CBR Ggi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW MK. Geologi & Geomorfoogi Indonesia PRODI S1 Pend.Geo/FIS



Skor Nilai:



“GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI INDONESIA”



NAMA MAHASISWA



: NATASYA RAHMI



NIM



: 3182131021



DOSEN PENGAMPU



: Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si., M. Sc.



MATA KULIAH



: GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI INDONESIA



PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Mei 14 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat mengerjakan tugas Critical Book Report (CBR) ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Critical Book Report mata kuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia dan SD Kelautan. Penulis berharap CBR ini berguna untuk menjadi salah satu referensi bagi pembaca bilamana hendak membandingkan isi dua buku tentang materi Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Geologi dan Geomorfologi Indonesia yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar Critical Book Report ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca.



Medan, 21 MEI 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................................



i



DAFTAR ISI.............................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi ...................................................................................................



1



B. Tujuan..............................................................................................................



1



C. Manfaat ...........................................................................................................



1



D. Identitas Buku ................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Ringkasan Buku .............................................................................................



4



BAB III ANALISIS CRITICAL BOOK A. Kelebihan .......................................................................................................



20



B. Kelemahan ......................................................................................................



20



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................................



22



B. Saran ...............................................................................................................



22



DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................



23



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Rasionalisasi Pentingnya CBR Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR Geologi dan Geomorfologi Indonesia ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasan tentang Geologi dan Geomorfologi.



B. Tujuan Mengkritisi atau membandingkan dua buah buku tentang Geologi dan Geomorfologi Indonesia yang berbeda dengan topik yang sama. Yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.



C. Manfaat Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah: 



Menambah wawasan pengetahuan tentang pelajaran Geologi dan Geomorfologi di Indonesia.







Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku tersebut.







Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-buku yang dianalisis tersebut.



1



D.



Identitas Buku



-



Judul Buku



: Geologi dan Geomorfologi Indonesia



-



Penerbit



: Ombak



-



Tahun Terbit



: 2014



-



Nama Pengarang



: Drs. Sriyono, M.Si.



-



No. ISBN



: 978-602-258-190-1



-



Edisi Pertama



: Pertama



-



Kota Terbit



: Yogyakarta



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Ringkasan Buku Bab I Pendahulauan A. Deskripsi Pemahaman dan kajian tentang



kondisi geologis dan geomorfologi Indonesia serta



daerah atau kawasan tertentu memberikan pengetahuan akan arti dan kendala-kendala yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. B. Standar Kopetensi Menganalisis berbagai potensi alam secara geologi dan geomorfologi yang dimiliki oleh wilayah Indonesia dan factor penghambat sebagai kendala yang perlu dipahami untuk diatasi. C. Materi Pokok dan Submateri Pokok 1. Geotektonik Indonesia a. Luas geotektonik Indonesia b. Teori geotekttonik indonesia c. Keunikan geologi Indonesia 2. Perkembangan Geologi Indonesia a. Zaman Pra-Kambrium b. Masa Paleozoikum c. Masa Mesozoikum d. Masa Kenozoikum 3. Pembagian Wilayah geologi Indonesia



3



a. Daerah Sunda b. Sistem Orogan Sirkum Sunda c.Sistem Orogan Sirkum Australia d. Daerah Sahul 4. Kapita Selekta Geologi Kawasan/ Daerah a. Geologi Semarang dan sekitarnya b. Geologi Dataran Tinggi/ Plato Dieng c. Geologi Gunung Kidul dan Parangtritis d. Geologi Dataran Tinggi bandung e. Geologi kompleks Karangsambung 5. Geomorfologi Pulau Jawa a. Geomorfologi Jawa Timur b. Geomorfologi Jawa Tengah c. Geomorfologi Jawa Barat



Bab II Geotektonik Indonesia Satuan unit geologi Indonesia mencakup daerah- daerah seluas 2.832.161 km yang meliputi satuan politik/ kepulauan Indonesia, Kalimantan Utara (Malaysia Timur, Serawak, dan Brunei). Papua Nugini, Philiphina, Kepulauan Christmas, Andaman, dan Nichobar. Gugusan kepulauan ini membentang antara Asian Tenggara dan Australia serta antara Samudera pasifik dan samudera Indonesia atau terletak pada lintang 21° LU - 11° LS dan antara garis bujur 95°15’BT - 150°48’BT. Menurut teori andasi bahwa system orogen diindonesia dipengaruhi oleh pusat-pusat gangguan pada kerak bumi. Pusat-pusat gangguan itu adalah : (1) Shan, Mergul, Anambas, Laut Flores, dan pusat gangguan dilaut Banda untuk system orogen Sirkum Sunda ; (2) palung 4



Sulawesi dan palung Makassar (palung laut) untuk system busur tepi asia timur ; (3) pusat orogen perisai yang tenggelam dari melanesia Utara untuk Busur Halmahera, kepala Burung Irian, pegunungan pemisah tubuh irian sam[ai Bismarck; dan (4) orogen papua untuk system orogen Australia. Berdasarkan teori tektonik lempeng system orogen di Indonesia dipengaruhi oleh adannya gerakan lempeng indo-australia kearah utara, lempeng pasifik yang kea rah barat dan bertumbukan dengan lempeng Eurasia diindonesia. Akibat pertemuan ketiga lempeng tersebut bagian kerak bumi yang rusak terjadi kegitan-kegiatan orogen. Gejala-gejala yang tercermin dalam keunikan geotektonik Indonesia sehingga menarik perhatian para geologi adalah : (1) merupakan pertemuan system pegunungan sirkum sunda dan system pegunungan sirkum Australia, serta batas antara Benua Asia dan Gondwana, dimana kegiatan- kegiatan pembentukan pegunungan, aktivitas vulkanis, gempa bumi, penyimpangan gaya berat masih terjadi sampai sekarang; (2) perbedaan relief yang sangat besar yaitu adannya puncak-puncak yang tinggi (puncak jaywijaya lebih dari 5.000 mater), philipina lebih dari 10.000 metar dalamnya; (3) keadaan stratigrafi dan paleotologi yang mempunyai sumbangan besar pada pengembangan ilmu geologi (perubahan fasies cepat dalam penyebaran vertikal dan horizontal); dan (4) terdapatnya potensi-potensi barang tambang yang menguntungkan.



Bab III Perkembangan Geologis Indonesia Berdasarkan penyebaran batuan dengan timur tertentu dapat diperoleh gambaran perkembangan geologi Indonesia (perubahan bentuk daratan dan laut) dari zaman Pra-kambrium sampai zaman Kwater. Pada zaman Pra- Kambrium wilayah Indonesia berupa daratan besar yang terdiri dari batuan sekis kristalin yang dinamakan daratan Aequinotia. Di daratan cekungan sedimentasi bersifat bukan geosinklin. Zaman Kambrium daratan Aequinoctia mulai berkurang karena terbentuknya geosinklin Tasmania dibagian timur Indonesia. Daratan Aequinoctia pada zaman silur makin berkurang karena geosinklin Tasmania bertambah luas dan berkembang dengan palung papua. Pada zaman Devon daratan Aequinoctia makin berkurang lagi karena sebagian irian berfungsi sebagai geosinklin. Geosinklin Tasmania masih tetap ada dan bagian barat Australia (perbatasan Australia dengan pulau timor) terbentuk 5



geosinklin Westralia. Kalimantan tengah berupa palung anambas dan bersambung dengan laut kea rah barat laut antara malaka dan sumatera. Pada zaman karbon geosinklin yang terbentuk pada zaman sebelumnya mulai menghilang seperti geosinklin weastralia lenyap, tetapi daerah antara sumatera dan Kalimantan berubah menjadi palung anambas. Pada zaman Perm geosinklin yang ada pada peta zaman sebelumnya tetap ada, hanya pelamparannya yang mengalami perubahan. Palung anambas berfungsi sebagai geosinklin danau bertambah luas. Daerah lain di indonesia masih berupa daratan Aequinoctia. Geosinklin papua pada zaman Trias berubah menjadi daratan, geosinklin Tasmania menyempit, sedangkan geosinklin Danau dan geosinklin westralia dihubungkan oleh geosinklin Timor-sulawesi (geosinklin banda), yang termasuk satu system geosinklin Tethys. Pada zaman Yura terbentuk beberapa geosinklin baru. Geosinklin papua yang pada zaman trias berupa daratan, berfungsi kembali sebagai geosinklin Danau masih tetap ada dan makin meluas. Geosinklin Sumatera- jawa juga mulai terbentuk. Dengan adanya geosinklin- geosinklin di Indonesia, berarti merubah daratan Indonesia menjadi 3 bagian yakni daratan sunda, daratan filiphina (termasuk train utara) dan dataran Australia oleh palung anambas, geossinklin banda, dan geosinklin papua. Pada zaman kapur timbul geosinklin baru seperti geosinklin Mariana dan geosinklin birma. Geosinklin danau mulai menyempit, sedangkan geosinklin Tasmania muncul kembali. Sementara itu geosinklin Sumatera jawa, banda dan geosinklin papua masih tetap ada, dengan pola yang berbeda (lebih luas) bila disbanding dengan zaman sebelumnya. Daratan philipina yang menjadi satu dengan papua oleh geosinklin mariana. Pada sub zaman paleogen di kala Erosen daratan sunda menutupi sumatera barat, dan tengah, jawa bagian utara dan nusa tenggara (kecuali sumba, roti, dan timot). Daratan philipina menutupi Kalimantan timur laut, Sulawesi Utara, kep. Banggai, dan sula. Kep. Aru dan Marauke bergabung dengan daratan Australia, sedangkan pulau yappen dab sebagian timur laut irian berupa daratan papua.



Bab IV Pembagian Wilayah Geologi Indonesia



6



Fisiogarafi daru masing- masing wilayah geologi Indonesia adalah : 1. Daerah Sunda Dangkalan sunda adalah laut dangkal yang dalamnya kurang dari 100 meter, yang terdiri atas Teluk Thailand, Selat malaka, bagian barat Laut Cina Selatan, laut Jawa, bagian barat daya Selat Makassar. Dangkalan Sunda dianggap sebagai peneplain tua, terbukti adannya bekas-bekas alur sungai purba Nort Sunda River System dan south River. Pulau-pulau di dangkalan sunda (Natuna, Anambas, Bangka dan Belitung) merupakan sisa tanah sunda yang disebut pematang Natuna- Anambas dan Bangka Belitung. Kalimantan mempunyai relief yang bergunung dan terbukit. Arah jalur pegnungan timur laut-barat daya (Pegunungan Kinibalu, Iran, Muller dan pegunungan Cchwaner). Cabang kea rah barat yaitu pegunungan Kapuas Hulu dan Plato Madi, dan cabang kea rah timur pegunungan Kalimantan Utara, dan pegunungan yang berakhir di semenanjung mangkaliat. Kalimantan barat merupakan massa kontinen yaitu bagian paling timur dari daratan oleh tiga sungai besar yaitu sungai Kapuas mengalir kearah dialiri oleh tiga sungai besar yaitu sungai Kapuas mengalir kearah barat dan bermuara ke laut sunda, sungai Barito mengalir keselatan sungai Mahakam mengalir kearah timur. 2. Sistem Orogen Sirkum Sunda Fisiografi Sumatera dibentuk oleh rangkaian pegunungan bukit barisan disepanjang sisi baratnya, yang memisahkan antara pantai barat dan pantai timur. Lereng kearah dan sisi timur berupa dataran rendah dengan beberapa perbukitan. Unsur struktur utama pulau jawa adalah geantiklin jawa selatan dan geosinklin jawa utara. Geosinklin jawa utara menjadi semakin lebar kearah timur, tetapi mulai dari semarang terpecah menjadi dua yaitu perbukitan rambeng-madura dan antiklinorium kandeng-selat Madura. Puncak geantiklin jawa selatan telah runtuh melalui sesar-sesar, sehngga sayap selatan berupa bongkah- bongkah yang miring kea rah selatan. Nusa tenggara dibentuk oleh dua geantiklin yaitu : (1) bagan utara berupa busur dalam yang vulkanis, yang terdiri dari pulau-pulau bali, Lombok, Sumbawa, komodo, rinca, flores, adonara, solor, lomblen, pantar, alor, kmbing,wetwr dan romang dan (2) bagian selatan berupa



7



busur luar yang tak vulkanis, yang terdiri dari pengunungan dasar laut busur laut yang tak vulkanis, yang terdiri dari pegunungan dasar laut selatan jawa, pulau dana, raijua, sawu, roti dan timor, pulau sumba merupakan penghubung antara busur dalam dan busur luar. 3. Sistem Orogen Sirkum Australia Kepala burung irian bagian utara berupa rangkaian-rangkaian pegunungan yang sejajar dengan pantai utara, yang dipisahkan oleh sebuah depresi. Semenanjung Bombai merupakan pegunungan yang menjorok ke laut yang dibagian barat bertipe topografi kasrt. Daratan utama irian dari utara keselatan terdiri dari satuan-satuan fisiografi: depresi Memberamo-bawani (tanah rendah dan perbukitan), rangkaian pegunungan pembagi utara (deretan pegunungan dan penggungan-punggungan), Tariku-tarikaku,zona sumbu utama irian (rangkaian pegunungan tengah), depresi digul-fly (dataran rendah dengan rawa-rawa, danau dan kanak), pegunungan aru-merauke, 4. Daerah Sahul Dangkalan sahul ditutupi oleh laut Arafuru dengan kedalaman 20 meter disekitar kepulauan Aru, tetapi kearah barat mencapai 1.000 meter. Di dangkalan sahul terdapat kepulauan Aru yang kecil. Antara empat pulau besar dipisahkan oleh selat sempit dan dalam yang disebut “sungi”



Bab V Kapita Selekta Geologi Daerah/ Wilayah A. Daerah Semarang dan Sekitarnya Menurut analisis Van Bemmelen unit geologi semarang dan sekitarnya dipengaruhi oleh pusat gangguan kerak bumi yang berada di kompleks vulkan Ungaran. Perkembangan geologi semarang dan sekitarnya dimulai dari kala Pleitosen geologi semarang dan sekitarnya dimulai dari kala pleitosen atas yaitu dengan daur geologi berupa pembentukan geonsiklin jawa utara yang menghasilkan lapisan marine neogen. Siklus pertama pertumbuhan vulkan ini diakhiri oleh runtunya kerucut utama yaitu pada akhir pleitosen tengah. Runtuhnya kerucut utama vulkan Ungaran Tertua berakibat terdesaknya



8



lapisan batuan di kaki vulkan, sehingga terjadi lipatan dan patahan pada lapisan marine neogen dan lapisan Seri damar. Pada Pleistosen atas vulkan ini giat kembali ini diakhiri dam membentuk vulkan Ungaran Tua. Material erupsi yang menghasilkan berupa lapisan breksi Notopuro. Runtuhnya kerucut Vulkan Ungaran Tua ini juga menyebabkan terdesaknya lapisan batuan dikaki vulkan yaitu lapisan marine Neogen, lapisan Seri Damar sehingga terjadi lipatan-lipatan dan patahan-patahan yang lebih komplek. Di permukaan bumi lapisan breksi Notopuro mengalami pelipatan lemah, sedangkan lapisan dibawahnya (lapisan seri damar) lipatan-lipatannya sangat kompleks. Lipatanlipatan Seri Damar yang kompleks yang terletak disebelah utara (yang tak tertutup lapisan breksi Notopuro) berupa perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Candi (Candi Hills). Sebelah utara Bukit candi pada waktu masih berupa laut atau kaki bukit candi pada waktu masih berupa laut atau kaki bukit candi merupakan batas pantai. Pada awal kala Holosen sesudah peruntuhan kedua dari kerucut Ungaran Tua, terbentuknya kerucut Ungaran Tua, terbentuknya kerucut Ungaran Muda yang masih ada sampai sekarang. Akibat retakan, patahan disebalah selatan kompleks Ungaran menyebabkan munculnya magma kepermukaan bumi dan terbentuknya kerucut vulkan telomoyo. Sejak awal holosen, perbukitan Candi mulai tererosi dan materianya diendapkan disebelah utara, sehingga membentuk dataran alluvial sekarang. Secara garis besar keadaan geomorfologi dan geologi semarang dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi dua subunit yaitu daerah perbukitan dibagian selatan dan dataran alluvial pantai disebelah utara. 2. Dataran Tinggi Dieng Dataran tinggi Dieng dan sekitarnya terletak pada zone pegunungan Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan daerah karangkobar dan sebelah timur berbatasan dengan daerah Ungaran. Dataran tinggi atau plato adalah tempat yang struktur pelapisannya horizontal dan berada pada tempat yang tinggi(untuk Dieng kurang lebih 2.093 meter dpal). Uraian tentang Dataran Tinggi Dieng pertama kali ditulis oleh yunghuhn pada tahun 1853/ 1854. Dalam tulisannya dijelaskan bahwa dataran tinggi Dieng adalah sebuah kaldera besar dari vulkan raksasa tua, yang sekarang tinggal dinding-dinding tepinya berupa gunung prau, sesudah erupsi vulkan raksasa tua dan terbentuk kaldera, kemudian diatas dasar kaldera tumbuh vulkan- vulkan



9



muda seperti gunung pangonan, gunung pakuwojo dan sebagainya. Pendapat ini berupa dengan yang dukemukakan verbeck dan fennema 1890. Pendapat lain tentang Dataran Tinggi Dieng adalah Umbgrove (1936) menyatakan bahwa dataran tinggi Dieng bukan dasar suatu kaldera. Ia tidak melihat sisa-sisa yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran anggapan tentang kaldera besar itu, dan tidak ada bukti yangcukup nyata untuk membenarkan anggapan Dataran Tinggi Dieng sebagai dasar lubang kepunden. Menurut pendapatnya Dataran Tinggi Dieng merupakan suatu tempat yang dikelilingi oleh kerucut- kerucut vulkan. Menurut Sakseeve dan Dudkinski (1962) mengatakan bahwa Dataran Tinggi Dieng adalah kaldera yang besar dengan batas-batasnya gunung prau, gunung sroja, gunung bisma dan gunung nagasari. Sedangkan Gunung Kendil,gunung pakuwojo, dan gunung panganon adalah gunung- gunung api yang muncul dalam kaldera besar tadi. Vulkan- vulkan ini merupakan struktur vulkan yang terdiri sendiri dan satu sama lainnya dipisahkan oleh lembah antargununggunung prau, sroja, dan gunung nagasari merupakan vulkan yang tertua didaerah dataran tinggi dieng. Secara garis besar daerah Dieng dapat dikelompokkan kedalam 2 unit morfologi yaitu: (1) daerah pegunungan dan (2)dataran tinggi (plato). 3. Gunung Kidul dan parangtritis Sejarah geologi daerah gunung kidul dan parangkritis mulai dari kala pliosen. Pada kala pliosen dan pleitosen bawah daerah pegunungan selatan yang sekarang merupakan tanah rendah yang sedikit terangkat lebih tinggi dari permukaan laut. Bagian selatan dari lowland ini terdiri dari gamping wonosari dan kepek maris yang berusia miosen. Di bagian utaranya merupakan material yang berasal dari kegiatan vulkanisme. Peristiwa transgeresi dan regresi bergantian menyebabkan pembentukan endapan pada waktu itu berbeda-beda. Akibat dari pengangkatan ini maka daerah low lands (lahan rendah) sepanjang pantai selatan terangkat dan termiringkan kearah selatan membentuk sisi bagian selatan geantiklin yang besar. Bagian tengah dari geantiklin dari yang berbatasan dengan sedimentasi lunak dan plastis dari bagian cekungan kendeng mengalami patahan. Bagian selatan geantiklin tetap berada pada posisinya dan bidang patahannya sekarang berupa escarpment batur 10



agung range, sedangkan bagian utara geantiklin menurun dan meluncur dan meluncur kearah utara dan barat laut. Dengan meluncurnya bagian geantiklin ini, endapan cekungan kendeng sekarang diimbangi oleh gerakan keatas karena desakan dari selatan itu, sehingga lipatan-lipatan kendeng muncul lebih tinggi dari permukaan air laut. Sesudah pengangkatan pada pleitosen tengah, di zone solo terbentuklah lapisan endapan kabuh dengan fosil Phitecantropus Erectus, sedangkan dibagian selatan pola aliran sungai yang mula-mula terbentuklah bersifat konsekuen, yaitu sungai-sungai mengalir ke selatan sesuai dengan miringnya daerah. 4. dataran Tinggi Bandung Sejarah geologi dataran tinggi bandung dimulai sejak kala miosen (20 juta tahun yang lalu). Pada waktu itu pesisir utara jawa purba terletak disebelah selatan, yaitu disekitar pangelangan. Daerah sebelah utara pengalengan pada saat itu masih merupakan lautan, dimana terjadi pembentukan atau pengendapan berbagai macam batuan sedimen. Akibat letusan Gunung Sunda, selain terbentuknya kaldera juga terjadi pula retakan yang memanjang dengan arah barattimur dan lubang kepundan mengalami kekosongan. Sesudah terjadi letusan gunung sunda, dalam kerak bumi terjadi gerak naik-turun. Tubuh gunung sunda sebelah selatan mendesak ke utara dengan membentuk patahan, yang mengisi sebagian lubang kepundan yang kosong. Terjadinya patahan merupakan gerak lengser yang mendesak kea rah utara, sehingga menyebabkan terjadinya pengerutuan sedimen. Hasil pengerutuan sedimen ini berupa punggungan tambakan disubang. Tebing patahan itu tidak merupakan tebing yang tersambung secara baik, namun pada beberapa tempat tersayat lembah sungai, seperti lembah sungau Cikapundang dimaribaya, lembah sungai cipaganti, lembah sungai cheundeung di sebelah barat lembeng patahan ini terkenal dengan nama patahan lembang.



Bab VI Geomorfologi Pulau Jawa a. Sifat Umum Relief Pulau jawa mempunyai sifat fisiografis yang karakteritik oleh karena beberapa keadaan. Salah satu diantaranya adalah iklim tropis yang terdapat dipulau itu, yang sama dengan daerah 11



lain yang letaknya jalur fisiografis dengan vulkanisme yang kuat, maka pulau jawa benbentuk sempit dan panjang, dan terbagi dalam zona melintang (klongitudinal Zonas) yang tersebar sepanjang pulau dari ujung yang ke ujung yang lain. Sifat-sifat karakteristik dari suatu relief yang beiklim tropis sudah cukup diketahui umu dan dipelajari secara mendalam, juga di Indonesia, maka disini hanya dibicarakan secara singkat. Hujan banyak dan deras dan suhu yang tinggi menyebabkan pelapulakan dan penelanjangan (denudase) yang berjalan cepat dan intensif, dan kedua hal ini menyebabkan erosi vertikal cepat. Perbedaan topografi yang disebabkan karena perbedaan batuan tidak begitu tampak seperti dalam daerah yang beriklim lain, bahkan lembah-lembah kecil pun mempunyai tebing yang curam. Karena hujan yang deras air yang banyak initelah mengikis tanah tersebut, dan hal ini mengakibatkan terjadinya system lembah-lembah dan parit- parit yang dalam. Karena pola lembah yang rapat, maka topografijauh lebih terkikia sifatnya (Dissected) dari pada ditempat lain, dan sebagai akibatnya maka beberapa sisa-sisa bentuk permukaan yang terangkat hanya terdapat pada igir-igir yang sempit dan umumnya hilang dalam waktu yang relative singkat. Sebaliknya peneplain dan permukaan lain yang datar terbentuk lebih cepat daripada iklim yang lainnya ; contoh-contoh akan diberikan selanjutnya. Dalam keadaan ini orang mungkin bertanya mengapa topografi dari pulau ini belum seluruhnya menjadi peneplain yang rendah? Sebabnya ialah erosi dan denudasi yang diimbangi oleh gerak orogenic dan epeirogenik dari daerah yang tidak stabil ini, dimana gunging api yang besar mengeluarkan materil yang lebih banyak pada permukaan bumi daripada yang dapat diangkut oleh erosi. Dapat digunakan tiga zona melintang bagi seluruh pulau jawa. Karakter tiga zona ni sepanjang pulau jawa tidak berbeda walaupun terdapat variasi setempat yang cukup besar. Tiga zonatesebut sangat berbeda-beda sifatnya di jawa, timur, dan sebagian jawa barat. Dibagian tengah pulau ini dan dibagian paling barat nampaknya kurang jelas. Sifat tiga zona ini adalah sebagai berikut : 1. Zona selatan : kuraang lebih berupa plateum, miring (sloping) kearah selatan menuju ke samudera Indonesia, dan umumnya dibagian utaranya terpotong oleh escarement. Kadang-



12



kadang zona ini begitu terkikis sehingga bentuk plateum nya hilang. Dijawa tengah plateum ini sebagian diganti oleh daratan alluvial. 2. Zona tengah : dijawatimur dan sebagian jawa barat zona ini merupakan suatu daerah depressi dimana timbul gunung- gunung api. Akan tetapi dijawa tengah zona tengah ini ditempati oleh rangkaian pegunungan-pegunungan (serayu selatan) ; didaerah utamanya pegunungan ini berbatasan dengan depressi kecil (lembah serayu) juga dibagian barat (daerah bantam) daerah ini ditempati ileh pegunungan dan bukut- bukit 3. Zona utara ; terdiri dari rantai yang berbentuk bukit- bukit dan pegunungan yang rendah diselingi oleh beberapa gunung berapi. Zona ini sering berbatasan dengan daratan alluvial. b. Sifat Geologi Juga dari sudut geologis ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda jelas. 1. Zona Selatan : dizona selatan lapisan-lapisan Miocene tua (owder Miocene), yang terdiri dari endapan vulkanis, yang sangat tebal dan batuan sedimen (misalnya: the anlatus bets), yang terlibat selama Miocene tengah. 2. Zona tengah : dijawa tengah zona ini berupa suatu depresi yang terdiri dari endapan vulkanis muda, sifat geologisnya hanya bisa diselidiki dijawa tengah dan dijawa barat. Gerakan-gerakan orogenetik dari Miocene tengah sampai Miocene muda adalah yang terkuat dizona ini dan sering menyebabkan ovierturned-folds (lipatan yang menumpang) atau imbricatetd-structures, dimana lapisan yang berbentuk pada owderthertiary (thertiary tua) atau bahkan pada prethertiary jadi tersingkap. Pada periode neogen ada juga beberapa unconformities ( ketidaksamaan lapisan) dan sedikit kelipatan terjadi pada akhir neogen atau sesudahnya. Vulkanisme dan gerakan-gerakan yang terjadi kemudian , yang mengakibatkan depresi tengah dan bentuk topografi sekarang, akan dibicarakan dalam uraian tentang physiografi. 3. Zona Utara : pada zona utaralah younggrr neogen memncapai ketebalan yang paling tebal ini adalah inti dari geosinklin, kelipatan yang lebih tua terjadi pada Miocene atas paling jelas pada zona tengah, tetapi kelipatan ini dapat juga diamati apada zona utara dari jawa tengah tetapi di tempat-tempat lain sedimentasi geosinklinal



masih berjalan terus sampai pleis tengah ;



stratigrafinya akan dibicarakan pada bagian fisiografi. Dijawa barat lipatan yang utama terjadi



13



pada permulaan pleis tua. Disebelah utara sedang terjadi igir kendeng dijawa timur terdapat dibagian lain yaitu zona pelipatan utara yang berbentuk bukit-bukit ini tidak mempunyai counterpart dijawa tengah dan jawa barat, tetapi dimadura.inilah yang dikenal sebagai rembanghills.



14



BAB III ANALISIS CRITICAL BOOK



A. Kelebihan Setelah membaca dan menganalisis buku ini, saya menemukan kelebihan pada buku ini, yaitu materi yang disampaikan oleh penulis sangat luas dan merinci tentang materi yang mencakup pembahasan dalam Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Terdapat beberapa ilustrasi atau gambaran tentang beberapa materi yang di jabarkan. Selain itu, ukuran buku ini juga tidak terlalu besar dan tidak berat sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana. Terdapat banyak keterikatan antar bab . Materi yang disajikan juga seimbang sehingga kedua buku ini saling melengkapi. Sama seperti buku utama, di buku ini juga terdapat banyak ilustrasi sehingga mempermudah pembaca untuk memahami materinya. Tata bahasa dalam buku ini juga sudah baik. Buku ini sangat cocok untuk dijadikan buku pembelajaran tentang geolofi dan geomorfologi bagi para mahasiswa.



B. Kelemahan Selain kelebihan, saya juga menemukan kelemahan yang terdapat dalam buku ini, yaitu: - Terdapat kesalahan pengetikan pada halaman 89 yaitu (telak) yang seharusnya “letak”. - Penyusunan bahasa di dalam buku masih kurang beraturan dan agak sulit dimengerti. - Beberapa kata dalam buku tidak sesuai dengan EYD.



15



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Sebenarnya kedua buku ini mencakup pembahasan yang baik dan berkaitan, hanya saja buku utama bahasanyaagak sulit dimengerti. Tetapi kedua buku ini sudah cukup baik dalam menjabarkan materi tentang Geologi dan Geomorfolgi sehingga sangat cocok untuk dijadikan buku pembelajaran bagi para mahasiswa.



B. Saran Saran saya untuk kedua penulis buku ini, semoga dengan adanya critical book report penulis dapat mengeluarkan edisi revisi berikutnya agar kelemahan pada kedua buku ini dapat disempurnakan. Dan saran saya untuk para pembaca/mahasiswa carilah banyak sumber buku referensi lain yang berkaitan dengan mata kuliah Oseanografiagar wawasan kita semakin bertambah.



16



DAFTAR PUSTAKA



Hutabarat, S; Evans, S.M. 2017. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press Prarikeslan, W. 2014. Oseanografi. Jakarta: Prenadamedia Group s



17