Cholangitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH CHOLANGITIS



RATNA CONNIE NINGDYAH 1401100058



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN



A. DEFINISI Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril. Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu. Charcot ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai trias, yaitu demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal dengan ’’Charcot triad’’. B. ETIOLOGI Penyebab utama dan tersering dari kolangitis adalah obstruksi. Bagaimanapun berat penyebab obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa cairan empedu yang terinfeksi. Penyebab dari cholangitis adalah: 1. Penyebab utama yaitu choledocholithiasis (batu empedu). 2. Tumor yang bersifat obstruktif, seperti: kanker pankreas, cholangiocarcinoma, kanker ampulla vateri, tumor porta hepatis atau metastasis 3. Striktur (penyempitan) 4. Choledochocele (koledokokel) 5. Sclerosing cholangitis (dari sklerosis bilier) 6. Infeksi cacing Ascaris lumbricoides C. MANIFESTASI KLINIS Beberapa tanda dan gejala pada pasien dengan kolangitis, yaitu: 1. Jaundice (kekuningan) 2. Demam disertai menggigil 3. Nyeri pada abdomen kuadran lateral atas 4. Pruritus (gatal pada sebagaian atau seluruh tubuh) 5. Feses acholis (warna pucat) atau feses hypocholis 6. Malaise D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Leukositosis: Pada pasien dengan cholangitis, 79% memiliki sel darah putih melebihi 10.000/mL, dengan angka rata-rata 13.600. Pemeriksaan elektrolit dengan fungsi



ginjal dapat dilakukan. Pemeriksaan kadar kalsium darah diperlukan untuk memeriksa kemungkinan pancreatitis, yang dapat menimbulkan hipokalsemia, dicurigai. Tes fungsi liver kemungkinan besar konsisten dengan keadaan cholestasis, hiperbilirubinemia terdapat pada 88-100% pasien dan peningkatan kadar alkali fosfatase pada 78% pasien. SGOT dan SGPT biasanya sedikit meningkat. 2. Ultrasonografi Ultrasonografi sangat baik untuk melihat batu empedu dan cholecystitis. Pemeriksaan ini sangat sensitif dan spesifik untuk memeriksa kandung empedu dan menilai dilatasi saluran bilier, namun pemeriksaan ini sering melewatkan batu yang terdapat pada ductus biliaris distal. 3. CT Scan CT Scan tidak lebih unggul daripada ultrasonografi untuk mendiagnosis batu kandung empedu. Cara ini berguna untuk diagnosis keganasan pada kandung empedu yang mengan dung batu, dengan ketepatan sekitar 70-90 persen.



4. ERCP Endoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan yang menggunakan lensa a t a u k a c a u n t u k m e l i h a t b a g a i a n d a r i traktus gastro intestinal. Endoscope Retrograde Cholangiopancreotography (ERCP) dapat lebih akurat menentukan penyebab dan letak sumbatan serta keuntungannya juga dapat mengobati penyebab obstruksi dengan mengeluarkan batu dan melebarkan peyempitan. E. ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1. Identitas Pasien 2. Keluhan Utama Pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar/menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk – tusuk. 3. Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat medis pasien mungkin dapat membantu. Contohnya riwayat dari keadaankeadaan berikut dapat meningkatkan resiko cholangitis: batu kandung empedu atau batu saluran empedu, pasca cholecystectomy, manipulasi endoscopik atau ERCP, cholangiogram, riwayat cholangitis sebelumnya.



Riwayat Penyakit Sekarang: banyak pasien yang datang dengan ascending cholangitis tidak memiliki gejala-gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen kuadran lateral atas; namun sebagian pasien (misal: pasien lansia) terlalu sakit untuk melokalisasi sumber infeksi. Gejala-gejala lain yang dapat terjadi meliputi: Jaundice, demam, menggigil dan kekakuan (rigors), nyeri abdomen, pruritus, tinja yang acholis atau hypocholis, dan malaise. Riwayat penyakit keluarga Perlu dikaji apakah klien mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi, anemia sel sabit. 4. Pemeriksaan body system 



System Pernapasan Inspeksi : Dada tampak simetris, pernapasan dangkal, klien tampak gelisah. Palpasi : Vocal vremitus teraba merata. Perkusi : Sonor. Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan (ronchii, wheezing)







System Kardiovaskuler Terdapat takikardi dan diaforesis.







Sistem Neurology Tidak terdapat gangguan pada system neurology.







System Pencernaan Inspeksi : tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien mengeluh mual dan muntah. Auskultasi : peristaltic ( 5 – 12 x/mnt) flatulensi. Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/quadran kanan atas, nyeri tekan epigastrum. Palpasi : hypertympani.







System Eliminasi Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat.







System integument



Terdapat icterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal. 



System muskuluskeletal Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP.



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi 2. Gangguan pemenuham nutrisi berhubungan dengan mual muntah 3. Gangguan pola tidur/istirahat berhubungan dengan iritasi peritonial. 4. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan reaksi inflamasi 5. Resiko anemia berhubungan dengan kekurangan vitamin K 6. Resiko dehidrasi berhubungan dengan mual muntah. Intervensi Diagnosa Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi



Gangguan pemenuham nutrisi berhubungan dengan mual muntah



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Tujuan : nyeri berkurang setelah 1. Observasi dan catat 1. Membantu dilakukan tindakan keperawatan lokasi, beratnya ( skala 0 membedakan dengan kriteria hasil : – 10 ) dan karakter nyeri penyebab nyeri dan 1. Keadaan umum normal (menetap, hilang memberikan 2. Klien mengatakan nyerinya timbul/kolik) informasi tentang berkurang 2. Tingkatkan tirah baring, kemajuan/perbaikan 3. Wajah tampak rileks tidak biarkan pasien penyakit, terjadinya lagi menyeringai keskitan. melakukan posisi yang komplikasi, dan 4. Skala nyeri ( 1 – 3 ) nyaman. keefektifan 5. Ttv dalam batas normal 3. Ajarkan pasien intervensi TD: sistole: 100-130mmHg menggunakan tehnik 2. tirah baring pada Diastole: 60-90mmHg relaksasi, contoh posisi fowler rendah Nadi: 60-80x/menit RR: 16-20x/menit bimbingan imajinasi, meurunkan tekanan Suhu: 36-36,9 derajat visualisasi, latihan nafas intra abdomen Celcius dalam.berikan aktivitas 3. meningkatkan senggang. istirahat, 4. Tindakan kolaborasi memusatkan pemberian obat sesuai kembali perhatian indikasi dapat meningkatkan koping 4. Untuk membantu meredakan nyeri Tujuan: setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan 1. Meningkatkan tindakan keperawatan, kepada klien dan pengetahuan klien pemenuhan nutrisi adekuat keluarga tentang tentang penyebab dengan kriteria hasil: penyebab mual / muntah masalah serta 1. Klien menyebutkan serta tindakan yang akan mendorong klien penyebab mual/muntah dilakukan agar lebih kooperatif



2. Klien mengatakan 2. Berikan makanan terhadap tindakan mual/muntah berkurang dengan porsi sedikit tapi yang akan dilakukan 3. Tidak terjadi penurunan berat sering 2. Untuk menurunkan badan yang berarti 3. Lakukan oral hygiene frekuensi mual 4. Klien menunjukkan pada pasien bila perlu 3. Mulut yang bersih kemajuan mencapai berat 4. Kolaborasi dengan ahli meningkatkan nafsu badan ideal gizi / diet tentang makan pemberian diet rendah 4. Pembatasan lemak lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan berguna dalam mencegah kekambuhan



DAFTAR PUSTAKA Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA. Marylin E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC



Faktor utama dalam patogenesis dari cholangitis akut adalah obstruksi saluran bilier, peningkatan tekanan intraluminal, dan infeksi saluran empedu. Saluran bilier yang terkolonisasi oleh bakteri namun tidak mengalami pada umumnya tidak akan menimbulkan cholangitis. Saat ini dipercaya bahwa obstruksi saluran bilier menurunkan pertahanan antibakteri dari inang. Walaupun mekanisme sejatinya masih belum jelas, dipercaya bahwa bakteria memperoleh akses menuju saluran bilier secara retrograd melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta. Sebagai hasilnya, infeksi akan naik menuju ductus hepaticus, menimbulkan infeksi yang serius. Peningkatan tekanan bilier akan mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier, vena hepatica, dan saluran limfatik perihepatik, yang akan menimbulkan bacteriemia (25%-40%). Infeksi dapat bersifat supuratif pada saluran bilier. Saluran bilier pada keadaan normal bersifat steril. Keberadaan batu pada kandung empedu



(cholecystolithiasis)



atau



pada



ductus



choledochus



(choledocholithiasis)



meningkatkan insidensi bactibilia. Organisme paling umum yang dapat diisolasi dalam empedu adalah Escherischia coli (27%), Spesies Klebsiella (16%), Spesies Enterococcus (15%), Spesies Streptococcus (8%), Spesies Enterobacter (7%), dan spesies Pseudomonas aeruginosa (7%). Organisme yang ditemukan pada kultur darah sama dengan yang ditemukan dalam empedu. Patogen tersering yang dapat diisolasi dalam kultur darah adalah E coli (59%), spesies Klebsiella (16%), Pseudomonas aeruginosa (5%) dan spesies Enterococcus (4%). Sebagai tambahan, infeksi polimikrobial sering ditemukan pada kultur empedu (30-87%) namun lebih jarang terdapat pada kultur darah (6-16%). Saluran empedu hepatik bersifat steril, dan empedu pada saluran empedu tetap steril karena terdapat aliran empedu yang kontinu dan keberadaan substansi antibakteri seberti immunoglobulin. Hambatan mekanik terhadap aliran empedu memfasilitasi kontaminasi bakteri. Kontaminasi bakteri dari saluran bilier saja tidak menimbulkan cholangitis secara klinis; kombinasi dari kontaminasi bakteri signifikan dan obstruksi bilier diperlukan bagi terbentuknya cholangitis.



Tekanan bilier normal berkisar antara 7 sampai 14 cm. Pada keadaan bactibilia dan tekanan bilier yang normal, darah vena hepatica dan nodus limfatikus perihepatik bersifat steril, namun apabila terdapat obstruksi parsial atau total, tekanan intrabilier akan meningkat sampai 18-29 cm H2O, dan organisme akan muncul secara cepat pada darah dan limfa. Demam dan menggigil yang timbul pada cholangitis merupakan hasil dari bacteremia



sistemik



yang



ditimbulkan



oleh



refluks



cholangiovenososus



dan



cholangiolimfatik. Penyebab tersering dari obstruksi bilier adalah choledocholithiasis, striktur jinak, striktur anastomosis bilier-enterik, dan cholangiocarcinoma atau karsinoma periampuler. Sebelum tahun 1980-an batu choledocholithiasis merupakan 80% penyebab kasus cholangitis yang tercatat.