15 0 772 KB
BUKU PANDUAN UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT MAHASISWA HINDU SE-‐JAWA DAN LAMPUNG TAHUN 2015
PANITIA PELAKSANA UTSAWA DHARMA GITA KELUARGA MAHASISWA HINDU UNIVERSITAS TELKOM 2015
A. Pendahuluan Dharma Gita sebagai nyanyian suci keagamaan Hindu memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Hindu di seluruh Indonesia. Ajaran Weda yang mengandung nilai-‐nilai spiritual, etika, dan estetika yang sangat tinggi, di jadikan sumber pedoman dalam Dharma Gita ini sehingga memberi tuntunan pemahaman terhadap ajaran agama Hindu mulai dari aspek Tatwa, Susila dan Upacara. Keberadaan Dharma Gita dikalangan umat Hindu di seluruh nusantara memiliki keragaman dan warna-‐warni dalam jenis irama lagu, bahasa teksnya maupun cara-‐cara melagukannya. Hal ini telah mengantarkan umat Hindu pada kekayaan budaya yang tak terbatas, memberi dukungan dalam membangun rasa keagamaan sesuai dengan budaya daerah masing-‐masing, maupun dalam meningkatkan penghayatan dan pemahaman terhadap ajaran agama Hindu. Dharma Gita merupakan budaya luhur sebagai sarana bagi umat Hindu dalam menjembatani Jnana dan Sradha-‐nya. Tidak hanya pada generasi tua dan tokoh-‐tokoh agama, generasi muda pun diharapkan turut serta dalam pemahaman dan pengembangannya karena merekalah yang akan menjadi ujung tombak perkembangan Hindu di masa depan. Sehingga dengan Dharma Gita ini diharapkan nantinya akan terbentuk generasi Hindu yang cerdas, baik cerdas mental, cerdas sosial, maupun cerdas secara spiritual. Salah satu media pelestarian dan pengembangan Dharma Gita adalah melalui kegiatan Utsawa Dharma Gita. Utsawa Dharma Gita merupakan kegiatan perlombaan atau festival nyanyian suci keagamaan Hindu.Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan Dharma Gita sekaligus dapat mendidik generasi muda Hindu untuk dapat meningkatkan Jnana dan Srada terhadap agama Hindu itu sendiri. Adapun jenis kegiatan yang dilombakan dalam pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Keluarga Mahasiswa Hindu Universitas Telkom 2015 adalah sebagai berikut: 1. Pembacaan Sloka Berpasangan Tingkat Mahasiswa. 2. Kidung Berkelompok Tingkat Mahasiswa. 3. Phalawakya Berpasangan Tingkat Mahasiswa. 4. Dharma Wacana Perorangan Tingkat Mahasiswa. 5. Dharma Wacana Berbahasa Inggris Perorangan Tingkat Mahasiswa. 6. Dharma Widya (Cerdas Cermat) Berkelompok Tingkat Mahasiswa.
B. Nama Kegiatan
Nama kegiatan adalah:
“Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015”
C. Tema Kegiatan Tema Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 adalah :
“Harmoni Yowana Hindu dalam Alunan Gita ”.
D. Tujuan Kegiatan Tujuan dari acara Utsawa Dharma Gitaini adalah : 1. Meningkatkan Sradha dan Bhakti, serta nilai spiritual mahasiswa Hindu se-‐ Jawa dan Lampung terhadap Hyang Widhi Wasa. 2. Meningkatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan sesama mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung. 3. Menambah wawasan mengenai ajaran Agama Hindu. 4. Menjalin simakrama dengan mahasiswa Hindu di Pulau Jawa dan Lampung. 5. Meningkatkan kepedulian antar sesama mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung. 6. Meningkatkan kemampuan bahasa inggris dikalangan mahasiswa
E. Jenis Kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembacaan Sloka Berpasangan Tingkat Mahasiswa. Kidung Berkelompok Tingkat Mahasiswa. Phalawakya Berpasangan Tingkat Mahasiswa. Dharma Wacana Perorangan Tingkat Mahasiswa Dharma Wacana Berbahasa Inggris Perorangan Tingkat Mahasiswa. Dharma Widya (Cerdas Cermat) Berkelompok Tingkat Mahasiswa.
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015dilaksanakan pada tanggal 14 – 15 November 2015 bertempat di Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No.1, Dayeuh Kolot, Bandung. Adapun lokasi masing-‐masing kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan simakrama dan technical meeting direncanakan bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. 2. Upacara PembukaanUtsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu Se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom lantai 1. 3. Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu Se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015: a. Pembacaan Sloka Berpasangan Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. b. Kidung Berkelompok Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. c. Phalawakya Berpasangan Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. d. Dharma Wacana Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom.
e. Dharma Wacana Berbahasa Inggris Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. f. Dharma Widya (Cerdas Cermat) Tingkat Mahasiswa bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom. 4. Upacara Penutupan Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu Se-‐ Jawa dan Lampung Tahun 2015bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Telkom lantai 1.
G. Syarat Umum Keikutsertaan Terdaftar sebagai mahasiswa/mahasiswi Hindu di suatu perguruan tinggi di Pulau Jawa dan Lampung atau bagian Sekaa muda-‐mudi banjar daerah Bandung yang terdaftar dengan jelas berusia 18 s.d 22 tahun.
H. Materi
Materi Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 terdiri dari Sloka, Kidung, Phalawakya, Dharma Wacana bahasa Indonesia, Dharma Wacana Berbahasa Inggris, dan Dharma Widya (Cerdas Cermat) ditetapkan seperti terlampir.
I. Tata Tertib
Demi kelancaran dan ketertiban pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 ditetapkan tata tertib seperti terlampir.
LAMPIRAN I
:
TATA TERTIB UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT MAHASISWA HINDU SE-‐JAWA DAN LAMPUNG TAHUN2015
BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 ISTILAH DAN PENGERTIAN 1. Pelaksana ialah Panitia Pelaksana Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 dari KMH Universitas Telkom. 2. Peserta ialah Para Peserta Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 dari berbagai Perguruan Tinggi se-‐Jawa dan Lampung yang telah terdaftar sebagai peserta.
3. Juri ialah Tim Juri yang bertugas menilai dan menetapkan juara Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 yang meliputi bidang : Mantra (Sloka), Kidung, Phalawakya, Dharma Wacana bahasa Indonesia, Dharma Wacana Berbahasa Inggris, dan Dharma Widya (Cerdas Cermat). 4. Official ialah gabungan dari pelatih dan penanggung Jawab dari masing-‐masing kontingen. 5. Naskah adalah materi yang terdiri dari Mantra (Sloka), teks Kidung, teks Phalawakya, teks Dharma Wacana dan soal-‐soal Dharma Widya (Cerdas Cermat). 6. Technical Meeting adalah pertemuan khusus sebelum acara lomba yang dihadiri oleh unsur panitia inti, dewan juri dan official masing-‐masing kontingen. 7. Mantra (Sloka) adalah syair-‐syair kitab suci Veda. 8. Kidung adalah lagu-‐lagu suci yang digunakan dalam kegiatan keagamaan. 9. Phalawakya adalah suatu bacaan terjemahan sloka dengan irama tertentu dengan mempergunakan bahasa Jawa Kuno. 10. Dharma Wacana adalah ceramah keagamaan Hindu yang temanya disesuaikan dengan prinsip-‐prinsip Agama Hindu dengan dua kategori yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 11. Dharma Widya adalah kegiatan cerdas cermat yang materinya diambil dari ajaran Agama Hindu. PASAL 2 JENIS LOMBA 1. Pembacaan Sloka Berpasangan Tingkat Mahasiswa. 2. Kidung Berkelompok Tingkat Mahasiswa. 3. Phalawakya Berpasangan Tingkat Mahasiswa. 4. Dharma Wacana Perorangan Bahasa Indonesia Tingkat Mahasiswa. 5. Dharma Wacana Perorangan Bahasa Inggris Tingkat Mahasiswa. 6. Dharma Widya (Cerdas Cermat) Berkelompok Tingkat Mahasiswa. PASAL 3 KEHADIRAN DI LOKASI LOMBA 1. Peserta diharapkan hadir 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Pada saat lomba berlangsung, pemanggilan peserta dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan interval 2 (dua) menit untuk setiap pemanggilan. Jika dalam 3 (tiga) kali pemanggilan tersebut tidak hadir maka peserta dinyatakan gugur. PASAL 4 PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Pada saat pelaksanaan lomba, pakaian yang digunakan peserta adalah pakaian adat masing-‐masing dan diwajibkan sopan. 2. Peserta akan mendapat nomor identitas yang selanjutnya akan menjadi identitas yang bersangkutan selama perlombaan berlangsung.
1. 2.
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3.
PASAL 5 OFFICIAL Setiap kontingen dipimpin oleh seorang pelatih yang bertanggungjawab sejak persiapan, pelaksanaan sampai kembali ke daerah masing-‐masing. Pada saat pelaksanaan,official bertugas : a. Mendaftarkan peserta sekaligus menyelesaikan administrasinya. b. Mengikuti Technical Meeting. c. Mengurus akomodasi peserta. d. Mengurus perlengkapan yang diperlukan. e. Menghubungi pihak panitia sesuai dengan keperluan. PASAL 6 REGISTRASI Seluruh peserta wajib melakukan registrasi pada saat kedatangan yang diwakilkan oleh official. Registrasi akan dilakukan oleh petugas registrasi dari panitia. Setiap peserta wajib mengisi formulir yang akan diberikan pada saat registrasi. Pengumpulan formulir disertai dengan fotocopy Kartu Tanda Mahasiswa masing-‐ masing peserta. PASAL 7 TECHNICAL MEETING Sebelum perlombaan dimulai akan dilaksanakan Technical Meeting untuk menjelaskan tentang hal-‐hal yang berkaitan dengan tata tertib lomba. Technical meeting dihadiri oleh panitia, dewan juri dan official masing-‐masing peserta. Technical meeting dipimpin oleh salah seorang panitia. Official dapat memberikan usul dan saran pada saat technical meeting, dan hal tersebut dapat dipertimbangkan oleh panitia untuk diputuskan oleh pimpinan rapat. Hasil technical meeting menjadi pedoman pelaksanaan pambinaan dan harus ditaati oleh semua panitia, official dan peserta. Official bertanggung jawab atas penyampaian technical meeting pada seluruh peserta kontingennya. PASAL 8 TEKNIS LOMBA Nomor tampil ditentukan dengan undian yang dilakukan panitia. Lomba dilakukan secara paralel (Tahap pertama: Sloka, Kidung, dan Phalawakya ; Tahap kedua: Dharma Wacana bahasa Indonesia, Dharma Wacana Berbahasa Inggris, dan Dharma Widya). Tepuk tangan hanya diperkenankan sebelum dan sesudah penampilan peserta sehingga selama penampilan tidak diperkenankan untuk memberikan tepuk tangan termasuk komentar apapun.
4. Semua peserta dilarang untuk membuat keributan yang bisa menganggu jalannya lomba. 5. Peserta atau official dapat meminta kepada panitia untuk meyakinkan bahwa semua perangkat pendukung termasuk sound system telah berfungsi dengan baik melalui testing. PASAL 9 PENETAPAN PEMENANG DAN HADIAH Penetapan pemenang untuk masing-‐masing jenis lomba ditentukan berdasarkan pengumpulan jumlah nilai terbanyak yang berhasil diperoleh dengan urutan pemenang ditetapkan sebagai berikut: 1. Pembacaan Sloka Berpasangan: • Juara I • Juara II • Juara III 2. Kidung Berkelompok: • Juara I • Juara II • Juara III 3. Phalawakya Berpasangan: • Juara I • Juara II • Juara III 4. Dharma Wacana Perorangan Bahasa Indonesia: • Juara I • Juara II • Juara III 5. Dharma Wacana Perorangan Bahasa Inggris : • Juara I • Juara II • Juara III 6. Dharma Widya (Cerdas Cermat) Berkelompok : • Juara I • Juara II • Juara III
7. Masing–masing juara I, II dan III diberikan hadiah berupa piala tetap, uang pembinaan, dan piagam penghargaan. 8. Kontingen yang memperoleh medali emas terbanyak, ditetapkan sebagai Juara Umum Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 dan memperoleh Piala Bergilir, Piagam Penghargaan dan Uang Pembinaan. Bila ada kontingen yang memperoleh medali emas dalam jumlah sama, maka yang diperhitungkan adalah jumlah perolehan medali perak dan bila jumlah perolehan medali emas dan perak sama, maka yang diperhitungkan adalah jumlah perolehan medali perunggu. PASAL 10 PIALA BERGILIR 1. Piala bergilir diberikan kepada peserta Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 yang berhasil meraih predikat sebagai Juara Umum. 2. Pemenang berhak menyimpan piala bergilir Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu se-‐Jawa dan Lampung Tahun 2015 hingga pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu Se-‐Jawa dan Lampung berikutnya. 3. Sebelum pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Mahasiswa Hindu Se-‐Jawa dan Lampung berikutnya, maka pemenang harus menyerahkan piala bergilir tersebut kepada panitia dalam upacara pembukaan. 4. Piala bergilir ini harus dirawat dan dijaga dengan baik oleh Juara Umum dan apabila ternyata selama disimpan oleh pemenang mengalami kerusakan, pecah atau hilang, maka Juara Umum yang bersangkutan harus mengganti piala bergilir tersebut senilai Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) kepada panitia. 5. Piala bergilir ini menjadi piala tetap setelah peserta meraih Juara Umum sebanyak 3 (tiga) kali berturut-‐turut atau 5 (lima) kali secara tidak berturut-‐turut.
BAB II KETENTUAN KHUSUS TIAP LOMBA
A. PEMBACAAN SLOKA BERPASANGAN TINGKAT MAHASISWA : PASAL 1 PEDOMAN LOMBA 1. Penentuan nomor urut tampil dan naskah sloka wajib peserta ditentukan melalui proses pengundian sebelum lomba dimulai. 2. Pada waktu penampilan peserta wajib mengawalinya dengan menyampaikan panganjali umat dan diakhiri dengan paramasanti.
3. Jumlah naskah sloka wajib yang harus dibawakan oleh masing-‐ masing peserta adalah sebanyak 1 (satu) bait sesuai dengan undian yang diperoleh. 4. Naskah sloka pilihan dapat dipilih sendiri oleh peserta dari naskah-‐naskah pilihan yang tersedia dalam buku pedoman dan dibawakan hanya 1 (satu) bait. PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Peserta lomba terdiri dari 1 (satu) orang pembaca dan 1 (satu) orang penerjemah. 2. Setiap kontingen peserta hanya diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 pasangan. 3. Pakaian peserta ditetapkan sesuai dengan pakaian adat daerah masing-‐masing. 4. Setiap peserta memakai nomor identitas yang diberikan oleh panitia dan dipasang di dada sebelah kiri. PASAL 3 NASKAH 1. Baik itu naskah sloka wajib ataupun naskah sloka pilihan disediakan oleh panitia. 2. Peserta dilarang membaca naskah sloka yang dibawa sendiri dengan alasan apapun. 3. Peserta yang membaca naskah sloka di luar yang disediakan oleh panitia, akan langsung dinyatakan gugur. PASAL 4 WAKTU 1. Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. 3. Peserta disediakan waktu 15 (lima belas) menit untuk tampil. PASAL 5 PENILAIAN 1. Rentang nilai antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus), bagi tiap juri dapat memakai penilaian antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus) atau sesuai kesepakatan juri. 2. Total adalah nilai wajib ditambah nilai pilihan dikalikan dengan bobot. Jumlah total ini akan jadi nilai peserta. 3. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah Nilai Vokal(suara). 4. Kriteria Penilaian Lomba Pembacaan Sloka : NO. KRITERIA YANG DINILAI BOBOT NILAI TOTAL WAJIB PILIHAN A PEMBACA
1. 2. 3. 4.
B 1. 2. 3. 4.
PENAMPILAN 1,5 • Pakaian • Keserasian Gerak • Posisi Pembaca di sebelah kiri dan Penerjemah di sebelah kanan 3 VOKAL(SUARA) • Karakter suara • Vibrasi 3 UCAPAN • Intonasi • Ketepatan dalam pemenggalan suku kata 2,5 EKSPRESI • Mimik • Penjiwaan JUMLAH 10 PENERJEMAH PENAMPILAN 1,5 VOKAL (SUARA) 3 EKSPRESI 3 KESERASIAN 2,5 • Ketepatan arti • Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar JUMLAH 10
B. KIDUNG BERKELOMPOK TINGKAT MAHASISWA: PASAL 1 PEDOMAN LOMBA 1. Nomorurut tampil ditentukan dengan cara pengundiansebelum lomba dimulai. 2. Pada waktu penampilan peserta wajib mengawalinya dengan menyampaikan panganjali umat dan diakhiri dengan paramasanti. PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Peserta dalam satu regu berjumlah 5 (lima) orang. 2. Pakaian peserta ditetapkan sesuai dengan pakaian adat daerah masing-‐masing. 3. Setiap regu memakai nomor identitas yang diberikan oleh panitia. PASAL 3 NASKAH 1. Naskah yang dipakai adalah yang tercantum dalam pedoman. PASAL 4 WAKTU 1. Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. 3. Dalam menyanyikan Kidung, peserta disediakan waktu 15 (lima belas) menit untuk menyanyikan Kidung wajib dan Kidung pilihan. PASAL 5 PENILAIAN 1. Rentang nilai antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus), bagi tiap juri dapat memakai penilaian antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus) atau sesuai kesepakatan. 2. Total adalah nilai wajib ditambah nilai pilihan dikalikan dengan bobot. Jumlah total ini akan jadi nilai peserta. 3. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah Nilai Kekompakan.
4. Kriteria Penilaian Lomba Kidung : NO. KRITERIA YANG DINILAI
1. 2. 3. 4.
PENAMPILAN • Keserasian Pakaian • Keserasian Gerak • Komposisi VOKAL(SUARA) • Tinggi rendah nada KEKOMPAKAN • Keserasian irama(lagu) EKSPRESI • Mimik • Penjiwaan JUMLAH
BOBOT 2
NILAI TOTAL WAJIB PILIHAN
3 3 2
10
C. PHALAWAKYA BERPASANGAN TINGKAT MAHASISWA: PASAL 1
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
PEDOMAN LOMBA Penentuan nomorurut tampil dan naskah phalawakya wajib peserta ditentukan melalui proses pengundian sebelum lomba dimulai. Pada waktu penampilan peserta wajib mengawalinya dengan menyampaikan panganjali umat dan diakhiri dengan paramasanti. Pembacaan naskah phalawakya terdiri dari 1 (satu) naskah phalawakya wajib dan 1 (satu) naskah phalawakya pilihan yang dibawakan dengan cara dibacakan. Naskah phalawakya pilihan dapat dipilih sendiri oleh peserta dari naskah-‐naskah pilihan yang tersedia dalam buku pedoman. PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT Peserta lomba terdiri dari 1 (satu) orang pembaca dan 1 (satu) orang penerjemah. Setiap kontingen peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 (satu) pasangan. Pakaian peserta ditetapkan sesuai dengan pakaian adat daerah masing-‐masing. Setiap peserta memakai nomor identitas yang diberikan oleh panitia dan dipasang di dada sebelah kiri. PASAL 3 NASKAH Baik itu naskah phalawakya wajib ataupun naskah phalawakaya pilihan disediakan oleh panitia. Peserta dilarang membaca naskah phalawakya yang dibawa sendiri dengan alasan apapun. Peserta yang membaca naskah phalawakya di luar yang disediakan oleh panitia, akan langsung dinyatakan gugur.
PASAL 4 WAKTU 1. Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. 3. Peserta disediakan waktu 15 (lima belas) menit untuk tampil. PASAL 5 PENILAIAN 1. Rentang nilai antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus), bagi tiap juri dapat memakai penilaian antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus) atau sesuai kesepakatan juri.
2. Total adalah nilai wajib ditambah nilai pilihan dikalikan dengan bobot. Jumlah total ini akan jadi nilai peserta. 3. Urutan Pemenang pembacaan Phalawakya mulai dari urutan perolehan nilai tertinggi. 4. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah Nilai Vokal (suara). 5. Kriteria Penilaian Lomba Pembacaan Phalawakya : NO. KRITERIA YANG DINILAI BOBOT NILAI TOTAL WAJIB PILIHAN A PEMBACA 1. PENAMPILAN 1,5 • Pakaian • Keserasian Gerak • Posisi Pembaca di sebelah kiri dan Penterjemah di sebelah kanan 2. VOKAL(SUARA) 3,5 • Suara di pangkal lidah (Bungkahing Jihwa), tinggi rendahnya pengambilan suara dan suara tidak sumbang. 3. UCAPAN 2,0 • Intonasi • Ketepatan dalam pemenggalan suku kata 4. IRAMA 1,5 Tekanan dalam pembacaan sehingga guru lagu bisa terpenuhi 5. EKSPRESI 1,5 • Mimik • Penjiwaan JUMLAH 10
B 1. 2. 3. 4. 5.
PENERJEMAH PENAMPILAN VOKAL (SUARA) EKSPRESI: -‐ Mimik -‐ Penjiwaan KESERASIAN : keserasian, keharmonisan antara pembaca dan penterjemah, antara teks dan terjemahannya KETEPATAN TERJEMAHAN JUMLAH
1 3 2 2 2
10
D. DHARMA WACANA PERORANGAN TINGKAT MAHASISWA : PASAL 1 PEDOMAN LOMBA 1. Nomor urut tampil ditentukan dengan cara pengundian sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Pada waktu penampilan peserta wajib mengawalinya dengan menyampaikan panganjali umat dan diakhiri dengan paramasanti. 3. Peserta memperkenalkan diri (nama peserta dan nama Perguruan Tinggi). 4. Pada saat tampil, peserta diperkenankan membawa naskah(optional). PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Pakaian peserta ditetapkan sesuai dengan pakaian adat daerah masing-‐masing . 2. Setiap peserta memakai nomor identitas yang diberikan oleh panitia yang dipasang di dada sebelah kiri.
PASAL 3 NASKAH 1. Naskah Dharma Wacana ditulis (disusun) oleh Peserta Lomba, dengan mempergunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan ketentuan : a. Diketik di kertas A4 dengan jarak spasi 1,5 (satu koma lima), ukuran font 12 (dua belas), dengan margin 2 (dua) centimeter di setiap sisi, dan menggunakan jenis font Calibri atau Arial. b. Jumlah halaman minimal 2 (dua) halaman dan maksimal 5 (lima) halaman. c. Tema disiapkan oleh panitia, dipilih sendiri oleh peserta diantara tema-‐tema berikut ini : i. Kepemimpinan Hindu ii. Hari Raya (Pilihan: Nyepi, Galungan, atau Saraswati) iii. Sradha Agama Hindu iv. Pawiwahan Agama Hindu v. Rwa Bhineda vi. Tirta Yatra vii. Tat Twam Asi viii. Tri Hita Karana 2. Naskah terjilid paling lambatdikumpulkan ke panitia pada saat pendaftaransebanyak 4 (empat) rangkap. PASAL 4 WAKTU 1. Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. 3. Dalam penyampaian Dharma Wacana, peserta disediakan waktu maksimal 15 (lima belas) menit dengan rincian pembukaan 2,5 (dua koma lima) menit, isi 10 (sepuluh) menit dan penutup 2,5 (dua koma lima) menit. PASAL 5 PENILAIAN 1. Rentang nilai antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus), bagi tiap juri dapat memakai penilaian antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus) atau sesuai kesepakatan. 2. Total adalah nilai dikalikan bobot. Jumlah total ini akan menjadi nilai total peserta. 3. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah Nilai Bobot. 4. Kriteria Penilaian Lomba Dharma Wacana : NO. KRITERIA YANG DINILAI BOBOT NILAI TOTAL
A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PEMBACA NASKAH • Teknik penulisan naskah • Isi(meteri) naskah • Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar PENAMPILAN • Pakaian • Sikap EKSPRESI • Mimik • Penjiwaan • Gaya BAHASA • Menggunakan kaidah-‐ kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar KOMUNIKASI • Kemampuan menguasai audience PENGUASAAN MATERI • Kesesuaian antara naskah dan penyajian KETEPATAN WAKTU JUMLAH
1
1,5 1 1,5 2 2 1 10
E. DHARMA WACANA BERBAHASA INGGRIS PERORANGAN TINGKAT MAHASISWA : PASAL 1 PEDOMAN LOMBA 1. Nomor urut tampil ditentukan dengan cara pengundian sebelum acara pembukaan dimulai. 2. Pada waktu penampilan peserta wajib mengawalinya dengan menyampaikan panganjali umat dan diakhiri dengan paramasanti. 3. Peserta memperkenalkan diri (nama peserta dan nama Perguruan Tinggi). 4. Pada saat tampil, peserta diperkenankan membawa naskah (optional). PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Pakaian peserta ditetapkan sesuai dengan pakaian adat daerah masing-‐masing . 2. Setiap peserta memakai nomor identitas yang diberikan oleh panitia yang dipasang di dada sebelah kiri. PASAL 3 NASKAH 1. Naskah Dharma Wacana ditulis (disusun) oleh Peserta Lomba, dengan mempergunakan Bahasa Inggris yang baik dan benar dengan ketentuan : a. Diketik di kertas A4 dengan jarak spasi 1,5 (satu koma lima), ukuran font 12 (dua belas), dengan margin 2 (dua) centimeter di setiap sisi, dan menggunakan jenis font Calibri atau Arial. b. Jumlah halaman minimal 2 (dua) halaman dan maksimal 5 (lima) halaman. c. Tema disiapkan oleh panitia, dipilih sendiri oleh peserta diantara tema-‐tema berikut ini : i. Kepemimpinan Hindu ii. Hari Raya (Pilihan: Nyepi, Galungan, atau Saraswati) iii. Sradha Agama Hindu iv. Pawiwahan Agama Hindu v. Rwa Bhineda vi. Tirta Yatra vii. Tat Twam Asi viii. Tri Hita Karana 2. Naskah terjilid paling lambat dikumpulkan ke panitia pada saat pendaftaran sebanyak 4 (empat) rangkap. PASAL 4 WAKTU 1. Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai.
2. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. 3. Dalam penyampaian Dharma Wacana, peserta disediakan waktu maksimal 15 (lima belas) menit dengan rincian pembukaan 2,5 (dua koma lima) menit, isi 10 (sepuluh) menit dan penutup 2,5 (dua koma lima) menit. PASAL 5 PENILAIAN A. Rentang nilai antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus), bagi tiap juri dapat memakai penilaian antara 50 (lima puluh) sampai 100 (seratus) atau sesuai kesepakatan. B. Total adalah nilai dikalikan bobot. Jumlah total ini akan menjadi nilai total peserta. C. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah Nilai Bobot. D. Kriteria Penilaian Lomba Dharma Wacana : NO. KRITERIA YANG DINILAI BOBOT NILAI TOTAL A PEMBACA 1. NASKAH 2 • Teknik penulisan naskah • Isi (materi) naskah • Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar 2. PENAMPILAN 1 • Pakaian • Sikap 3. EKSPRESI DAN KOMUNIKASI 2 • Mimik • Penjiwaan • Gaya • Kemampuan menguasai audience 4. BAHASA 2 • Menggunakan kaidah-‐ kaidah bahasa inggris yang benar dalam pronountation dan grammar
5. 6.
PENGUASAAN MATERI • Kesesuaian antara naskah dan penyajian KETEPATAN WAKTU
2 1
JUMLAH 10 F. DHARMA WIDYA(CERDAS CERMAT) BERKELOMPOK TINGKAT MAHASISWA : PASAL 1 PEDOMAN LOMBA 1. Pembagian sesi tampil tiap regu saat perlombaan ditentukan dengan cara pengundian pada saat hari pelaksanaan lomba. 2. 1 (satu) sesi maksimal terdiri dari 4 (empat) regu yang berlomba. 3. Lomba terdiri dari 2 (dua) babak, yaitu Babak Penyisihan(terdiri dari soal wajib dan soal rebutan) dan Babak Final (terdiri dari soal wajib dan soal rebutan). 4. Ketua regu terlebih dahulu memperkenalkan anggotanya saat acara lomba dimulai. PASAL 2 PESERTA, PAKAIAN DAN ATRIBUT 1. Setiap kontingen hanya diperbolehkan mengirimkan 1 regu yang terdiri dari 3 (tiga) orang. 2. Pakaian peserta bebas, rapi, dan sopan. 3. Setiap regu memakai nama dan nomor identitas regu yang diberikan oleh panitia. PASAL 3 NASKAH (SOAL) 1. Naskah soal disusun berdasarkan poin materi yang telah diberikan antara lain: a. Sejarah Agama Hindu b. AlamSemesta c. Veda d. Sradha e. Catur Purusartha f. Catur Marga g. Sosiologi Agama Hindu h. Sad Dharsana i. Sila dan Etika Hindu j. Yadnya
k. l. m. n. o. p. q. r. s.
2. 3. 4. 5.
1. 2. 3.
1. 2.
Pandita dan Pinandita Tempat Suci Nitisastra Agama Hindu dan Pembangunan Nasional Hari Raya Panca Yama Brata Panca Nyama Brata Catur Paramitha Catur Asrama Naskah soal disiapkan untuk Babak Penyisihan dan Babak Final. Naskah soal wajib (terdiri dari soal jawaban singkat dan soal penjelasan) dipilih oleh ketua regu yang dilakukan sesaat sebelum perlombaan dimulai dan naskah soal rebutan dipegang oleh panitia lomba. Bentuk soal adalah soal jawaban singkat dan penjelasan Jumlah soal : a. Babak penyisihan : dalam babak ini disiapkan 4 (empat) paket soal wajib dan soal penjelasan yang harus dipilih oleh tiap regu yang berisi masing-‐masing 5 (lima) soal wajib dan 1 (satu) soal penjelasan. Soal rebutan untuk semua regu disiapkan 1(satu) paket yang berisi 15 (lima belas) soal. b. Babak Final : diikuti oleh 3 (tiga) regu pemenang dari masing-‐masing sesi. Dalam babak ini disiapkan 3 (tiga) paket soal wajib dan soal penjelasan yang harus dipilih oleh tiap regu yang berisi masing-‐masing 5 (lima) soal wajib dan 1 (satu) soal penjelasan. Soal rebutan untuk semua regu disediakan 1 (satu) paket yang berisi 15 (lima belas) soal. PASAL 4 WAKTU Peserta sudah siap di tempat lomba 15 (lima belas) menit sebelum acara pembukaan dimulai. Peserta yang dipanggil sampai 3 (tiga) kali dengan interval waktu 2 (dua) menit tidak hadir maka dinyatakan gugur. Jika dalam waktu 5 (lima) detik peserta tidak menjawab, maka dianggap tidak menjawab. PASAL 5 PENILAIAN Setiap jawaban benar diberi nilai 100 (seratus). Setiap jawaban salah untuk setiap pertanyaan wajib diberi nilai 0 (nol). Untuk soal rebutan yang jawabannya salah nilai dikurangi 50 (lima puluh). Untuk soal penjelasan dinilai langsung oleh juri dengan interval nilai 50 (lima puluh) – 100 (seratus).
3. Jika pada akhir setiap fase penyisihan terdapat nilai yang sama, dapat diadakan babak tambahan dengan soal rebutan paling banyak 5(lima) soal. 4. Regu yang mendapat nilai tertinggi dinyatakan sebagai pemenang. PASAL 6 TIM PELAKSANA DAN TUGASNYA 1. Tim pelaksana terdiri dari : a. Satu orang Penanggung jawab, yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan lomba di tiap ruangan. b. Dua orang pembaca soal, yang bertugas membuka lomba sekaligus membacakan soal. c. Satu tim juri yang terdiri dari tiga orang penilai pada Babak Penyisihan dan Babak Final yang bertugas untuk memberikan nilai atas jawaban peserta. d. Satu orang pengukur waktu, yang bertugas mengukur waktu dan membunyikan tanda stop bila waktu menjawab satu soal telah habis, serta sebagai penulis skor.
BAB III KETENTUAN LAIN PASAL I 1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam tata tertib ini bila dipandang perlu akan diatur kemudian
LAMPIRAN II : MATERI LOMBA SLOKA
A. Sloka Wajib : 1. Devānām bhadrā sumatir rjūyatām devānām rātir abhi no ni varttatām / devānām sakhyam upa sedimā vayam devā na āyuh pratirantu jīvase //
(Yajur veda, XXV.15) Semoga kasih sayang para Dewa yang tulus dan lurus tercurah pada kami. Semoga karunia para Dewa mengelilingi kami. Semoga tali persahabatan para Dewa dapat kami raih. Semoga para Dewa memperpanjang umur kami sehingga kami tetap hidup. 2. Yathekṣuhetoriha secitaṁ payaḥ treṇāni vallīrapi samprasiñcati, tatha naro dharmmapathena sañcaran yaśāṁśi kāmāni vasūni cāśnute. (Sarasamuscaya, 20) Seperti air yang mengairi tebu, juga sampai kepada rumput liar di sekitarnya, demikianlah orang dengan melaksanakan dharma akan diperoleh juga kekayaan, keuntungan, ketenaran, dan kemewahan. 3. Duhkhe svanudvignamanāh sukhesu vigatasprhah vītaragabhayakrodhah sthitadhir munir ucyate. (Bhagavadgītā, II.56) Dia yang pikirannya tak tergoyangkan dalam keadaan dukacita. bebas dari keinginan berlebihan dalam sukacita, dapat mengatasi nafsu birahi,rasa takut, dan kemarahan, dia disebut orang bijaksana yang berpikir teguh. 4. Dharmah sadā hitaḥ puṁsāṁ dharmaścaivāśrayaḥ satam, dharmallokāstrayastāta pravṛttaḥ sacarācarāḥ. (Sarasamuscaya, 18) Dharma selalu membawa kebahagiaan. Dharma adalah tempat perlindungan yang utama. Ketiga dunia, bersama-‐sama dengan semua isinya baik yang bergerak dan yang tidak bergerak mengalir dari dharma.
5. Kāntāravanadurgeṣu kṛcchreṣvāpatsu sambhrame, udyateṣu ca śastreṣu nāsti dharmmavatāṁ bhayam.
(Sarasamuscaya, 22) Orang yang senantiasa melaksanakan dharma tidak punya takut, meski di semak-‐ semak, di hutan,di tempat-‐tempat yang berbahaya, di segala tempat yang dapat menimbulkan kesusahan,di dalam peperangan. Dharma yang melindungi.
B. Sloka Pilihan : 1. Bhadraṁ karṇebhiḥ ṣṛṇuyāma devā bhadraṁ paśyemākṣabhir yajatrāḥ, sthirair aṅgais tustuvāṁsas tanubhir vyaśema devahitaṁ yadāyuḥ.
( Ṛgveda.1.89.8 )
Oh Dewa, Semoga kami dapat mendengar apa yang baik didengar dengan telinga. Semoga kami dapat melihat apa yang baik dilihat, oh Dewa yang suci. Dengan anggota badan dan tubuh yang kuat, semoga kami dapat memujaMu untuk mencapai rentangan hidup yang Engkau tetapkan. 2. Ā no bhadrāḥ kratavo yantu viśvato dabdhāso aparītāsa udbhidaḥ, devā no yathā sadamid vṛdhyasan na prāyovo rakṣitataro divedive.
(Ṛgveda, I.89.1) Semoga pikiran-‐pikiran mulia datang dari semua arah pada kami, pikiran-‐pikiran yang tidak dusta, yang lapang, yang berkembang, sehingga para dewa selalu menolong hamba menjadi maju, para dewa pelindung kami terus-‐menerus menjaga kami setiap hari.
3. Kāmarthau lipsamānastu dharmmamevāditaścaret, nahi dharmmādapetyarthaḥ kāmo vapi kadācana.
(Sārasamuccaya,12) Pada hakikatnya, jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dulu; tidak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti; tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
4. Anityaṁ yauvanaṁ rūpam anityo dravyasaṁcayaḥ, anityaḥ priyasaṁyogas tasmād dharmaṁ samacaret.
(Ślokāntara, 4) Keremajaan dan kecantikan rupa itu tidak langgeng. Timbunan kekayaan pun tidak langgeng. Hubungan dengan yang dicintai pun tidak langgeng. Oleh karena itu kita harus selalu mengejar dharma karena hanya itulah yang langgeng.
5. Aham raja varuṇo mahyaṁ tanya, suryani prathama dharayanta, kratum sacante varuṇaste kṛnotu jayantaṁ tvanu deva madantu.
(Ṛgveda, IV.42.2) Aku adalah raja, yang amat dimuliakan,Pada-‐Ku terpusat semua energi utama, Yang dapat menghancurkan kekuatan jahat,Kekuatan suci patuh pada perintah-‐ Ku,Sebagai penguasa yang maha mulia. Aku mengatur manusia, keluarga serta kerabatnya.
6. Yo dharmaśilo jitamānaroso vidyāvinito na paropatāpi, svadaratuṣṭaḥ paradaravarji na tasya loke bhayamasti kiñcit.
(Ślokāntara, 6) la yang setia pada kewajibannya, yang mengatasi kesombongan dan kemarahan, yang bijaksana tetapi rendah hati, tak pernah menyakiti orang lain, puas dan setia pada istrinya, hormat pada wanita lainnya, baginya tidak ada sesuatu pun yang perlu ditakutinya di dunia ini.
7. Yuvaiva dharmmaśilaḥ syādanityam khalu jīvitam, ko hi jānāti kadyādya mṛtyusena patiṣyati.
(Sārasamuccaya,31). Pergunakanlah sebaik-‐baiknya kemampuan Anda semasih muda, untuk melakukan dharma. Sebab hidup ini adalah tidak pasti. Siapa gerangan yang tahu tentang datangnya maut, siapa pula yang memberitahukan akan datangnya maut itu.
8. Ā no bhadrāḥ kratavo yantu viśvato dabdhāso aparītāsa udbhidaḥ, devā no yathā sadamid vṛdhyasan na prāyovo rakṣitataro divedive.
(Ṛgveda, I.89.1) Semoga pikiran-‐pikiran mulia datang dari semua arah pada kami, pikiran-‐pikiran yang tidak dusta, yang lapang, yang berkembang, sehingga para dewa selalu menolong hamba menjadi maju, para dewa pelindung kami terus-‐menerus menjaga kami setiap hari.
9. Adharmiko naro yo hi yasya cāpya nṛtam uhanaṁ, hiṁsaratas ca yo nityaṁ nehasau sukha medhate. (Manusmṛti, IV.170) Seorang yang tidak menjalankan dharma atau orang yang mendapatkan kekayaan dengan jalan curang, dan orang yang suka menyakiti makhluk lain, tidak akan pernah berbahagia di dunia ini.
LAMPIRAN III : MATERI LOMBA KIDUNG BERKELOMPOK A. Kidung Wajib : 1. WARGA SARI Purwakaning angripta rum, Ning wana ukir, Kahadang labuh kartika, Panedenging sari, Angayon tangguli ketur, Angringring jangga mure
B. Kidung Pilihan : 1. IDA RATU Ida Ratu saking luhur, Kawula nunas lugrane, Mangda sampun titiang tandruh, Mangayat Bhatara mangkin, Titiang ngaturang pejati, Canang suci lan daksina, Sarwa sampun pupt, Pratingkahing saji. 2. ASEP MENYAN Asep menyan majegau, Cendana nuhur dewane, Mangda Ida gelis rawuh, Mijil sakeng luring langit, Sampun madabdaban sami, Maring giri meru reko, Ancangan sadulur, Sami pada ngiring / mengiring. 3. IBU PERTIWI Hyang Moho Suci Poro putro ngaturaken sembah bekti Puspodento sinucekno sembah mami Om Om Ang Brahma Dipastra Tansah ulun sembah sembah Mugi paring kesucian marambahi Tangan Kalih miwah waktro suci 4. KINANTI Duh Hyang Widhi Maha Agung Pangerane Jagat Katri Acahya Suci Gumilang Dahat ulun Muji Puji Anglunturna sih nugraha Anglunturna sih nugraha Sumunaring Cahya Wening
LAMPIRAN IV : MATERI LOMBA PHALAWAKYA BERPASANGAN Naskah Pembacaan Phalawakya Wajib (Dikutip dari Bhismaparwa) 1. Tiga rakwa ng marga ngaranya, ri sedeng ning hurip ning manusa n hilang pratyakenya, hana dewayana ngaranya, hana pitryana ngaranya, katiganya narakayana, kumwa ta kramanya : Ikang marga kalih siki, na ng dewayana lawan pitryana, ing sruti mwang ring smrtikan prasiddha kajar nyasanya, yan kahadang uttarayana ikang diwasa, dewayana ngaran ing hurip. Yan lungha samangkana niyata mantuk ing surapada. Terjemahan : Ada tiga jalan menjelang kematian manusia yaitu : ada yang disebut dewayana, ada yang disebut pitryana, yang ketiga disebut narakayana, demikian penjelasannya. Adapun jalan yang pertama dan kedua yaitu dewayana dan pitryana di dalam srutti maupun smerti disebutkan akan berhasil tanggungannya, jika bersamaan waktunya dengan matahari mengarah ke utara (uttarayana), itu namanya dewayana. Jika saat itu meninggal bisa mencapai Surga (alam Dewa). 2. Kunang yan daksinayana Sang Hyang Aditya, pitrloka ngaran ing kapatin, yan mangkana : umulih ing pitrloka yan ahayu karyanya ikang mangkana. Kunang yan dustakarma ya ta mulih ing nirayaloka ika. Dewayana pwa kaharep bhagawan Bhismamarga, nahan matangnya r kunci Sang Hyang Prana sakareng. Mangkana ling bhagawan Narada n pangastawe bhagawan Bhisma. Terjemahan : Adapun jika matahari mengarah ke selatan pitrloka namanya kematian yang seperti itu, akan menuju alam pitra jika orang yang mati itu senantiasa berbuat baik. Apabila perbuatan orang yang mati itu jahat dia kana menuju alam neraka.Jlaan yang diharapkan oleh Bhagawan Bhisma adalah Dewayana oleh karena itu beliau menahan atmanya sekarang.Demikian perkataan Bhagawan Narada menghormati Bhagawan Bhisma. 3. Sojar ni kaki sanghulun bhagawan Santanawa, mantana-‐tana putu sang maharsi, apan rahadyan sanghulun mahawidagdha ring sarwa dharma. Ikang takwan ing pinakanghulun : ikang nimitta ning ratu tan katamana lara wighna. Ah ah dumangka kahyun I putungku, tan sangsaya kita laki majara kakinta laki, ndan sangksepa tekapangkw awaraha, apan tan hana wihikan I parinci nikang sinangguh rajadharma.
Terjemahan : Sesuai dengan perkataan kakek Bhagawan Santanawa hamba cucu maharsi ingin bertanya, karena maharsi sangat ahli dalam ajaran dharma.Adapun yang ingin hamba tanyakan adalah yang membuat seorang raja tidak mengalami penderitaan dan bencana. Oh, demikian keinginan cucuku, sungguh tidak ragu-‐ragu cucuku bertanya kepada kakekmu ini. Demikian singkatnya akan kakek beritahukan, karena jarang yang memahami perincian yang disebut rajadharma. 4. Lwira nika sang purohita ning kadi kita prabhu, wruha ta ring dharmasastra, susilatah, huwus agawe karya hayu, telas pinuja ning sarat, ika ta samangkana karma nira, sira ta prih an kayatna, lawan ta waneh ulahan ira gongen tang dharmartha tekapta, tinggalaken tang raga dwesa; matangya n mangkana, apan ikang ratu agong raga-‐dwesanya hilang juga wasananya. Terjemahan : Adapun seorang pendeta istana bagi cucuku sebagai seorang raja, harusnya sangat memahami dharmasastra (ajaran dharma), lebih-‐lebih tentang kesusilaan, melaksanakan pekerjaan yang baik dengan demikian beliau dihormati oleh rakyat. Yang demikian itulah seharusnya dilakukan. Cucuku harus waspada lagipula perilaku cucuku hendaknya meningkatkan pelaksanaan dharma (kebajikan) dan artha (kesejahteraan), jauhilah sifat-‐sifat kenafsuan dan kebencian, mengapa demikian karena seorang raja jika diliputi sifat-‐sifat nafsu dendam akhirnya akan hancur. 5. Hawya hinanaken tang wwang yan apunggung mwang lobha, apan yagelem gong raga dwesa, anghilangken dharma lawan artha. Matangnya n wwang prajna, wwang tan lobha tikang tibananta sarwa karya yatanya t prasiddha saprayojananta. Lawan mapunya-‐punya ta kita, mamahaywa ng rastra yathawidhi, kadi dentangraksanakta dentangraksa bhuwana. Terjemahan : Janganlah diremehkan orang yang bodoh dan loba, karena mereka ini sangat senang mengumbar nafsu kebencian, menghancurkan dharma dan artha.Oleh karena itu orang yang bijak adalah orang yang tidak serakah dengan segala macam pekerjaan oleh karenanya mereka itu berhasil semua tujuannya.Lagipula hendaknya selalu bersedekah senantiasa memperbaiki Negara dan tempat persembahyangan sebagaimana kamu menjaga anakmu sendiri demikian pula hendaknya kamu menjaga Negara. 6. Ika ta sang prabhu wruh ing dharma raksaka tatan jangan danda, makaswabhawa tan simpeneh, tan katekan ragadwesa, kinasihan dening rat yan mangkana. Kunang ikang tan yogya nihan : Hana ta prabhu kewalamidita loka, tan panut sastra, tan sulaksana tekapnyangalap pangguhan maka karana lobanya, ika ta mangkana tamolah mejahi wit nikang tinadahnya ngaran ika. Terjemahan :
Seorang raja yang mengetahui mengamalkan dharma tidak terus menerus menghukum, menunjukkan sikap tidak pemalas, tidak terpengaruh nafsu dan kebencian, tentu akan dicintai oleh masyarakat jika demikian keadaannya. Adapun yang tidak patut dilakukan jika ada seorang raja hanya menyakiti rakyat, tidak menuruti ajaran, berbuat tidak baik, dia hanya mengambil hasil pendapatan Negara akibat sifat lobanya, orang seperti itu ibaratnya memotong pohon, dari buah yang dimakannya. 7. Hana wwang amadung kayu sedeng atasak wwahnya, tuhu kabhukti denya wwahnya pisan, ndan alap pisan ika, pisaningu yan kabhuktya phalanya muwah, mangkana tikang rat yan pidita n pisakitana, makalaksana ng karya tan yogya, ting kapana ta yan pawijila drwya haji muwah, kunang yan yatna sang prabhu mangraksa, mangkin wrddhi ikang rat, yan mangkana, mangkin atambeh kosa nira. Terjemahan : Ada orang yang memotong pohon kayu yang sedang masak buahnya, dan buahnya dimakan olehnya sekalian, dia hanya sekali menikmati dan memakan buahnya. Demikian pula halnya dengan rakyat jika diperas dan disakiti dengan melakukan perbuatan yang tidak benar, kapan lagi aka nada pemasukan pendapatan.Adapun jika waspada raja menjaganya maka semakin berkembang kehidupan masyarakat, dengan demikian semakin bertambah kekayaan Negara. 8. Hanna ta wwang tus ing sarwakama lwir ning pangawasaken manah kinawasakenya, tinustakenya tawaknya makasadhanawaknya, ika tang wwang mangkana, yeka sinanggah prajna ngaranya, kunang yan mangke hana ta wwang tan alara n katekan duhkha mahabhara, tan harsa n pamangguh sukhatisaya, kinatayan ing raga bhaya krodha, apageh ta yeng buddhi: yapwan hana wwang mangkana sira ta mahapurusa. Terjemahan : Ada orang yang dipengaruhi bermacam-‐macam nafsu keinginan, namun segala macam pengendalian pikiran telah dikuasai.Dipuaskannya dirinya sebagai pelindung dirinya, orang yang seperti itu yang disebut prajna (bijaksana) namanya. Apabila ada orang yang tidak bersedih ketika ditimpa penderitaan yang berat, tidak terlalu senang saat mengalami kesenangan yang hebat, dapat mengendalikan nafsu, bahaya dan kemarahan, sangat kuat dengan pikirannya, jika ada orang seperti itu beliaulah patut disebut mahapurusa (pahlawan besar).
Naskah Pembacaan Phalawakya Pilihan (Dikutip dari teks Slokantara) 1. Kalinganya, ikang mrga, kidang, manjangan, tan pinakasukha ning twasnya ika yan wehana mas mwang bhusana, kunang ika yan pinakasukha ning manahnya, yan
haneng alas akweh dukutnya hayu, mwang alang-‐alang, ramban-‐rambanan, yeka jenek ing manahnya, mangkana ikang wanara, yan wehanasahana ning ratna mulya, tan pinakasukhanya ika, kunang yan umulat irikang wwah-‐wwahan menduh pada matasak, yeka magawe sukhanya, mangkana tekang wok, tan sukha ikang dening sarwa-‐sugandha, kunang ikang magawe sukha ri twasnya, pangemeh rikang pacaryan durgandha, yeka manukhani ring cittanya. Terjemahan : Pada hakikatnya binatang seperti kijang, menjangan, tidak merasa senang hatinya jika diberikan emas dan pakaian, adapun yang menyenangkan hatinya jika berada di hutan yang rumput, alang-‐alang dan tumbuhan rambatnya subur. Demikian pula halnya kera, jika diberi segala macam permata yang utama tidak akan menjadikan dirinya senang tetapi jika melihat buah yang bergelantungan yang masak itu yang membuat hatinya senang. Demikian pula seekor babi, tidak senang dengan makanan yang berbau harum, adapun yang membuat hatinya senang jika diberikan makanan berbau busuk. 2. Hetu ning janma wwang, hana sor, hana wwang menak hana kawula, hana tuhan, hana mudha, hana guna, hana wirupa, hana surupa, hana manemu hala, hana manemu hayu, hana manusya, hana sattwa, hana taru, hana lata, hana trna, irika ta katinghalan ikang swarga lawan naraka, matangyan ikang ulah rahayu, gawakyana, narapwan tan kalebwing maharorawa. Terjemahan : Kelahiran sebagai manusia ada di tingkat rendah, ada yang berbahagia dan ada yang menjadi budak, ada pula yang menjadi majikan, ada yang bodoh, ada yang pandai, ada yang jelek rupanya, ada yang sempurna kecantikannya, ada yang menderita, ada yang berbahagia, ada lahir menjadi manusia, ada yang menjadi binatang, ada yang menjadi kayu, ada tumbuhan merambat, hal itu bis adilihat apakah mereka kelahiran dari sorga atau neraka, oleh karenanya perbuatan baiklah yang harus dilakukan sehingga tidk masuk neraka. 3. Upeksa ngaranya, hana pwekang dusta manghalahala sing sira, maka nguni mamatyanana, tan-‐wandhyanemu ng upadrawa, de nira, ya ta pamales nira, yekapratikara ngaranya, mabalik ikang lara-‐upadrawa, dewadanda irikang manghalahala, mapan pinakabala-‐kosa-‐wahana nira, prabhawa ning tapa brata juga, yekawas manemu papa magong ikang wwang dusta makarya duhkha ri sira, mangkana karma sang pandita. Terjemahan : Upeksa namanya, kalau ada orang jahat hendak mencelakai lebih-‐lebih hendak membunuh tentu akan menemui penderitaan karena perbuatannya, itulah balasannya dan itu disebut pratikara, akan berbalik kesakitan an penderitaan itu, inilah hukuman yang dijatuhkan Tuhan terhadap orang yang berbuat jahat, karena
sesungguhnya kekuatan, kekayaan, dan sarana yang dimiliki seseorang adalah hasil dari pelaksanaan tapa dan brata, orang yang berbuat jahat jelas menemui kesusahan dan penderitaan, demikianlah hendaknya perilaku orang yang bijaksana. 4. Kalinganya, ikang wwang sinangguh mamukti kembang hemas ring lemah pat lwirnya, wruh magawe upaya, wruh ring upaya ning satru, yeka upayajna ngaranya. Wani ring samara, tan hana pada nira, yeka sura ngaranya. Wicaksana ring aji sastragama, tan hana kapunggung ira ring sarwa-‐tattwa, yeka krta-‐widya ngaranya. Bahu stri-‐ratna, pada waged aniwi sang mahapurusa priya, irika ta sang amawa wruh ring ananggasastra, kinalulutan ing stri, yeka priyamwada ngaranya, yan hana mangkana kadadi ning wwang pradhana mangulahaken punyadharma, pilih dadi ning wwang gumego tapabrata ling ning sastra. Terjemahan : Pada hakikatnya orang yang menikmati hidup keemasan di dunia ini ada empat macam, perinciannya, orang yang tahu membuat daya upaya, dapat mengetahui upaya musuh, orang itu disebut upayajna (cerdik). Orang yang pemberani di medan perang tidak ada yang menyamai, orang itu disebut sura(pemberani). Orang yang sangat memahami ajaran agama, tidak ada yang tidak diketahui mengenai semua ajaran filsafat, orang itu disebut krta-‐widya (bijaksana dalam semua ilmu). Orang yang dikelilingi perempuan cantik yang pandai mengabdi pada laki-‐laki serta pandai dalam ilmu asmara dan orang itu senantiasa dicintai para wanita, orang itu disebut priyamwada (perayu/peramah). Jika ada orang lahir seperti itu dia mengutamakan melakukan dharma, orang itu penjelmaan seseorang yang melaksanakan tapa bratha, demikian disebut dalam sastra suci. 5. Kalinganya, yan hana wwang masangsarga lawan wwang nica, niyata nika katularan buddhi durjana nica, mangkana yan asangsarga lawan ikang wwang sadhu, katularan buddhi sadhu, drstopamanyatah, kadyangga nikang atat rwang siki, mangaran si Gawaksa, mwang si Girika, ikang sasiki, inalap ing tuha buru, iningu nika, ikang sasiki, inalap de sang pandita, iningu nira, kathancit hana ta sira ratu maburu-‐maburu, kasasar ta sira prihawak, kawawa marery umah ning tuha buru, kahanan ikang atat si Girika, mojar tekang atat ring sang prabhu, lingnya, ndah mah ta mah, siwak kapalanya, mangkana ta wuwus nikang atat, karengo de sang prabhu, alayu ta sira rumengo wuwusnya. Terjemahan : Hakikatnya jika ada orang yang bergaul dengan orang yang berbudi rendah, dia akan ketularan oleh kejahatan dan budi rendah orang itu, demikian pula jika bergaul dengan orang sadhu (bijak), akan ketularan pula oleh sifat-‐sifat bijaksana orang itu. Seperti cerita dua ekor burung Beo yang bernama si Gawaksa dan si Girika.Yang seekor ditangkap dan dipelihara oleh seorang pemburu, yang satunya ditangkap dan dipelihara oleh seorang pendeta (wiku). Pada suatu hari ada seorang raja sedang berburu akhirnya beliau kesasar sendirian dan sampai di rumah sang pemburu
tempat burung Beo si Gawaksa, berkata pada sang raja : “ Nah ini dia dating, potong kepalanya..” demikian perkataan burung Beo didengar oleh raja dan larilah beliau mendengar perkataan burung itu. 6. Kalinganya, yan purnama tilem, kala sang sadhujana manghanaken punyadana, tunggal mulih sapuluh ika de bhatara, kunang yan candragrahana, suryagrahana kala sang sadhu manghanaken punyadana, tunggal mulih satus ika de bhatara, kunang yan kanyagatakala, sang sadhu manghanaken punyadana, tunggal mulih sewu ika bhatara, kunang yan sedeng ing yugantakala sang sadhu manghanaken punyadana ika, tunggal mulih tan pahingan ike deh bhatara, kengetakna de sang mangusir kapradhanan ika. Terjemahan : Pada hakikatnya jika bulan purnama atau bulan mati, orang bijaksana memberikan dana punia akan dikembalikan sepuluh kali balasannya oleh para Dewa. Adapun jika pada waktu gerhana bulan dan gerhana matahari, seorang bijaksana member dana punia akan dikembalikan seratus kali oleh para Dewa. Jika pada waktu pemujaan arwah leluhur orang dermawan memberikan dana akan diterima seribu kali balasannya oleh para Dewa. Jika masa kaliyuga orang bijaksana memberikan dana, tidak terhitung balasannya dari tuhan, inilah yang harus diingat oleh orang yang ingin mencapai kesucian jiwa. 7. Kalinganya, ika sang sadhujana, yan sira maweh punyadana, yadyapi akedika tuwi, paweh nira irikang dana, magawe sukha ning manah ikang dinanan, makakarana suddha ning hati sang maweh dana, suddha ngaranya hening, mamangguh ika phala magong sang maweh dana, mapa ta apada nika, kadyangga ning wiji ning waringin tunggal, melejik ta aya wekasan, iningu pwa yen upadita, ri wekasan sangsaya magong, teher pinakapanghoban ing wwang, wenang ta yenungsiring janma kanistha-‐madhyamottama, mangkana tang punyadhana yan akedik, yan dinuluran manah suddha, ,agong phalanya de bhatara. Terjemahan : Pada hakikatnya jika orang bijak memberikan dana walaupun sedikit dana yang diberikan tetapi membuat bahagia orang yang menerima, lebih-‐lebih didasari ketulusan dan kesucian hati si pemberi dana. Mengapa demikian, ibarat biji buah beringin kemudian tumbuh dipelihara dan dirawat pada akhirnya menjadi besar akan dipakai tempat berteduh semua orang dan selalu dituju oleh orang kelahiran rendah, menengah atau tinggi, demikianlah pemberian walaupun sedikit jia disertai pikiran yang suci akan besar balasannya pleh para dewa. 8. Kalinganya, hana pwekang wwang atyanta pinenuhan ing rupa lituhayu, mwang wayahnya yowana, lawan ika yinogyaken dening gong ika kulaniriya, ndan teka hina ring sarwa-‐sastra, tan hana aji kawruhnya sasabdasastra, kunang ikang wwang
mangkana, tan ahalep ika ri Madhya ning sabha, paran ika padanya, kadyangga ning kembang palasa, abhra dinelo sakeng doh, kunang yan inambung tan pangandha, nahan ika papadanya. universit Terjemahan : Pada hakikatnya jika ada orang yang dianugerahi wajah yang cantik rupawan dan sedang remaja ditambah pula keturunan bangsawan tetapi jika tidak mengetahui sama sekali tentang ilmu, tidak memiliki pengetahuan dan etika, orang seperti itu tidak bercahaya dalam setiap pertemuan, apa persamaannya orang seperti itu? Bagaikan bunga kembang sepatu, kelihatan merah agung dari jauh, namun jika dicium tidak ada wanginya sama sekali, demikian persamaannya.
LAMPIRAN V : MATERI LOMBA DHARMA WACANA a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Kepemimpinan Hindu Hari Raya (Pilihan: Nyepi, Galungan, atau Saraswati) Sradha Agama Hindu Pawiwahan Agama Hindu Rwa Bhineda Tirta Yatra Tat Twam Asi Tri Hita Karana Tri Kaya Parisudha
LAMPIRAN VI : MATERI LOMBA DHARMA WIDYA(CERDAS CERMAT)
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s.
Sejarah Agama Hindu Alam Semesta Veda Sradha Catur Purusartha Catur Marga Sosiologi Agama Hindu Sad Dharsana Sila dan Etika Hindu Yadnya Pandita dan Pinandita Tempat Suci Nitisastra Agama Hindu dan Pembangunan Nasional Hari Raya Panca Yama Brata Panca Nyama Brata Catur Paramitha Catur Asrama