8 0 112 KB
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIK COLIC ABDOMEN
DISUSUN OLEH : BUDINANTO
2014901006
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KOLIK ABDOMEN
A. Definisi Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011). Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011). B. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu : 1. Secara mekanis a. Adhesi
(pertumbuhan
bersatu
bagian-bagian
tubuh
yang
berdekatan karena radang). b. Karsinoma. c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus). d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati). e. Polip (perubahan pada mukosa hidung). f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran). 2. Fungsional (non mekanik) a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak). b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional. d. Ketidak seimbangan elektrolit. e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011). 3.
Etiologi yang lain yaitu a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis. c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya.
C. Manifestasi Klinis 1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. D. Patofisiologi Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit
dengan
peningkatan
distensi
maka
tekanan
intralumen
meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen .
E. Pathways Obstruksi usus
Akumulasi gas cairan didalam lumen sebelah proksimal dari letak absorpsi
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekotrik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik
Kehilangan H2O dan elektrolit
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Syok hipovolemik
Tekanan infralumen
Peradangan
hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh
Mediator Nyeri Anoreksia Nyeri akut Defisit Nutrisi Gangguan pola tidur
Distensi
Mual, muntah
F. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis. c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung. e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko. f. Kolostomi
lingkaran
untuk mengalihkan
aliran
feses
dan
mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. b. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : a. Terapi Na + K + komponen darah. b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan. c. Dekstrose dan air
untuk memperbaiki
kekurangan
cairan
intraseluler. d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan. e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ). f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves, 2011). G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital. 2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri. 3. Pemeriksaan rectal. 4. Laboratorium : leukosit, HB. 5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus. 6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus. 8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2011). H. Asuhan Keperawatan Pengkajian Fokus Pengakajian, meliputi : 1. Identitas klien 2. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit. b. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien. c. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular. 4. Pola- pola fungsi kesehatan a. Pola
pesepsi
dan
tata
laksana
hidup
sehat.
Perubahan
penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. b. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah. c. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan. e. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien. f. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang. g. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual. h. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya. i. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya. j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan. 5.
Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya. b. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak. c. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya. d. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar. e. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, mun tah. f. Sistem
genitourinaria/eliminasi.
intoleransi terhadap makanan.
Terjadi
konstipasi
akibat
I. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi 2. Defisit
Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Kurang kontrol tidur
J. Intervensi 1. Nyeri Akut Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fumgsional Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan nyeri menurun. Intervensi : -
Identifikasi karakteristik lokasi imtemsitas dan kualitas nyeri
-
Identifikasi skala nyeri
-
Identifikasi respon nyeri non verbal
-
Berikan Teknik nonfarmakologi
-
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
-
Kolaborasi dalam pemberian analgetic
2. Defisit nutrisi Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik Intervensi : -
Identifikasi status nutrisi
-
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
-
Monitor berat badan
-
Monitor asupan makanan
-
Berikan suplemen makanan jika perlu
3. Gangguan pola tidur Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan pola tidur membaik Intervensi : -
identivikasi pola aktivitas dan tidur
-
identifikasi factor pengganggu tidur
-
identifikasi obat tidur yang di konsumsi
-
modifikasi lingkungan
-
tetapkan jadwal tidur rutin
-
identifikasi obat tidur yang di konsumsi
-
jelaskan pentingnya tidur saat sakit
DAFTAR PUSTAKA NANDA NIC NOC Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis Jilid 2 Penerbit Mediaction Jogja, 2015 https://www.scribd.com/doc/230546368/Laporan-Pendahuluan-AsuhanKeperawatan-Kolik-Abdomen JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol.7 No.2, Diana (2020), Implementasi Algoritma Hebb Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa Riset Keperawatan, Euis (2013), Pengaruh Distraksi Dengan Spiritual Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Colic Abdomen Di Instalasi Gawat Darurat RS Pasar Rebo Jakarta Emiliana (2019), Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medik Ileus Paralitik Di Ruang Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang