Cerita Rakyat Tuban [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dewi Laras dan Hewan Keramat di Goa Ngerong



Desa Rengel, Kecamatan Rengel, mempunyai tempat wisata alam andalan. Goa Ngerong, namanya. Goa dengan aliran sungai di bawahnya, dan tempat hidup jutaan kelelawar itu menjadi salah satu andalan pendapatan asli desa setempat. Selain sebagai tempat wisata, goa itu juga mempunyai cerita menarik berkaitan dengan Desa Rengel. Cerita yang berkembang secara turun temurun, dan masih akrab di telinga warga desa sampai sekarang. Ada tokoh Dewi Laras, Ki Kumbang Jaya, dan Jala Ijo. Siapakah mereka? Konon, kekeringan pernah melanda di wilayah sekitar Goa Ngerong. Warga kesulitan air karena sumber-sumbernya mengering. Seorang perempuan yang diketahui bernama Dewi Laras juga mengalami hal serupa. Dia sedang hamil tua, dan membutuhkan air untuk persalinan. Dewi Laras terus berusaha mencari air sampai dia harus naik turun bukit (bahasa jawa: Kerengkelan). Cerita dari usaha Dewi Laras menemukan sumber air inilah yang disebut-sebut sebagai awal mula wilayah itu. Bermula dari bahasa jawa: Kerengkelan, yang lama kelamaan disebut dengan Rengel (Desa Rengel). Usaha Dewi Laras itu didengar Ki Kumbang Jaya Kusuma dan Ki Jala Ijo, dua orang yang bertapa di depan goa. Mereka ingin menolong perempuan hamil itu mencarikan sumber air. Dengan izin Allah, setelah dua pertapa itu menancapkan tongkat dari dalam goa, keluar air



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



sangat deras, disertai dengan hewan-hewan seperti ikan, kura-kura, dan kelelawar, yang sebagian masyarakat mempercayainya sebagai hewan keramat. Tercukupilah kebutuhan air Dewi Laras, bahkan air terus mengalir dan membentuk sungai. Tidak hanya mencukupi air di Desa Rengel, namun juga sampai ke beberapa desa seperti Desa Sawahan, Desa Sumberrejo, dan Desa Kanorejo. Sampai sekarang sungai di Goa Ngerong dihuni ribuan atau bahkan jutaan ikan, jutaan kelelawar, dan juga banyak ditemukan kura-kura. Ikan-ikan sangat jinak, bahkan tidak terganggu meskipun ada pengunjung berenang mendekatinya. Juru kunci Goa Ngerong, Mustamin (49), menjelaskan pengunjung atau orang yang datang di tempat itu tidak boleh mengganggu keberadaan hewan-hewan yang dikeramatkan itu. Ada yang meyakini, kalau hewan-hewan itu diganggu bisa mendatangkan petaka. "Kalau sampai disakiti apalagi dibawa pulang bisa mendatangkan petaka, dari penyakit hingga kematian," kata Mustamin meyakinkan. Tidak hanya Mustamin, warga di sekitar lokasi goa juga melarang keras apabila ada pengunjung yang mengganggu. "Selalu Saya ingatkan jangan sampai melempari ikan itu, atau mengganggu dalam bentuk apapun," kata Sukirah, seorang warga yang juga berjualan di sekitar Goa Ngerong. Apapun bentuknya, mitos larangan mengganggu hewan-hewan di goa itu juga ada manfaatnya. Sampai sekarang keberadaan ikan, kelelawar, dan kura-kura itu masih tetap lestari dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Goa Ngerong.



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



NAMA



: ERNA SARI



KELAS



: X - MIA



Sedihnya Romansa Sri Huning Sang Mustika Tuban



Sri Huning adalah seorang putri di Kadipaten Tuban. Memiliki dua orang kakak, Raden Wiratmoyo dan Raden Wiratmoko. Nah, Sri Huning dan R Wiratmoyo ini sebenarnya saling mencintai, namun berusaha mengabaikan perasaan tersebut karena mereka tahu kalau mereka itu adik dan kakak . Akan tetapi, pada suatu hari Ibunda Wiratmoyo menceritakan pada putranya, bahwa sebenarnya Sri Huning itu anak angkat, ayah Sri Huning adalah pejuang kadipaten yang gugur bersama Adipati Ranggalawe (yang notabene adalah kakek dari Wiratmoyo) pada saat terjadi pertikaian politik nan berdarah di kalangan interen Majapahit, sehingga Sri Huning cilik yang belum mengerti apa-apa lantas diasuh oleh keluarga kadipaten. Wiratmoyo pastinya amat sangat bahagia mendengar cerita tersebut, dan menceritakannya kembali pada Sri Huning. Mereka lantas bergegas menemui ayahanda mereka, sang Adipati Tuban. Namun, sayang sekali mereka terlambat. Adipati yang belum mengetahui perasaan mereka terlanjur meminang putri Kadipaten Bojonegoro untuk diperistri Wiratmoyo. lamaran tidak bisa dibatalkan, karena sudah keburu disetujui oleh Adipati Bojonegoro. Boleh dibilang, Kadipaten Tuban beruntung berhasil meminang sang putri yang bernama Kumoloretno, karena nyaris keduluan oleh Kadipaten Lamongan yang lamarannya ditolak karena terlambat.



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



Akhirnya, berangkatlah sang mempelai pria diiringi keluarga, termasuk Sri Huning, pergi mengikuti acara pernikahan di Bojonegoro. Ketika pernikahan berlangsung, tiba tiba datanglah pasukan dari Lamongan . Rupanya si Adipati Lamongan ndak terima pinangannya ditolak, jadi berniat untuk menginvasi Bojonegoro dan memboyong paksa Kumoloretno. Prajurit Tuban yang mengiringi keluarga kadipaten Tuban segera ikut membantu prajurit Bojonegoro, dan, Sri Huning ikut di dalamnya! Dia tidak akan membiarkan ada yang mengacau pernikahan orang yang dicintainya! Inilah kekuatan cinta yang menggelora! Akhirnya Sri Huning berhadap-hadapan dengan Adipati Lamongan. Dan Sri Huning kalah dalam peperangan itu dan tewas. Mendengar berita bahwa Sri Huning terbunuh oleh Adipati Lamongan, Wiratmoyo segera bergegas untuk berduel dengannya! Pertarungan demi cinta! Wiratmoyo juga gugur di tangan Adipati Lamongan.. Jadi dapat dibayangkan murkanya sang Adipati Tuban kala mendengar putra & ‘putri’-nya gugur di palagan! Adipati Tuban menyerang Adipati Lamongan! Dan akhirnya Adipati Tuban berhasil mengalahkan Adipati Lamongan! Dengan gugurnya pimpinan mereka, prajurit penyerang jadi kehilangan moril dan semangat hidup . Akhirnya, jasad Wiratmoyo & Sri Huning dimakamkan dengan layak, dan diharapkan bahagia hidup bersama di kehidupan yang lain. Sementara Kumoloretno kemudian dinikahkan dengan Wiratmoko, adik Wiratmoyo.



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



Legenda Air Terjun Nglirip Tuban



Legenda Nglirip berawal dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum Kerajaan Majapahit. Kala itu sang adipati terpesona melihat kecantikan perawan desa anak dari tokoh sakti di desa tersebut. Perawan tersebut akhirnya dipinang dan dijadikan istri kesekian dari Adipati. Meski menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, ia tak mau diboyong ke pendapa kadipaten. Sang anak tersebut, belakangan memiliki kekasih dari rakyat jelata. Tapi, hubungan asmara ini ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang anak minggat dari rumah setelah mengetahui kekasihnya, konon bernama Joko Lelono, tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya. Sang putri pun akhirnya bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Hingga kini sesekali sang putri muncul tengah mengambil air di dasar air terjun Nglirip. Putri yang bertapa itu disebut putri Nglirip, makanya ia kecewa kalau ada orang bercumbu rayu di sekitar air terjun, kata Kasmijan di samping sejumlah warga setempat. Warga meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran. Tapi kalau pasangan suami istri biasanya tidak apa-apa, ungkap Abdul Ghofar warga Mulyoagung lainnya. Yang jelas, Nglirip pantangan untuk dijadikan tempat berkencan pasangan yang tengah mabuk asmara. Apalagi sepasang calon pengantin. Mungkin NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



fenomena ini agak ekstrim. Bila sudah bosan dengan pacar tanpa sebab dan ingin segera memutuskan hubungan, datanglah ke air terjun Nglirip di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Dijamin tak sampai 40 hari setelah kencan di obyek wisata alami itu, hubungan asmara bakal terputus. Terlebih untuk pasangan yang tengah dimabuk asmara, namun belum ada pertalian suami istri. Dan orang Tuban pun, tak berani menginjakkan kaki di wilayah Nglirip. Turun temurun pula, tak satupun calon pengantin berani bercumbu rayu di di sana. Itulah legenda yang sampai kini dipercaya warga setempat itu, terkait dengan keberadaan Putri Nglirip. Dan diyakini warga setempat, sang putri yang patah hati tetap melajang hingga karena kesaktiannya bisa berpindah alam.



NAMA



: ASMA’ULA HAJAR



KELAS



: X - MIA



NAMA



: NURIL ALIFIA



KELAS



: X - MIA