan untuk mengendalikan AKI ini, yaitu salah satunya dengan pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin. Permasalahan - Kurangnya informasi mengenai persiapan kehamilan, termasuk imunisasi TT - Kurangnya informasi mengenai penyakit atau kondisi medis yang dapat diturunkan Perencaan dan Diperlukan konseling dan edukasi terhadap calon pengantin terkait persiapan Pemilihan kehamilan setelah menikah seperti suntik/imunisasi TT, edukasi terkait Intervensi riwayat penyakit keluarga yang memungkinkan untuk diturunkan terhadap anak. Pelaksanaan Dilakukan konseling dan edukasi terhadap calon pengantin terkait persiapan kehamilan setelah menikah dan edukasi terkait riwayat penyakit sendiri dan riwayat penyakit keluarga yang dapat diturunkan kepada anak. Monitoring dan Pelaksanaan konseling CATEN berjalan dengan baik. Calon pengantin Evaluasi mengajukan pertanyaan mengenai persiapan kehamilan.



2. Posyandu Balita dan Pemberian Tablet Vitamin A di Kelurahan Pandeyan Tanggal 19 Februari 2020 Latar belakang Pemantauan kegiatan balita di pandeyan yang diadakan secara teratur dalam sebulan sekali dan kegiatan rutin pemberian vitamin A terhadap Balita di kelurahan pandeyan RW 7 dan RW 8A Permasalahan Banyaknya orang tua yang tidak sadar bahwa balita mereka mengalami gangguan tumbuh kembang dan pemberian tablet vitamin A secara rutin. Perencaan dan Metode yang digunakan adalah metode pemberian satu persatu dan Pemilihan diadakan penyuluhan mengapa tablet vitamin A penting bagi balita. Intervensi Pentingnya pemantauan untuk tumbuh kembang balita untuk mengurangi resiko balita mengalami gangguan tumbuh kembang. Pelaksanaan Satu persatu balita yang sudah didata dari puskesmas dikumpulkan di balai warga di RW masing-masing dan diberikan satu persatu dengan maju bersama dengan ibu ataupun bapak yang mendampingi anak tersebut. Monitoring dan Monitoring hasil evaluasi dilakukan terutama berfokus kepada mereka yang Evaluasi mengalami gangguan tumbuh kembang, dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan balitanya secara rutin di PKM. 3. Kelas Ibu Hamil Tanggal Latar belakang



Permasalahan



23 November 2019 Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini ke- mungkinan disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimal- kan apabila kualitas antenatal care dilaksanakan dengan baik. Kelas Ibu merupakan kegiatan terencana sesuai kebutuhan untuk membahas materi Buku KIA secara diskusi dalam kelompok dan tukar pengalaman antara ibu, yang difasilitasi petugas kesehatan. Lebih dalam, Kelas Ibu Hamil adalah, Kegiatan bagi ibu hamil, berdiskusi & tukar pengalaman utk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kehamilan, persalinan, perawatan nifas & perawatan bayi baru lahir melalui praktek dengan menggunakan Buku KIA yg difasilitasi petugas kesehatan, sedangkan Kelas Ibu Balita adalah Kegiatan bagi ibu yg mempunyai anak usia 0-5 tahun berdiskusi dan tukar pengalaman utk meningkatkan pengetahuan & keterampilan tentang pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi tumbuh kembang anak dengan menggunakan Buku KIA yang difasilitasi petugas kesehatan. Dewasa ini penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak pada umumnya masih banyak dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu ibu memeriksakan kandungan atau pada waktu kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk menangani kasus per kasus namun memiliki kelemahan antara lain: x Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang dialami saat konsultasi x Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja x Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan atau pembinaan secara lintas sektor dan lintas program x Pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.



Perencanaan dan Tujuan dari pelaksanaan kelas ibu yaitu, meningkatkan pengetahuan, Pemilihan merubah sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil, bersalin dan Intervensi nifas serta tumbuh kembang balita yang optimal sehingga output yang didapatkan pada akhir sesi yaitu, peserta mampu melakukan pengelolaan. Kelas Ibu, baik ibu hamil maupun kelas ibu balita dalam upata meningkatkan pemanfaatan Buku KIA. Konsep yang diberikan pada kelas ibu ini adalah menggunakan Buku KIA sebagai referensi utama. Pendekatan belajar orang dewasa, metode partisipatif interaktif disertai praktek melalui tanya-jawab, peragaan-praktek (posisi menyusui, membuat menu bergizi, stimulasi perkembangan), curah pendapat, penguasaan dan simulasi PHBS, dan sebagainya. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 14 februari 2020 di Kelurahan Warungboto Monitoring dan Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil Evaluasi perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan pelaporan dan didokumentasikan. 4. Suplementasi kecukupan Fe dan Asam Folat Pada Ibu Hamil Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020 Latar belakang Asam folat yang cukup diperlukan untuk mencegah terjadinya neural tube defect (NTD), yaitu cacat pada sistem saraf bayi. NTD biasanya mulai berkembang pada 28 hari pertama setelah pembuahan. Pada masa itu, kebanyakan wanita bahkan belum menyadari bahwa mereka hamil. Karena itulah bagi para wanita yang sedang berupaya mendapatkan anak atau menjalani program kehamilan, sangat disarankan untuk mengonsumsi 400 -800 mikrogram asam folat setiap hari sampai kehamilan mencapai usia 3 bulan. Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. Sekitar 24-60% wanita, baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan sehari-hari mereka tidak mencukupi kebutuhan Ibu hamil membutuhkan zat besi yang cukup untuk membentuk sel-sel darah merah, karena sel darah merahlah yang membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh dan juga kepada bayi Anda. Kekurangan zat besi akan menimbulkan anemia yang bisa membuat ibu hamil terus-menerus merasa lelah, pusing, lemah, dan pucat. Selain itu, zat besi sebagai asupan nutrisi ibu hamil juga sangat penting bagi pertumbuhan janin. Kekurangan zat besi pada masa kehamilan membuat risiko bayi menderita anemia setelah lahir lebih tinggi. Kondisi ini juga meningkatkan risiko bayi untuk lahir prematur dan terlahir dengan berat badan rendah. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Paska Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%. Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan



Permasalahan



Kurangnya pemahaman ibu hamil mengenai pentingnya pemenuhan gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan Perencanaan dan Setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemberian suplemen besi dan asam Pemilihan folat sebanyak 1 kali sehari. Dan dilakukan monitoring setiap kali ibu Intervensi melakukan kunjungan ANC Pelaksanaan Keigatan dilakukan di poli KIA Puskesmas Umbulharjo 1 Monitoring dan Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan dilakukan kontrol Evaluasi keteraturan konsumsi suplemen setiap kali kunjungan ANC 5. Konseling KB Wanita Usia Produktif Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020 Latar belakang Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi risiko kematian ibu pada waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu sering melahirkan dan jarak antara kelahiran yang terlalu pendek. Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan AKI perlu dilakukan dengan melihat target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup. Studi yang dilakukan di negara-negara dengan tingkat kelahiran yang tinggi, menunjukkan bahwaKeluarga Berencana memberi dampak positif untuk meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan bayi, diperkirakan dapat menurunkan 32% kematian ibu dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan dapat menurunkan 10% kematian anak, dengan mengurangi jarak persalinan kurang dari 2 tahun. Cakupan pelayanan KB Pasca Persalinan di Indonesia tahun 2013sebesar 59,6%. Pencapaian pelayanan KB Pasca Persalinan di perkotaan sebesar 60,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 58,3%.Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, persetujuan atau dukungan suami, informasi keluarga berencana, pelayanan keluara berencana, faktor ekonomi, durasi menyusui, usia dan paritas Permasalahan Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai KB, pendangan masyarakat mengenai KB masih sangat sempit. Informasi mengenai pemilihan alat kontrasepsi masih sulit diputuskan. Perencanaan dan Setiap kunjungan caten, ibu yang control masa nifas, dan ibu hamil trimester Pemilihan akhir diberikan informasi dan konseling pemilihan KB Intervensi Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di poli KIA puskesmass Umbulharjo 1 Monitoring dan Banyaknya mis-informasi yang selama ini diketahui pasien, pasien Evaluasi mendengarkan dengan antusias konseling yang diberikan, hingga pasien dapat memperkiraan pilihan KB apa yang akan digunakan F4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Penyuluhan Diet untuk Penderita PTM (Hipertensi dan Dislipidemia) Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020 Latar belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi dan dislipidemia merupakan penyakit umum yang terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai tanda gejala khusus. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang masih menjadi masalah besar di seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.



Menurut World Health Organization [WHO] tahun 2013, pada tahun 2008 di seluruh dunia sekitar 40% orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis hipertensi, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi 60% atau sekitar 1,56 miliar orang pada tahun 2025. Penyakit kardiovaskular secara global menyebabkan kematian hingga 17 juta pertahun. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 42.353.494 orang (25,8%) dari total penduduk Indonesia usia 18 tahun ke atas sebesar 165 juta penduduk. Berdasarkan urutan provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati urutan ke 14 provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak yaitu sebesar 25,7%. Kasus hipertensi dan dislipidemia terus meningkat salah satunya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang gemar makan fast food yang kaya 3 akan lemak, asin, dan malas berolahraga ikut berperan dalam menambah jumlah penderita. Selain itu, masih banyak lagi penyebab yang dapat menyebabkan hipertensi dan dislipidemia seperti obesitas (kelebihan berat badan), stres, merokok, dan konsumsi minuman beralkohol. Sehingga diperlukan penanganan/tatalaksana penyakit ini baik secara farmakologis maupun non farmakologis seperti pemilihan pola makan (diet) dan aktivitas fisik. Permasalahan - Kurangnya pengetahuan penderita PTM terkait pentingnya pemilihan pola makan (diet) dalam penanggulangan PTM Perencanaan dan Penyuluhan akan dilakukan melalui metode presentasi dan sesi tanya jawab Pemilihan dengan para peserta. Intervensi Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada saat pertemuan lansia (prolanis) bulanan. Diawali dengan pemeriksaan antropometri dan tanda-tanda vital (tekanan darah), kemudian dilakukan pemaparan materi dan diakhiri dengan sesi tanya jawab dengan peserta prolanis yang menghadiri pertemuan. Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta penyuluhan/prolanis Evaluasi mengikuti kegiatan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Hasil yang diharapkan adalah terjadi peningkatan kualitas hidup, nilai tekanan darah dan angka kolesterol yang membaik setelah adanya intervensi ini. Pemantauan dilakukan melalui pemeriksaan rutin bulanan oleh kader kesehatan di pertemuan lansia bulanan yang kemudian dilaporkan kepada puskesmas. 2. Pemberian tablet tambah darah Tanggal 20 Januari 2020 Latar belakang



Prevalensi anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi anemia dunia berkisar 40-88% yang mana presentase tersebut masih menunjukkan tingginya prevalensi. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% pada penderita anemia berumur 15-24 tahun. Berdasarkan kategori penderita pada Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yang paling tinggi terjadi pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dibandingkan kelompok usia lainnya. Menurut Kementrian Kesehatan bahwa wanita



mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalaha anemia defisiensi besi. Terjadinya anemia defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit di dalam tubuh dan kebutuhan zat besi yang meningkat akibat pertumbuhan dimana bayi, anak-anak dan remaja membutuhkan zat besi lebih banyak. Sifat energik pada usia remaja juga dapat menyebabkan aktivitas tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat. Remaja putri memiliki risiko 10x lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Upaya pemberian tablet zat besi ke sekolah-sekolah untuk remaja putri ini dialkukan untuk meminimalkan perempuan usia muda mengalami anemia. Jika remaja putri menderita anemia dan kemudan hamil makan akan berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen dan makanan ke janin, yang dibawa oleh darah, selama masa kehamilan. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya hal tersebut, perlu dilakukan pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1. Permasalahan



-



Kurangnya kesadaran remaja putri mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan zat besi dalam masa pertumbuhan - Pentingnya edukasi mengenai anemia defisiensi besi bagi remaja putri Perencanaan dan Metode yang digunakan: penyuluhan, pemaparan materi melalui presentasi Pemilihan dan sesi tanya jawab Intervensi Pemilihan intervensi: Pemberian tablet tambah darah (TTD) sebanyak satu buah untuk setiap siswi putri. Pelaksanaan Kegiatan diawali dengan pemberian materi mengenai anemia serta dampak defisiensi zat besi bagi tubuh, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu dilakukan pembagian tablet tambah darah (TTD) bagi setiap siswi putri, dengan pengawasan dari guru juga untuk memastikan setiap remaja putri meminum TTD yang dibagikan. Monitoring dan Kegiatan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah berlangsung Evaluasi dengan baik. Peserta penyuluhan aktif mengikuti kegiatan dan mengajukan beberapa pertanyaan. Diharapkan dengan pemberian TTD, angka morbiditas anemia pada remaja putri berkurang karena kesadaran para remaja putri mengenai anemia telah meningkat sehigga terjadi perubahan pola hidup dan kebutuhan zat besi bias terpenuhi. 3. Edukasi Gizi Seimbang Pada Anak Sekolah Dasar Dalam Program Pelatihan Dokter Kecil Tanggal 02 Februari 2020 Latar belakang Transisi gizi menyebabkan prevalensi gizi lebih meningkat di banyak negara berkembang. Transisi gizi memicu negara berkembang mengalami beban ganda masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang



sehingga diharapkan melalui edukasi gizi seimbang ini, anak sekolah dasar memahami bagaimana pola makan yang sehat. Mereka dapat mengatur pola makan seimbang agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi. Permasalahan Sejauh ini, masih belum ada edukasi gizi pada siswa siswi tersebut, sehingga pemberian edukasi gizi seimbang diharapkan mampu mengatasi permasalahan gizi di sekolah tersebut. Perencanaan dan Dilakukan edukasi gizi seimbang. Materi terdiri dari “Tumpeng Gizi Seimbang” Pemilihan dan “10 Pesan Gizi Seimbang” pada siswa SD yang menjadi perwakilan dari Intervensi tiap sekolah di wilayah kerja pusekesmas Umbulharjo 1. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di aula puskesmas Umbulharjo 1 Monitoring dan Peserta tampak antusias mengikuti sosialisasi dan memberikan beberapa Evaluasi pertanyaan 4. Edukasi Pola Makan Bagi Penderita Diabetes Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020 Latar belakang Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar gula darahnya >126 mg/dL dalam kondisi puasa, atau >200 mg/dL bila tidak puasa. Ini merupakan penyakit kronis (berlangsung lama) dan dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan penglihatan, gagal ginjal, penyakit jantung, dan gangguan saraf. Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-6 untuk negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia. Diabetes atau kencing manis umumnya terjadi akibat kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang salah. Oleh karena itu, dalam menangani diabetes, sangat penting untuk menerapkan gaya hidup sehat, di samping menggunakan obat secara teratur. Permasalahan Penderita diabetes perlu menentukan jenis makanan apa saja yang baik untuk dikonsumsi, dan makanan yang sebaiknya dihindari. Perencanaan dan dilakukan edukasi gaya hidup sehat termasuk mengenai intake makanan yang Pemilihan sesuai bagi penderita diabetes. Edukasi ini diberikan setelah dilakukannya Intervensi skrining PTM pada usia produktif dan lansia di kelurahan Warungboto. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di Glagahsari RW 04 Kelurahan Warungboto Monitoring dan Peserta tampak antusias mengikuti sosialisasi dan mengajukan beberapa Evaluasi pertanyaan serta turut berdiskusi. Didapatkan bahwa banyak informasi yang salah mengenai pengobatan diabetes. 5. Sosialisasi MPASI Tanggal 11 Februari 2020 Latar belakang Makanan pendamping ASI merupakan asupan nutrisi tambahan bagi bayi selain air susu Ibu. Makanan pendamping asi yang biasa disingkat MPASI tersebut perlu diberikan tepat waktu, karena bila dilakukan terlalu cepat atau terlalu lambat akan memberikan dampak kepada bayi. MPASI baru boleh diberikan pada bayi setelah berumur bayi berumur enam bulan. Pemberian MPASI terlalu dini terkadang dipengaruhi oleh adat atau kebiasaan memberikan makanan padat sebelum waktunya. Padahal, pemberian MPASI terlalu dini memiliki resiko antara lain bayi mudah terkontaminasi oleh kuman, juga mudah tersedak karena kemampuan mengunyah makanan belum sempurna. Selain itu bayi berpeluang mengalami alergi makanan, berpeluang obesitas, hingga mengalami pencernaan buruk. Melihat pentingnya pengetahuan akan hal tersebut, sosialisasi dampak



pemberian makanan pendamping asi terlalu dini sangat perlu dilakukan karena dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat Ibu yang memberikan MPASI terlalu dini dengan alasan karena bekerja, berat anak masih kurang, anak rewel dan sebagainya. Kekurangan gizi yang terjadi pada masa janin dan anak usia dini akan berdampak pada perkembangan otak dan rendahnya kemampuan kognitif yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan keberhasilan pendidikan. Selain itu, kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa, seperti Diabetes Tipe II, Stroke, Penyakit Jantung, dan lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak pada menurunnya produktivitas yang selanjutnya dapat mengahambat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat. Karena itu peranan gizi terutama 1000 HPK sangat penting dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Permasalahan - Pentingnya meningkatkan pemahaman ibu mengenai pentingnya pemenuhan gizi anak untuk mendukung perkembangan anak dalam 1000 hari pertama kehidupan melalui MPASI - Cara persiapan dan pemilihan MPASI Perencanaan dan Sasaran target: calon ibu dan ibu dengan bayi berusia dibawah 6 bulan Pemilihan Metode: penyuluhan, pemaparan materi melalui presentasi dan tanya jawab, Intervensi praktek mempersiapkan MPASI Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2020 di aula Puskesmas Umbulharjo 1. Peserta diberikan pemaparan materi melalui presentasi dan dilanjutkan sesi tanya jawab. Setelah ini dilakukan kegiatan praktek mempersiapakan MPASI agar para peserta dapat lebih memahami lebih baik. Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta penyuluhan mengikuti Evaluasi kegiatan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Hasil yang diharapkan adalah para ibu dapat memahami lebih baik mengenai MPASI sehingga dapat memberikan makanan yang berkualitas bagi anaknya sehingga pemenuhan gizi dalam 100 hari pertama kehidupan dapat terpenuhi dan tumbuh kembang anak yang baik bisa dicapai. F5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PTM 1. Penyuluhan COVID-19 di Pertemuan Kader Kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan Tanggal 28 Januari 2020 Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19. Permasalahan



-



Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan keresahan dalam masyarakat Kesadaran terhadap PHBS yang perlu digalakkan kembali



Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi



Pemilihan Intervensi



seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam pertemuan kader kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan di aula Puskesmas Umbulharjo 1.



Pelaksanaan



Penyuluhan dilaksanakan dalam acara pertemuan kader kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan. Peserta diberi pemaparan materi terkait COVID19 dan pencegahannya yang disampaikan melalui presentasi dengan slide, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.



Monitoring Evaluasi



& Pemantauan pelaksanaan PHBS secara berkala



2. Penyuluhan COVID-19 pada Siswa Sekolah Dasar di SD Islam Terpadu Al-Khairaat Tanggal 09 Maret 2020 Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19. Permasalahan



-



Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan keresahan dI masyarakat Kesadaran terhadap PHBS yang perlu digalakkan kembali



Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi Pemilihan seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam acara Intervensi penyuluhan informasi dan edukasi terkait virus corona. Pelaksanaan



Monitoring Evaluasi



Penyuluhan dilaksanakan dalam acara penyuluhan informasi dan edukasi terkait virus corona. Peserta diberi pemaparan materi terkait COVID-19 dan pencegahannya yang disampaikan melalui presentasi dengan slide, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. & Pemantauan pelaksanaan PHBS secara berkala



3. Skrining PTM (DM dan HT) Usia Lansia Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020 Latar Belakang Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Tujuh puluh tida persen kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara



berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun mematikan dan mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini. Dalam menurunkan kasus PTM melalui pengendalian faktor risiko PTM di masyarakat maka diperlukan upaya dan pemahaman yang sama terhadap pembagian peran dan dukungan manajemen program pengendalian PTM, salah satunya melalui skrining PTM yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, kolesterol total dan gula darah sewaktu. Permasalahan - Morbiditas dan mortalitas terkait PTM yang terus meningkat setiap tahunnya - Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terkait PTM dan pengendalian PTM Perencanaan dan Sasaran target: semua warga berusia lanjut (>60 tahun) di Kelurahan Pemilihan Warungboto Intervensi Metode: Pemeriksaan antropometri, tekanan darah, kimia darah (kolesterol total dan gula darah) dan wawancara riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu dan riwayat penyakit keluarga Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di rumah warga secara bergantian di setiap RT yang berada di kelurahan Warungboto selama bulan Februari. Dalam setiap kegiatan dilakukan pemeriksaan antropometri, yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut. Dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah, kolesterol total dan gula darah sewaktu. Setelah itu setiap orang akan di wawancara terkait riwayat kesehatan (riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit diri sendiri), kesehatan mata dan telinga, status kemandirian dan gangguan ingatan/memori. Monitoting dan Kegiatan berjalan dengan baik. Semua warga berpartisipasi dalam kegiatan Evaluasi ini. Selanjutnya warga dengan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan nilai normal diberikan surat rujukan untuk diperiksa lebih lanjut di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik pratama. 4. Skrining PTM (DM dan HT) Usia Produktif Tanggal 03 Febuari – 29 Februari 2020 Latar Belakang Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Tujuh puluh tida persen kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi



tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun mematikan dan mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini. Dalam menurunkan kasus PTM melalui pengendalian faktor risiko PTM di masyarakat maka diperlukan upaya dan pemahaman yang sama terhadap pembagian peran dan dukungan manajemen program pengendalian PTM, salah satunya melalui skrining PTM yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu. Permasalahan - Morbiditas dan mortalitas terkait PTM yang terus meningkat setiap tahunnya - Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terkait PTM dan pengendalian PTM - Identifikasi faktor risiko diri sendiri dan keluarga terkait PTM Perencanaan dan Sasaran target: semua warga berusia produktif (15-59 tahun) di Kelurahan Pemilihan Warungboto Intervensi Metode: Pemeriksaan antropometri, tekanan darah, kimia darah (gula darah) dan wawancara riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu dan riwayat penyakit keluarga Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di rumah warga secara bergantian di setiap RT yang berada di kelurahan Warungboto selama bulan Februari. Dalam setiap kegiatan dilakukan pemeriksaan antropometri, yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut. Dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu. Setelah itu setiap orang akan di wawancara terkait riwayat kesehatan (riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit diri sendiri), gaya hidup, dan juga pemeriksaan emosional dan perilaku. Monitoting dan Kegiatan berjalan dengan baik. Semua warga berpartisipasi dalam kegiatan Evaluasi ini. Selanjutnya warga dengan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan nilai normal diberikan surat rujukan untuk diperiksa lebih lanjut di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik pratama. 5. Skrining Tuberkulosis di Wilayah Kelurahan Warungboto Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020 Latar belakang Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia. Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk. Permasalahan Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka



kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis. Di indonesia sendiri tuberkulosis masih memiliki stigma yang buruk, sehingga pasien malu untuk memeriksakan diri maupun berobat. Perencanaan dan Skrining dilakukan di rumah rumah warga tempat warga berkumpul pada Pemilihan acara arisan maupun posyandu. Pasien dengan keluhan batuk lama atau Intervensi batuk lebih dari 2 minggu akan mendapatkan surat pengantar dari petugas kesehatan. Sebelumnya juga diberikan konseling mengenai tubrkuloasis sehingga dapat memperbaiki pandangan masyarakat yang menganggap bahwa tuberkulosis merupakan penyakit yang memalukan serta memperbaiki kesalah pahaman yang ada di masyarakat. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di Glagahsari, RW 01 Kelurahan Warungboto Monitoring dan Pasien yang memiliki keluhan batuk lama dengan suka rela melaporkan pada Evaluasi petugas kesehatan. Setelah itu dilakukan pencatatan dan kontak pasien disimpan untuk nantiny dimonitoring. F6 UPAYA PENGOBATAN DASAR 1. Public Health Nursing (PHN) Pada Pasien Stroke Yang Tidak Mampu Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tanggal 5 Februari 2020 Latar Belakang Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di dalamnya penyakitnya terminal. Tujuan utama dari home care adalah mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan berkesinambungan. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran. Tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain: 1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosiospritual 2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan 3. Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien. Permasalahan Secara umum permasalahan yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan home care, yaitu: 1. Keterbatasan sarana trasportasi yang mendukung untuk pasien berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan 2. Pasien tidak mampu ke tempat pelayanan kesehatan karena gangguan kemandirian



Perencanaan dan DIperlukan pelayanan public health nursing berupa kunjungan rumah bagi Pemilihan pasien yang tidak dapat mengakses fasilitas layanan kesehatan karena Intervensi keterbatasan yang ada. Pelaksanaan Dilakukan kunjungan ke rumah pasien stroke yang memerlukan pemeriksaan karena tempat tinggalnya mengalami kebakaran. Pasien tersebut dianamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik, serta edukasi pada keluarga yang merawat pasien tersebut. Monitoting dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan Evaluasi keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien. Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien. 2. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu Nitikan Tanggal 29 November 2019 – 17 Maret 2020 Latar Belakang Puskesmas Pembantu atau Pustu adalah jaringan dari pelayanan Puskesmas, yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas Pembantu adalah bagian dari Puskesmas, yang dalam pembinaannya dilakukan secara berkala oleh Puskesmas. Puskesmas Pembantu bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang dilakukan di Pustu adalah meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Selain berfungsi dalam mendekatkan pelayanan kesehatan dasar Pustu juga berfungsi dalam membina peran serta aktif masyarakat di bidang kesehatan, melakukan kewasapadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan. Permasalahan - Jauhnya jarak rumah warga di kelurahan Sorosutan dengan puskesmas induk Umbulharjo 1 - Tingginya jumlah pasien yang harus ditangani puskesmas induk membuat waktu tunggu pasien menjadi sangat lama Perencanaan dan Sasaran: masyarakat wilayah kelurahan Sorosutan Pemilihan Intervensi: pemberian layanan kesehatan berupa upaya kesehatan Intervensi perseorangan bagi setiap warga yang datang ke puskesmas pembantu Nitikan. Pelaksanaan Pelayanan kesehatan dilakukan setiap hari Senin – Sabtu dengan jam pelayanan untuk hari Senin-Kamis jam 07.30 – 13.00, hari Jumat jam 07.30 – 11.00 dan hari Sabtu jam 17.30 – 12.00 Monitoting dan Pemberian pelayanan kesehatan berupa upaya kesehatan perorangan Evaluasi berjalan dengan baik. 3. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu Giwangan Tanggal 29 November 2019 – 17 Maret 2020 Latar Belakang Puskesmas Pembantu atau Pustu adalah jaringan dari pelayanan Puskesmas, yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas Pembantu adalah bagian dari Puskesmas, yang dalam pembinaannya dilakukan secara berkala oleh Puskesmas. Puskesmas Pembantu bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang dilakukan di Pustu adalah meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Selain



berfungsi dalam mendekatkan pelayanan kesehatan dasar Pustu juga berfungsi dalam membina peran serta aktif masyarakat di bidang kesehatan, melakukan kewasapadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan. Permasalahan - Jauhnya jarak rumah warga di kelurahan Sorosutan dengan puskesmas induk Umbulharjo 1 - Tingginya jumlah pasien yang harus ditangani puskesmas induk membuat waktu tunggu pasien menjadi sangat lama Perencanaan dan Sasaran: masyarakat di wilayah kelurahan Giwangan Pemilihan Intervensi: pemberian layanan kesehatan berupa upaya kesehatan Intervensi perseorangan bagi setiap warga yang datang ke puskesmas pembantu Giwangan Pelaksanaan Pelayanan kesehatan dilakukan setiap hari Senin – Sabtu dengan jam pelayanan untuk hari Senin-Kamis jam 07.30 – 13.00, hari Jumat jam 07.30 – 11.00 dan hari Sabtu jam 17.30 – 12.00 Monitoting dan Pemberian pelayanan kesehatan berupa upaya kesehatan perorangan Evaluasi berjalan dengan baik. 4. Public Health Nursing (PHN) Pasien Geriatri di Gambiran Tanggal 26 Februari 2020 Latar belakang Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di dalamnya penyakitnya terminal. Tujuan utama dari home care adalah mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan berkesinambungan. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran. Tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain: 1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosiospritual 2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien. Permasalahan Secara umum permasalahan yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan home care, yaitu: 1. Keterbatasan sarana trasportasi yang mendukung untuk pasien berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan



Pasien tidak mampu ke tempat pelayanan kesehatan karena gangguan kemandirian Perencanaan dan DIperlukan pelayanan public health nursing berupa kunjungan rumah bagi Pemilihan pasien yang tidak dapat mengakses fasilitas layanan kesehatan karena Intervensi keterbatasan yang ada. Pelaksanaan Dilakukan kunjungan ke rumah pasien geriatri yang memerlukan pemeriksaan. Pasien tersebut dianamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik, serta edukasi pada keluarga yang merawat pasien tersebut. Monitoring Evaluasi



dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien. Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien.



5. VCT bersama Vesta Tanggal 10 Januari 2020 Latar belakang Tes HIV atau juga sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan secara sukarela serta melalui proses konseling terlebih dahulu. Sukarela, artinya keinginan untuk melakukan tes HIV harus datang dari kesadaran sendiri bukan karena paksaan dari orang lain. Ini juga berarti bahwa siapapun tidak boleh melakukan tes HIV terhadap orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien dengan konselor HIV. Konseling HIV ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV. Konseling sebelum tes (pre Test) dilakukan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang HIV dan AIDS, keuntungan dan kerugian VCT, menggali faktor–faktor resiko dan cara menguranginya sehingga klien mempunyai kesiapan untuk melakukan tes HIV. Sedangkan Konseling Pasca Tes bertujuan untuk mempersiapkan klien menghadapi hasil tes. Di sini diberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tes, kemana dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil positif HIV atau negatif dengan segala konsekuensinya. Tujuan utama dilakukannya VCT adalah untuk mempromosikan perubahan perilaku yang dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi HIV. Sedangkan tujuan khusus dari VCT adalah untuk:    



Permasalahan



Menurunkan jumlah ODHA Mempercepat diagnosa HIV Meningkatkan Penggunaan layanan kesehatan dan mencegah infeksi lain. Meningkatkan perilaku hidup sehat.



Angka pengidap HIV dan AIDS yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hingga akhir tahun 2018 tercatat ada 4.781 kasus HIV dan 1.647 diantaranya adalah pengidap AIDS di DIY. Sehingga diperlukan peran serta semua pihak agar penanggulangan dan pencegahan meluasnya HIV/AIDS bisa ditekan.



Perencanaan dan Puskesmas bekerja sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Vesta



Pemilihan Intervensi



yang bergerak pada bidang kesehatan khususnya dalam penanggulangan HIV/AIDS akan melakukan tes HIV dan konseling (VCT) pada orang yang ingin mengetahui status HIV nya. Pelaksanaan Pada tanggal 10 Januari 2020, dilakukan kegiatan VCT mobile bersama Vesta. Kegiatan Vesta berupa edukasi kepada masyarakat dan populasi yang beresiko terkena HIV/AIDS. Edukasi berupa pengetahuan agar terhindar dari HIV dan bagaimana berperilaku seks secara aman. Selain itu, terdapat juga pemerikasaan HIV atau Voluntary Counselling and Testing  (VCT) agar populasi ini mengetahui status HIVnya. Monitoring dan Kegiatan edukasi dan VCT mobile bersama Vesta berjalan dengan baik. Pasien Evaluasi mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait HIV/AIDS dan juga diberikan konseling dan tes HIV secara gratis.