BST Nebulizer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL BEDSIDE TEACHING “TERAPI INHALASI NEBULIZER”



Oleh : 1.



LAVENIA MEGY AMANDA



(NIM. 2022.04.066)



2.



RANTIKA TRISNAWATI.



(NIM. 2022.04.089)



3.



ANIS SETIANA



(NIM. 2022.04.026)



4.



DEWA AYU MADE WAHYU PUTRI



(NIM. 2022.04.039)



5.



NI KADEK AYU ONI SARTIKA DEVI



(NIM. 2022.04.078)



6.



NI LUH AYU LAKSMI YUDARI



(NIM. 2022.04.080)



PROGRAM PROFESI (NERS) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI BANYUWANGI 2022



PROPOSAL BEDSIDE TEACHING



1. Pendahuluan Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan. Menurut Nanda Yudip (2012) Pengguna terapi inhalasi sangat luas di bidang respirologi (ilmu yang mempelajari tentang pernapasan) atau respiratory medicine. Terapi inhalasi sebenarnya sudah dikenal lama dan dilakukan manusia sejak lama. Prinsip dasar terapi inhalasi adalah menciptakan partikel kecil aerasol (respirable aerasol) yang dapat mencapai sasarannya, tergantung tujuan terapi melalui proses hirupan (inhalasi). Sasaran meliputi seluruh bagian dari sistem respiratorik, mulai dari hidung, trakea, bronkus, hingga saluran terkecil (bronkiolus), bahkan bisa mencapai alveolus. Aerasol adalah dispersi dari partikel kecil cair atau padat dalam bentuk uap/kabut yang dihasilkan melalui tekanan atau tenaga dari hirupan napas. Jenis terapi inhalasi sendiri ada beberapa macam. Beberapa dari yang di kenal dalam praktek klinis sehari-hari adalah nebulizer. Terapi nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan alat yang disebut nebulizer (Aryani et al., 2009). Terapi nebulizer adalah terapi menggunakan alat yang menyemprotkan obat atau agens pelembab, seperti bronkodilator atau mukolitik, dalam bentuk partikel mikroskopik dan menghantarkannya ke paru (Kusyanti et al., 2012). 2.



Tujuan 1. 2.



Mengetahui definisi nebulizer Memahami tujuan nebulizer



3. 4.



Mengetahui indikasi dan kontraindikasi nebulizer Mengetahui prinsip nebulizer



5. 6.



Mengetahui jenis, model, obat, dan dosis nebulizer Mengetahui prosedur inhalasi nebulizer



3. Sasaran Pasien di Ruangan Anak RSUD Blambangan Banyuwangi



4. Materi 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pengertian definisi dari nebulizer Tujuan nebulizer Indikasi dan Kontraindikasi nebulizer Prinsip nebulizer Jenis, Model, Obat, Dosis Nebulizer Prosedur inhalasi nebulizer



5. Metode. Praktikum, Diskusi dan Bedside Teaching 6. Media Persiapan Alat 7. Proses Langkah-langkah yang diperlukan dalam Bedside Teaching adalah sebagai berikut: Perceptor kontrak dengan klien, kontrak dengan mahasiswa dan berbagi peran



1.Pemaparan masalah klien 2.Tindakan untuk mengatasi masalah klien. 3.Alat-alat yang diperlukan untuk tindakan



Pelaksanaan BST : Langkah-langkah dalam tindakan : persiapan – pelaksanaan – terminasi )



Tanyakan pasien apakah ada pertanyaan



4.Prosedur tindakan (persiapan-pelaksanaan – terminasi) 5. Aturan ketika bertemu dengan klien



Memberikan edukasi, menjawab pertanyaan dan penutupan



Tanya jawab dengan umpan balik kelompok



7.1



Persiapan a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan bedside teaching b. Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga c. Pembagian peran dalam tim mahasiswa



7.2



Pelaksanaan BST 1.



Penjelasan tentang klien oleh perceptor dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan memiliki prioritas yang perlu didikusikan.



2.



Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut



3.



Pemberi justifikasi oleh perceptor tetang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.



4.



Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada akan ditetapkan



7.3 Pasca BST Mendikusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan



8. Waktu dan tempat Hari / Tanggal



: Sabtu, 10 Desember 2022



Waktu



: 08.00 WIB



Tempat



: Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi



9. Peran Masing-masing anggota tim a. Peran perawat (perceptor) -



Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien



-



Menjelaskan diagnosis keperawatan



-



Menjelaskan intervensi yang dilakukan



-



Menjelaskan hasil yang didapat



-



Menjelaskan rasional dari tindakan yang diambil



-



Menggali masalah-masalah yang belum terkaji



10. Kriteria Evaluasi. a. Bagaimana koordinasi dan persiapan BST b. Bagaimana peran perawat primer pada saat BST



11. Kegiatan Bedside Teaching 1. Tahapan Pra-BST a. Preparation b. Planning c. Briefing : 4P 1R 1) Problem : masalah yang ditemukan pada klien 2) Practice : tindakan yang akan dilakukan terkait masalah klien 3) Preparation : persiapan alat, persiapan pasien, persiapan lingkungan 4) Procedure : prosedur pelaksanaan 5) Role : aturan yang disampaikan oleh pembimbing klinik 2. Round : fase kerja (Pelaksanaan) dan fase terminasi (evaluasi) 3. Post round : evaluasi dari pembimbing klinik terhadap tindakan yang dilakukan.



12. Penutup Demikianlah proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya, kiranya dapat dijadikan masukan dalam pengembangan dan pengaplikasian metode pembelajaran.



Banyuwangi, 10 Desember 2022 Mengetahui, Pembimbing Klinik,



Ketua Kelompok,



(………………………………….)



(………………………………)



Mengetahui,



Mengetahui,



Dosen Pembimbing,



Kepala Ruang Anak RSUD Blambangan,



(Ns. Atik Pramesti, M.Kep)



(Ns. Yuliah Ernawati, S.Kep)



Lampiran : LAPORAN PENDAHULUAN



A. Defenisi 1. Pengertian Terapi Inhalasi Nebulizer Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan. Menurut Nanda Yudip (2012) Pengguna terapi inhalasi sangat luas di bidang respirologi (ilmu yang mempelajari tentang pernapasan) atau respiratory medicine. Terapi inhalasi sebenarnya sudah dikenal lama dan dilakukan manusia sejak lama. Prinsip dasar terapi inhalasi adalah menciptakan partikel kecil aerasol (respirable aerasol) yang dapat mencapai sasarannya, tergantung tujuan terapi melalui proses hirupan (inhalasi). Sasaran meliputi seluruh bagian dari sistem respiratorik, mulai dari hidung, trakea, bronkus, hingga saluran terkecil (bronkiolus), bahkan bisa mencapai alveolus. Aerasol adalah dispersi dari partikel kecil cair atau padat dalam bentuk uap/kabut yang dihasilkan melalui tekanan atau tenaga dari hirupan napas. Jenis terapi inhalasi sendiri ada beberapa macam. Beberapa dari yang di kenal dalam praktek klinis sehari-hari adalah nebulizer. Terapi nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan alat yang disebut nebulizer (Aryani et al., 2009). Terapi nebulizer adalah terapi menggunakan alat yang menyemprotkan obat atau agens pelembab, seperti bronkodilator atau mukolitik, dalam bentuk partikel mikroskopik dan menghantarkannya ke paru (Kusyanti et al., 2012). Nebulizer adalah salah satu alat elektromedik yang digunakan untuk memberikan terapi pengobatan bagi pasien yang terserang penyakit gangguan atau kelainan pada saluran pernapasan dengan memanfaatkan cairan uap yang sudah tercampur dengan obat. Dimana cairan uap melalui proses pemecahan cairan obat menjadi kabut yang sangat halus, sehingga ketika dihirup melalui mulut dan hidung obat akan langsung menuju ke



paru-paru untuk meredakan keluhan batuk dan gejala asma Penyakit



asma



adalah



suatu



penyakit



kronik



lainnya.



(menahun)



yang



menyerang saluran pernapasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan



dinding



rongga



bronchiale



sehingga



mengakibatkan



penyempitan saluran napas yang akhirnya seseorang mengalami sesak napas.



2. Tujuan Terapi Nebulizer Menurut (Aryani et al., 2009) Terapi nebulizer ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Melebarkan saluran pernapasan (karena efek obat bronkodilator) b. Menekan proses peradangan c. Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret (karena efek obat mukolitik dan ekspektoran). Sedangka menurut IRNA Medik tujuannya adalah 1. Mengatasi gangguan atau penyakit pada paru paru 2. Menyalurkan obat langsung ke target organ yaitu paru-paru, tanpa harus melalui jalur sistemik terlebih dahulu 3. Dalam terapi inhalasi, pada prinsipnya sediaan obat yang diberikan dibentuk menjadi



partikel-partikel aerosol



terlebih dahulu dengan



penggunaan generator aerosol



3. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Inhalasi Nebulizer Indikasi penggunaan nebulizer menurut menurut (Aryani et al., 2009) efektif dilakukan pada klien dengan : a) Bronchospasme akut b) Produksi sekret yang berlebih c) Batuk dan sesak napas d) Radang pada epiglotis



Kontraindikasi pada terapi nebulizer (Aryani et al., 2009) adalah : a) . Pasien yang tidak sadar atau confusion umumnya tidak kooperatif dengan



prosedur



ini,



sehingga



mask/sungkup, tetapi efektifitasnya



membutuhkan



pemakaian



akan berkurang secara



signifikan b) Pada klien dimana suara napas tidak ada atau berkurang maka pemberian medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat menggerakan/memasukan medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas. c) Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac iritability harus dengan perhatian. Ketika diinhalasi, katekolamin dapat meningkat cardiac rate dan dapat menimbulkan disritmia. d) Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui intermittent positive-pressure breathing (IPPB), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronchospasme. 4. Prinsip Dasar Terapi Inhalasi Nebulizer Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang tepat untuk penyakit sistem respiratori adalah obat dapat mencapai organ target dengan menghasilkan partikel aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru-paru dengan kerja yang cepat, dosis kecil, efek samping yang minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, dan efek terapeutik segera tercapai yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan klinis (Rahajoe, 2008). Agar mendapatkan manfaat obat yang optimal, obat yang diberikan secara inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat inhalasi diberikan dalam bentuk aerosol, yakni suspensi dalam bentuk gas (Yunus, 1995). Menurut Suwondo (1991), keuntungan yang lebih nyata dari terapi inhalasi adalah efek topikalnya yakni konsentrasi yang tinggi di paru-paru, dengan dosis obat yang kecil 10% dari dosis oral dan efek sistemik yang minimal.



Terapi inhalasi dibandingkan terapi oral mempunyai dua kelemahan yaitu : 1) Jumlah obat yang mencapai paru-paru sulit dipastikan 2) Inhalasi obat ke dalam saluran napas dapat menjadi masalah koordinasi



Efektifitas terapi inhalasi tergantung pada jumlah obat yang mencapai paru-paru untuk mencapai hasil yang optimal pasien harus dilatih untuk : 1) Ekshalasi sehabis-habisnya. 2) Bibir menutup/melingkari mouthpiece, tidak perlu terlalu rapat. 3) Semprotkan aerosol kurang lebih pada pertengahan inspirasi. 4) Teruskan inhalasi lambat-lambat dan sedalam mungkin. 5) Tahan napas dalam inspirasi penuh selama beberapa detik (bila mungkin 10 detik).



5. Jenis-jenis nebulizer 1. Disposible nebulizer, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer di tempatkan di rumah dapat digunakan beberapa kali, lebih dari satu kali, apabila dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu apabila dibersihkan secara teratur. 2. Re-usable nebulizer, dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan. Keuntunganlebih dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek sehingga meningkatkan efektivitas dari dosis pengobatan. Keuntungan kedua adalah dapat direbus untuk proses desinfeksi. Digunakan untuk terapi setiap hari. 6. Model-model Nebulizer 1. Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors), memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup (cup) yang berisi obat cair yang akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel-partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke saluran pernafasan.



2.



Nebulizer



ultrasonik



(ultrasonic



nebulizer),



menggunakan



gelombang ultrasound, untuk secara perlahan mengubah dari bentuk obat cair ke bentuk uap atau aerosol basah.



3. Nebulizer generasi baru (a new generation of nebulizer), digunakan tanpa menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik. 7. Obat Nebulizer 1. Pulmicort Pulmicort sendiri merupakan jenis obat kombinasi antara anti radang dan



juga



obat



yang mampu



melonggarkan



bagian



saluran



pernapasan. Pulmicort sendiri memiliki kandungan atau terbuat dari bahan-bahan aktif budesonide.



2. Ventolin Ventolin sendiri memiliki komposisi salbutamol sulfate, yang mana mampu proses penanganan serta pencegahan terjadinya serangan asma. Cara penanganan yang rutin terhadap bronkospasme kronik yang mana tidak mampu memberikan respon terhadap terapi konvesional, yaitu asma berat akut.



Cara penggunaan 1. Dewasa dan anak usia lebih dari 12 tahun : dosis awal 3-4 kali sehari 24 mg. dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai maksimum 4 kali sehari 8 mg. dosis maksimal harian : 32 mg /hari (dalam dosis bagi). 2. Anak 6-12 tahun : 3 kali sehari 2 mg. dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai dosis maksimal harian : 24 mg /hari (dalam dosis bagi). 3. Anak 2-6 tahun : 3 kali sehari 1 mg. 4. Pasien usia lanjut atau pasien yang sensitif terhadap stimulan beta adrenergik : dosis awal : 3-4 kali sehari 2 mg. dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai maksimum 4 kali sehari 8 mg. 5. Ventolin Nebulizer : sediaan dimasukkan ke dalam alat (nebulizer) untuk dihisap oleh pasien. 6. Ventolin Nebules (untuk nebulizer) : setiap 1 ampul Ventolin Nebules mengandung salbutamol sulfat 2,5 mg.



3. Flexotida Floxotida ini memiliki kandungan komposisi seperti flexotida, yang mana dlexotida ini adalah fluticasone propionate. Obat ini biasanya di gunakan untuk meredakan sejumlah gejala serta eksaserbasi penyakit asma pada penderita yang mana sebelumnya menerimaterapi dengan bronkodilator saja atau bahkan mereka yang sebelumnya menjalankan bentuk terapi profilaksis lainnya. 4. Nacl Obat ini bertujuan untuk mengencerkan dahak. Pada kasus penderita yang mengalami asma berat, setelah memperoleh terapi inhalasi dengan menggunakan bronodilator bisa di lanjutkan dengan pemberian cairan Nacl sebanyak 0,9% dengan menggunakan nebulizer selama 20-30 menit saja, dengan penggunakaan sebanyak 3-4 kali dalam 1 hari. 5. Bisolvon Cair Obat jenis ini umumnya, memiliki fungsi guna mengencerkan dahak, sama seperti Nacl. Namun dosis yang di berikan jelas berbeda, untuk orang dewasa dosis yang diberikan sekitar 10 tetes/1 cc, sedangkan untuk anakanak atau balita dosisi yang diberikannya sekitar 2 tetes/5 kg berat badan anak 6. Atroven Atroven sendiri memiliki fungsi untuk melonggarkan bagian saluran pernapasan, yang mana memiliki komposisi dari ipratropium bromide. Atroven sendiri merupakan antikolinergik yang mana umumnya diberikan dalam bentuk aerosol serta memiliki sifat sebagai bronkodilator. 7. Berotex Bertotex ternyata memiliki fungsi untuk melonggarkan saluran pernapasan juga. Dan untuk sosisi yang diberikan kepada orang dewasa dan juga anakanak yang berusia di atas 12 tahun yang memiliki kondisi asma akut diberikan sekitar 0,5 ml/10 tetes. Sedangkan untuk kasus asma yang lebih berat biasanya akan di berikan dosisi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 1-1,25 ml/20-25 tetes, dan hal ini mungkin akan di butuhkan oleh si penderita. 8. Inflamid Inflamid sendiri memiliki fungsi atau bermanfaat sebagai anti peradangan yang mana jenis obat ini memiliki kandungan Benoxaprofen.



9. Combiven Obat ini merupakan salah satu bentuk obat kombinasi yang mana mampumelonggarkan sistem saluran pernapasan yang mana terdiri dari Ipratropium dan juga salbutamol sulphate.



8. Dosis Nebulizer BB



Sol. Berotec 0,1%



Bisolvon Drops



NaCL 0.9%



0,2 ml (4 tts)



1 ml



1,8 ml



15 Kg



0,3 ml (6 tts)



1 ml



1,7 ml



20 Kg



0,4 ml (8 tts)



1 ml



1,6 ml



25 Kg



0,5 ml (10 tts)



1,5 ml



1,5 ml



Dewasa



0,5-0,8 ml (10-16 tts)



1,5 ml



2,3 ml



10 Kg



9. Prosedur penggunaan nebulizer INHALASI NEBULIZER STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan TUJUAN 2. Melonggarkan jalan nafas 1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret KEBIJAKAN 2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas PETUGAS Perawat A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur pasien dalam posisi duduk 3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set PROSEDUR nebulizer PELAKSANAAN 4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran 5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik 6. Memasukkan obat sesuai dosis 7. Memasang masker pada pasien 8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue D. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan pasien/keluarga 3. Membereskan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



DAFTAR PUSTAKA



Anderson.



(1989).



The



pharmacology



of



intervention



for



respiratory



emergencies.Emergency care quarterly. Buku kompetens iI. (2016). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia, tidak dipublikasikan.Surabaya: STIKES HangTuah Hidayat,AAA.(2016).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Buku2.Jakarta:SalembaMedika Potter&Perry.(2018).Fundamentals of Nursing 3 Thed. The Art and Science of Nursing Care.Philadelphia-NewYork:Lippincott Proehl. (1999). Emergency W.B.Saunder Co.



nursing



procedures,



(2nd



ed.).



Philadelphia: