Club Foot [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CONGENITAL TALIPES EQUINOVASRUS (CTEV) MAKALAH



OLEH : FITRIANI ASWAD 2010306016



PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKART 2021



HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH PROSES FISIOTERAPI PADA CONGENITAL TALIPES EQUINOVASRUS (CTEV) Disusun Oleh: FITRIANI ASWAD 2010306016 Untuk Memenuhi Tugas Profesi Fisioterapi pada Stase Pediatri Program Studi Profesi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Tanggal : 16 Oktober 2021



Clinical Edukator Stase Pediatri



Kuslum Nur Hidayat, S. Ftr. FTr.



ii



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada Stase Integumen yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV)”. Tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas profesi pada Stase Pediatri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.



Yogyakarta, Oktober 2021



Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................



I



KATA PENGANTAR......................................................................................



II



DAFTAR ISI ...................................................................................................



III



BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV).............................



1



B. Etiologi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV).............................



1



C. Patofisiologi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV).....................



3



D. Tanda dan Gejala Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV)..............



6



BAB II PROSES FISIOTERAPI A. Assesment Fisioterapi...........................................................................



8



B. Diagnosis Fisioterapi............................................................................



11



C. Rencana Intervensi................................................................................



11



D. Intervensi...............................................................................................



11



E. Evaluasi.................................................................................................



19



BAB III PENUTUP A. Implikasi Klinis.................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



iv



20



1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV) Talipes equinovarus (clubfoot) berasal dari kata Latin yaitu talus berarti pergelangan kaki (ankle), pes berarti kaki, equinus berarti fleksi plantaris (horselike), dan varus berarti terbalik dan adduksi. Literatur medis untuk talipes equinovarus diperkenalkan pertama kali oleh Hippocrates pada 400 SM, yang menyadari bahwa clubfoot dapat terjadi kongenital dan bermanifestasi defek yang terisolasi saat lahir tanpa adanya malformasi pada organ lain (80% kasus) sehingga mencetuskan konsep istilah congenital talipes equino-varus (CTEV) idiopatik (Richardo, 2020). Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) yang juga dikenal sebagai “clubfoot” adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminologi “sindromik” bila kasus ini ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun atrofi muskular spinal. Bentuk yang paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik, pada bentuk ini ekstremitas superior dalam keadaan normal (Cahyono, 2012). B. Etiologi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV) CTEV tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi banyak teori mengenai etiologi CTEV, antara lain faktor mekanik intrauterin bahwa kaki bayi ditahan pada posisi equinovarus karena kompresi eksterna uterus. Selain itu CTEV



2 dikarenakan adanya defek neuromuskular, tetapi banyak penelitian menyebutkan bahwa tidak ditemukan adanya kelainan histologis dan elektromiografik. Pada penelitian Irani dan Sherman menyebutkan bahwa pada kasus CTEV leher dari talus selalu pendek, diikuti rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar. Mereka mengemukakan hipotesis bahwa hal tersebut dikarenakan defek dari plasma sel primer (Fadila et al, 2017). Terdapat beberapa faktor yang telah disepakati sebagai penyebab terjadinya CTEV, yaitu faktor mekanik intrauterin, defek neuromuskular, defek plasma primer, perkembangan fetus yang terhambat, dan pola pewarisan poligenik. Berdasarkan teori Hippocrates, CTEV disebabkan oleh adanya kompresi dalam uterus (faktor mekanik) sehingga posisi kaki menjadi equinovarus. Parker dan Browne menjelaskan bahwa adanya kondisi lain dalam uterus seperti oligohidramnion dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan fetus. Beberapa penelitian menyatakan bahwa CTEV merupakan hasil defek neuromuskular, namun penelitian lain menunjukkan tidak adanya gambaran abnormalitas pada penemuan histologik neuromuskular. Irani dan Sherman melakukan diseksi 11 kaki pasien equinovarus dan 14 kaki normal dan menyatakan tidak terdapat abnormalitas primer pada saraf, pembuluh darah, tendon, dan tempat insersi otot-otot namun secara konstan abnormalitas ditemukan pada bagian anterior talus. Talus yang undersized dan bagian anteriornya berotasi ke arah medial. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa deformitas mungkin berasal dari defek germ plasma primer (Manisha, 2017). Terdapat dua dasar pengaruh perkembangan fetus yaitu lingkungan intrauterin dan pengatuh lingkungan. Pada tahun 1863, Heuter dan Von Volkman mengusulkan teori bahwa kehidupan embrionik awal yang terhambat



3 ialah penyebab abnormalitas perkembangan fetus dan menyebabkan CTEV. Pengaruh lingkungan dalam hal ini pengaruh buruk akibat agen-agen teratogenik pada lingkungan fetus dan selama perkembangan fetus telah dijelaskan memiliki efek yang buruk seperti rubela dan thalidomide. Banyak peneliti percaya bahwa CTEV dan keterhambatan perkembangan terjadi akibat berbagai faktor-faktor lingkungan. Honein et al melaporkan bahwa paparan rokok berhubungan dengan faktor kausa penyebab CTEV terlebih khusus pada periode antenatal. Pada pola pewarisan poligenik, CTEV cenderung bersifat familial. Penelitian oleh Davis mendukung teori poligenik ini dan menunjukkan adanya pola pewarisan dari satu keturunan ke keturunan selanjutnya. Sekitar 2,9% saudara kandung per 1-2 juta penduduk memiliki deformitas yang sama, dan memiliki risiko 25 kali untuk dialami oleh saudara kandung selanjutnya juga (Richardo, 2020). C. Patofisiologi Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV) Inisiasi limb bud embrio dimulai dengan terjadinya ekspresi gen homeobox (Hox) pada sel-sel mesoderm paraksial primitif yang dikontrol dari sinyaling faktor pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth factor/FGF). Adanya ekspresi T-box transcription factor (Tbx4) nantinya akan menentukan pembentukan ekstremitas bagian bawah dari lateral plate mesoderm yaitu jaringan-jaringan ikat ekstremitas, seperti kartilago, tulang, tendon, dan otototot jaringan ikat. Ekspresi Tbx4 dalam membentuk area kaki diatur oleh homeodomain containing transcription factor Pitx1 yang bekerja bersama dengan faktor transkrpsi Pitx2. Pitx1 diekspresikan pada lateral plate mesoderm di regio posterior tubuh dan merupakan penentu utama identitas kaki belakang (hindlimb) (Basit, 2018).



4 Ekspresi limb-homeodomain containning transcription factor, Islet1, pada region yang sama di lateral plate mesoderm juga memiliki peranan penting untuk Tbx4 melakukan ekspresi dan formasi hindlimb bud. Gen-gen tersebut secara khusus diekspresikan untuk membentuk kaki. Bila terdapat defek genetik pada komponen apapun dalam gen-gen serta jalurnya maka akan menghasilkan defek pada ekstremitas (Basit, 2018). D. Tanda dan Gejala Congenital Talipes Equinovasrus (CTEV) Pada anamnesis, perlu diketahui riwayat perinatal dan riwayat dalam keluarga. Riwayat mengenai malpresentasi intrauterin berkaitan dengan adanya faktor mekanik yang memengaruhi mobilitas fetus seperti presentasi sungsang, oligohidramnion selama kehamilan dapat dihubungkan dengan artrogriposis, malformasi uterin atau fibroid uterus, serta gestasi multipel (Amihood, 2020). Pada



pemeriksaan



fisik



ditemukan



kaki



belakang



membentuk



equinovarus dengan adanya adduksi kaki depan dan adanya cavus. Perlu diperhatikan bila adanya lipatan yang dalam pada bagian posterior dan bagian medial karena berhubungan dengan tingkat keparahan deformitas. Bisa terdapat adanya atrofi betis (calf) pada bagian ipsilateral, bersamaan dengan pemendekan tendon Achilles dan rotasi internal pada tibia. Hal ini mungkin tidak dapat terlihat saat lahir namun akan lebih nampak seiring bertumbuhnya pasien (Foster, 2007).



5



BAB II PROSES FISIOTERAPI Diambil dari journal case report : Neha Mishra. 2017. Congenital Talipes Equinovarus: A Case Study,VIMS Journal of Physiotherapy Case Reports. 2(1): 58-62 A. Assesment 1. Keterangan umum penderita Nama



: An. Y



Umur



: 1,5 th



Jenis Kelamin



: Perempuan



2. Data data medis rumah sakit Diagnosis : Congenital Talipes Equino Varus 3. Pemeriksaan subyektif a. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas yang dapat dengan mudah dilakukan oleh anak-anak seusianya dan salah satunya adalah kesulitan dalam berdiri dan berjalan. Hasil investigasi pasien menderita cerebral palsy. Semua aktivitas motorik kasarnya dicapai dengan terlambat, kira-kira. sebelum bulan ke 8 sampai 1 tahun. b. Riwayat keluarga dan status sosial Pasien di rumah sakit dengan persalinan normal cukup bulan, menangis segera setelah melahirkan dan dirawat di rumah sakit pada usia 10 bulan karena peningkatan jumlah WBC-nya.



6



4. Physical Assesment Pada pemeriksaan, anak cenderung plantarflex pergelangan kakinya secara bilateral. Ketika berdiri dengan penyangga, jari-jari kakinya meringkuk mengindikasikan kelemahan otot intrinsik kaki. Beban tumpuan lebih pada medial kaki. Saat berdiri, panggul kanannya jatuh. Hal ini disebabkan lutut kirinya sedikit plantarflexed dan lutut kanan hiperekstensi. Hasil Foot Deformity index dimana tinggi dan kongruensi lengkung medial rata dan melakukan kontak langsung dengan tanah. Pembalikan / Eversi kalsaneum diambil, di mana, diamati bahwa kaki dibalik (valgus lebih dari 5 derajat) terlihat. Indeks lengkung diambil untuk memeriksa perkembangan dari lengkungan dimana nilai kaki kanan adalah 10,2 mm dan 10,9 mm, yang menunjukkan kaki datar bilateral dengan kaki kiri lebih terpengaruh daripada kaki kanan. Pasien berjalan dengan bantuan alat bantu jalan. Ditemukan bahwa berat badannya lebih banyak pada tungkai kanan bawah yang menyebabkan hiperekstensi lutut pada fase berdiri. Ketika dia meletakkan kaki kirinya di depan, serangan tumit ditemukan tidak ada dan dia langsung melangkahkan kaki rata dengan bantalan beban medial dan jari kaki melengkung. Pada gerakan pasif, tendoachilles terlihat kencang secara bilateral.



7



Pes Plenus



Calcaneum inversion with medial wight bearing



Showing CTEV and left knee flexed



8



B. Diagnosis 1.



1. Body Structure & Body Function Plantarflex pergelangan kaki bilateral Weakness intrinsic muscles pada kaki Tumpuan beban lebih berat pada aspek medial kaki Asimetris panggul kanan lebih rendah Lutut kirinya sedikit plantarflexed dan lutut kanan hiperekstensi Hiperekstensi lutut pada fase berdiri Tighness tendon achilles bilateral



2. Functional Limitation Keterbatasan melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga. 3. Disability/Participation restriction Kesulitan saat bermain aktif bersama teman temannya C. Planing Tujuan jangka pendek : Memperbaiki deformitas pada pergelangan kaki, sehingga pergelangan kaki mengambil posisi plantigrade. Tujuan jangka panjang : - Menjaga koreksi pergelangan kaki dan menindaklanjuti koreksi yang dijaga agar anak dapat berjalan mandiri atau setidaknya dengan bantuan alat bantu. Jika memungkinkan, tindak lanjut lebih lanjut untuk menghindari kekambuhan. - Tercapainya kemandirian ADL dan meningkatkan QOL. D. Intervansi 1. Education pada orang tua. 2. Rhythmic and repeated gentle manipulation dan bracing Sebelum memulai prosedur, tungkai bawah difleksikan ke 90 0 pada sendi lutut, untuk mencegah kerusakan pada ujung bawah epifisis tibialis dan fibula, dan sendi lutut. Setelah itu, jaringan lunak kaki kanan diregangkan secara pasif - kaki depan melengkung sedemikian rupa sehingga menjauh dari tumit ipsilateral, yaitu abduksi kaki depan. Kemudian, dalam upaya untuk mengoreksi kaki yang terbalik, kaki diputar sedemikian rupa sehingga solnya menghadap ke luar secara eversi.



9



Untuk mengoreksi equinus; tumit ditangkupkan dengan tangan kanan dari depan kaki dan tekanan ke atas diterapkan untuk membawa kaki depan ke atas. Seluruh prosedur ini membuat pergelangan kaki menjadi dorsofleksi. Masing-masing manipulasi ini berlangsung selama 2 menit dan seluruh prosedur diulangi 4 kali. Prosedur yang sama diulangi untuk kaki bilateral. 3. Tendon achilles stretching 4. Rigid Taping Teknik taping memberikan dukungan pada lengkungan arkus. Hal ini juga meningkatkan kekuatan dalam kombinasi untuk memberikan stabilitas selama latihan olahraga. Tape non-elastis mempengaruhi panjang serat otot dan ketegangan panjang otot menyebabkan perubahan yang tumpang tindih pada lengkungan kaki. Akibatnya, aktin dan filamen miosin meningkatkan ikatan silang. Penggunaan



tapping



untung



mensuport



arkus



pada



kaki.



Prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Anchor ditempelkan pada bagian ball of the foot (tumit). Anchor satunya dihubungkan di bagian atas kaki dari bawah. Tapping ini digunakan untuk memasang pada lengkungan arkus. b. Strip ditempatkan dari bola jempol kaki di sekitar tumit dan dipasang ke bagian belakang di titik tengah jangkar strip. Ini diulangi 2-3 kali. c. Kemudian, strip dari bagian depan kelingking di sekitar tumit dan ditempelkan ke bagian belakang jangkar strip. Prosedur ini diulangi lagi 2-3 kali. d. Strip penutup kemudian diaplikasikan. Ini dilakukan dengan tumpang tindih strip di bagian bawah kaki. Ini dimulai dari bola dan dilanjutkan sampai ke tengah kaki. e. Strip finishing kemudian diaplikasikan di sisi kaki. Ini dimulai dari atas



strip anchor dan dililitkan di sekitar tumit hingga selesai di



bagian atas sisi lain kaki.



10



5. Strengthening-Intrinsic muscles of foot Untuk tujuan penguatan, anak tersebut diminta untuk berdiri di kotak pasir dengan penyangga selama 10 menit. Juga, latihan spike ball telah ditentukan. Di sini anak dibuat untuk berdiri dengan penyangga dan bola paku ditempatkan di bawah daerah kaki. Anak itu diminta untuk menekan bola spike dan menggulungnya ke depan dan ke belakang dengan bantuan terapis. Latihan dilakukan sebanyak 15-20 repetisi per sesi. E. Evaluasi Fisioterapi melakukan evaluasi dari hasil sebelum dan sesudah intervensi dan mengevalusi keefektifan dari intervensi yang diberikan agar memperbaiki deformitas pada kaki, menjaga koreksi pergelangan kaki dan menindaklanjuti koreksi yang dijaga agar anak dapat berjalan mandiri atau setidaknya dengan bantuan alat bantu sehingga tercapainya kemandirian ADL dan kualitas hidup pasien lebih baik.



F. Edukasi Memberikan edukasi pada orang tua



mengenai kerja sama,



konsistensi dan kepatuhannya terhadap pengobatan, dan kelainan bentuk yang akan diperbaiki. Orang tua diberikan pemahaman mengenai kondisi tersebut dan koreksi harus dilakukan secara bertahap terus menerus dijaga tindak lanjutnya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.



11



BAB III PENUTUP A. Implikasi Klinis Congenital talipes equino varus (CTEV), juga dikenal sebagai clubfoot kongenital adalah salah satu kelainan perkembangan umum yang terjadi pada sendi pergelangan kaki, subtaloid, dan metatarsal. Tiga elemen terdiri dari deformitas-inversi kaki ini, adduksi kaki depan relatif terhadap kaki belakang dan ekuinus.. Gejala pada penyakit ini berupa deformitas pada kaki ditandai dengan kesulitan melakukan aktivitas seperti berdiri dan berjalan, selain itu pada pemeriksaan fisik ditemukan kaki belakang membentuk equinovarus dengan adanya adduksi kaki depan dan adanya cavus. Intervensi yang dapat diberikan pada kasus ini adalah program intervensi untuk menjaga koreksi pergelangan kaki dan menindaklanjuti koreksi yang dijaga agar anak dapat berjalan mandiri atau setidaknya dengan bantuan alat bantu sehingga ercapainya kemandirian ADL dan meningkatkan QOL.



12



DAFTAR PUSTAKA Amihood S, Idit M, Ehud B, Feldman BH, Chana V, Shay BS, et al. Prenatal clubfoot increases the risk for clinically significant chromosomal microarray results – analysis of 269 singleton pregnancies. Early Hum Dev. 2020;145: 105047. DOI:10.1016/j.earlhumdev.20 20.105047 Basit S, Khoshhal KI. Genetics of clubfoot; recent progress and future perspectives. Eur J Med Genet. 2018;61(2):107-13. DOI:10.1016/j.ejmg.2017.09.006 Foster A, Davis N. congenital talipes equinovarus (clubfoot). Surgery (Oxford). 2007;25(4):171-5. DOI:10.1016/j.mpsur.2007.04.001 Manisha R, Priyanka K. Congenital clubfoot: a comprehensive review. Ortho & Rheum Open Access. 2017;8(1):1-5, 555728. DOI:10.19080/OROAJ.2017.08.555728 Neha Mishra. 2017. Congenital Talipes Equinovarus: A Case Study,VIMS Journal of Physiotherapy Case Reports. 2(1): 58-62 Purnomo. 2019. Pengaruh Terapi Latihan Dan Pemasangan Bandage Pada Congenital Talipes Equino Varus Bilateral Di Ypac Semarang : Laporan Kasus, Journal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR). Vol. 3, No. 2, Tahun 2019, ISSN 2548-8716 Richardo. 2020. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV), e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 211-221