Draf Panduan Udg Nasional2024 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU PEDOMAN UTSAWA DHARMAGĪTA TINGKAT NASIONAL XV TAHUN 2024



LEMBAGA PENGEMBANGAN DHARMAGĪTA PUSAT 1



KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Dharmagīta merupakan salah satu dari enam metode pembinaan umat Hindu yang dikenal dengan Sad Dharma, terdiri atas dharmatula, dharmawacana, dharmagīta, dharmayatra, dharmasadhana, dan dharmasanti. Nilai-nilai ajaran agama Hindu yang adiluhur tersirat di dalam Veda dan susastra Veda, baik yang berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno maupun yang berbahasa daerah. Susastra Veda tersebut perlu digali dan diaktualisasikan melalui seni sastra keagamaan agar memudahkan pemahaman dan penghayatannya. Seni yang dimaksud adalah dharmagīta. Kegiatan dharmagīta sangat erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan dari upacara keagamaan Hindu. Dharmagīta memiliki nilai yang sangat penting terutama dalam upaya menciptakan suasana upacara keagamaan yang hening dan suci. Dharmagīta dapat dimanfaatkan untuk pembinaan umat Hindu yang tersebar di seluruh Indonesia. Dharmagīta dilombakan dalam bentuk Utsawa Dharmagīta dari tingkat daerah sampai tingkat nasional. Pembinaan dharmagīta dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan Dharmagīta (LPDG) di tingkat daerah dan tingkat pusat. Buku Pedoman ini merupakan acuan penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 di Ambon, Maluku. Lembaga Pengembangan Dharmagīta Tingkat Pusat menyampaikan terima kasih kepada Tim Penyusun Materi Lomba dan Buku Pedoman serta semua pihak yang telah bekerja dengan sungguhsungguh demi tersusunnya Buku Pedoman ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa melimpahkan waranugraha atas subhakarma kita bersama. Om Santih, Santih, Santih Om Jakarta, 26 Nopember 2022 Lembaga Pengembangan Dharmagīta Pusat Ketua Umum I Nengah Dana



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharmagīta sebagai nyanyian suci keagamaan Hindu memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Hindu di seluruh Indonesia. Naskah dharmagīta bersumber pada kitab suci Veda dan Susastra Hindu yang mengandung nilai-nilai spiritual, etika, estetika, dan logika yang sangat tinggi sehingga memberi tuntunan pemahaman agama Hindu mulai dari aspek Tattwa, Susila, dan Acara. Penyelenggaraan Dharmagīta dalam bentuk nyanyian suci keagamaan dengan irama lagu yang melankolik sangat membantu menciptakan suasana hening dan suci. Oleh karena itu, keberadaan dharmagīta sangat dibutuhkan sebagai bagian integral kegiatan yajña. Bait-bait mantra suci Veda yang dirangkai dalam bentuk puisi menjadi dharmagīta terasa lebih membangkitkan suasana spiritual keagamaan Hindu. Keberadaan dharmagīta di kalangan umat Hindu memiliki keragaman dalam bahasa, irama lagu, dan cara-cara melantunkannya, sehingga mengantarkan umat Hindu pada kekayaan budaya di bidang seni yang tak terbatas dalam memberi dukungan dan membangkitkan rasa spiritual keagamaan Hindu sesuai dengan budaya daerah masing-masing, ataupun dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Hindu. Dharmagīta sebagai budaya luhur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia patut dilestarikan, dibina, dan dikembangkan lebih luas lagi, tidak hanya di kalangan generasi tua ataupun tokoh-tokoh agama Hindu, melainkan juga kepada generasi muda, remaja, dan anak-anak. Salah satu media pelestarian dan pengembangan dharmagīta adalah melalui kegiatan Utsawa Dharmagīta (UDG) sebagaimana yang telah dilaksanakan selama ini. Untuk tingkat nasional Utsawa Dharmagīta dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang pembuktian kemampuan olah seni suara para peserta/utusan dari Provinsi di seluruh Indonesia. Utsawa Dharmagīta merupakan wahana penyemaian benih literasi dan moderasi beragama,



3



yakni dengan cara estetik menghargai perbedaan dan berdialog dalam menyelesaikan masalah kehidupan beragama.



1.2 Nama dan Bentuk Kegiatan Nama kegiatan adalah UTSAWA DHARMAGĪTA TINGKAT NASIONAL XV TAHUN 2024. Utsawa berarti festival atau lomba, sedangkan dharmagīta adalah nyanyian suci keagamaan. Dengan demikian, Utsawa Dharmagīta adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Dalam Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 diselenggarakan kegiatan: a.



Pengukuhan Dewan Juri;



b.



Technical meeting;



c.



Pawai Budaya Daerah Bernuansa Hindu;



d.



Upacara Pembukaan;



e.



Utsawa Membaca Śloka;



f.



Utsawa Membaca Palawākya;



g.



Utsawa Membaca Kakawin;



h.



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia;



i.



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris;



j.



Utsawa Nyanyian Keagamaan Hindu;



k.



Utsawa menghafal Śloka;



l.



Utsawa Dharmawiwada (Debat Keagamaan Hindu)



m. Pameran Budaya dan Keagamaan Hindu; n.



Pentas Seni Bernafaskan Hindu, termasuk Parade Kidung Daerah;



o.



Sarasehan; dan



p.



Upacara Penutupan.



1.3 Dasar Pelaksanaan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia. 1.4 Tujuan Tujuan penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 adalah:



4



a. Tujuan Umum 1) Meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran kitab suci Veda beserta susastra Hindu dalam upaya memperkokoh karakter bangsa. 2) Meningkatnya śraddha dan bhakti umat Hindu. 3) Terwujudnya kesamaan persepsi tentang dharmagīta. 4) Terwujudnya



pelindungan,



pengembangan,



pemanfaatan,



dan



pembinaan dharmagīta. 5) Menguatnya sikap moderasi beragama guna meningkatkan kerukunan umat beragama. 6) Meningkatnya kajian kitab suci Veda dan Susastra Veda dalam mendukung pembangunan literasi bangsa. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya keterampilan membaca kitab suci Veda dan Susastra Veda. 2) Meningkatnya penguasaan materi ajaran agama Hindu. 3) Berkembangnya wawasan dharmagīta. 4) Terpilihnya peserta terbaik Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional. 5) Tersedianya kader-kader pendharmagīta dan pendharmawacana. 6) Teridentifikasinya berbagai permasalahan dan alternatif solusinya dalam penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta. 1.5. Tema Tema Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 adalah “Úàstrapàraga: Literasi Sastra Suci Mewujudkan SDM Hindu yang Moderat dan Kompetitif” 1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dilaksanakan pada Juli 2024 di Ambon, Maluku. 1.7. Biaya Biaya kegiatan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dibebankan pada: 5



a. DIPA Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI Tahun 2024; b. APBD Provinsi/Daerah penyelenggara; dan c. Dukungan pembiayaan dari pihak-pihak yang tidak mengikat.



6



BAB II PENYELENGGARAAN 2.1. Tahapan Penyelenggaraan Tahapan penyelenggaran Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 adalah: a. Persiapan: (1) Penjajagan dan penetapan daerah provinsi sebagai tuan rumah; (2) Pembentukan Panitia Pelaksana Tingkat Nasional; (3) Penetapan Program Kerja Panitia dan Jadwal Kegiatan; (4) Penetapan Dewan Juri; (5) Penetapan Peserta; b.



Pelaksanaan kegiatan Utsawa Dharmagīta; (1) Pengukuhan Dewan Juri; (2) Technical meeting; (3) Pawai Budaya Daerah Bernuansa Hindu; (4) Upacara Pembukaan; (5) Pelaksanaan Utsawa; (6) Pameran Budaya dan Keagamaan Hindu; (7) Pentas Seni Bernafaskan Hindu, termasuk Parade Kidung Daerah; (8) Sarasehan; dan (9) Upacara Penutupan.



c.



Evaluasi dan pelaporan kegiatan.



2.2. Kepanitiaan Panitia Pelaksana Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia. Guna penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta yang berkualitas, maka dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Panitia Pelaksana berpedoman pada Tri Sukses yaitu sukses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban, yang terpadu dalam koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).



7



2.3. Penetapan Tempat Penyelenggaraan Berikutnya Kesiapan daerah menjadi calon tempat penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta (UDG) Tingkat Nasional berikutnya dibicarakan di dalam Sarasehan UDG Tingkat Nasional. Masing-masing daerah memiliki hak bicara dan hak suara yang diwakili oleh satu orang. Daerah yang diprioritaskan sebagai tuan rumah berikutnya adalah daerah yang telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan mendapat persetujuan serta untuk selanjutnya dibuktikan dengan Surat Kesediaan dari Pemerintah Provinsi yang bersangkutan. Daerah-daerah yang bersedia menjadi tuan rumah akan diranking menjadi 3 (tiga). Ketiga daerah tersebut akan dijajagi dan dievaluasi secara intensif, kemudian disimpulkan dan untuk selanjutnya diusulkan kepada Menteri Agama untuk ditetapkan sebagai Daerah Tempat Penyelenggaraan UDG Tingkat Nasional. Masa waktu penetapan sebagai tuan rumah selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah Sarasehan dalam Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional. 2.4. Sarasehan Sarasehan dalam Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 diikuti oleh 150 orang peserta terdiri atas: a. Pengurus LPDG Tingkat Pusat 8 (delapan) orang; b. Pengurus LPDG Tingkat Provinsi 34 (tiga puluh empat) orang; c. Pengurus Harian PHDI Pusat 3 (tiga) orang; d. Ditjen Bimas Hindu 15 (lima belas) orang; e. Kabid/Pembimas Hindu se-Indonesia = 34 (tiga puluh empat) orang; f. Ketua PHDI Provinsi 34 (tiga puluh empat) orang; g. Panitia Pelaksana UDG Tingkat Nasional 12 (duabelas) orang; dan h. Tokoh masyarakat dan pemuka agama Hindu tuan rumah 10 (sepuluh) orang. Kehadiran peserta sarasehan dari masing-masing unsur tersebut diundang oleh Panitia UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024.



8



BAB III PESERTA Peserta untuk masing-masing kontingen dari semua jenis dan kategori lomba adalah sebagai berikut. 1. Utsawa Membaca Śloka Diikuti oleh peserta pasangan: a.



Tingkat Anak-anak Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri)



b.



Tingkat Remaja Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri)



c.



Tingkat Dewasa Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri)



2. Utsawa Membaca Palawākya Diikuti oleh peserta pasangan: a. Tingkat Remaja Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri) b. Tingkat Dewasa Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri) 3. Utsawa Membaca Kakawin Diikuti oleh peserta pasangan: a. Tingkat Remaja Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri) b. Tingkat Dewasa Putra dan Putri (satu pasang putra dan satu pasang putri) 4. Utsawa Nyanyian Keagamaan Hindu Diikuti oleh peserta remaja beregu (satu regu 5 orang) putra/putri, atau campuran putra dan putri. 5. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Diikuti oleh peserta perorangan: a. Tingkat anak-anak putra dan putri (satu orang putra dan satu orang putri) b. Tingkat remaja putra dan putri (satu orang putra dan satu orang putri) c. Tingkat dewasa putra dan putri (satu orang putra dan satu orang putri) 6. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Diikuti oleh peserta perorangan: a. Tingkat Remaja Putra dan Putri (satu orang putra dan satu orang putri) b. Tingkat Dewasa Putra dan Putri (satu orang putra dan satu orang putri)



9



7. Utsawa Dharmawiwada (Debat Keagamaan Hindu) Diikuti oleh peserta beregu 2 orang (putra/putri, atau putra dan putri) berusia 16—19 tahun. 8. Utsawa menghafal Śloka Diikuti oleh peserta perorangan: a. Tingkat Anak-anak Putra dan Putri (satu orang putra dan satu orang putri): b. Tingkat Remaja Putra dan Putri (satu orang putra dan satu orang putri); c. Tingkat Dewasa Putra dan Putri (satu orang putra dan satu orang putri). Peserta yang sudah pernah mendapatkan juara I dalam suatu jenis lomba pada UDG Tingkat Nasional, tidak boleh menjadi peserta pada jenis lomba yang sama. Maksimum jumlah peserta adalah sesuai dengan jumlah jenis lomba yang diikuti. Dalam hal kontingen mengikuti semua jenis lomba maka jumlah maksimum peserta adalah 58 orang.



10



BAB IV OFFICIAL Setiap jenis lomba (8 cabang lomba) didampingi oleh seorang official, yang bertugas: a. Mendampingi, menyiapkan administrasi peserta dan mendaftarkan peserta pada panitia b. Mengikuti technical meeting. c. Mempersiapkan peserta untuk masing-masing lomba. d. Mengurus segala perlengkapan yang diperlukan peserta lomba. e. Menghubungi pihak Panitia sesuai dengan keperluan kontingen. Maksimum jumlah official adalah sesuai dengan jumlah jenis lomba yang diikuti. Dalam hal kontingen mengikuti semua jenis lomba maka jumlah maksimum official adalah 8 orang.



11



BAB V DEWAN JURI Komposisi dan personalia Dewan Juri Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama R.I, Rekrutmen Juri Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 berasal dari hasil seleksi peserta TOT Calon Juri Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional yang dikirim oleh masing-masing daerah mewakili Provinsi, LPDG Pusat dan Ditjen Bimas Hindu dan pertimbangan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, sesuai permintaan dari Direktur Urusan Agama Hindu Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI. Dewan Juri dikukuhkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama R.I. Juri hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip dasar yaitu profesionalisme dan nasionalisme, untuk memperkuat kesatuan dan kemajuan umat Hindu, bangsa, dan negara. Pemilihan Pimpinan Dewan Juri dilakukan dalam forum rapat anggota Dewan Juri, terdiri atas Ketua dan Sekretaris. Juri pada masing-masing cabang lomba mengadakan rapat internal untuk membahas hasil lomba. Hasil rapat internal dibawa ke dalam forum sidang dewan juri lengkap.



12



BAB VI TECHNICAL MEETING 6.1. Peserta dan Tempat Technical Meeting diikuti oleh 130 orang terdiri dari: a. Seluruh Dewan Juri = 58 orang; b. Perwakilan kontingen masing-masing 2 orang Official = 68 orang; dan c. Perwakilan Panitia = 6 orang. Technical Meeting dilaksanakan di ruang tertutup dan dipimpin oleh Ketua Dewan Juri. 6.2. Susunan Acara Susunan acara technical meeting adalah sebagai berikut: a. Pengantar dari Panitia Pengarah; b. Penjelasan teknis lomba dari Panitia Lomba; c. Tanya jawab; d. Pengundian nomor tampil peserta pada masing-masing cabang lomba; dan e. Penutup.



13



BAB VII TEKNIS UTSAWA/LOMBA Teknis utsawa/lomba secara umum diatur sebagai berikut: 1. Penentuan nomor tampil peserta dilakukan melalui undian pada waktu technical meeting. 2. Naskah wajib dan pilihan beserta terjemahannya untuk pembacaan Śloka dan Palawākya yang dilombakan adalah seperti yang tertulis pada Lampiran Buku Pedoman ini. 3. Naskah pilihan dan terjemahannya untuk utsawa Śloka dan utsawa Palawākya dibawakan dengan cara hafalan. 4. Terjemahan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Jumlah bait wajib yang dibawakan peserta, baik dalam pembacaan Śloka maupun Palawākya adalah 2 (dua) bait sesuai dengan yang tercantum dalam Buku Pedoman dan ditentukan melalui undian pada saat technical meeting. 6. Naskah pilihan Śloka dan Palawākya dipilih sendiri oleh peserta dari bait-bait pilihan yang tersedia dalam Buku Pedoman dan dibawakan hanya 1 (satu) bait. 7. Bait kakawin dan terjemahannya yang dilombakan adalah 1 bait (pada) kakawin wajib dan 1 bait (pada) kakawin pilihan seperti yang tertulis pada Lampiran Buku Pedoman ini. 8. Bait wajib Utsawa Menghafal Sloka adalah 10 (sepuluh) bait dari 20 bait Śloka sesuai hasil undian, disajikan dalam durasi waktu 5 (lima) menit. 9. Kutipan Śloka dalam Palawakya wajib dibaca sesuai dengan kaidah pembacaan Śloka.



14



BAB VIII PENETAPAN PEMENANG DAN HADIAH 8.1 Pemenang untuk masing-masing jenis dan kategori lomba ditentukan berdasarkan jumlah nilai terbanyak yang berhasil diperoleh dan ditetapkan dalam surat Keputusan Dewan Juri Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024. 8.2 Juara Umum Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 diberikan kepada daerah/provinsi yang berhasil meraih Juara I terbanyak, bila juara I sama maka akan ditentukan oleh Juara II terbanyak, demikian seterusnya, dan ditetapkan dalam Keputusan Dewan Juri. 8.3 Kejuaraan dalam Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 terdiri atas: 1. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Anak-anak Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 2. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Anak-anak Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 3. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Remaja Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III



15



4. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Remaja Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 5. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 6. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 7. Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Remaja Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 8. Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Remaja Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II 16



Juara Harapan III 9. Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 10. Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 11. Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 12. Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 13. Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I 17



Juara Harapan



II



Juara Harapan III 14. Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 15. Utsawa Nyanyian Keagamaan Hindu Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 16. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Anak-anak Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 17. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Anak-anak Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 18. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Remaja Putra: Juara I Juara II Juara III 18



Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 19. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Remaja Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 20. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 21. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 22. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Remaja Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 23. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Remaja Putri: Juara I Juara II 19



Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 24. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 25. Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan II Juara Harapan III 26. Utsawa Menghafal Śloka Anak-anak Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 27. Utsawa Menghafal Śloka Anak-anak Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 28. Utsawa Menghafal Śloka Remaja Putra: Juara I 20



Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 29. Utsawa Menghafal Śloka Remaja Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 30. Utsawa Menghafal Śloka Dewasa Putra: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 31. Utsawa Menghafal Śloka Dewasa Putri: Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 32. Utsawa Dharmawiwada beregu (Debat Keagamaan Hindu) Usia 16—19 tahun Juara I Juara II Juara III Juara Harapan I Juara Harapan



II



Juara Harapan III 21



8.4



Masing-masing Juara I, II, III , Juara Harapan I, II, dan III, diberikan piala tetap, piagam penghargaan, dan uang pembinaan.



8.5



Kontingen yang meraih Juara Umum UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 diberikan piala bergilir, piagam penghargaan, dan uang pembinaan.



22



BAB IX LAYANAN KEPANITIAAN 9.1 Transportasi (1) Keberangkatan kontingen dari daerah ke lokasi kegiatan UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 ditanggung oleh masing-masing kontingen. (2) Transportasi lokal selama kegiatan UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 ditanggung oleh masing-masing kontingen. (3) Panitia memberikan layanan informasi transportasi. 9.2 Akomodasi (1) Akomodasi seluruh peserta disediakan oleh panitia sesuai kuota masing-masing kontingen. (2) Seluruh peserta wajib menaati tata tertib yang telah ditetapkan oleh panitia. 9.3 Konsumsi (1) Konsumsi seluruh peserta disediakan oleh panitia sesuai kuota masing-masing kontingen. (2) Konsumsi didistribusikan oleh panitia melalui official kontingen. (3) Waktu dan tempat penyediaan konsumsi diatur sesuai jadual yang ditetapkan oleh panitia. 9.4 Kesekretariatan (1) Kehadiran peserta/kontingen UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 wajib melapor dan mendaftarkan data kontingennya kepada panitia bagian sekretariat di tempat yang telah ditentukan melalui official masing-masing. (2) Panitia menyediakan dan memberikan kelengkapan peserta UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024. (3) Laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dibuat oleh Panitia sesuai aturan dan mekanisme yang berlaku. 9.5 Kesehatan (1)



Panitia menyediakan pelayanan kesehatan untuk peserta, official, juri, narasumber, moderator, dan panitia.



(2)



Layanan kesehatan yang diberikan cuma-cuma adalah untuk gangguan kesehatan ringan yang terjadi di lokasi kegiatan.



(3)



Bila ada penyakit bawaan dan kronis menjadi tanggung jawab kontingen yang bersangkutan. 23



(4)



Posko kesehatan disediakan di lokasi kegiatan.



BAB X SARANA, PRASARANA, DAN PETUGAS LOMBA Untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan utsawa/lomba, Panitia mempersiapkan sarana, prasarana, dan petugas di setiap tempat penyelenggaraan lomba, sebagai berikut. 10.1. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Anak-anak Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut: a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri. e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.2. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Anak-anak Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. 24



(2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.3. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Remaja Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.4. Utsawa Membaca Śloka Pasangan Remaja Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.5 Utsawa Membaca Śloka Pasangan Dewasa Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. 25



a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.6 Utsawa Membaca Śloka Pasangan Dewasa Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.7 Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Remaja Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. 26



g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.8 Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Remaja Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.9 Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Dewasa Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang.



27



10.10 Utsawa Membaca Palawākya Pasangan Dewasa Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Kutipan naskah wajib, pilihan dan terjemahannya sesuai nomor undian naskah dan nomor undian tampil. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.11 Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa. c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah kakawin. (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.12 Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). 28



d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah kakawin. (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.13 Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah kakawin. (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.14 Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Kutipan naskah kakawin (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang.



29



10.15 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Anak-Anak Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bell. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang 10.16 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Anak-Anak Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bell. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.17 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Remaja Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana 30



f. Alat pengukur waktu dan gong/bell. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.18 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Remaja Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.19 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Dewasa Putra (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, bollpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang.



31



10.20 Utsawa Dharmawacana Berbahasa Indonesia Dewasa Putri (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.21



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Remaja Putra



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai beriku. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.22



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Remaja Putri



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana 32



f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.23



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Dewasa Putra



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bell. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.24



Utsawa Dharmawacana Berbahasa Inggris Dewasa Putri



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Sound system (sesuai kebutuhan). c. Meja dan kursi juri d. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. e. Naskah Dharmawacana f. Alat pengukur waktu dan gong/bel. (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 1 orang. c. Pengukur waktu 1 orang. 10.25



Utsawa Nyanyian Keagamaan Hindu (1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut: 33



a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Naskah Nyanyian (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.26



Utsawa Menghafal Śloka Anak-anak Putra



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut: a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g. Naskah sloka (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara 2 orang. b. Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.27



Utsawa Menghafal Śloka Anak-anak Putri



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Naskah śloka



34



(2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.28



Utsawa Menghafal Śloka Remaja Putra



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, bollpoint, blanko nilai, pensil. g) Naskah sloka (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.29



Utsawa Menghafal Śloka Remaja Putri



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Naskah śloka (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.30



Utsawa Menghafal Śloka Dewasa Putra



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa 35



c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, ballpoint, blanko nilai, pensil. g) Naskah śloka (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.31



Utsawa Menghafal Śloka Dewasa Putri



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a) Ruangan dan stage lomba. b) Dulang, canang sari, dupa c) Sound system (sesuai kebutuhan). d) Meja dan kursi juri e) Kursi peserta di ruang tunggu. f) Kalkulator, bollpoint, blanko nilai, pensil. g) Naskah śloka (2). Petugas lomba terdiri atas: a) Pembawa acara 2 orang. b) Petugas Rekapitulasi nilai 2 orang. 10.32



Utsawa Dharmawiwada beregu (Debat Keagamaan Hindu)



(1). Untuk kelancaran pelaksanaan lomba, panitia menyediakan alat kelengkapan sebagai berikut. a. Ruangan dan stage lomba. b. Dulang, canang sari, dupa c. Sound system (sesuai kebutuhan). d. Meja dan kursi juri e. Kursi peserta di ruang tunggu. f. Kalkulator, bollpoint, blanko nilai, pensil. g. Mosi/topik Debat (2). Petugas lomba terdiri atas: a. Pembawa acara/moderator 1 orang. b. Petugas Pengukur Waktu 1 orang. 36



c. Petugas pengundi mosi debat 1 orang LAMPIRAN Untuk menjamin kelancaran dan ketertiban pelaksanaan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 perlu ditetapkan Persyaratan Peserta dan Tata Tertib seperti terlampir.



37



TATA TERTIB UTSAWA DHARMAGĪTA TINGKAT NASIONAL XV TAHUN 2024 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Istilah/Pengertian 1. Pelaksana ialah Panitia Pelaksana Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 yang dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia. 2. Kontingen adalah totalitas jumlah orang dalam rombongan suatu provinsi yang menghadiri Utsawa Dharmagīta. 3. Peserta ialah bagian dari kontingen yang menjadi utusan provinsi seluruh Indonesia terdiri atas: a.



Mengikuti lomba/utsawa.



b.



Menjadi Official.



4. Juri ialah orang yang bertugas menilai dan menetapkan kejuaraan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 sesuai jenis dan kategori lomba. 5. Naskah adalah materi yang dilombakan dan dinilai seperti yang tercantum dalam Buku Pedoman. 6. Official adalah pelatih/pendamping peserta pada masing-masing jenis lomba. 7. Tecnical Meeting adalah pertemuan khusus dan tertutup yang dipimpin oleh Pimpinan Dewan Juri, membahas teknis pelaksanaan utsawa/lomba, dihadiri oleh unsur Panitia, Dewan Juri, dan Official. 8. Mantra adalah syair-syair kitab suci Veda, 9. Śloka adalah syair-syair kitab Susastra Veda seperti Bhagavadgīta dan lain-lain. 10. Palawākya adalah materi lomba yang diambil dari Śarasamuccaya, Adiparwa, dan susastra lainnya. 11. Kakawin adalah puisi Jawa Kuno yang menggunakan kaidah guru-laghu. 12. Dharmawacana adalah lomba ceramah keagamaan Hindu yang temanya ditentukan dalam Buku Pedoman ini dan judulnya ditentukan oleh peserta. 13. Nyanyian Keagamaan Hindu adalah lagu bernafas Hindu dengan lirik berbahasa Indonesia dan memakai alat musik lokal/modern.



38



14. Utsawa Dharmawiwada (Debat Keagamaan Hindu) adalah kegiatan saling adu argumentasi antar-pribadi atau antar-kelompok dalam membahas topik pengetahuan keagamaan Hindu dengan mempertahankan pendapat masing-masing secara komprehensif. 15. Utsawa Menghafal Śloka adalah penyajian bait-bait Śloka dan terjemahannya dengan cara hafalan serta menggunakan irama úruti pariring. Pasal 2 PESERTA, PAKAIAN, DAN ATRIBUT 1. Setiap daerah provinsi diharapkan mengirim 1 (satu) orang/pasang/regu untuk mengikuti setiap jenis lomba. 2. Satu orang/pasang/regu hanya boleh mengikuti 1 (satu) jenis/kategori lomba. 3. Ketika peserta tampil dalam lomba mempergunakan pakaian bebas, rapi, dan sopan. 4. Nomor urut tampil dikeluarkan oleh panitia dan dipasang ketika peserta tampil. 5. Peserta harus hadir 15 (lima belas) menit sebelum lomba dimulai. Pemanggilan nomor urut tampil peserta dilakukan sebanyak 3 (tiga kali), kalau tidak ada maka peserta tersebut dinyatakan gugur. 6. Selama lomba berlangsung peserta tidak diperkenankan meninggalkan tempat lomba. 7. Peserta yang sakit dan tidak dapat tampil sesuai nomor urut pemanggilannya dinyatakan gugur. Pasal 3 UPACARA PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN 1. Pada upacara pembukaan dan penutupan seluruh kontingen wajib menggunakan pakaian seragam kontingen masing-masing. 2. Kontingen setiap provinsi diwajibkan membawa bendera lambang daerah provinsinya masing-masing. 3. Masing-masing kontingen wajib menampilkan 1 pasang peserta dengan berpakaian daerah untuk devile.



39



BAB II SARASEHAN Pasal 1 PESERTA (1) Sarasehan diikuti oleh peserta yang telah ditentukan di dalam Buku Pedoman dan diundang oleh panitia pelaksana UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024. (2) Seluruh peserta sarasehan memiliki hak bicara yang mekanismenya diatur oleh moderator. (3) Selama sarasehan berlangsung peserta wajib mematuhi tata tertib yang telah ditetapkan. (4) Peserta sarasehan wajib mengisi daftar hadir yang disediakan oleh panitia. Pasal 2 HAK SUARA (1) Hak suara dalam sarasehan diberikan dengan ketentuan sebagai berikut. a. Utusan setiap Provinsi memiliki satu suara. b. LPDG Pusat 8 suara. c. LPDG Daerah masing-masing 1 suara. d. Panitia Pelaksana 1 suara. e. Parisada Pusat 1 suara. f. Ditjen Bimas Hindu 5 suara. g. Tokoh umat Hindu tuan rumah 1 suara. (2) Sarasehan akan menentukan 3 (tiga) daerah provinsi sebagai nominasi calon tempat penyelenggaraan UDG Nasional berikutnya. (3) Bila tidak tercapai kata mufakat dalam menentukan tuan rumah berikutnya maka akan diadakan pemungutan suara. Hasil pemungutan suara bersifat mutlak untuk menentukan ranking daerah sebagai calon tuan rumah. (4) Hasil sarasehan dituangkan dalam bentuk rekomendasi dan ditandatangani oleh perwakilan pemegang hak suara sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) di atas. Pasal 3 MATERI DAN NARASUMBER (1) Materi sarasehan ditentukan oleh panitia dengan syarat: a. Materi bersifat aktual dan kontekstual; 40



b. Materi bertemakan literasi dan moderasi beragama; (2) Narasumber sarasehan ditentukan oleh panitia. Pasal 4 LAIN-LAIN Tiga daerah yang di-ranking



menjadi calon tempat penyelenggara UDG



Tingkat Nasional berikutnya akan dijajagi, dievaluasi, dan diverifikasi oleh LPDG Pusat dan Ditjen Bimas Hindu, untuk selanjutnya diusulkan kepada Menteri Agama Republik Indonesia untuk ditetapkan.



41



BAB III KETENTUAN KHUSUS Pasal 1 PEDOMAN UTSAWA MEMBACA ŚLOKA 1. Pada waktu tampil, peserta menyampaikan salam panganjali dan diakhiri dengan paramasanti. 2. Pelafalan teks disesuikan dengan dialek masing-masing daerah kecuali bunyi “ Ā “ dibacakan sesuai dengan bunyi “ Ā “ dalam bahasa Indonesia. 3. Pembacaan aksara awagraha menurut pola ślokanya (Awagraha tidak dibaca). 4. Untuk Reng (irama) Śloka memakai Reng Śruti. 5. Naskah yang dipakai adalah yang tercantum dalam Buku Pedoman. 6. Umur peserta yang mengikuti lomba ini adalah Tingkat Anak-anak berusia 7 - 13 Tahun dan atau masih duduk sebagai murid SD; Tingkat Remaja berusia 14 - 20 tahun dan/atau masih duduk sebagai murid SMP/SMA/SMK (dibuktikan dengan Kartu Pelajar/KTP), serta Tingkat Dewasa berusia 21 - 40 tahun (dibuktikan dengan KTP). 7. Rentang Nilai/Interval nilai antara 60 sampai 100. 8. Bila terdapat nilai yang sama, maka yang menjadi bahan pertimbangan akhir adalah Nilai Suara (Vokal) Pembaca. 9. Teknis lomba dan penilaian diatur oleh dewan juri pada waktu technical meeting. 10. Kriteria umum penilaian Utsawa Membaca Śloka tingkat anak-anak, remaja, dan dewasa putra dan putri adalah: No



Komponen Penilaian



Bobot Wajib



A 1



PEMBACA Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) pembaca di sebelah kiri



Nilai Pilihan



Total (Nw +Np) x Bt



Keterangan



5



42



2



3



Suara/vokal: - Jenis suara angkus prana berada di pangkal lidah - Kemerduan/gregel suara Ucapan (tabuh basa) - Irama/reng sruti - Pelafalan (onekonekan)



15



15



4



Guru laghu



10



5



Ekspresi (raras): - Mimik - Penjiwaan



5



B 1



2 3



4 5



JUMLAH A PENERJEMAH Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) penerjemah di sebelah kanan Suara/Vokal Keserasian dgn suara pembaca Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (kalengutan basa) Ketepatan Terjemahan Ekspresi: • Mimik • Penjiwaan JUMLAH B JUMLAH A + B



50 5



15 15 10 5 50 100



Pasal 2 PEDOMAN UTSAWA MEMBACA PALAWĀKYA 1. Pada waktu tampil, peserta menyampaikan salam Pangañjali dan diakhiri Paramasanti. 2. Pelafalan teks disesuaikan dengan dialek masing-masing daerah. 3. Naskah yang dipakai adalah yang terdapat dalam Buku Pedoman. 4. Umur peserta yang mengikuti lomba ini;



43



a. Tingkat Remaja berusia 14 tahun sampai 20 tahun atau masih duduk sebagai murid SMP/SMU/SMK (dibuktikan dengan Kartu Pelajar/KTP). b. Tingkat Dewasa berusia 21 tahun sampai 40 tahun (dibuktikan dengan KTP). 5. Rentang nilai/interval nilai antara 60 sampai 100. 6. Bila terdapat nilai yang sama, maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah nilai suara (Vokal) pembaca. 7. Teknis lomba dan teknis penilaian diatur oleh dewan juri pada waktu technical meeting. 8. Kriteria umum penilaian utsawa Pembacaan Palawākya tingkat remaja dan dewasa putra dan putri adalah: No



Komponen Penilaian



Bobot Wajib



A 1



2



3



4



B 1



2 3



PEMBACA Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) pembaca di sebelah kiri Suara/vokal: - Suara angkus prana (di pangkal lidah) - Kemerduan/gregel suara Ucapan (tabuh basa): - Intonasi (guru basa) - Pelafalan (onekonekan) Ekspresi (raras): - Mimik - Penjiwaan JUMLAH A PENERJEMAH Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) penerjemah di sebelah kanan Suara/Vokal Keserasian dgn suara pembaca Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (kalengutan basa)



Nilai Pilihan



Total (Nw +Np) x Bt



Keterangan



10



15



15



10 50 5



15 15



44



4



Ketepatan Terjemahan (artos) Ekspresi (raras): • Mimik • Penjiwaan JUMLAH B JUMLAH A + B



5



10 5 50 100



Pasal 3 PEDOMAN UTSAWA MEMBACA KAKAWIN 1. Pada waktu tampil, peserta menyampaikan salam Panganjali dan diakhiri Paramasanti. 2. Penampilan boleh dalam bentuk pacapariring dengan mentaati aturan gurulaghu. 3. Materi yang dibaca adalah teks naskah kakawin yang terdapat dalam Buku Pedoman. 4. Umur peserta yang mengikuti lomba ini; a. Tingkat Remaja berusia 14 tahun sampai 20 tahun atau masih duduk sebagai murid SMP/SMU/SMK (dibuktikan dengan Kartu Pelajar/KTP). b. Tingkat Dewasa berusia 21 tahun sampai 40 tahun (dibuktikan dengan KTP). 5. Rentang nilai/interval nilai antara 60 sampai 100. 6. Bila terdapat nilai yang sama, maka yang menjadi bahan pertimbangan adalah nilai suara (Vokal) pembaca. 7. Teknis lomba dan teknis penilaian diatur oleh dewan juri pada waktu technical meeting. 8. Kriteria umum penilaian utsawa membaca Kakawin tingkat remaja dan dewasa putra dan putri adalah: No



Komponen Penilaian



A 1



PEMBACA Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) pembaca di sebelah kiri



Bobot



Nilai Wajib Pilihan



Total (Nw +Np) x Bt



Keterangan



5



45



2



15



3



Suara/vokal: - Suara angkus prana (di pangkal lidah) - Kemerduan/gregel suara Guru-Laghu



4



Onek-onekan (Pelafalan)



10



5



Ekspresi (raras): - Mimik - Penjiwaan



5



B 1



2 3



4 5



15



JUMLAH A PENERJEMAH Penampilan: - Pakaian (tata busana) - Gerak tubuh/ tangan (tetanganan) - Posisi duduk (tata lungguh) penerjemah di sebelah kanan Suara/Vokal Keserasian dgn suara pembaca Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (kalengutan basa)



50



Ketepatan Terjemahan (artos) Ekspresi (raras): • Mimik • Penjiwaan JUMLAH B JUMLAH A + B



15



5



15 10



5 50 100



Pasal 4 NASKAH UTSAWA MEMBACA ŚLOKA, PALAWĀKYA, DAN KAKAWIN Naskah untuk utsawa membaca śloka, palawākya, dan kakawin disusun oleh Tim yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Lembaga Pengembangan Dharmagīta Tingkat Pusat. Pasal 6 PEDOMAN UTSAWA DHARMAWACANA 1. Dharmawacana pada Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024 dilombakan dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dengan ketentuan sebagai berikut:



46



a. Naskah dharmawacana tingkat anak-anak dan remaja bahasa Indonesia baik putra maupun putri serta dharmawacana tingkat remaja dan dewasa bahasa Inggris baik putra maupun putri ditulis/disusun oleh setiap peserta lomba. b. Dharmawacana bahasa Indonesia untuk tingkat dewasa putra maupun putri tidak menyiapkan naskah, namun tema akan diundi pada saat technical meeting, dengan tujuan peserta lebih menyiapkan diri untuk menguasai dan mengelaborasi semua tema yang sudah ditentukan. c. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 dengan spasi ganda (dua). d. Letter/tulisan memakai calibri ukuran huruf 12. e. Jumlah halaman isi minimal 5 (lima) halaman. f. Tema dharmawacana dalam UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024 untuk semua tingkatan adalah sebagai berikut: 1. Moderasi Beragama



8. Cinta Kasih



2. Dana Punya



9. Dharmasevanam



3. Tirtha Yatra



10. Multikulturalisme



4. Karma dan Bhakti



11. Kepemimpinan Hindu



5. Kerukunan Umat Beragama



12. Kesetaraan Gender



6. Catur Guru



13. Pengamalan Yajña



7. Dharma Negara g. Judul ditetapkan oleh peserta sesuai dengan tema yang telah ditentukan di atas. 2. Naskah dikirim ke Panitia Pusat di Jakarta beserta soft copy dan diterima paling lambat 2 (dua) bulan sebelum kegiatan Utsawa Dharmagīta Tingkat Nasional XV Tahun 2024. 3. Dharmawacana disampaikan secara hafalan/lisan yang materinya sesuai naskah yang diserahkan ke Panitia. 4. Umur peserta yang mengikuti Utsawa Dharmawacana ini adalah : a. Tingkat anak-anak berusia 7 - 13 tahun dan/atau masih duduk sebagai siswa SD, dapat dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Pelajar atau identitas lainnya yang sah (Dharmawacana bahasa Indonesia) b. Tingkat Remaja berusia 14 - 20 tahun dan/atau masih duduk sebagai siswa SMP/SMU/SMK/Mahasiswa, dapat dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa/KTP atau identitas lainnya yang sah (Dharmawacana bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).



47



c. Tingkat dewasa berusia 21 - 40 tahun, dapat dibuktikan dengan menunjukkan KTP atau identitas lainnya yang sah (Dharmawacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris). 5. Pada waktu tampil, peserta menyampaikan salam Panganjali dan diakhiri dengan Paramasanti. 6. Dharmawacana disampaikan selama minimal 8 (delapan) menit maksimal 10 (sepuluh) menit untuk tingkat anak-anak bahasa Indonesia serta tingkat remaja dan dewasa bahasa Inggris terhitung sejak mengucapkan salam panganjali sampai dengan salam paramasanti. 7. Untuk tingkat remaja dan dewasa bahasa Indonesia minimal 10 menit dan maksimal 15 (limas belas) menit terhitung sejak mengucapkan salam panganjali sampai dengan salam paramasanti 8. Struktur materi dharmawacana terdiri atas pembukaan, isi dan penutup. 9. Penilaian menggunakan angka antara 60 sampai 100. 10. Format Penilaian Utsawa Dharmawacana:



No



Indikator Penilaian



Bobot



1



Penguasaan Diri: • Kepercayaan Diri • Gaya • Penampilan Penguasaan Materi: • Kesesuain judul dengan tema dan isi • Kesesuaian naskah dengan penyajian • Kontekstual Penguasaan Audience: • Interaksi dengan audience • Improvisasi penyajian Keterampilan Komunikasi dan Bahasa: • Komunikasi Verbal • Komunikasi Nonverbal • Kaidah Kebahasaan Ketepatan Waktu JUMLAH



25



2



3



4



5



Nilai



Total (Bt x N)



Keterangan



30



20



20



5 100



48



Pasal 7 PEDOMAN UTSAWA NYANYIAN KEAGAMAAN HINDU 1. Pada waktu tampil, peserta menyampaikan salam Panganjali dan diakhiri dengan Paramasantih. 2. Peserta remaja beregu putra/putri/campuran (satu regu berjumlah 5 orang, termasuk pengiring maksimal 3 orang dan boleh ikut bernyanyi). 3. Peserta wajib membawakan 2 (dua) lagu keagamaan Hindu berbahasa Indonesia dan berbahasa daerah. 4. Waktu penyajian untuk kedua lagu maksimal 15 menit. 5. Masing-masing peserta menyerahkan naskah nyanyian keagamaan Hindu berbahasa Indonesia dan yang berbahasa daerah dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia, pada saat technical meeting. 6. Rentang nilai antara 60 sampai 100. 7. Bila terdapat nilai yang sama maka yang menjadi pertimbangan adalah nilai kreativitas aransemen. 8. Teknis lomba dan teknis penilaian diatur oleh dewan juri pada waktu technical meeting. 9. Kriteria: Nyanyian Keagamaan Hindu berbahasa Indonesia. •



Nyanyian keagamaan Hindu berbahasa Indonesia berbentuk kreasi baru.







Diiringi musik pengiring secara langsung atau kombinasi langsung dan rekaman.







Lagu boleh berbentuk baru atau aransemen dari lagu yang sudah ada.







Diperbolehkan menggunakan kutipan bahasa Sanskerta atau Jawa Kuno dengan jumlah tidak lebih dari 20 suku kata.







Jika menggunakan iringan langsung, maka pemain iringan musik dan vokalis tetap berjumlah lima orang.



Nyanyian keagamaan Hindu berbahasa daerah. •



Menggunakan bahasa daerah Nusantara.







Bagi daerah yang tidak memiliki nyanyian keagamaan Hindu berbahasa daerah setempat, dapat menggunakan nyanyian keagamaan Hindu Nusantara lainnya.



49







Nyanyian dapat menggunakan kidung, macapat, dan lagu rakyat yang sudah ada namun bernuansa keagamaan Hindu.







Diperbolehkan menggunakan background music etnis dalam bentuk CD atau flashdisk.



10. Peserta tampil menggunakan busana sembahyang yang bersih, rapi, sopan, dan pantas 11. Kriteria umum penilaian Utsawa Nyanyian Keagamaan Hindu adalah: Nyanyian Keagamaan Hindu Berbahasa Indonesia. NO 1



2 3 4



KRITERIA Bentuk a. Isi naskah b. Pola lagu c. Pola syair Suara: artikulasi, intonasi, keseimbangan Penyajian: teknik vocal, kerjasama/kekompakan, keharmonisan, rias-kostum Kreativitas JUMLAH



BOBOT %



NILAI



JUMLAH



NILAI



JUMLAH



25 30 30 15 100



Nyanyian Keagamaan Hindu Berbahasa Daerah. NO 1



2 3



KRITERIA Bentuk a. Isi naskah b. Pola lagu c. Pola syair Suara: artikulasi, intonasi, keseimbangan Penyajian: teknik vokal, kerjasama/kekompakan, keharmonisan, rias-kostum, sikap JUMLAH



BOBOT % 25 40 35



100



50



Pasal 8 PEDOMAN UTSAWA MENGHAFAL ŚLOKA 1. Utsawa Menghafal Śloka diikuti oleh peserta perorangan tingkat anak anak putra/putri, tingkat remaja putra/putri, dan tingkat dewasa putra/putri. 2. Śloka dan terjemahannya dibawakan dengan cara menghafal. 3. Sumber naskah yang dilombakan dan nomor ślokanya ditentukan panitia sesuai Buku Pedoman. 4. Durasi waktu tampil masing-masing peserta adalah 5 (lima ) menit. 5. Bila terdapat nilai yang sama maka yang akan menjadi pertimbangan adalah nilai kebenaran śloka. 6. Umur peserta yang mengikuti lomba ini adalah: a. Tingkat Anak-Anak berusia 7 tahun sampai 13 tahun. b. Tingkat Remaja berusia 14 tahun sampai 20 tahun dan/atau masih duduk sebagai murid SMP/SMU/SMK (dibuktikan dengan Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa/ KTP). c. Tingkat Dewasa berusia 21 tahun sampai 40 tahun (dibuktikan dengan Kartu Mahasiswa/KTP). 7. Teknis lomba dan teknis penilaian diatur oleh dewan juri pada waktu technical meeting. 8. Kriteria umum penilaian lomba menghafal Śloka adalah: No



Aspek Penilaian



Bobot



1



Jumlah śloka/mantra yang dibawakan



30



2



30



3



Ketepatan dan keutuhan śloka/mantra Ketepatan terjemahan



4



Kejelasan vokal



10



JUMLAH



100



Nilai



Total (Bt x N)



Keterangan



30



51



Pasal 9



PEDOMAN UTSAWA DHARMAWIWADA (DEBAT KEAGAMAAN HINDU) 1.



PENGERTIAN



Utsawa Dharmawiwada (Debat Keagamaan Hindu) adalah kegiatan saling adu argumentasi antar-pribadi atau antar-kelompok dalam membahas topik pengetahuan keagamaan



Hindu



dengan



mempertahankan



pendapat



masing-masing



secara



komprehensif. 2.



TUJUAN



Utsawa Dharmawiwada (Debat Keagamaan Hindu) dilaksanakan dengan tujuan: a.



Meningkatkan keterampilan berpikir kritis atas suatu masalah



b.



Meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat



c.



Meningkatkan keterampilan berbicara di depan publik



d.



Meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan pendapat secara logis dan argumentatif berdasarkan sastra suci Hindu atau referensi lain



e.



Meningkatkan keterampilan sikap untuk berani menghargai perbedaan pendapat.



3.



TATA TERTIB UTSAWA DHARMAWIWADA



a.



Peserta Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu adalah beregu (tim) berusia



16-19



Tahun,



dibuktikan



dengan



KIA/KTP/Kartu



Pelajar/Akta



Kelahiran/SIM b.



Setiap tim terdiri atas 2 orang peserta (dapat terdiri atas putra/putri, atau putra dan putri)



c.



Peran tim peserta Utsawa Dharmawiwada terdiri atas Tim Afirmatif/Pro, Tim Kontra, dan Tim Netral sesuai dengan hasil undian.



d.



Pakaian tim peserta adalah pakaian bebas, rapi, dan sopan.



e.



Tim peserta merupakan utusan dari masing-masing provinsi.



f.



Setiap tim peserta wajib hadir 15 Menit sebelum Utsawa Dharmawiwada atau debat dimulai.



g.



Jika tidak dapat memenuhi ketentuan butir (e) maka tim peserta dinyatakan gugur.



52



h.



Setiap tim peserta dilarang menggunakan perangkat elektronik selama penyusunan argumen dan debat berlangsung.



i.



Alat tulis dan kertas kosong disiapkan oleh Panitia.



j.



Setiap tim peserta dilarang berkomunikasi mengenai topik dalam bentuk apapun dengan pihak lain di luar rekan timnya selama penyusunan argumen.



k.



Selama mengikuti Utsawa Dharmawiwada, tim peserta diwajibkan berperilaku sopan, tertib, dan tidak melakukan kegiatan yang merugikan orang lain.



l.



Tim peserta Utsawa Dharmawiwada menggunakan bahasa yang baik dan benar.



m. Setiap tim peserta dilarang melakukan serangan secara pribadi terhadap tim peserta lainnya. n.



Setiap tim peserta dilarang melakukan tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi peserta lain.



o.



Pembicara dilarang berkomunikasi verbal dengan rekan timnya selama memaparkan argumen, namun boleh memberikan kode/isyarat kepada pembicara yang sedang memaparkan argumen.



p.



Tim peserta dilarang berkomunikasi dengan audien/penonton.



q.



Tim peserta yang melanggar ketentuan di atas mengakibatkan pengurangan skor.



r.



Utsawa Dharmawiwada terdiri atas 4 babak yaitu Babak Pertama (Penyisihan), Babak Kedua (Perempat Final), Babak Ketiga (Semi Final) dan Babak Keempat (Final).



4.



TATA CARA UTSAWA DHARMAWIWADA (DEBAT KEAGAMAAN HINDU)



a.



Menggunakan sistem gugur.



b.



Mempertemukan tiga kontingen pada Babak Pertama (Penyisihan) dan Babak Ke empat (Final).



c.



Mempertemukan dua kontigen pada Babak Kedua (Perempat Final) dan Babak Ketiga (Semi Final).



d.



Jumlah dan topik Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu ditetapkan oleh Panitia.



e.



Topik Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu yang dibahas di setiap babak berdasarkan undian.



f.



Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu dipimpin oleh seorang Moderator. 53



g.



Sesi Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu berlangsung selama 15 menit pada Babak Pertama (Penyisihan) hingga pada Babak Ketiga (Semi Final) dan 30 menit pada Babak Keempat (Final).



h.



Panduan untuk Moderator disiapkan oleh Panitia.



i.



Keputusan dewan juri berlaku mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.



BABAK PERTAMA (PENYISIHAN) 1. Pada Babak Pertama (Penyisihan) terdiri atas 3 tim (kontingen) dengan sistem pengundian, sekaligus untuk menentukan peran masing-masing tim (pro, kontra, netral), dan diambil 1 tim sebagai pemenang yang masuk ke Babak Kedua (Perempat Final). 2. Pada Babak Pertama (Penyisihan) diberikan waktu selama 15 menit dengan rincian: 2 menit pemaparan argument, 1 menit pertanyaan, dan 2 menit jawaban. 3. Tim penanya diberi waktu 1 menit untuk bertanya dan menjawab pertanyaan 2 menit. BABAK KEDUA (PEREMPAT FINAL) 1. Pada Babak Kedua (Perempat Final) terdiri atas 2 tim dengan sistem pengundian dari pemenang Babak Pertama (Penyisihan) 2. Pada Babak Kedua diberikan waktu selama 15 menit dengan rincian: 2 menit pemaparan argument, 1 menit pertanyaan, dan 2 menit jawaban. BABAK KETIGA (SEMI FINAL) 1. Pada Babak Ketiga (Semi Final) terdiri atas 2 tim dengan sistem pengundian dari pemenang Babak Kedua (Perempat Final) 2. Pada Babak Ketiga (Semi Final) diberikan waktu selama 15 menit dengan rincian: 2 menit pemaparan materi dan 1 menit pertanyaan, 2 menit jawaban dan 2 menit tanggapan. 3. Penentuan juara 4, 5, dan 6 ditentukan berdasarkan perolehan nilai pada Babak Ketiga (Semi Final). BABAK KEEMPAT (FINAL) 1. Pada Babak Keempat (Final) terdiri atas 3 tim dari pemenang Babak Ketiga (Semi Final).



54



2. Pada Babak Keempat (Final) diberikan waktu selama 30 menit dengan rincian: 2 menit pemaparan materi dan 1 menit pertanyaan, 2 menit jawaban dan 2 menit tanggapan. 3. Pada Babak Final, masing-masing peserta menjawab pertanyaan dari juri dengan waktu 2 menit. 5.



RUANG LINGKUP MATERI UTSAWA DHARMAWIWADA 1. Tatwa 2. Susila 3. Acara 4. Sejarah Agama Hindu 5. Kepekaan Sosial Umat Hindu



6.



KRITERIA PENILAIAN UTSAWA DHARMAWIWADA



Utsawa Dharmawiwada atau Debat Keagamaan Hindu dinilai berdasarkan kriteria di bawah ini: NO. 1



2



3



4



KRITERIA BOBOT % Penguasaan Isi Materi (Matter) • Pengetahuan dan kedalaman materi yang didukung 30 referensi, data, dan fakta. • Wawasan yang luas dan lengkap. Kemampuan Komunikasi (Manner) • Kejelasan dan Kerunutan Komunikasi. • Pengaturan Intonasi Suara. 25 • Keterampilan Bahasa Non verbal. • Ketepatan diksi dan terminologi. Keterampilan Debat (Method) • Dasar Argumen dan Kemampuan Berargumen. 25 • Kemampuan Menyanggah Pendapat Lawan dengan Argumen Logis. Sikap dan Etika (Manner) • Kesantunan dalam Berdebat. 20 • Tidak Menyerang Pribadi Lawan. • Rasa hormat terhadap lawan debat. TOTAL 100



NILAI



55



BAB IV KEPANITIAAN Pasal 1 PEMBENTUKAN KEPANITIAAN 1. Personalia Panitia Daerah, Ketua Umum, dan sebagian dari Pengarah serta Penasihat diusulkan oleh/dari daerah penyelenggara. 2. Jumlah personalia pada setiap bidang disesuaikan dengan volume dan jenis kegiatan, ketersediaan waktu, dan kinerja yang bersangkutan. 3. Draf susunan dan personalia panitia diusulkan oleh Ketua Umum LPDG Pusat bersama Dirjen Bimas Hindu kepada Menteri Agama Republik Indonesia untuk mendapatkan penetapan. 4. Pelantikan panitia secara simbolis diadakan di daerah. Pasal 2 PERTANGGUNGJAWABAN KEPANITIAAN 1. Kegiatan penyelenggaraan Utsawa Dharmagīta dipertanggungjawabkan oleh Panitia kepada LPDG Pusat untuk diteruskan kepada Menteri Agama Republik Indonesia melalui Dirjen Bimas Hindu. 2. Laporan pertanggungjawaban Panitia diterima oleh Dirjen Bimas Hindu selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah Utsawa Dharmagīta ditutup. 3. Bahan pertanggungjawaban Panitia disiapkan oleh bidang-bidang kepanitiaan secara terkoordinasi dan terintegrasi, selanjutnya dihimpun menjadi Laporan Ketua Harian kepada Ketua Umum.



56



BAB V KETENTUAN LAIN Segala sesuatu yang belum diatur dalam Buku Pedoman ini akan diatur oleh Panitia dalam Panduan Kegiatan UDG Tingkat Nasional XV Tahun 2024.



57



LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Materi Utsawa Membaca Śloka ŚLOKA WAJIB PASANGAN ANAK-ANAK PUTRA 1. य"या $श&तो अच+यः yasyā ruśanto arcayaḥ -.त भ0ा अ12त। prati bhadrā adṛkṣata, सा नो र.यं 8व:ववारं sā no rayiṁ viśvavāraṁ सप ु ेशसमष ु ा ददातु सAु Bयम ्॥ supeśasam uṣā dadātu sugmyam. (ऋAवेद,१.४८.१३ छा&द बह ृ .त). (Ṛgveda,I.48.13 chānda bṛhati). Terjemahannya: Tuhan yang berwujud Uṣas yang memancarkan sinar gilang gemilang ke segala penjuru. Menganugrahkan kebajikan dan kekayaan yang melimpah. Kebahagiaan yang mudah diperoleh. 2. तNमत ् सOखQव ईमहे tam it sakhitva īmahe तं राये तं सव ु ीयT। taṁ rāye taṁ suvīrye, स शU उत नः शकX sa śakra uta naḥ śakad इ&0ो वसु दयमानः॥ indro vasu dayamānaḥ. (ऋAवेद,१.१०.६ छा&द अन\ु टुभ ्) (Ṛgveda,1.10.6 chānda anuṣṭubh) Terjemahannya : Hanya kepada Tuhan saja kami memohon persahabatan, kualitas diri, kekayaan dan keberanian. Hanya Dialah satu-satunya yang Mahakuasa dan mampu melindungi kami dari kekejaman dan memberikan kekayaan kepada kami.



58



ŚLOKA WAJIB PASANGAN ANAK-ANAK PUTRI 1. ये ^चX^ध Qवाम ् ऋषयः पव ू + ye ciddhi tvām ṛṣayaḥ pūrva ऊतये जह ु ू रे ऽवसे मdह। ūtaye juhūre ‘vase mahi, सा नः "तोमाम ् अNभ गण ृ ीdह sā naḥ stomām abhi gṛṇīhi राधसोषः शU ु े ण शो^चषा॥ rādhasoṣaḥ śukreṇa śociṣā. (ऋAवेद,१.४८.१४ छा&द बह ृ .त). (Ṛgveda,I.48.14 chānda bṛhati). Terjemahannya: Oh Tuhan yang maha perkasa, yang dipuja oleh para pandita sejak jaman dahulu. Untuk memohon perlindungan dan pertolongan. Oh Tuhan yang berwujud Uṣas terimalah kidung syukur kami dengan sinarMu yang cemerlang dan melimpah. 2. आग^धता पhरग^धता āgadhitā parigadhitā या कसीकेव जiगहे । yā kasīkeva jaṅgahe, ददा.त मjयं यदhु र dadāti mahyaṁ yaduri यचन ू ां भोkया शता॥ yacūnāṁ bhojyā śatā. (ऋAवेद,१.१२६.६ छा&द अन\ु टुभ ्) (Ṛgveda,I.126.6 chānda anuṣṭubh) Terjemahannya: Untuk Ia yang memberikan kesemarakan ini. Untuk mereka yang memberikan surya bersinar di langit. Ia yang maha pemurah yang bersifat abadi. Yang menghaturkan persembahan mulia dikaruniai umur yang panjang.



59



ŚLOKA PILIHAN PASANGAN ANAK-ANAK PUTRA-PUTRI 1. QवNममा ओषधीः सोम 8व:वास ् tvam imā oṣadhīḥ soma viśvās Qवमपो अजनयस ् Qवं गाः। tvam apo ajanayas tvaṁ gāḥ, Qवमा तत&थो$ अ&तhर2ं tvam ā tatanthoru antarikṣaṁ Qवं kयो.तषा 8व तमो ववथ+॥ tvaṁ jyotiṣā vi tamo vavartha. (ऋAवेद,१.९१.२२ छा&द उि\णक् ). (Ṛgveda,I.91.22 chānda uṣṇik). Terjemahannya: Oh Tuhan karena-Mu semua daun-daunan, semua binatang, dan semua air mengalir. Segalanya itu Oh Tuhan berwujud Soma, Engkaulah asal mulanya. Langit yang maha luas adalah karya-Mu. Tuhan terangi semua pelosok yang gelap. 2. -Qयचq $शद"यादNश+ 8व pratyarcī ruśad asya adarśi vi .त\ठते बधते कृ\णमsवम ् । tiṣṭhate badhate kṛṣṇam abhvam, "व$ं न पेशो 8वदथे"वtजञ ् svaruṁ na peśo vidathesvañjañ ^चvं dदवो दdु हता भानम ु wेत ् ॥ citraṁ divo duhitā bhānum aśret. (ऋAवेद,१.९२.५ छा&द yv\टुभ ्) (Ṛgveda,I.92.5 chānda triṣṭubh) Terjemahannya: Kami melihat terang cahayanya. Yang meluas dan mengusir raksasa kegelapan. Seperti warna warni menyemarakan tempat pelaksanaan upacara yajña. Sebagai Putri langit yang memperlihatkan kemegahannya. 3. "वयंभरू Nस wे\ठो svayaṁbhūrasi śreṣṭho रि:मव+चzदा अNस raśmir varcodā asi वचz मे दे dह। varco me dehi सय + य वत ू " ृ म&वा वतT॥ sūryasya vṛtamanvā varte. 60



(यजव ु Tद,२.२६). (Yajurveda,II.26). Terjemahannya: Oh Tuhan, Engkau adalah Esa, maha agung dan memenuhi semuanya. Engkau pemberi pengetahuan. Berikanlah kami pengetahuan, kami akan mengikuti perintah Tuhan. 4. अAनये क{य वाहनाय agnaye kavya vāhanāya "वाहा। सोमाय 8पतम ृ ते svāhā, somāya pitṛmate "वाहा अपहत असरु ा svāhā apahata asurā र2ांNस वेdदषदः॥ rakṣāṁsi vediṣadaḥ. (यजव ु Tद,२.२९). (Yajurveda,II.29). Terjemahannya: Berbicaralah dengan hormat pada orang terpelajar, sebagai sumber ilmu pengetahuan. Berbicaralah yang manis dan lembut kepada ayah, ibu, guru dan brahmacari. Basmilah semua orang yang berpikiran jahat di dunia ini.



61



ŚLOKA WAJIB PASANGAN REMAJA PUTRA 1. अिAनमीले परु ोdहतं। agnimīle purohitaṁ, य~"य दे वमिृ Qवजम ्। yajñasya deva mṛtvijam, होतारं रQन धातमम ्॥ hotāraṁ ratna dhātamam. (ऋAवेद,१.१.१ छा&द गायvी) (Ṛgveda,I.1.1 chānda gāyatrī). Terjemahannya: Kami memuja dewa Agni, Dewa Agni sebagai Pandita yang utama, Dewa Agni sebagai penyelenggara upacara yajña, Dewa Agni yang menganugrahkan dengan kemurahan hati pada para pemujaNya. 2. आ नो भ0ः Uतवो य&तु 8व:वतो ā no bhadraḥ kratavo yantu viśvato अद•धासो अपर€तास उXNभदः। adabdhāso aparītāsa udbhidaḥ, दे वा नो यथा सदNमX वध ृ े devā no yathā sadam id vṛdhe अस&न-यव ु ो र•2तारो dदवे-dदवे॥ asann aprayuvo rakṣitāro dive-dive. (ऋAवेद,१.८९.१ छा&द yv\टुभ ्) (Ṛgveda,I.89.1 chānda triṣṭubh) Terjemahannya: Semoga kekuatan yang bertuah menguntungkan datang kepada kami dari segala penjuru, yang meyakinkan tiada halangan dan rintangan, serta memberikan kemenangan. Semoga manifestasi Tuhan para Dewa selalu memberikan berkah kepada kami. Semoga setiap saat kami selalu berada dalam lindungan Tuhan.



62



ŚLOKA WAJIB PASANGAN REMAJA PUTRI 1. अिAनः पव ू TNभर् ऋ8षNभर् । agniḥ pūrvebhir ṛṣibhir, ईXयो नत ू नै$त । īdyo nūtanair uta, स दे वामेह व2.त ॥ sa devām eha vakṣati. (ऋAवेद,१.१.२.छा&द गयाvी) (Ṛgveda.I.1.2.chānda gayātrī). Terjemahannya: Para Rsi selalu memuja Agni pertama, dilakukan dari masa yang lalu sampai sekarang, Dewa Agni selalu menjadi sumber inspirasi di segala jaman. 2. दे वानां भ0ा सम ु .तर् ऋजय ू तां devānāṁ bhadrā sumatir ṛjūyatāṁ दे वानां रा.तरNभ नो .न वत+ताम ्। devānāṁ rātir abhi no ni vartatām, दे वानां सƒयमप ु सेdदमा वयं devānāṁ sakhyam upa sedimā vayaṁ दे वा न आयःु - .तर&तु जीवसे॥ devā na āyuḥ pra tirantu jīvase. (ऋAवेद,१.८९. २ छा&द yv\टुभ ्) (Ṛgveda,I.89.2 chānda triṣṭubh) Terjemahannya: Semoga Para Dewa manifestasi dari Tuhan selalu memberikan kasih sayangnya kepada kami. Semoga para Dewa selalu melimpahkan anugrahnya kepada kami. Pendekatan dengan para Dewa yang selalu kami dambakan. Semoga Para Dewa manifestasi Tuhan memberikan umur panjang kepada kami.



63



ŚLOKA PILIHAN PASANGAN REMAJA PUTRA-PUTRI 1. QवमAने XयNु भस ् Qवमा आशश ु 2 ु Oणस ् tvam agne dyubhis tvamā āśuśukṣaṇis QवमXsयस ् Qवम:मनस ् पhर । tvam adbhyas tvam aśmanas pari, Qवं वनेsयस ् Qवमोषधीsयस ् tvaṁ vanebhyas tvam oṣadhībhyas Qवं नण ृ ां नप ृ ते जायसे श^ु चः॥ tvaṁ nṛṇāṁ nṛpate jāyase śuciḥ. ऋAवेद,२.१.१ छा&द जग.त) Ṛgveda,II.1.1 chānda jagati) Terjemahannya: Tuhan bermanifestasi sebagai Dewa Agni yang selalu menyala dalam keagunganNya, sepanjang hari, yang berada dalam air, berada dalam batu, berada dalam pepohonan, berada dalam hutan dan berada dalam semak belukar, yang tumbuh di tanah. Agni adalah Dewa Utama sesungguhnya yang Maha Suci. 2. तवाAने होvं तव पोvम ् ऋिQवयं tavāgne hotraṁ tava potram ṛtviyaṁ तव ने\„ं QवमिAनX ऋतायतः। tava neṣṭraṁ tvam agnid ṛtāyataḥ, तव -शा"vं Qवम…वर€यNस tava praśāstraṁ tvam adhvarīyasi †jम चाNस गह ृ प.तश ् च नो दमे॥ brahma cāsi gṛhapatiśca no dame. (ऋAवेद,२.१.२ छा&द जग.त) Ṛgveda,II.1.2 chānda jagati) Terjemahannya: Dewa Agni adalah manifestasi Tuhan sebagai utusan dan pencuci dalam upacara yajña, Dewa Agni pemimpin dan penerang bagi orang-orang suci dan bijaksana, Dewa Agni yang mengatur Pandita penyelenggara upacara yajña, Dewa Agni sesungguhnya bersifat Brahman, Dewa Agni adalah sebagai pemimpin di rumah kami.



64



3. ये ‡पOण -.तमt ु च माना ye rūpaṇi pratimuñca mānā असरु ाः स&तः "वधया चरि&त। asurāḥ santaḥ svadhayā caranti, परपरु ो .नपरु ो ये भरि&त parapuro nipuro ye bharanti अिAन\टांˆलोकात ् -णद ु ाQय"मात ्॥ agniṣṭāṁllokāt praṇudātyasmāt. (यजव ु Tद, २.३०) (Yajurveda, II.30) Terjemahannya: Oh Tuhan, sigkirkanlah orang-orang jahat yang merajalela di dunia ini, dengan menyembunyikan niat mereka yang sesungguhnya, menyibukkan dirinya dalam pencapaian tujuan pamerih mereka, dan yang dipenuhi oleh ambisi jahatnya. 4. अv 8पतरो मादय…वं atra pitaro mādayadhvaṁ यथाभागमावष ृ ाय…वम ्। yathābhāgam āvṛṣāyadhvam, अमीमद&त 8पतरो यथा amīmadanta pitaro yathā भागमावष ृ ा.य षत॥ bhāgam āvṛṣāyi ṣata. (यजव ु Tद, २.३१) (Yajurveda, II.31) Terjemahannya: Hendaknya orang-orang bijaksana dan terpelajar bersenang-senang di dunia ini, hendaknya mereka menjadi kuat, sehat dan dapat berbuat menurut kemampuan merekan. Biarlah mereka menjadi bahagia, sehat dan segar sesuai dengan kemampuan dan sumber penghasilan mereka.



65



ŚLOKA WAJIB PASANGAN DEWASA PUTRA 1. Qवं सोम -^च‰कतो मनीषा tvaṁ soma pracikito manīṣā Qवं रिज\ठमनु ने8ष प&थाम ्। tvaṁ rajiṣṭham anu neṣi panthām, तव -णीती 8पतरो नै&दो tava praṇītī pitaro na indo दे वेषु रQनमभज&त धीराः॥ deveṣu ratnam abhajanta dhīrāḥ. (ऋAवेद.१.९१.१.छा&द yv\टुभ ्). (Ṛgveda.I.91.1.chānda triṣṭubh). Terjemahannya: Oh Tuhan yang bermanifestasikan Dewa Soma, kebijaksanaanMu sangat unggul, Engkau adalah pemimpin kami menuju jalan yang baik dan benar. Engkau adalah Leluhur kami yang sangat bijaksana. Dengan petunjuk dan tuntunanMu kami mendapatkan harta kekayaan untuk hidup. 2. य"मै Qवमायजसे स साध.त yasmai tvam āyajase sa sādhati अनवा+ 2े.त दधते सव ु ीय+म ्। anarvā kṣeti dadhate suvīryam, स तत ू ाव नैनम:नोQयं ह.तर् sa tūtāva nainam aśnotyaṁ hatir अAने सƒये मा hरषामा वयं तव॥ agne sakhye mā riṣāmā vayaṁ tava. (ऋAवेद.१.९४.२.छा&द yv\टुभ ्). (Ṛgveda.I.94.2.chānda triṣṭubh). Terjemahannya: Oh Tuhan semoga orang yang Engkau lindungi memperoleh kebahagiaan dan kemakmuran. Hidup tanpa musuh, memiliki semangat kepahlawanan. Semoga kami menjadi kuat, tidak pernah menemui kesusahan. Dengan kasih sayangMu Oh Tuhan yang berwujud Dewa Agni jauhkanlah kami dari bahaya.



66



ŚLOKA WAJIB PASANGAN DEWASA PUTRI 1. Qवं सोम UतNु भः सU ु तरु ् भस ू ् tvaṁ soma kratubhiḥ sukratur bhūs Qवं द2ैः सद ु 2ो 8व:ववेदः। tvaṁ dakṣaiḥ sudakṣo viśvavedaḥ, Qवं वष ृ ा वष ृ QवेNभर् मdहQवा tvaṁ vṛṣā vṛṣatvebhir mahitvā XयB ु नेNभर् XयB ु &यभवो नच ृ 2ाः॥ dyumnebhir dyumnyabhavo nṛcakṣāḥ. (ऋAवेद.१.९१.२.छा&द yv\टुभ ्). (Ṛgveda.I.91.2.chānda triṣṭubh). Terjemahannya: Oh Tuhan yang maha tahu dan maha bijak, Tuhan yang bermanifestasikan Dewa Soma yang bertenaga besar dan memiliki semuanya. Sungguh mulia Tuhan karena kekuatan dan keagunganMu, sebagai sumber kemenangan. Engkau sungguh mulia dan menjadi pemimpin semua makhluk. 2. इमं ते ^धयं -भरे महो मdहम ् imaṁ te dhiyaṁ prabhare maho mahim अ"य "तोvे ^धषणा यत ् त आनजे। asya stotre dhiṣaṇā yat ta ānaje, तमQु सवे च -सवे च सासdहम ् tam utsave ca prasave ca sāsahim इ&0ं दे वासः शवसाम द&नन॥ ु indraṁ devāsaḥ śavasāma dannanu. (ऋAवेद.१.१०२.१.छा&द जगती). (Ṛgveda.I.102.1.chānda jagatī). Terjemahannya: Kepada Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Agung, hamba tunjukkan dan persembahkan kidung suci ini, semoga keinginan Tuhan telah disenangkan dengan persembahan kidung kami. Tuhan yang Maha Jaya karena saktinya. Semoga para Dewa bersenang senang dalam persembahan upacara yajña kami.



67



ŚLOKA PILIHAN PASANGAN DEWASA PUTRA-PUTRI 1. या ते धाम.न dद8व य प^ृ थ{यं yā te dhāmani divi ya pṛthivyaṁ या पव+त\े वो षधी\वŠस।ु yā parvateṣvo ṣadhīṣvapsu, तेNभर् नो 8व:वैः सम ु ना अहे लन ् tebhir no viśvaiḥ sumanā ahelan राज&त ् सोम -.त ह{या गभ ृ ाय॥ rājant soma prati havyā gṛbhāya. (ऋAवेद.१.९१.४.छा&द yv\टुभ ्). (Ṛgveda.I.91.4.chānda triṣṭubh). Terjemahannya: Oh Tuhan dengan segala kemuliaan dan keagunganMu, yang berada di bumi, berada di langit, berada di gunung, berada pada pepohonan, dan juga berada di air. Oh Tuhan yang berwujud Dewa Soma, dengan segalanya itu dan dengan senang, serta tiada kemarahan terimalah persembahan upacara yajña kami. 2. Qवम…वय$ ु+ त होतNस प{ू य+ः tvam adhvaryur uta hotasi pūrvyaḥ -शा"ता पोता जनष ु ा परु ोdहतः। praśāstā potā januṣā purohitaḥ, 8व:वा 8वXवां आिQव+kया धीर प\ु यNस viśvā vidvāṁ ārtvijyā dhīra puṣyasi अAने सƒये मा hरषामा वयं तव॥ agne sakhye mā riṣāmā vayaṁ tava. (ऋAवेद.१.९४.६.छा&द yv\टुभ ्). (Ṛgveda.I.94.6.chānda triṣṭubh). Terjemahannya: Oh Tuhan, Engkau adalah Pelaksana dan Pengantar upacara yajña. Tuhan adalah pemimpin, penyuci, yang berwujud sebagai Pandita Utama. Tuhan mengetahui dan melaksanakan tugas-tugas pandita. Tuhan berwujud Pandita dengan selalu memacarkan kasih sayangMu. Oh Tuhan berwujud Dewa Agni jauhkanlah kami dari segala mara bahaya.



68



3. सं वच+सा सं तनNू भर् saṁ varcasā saṁ tanūbhir अग&मdह मनसा संNशवेन। aganmahi manasā saṁśivena, Qव\टा सद ु vो 8वदधातु रायो tvaṣṭā sudatro vidadhātu rāyo ऽनम ु ा\टु+ त&वो यX 8वNल\टम ्॥ ‘numārṣṭu tanvo yad viliṣṭam. (यजव ु Tद, २.२४) (Yajurveda, II.24) Terjemahannya: Dengan mempelajari Veda, semoga kami diberkahi ilmu pengetahuan, badan yang sehat kuat, pikiran-pikiran yang damai dan berbhakti. Semoga Tuhan pemberi kebahagiaan menganugrahi kami dengan kekayaan dan melenyapkan setiap noda yang ada pada badan kami. 4. तं Qवा शो^च\ठ द€dदवः सB ु नाय taṁ tvā śociṣṭha dīdivaḥ sumnāya नन ू मीमहे र ् साखsयः। nūnamīmaher sākhabhyaḥ, स नो बो^ध wुधी हवम$ ु \या sa no bodhi śrudhī havamuruṣyā णो अघायतः सम"मात ्॥ ṇo aghāyataḥ samasmāt. (यजव ु Tद, ३.२६) (Yajurveda, III.26) Terjemahannya: Oh Tuhan yang maha cemerlang dan maha suci, kami selalu mendekatkan diri dengan memujaMu, untuk mohon kebahagiaan kami dan sahabat-sahabat kami. Berikanlah kami ilmu pengetahuan, dengarkanlah doa dan pujian kami yang tulus iklas ini, dan jauhkanlah kami dari segala kejahatan. Catatan: suku kata yang dicetak tebal pada teks Śloka di atas adalah Guru !



69



Lampiran 2 Materi Utsawa Membaca Palawakya NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA WAJIB PASANGAN REMAJA PUTRI UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Amadanayutā kanyā yuwatī ca rajaswalā, kāntā payodharāmeitā pramadā ca hatā smaraiḥ. Kalinganya, ikang strī anwam, turung ana rawat-rawat ing madane i ri ya, yeka kanya ngaranya, kunang ikang strī bahu rajaśwala, yuwati ngaranya, hana pwekang strī kapětěk susunya, turung ika sinanggama, yeka kaṇṭa ngaranya, muwah ikang strī huwus kasimbat ing hru sang hyang smara, wahu-wahu mari kasatan pangěne ning sañjata, yeka pramada ngaranika, ling ing śāstra." (Ślokàntara, śloka 38) Terjemahan: Hakikatnya, seorang gadis remaja yang belum pernah merasakan nafsu cinta dinamakan kanya. Gadis yang mulai kotor kain dinamakan yuwati. Gadis yang payudaranya mulai membesar, tetapi belum pernah bersenggama, dinamakan kanta. Gadis yang telah terkena panah dewa asmara, yang tidak henti-hentinya merindukan tusukan panah asmara, dinamakan pramada, Demikian menurut kitab sastra 2. Wṛddhī dhanawati stri ca wirūpātyantakartṛkā daridrā rūpasampannā tiṣraḥ sewya wicakṣanaiḥ. Kalinganya ikang wwang marabi, yan inalap huwus matuwa wayahnya, yan sugih mas, alapén ika, muwah yan hala rūpanya, atyanta ring prajña, alapén ika, kuněng yan amosěl kasihan, piněnuhan dening hayu ning rūpanya, alapén ika, ika ta katělu, siwiněn ika de sang wicakṣaṇa, ling ning aji (Ślokàntara, śloka 40) Terjemahan: Hakikatnya, orang yang mau kawin, jika seorang wanita sudah dewasa umumnya, jika dia kaya raya (kaya emas), wanita itu baik untuk dikawini; apabila rupanya buruk tetapi orangnya sangat pandai, ambillah sebagai istri; adapun jika orangnya sangat miskin, rupanya sangat cantik layak dipakai istri; sebagai orang bijaksana di antara ketiga wanita itu boleh dikawini, demikian menurut ajaran agama.



70



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA PILIHAN PASANGAN REMAJA PUTRI UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Yapwan awajna sampe buddhi ning aweh dāna, tan śraddhā kunang, tan abungah mituhu hana ning karmaphala, kaniṣṭadāna ngaranika, kaniṣṭaphala ika jěmah, ling sang paṇḍita. (Śarasamuccaya, śloka 210) Terjemahan: Apabila dana punia itu kita berikan dengan penghinaan dan kemarahan, tanpa tulus ikhlas, serta tidak percaya akan adanya hukum karmaphala, maka pemberian kita itu merupakan sedekah yang hina, dan amat rendah pulalah pahalanya kelak. Demikian kata orang bijaksana. 2. Ndātan pramāna kwehnya, yadyapin sakweha ning dṛbya nikang wwang puṇyākěnya, ndān yan agělěh buddhinya, kapālang-alang tan tulus tyāga, tan paphala ika. Sangkṣepanya, śraddhā ning manah prasiddha kāraṇa ning phala (Śarasamuccaya, śloka 205) Terjemahan: Biarpun dana punia kita banyak jumlahnya, ataupun semua harta milik kita didanapuniakan, bilamana dalam memberikannya itu dengan pikiran kerah dan tidak dengan tulus ikhlas, maka dana punia kita itu tidak berguna. Singkatnya, kesucian pikiran kitalah yang menyebabkan keberhasilan itu. 3. Kunang lwiring ujarakěna nihan, satya ta ya makāwak hingsä, haywa makawak upět, hitāwasāna ta ya, haywa ta pāruṣya, haywa kaslětan gělěng, haywa nṛśangsa, haywa paiśunya, mangkana lwir ning tan yogya ujarakěna (Śarasamuccaya, śloka 132) Terjemahan: Adapun jenis perkataan yang patut kita ucapkan, adalah ucapan yang mengandung kebenaran. Janganlah berkata menyakiti hati orang lain! Janganlah suka mengumpat! Berkatalah yang bermanfaat! Janganlah berkata kasar! Janganlah berkata marah! Jangan berkata sombong! Janganlah berkata memfitnah! Demikianlah jenis perkataan yang tidak pantas diucapkan.



71



4. Nihan lakṣaṇa ning satya, hana ya tinañanta, tan pawuni mājar ta ya, yathābhūta, torasi ikang sakawruhnya, prawṛttinya ikang mangkana, yatika lakṣaṇa ning kasatyan (Śarasamuccaya, śloka 133) Terjemahan Beginilah prilaku orang yang jujur, jika ada hal yang kau tanyakan kepadanya, tanpa disembunyikan, ia akan menjawab menurut faktanya, segala hal yang benar-benar diketahuinya. Orang yang berprilaku demikian itulah disebut melaksanakan kejujuran.. 5. Kalinganya, yan purnama tilěm, kāla sang sādhujana manghanākěn puṇyadāna, tunggal mulih sapuluh ika de bhatara, kunang yan candragrahana, suryagrahana, kala sang sādhu manghanākěn puṇyadana, tunggal mulih sātus ika de bhatāra, kunang yan kanyagatakala, sang sādhu manghanākěn puṇyadāna, tunggal mulih sewu ika de bhatara, kunang yan sěděng ing yugāntakāla sang sādhu manghanākěn puṇyadāna ika, tunggal mulih tan pahingan ika de bhatāra, kengětakna de sang mangusir kapradhānan ika. (Ślokāntara, śloka 17) Terjemahan: Pada hakikatnya: jika pada bulan purnama dan bulan mati (tilem) kita memberikan dana punia, pemberian yang satu akan dikembalikan sepuluh kali oleh Tuhan. Adapun jika pada waktu gerhana bulan dan gerhana matahari kita memberikan dana punia, pemberian yang satu akan dikembalikan seratus kali oleh Tuhan. Adapun jika pada saat pemujaan arwah leluhur, kita memberikan dana punía, pemberian yang satu akan dibalas seribu kali oleh Tuhan. Adapun pada waktu masa akhir yuga kita berdana punia, pemberian yang satu akan dibalas tak terhitung jumlahnya oleh Tuhan, hendaknya selalu diingat oleh kita sebagai orang yang mencari kesucian. 6. Tělu tikang prasiddha dṛbya, mas manik ngaranya, ling sang paṇḍita, pratyekana, si tan mahyun mamatya-matyani, si tan drohi, si mujarakěnang satya, nahan ta dṛbya wastu ning mūlya, ling sang mahāpuruṣa (Śarasamuccaya, ṣloka 151) Terjemahan: Ada tiga hal yang pantas kita miliki, ibarat emas permata menurut sang pendeta, yaitu: sifat kita yang tidak suka membunuh, tidak suka berkhianat, suka 72



mengucapkan kata-kata yang benar, itulah merupakan harta milik kita yang sungguhsungguh berharga, menurut orang bijaksana. 7. Kalingnya ikang strī yan halāmběknya, ring lakinya yogya tinggalakna. Mangkana teka sang prabhu yan ahala budhi nira, kadi amběk ring raray angwan, tinggalakna ika dening mantri nira. Mangkana swabhawa ning ratu lawan ikang stri, yan ahala pamaryādān ika, tan rakṣaněn, lunghānana rehnya. Hawya tan makalakṣaṇa ng prayatnāngdehana, ling sang hyang aji. (Ślokantara, śloka 41) Terjemahan: Hakikatnya, seorang istri yang tidak berprilaku baik dan tidak setia kepada suami, pantas ditinggalkan. Demikian pula seorang raja jika berprilaku buruk, bagaikan prilaku anak- anak, ia akan ditinggal oleh para menterinya. Demikianlah perbuatan seorang raja dan seorang istri jika prilakunya tidak baik, tinggalkanlah dia. Janganlah dipelihara, jauhilah perbuatannya itu. Kita tidak boleh lengah mengawasinya! Demikian menurut ajaran suci. 8. Maněmbah ta Sang Hidimbi ri Dewi Kunti. Mojar ta ya ri sira, lingnya: "He mahādewi, nghulun rākṣasī makaswabhāwa krūrarūpa. Ndan tininggal ri nghulun ikā krūrakaru ning rākṣasī rūpa, sasolah swabhawangkwa i nguni kabeh, Nyang solah ning manuṣa gawayěn tuladana mangke, wet ning hyun ni nghulun ri ranak mahādewi (Adiparwa, Bab XV) Terjemahan: Menyembahlah Sang Hidimbi kepada Dewi Kunti. Berkatalah dia kepadanya, katanya: "Hai mahadewi, hamba raksasa perempuan bertabiat dan berwajah menakutkan. Sekarang akan hamba tinggalkan sifat kejam dan rupa raksasa ini, semua sifat dan perbuatan hamba dahulu. Sekarang hamba akan menuruti tingkah laku manusia, karena keinginan (cinta) hamba terhadap putra mahadewi." Sumber 1. Adiparwa I, II, oleh Siman Widyatmanta, 1958 2. Sārasamusccaya, oleh G. Pudja, M.A., S.H., 1984/1985 3. Slokāntara, oleh Prof. Dr. Tjok Rai Sudharta, M.A., 2003



73



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA WAJIB PASANGAN REMAJA PUTRA UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Ikang kāla wětu nikang rare, asṭamī śukla sěděng těngah ng we, jyeṣṭa nakṣatra, Indra dewatā. Abhijit muhūrta, uttama kāla. Hana ta dewatāsabda ring ākāśa, lingnya: Eṣa dharmawidhiḥ śreṣṭaḥ. Yekā wruh ing dharma dlāha". Mangkana ling ākāśawākya. Inaran tang rare sang Yudhiṣṭhirānak atuha ri sang Pāṇḍu (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Pada waktu anak itu lahir tepat tengah hari paroh terang ke delapan bulan Jyesta, bintangnya Indra dewata, Abhijit muhūrta, waktu yang sangat baik. Maka terdengarlah sabda dewa dari angkasa, ucapnya: Eṣa dharmawidhiḥ śreṣṭaḥ. Anak itu kelak mengetahui tentang dharma. Demikianlah sabda angkasa. Lalu anak itu diberi nama Sang Yudhiṣṭira, anak tertua Sang Pāṇḍu. 2. Muwah tu sang Kuntī kinon angāradhanā bhaṭāra Bāyu, narapwan mānaka śakti. Inārādhana nira ta sang hyang Prabhanjana. Inanugrahan ta sirānaka, ring Poṣya śukla



wětu nira. Hana tākāśaśabda: "Sarwabalinām śreṣṭah. Yeka uttama



mahāśakti dlāha. (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Kemudian Dewi Kunti disuruh memuja Dewa Bayu, supaya mempunyai putra yang sakti. Dipujalah Dewa Bayu. Beliau dianugrahi seorang putra lahir pada bulan Posya. Lalu terdengar suara dari langit: "Sarwabalinām çreṣṭah. Anak ini kelak akan sangat sakti".



74



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA PILIHAN PASANGAN REMAJA PUTRI UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Nihan ta krama nikang manah, bhränta lungha swābhawanya, akweh inangěnangěnya, dadi prārthana, dadi sangśaya, pinakāwaknya, hana pwa wwang ikang wěnang humrět manah, sira tika manggěh amanggih sukha, mangke ring para loka waneh. (Śarasamuccaya, sloka 81) Terjemahan Demikianlah hakikat pikiran, jalannya tidak menentu, banyak yang dicita-citakan, terkadang berkeinginan, terkadang penuh keragu-raguan, demikianlah kenyataannya. Jika kita dapat mengendalikan pikiran, pasti kita memperoleh kebahagiaan, baik sekarang maupun di dunia yang lain. 2. Lawan tattwa nikang manah, nyang mata wuwusěnta, nang mulat ring sarwawastu, manah juga sahaya ning mata nikang wulat, kunang yan wyakula manahnya, tan ilu sumahayang mata, mulata towi irikang wastu, tan katon juga ya denika, apan manah ikang wawarěngő ngaranya, hinganyan pradhanang manah kalinganika. (Sarasamuccaya, sloka 82) Terjemahan Dan lagi hakikat pikiran itu, bahwa mata dikatakan dapat melihat pelbagai benda, pikiran jugalah yang menyertai mata melihat; adapun kalau pikiran kacau, tidak ikut menyertai mata (melihat), walaupun melihat benda itu, tidak tampak juga olehnya, sebab pikiran itulah sebenarnya yang mengetahui, oleh karena itu maka sesungguhnya pikiranlah yang memegang peranan utama. 3. Hana tang wwang ujar makaphala lara ning para, umakusara siddha ning kārya ning kunang, ndān mithyā ya, ikang wwang mangkana kramanya, tan atakut ring naraka ika, takärin pagawayakěn awaknya kapāpan ngaranika, apan kang para prasiddha ning mukti kapapanya, sangkṣepa nika, tan ujarakěnang ujar mangkana. (Śarasamuccaya, śloka 131) Terjemahan Ada orang berkata mengakibatkan kesedihan orang lain, berjanji menyelesaikan pekerjaan orang lain, akan tetapi ternyata ia berbohong, orang yang demikian halnya tidak takut akan kawah neraka, bukankah ia membuat celaka dirinya sendiri 75



namanya, sekalipun orang lain sebenarnya juga menderita, karena perbuatan ketidakberhasilannya itu, singkatnya, janganlah mengucapkan perkataan demikian itu. 4. Kuněng paramārthanya nihan, tan ikang ujar adwa tikang mithyā ngaranya, tan ikang si tuhu satya ngaranya, kuněng prasiddhanya, mon mithyā ikang ujar, těhěr mangde hita juga, magawe sukhāwasāna ring sarwabhāwa, ya satya ngaranika, mon yathābūtha towi yan tan pangde sukhāwasāna ring sarwabhāwa, mithyā ngaranika. (Śarasamuccaya, śloka 134) Terjemahan Pada hakikatnya adalah demikian, bukanlah perkataan yang tidak benar itu disebut bohong, dan bukan pula perkataan yang benar itu disebut jujur, melainkan sesungguhnya, walaupun perkataan kita itu bohong, tetapi menimbulkan kebaikan, membuat senang semua mahluk, itulah jujur namanya. Meskipun perkataan kita sesuai dengan apa yang terjadi, namun tidak dapat menyenangkan semua mahluk, dusta namanya. 5. Kunang ulaha, yan pasahāya kita, sang sādhu juga sahayanta, yan ta gawaya pakadangan, sang sādhu juga kadanganta, yadyapin patukara tuwi, nguniweh yan samitra lawan sang sadhu juga, apan pisaningun hanā kayogya ning tan sadhu. (Śarasamuccaya, śloka 305) Terjemahan Adapun yang harus dilakukan, kalau engkau hendak mencari sahabat, carilah orang yang berbudi luhur. Jika engkau berdebat, berdebatlah dengan orang yang bijaksana. Apalagi jika kita bersahabat, hendaklah bersahabat dengan orang yang baik budi, sebab mustahil kita tidak akan kelimpahan budi luhur itu. 6. Lawan ta waneh tar angěn-angěn dosa ning len, pisaningun ujarakěnang parāpawāda, gunanya, mwang ulahnya, rahayu juga kengět nira, tatan hana gantanira manasara sakeng śiṣṭācāra, apagěh juga sira ri maryādanira, mangkana lakṣaṇa sang sādhu, sira purusottama ngaranira waneh. (Śarasamuccaya, śloka 304) Terjemahan Lagipula tidak memikir-pikirkan dosa orang lain, dan tidak akan mengeluarkan katakata celaan, hanya kebajikan dan perbuatan baik orang lain dipikirkannya, tidak mungkin orang bijaksana akan menyimpang dari tatakrama, ia tetap teguh berpegang 76



pada sopan santun; demikianlah prilaku seorang bijaksana, ia disebut pula sebagai manusia utama. 7. Paramārthanya upaśama ta pwa sang sādhu ngaranira, tumungkul dening kweh ning guṇa nira, mwang wruh nira, kadyangga ning pari, tumungkul dening bwat ning wwahnya, mwang pang ning kayu, tumungkul dening tőb ning phalanya. (Śarasamuccaya, śloka 307) Terjemahan Tujuan terpentingnya, ketenangan sebagai pembawaan orang bijak, menunduk karena banyak kebajikan dan ilmunya, sebagai halnya padi menunduk karena berat buahnya, dan dahan pohon kayu menunduk, karena lebat buahnya. 8. Kunang ika wwang tapwan hana pwa inalapnya, drěbya ning asing-asing, ya ika wastu ning tan hana katakutnya, lila sing saparanya, kunang ikang maling ngaranya, sakwanyan sarwa sangśaya i ri ya, nihan padanya kadi krama ning mṛga mara ring grāma (Śarasamuccaya, śloka 150) Terjemahan Adapun orang yang sama sekali tidak pernah mencuri harta milik siapa pun, menyebabkan tidak ada yang ditakutinya; selalu gembira ke mana pun perginya. Sebaliknya, yang disebut pencuri, kemana pun ia pergi kecurigaan selalu ada pada dirinya, ibarat binatang buruan masuk ke perkampungan desa. Sumber: Śarasamuccaya, oleh G. Pudja, M.A., S.H., 1984/1985



77



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA WAJIB PASANGAN DEWASA PUTRI UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. "Anaku sang Śwetaketu! Hawya ta kita krodha ri sang brāhmaṇa tamuy, yan pamarigraheng ibunta, apan tan adharma ng ulah mangkana kramanya". Mangkana ling sang bapa. Sumahur sang Śwetaketu: "Bapa! Tan ahyun nghulun ing maryada mangkana, apan walätkāra katonanya. Nghulun mangke magawaya ng sěngkěr: Wyuccarantyāḥ patim näryä. Yan hana ta pwa strī majalun hana swāminya. (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: "Anakku Sang Swetaketu! Janganlah engkau marah kepada tamu brahmana, yang mengawini ibumu, karena perbuatanmu itu tidak sesuai dengan dharma. Demikian perkataan bapaknya. Sang Swetaketu menjawab: "Ayah! Aku tidak menginginkan perbuatan seperti itu, karena kelihatannya seperti perkosaan. Sekarang aku membuat larangan: Wyuccarantyāḥ patim nāryā. Jika ada seorang istri yang masih bersuami, memilih laki-laki lain, sama dengan perbuatan bhrūṇahatyā. 2. Bhrūṇahatyā kṛtam param. Salwir ing pāpa ning bhrūṇahatyä tiněmunya, pada lawan pāpa ning amāti rare jěro wětěng pātakanya. Mangkana prawṛttyanya. Mangkana tekang jalu-jalu yāwāt yan harěp ing strī patiwrata, mahyuna ring strī brahmacārī kunang, mangguhakna bhrūṇahatyā, pāpa tiněmunya. (Adipurwa, Bab XIV) Terjemahan: Bhrüṇahatyā kṛtam param. Akan menemukan penderitaan seperti orang menggugurkan



kandungan,



demikian



malapetakanya.



Demikian



akibatnya.



Demikian pula seorang laki- laki menginginkan wanita yang masih setia pada suaminya, menginginkan seorang perempuan brahmacari akan menemukan malapetaka seperti orang menggugurkan kandungan, demikian penderitaan yang ditemukannya.



78



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA PILIHAN PASANGAN DEWASA PUTRI UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Swabhāwa nikanang lalěr maharěp ing brana, purih ika darpa ning kanin. Ikāng wayasa kāka darpa harēp ing kunapa, miděr ing ambarānglayang, Ikāng kujana dadya ning kulaha kahyun ika mulati duhkha ning para. Kṣamā muditā kahyun sujana, dharma nira mulata tuṣṭa ning para. (Kitab Nitiśāstra III. 11) Terjemahan: Sifat lalat ialah suka sekali akan luka, dan lupa segalanya jika telah mengisap luka. Burung gagak buas terbang melayang-layang di udara menginginkan bangkai. Orang jahat sangat senang melihat orang lain sengsara. Memaafkan dan bersimpati merupakan peringai orang bijak, sikap prilakunya senang melihat orang lain bahagia. 2. Kalinganya, ikang ulā ring huntunya unggwan ing wiṣa nika, mangkana ikang durjana mūrkha, ring cittanya unggwan ing mo wiṣanya, kunang ikang wwang tan rowang ing enak, amatyani pinaka wiṣanya, muwah ikang strī, canggih ring lakinya, unggwan ing wiṣa nika, mangkana ling ning aji (Ślokantara, śloka 32) Terjemahan: Pada hakikatnya, racun ular itu terletak di giginya. Demikian orang jahat dan loba, racunnya berada dalam pikiran. Bagi orang yang tidak berteman dengan kebahagiaan, racunnya adalah membunuh diri. Dan racun wanita adalah berzinah terhadap suaminya. Demikian menurut ajaran agama. 3. Kunang yan apadharma mwang tan pānak, koněn ya strīnyāmetānaknya, tan ilwa ikāmangguha ng pāpa, apan dharmān pānak nika". Mangkana ling sang Śwetaketu, magawe yaśa sira. Ya ta tinūt ing rāt kabeh (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Adapun jika seorang istri yang menuruti dharma tidak mempunyai anak, diperkenankan dia mendapatkan seorang anak, perbuatan itu tidak termasuk mendapatkan kutukan sengsara, karena mendapatkan anak sesuai dengan dharma. Demikian perkataan Sang Swetaketu membuat aturan yang diikuti oleh masyarakat semua. 79



4. Sumahur ta sang Kuntī: "Yan atiśaya kahyunia mangkana, hana tāji ni nghulun pawek bhagawān Durwāsā, kāla ni nghulun kanyā, Ādityahṛdaya ngaran sang hyang ajt, wěnang mangārādhana dewatā manganugrahana putra. Anujnātā twayā dewam (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Menjawablah Dewi Kunti: "Jika sungguh-sungguh kehendak paduka seperti itu, aku mempunyai ilmu, anugrah bhagawan Durwasa, ketika aku masih gadis, Ādityahṛdaya nama ilmu itu, yang bisa menghadirkan para dewa, yang dapat menganugrahi seorang putra, 5. Yan hana pakonta ri nghulun, syapa ta kakyuntārādhana ni nghulun?" Mangkana ling sang Kuntī. Agirang ta mahārāja Pāṇḍu. Kinon ta bhaṭāra Dharmārādhana nira, yatanyān pānaka dharmeṣṭa. Ināradhana nira ta sang hyang Dharma, ḍatěng manganugrahani putra. Amětěng ta sang Kuntī (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Jika ada perintah maharaja kepadaku, dewa siapa yang tuanku inginkan, yang aku harus puja? Demikianlah perkataan Dewi Kunti. Sangat senanglah hati maharaja Pandu. Dewi Kunti disuruh memuja Dewa Dharma, supaya mendapatkan seorang anak yang mengetahui tentang dharma. Dipujalah Sang Hyang Dharma dan beliau datang menganugrahkan seorang putra. Akhirnya Dewi Kunti hamil. 6. Ikang kāla wětu nikang rare, asṭamī šukla sěḍěng těngah ng we, jyeṣṭa nakṣatra, Indra dewatā. Abhijit muhūrta, uttama kāla. Hana ta dewatāśabda ring ākāśa, lingnya: Eṣa dharmawidhiḥ śreṣṭah. Yekā wruh ing dharma dlāha”. Mangkana ling ākāśawākya. Inaran tang rare sang Yudhiṣṭhirānak atuhari sang Pāṇḍu. (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Pada waktu anak itu lahir tepat tengah hari paroh kedelapan bulan Jyexta, bintangnya Indra dewata, Abhijit muhūrta, waktu yang sangat baik. Maka terdengarlah sabda dewa dari angkasa, ucapnya: Eşa dharmawidhiḥ śreṣṭaḥ. Anak itu kelak mengetahui tentang dharma. Demikianlah sabda angkasa. Lalu anak itu diberi nama Sang Yudhiṣṭira, anak tertua Sang Pāṇḍu.



80



7. Muwah ta sang Kuntī kinon angāradhanā bhațāra Bāyu, narapwan mānaka śakti. Inārādhana nira ta sang hyang Prabhanjana. Inanugrahan ta sirānaka, ring Poṣya śukla wětu nira. Hana tākāśaśabda: "Sarwabalinām śreṣṭah. Yeka uttama mahāśakti dlāha”. (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Kemudian Dewi Kunti disuruh memuja Dewa Bayu, supaya mempunyai putra yang sakti. Dipujalah Dewa Bayu. Beliau dianugrahi seorang putra lahir pada bulan Posya. Lalu terdengar suara dari langit: “Sarwabalinām śreṣṭah. Anak ini kelak akan sangat sakti". 8. Mahyun ta sang Pāṇḍu mānaka muwah, Iwira ny anak nira, aprameyabalotsāhaḥ, mwang tan hanāmada śakti nira lāwan utsāha nira. Mangkanāngěn-angěn ira. Mabrata ta sira mangārādhana sang hyang Indra. Těka ta sang hyang Indra manganugrahani putra kahyun ira. Ya ta pakānak sang Arjuna. (Adiparwa, Bab XIV) Terjemahan: Sang Pandu ingin mempunyai anak lagi, aprameyabalotsähaḥ, supaya tidak ada yang menyamai kesaktian dan usahanya. Demikianlah yang dipikirkannya. Lalu beliau memuja Dewa Indra. Dewa Indra pun hadir menganugrahi putra sesuai keinginan beliau. Akhirnya beliau mempunyai anak yang bernama Arjuna. Sumber: Adiparwa, I, II, oleh Siman Widyatmanta, 1958



81



NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA WAJIB PASANGAN DEWASA PUTRA UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Mojar ta Bhagawan Wasiṣtha: "Tan wěnang kami tumulunge kita, sang Nandinī, apa matangyan mangkana. Kṣatriyānam balaṁ tejo. Kaharěp ning kadi siran kṣatriya teka maka pangayāya kawīryanira. Brahmanānām kṣama balam. Kuněng pangayāya ning kadi kami brāhmaṇa kopasaman juga. Ya ta matangyan huměněng kami, hinganya yan ahyun kita mangke ri sang prabhu, tumūtakěn irikang tatali panarik mahārāja. (Adiparwa, Bab XVI) Terjemahan: Berkatalah Bhagawan Wasistha: "Aku tidak bisa menolongmu, wahai Nandini! Mengapa demikian? Ksatriyanam balam tejo. Kewajiban mereka sebagai ksatriya adalah senantiasa menegakkan keperwiraan. Brahmanānām kṣama balam. Adapun kewajiban kami sebagai brahmana hanyalah memegang sifat penyabar. Itulah yang menyebabkan kami berdiam diri, jika sekarang kamu menginginkan baginda raja, ikutilah tali penarik sang raja. 2. Ai sang Arya Yudhiṣṭira: Tan yogya dahat ikang dharma inujarakěnta ringhulun. Ekasya bhāryā wikitah, apan ikang dharma ngaranya dadi ikang jalu ṣasiki akweha strīnya. Kunang ikang strī ṣasiki makweha jalunya, tan yogya ikā, apan prasiddha loka wiruddha. Mangkana kramanya, haywa ta sang arya gumawayakěnang adharma. "Sajña haji mahārāja Drupada! Atyanta mewěh Sang Hyang Dharma ngaran ira, tan kawěnang linakṣaṇan Iwir nira, ndatan hana juga lwira citta sanghulun mātrāhyuneng adharma." (Adiparwa, Bab XVI) Terjemahan: "Hai Sang Yudhistira, sangat tidak patut perbuatan yang Anda sampaikan kepadaku. Yang namanya dharma, seorang laki-laki boleh beristri banyak. Namun, jika seorang wanita bersuami banyak, hal itu tidak patut, karena dapat menimbulkan perselisihan di masyarakat. Demikianlah peraturannya, janganlah Anda melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dharma"! "Daulat Tuanku Maharaja Drupada, sungguh betapa sulitnya yang disebut Sang Hyang Dharma itu, kita tidak dapat melaksanakan 82



semua aturannya. Juga kami tidak berniat sedikit pun untuk berbuat menentang dharma". NASKAH PEMBACAAN PALAWAKYA PILIHAN PASANGAN DEWASA PUTRA UTSAWA DHARMAGITA TINGKAT NASIONAL KE XV, TAHUN 2024 1. Kalinganya, lima ikang tan amuhara papa ning leñak, Iwirnya, kawruhana, ujar ing siwo mapacěh-pacěhan, karakṣahan ing hurip, karakṣahan ing drěwya, karakṣahan ing anak rabi, muwah ri sěděng ing pasanggaman, wěnang leñok ing mangkana. (Ślokantara, śloka 69) Terjemahan: Ada lima macam kebohongan yang tidak menimbulkan dosa, yaitu, ketahuilah, perkataan bohong pada saat bersenda gurau, pada saat menyelamatkan jiwa, pada saat menyelamatkan harta milik, pada saat menyelamatkan anak dan istri, dan juga pada waktu bersenggama atau bercumbu rayu. Pada saat seperti itu, kita boleh berbohong. 2. Lima wilang ing mrěseka gawayěn taman pamuhareka pāpa wanguněn. Ri sěděng angutsawāthawa wiwāha kāla, ri karakṣa ning wita juga. Athawa muwah karakṣani hurip na narma masiwo-siwo mrěse kita. Lyana saka ring limeka kawaweng kawah kita těkap ning aśwalalita (Kitab Nitiśāstra V1.4) Terjemahan: Ada lima macam kebohongan jika dilakukan tidak mengakibatkan dosa, yaitu pada waktu berpesta, atau pada waktu perkawinan, sewaktu melindungi kerahasiaan. Atau pun sewaktu melindungi jiwa kita, serta pada saat bersenda gurau sambil tertawatawa, kita boleh berbohong. Selain daripada kelima macam ini, jika kita berbohong akan dibawa ke neraka oleh si kuda gaib. 3. Kunang yogya umarigrahā Sang Dropadī sānak ni nghulun kabeh juga. Apa matangyan mangkana, sira dewi Kunti mājar de Sang Bhimārjuna nguni, yan hana ulih nirānasi. Kinon ira tāngabehana kadi kramanyānasi. Inujaran pwa sira strī ratna ulih anasi, kathamapi kinon irāngabehana de sanghulun, yan huwus kadalurung śabda nirebungku kumonakěnyan kabehana, sira tan dadi mithya yadyan guywa-guywana tuwi. Nahan hětu ni nghulun kalima yogyāmarigraha rānak rahadyan sanghulun 83



(Adiparwa, Bab XVI) Terjemahan: Adapun kami berlima bersaudara dibenarkan mengawini Sang Dropadi, apa alasannya? Ibuku Dewi Kunti berkata kepada Sang Bima dan Arjuna dahulu, jika memperoleh hasil meminta-minta disuruhnya membagi sama-sama seperti biasanya. Lalu ketika kami hendak menyampaikan bahwa kami memperoleh seorang gadis cantik, juga kami disuruh membagi sama-sama. Karena perkataan ibu telanjur menyuruh kami membagi sama- sama, dan beliau tidak boleh berdusta, walaupun bersenda gurau, maka itu kami berlima patut mengawini putri maharaja. 4. Sěḍěng ahayu tuwuh nikang wija, těka tang wāh saha wṛṣṭipata, hudan aděrěs. Alak ta galěng nikang sawah. Saka ri wědi nirān kahiběkan toya ikang pari, tinambak nira ta ya tapwan asowe ikang we, alah tekā tambak nika, muwah tinambak nira tan wring deya, i wěkasan tinambakakěn tāwak nireng we manglěndötar molah irikang rahina wěngi (Adiparwa, Bab XV) Terjemahan: Sedang bagusnya pertumbuhan padinya, datanglah banjir dan hujan lebat. Jebollah pematang sawahnya. Karena takut padinya kebanjiran, dibendungnya pematangnya, namun tidak lama pembendungnya jebol lagi. Kembali dibendungnya karena kehabisan akal, akhirnya badannyalah dipakai membendung air itu, telentang tidak bergerak siang dan malam. 5. Maněmbah ta Sang Hidimbi ri Dewi Kunti. Mojar ta ya ri sira, lingnya: "He mahādewi, nghulun rākṣasi makaswabhāwa krūrarūpa. Ndan tininggal ri nghulun ikā krūrakara ning rākṣasi rūpa, sasolah swabhawangkwa i nguni kabeh. Nyang solah ning manusa gawayěn tuladana mangke, wet ning hyun ni nghulun ri ranak mahādewi." (Adiparwa, Bab XV) Terjemahan: Menyembahlah Sang Hidimbi kepada Dewi Kunti. Berkatalah dia kepadanya, katanya: "Hai mahadewi, hamba raksasa perempuan bertabiat dan berwajah 84



menakutkan. Sekarang akan hamba tinggalkan sifat kejam dan rupa raksasa ini, semua sifat dan perbuatan hamba dahulu. Sekarang hamba akan menuruti tingkah laku manusia, karena keinginan (cinta) hamba terhadap putra mahadewi." 6. "Kaka Bhima! Agěng rakwa kaśaktin ikang rākṣasa Hidimba. Haywa ta kaka pramāda ri lěkasnya ring palagan! Mangkana yan anghel rahadyan marāryana sakarěng! Nghulun lawanyāsikěp apěrěp." (Adiparwa, Bab XV) Terjemahan: Kakakku Sang Bhima! Raksasa Hidimba kesaktiannya sangat hebat. Janganlah kakak meremehkan kekuatannya dalam peperangan (perkelahian). Apabila kakak kepayahan berhentilah sebentar. Saya akan melawannya berkelahi saling pukul. 7. Kalinganya, yan ring wěngi sang hyang Candra sira pinaka damar. Yan ring rahina sang hyang Rawi pinaka damar. Yan ring triloka sang hyang Dharma pinaka damar. Kunang yan ikang kula, ikang anak suputra pinaka damar, ling ning aji. (Ślokantara, śloka 24) Terjemahan: Pada hakikatnya, jika malam hari bulan menjadi penerang, jika siang hari matahari menjadi penerang, jika di dunia yang tiga (tri loka) dharma yang menjadi penerang. Adapun dalam keluarga, anak suputra (anak baik) yang menjadi penerang. Demikian menurut ajaran suci. 8. Kalinganya, ika sang sādhujana, yan sira maweh puṇya dāna, yadyapi akědika tuwi, paweh nira irikang dāna, magawe sukha ning manah ikang dinānan, makakāraṇa śūddha ning hati sang maweh dāna, śuddha ngaranya hěning, mamangguh ika phala magöng sang maweh dāna, mapa ta pada nika, kadyangga ning wiji ning waringin tunggal, mělějik ta ya wěkasan, iningu pwa yenupadita, ri wěkasan sangśaya magöng, těhěr pinaka panghöban ing wwang. (Ślokantara, śloka 19) Terjemahan: Demikianlah, orang bijak jika dia memberikan dana punia, walaupun sedikit pemberiannya, tetapi membuat senang hati orang yang menerimanya, yang 85



menyebabkan suci pikiran orang yang memberi dana, suddha (suci) artinya jernih tenang, akan mendapatkan pahala yang sangat besar orang yang memberi dana. Apa ibaratnya? Bagaikan sebutir biji buah beringin yang tumbuh, kemudian dipelihara dengan baik, pada akhirnya tumbuh besar, senantiasa menjadi tempat berteduh bagi banyak orang. Sumber: 1. Adiparwa, I, II, oleh Siman Widyatmanta, 1958 2. Ślokāntara, oleh Prof. Dr. Tjok Rai Sudharta, M.A., 2003



86



Lampiran 3 Materi Utsawa Membaca Kakawin Materi Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putri Wajib Wirama Rajani: uuu/u-u/-uu/u-u/u-u/uu = 17 °pŒ°tmultÉø°K*ÿ°hpuypU(°wdil;°n°êmurub/,



°Padha ta mulat rikàng apuy-apùrwa dilahnya murub, °kqmpieMÿfynæŒ)meHÿtuhustêsir, kathamapi mogha yan paðêm-aho tuhu satya sira, °t)m°hniK*ÿ°hpuy°/°knk°p£ÐjtuZé¡ÿ£)ms/, °têmahan-ikang apuy kanaka pangkaja tuñjung-êmas, °ddi°dlt*°dil;°kukusrUmÓ)°mhn°ê°sri>



dadi dala tang dilah kukus-arum têmahanya sari. (Kakawin Ramàyana, XXIV) Terjemahannya: Mereka bersama-sama menyaksikan kobaran api yang menakjubkan. Namun akhirnya, kobaran api itu padam, pertanda Dewi Sita benar-benar setia. Api itu berubah menjadi teratai emas, menjadi bunga teratai yang harum. Lidah api berubah menjadi daun teratai, asap harum berubah menjadi serbuk sari. Pilihan 1 Wirama Basantatilaka: --u/-uu/u-u/u-u/-u =14 MÿsÐÛùbuhyÙkøttnæÉxTÿsuvkÓø, °màskwìbu haywa kita tan praóatà subhakti, °høsÙomirkðnpnutÓmRÿjputÉ,



°i swàmi rakryan-apan-uttama ràjaputra, °Hÿs&°skhënirtUtk)NÿnÓMÿsС,



°àsing sakahyunira tùtakênànta màsku, °eyKÿp°tøbÉt£rn°êpkbÉTÿnÓ>



°yekà patibrata ngaranya pakabratànta. (Kakawin Sumasàntaka, 142.9)



87



Terjemahannya: Wahai putriku, janganlah kau tiada hormat dan berbakti, kepada suamimu, sebab beliau adalah putra raja utama, setiap kehendaknya, kau harus turuti, wahai putriku! Itulah yang disebut kesetiaan kepada suami, sebagai kewajibanmu! Pilihan 2 Wirama Wangsastha: u-u/--u/u-u/-uu = 12 °huwusßmU°jorivªorPÿwk, Huwus mamùjà ri bhaþàra pàwaka, °pÏ*°siRÿn)mãhønsÓÛk)n°éy, parêng sirànêmbah-inastwakên jaya, °lwnŠwI°jonŠiniwin°éey*°rx, lawan sawìjàn siniwin jayeng raóa, °muw;°pÉtø°e[ÕnviWÿdssÙt> muwah pratiûþen-abhiwàda saswata. (Kakawin Sumanasàntaka, 112.1) Terjemahannya: Telah memuja kehadapan Bhatara Agni, bersama-sama menyembah mendoakan kejayaan, berikut putranya didoakan agar berjaya di medan laga, dan dihormati serta dipuji di kemudian hari.



88



Materi Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Dewasa Putra Wajib Wirama Úàrðùlawikrìdhita: ---/uu-/u-u/uu-/--u/--u/u =19 3omæutɣСv~ÿr°°budÒkønvkÓínÓpÉ°Mÿex£À¡lun/, °Om putrangku Bhaþàra Buddha kinabhaktyan ta pramàóeng hulun, °sÙsÓíosÓ¡pÉvuŒ(°mßmU(tø£usiÏnÓo£Éok׌(°mßsÔitø,



°swastyàstu prabhu dharmamùrti ngusirêntàngràkûa dharma sthiti, °Hÿp°n®íkÓhøl*°g)ò;°g)òhøk*°Rÿt/ynÐi°etKÿxÒøri,



°àpan byakta hilang gêlêh-gêlêh-ikang ràt yan kitekàóðiri, °p£Þ°i£ánÉiwijilÓ£Unimgewtu³ÕopÉMÿex*°jgt/>



°panglinggan ri wijilta ngùni magawe tuûþà pramaóeng jagat. (Kakawin Sutasoma, IV.1) Terjemahannya: Wahai putraku, penjelmaan Bhatara Buddha, kau terpuji sebagai jiwa hidupku! Semoga kau selamat menjadi raja perwujudan dharma, berupayalah menjaga dharma itu agar langgeng. Sebab benar-benar akan musnah kesulitan dunia ini, jika kau berkenan naik tahta kerajaan. Terbukti ketika kau lahir dulu, kau membawa kesenangan bagi semua mahluk hidup di dunia ini. Pilihan 1 Wirama Upendrabajra: u-u/--u/u-u/-u = 11 hpnßHÿPÿtk£(°dÒhø£Š, apan mahàpàtaka ngarddha hingsa, °tønixÒr&°RÿtærSÿŒuemløk/, °tinióða ring ràt para sàdhu melik, °meDÿ;°sek*°]U°n°êpDÿnæ°°RÿtÉ,



°madoh sakeng úùnyapàdan paràtra, °ss(°mer*°eGÿ;°muktmÉt)emã>



°sasar mareng gohmukatamra têmbe. (Kakawin Sutasoma, XXX.13)



89



Terjemahannya: Sebab amat sengsara orang yang suka melakukan kekerasan. Dicela masyarakat, dan tidak disukai oleh orang bijaksana. Akan jauh dari alam sorga jika ia mati. Ia tersesat dan jatuh ke dalam kawah neraka kelak. Pilihan 2 Wirama Basantatilaka: --u/-uu/u-u/u-u/-u = 14 tnߣаetkkøtekwldu(°muKÿhê, °Tan mangka teka kita kewala durmukàhya, °tpÙnßew;°suknik*°vu°w°NÿpÉemy,



°tapwan maweh suka nikang bhuwanà prameya, °eLÿ°°Vÿw)ÏokwigrnÐdihsÓistÙ,



°lobhà wêrö kawigaran kadi hasti satwa, °dURÿnÙ)n*°]rxn&°vuw°NÿxÒRÿj>



°dùràn wênang úaraóa ning bhuwanàóðaràja. (Kakawin Sutasoma, XXXI. 3) Terjamahannya: Bukan begitu seperti dirimu sebatas bernama Gajahwaktra, Tidak pernah berbuat kebahagiaan bagi jagatraya. Selalu rakus, mabuk, arogan seperti binatang gajah. Mustahil dapat dijadikan sarana oleh seisi alam semesta.



90



Materi Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putri Wajib Wirama Sarisi: u-u/uu-/u--/uu = 11 høk*°sugtøgnÓi£°nÓopg);, Ikang sugati gantingantàpagêh, °su´ùlsly°n°êtn°Ši£Šl, suúìla salayanya tan singsala, °tÙ°£&°mgurueGÿr°Wÿ£Ð)°n°árit/, twanging maguru gorawàngkên garit, °]øW(ÿcÇncini°nÓcinÓom°xø> úiwàrccana cininta cintàmaói. (Kakawin Ramàyana, Sargah 24) Terjemahannya: Tingkah laku yang baik ibarat anting-antingmu yang kokoh. Kesusilaan budi adalah anting-antingmu yang di sebelah lagi, agar tidak timpang. Ketulusan hati mengabdi kepada guru ibarat kaitnya. Keteguhan batin memuja Hyang Siwa merupakan permata manikammu. Pilihan (1) Wirama Kusumawicira: uuu/u--/uuu/u-u = 12 ° °hyunired°wIs|lsin)mã;, Hayunira dewì saphala sinêmbah, °tuwisirstêotø´y°su´ùl, tuwi sira satyàtiúaya suúìla, °mlr°tuwinÓnßlupris*°hê*, malara tuwin tan malupa ri sang hyang, °t)ktm°mUej*°kusumwicitÉ> têka ta mamùjeng kusuma wicitra. (Kakawin Ramàyana, Sargah 17). Terjemahannya: Kecantikan Dewi Sita patut dipuji. Sungguh setia dan berperilaku luhur, Sekalipun berduka, tidak pernah lupa kepada Hyang Widhi, Senantiasa melakukan pemujaan dengan bunga yang indah.



91



(2) Wirama Pawitra: ---/-uu/uuu = 9 °s°£Ðon&°wɱ;°hji°gøn)g)o, Sangkà ning wruh aji ginêgö, °nItøjño°Cÿrkpuhr, nìtijñàcàra kapuhara, °pxÒío°C(ÿ°ydÙij°phyun/, paóðyàcàrya dwija pahayun, °g)o°£)nÓot;°høkn°£si;> göngêntàtah ikanang-asih. (Kakawin Ramàyana, Sargah 3) Terjemahannya: Sumber kepandaian ialah ilmu pengetahuan dipegang teguh. Kebijaksanaan membawa sikap perilaku. Orang terpelajar, guru, dan pendeta patut dihormati. Rasa kasih sayang harus dibesarkan.



92



Materi Utsawa Membaca Kakawin Pasangan Remaja Putra Wajib



°



Wirama Basantatilaka: --u/-uu/u-u/u-u/-u = 14 rÙo°enkAÿtuwinuwusÙrbudÒwi´Ù, Rwàneka dhàtu winuwus warabuddha wiúwa, ° vienÂkørkÙri£pnÐ)np(weNÿs)n/, bhinneki rakwa ringapan kêna parwa nosên, °m£Ð*o°jintÙklwnÖiwttÙtu£ál/, mangkàng jinatwa kalawan úiwatatwa tunggal, °vienÂktu£áløktnÀnŒ(mßm*°rÙ> bhinneka tunggalika tan hana dharma mangrwa. (Kakawin Sutasoma, 139.5) Terjemahannya: Dua hakikat kesejatian yang disebut Budha dan Siwa, Konon ini berbeda, namun kapankah dapat dengan mudah dibelah dua, Demikianlah sejatinya hakikat Budha dan Siwa itu tunggal, Itu berbeda, namun juga tunggal, tidak ada kebenaran mendua. Pilihan 1 Wirama Kusumasada: uuu/u--/uuu/u-u = 12 °msukriPÿTÿl°nitlddê, Masuka ri pàtàla nitala dadya, °hq°wguHÿePÿmhnikn*°eM*ÿ, athawa guhà pomahan-ikanang mong, °kum)ò°°mr&°eRÿrwbŒWÿgÂø, kumêlêma ring rorawa baðawàgni, °høknkeb;°tnßw)di°s£mÉi;> ikana kabeh tan mawêdi sangamrih. (Kakawin Ramàyana, Sargah 19) Terjemahannya: Sekalipun masuk ke dalam lapisan tanah akan terlaksana. Atau masuk ke dalam goa tempat tinggal harimau. Menyelam ke dalam lautan kawah api, Semua itu tidak menakutkan bagi orang yang berusaha.



93



Pilihan 2 Wirama Pawitra: ---/-uu/uuu = 9 °eDÿ{ÿg%o°wÙ*°j)°n)k£i°num/, Doûàgöng wwang jênêk-anginum, °eMÿh*°citÓolupmw)Ïo, mohang città lupa mawêrö, °Pÿrue³ê*°wÙ*°pÉkªw)gøg/, pàruûyeng wwang prakaþa wêgig, °RÿhsÜÿs&°winunim)tu> ràhasyàsing winuni mêtu. (Kakawin Ramàyana, Sargah 3) Terjemahannya: Besar dosanya bagi orang yang suka minum minuman keras, Pikirannya bingung, lupa karena mabuk. Kasar kepada teman, pamer diri, dan besar mulut. Semua rahasia yang disembunyikan dibeberkannya.



Catatan: suku kata yang dicetak tebal pada teks kakawin di atas adalah Guru!



94



Lampiran 4 Materi Utsawa Menghafal Śloka Anak-Anak Putra-Putri BHAGAVADGĪTĀ ADHYĀYA (BAB) KETIGA Adhyāya, III.1 arjuna uvāca jyāyasī cetkar maṇaste matā buddhir janārdana, tatkiṁ karmaṇi ghore māṁ niyojayasi keśava. Terjemahan: Arjuna berkata: Jika Engkau menganggap bahwa jalan pengertian lebih mulia dari jalan perbuatan, mengapa Engkau mendesak aku untuk melakukan perbuatan yang biadab ini, Oh Kṛṣṇa. Adhyāya,III.2 vyāmiśreṇeva vākyena buddhiṁ mohayasīva me, tadekaṁ vada niścitya yena śreyoʻhamāpnuyām. Terjemahan: Rupa-rupanya dengan ucapan yang kabur Engkau kiranya mengacaukan pengertianku. Ajarkanlah dengan tegas kepadaku satu hal saja, dengan mana aku dapat mencapai yang lebih baik. Adhyāya,III.3 śrībhagavān uvāca lokeʻsmindvividhā niṣṭhā purā proktā mayānagha, jñānayogena sāṅkhyānāṁ karmayogena yoginām. Terjemahan: Śrībhagavān berkata: Oh, Arjuna, manusia yang tanpa noda; di dunia ini ada dua disiplin yang telah aku ajarkan dari jaman dahulu kala. Jalan jñānayogena bagi para pengikut sāṅkhya (yang cerdas) dan yang lain dengan jalan karmayoga bagi para yogi. Adhyāya,III.4 na karmaṇā manārambhān naiṣkarmyaṁ puruṣoʻśnute, na ca sannyasanādeva siddhiṁ samadhi gacchati.



95



Terjemahan: Bukan dengan jalan tiada bekerja orang mencapai kebebasan dari perbuatan. Pun juga tidak hanya dengan melepaskan diri dari pekerjaan orang akan mencapai pengetahuan atma yang sempurna. Adhyāya,III.5 na hi kaścit kṣaṇamapi jātu tiṣṭha tyakarmakṛt, kāryate hyavaśaḥ karma sarvaḥ prakṛti jairguṇaiḥ. Terjemahan: Sebab siapapun tidak akan dapat tinggal diam tanpa melakukan kegiatan, meskipun hanya sekejap mata, semua dipaksa tanpa daya digerakkan oleh dorongan alam dan sifatsifat alaminya. Adhyāya,III.6 karmendriyāṇi saṁyamya ya āste manasā smaran, indriyārthān vimūḍhātmā mithyācaraḥ sa ucyate. Terjemahan: Dia yang mengendalikan geraknya indria, tetapi sebenarnya dia terus memikirkan tentang objek-objek yang diinginkan, ia dianggap orang bodoh yang munafik. Adhyāya,III.7 yastvindriyāṇi manasā niyamyā rabhateʻrjuna, karmendriyaiḥ karmayoga masaktaḥ sa viśiṣyate. Terjemahan: Oh Arjuna, akan tetapi ia yang bekerja tanpa keterikatan akan hasilnya setelah mengusai nafsu-nafsunya dengan pikiranya; melakukan karmayoga dengan alat-alat indranya, orang seperti itu disebut orang Mulia. Adhyāya,III.8 niyataṁ kuru karma tvaṁ karma jyāyo hyakarmaṇaḥ, śarīrayātrāpi ca te na prasiddhyed akarmaṇaḥ. Terjemahan: Lakukanlah pekerjaan yang diberikan padamu, karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya daripada tidak melakukan apa-apa, sebagaimana juga untuk memelihara badanmu tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja. 96



Adhyāya,III.9 yajñārthāt karmaṇoʻnyatra lokoʻyaṁ karma bandhanaḥ, tadarthaṁ karma kaunteya muktasaṅgaḥ samācara. Terjemahan: Kecuali pekerjaan yang dilakukan sebagai yajña, selebihnya semua kerja didunia ini terikat oleh hukum karma. Oleh karenanya, O Arjuna, lakukan pekerjaanmu sebagai yajña, bebaskan diri dari semua ikatan. Adhyāya,III.10 sahayajñāḥ prajāḥ sṛṣṭvā purovāca prajāpatiḥ, anena prasaviṣya dhvameṣa voʻstviṣṭa kāmadhuk. Terjemahan: Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan para manusia dengan yajña dan bersabda; dengan ini kalian berkembanglah dan jadikanlah ini (yajña) sebagai sapi dewata dari keinginanmu. Adhyāya,III.11 devān bhāvayatānena te devā bhāvayantu vaḥ, parasparaṁ bhāvayantaḥ śreyaḥ paramavāpsyatha. Terjemahan: Dengan ini kalian mendukung para dewa dan dengan ini pula para dewa memelihara kalian, jadi dengan saling mendukung satu sama lain, kalian akan mencapai kebaikan yang maha tinggi. Adhyāya,III.12 iṣṭānbhogān hi vo devā dāsyante yajñabhāvitāḥ, tair dattāna pradāyaibhyo yo bhuṅkte stena eva saḥ. Terjemahan: Para Dewa yang berbahagia dengan yajña akan memberikan kalian berbagai keinginan dan kenikmatan. Ia yang menikmati pemberian-pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepada-Nya (Para dewa ini) adalah benar-benar seorang pencuri. Adhyāya,III.13 yajña śiṣṭāśinaḥ santo mucyante sarvakilbiṣaiḥ, bhuñjate te tvaghaṁ pāpā ye pacantyātma kāraṇāt. 97



Terjemahan: Orang-orang bijaksana yang makan apa yang tersisa dari yajña, mereka itu terlepas dari segala dosa. Akan tetapi mereka para pendosa yang memasak makanan untuk kepentingannya sendiri mereka itu adalah makan dosanya sendiri. Adhyāya,III.14 annādbhavanti bhūtāni parjanyādanna sambhavaḥ, yajñādbhavati parjanyo yajñaḥ karma samudbhavaḥ. Terjemahan: Mahluk-makhluk menjelma dari makanan, adanya makanan dari hujan, dari yajña muncullah hujan dan yajña lahir dari kegiatan kerja (karma). Adhyāya,III.15 karma brahmod bhavaṁ viddhi brahmākṣara samudbhavam, tasmāt sarvagataṁ brahma nityaṁ yajñe pratiṣṭhitam. Terjemahan: Ketahuilah asal mulanya karma di dalam veda dan muncul dari Brahman yang abadi. Dari itu Brahman (Tuhan) yang meliputi semuanya selalu berpusat di sekeliling yajña. Adhyāya,III.16 evaṁ pravartitaṁ cakraṁ nānuvarta yatīha yaḥ, aghāyur indriyārāmo moghaṁ pārtha sa jīvati. Terjemahan: Ia yang di dunia ini hidup penuh dosa, puas dengan kenikmatan indrianya, tidak ikut memutar roda (cakra) yajña yang timbal balik ini, Oh Arjuna. Ia hidup sia-sia. Adhyāya,III.17 yastvāt maratireva syādātma tṛptaśca mānavaḥ, ātmanyeva ca santuṣ ṭastasya kāryaṁ na vidyate. Terjemahan: Akan tetapi ia yang mungkin mencintai Ātmanya, puas pada Ātmanya dan juga hanya bahagia pada Ātmanya, baginya tidak ada suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.



98



Adhyāya,III.18 naiva tasya kṛte nārtho nākṛteneha kaścana, na cāsya sarvabhūteṣu kaścid arthavya pāśarayaḥ. Terjemahan: Begitu pula di dunia ini, baginya (yang berpuas diri pada ātma) tidak ada suatu tujuan apapun dengan melaksanakan kegiatan atau tanpa kegiatan, bagi dia ini pada setiap mahluk dasar kepentinganya tidak ada hubungannya lagi dengan siapapun. Adhyāya,III.19 tasmād asaktaḥ satataṁ kāryaṁ karma samācara, asakto hyācaran karma paramāpnoti pūruṣaḥ. Terjemahan: Dari itu bekerjalah kamu selalu yang harus dilakukan dengan tiada terikat oleh hasilnya, karena sesungguhnya orang mendapat tujuannya yang tertinggi dengan melakukan pekerjaan (karma) tanpa keterikatan. Adhyāya,III.20 karmaṇaiva hi saṁsiddhi māsthitā janakādayaḥ, loka saṅgraha mevāpi sampaśyan kartu marhasi. Terjemahan: Hanya dengan perbuatan, Prabu Janaka dan orang-orang hebat lainnya mendapat kesempurnaan. Jadi kamu harus juga melakukan pekerjaan dengan pandangan untuk pemeliharaan dunia.



99



Lampiran 5 Materi Utsawa Menghafal Śloka Remaja Putra-Putri BHAGAVADGĪTĀ AHYĀYA(BAB) KETIGA Adhyāya,III.21 yadyadācarati śreṣṭhas tatta devetaro janaḥ, sa yat pramāṇaṁ kurute lokas tadanu vartate. Terjemahan: Apa saja yang dilakukan oleh orang besar, itu adalah diikuti oleh orang lain. Apa saja yang dia buktikan, dunia mengikutinya. Adhyāya,III.22 na me pārthāsti kartavyaṁ triṣu lokeṣu kiñcana, nānavāp tamavāp tavyaṁ varta eva ca karmaṇi. Terjemahan: Oh Arjuna, tidak ada sesuatu yang harus aku lakukan di ketiga dunia ini, juga tidak ada sesuatu yang harus aku capai yang belum pernah Aku tidak dapati; walaupun demikian Aku bekerja juga. Adhyāya,III.23 yadi hyahaṁ na varteyaṁ jātu karma ṇyatan dritaḥ, mama vartmānu vartante manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ. Terjemahan: Sebab sesungguhnya jika aku tidak selalu bekerja dengan tidak mengenal payah, maka orang-orang akan menuruti jalan-Ku dari segala arah. Adhyāya,III.24 utsīdeyurime lokā na kuryāṁ karma cedaham, saṅkarasya ca kartā syāmupa hanyāmimāḥ prajāḥ. Terjemahan: Jika aku berhenti bekerja maka ketiga dunia ini akan hancur lebur dan Aku akan menjadi pencipta dari kekacauan tatanan dan yang merusak masyarakat ini. Adhyāya,III.25 saktāḥ karmaṇya vidvāṁso yathā kurvanti bhārata, kuryādvi dvāṁs tathās aktaścikīrṣur loka saṅgraham. 100



Terjemahan: Seperti orang bodoh yang melakukan pekerjaan dengan ikatan, demikian juga seharusnya orang terpelajar melaksanakannya Oh Arjuna, akan tetapi tanpa ikatan dengan keinginan untuk menuntun dunia. Adhyāya,III.26 na buddhi bhedaṁ janayeda jñānāṁ karma saṅginām, joṣayet sarvakarmāṇi vidvān yuktaḥ samācaran. Terjemahan: Orang yang pandai bijaksana seharusnya jangan mengacaukan pengertian orang yang bodoh yang terikat pada pekerjaannya. Orang yang bijaksana melakukan semua pekerjaan dalam jiwa Yoga, harus menyebabkan orang lain juga bekerja. Adhyāya,III.27 prakṛteḥ kriyamāṇāni guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ, ahaṅkāra vimūḍhātmā kartā hamiti manyate. Terjemahan: Segala macam pekerjaan adalah dilakukan oleh sifat-sifat dari alamnya sendiri, ia yang jiwanya bodoh dan sombong berpikir akulah pelakunya. Adhyāya,III.28 tattvavittu mahābāho guṇakarma vibhāgayoḥ, guṇā guṇeṣu vartanta iti matvā na sajjate. Terjemahan: Kemudian pembagian dari dua yang tercipta dari alam yaitu Guna (panca indria dll) dan karma (kegiatan yang dihasilkan oleh Guna) demikian Oh Arjuna! orang yang mengetahui kebenaran (berpengetahuan)menjadi tidak terikat setelah mengetahui bahwa Guna dan kegiatannya ada pada setiap Guna itu sendiri. Adhyāya,III.29 prakṛter guṇa sammūḍhāḥ sajjante guṇa karmasu, tānakṛtsna vido mandānkṛtsna vinnavi cālayet.



101



Terjemahan: Mereka yang bodoh yang dikaburi oleh guna dari prakṛti (alam) akan terikat pada pekerjaan dari setiap Guna. Akan tetapi ia yang sempurna pengetahuannya dan mengetahui semuanya hendaknya jangan membingungkan pengertian dari orang yang bodoh. Adhyāya,III.30 mayi sarvāṇi karmāṇi sannyasyā dhyātma cetasā, nirāśīr nirmamo bhūtvā yudhyasva vigata jvaraḥ. Terjemahan: Serahkanlah segala pekerjaan kepada-Ku dengan memusatkan pikiran kepada ātma, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan dan berperanglah kamu, bebaskan pikiranmu dari rasa takut. Adhyāya,III.31 ye me matamidaṁ nitya manu tiṣṭhanti mānavāḥ, śraddhāvanto’nasūyanto mucyante te’pi karmabhiḥ. Terjemahan: Mereka itu yang tidak dengan putus-putusnya menuruti ajaran-Ku ini dengan penuh kepercayaan dan terlepas dari perasaan-perasaan iri hati, merekapun juga dibebaskan dari berbagai karma (ikatan dari kerja). Adhyāya,III.32 ye tvetadabhya sūyanto nānu tiṣṭhanti me matam, sarvajñāna vimūḍḥāṁstān viddhi naṣṭāna cetasaḥ. Terjemahan: Mereka yang menyampingkan ajaran-ajaran-Ku ini dan tidak melaksanakannnya, ketahuilah mereka adalah orang bodoh tanpa pengetahuan apapun, yang mati, yang tak mempunyai kecerdasan memilah (viveka). Adhyāya,III.33 sadṛśaṁ ceṣṭate svasyāḥ prakṛter jñāna vānapi, prakṛtiṁ yānti bhūtāni nigrahaḥ kiṁ kariṣyati. Terjemahan: Bahkan orang bijaksana bergerak menurut alamnya sendiri, maka demikian pula mahkluk-makhluk mengikuti alamnya. lalu apa yang akan dikendalikan?



102



Adhyāya,III.34 indriyas yendriyas yārthe rāga dveṣau vyava sthitau, tayorna vaśamā gacchettau hyasya pari panthinau. Terjemahan: Ikatan dan keengganan dari indria kepada obyek-obyek yang bersangkutan adalah sudah kodratnya (biasa) yang berhubungan dengan cinta dan benci. Barang siapa jua pun, janganlah membiarkan jiwanya dikendalikan oleh keduanya ini, sebab ini adalah layaknya dua musuh. Adhyāya,III.35 śreyān svadharmo viguṇaḥ paradharmāt svanuṣṭhitāt, svadharme nidhanaṁ śreyaḥ paradharmo bhayāvahaḥ. Terjemahan: Adalah lebih baik Dharma sendiri meskipun kurang caranya melaksanakannya, daripada Dharma orang lain walaupun sempurna melaksanakannya. Kalaupun sampai mati dalam melakukan Dharma sendiri adalah lebih baik sebab melakukan dharma orang lain adalah berbahaya. Adhyāya,III.36 arjuna uvāca atha kena prayuktoʻyaṁ pāpaṁ carati pūruṣaḥ, anicchannapi vārṣṇeya balādiva niyojitaḥ. Terjemahan: Arjuna berkata: Sesungguhnya atas desakan apakah orang berbuat dosa seolah-olah ada kekuatan yang memaksa, meskipun bertentangan dengan kehendaknya? Oh, Krṣna! Adhyāya,III.37 śrībhagavān uvāca kāma eṣa krodha eṣa rajo guṇa samudbhavaḥ, mahāśano mahāpāpmā viddhyena miha vairiṇam. Terjemahan: Śrībhagavān berkata: Kekuatan ini adalah keinginan, adalah kemarahan, yang lahir dari nafsu rajaguna, inilah yang loba sekali dan berdosa sekali. Ketahuilah bahwa ini adalah musuh terbesar di dunia ini.



103



Adhyāya,III.38 dhūmenā vriyate vahnir yathā darśo malena ca, yatholbe nāvṛto garbhas tathā teneda māvṛtam. Terjemahan: Seperti asap yang menyelimuti api, sebagai kaca yang kotori debu, seperti janin diselimuti oleh rahim. Begitulah juga kemurnian atma diliputi oleh nafsu dan kemarahan. Adhyāya,III.39 āvṛtaṁ jñānametena jñānino nityavairiṇā, kāmarūpeṇa kaunteya duṣpūreṇānalena ca. Terjemahan: Pengetahuan kita diselubungi oleh keinginan yang sukar terpuaskan sebagai api yang tak kunjung padam; ini adalah musuh abadi dari orang yang bijaksana. Oh, Arjuna. Adhyāya,III.40 indriyāṇi mano buddhir asyādhi ṣṭhāna mucyate, etair vimoha yatyeṣa jñāna māvṛtya dehinam. Terjemahan: Indria-indria, manas (pikiran) dan budi (intelek) dikatakan adalah tempat perlindungan musuh ini. Dengan diselubunginya kebijaksanaan oleh hal-hal ini, àtma bisa tertipu.



Sumber: Bhagavadgītā Dan Terjemahannya oleh Tim Pengkaji dan Penerjemah Pustaka Suci Veda (Vedānuvāda Samiti), 2021. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia.



104



Lampiran 6 Materi Utsawa Menghafal Śloka Dewasa Putra-Putri SĀRASAMUCCAYA ŚLOKA 8-27 Śloka,8. mānuṣaḥ sarvva bhūteṣu, varttate vai śubhāśubhe, aśubheṣu samaviṣṭaṁ, śubhe ṣvevāva kārayet. Terjemahan: Manusia di antara semua makhluk dapat melakukan perbuatan yang baik dan jahat. Jika seseorang senang melakukan kejahatan, ia harus dibawa menuju kebaikan. Śloka,9. upabhogaiḥ parityaktaṁ, nātmānamavasāday et, caṇḍālatve’pi mānuṣyaṁ, sarvvathā tāta durllabham. Terjemahan: Jika seseorang tidak mencapai kemakmuran, dia seharusnya tidak sedih tentang hal itu. Sebagai manusia meskipun hina sekali pun, adalah dicapai dengan sangat sulit. Śloka,10. iyaṁ hi yoniḥ prathamā, yāṁ prāpya jagatīpate, ātmānaṁ śakyate trātuṁ, karmmabhiḥ śubha lakṣaṇaiḥ. Terjemahan: Kelahiran ini adalah yang terpenting bagi raja, setelah mendapatkannya seseorang dapat menyelamatkan dirinya dengan perbuatan mulia. Śloka,11. ihaiva naraka vyādheś, cikitsāṁ na karoti yaḥ, gatvā nirauṣadhaṁ sthānaṁ, sarujaḥ kiṁ kariṣyati. Terjemahan: Seseorang yang tidak menyembuhkan penyakit neraka ketika dia berada dalam penjelmaan menjadi manusia, apa yang kemudian akan dia lakukan ketika dia pergi ke penjelmaan bukan manusia, dimana dia kekurangan obat untuk sadar melakukan perbuatan baik.



105



Śloka,12. sopāna bhūtaṁ svarggasya mānuṣyaṁ prāpya durllabhaṁ, tathātmānaṁ samādadhyād dhvaṁseta na punaryyathā. Terjemahan: Setelah memperoleh wujud manusia yang amat sulit dicapai dan yang merupakan tangga menuju surga, seseorang harus bertindak sedemikian rupa sehingga tidak jatuh lagi. Śloka,13. karma bhūmiriyaṁ brahman, phala bhūmirasau matā, iha yat kurute karma, tat paratropa bhujyate. Terjemahan: Oh Brahman, menjelma menjadi manusia dapat melakukan perbuatan. Dapat menikmati dari hasil-hasilnya. Perbuatan apa pun yang dilakukan di bumi, dinikmati nanti di akhirat. Śloka,14. mānuṣyaṁ durlabhaṁ prāpya, vidyullasita cañcalam, bhavakṣaye matiḥ kāryā, bhavo pakaraṇeṣu ca. Terjemahan: Setelah mencapai wujud manusia yang sulit diperoleh dan yang hanya bertahan selama kilatan cahaya, seseorang harus menentukan keberadaan yang menghancurkan dan sarananya. Śloka,15. yo durlabha taraṁ prāpya, mānuṣyaṁ lobhato naraḥ, dharmāvāntā kāmātmā, bhavet sakala vañcitaḥ. Terjemahan: Orang yang terlahir sebagai manusia, yang sangat sulit, dan karena keserakahan serta telah menyerahkan dirinya pada nafsu, datang untuk mengabaikan dharma, dia benarbenar kehilangan segalanya. Śloka,16. mānuṣyaṁ mahāduṣ prāpyaṁ, taḍidvila sitopamam, tallabdhvā yadi saṁsārān, nāpakrāmati vañcitaḥ.



106



Terjemahan: Kelahiran sebagai manusia sangat sulit dicapai. Ini menyerupai kilat petir. Jika telah memperoleh itu, seseorang tidak luput dari samsara, maka ia menderita. Śloka,17. ūrdhva bahur vviraumyeṣa, na ca na kaścic chṛṇoti me, dharmād arthaśca kāmaśca, sa kimarthaṁ na sevyate. Terjemahan: Saya mengangkat tangan dan berseru-seru tetapi tidak ada yang memperhatikannya. Artha dan kama mengalir dari dharma, jadi mengapa orang tidak mengejar dharma? Śloka,18. kāmārthau lipsamānastu, dharma mevāditaś caret, na hi dharma dapetyārthaḥ, kāmo vāpi kadācana. Terjemahan: Mencari kāma dan artha harus dimulai dengan mengejar dharma. Jika mengabaikan dharma tidak ada artha maupun kāma. Śloka,19. dhārmmikaṁ pūjayanti ca, na dhanāḍyaṁ na kāminam, dhane sukhakalā kācid, dharmme tu paramaṁ sukham. Terjemahan: Penghormatan diberikan kepada orang yang memiliki dharma, dan bukan kepada orang yang kaya atau kepada pengumbar nafsu. Dalam kekayaan sedikit menemukan kebahagiaan, tetapi dalam dharma ada kebahagiaan mutlak. Śloka,20. dharmma eva plavo nanyaḥ, svarggaṁ samabhivāñchatām, sa ca naur vvaṇijas taṭaṁ, jaladheḥ pāramicchataḥ. Terjemahan: Dharma adalah satu-satunya rakit, bagi mereka yang berlayar menuju swarga. Dharma adalah sebagai perahu bagi pedagang untuk menyeberang ke pantai seberang lautan.



107



Śloka,21. yatnaḥ kāmārtha mokṣāṇāṁ, kṛto’pi hi vipadyate, dharmmāya punar ārambhaḥ, saṅkalpo’pi na niṣphalaḥ. Terjemahan: Seseorang yang berusaha mencari kama, artha dan moksa bisa gagal, tetapi usaha dalam mencari dharma tidak sia-sia, sekali pun baru hanya dalam pikiran, itu berbuah. Śloka,22. yathādityaḥ samudyan vai, tamaḥ sarvvaṁ vyapohati, evaṁ kalyāṇa mātiṣṭhan, sarvva pāpaṁ vyapohati. Terjemahan: Sama seperti matahari terbit mengusir semua kegelapan, begitu pula seseorang melaksanakan kebaikan mengusir semua kejahatan. Śloka,23. yathā yathā hi puruṣaḥ kalyāṇe ramate manaḥ, tathā tathāsya siddhyanti sarvvārtha nātra saṁśayaḥ. Terjemahan: Semua orang dapat menikmati perbuatan baik, begitu pula semua perbuatannya membuahkan hasil. Semua di sini tidak ada keraguan. Śloka,24. dharmmaḥ sadā hitaḥ puṁsāṁ, dharmmaś caivāśrayaḥ satām, dharma llokās trayastāta, pravṛttāḥ sacarācarāḥ. Terjemahan: Dharma selalu membawa kebahagiaan. Itu adalah tempat perlindungan orang-orang bijaksana. Tiga dunia, bersama dengan semua yang bergerak dan yang tidak bergerak, mengalir dari dharma. Śloka,25. yasya notkrāmati matir, dharma mārgga nusārinī, tamāhuḥ puṇya kārmaṇi, na śocyo mitra bāndhavaiḥ.



108



Terjemahan: Seseorang yang pikirannya terus-menerus mengikuti dharma dan tidak menyimpang, dia disebut orang yang berbudi luhur. Keluarga dan kerabatnya tidak khawatir dengannya. Śloka,26. yathekṣu hetoriha secitaṁ payaḥ, tṛṇāni vallīrapi sampra siñcati, tathā naro dharma pathena sañcaran, yaśāṁsi kāmāni vasūni cāśnute. Terjemahan: Air yang mengairi tebu juga membantu menyiangi rumput-rumput di sekitarnya. Demikian pula, menjalani dharma, seseorang memperoleh kekayaan, ketenaran dan keinginan duniawi. Śloka,27. surūpatāmāt maguṇaṁ ca vistaraṁ, kulānvayaṁ dravya samṛddhi sañcayam, naro hi sarvvaṁ labhate yathākṛtaṁ, sadāśubhenāt makṛtena karmmaṇā. Terjemahan: Dengan perbuatan baik yang selalu telah ditabur, ia menuai keindahan, pesona dan rupawan, lahir dalam keluarga bangsawan, kekayaan dan kemakmuran. Sumber: Sārasamuccaya Dan Terjemahannya oleh Tim Pengkaji dan Penerjemah Pustaka Suci Veda (Vedānuvāda Samiti), 2021. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia.



109