CML Adit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN LEUKEMIA DI RUANG RAJAWALI 3B RSUP DR. KARIADI SEMARANG



Disusun Oleh : Aditya Tri Nugroho (G3A018026)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dalam kehidupan adalah hal mutlak yang selalu diharapkan oleh manusia, karena semua kegiatan atau rutinitas manusia dapat berjalan dengan lancar apabila rohani dan jasmaninya sehat. Hidup sehat dengan mengatur pola makan, memakan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan berolah raga mampu menghindarkan dari berbagai penyakit. Namun adakalanya penyakit datang tanpa kita sadari dan terkadang tanpa kita rasakan, salah satunya adalah penyakit di dalam tubuh manusia. Leukemia atau kanker darah yang sangat berbahaya memiliki gejala umum seperti penyakit ringan ternyata dapat diketahu itanpa sengaja dalam ”general check up”. Leukemia terjadi karena penyakit kanker yang menyerang sel-seldarah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow) sehingga sel darah putih memproduksi sel yang abnormal menjadi sel leukemia. Berbahaya karena produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya. Para ahli kedokteran sampai saat ini masih meraba penyebab terjadinya penyakit tersebut karena banyak faktor penyebab namun belum ada yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyaki leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, dapat diambil sebagai rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian Leukemia? 2. Apa penyebab Leukemia? 3. Bagaimana penatalaksanaan Leukemia? 4. Bagaimana asuhan keperawatan Leukemia?



C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Intruksional Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan leukemia dengan kecemasan pada Tn.M di Ruang Rajawali 3B RSUP dr. Kariadi Semarang 2. Tujuan Intruksional Khusus a. Mahasiswa mampu melaporkan konsep dasar tentang penyakit leukemia b. Mahasiswa mampu menjabarkan diagnosa keperawatan c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan d. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi keperawatan e. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa keperawatan ansietas 3. Metode Penulisan Pada metode penulisan makalah ini saya mengumpulkan referensi yang relevan dari perpustakaan, dan mencari referensi yang relevan dari internet. 4. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang penting, diantaranya yaitu; BAB I



: Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan



Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II



: Konsep Dasar yang berisi Definisi dari leukemia, etiologi leukemia,



patofisiologi leukemia, manifestasi klinik leukemia, penatalaksanaan leukemia, konsep



leukemia:



pengkajian



fokus,



pathways



keperawatan,



diagnosa



keperawatan, fokus intervensi. BAB III



: Resume Askep yang berisi pengkajian fokus, diagnosa keperawatan,



fokus intervensi. BAB IV



: Aplikasi jurnal EBN



BAB V



: Pembahasan



BAB V



: Kesimpulan dan Saran.



BAB II TINJAUAN TEORI A.      PENGERTIAN



A. Definisi CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit (Atul & Victor, 2005). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia



(CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006).



Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007). A. Definisi CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai



dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit (Atul & Victor, 2005). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML



termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006). Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami



transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007). A. Definisi CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit



(Atul & Victor, 2005). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk



leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006). Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik



dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007). A. Definisi CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit (Atul & Victor, 2005). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia



(CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006).



Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007). A. Definisi CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai



dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit (Atul & Victor, 2005). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML



termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006). Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami



transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and Hall, 2007). Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML



termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006) Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahan-



lahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made, 2006)



Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam



sumsum tulang limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukimia adalah poliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi poliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematolgis, seperti meningis traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. Bentuk kronis dari penyakit ini adalah leukimia mielogen kronis (CML). Leukimia mielogen kronis adalah salah satu penyakit mieloid sel darah putih dan hal ini di kaitkan dengan munculnya kromosom filadelfia abnormal pada hampir 90% kasus.



Cronic myeloid leukimia disebut juga sebagai chronik granulocytic leukimia adalah gangguan myeloproliferasi yang di tandai oleh peningkatan poliferasi dari granulosit tanpa menghilangnya kemampuan granulosit untuk berdiferasi. B.       ANATOMI FISIOLOGI Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa  terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah. Fungsi darah terdiri atas: 1) Sebagai alat pengangkut 2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun  yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun 3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh Bagian-bagian darah: 1.   Air                :  91% 2.   Protein          :  8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen) 3.   Mineral         :  0,9%



(Natrium



Klorida,



Natrium



Bikarbonat,



Garam,



Posphatt,



Magnesium dan Asam Amino Darah terdiri dari 2 bagian yaitu: 1)      Sel darah ada 3 macam yaitu:        a.       Eritrosit (sel darah merah)        b.      Leukosit (sel darah putih)        c.       Trombosit (sel pembeku darah) 2)     Plasma darah a. Eritrosit Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2. Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru.



Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hamahama penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu. b. Leukosit Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000 Fungsinya: -



Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit  / bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.



-



Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh darah.



Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit



penyakit



tersebut.



Jika



jumlah



leukosit



dalam



darah



melebihi



10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia. Macam-macam leukosit meliputi: 1. Agranulosit Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari: a. Limfosit Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh. b. Monosit



Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%. Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda. 2. Granulosit Disebut juga leukosit granular terdiri dari: a. Neutrofil Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%. b. Eosinofil Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4% c. Basofil Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui d. Trombosit Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3. Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh medapat luka. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.



Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah: 1.      Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah. 2.      Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil 3.      Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh 4.      Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin) 5.      Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh 6.      Anti bodi / anti toksin (Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70) C.      ETIOLOGI CML lebih sering terjadi pada orang dewasa. Menurut berbagai literatur dan berbagai sumber dari para ahli, Tidak ada bukti klinis yang jelas tentang penyebab utama penyakit CML. Akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia yaitu: 1.



Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (tcell leukimia-lymphoma virus/ HTLV)



2.



Radiasi lonisasi: lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya



3.



Terpapar zat-zat kimiawai seperti benzen, arzen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik



4.



Obat-obatan immunosupresif, obat karsinogenik seperti diethystilbestrol



5.



Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot



6.



Kelainan kromosom



D.      PATOFISIOLOGI Adanya proliferasi myoblast sehingga myoblast bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal di gantikan dengan myoblast. Dengan adanya myoblast akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan yang mempengaruhui eritrosit, leukosit, faktor pembekuan, dan akan terjadi infiltrasi ekstra modular dan ssp serta akan mempengaruhui metabolisme sehingga sel akan kekuranagan makanan. Pada orang normal, tubuh mempunyai tiga jenis sel darah yang matur. 1.



Eritrosit, yang berfungsi untuk melawan infeksi  dan sebagai pertahanan tubuh



2.



Leukosit, yang berfungsi untuk melawan infeksi  dan sebagai pertahanan tubuh



3.



Trombosit yang berfungsi unutuk mengontrol faktor pembekuan didalam darah Sel-sel darah yang belum menjadi matur (matang) di sebut sel-sel induk (stem cell) dan



blast. Kebanyakan sel-sel darah menjadi dewasa di dalam sumsum tulang dan kemudian bergerak ke dalam pembuluh-pembuluh darah dan jantung di sebut peripheral blood (Sherwood, 2001). Tetapi pada orang dewasa di dalam sumsum tulang dan kemudian bergerak ke dalam pembuluh darah dan jantung di sebut peripheral blood (Sherwood, 2001). Tetapi pada orang dengan chronikmyelogenous leukimia (CML), proses terbentuknya sel darah terutama sel dara putih di sumsum tulang mengalami kelainan atau mutasi. Hal ini disebut kromosom 9 dan kromosom 22 (Hoffbrand, 2005) E.      KLASIFIKASI CML sering di bagi menjadi tiga fase berdasarkan krakteristik klinis dan hasil laboratorium. CML di mulai dengan fase kronik, dan setelah beberapa tahun berkembang menjadi akselarasi dan kemudian menjadi fase krisis blast. Krisis blast adalah tingkatan akhir dari CML, mirip seperti leukimia akut. 1.



Fase kronis 85% pasien dengan CML berada pada tahapan fase kronik pada saat mereka di diagnosa dengan CML. Selama fase ini, pasien selalu tidak mengeluhkan gejala atau hanya ada gejala ringan seperti cepat lelah dan perut terasa penuh. Lamanya fase kronis bervariasi dan tergantung seberapa dini penyakit tersebut telah di diagnosa dan terapai yang di gunakan pada saat itu juga. Tanpa adanya pengobatan yang adekuat, penyakit dapat berkembang menuju kefase akselerasi.



2.



Fase akselerasi Pada fase akselerasi hitung leukosit menjadi sulit di kendalikan dan abnormalitas sitogenik tambahan mungkin timbul. Kriteria diagnosa di mana fase kronik berubah menjadi tahapan fase akselerasi bervariasi. Kriteria yang banyak di gunakan adalah kriteria yang di guanakan di MD Anderson Cancer Center dan kriteria dari WHO.



3.



Krisis blast Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan gejalanya mirip seperti leukimia akut, dengan progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu yang pendek. Krisis blast di diagnosa apabila ada tanda-tanda sebagai berikut pada pasien CML: a.



≥ 20% myeloblasts atau lymphoblasts di dalam darah atau sumsum tulang



b.



Sekelompok besar dari sel blast pada biopsi sumsum tulang



c.



Perkembangan dari cloroma



F.      MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis CML, menurut I Made (2006) dan Victor et al.,(2005) tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut, yaitu : 1. Fase kronik terdiri atas : a. Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia, berkeringat pada malam hari. b. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif. c. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan. d. Gejala gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah. e. Gangguan penglihatan dan priapismus. f. Anemia pada fase awal sering tetapi hanya ringan dengan gambaran pucat, dispneu dan takikardi. g. Kadang-kadang asimtomatik, ditemukan secara kebetulan pada saat check up atau pemeriksaan untuk penyakit lain. 2. Fase transformasi akut terdiri atas : Perubahan terjadi perlahan-lahan dengan prodormal selama 6 bulan, di sebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru, antara lain : demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respons terhadap dan



kemoterapi



menurun,



lekositosis



meningkat



trombosit menurun (trombosit menjadi abnormal sehingga timbul perdarahan di



berbagai tempat, antara lain epistaksis, menorhagia). Fase Blast (Krisis Blast) : Pada sekitar 1/3 penderita, perubahan terjadi secara mendadak, tanpa didahului masa prodormal keadaan ini disebut krisis blastik (blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1-2 bulan. G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.



Pemeriksaan darah tepi Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya pensitopenia limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.



2.



Kimia darah



3.



Sumsum tulang



4.



Biopsi limfe



Memperlihatakan poliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesak seperti limfosit normal. RES-cairan sereblospinalis terdapat peninggian jumlahsel patologis dan protein. 5.



Sitogenik Menunjukan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom philadelpia atau PHI



H.         KOMPLIKASI 1. Perdarahan Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah ditandai  dengan: a. Memar (ekimosis) b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan 2.       Infeksi Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat netropenia dan disfungsi imun. 3.



Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.



4.



Anemia



5.



Masalah gastrointestinal. a.       mual b.      muntah c.       anoreksia d.      diare e.       lesi mukosa mulut



I.  PENATALAKSAAN MEDIS 1.



Medikamentosa Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu : a. Fase Kronik 1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm. Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi



50.000/mm. Efek samping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut (I Made, 2006). 2) Hydroxiurea Bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna. Mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup (Victor et al.,2005). Dosis mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.00015.000/mm.Efek samping lebih sedikit (I Made, 2006). 3) Interferon α Dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat menunda onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor, 2005). IFN-α biasanya digunakan bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea. IFN-α



merupakan terapi



Mielositik



(CML)



yang



pilihan terlalu



bagi tua



kebanyakan untuk



penderita leukemia



transplantasi sumsum tulang



(BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok. Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta IU/d subkutan (Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah leukosit tetap rendah. Hampir semua pasien menderita gejala penyakit ”mirip flu” pada beberapa hari pertama pengobatan. Komplikasi yang lebih serius berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia. Sebagian kecil pasien (sekitar 15%) mungkin mencapai remisi jangka panjang dengan hilangnya kromosom Ph pada analisis sitogenik walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui PCR. (Victor et al.,2005).



4) STI571 Atau mesylate imatinib (Gleevec) merupakan obat yang sedang diteliti dalam percobaan klinis dan tampaknya memberikan hasil yang menjanjikan. Zat STI 57I adalah suatu inhibitor spesifik terhadap protein ABL yaitu tiroksin kinase sehingga dapat menekan proliferasi jumlah



darah



seri



myeloid.



Gleevec



mengontrol



dan menyebabkan sumsum tulang menjadi Ph negative pada



sebagian besar kasus. Obat ini mungkin menjadi lini pertama pada CML, baik digunakan sendiri atau bersama dengan interferon atau obat lain (Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al.,2005; I Made, 2006)



5) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005). b. Fase Akselerasi dan Fase Blast Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama seperti leukemia akut, AML atau ALL, dengan penambahan STI57I (Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah memasuki kedua fase ini, sebagian besar pengobatan yang



dilakukan



tidak



dapat



menyembuhkan



hanya



dapat



memperlambat



perkembangan penyakit. (Atul & Victor, 2005; I Made, 2006). 2.



Non-Medikamentosa a.



Radiasi Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk menghilangkan gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor, 2005)



PATHWAY LEUKEMIA



ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. Pengkajian keperawatan 1.



Pengumpulan Data



Pengumpulan data adalah pengumppulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah masalah serta kebutuhan kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, biasanya penderita Cronik Mielositik Leukimia (CML) lebih sering  ditemukan pada anak anak(82%) dari usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada laki laki dari pada wanita. b.  Keluhan utama Pada umumnya pasien dengan CML akan mengeluh adanya gejala gejala spesifik seperti panas, nyeri, mengeluh lemah dan adanya perdarahan. c. Riwayat penyakit dahulu 1) Antenatal 2) Natal 3) Post natal d. Riwayat penyakit keluarga Kemungkinan keluarga ada yang menderita penyakit leukimia, anemia dan lain lain yang berkenaan dengan hematologi. e. Riwayat penyakit sekarang Pasien dengan CML biasanya diawali dengan adanya tanda tanda seperti pucat yang disertai panas mendadak, perdarahan (epistalesis, perdarahan gusi). 2.



Pemeriksaan a. Umum Meliputi keadaan umum penderita,status kesehatan umum, kesadaran, tinggui badan, berat badan, suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan penderita. b. Fisik Wajah         = pucat Mata           = konjungtiva anemis, perdarahan retina, pupil edema Hidung       = epitaksi Mulut         = gusi berdarah, bibir pucat, hipertrofi gusi, stomatitis Leher          = pembesaran kelenjar getah bening, faringiti Dada          = nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura Abdomen   = hepatomegali, splenomegali, limfodenopati Keletal       = nyeri tulang dada dan sendi Integumen  = purpura, chimosis, ptekie, mudah menat



c. Laboratorium 1) Pemeriksaan darah tepi Berdasarkan kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya pansitipenia, limfositosis, yang menyebabkan darah tepi menurun dan terdapat sel blast 2) Kimia darah Kolesterol kemungkinan rendah, asam urat meningkat 3) Pemeriksaan sumsum tulang Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel 1 limfopoetik patologis, sedangkan system lain terdesak 4) Biopsi limfa Memperlihatkan poliferasi sel leukimia dan sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak 5) Cairan serebrospinal Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein 6) Sitogenik Menunjukan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom philadelphia) kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul resiko infeksi sehubungan dengan ketidak efektifan sistem imun 3.



Aktifitas Kehidupan Sehari hari a.



Persepsi dan tatalaksana hidup sehat Bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit CML terutama tentang pemeliharaan kesehatannya.



b. Nutrisi Adakah penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan c. Eliminasi Apakah terjadi konstipasi dan diare d. Aktifitas Apakah ada keluhan lemas, lelah, nyeri sendi e. Istirahat Sering tidur f. Personal Hygiene Terganggu  B. DIAGNOSA KEPERAWATAN



a.



Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh



b.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia



c.



Resiko terhadap cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit



d.



Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah



e.



Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis berhubungan dengan efek samping , agen kemoterapi



f.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis



g.



Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia



h.



Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.



i.



Ansietas berhubungan dengan krisis situasional



C. INTERVENSI KEPERAWATAN NO



DIAGNOSA



TUJUAN (NOC)



INTERVENSI (NIC)



KEPERAWATAN 1



Resiko infeksi



NOC :



NIC :



Definisi : Peningkatan 1. Immune Status



Infection Control (Kontrol



resiko



infeksi)



masuknya 2. Knowledge : Infection control



organisme patogen



3. Risk control



1. Bersihkan



Kriteria Hasil



lingkungan



setelah dipakai pasien lain



1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi gejala infeksi



3. Batasi



2. Mendeskripsikan penularan



proses



penyakit,



pengunjung



bila



perlu



factor 4. Instruksikan



pada



yang mempengaruhi penularan



pengunjung untuk mencuci



serta penatalaksanaannya



tangan saat berkunjung dan



3. Menunjukkan untuk



mencegah



kemampuan timbulnya



infeksi 4. Jumlah leukosit dalam batas normal



setelah



berkunjung



meninggalkan pasien 5. Gunakan antimikrobia



sabun untuk



cuci



tangan



5. Menunjukkan perilaku hidup 6. Cuci tangan setiap sebelum



sehat



dan



sesudah



tindakan



kperawtan 7. Gunakan



baju,



sarung



tangan



sebagai



alat



pelindung 8. Pertahankan



lingkungan



aseptik selama pemasangan alat 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai



dengan



petunjuk



umum 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 11. Tingktkan intake nutrisi 12. Berikan



terapi



antibiotik



bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor hitung granulosit, WBC 3. Monitor



kerentanan



terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung 5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular 6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 7. Pertahankan teknik isolasi k/p 8. Berikan perawatan kuliat



pada area epidema 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa



terhadap



kemerahan, panas, drainase 10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah 11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 12. Dorong masukan cairan 13. Dorong istirahat 14. Instruksikan pasien untuk minum



antibiotik



sesuai



pasien



dan



resep 15. Ajarkan



keluarga tanda dan gejala infeksi 16. Ajarkan cara menghindari infeksi 17. Laporkan



kecurigaan



infeksi 18. Laporkan kultur positif 2



Intoleransi aktivitas b/d



NOC :



NIC :



fatigue



1.  Energy conservation



Energy Management



2.  Self Care : ADLs



1. Observasi adanya



Kriteria Hasil :



pembatasan klien dalam



1.  Berpartisipasi dalam aktivitas



melakukan aktivitas



fisik



tanpa



disertai 2. Dorong anak untuk



peningkatan tekanan darah,



mengungkapkan perasaan



nadi dan RR.



terhadap keterbatasan



2. Mampu melakukan aktivitas 3. Kaji adanya factor yang sehari hari (ADLs) secara mandiri



menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat



5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6. Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Activity Therapy 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat



jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual 3



Resiko



terhadap NOC:



cedera/perdarahan



yang



NIC: Bleeding Precaution



1. Blood lose severity



berhubungan



dengan



2. Blood koagulation



penurunan



jumlah



Kriteria hasil:



trombosit



1. Tidak



1. Monitor ketat tanda perdarahan 2. Cata nilai Hb dan HT



ada



hematuria



dan



hematemesis 2. Kehilangan



terjadinya perdarahan darah



yang 3. Monitor nilai laborat



terlihat



(koagulasi) yang meliputi



3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Tidak



sebelum dan sesudah



PT/PTT, trombosit 4. Monitor TTV ortostik



ada



perdarahan 5. Pertahankan bed rest selama



pervagina



perdarahan aktif



5. Hemoglobin dan hematokrit 6. Kolaborasi dalam dalam batas normal 6. Plasma, PT/PTT dalam batas normal



pemberian produk darah (Platelet atau fresh frozen plasma) 7. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan 8. Hindari pemberian



antikoagulan dan aspirin 9. Anjurkan pasien meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung Vit K 10. Hindari terjadinya konstipasi 4



Defisit Volume Cairan



NOC:



NIC: Fluid management



1. Fluid balance



1. Timbang popok/pembalut



2. Hydration



jika diperlukan



3. Nutritional Status : Food and 2. Pertahankan catatan intake Fluid Intake



dan output yang akurat



Kriteria Hasil :



3. Monitor status hidrasi



1. Mempertahankan urine output



( kelembaban membran



sesuai dengan usia dan BB, BJ



mukosa, nadi adekuat,



urine normal, HT normal



tekanan darah ortostatik ),



2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 3. Tidak



ada



dehidrasi,



tanda



Elastisitas



jika diperlukan 4. Monitor vital sign



tanda 5. Monitor masukan turgor



kulit baik, membran mukosa



makanan / cairan dan hitung intake kalori harian



lembab, tidak ada rasa haus 6. Kolaborasikan pemberian yang berlebihan



cairan IV 7. Monitor status nutrisi 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 9. Dorong masukan oral 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan 12. Tawarkan snack ( jus buah,



buah segar ) 13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk 14. Atur kemungkinan tranfusi 5



Perubahan



membran Tujuan : pasien tidak mengalami 1. Inspeksi mulut setiap hari



mukosa



mulut



stomatitis berhubungan efek



: mukositis oral



untuk adanya ulkus oral



yang



2. Gunakan sikat gigi berbulu



dengan



lembut, aplikator berujung



samping



agen



kapas, atau jari yang dibalut



kemoterapi



kasa 3. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat 4. Gunakan pelembab bibir 5. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil 6. Berikan diet cair, lembut dan lunak 7. Inspeksi mulut setiap hari 8. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan 9. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesi 10. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan 11. Berikan analgetik



6



Ketidakseimbangan nutrisi



kurang



NOC : dari Nutritional Status : food and Fluid



NIC : Nutrition Management



kebutuhan



tubuh



b/d Intake



pembatasan cairan, diit, Kriteria Hasil : dan hilangnya protein



1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan



1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang



2. Berat badan ideal sesuai



dibutuhkan pasien.



dengan tinggi badan



3. Anjurkan pasien untuk



3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 8.  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan



berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor makanan kesukaan 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet



7



Nyeri



berhubungan NOC :



NIC :



dengan efek fisiologis 1. Pain Level



Pain Management



dari leukemia



1. Lakukan pengkajian nyeri



2. Pain control 3. Comfort level



secara komprehensif



Kriteria Hasil :



termasuk lokasi,



1. Mampu



mengontrol



nyeri



karakteristik, durasi,



(tahu penyebab nyeri, mampu



frekuensi, kualitas dan



menggunakan



tehnik



faktor presipitasi



nonfarmakologi



untuk 2. Observasi reaksi nonverbal



mengurangi



nyeri,



mencari



bantuan)



3. Gunakan teknik komunikasi



2. Melaporkan



bahwa



nyeri



berkurang



dengan



menggunakan



manajemen



nyeri 3. Mampu (skala,



terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Kaji kultur yang



mengenali intensitas,



nyeri



4. Menyatakan



rasa



mempengaruhi respon nyeri



frekuensi 5. Evaluasi pengalaman nyeri



dan tanda nyeri)



masa lampau nyaman 6. Evaluasi bersama pasien



setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital dalam rentang normal



dari ketidaknyamanan



dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri



(farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15. Tingkatkan istirahat 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic Administration 1. Tentukan



lokasi,



karakteristik, kualitas, dan derajat



nyeri



sebelum



pemberian obat 2. Cek instruksi dokter tentang jenis



obat,



dosis,



dan



frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Pilih



analgesik



yang



diperlukan atau kombinasi dari



analgesik



ketika



pemberian lebih dari satu 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung



tipe



dan



beratnya nyeri 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur 8. Monitor vital sign sebelum dan



sesudah



pemberian



analgesik pertama kali 9. Berikan



analgesik



tepat



waktu terutama saat nyeri hebat 10. Evaluasi



efektivitas



analgesik, tanda dan gejala (efek samping) 8



Kerusakan kulit



b/d



menurunnya aktivitas



intergritas NOC : Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management edema



dan Mucous Membranes



1. Anjurkan



tingkat Kriteria Hasil : dipertahankan pigmentasi)



kerutan



padaa



tempat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar



2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Perfusi jaringan baik



tetap bersih dan kering 4. Mobilisasi



pemahaman



dalam proses perbaikan kulit mencegah



longgar



(sensasi, 2. Hindari



elastisitas, temperatur, hidrasi,



dan



untuk



menggunakan pakaian yang



1.  Integritas kulit yang baik bisa



4. Menunjukkan



pasien



pasien



(ubah



posisi pasien) setiap dua jam sekali



terjadinya 5. Monitor kulit akan adanya



sedera berulang



kemerahan



5. Mampu melindungi kulit dan 6. Oleskan



lotion



atau



mempertahankan kelembaban



minyak/baby oil pada derah



kulit dan perawatan alami



yang tertekan 7. Monitor



aktivitas



dan



mobilisasi pasien 8. Monitor



status



nutrisi



pasien 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat 9



Ansietas



berhubungan NOC: Tingkat kecemasan



dengan krisis situasional



Kriteria hasil:



1. Gambarkan



1. Pasien bisa istirahat sesuai kebutuhan otot



dan manfaat relaksasi serta (relaksasi otot progresif) 2. Uji



tidak



rasionalisasi



jenis relaksasi yang tersedia



2. Tidak mengalami ketegangan 3. Pasien



NIC: Terapi Relaksasi



menampakan



kegelisahan



penurunan



tingkat



energi saat ini 3. Tentukan



apakah



ada



4. Pasien bisa berkonsentrasi



intervensi relaksasi masa



5. Tekanan darah stabil



lalu



6. Kelelahan berkurang



memberikan manfaat



yang



4. Pertimbangkan



sudah keinginan



individu



untuk



berpartisipasi 5. Berikan



deskripsi



detail



terkait intervensi relaksasi yang dipilih 6. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan lampu redup 7. Dorong



klien



mengambil nyaman



untuk



posisi



dengan



yang pakaian



longgar 8. Minta klien untuk relaks 9. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat 10. Tunjukan



dan



praktikan



teknik relaksasi 11. Dorong



klien



untuk



mengulangi praktik teknik relaksasi 12. Evaluasi terkait relaksasi yang telah dicapai serta dokumentasikan



respon



terhadap terapi relaksasi



DAFTAR PUSTAKA



Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC



Bulecheck, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intevension Clasification. Elsevier Global Right. United Kingdom Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Kurnianda,



Johan. 2007. Leukimia



Mieloblastik



Akut



dalam



buku ajar



Ilmu Penyakit



Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based guidelines for pediatric cancer survivors: the Children's Oncology Group Long-Term FollowUp Guidelines from the Children's Oncology Group Late Effects Committee and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90. Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcome Clasification. Elsevier Global Right. United Kingdom Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;.2. Tucke



BAB III RESUME ASKEP A. Pengkajian Fokus Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 14-11-2018 1. Identitas Nama



: Tn.M



Umur



: 48th



Pendidikan



: SD



Jenis kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Alamat



: Grobogan



Pekerjaan



: Petani



Tanggal MRS



: 12-11-2018



Diagnosa Medis



: CML



Identitas penanggungjawab Nama



: Tn.S



Umur



: 35th



Pendidikan



: SMA



Jenis kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Alamat



: Grobogan



Pekerjaan



: Swasta



Hubungan dengan pasien : Anak 2. Keluhan Utama: Pasien mengatakan badan terasa lemas dan pusing 3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengatakan 1 minggu yang lalu merasakan badan terasa lemas dan dirasakan terus menerus pada seluruh tubuh. Dirasakan bertambah saat melakukan aktivitas dan berkurang dengan beristirahat. Pasien juga mengeluh pusing, mual. Pasien mengkonsumsi obat kemoterapi tasegna dan berhenti sejak 1 bulan yang lalu. Pada tanggal 12/11/18 pasien masuk ke IGD RSUP dr Kariadi rujukan dari RS Pantiwilasa untuk mendapat penanganan lebih lanjut.



4. Riwayat kesehatan dahulu Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUD Kudus dan RS Pantiwilasa dengan keluhan penyakit yang sama yaitu badan sering terasa capek dan lemas serta mendapatkan transfusi darah. Kemudian dirujuk ke RSUP dr Kariadi untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. 5. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dan Jantung



6. Pemeriksaan fisik a.



b.



c.



Keadaan umum KU



: lemah



Kesadaran



: Composmetis



Tanda vital : TD



: 130/80 mmHg



N



: 80x/mnt



RR



: 18x/mnt



S



: 36,5O C



BB



: 62 kg



TB



: 160 cm



IMT



: 24 (normal)



Head to Toe 1) Kulit Kulit bersih, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit < 2 detik 2) Kepala Kepala bersih, tidak rontok, rambut berwarna hitam, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan 3) Wajah Wajah simetris, tidak ada luka, wajah bersih, tidak ada nyeri tekan 4) Mata Mata simetris, konjungtiva pucat, kelopak mata bawah pucat, sclera ikterik, tidak ada nyeri tekan 5) Hidung Hidung simetris, tidak ada luka, tidak ada pembesaran sinus, tidak ada nyeri tekan 6) Telinga Telinga simetris, bersih, tidak ada ada serumen, tidak ada nyeri tekan 7) Mulut Simetris, tidak ada luka, mukosa bibir kering, tidak ada nyeri tekan 8) Leher Leher simetris, tidak ada luka, tidak ada serumen, bersih, tidak ada nyeri tekan 9) Dada



a. Paru Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, sonor, vocal vomitus kanan dan kiri sama, vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan b. Jantung Tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan, pekak, terdengan suara BJ1 dan BJ2 10) Abdomen Perut tidak simeteris, membesar, bising usus 15x/menit, redup, nyeri tekan di kuadran 1 dan 2, perut terasa keras, membesar (distensi abdomen) 11) Ekstremitas Kedua tangan dan kaki lengkap, tidak ada luka, tangan kanan terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm, tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5 12) Ganetalia Bersih, tidak ada nyeri tekan 7. Pola Fungsi Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan kesehatan sangat penting bagi dirinya, jika dalam keadaan sakit maka tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Pasien mengatakan selama sakit rutin melakukan kontrol ke rumah sakit. Pasien mengatakan sangat sedih dengan kondisi penyakitnya sekarang yang menderita penyakit kanker darah, tidak dapat beraktifitas seperti biasanya dan menyusahkan anggota keluarga yang lain. b. Nutrisi, Cairan dan metabolik A: bb 62 kg, tb 160 cm, imt 24 (normal) B: Hb 3,9, Ht 11,6, eritrosit 1,15, leukosit 2,5, trombosit 3, ANC 860 C: ku lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva pucat D: nasi biasa Sebelum sakit: pasien mengatakan makan seperti biasanya 3x sehari dengan 1 porsi makan dan minum 8 gelas setiap hari Saat sakit: pasien mengatakan selama sakit nafsu makan berkurang dan kadang mual. c. Pola aktivitas dan latihan



Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit dapat beraktifitas secara mandri Saat sakit: pasien hanya tidur di tempat tidur, saat beraktifitas kadang dibantu keluarga karena badan terasa lemas. d. Pola Istirahat dan tidur Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit tidurnya teratur, tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang 2 jam Saat sakit: pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari dan susah tidur e. Sirkulasi Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit jantung dan hipertensi, TD 130/80 f. Eliminasi Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit bak 3-4x dan bab 1-2x Saat sakit :pasien bak 3x sehari dan bab 1x sehari Tidak ada hematuria dan tidak ada melena. g. Neurosensori dan kognitif Pasien mengatakan merasa pusing di kepala belakang h. Keamanan Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan i. Seksual dan Reproduksi Pasien mengatakan frekuensi hubungan intim dengan istri berkurang. j. Persepsi diri, konsep diri dan Koping Pasien mengatakan sedih karena penyakitnya, karena banyak menyusahkan orang lain, pasien merasa cemas atas penyakit kanker darah yang dideritanya, dalam mengambil keputusan selalu diputuskan bersama dengan keluarganya k. Interaksi social Pasien mengatakan orang yang berpengaruh dalam hidupnya yaitu keluarganya, dalam menyelesaikan masalah psien selalu bermusyawarah dengan keluarganya l. Pola nilai dan keyakinan Sebelum sakit: pasien melaksanakan sholat 5 waktu Saat sakit: pasien hanya bisa berdoa agar segera sembuh dari penyakitnya B. Analisa Data



Data Fokus



Problem



DS : pasien mengatakan badan terasa lemas



Etiologi



Resiko Perdarahan



Trombositopeni



DO : hasil laborat menunjukan Hb 3,9 g/dl, Ht 11,6 %, eritrosit 1,15 g/dl, leukosit 2,5x103, trombosit 3x103, ANC 860 DS: badan terasa lemas saat beraktifitas,



Intoleransi aktifitas



Kelelahan



Ansietas



Krisis Situasional



sering pusing dan berkunang-kunang, pasien mendapatkan program tranfusi darah DO: pasien tampak lemas dan sering tiduran di tempat tidur, hasil laborat menunjukan Hb: 3,9 g/dl DS: pasien mengatakan merasa sedih karena ketika sakit tidak bisa beraktifitas bekerja seperti biasanya, merasa khawatir atas kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi dan sulit tidur DO: pasien tampak lemas kurang semangat, kebutuhan tidur 4-5 jam sehari dan sering terbangun, tampak gelisah C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perdarahan b.d Trombositopeni 2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan 3. Ansietas b.d Krisis situasional



D. Pathway Keperawatan Faktor eksternal (karsinogenik, radiasi, obatobatan) Mengalami krisis situasional



LEUKEMIA



Ansietas



Leukosit memfagosit Eritrosit, Trombosit



Penekanan produk Sumsum tulang



Gangguan pembentukan sel darah Resiko Perdarahan



Anemia Suplai O2 ke jaringan berkurang Metabolisme anaerob Penumpukan asam laktat Kelelahan



Intoleransi aktivitas



E. Intervensi Keperawatan NO



DIAGNOSA



TUJUAN (NOC)



INTERVENSI (NIC)



KEPERAWATAN 1



Resiko



terhadap NOC:



cedera/perdarahan berhubungan



yang dengan



1. Blood lose severity 2. Blood koagulation



NIC: Bleeding Precaution 1. Monitor ketat tanda perdarahan



penurunan



jumlah



trombosit



Kriteria hasil: 1. Tidak



2. Cata nilai Hb dan HT



ada



hematuria



dan



hematemesis 2. Kehilangan



terjadinya perdarahan darah



yang 3. Monitor nilai laborat



terlihat



(koagulasi) yang meliputi



3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Tidak



sebelum dan sesudah



PT/PTT, trombosit 4. Monitor TTV ortostik



ada



perdarahan 5. Pertahankan bed rest selama



pervagina



perdarahan aktif



5. Hemoglobin dan hematokrit 6. Kolaborasi dalam dalam batas normal



pemberian produk darah



6. Plasma, PT/PTT dalam batas normal



(Platelet atau fresh frozen plasma) 7. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan 8. Hindari pemberian antikoagulan dan aspirin 9. Anjurkan pasien meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung Vit K 10. Hindari terjadinya konstipasi



2



Intoleransi aktivitas b/d



NOC :



NIC :



fatigue



1.  Energy conservation



Energy Management



2.  Self Care : ADLs



1. Observasi adanya



Kriteria Hasil :



pembatasan klien dalam



1.  Berpartisipasi dalam aktivitas



melakukan aktivitas



fisik



tanpa



disertai 2. Dorong anak untuk



peningkatan tekanan darah,



mengungkapkan perasaan



nadi dan RR.



terhadap keterbatasan



2. Mampu melakukan aktivitas 3. Kaji adanya factor yang sehari hari (ADLs) secara mandiri



menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6. Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Activity Therapy 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas



seperti kursi roda, krek 6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual 3



Ansietas



berhubungan NOC: Tingkat kecemasan



dengan krisis situasional



Kriteria hasil:



1. Gambarkan



1. Pasien bisa istirahat sesuai kebutuhan otot



dan manfaat relaksasi serta (relaksasi otot progresif) 2. Uji



tidak



rasionalisasi



jenis relaksasi yang tersedia



2. Tidak mengalami ketegangan 3. Pasien



NIC: Terapi Relaksasi



menampakan



kegelisahan



penurunan



tingkat



energi saat ini 3. Tentukan



apakah



ada



4. Pasien bisa berkonsentrasi



intervensi relaksasi masa



5. Tekanan darah stabil



lalu



6. Kelelahan berkurang



memberikan manfaat



yang



4. Pertimbangkan



sudah keinginan



individu



untuk



berpartisipasi 5. Berikan



deskripsi



detail



terkait intervensi relaksasi yang dipilih 6. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan lampu redup 7. Dorong



klien



mengambil nyaman



untuk



posisi



dengan



yang pakaian



longgar 8. Minta klien untuk relaks 9. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat 10. Tunjukan



dan



praktikan



teknik relaksasi 11. Dorong



klien



untuk



mengulangi praktik teknik relaksasi 12. Evaluasi terkait relaksasi yang telah dicapai serta dokumentasikan



respon



terhadap terapi relaksasi



BAB IV APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET A. Identitas Klien Nama



: Tn.M



Umur



: 48th



Pendidikan



: SD



Jenis kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Alamat



: Grobogan



Pekerjaan



: Petani



Tanggal MRS



: 12-11-2018



Diagnosa Medis



: CML



B. Data Fokus Data Fokus



Problem



DS: pasien mengatakan merasa sedih Ansietas karena



ketika



sakit



tidak



Etiologi Krisis situasional



bisa



beraktifitas bekerja seperti biasanya, merasa khawatir atas kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi dan sulit tidur DO: pasien tampak lemas kurang semangat, kebutuhan tidur 4-5 jam sehari dan sering terbangun, tampak gelisah C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Ansietas b.d Krisis Situasional D. Evidence Based Nursing Practice Yang Diterapkan Di Pasien Dari data fokus yang diperoleh maka diambil diagnosa keperawatan Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional, untuk evidence based nursing practice yang diterapkan yaitu terapi relaksasi otot progresif



E. Analisa Sintesa Justifikasi Penyakit kronis/terminal (Leukemia) Ansietas Terapi relaksasi otot progresif



Mengurangi ansietas



F. Landasan Teori Terkait Penerapan Evidence Based Nursing Practice Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyerang segala kelompok usia. Kanker



merupakan



penyebab



stroke,TB,hipertensi,cedera,perinatal



kematian



nomor



dan



(Riskesdes,2007).



DM



7



(5,7%)



setelah



Salah



satu



pengobatan yang paling sering menjadi pilihan bagi klien kanker yaitu kemoterapi. Efek samping kemoterapi yang klien rasakan adalah mual dan muntah, anoreksia dan stomatitis. Kemoterapi juga mendepresi fungsi sumsum tulang sehingga dapat menurunkan produksi sel darah yang mengakibatkan klien rentan mengalami infeksi ataupun anemia. Menurut utami dan Hasanat (1998) dalam Lubis (2009) ketika klien mengetahui bahwa seseorang menderita kanker, maka klien akan mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan misalnya merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah atau merasa sendiri dan dibayangi kematian. Cemas dapat berakibat pada terganggunya proses pengobatan (Lutfa & Arina, 2008) Terapi relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri, untuk menurunkan tingkat ansietas. Relaksasi secara umum sebagai metode yang paling efektif terutama pada pasien yang mengalami ansietas. Salah satunya adalah menggunakan terapi relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik sistematis untuk mencapai



keadaan



relaksasi



yang



dikembangkan



oleh



edmund



Jacobson



(Suprihatin,2011). BAB V PEMBAHASAN A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidence Based Nursing Peneliti memilih tindakan terapi relaksasi otot progresif kepada pasien sebagai intervensi keperawatan karena berdasarkan diagnosa keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian pasien muncul masalah ansietas berhubungan dengan krisis situasional. Kemudian pemilihan terapi relakasi dengan terapi relaksasi otot progresif



secara bernar juga berdasarkan riset yang telah dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya. 1. Judul Penelitian Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan pasien kemoterapi di rumah singgah kanker Denpasar tahun 2013 2. Peneliti Praptini, K.D., Sulistiowati, N.M.D. dan Suarnata, I.K. 3. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Singgah Kanker Denpasar tahun 2013 4. Metode Penelitian Metode peneilitan menggunakan quasy eksperimen dengan rancangan pretest and postest with control group 5. Hasil penelitian Terdapat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan yang menjalani program kemoterapi. B. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nursig Practice Pada Kasus Waktu pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif yaitu kurang lebih 10-15 menit kemudian diulang sampai 2 kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. C. Hasil Yang Dicapai. HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Skor



:



0 (Tidak ada) 1 (Ringan) 2 (Sedang) 3 (Berat) 4 (Berat sekali) Total Skor Kurang dari 14



: Tidak ada kecemasan



14 – 20



: Kecemasan ringan



21 – 27



: Kecemasan sedang



28 – 41



: Kecemasan Berat



42 – 56



: Kecemasan berat sekali



Pengkajian HARS pada pasien Tn.M tanggal 14/11/2018



No 1



Pertanyaan



0



1



2



3



Perasaan ansietas a. Cemas b. Firasat Buruk c. Takut akan pikiran sendiri







d. Mudah tersinggung 2



Ketegangan a. Merasa tegang b. Lesu







c. Tak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3



Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang asing c. Ditinggal sendiri d. Pada binatang besar e. Pada keramaian lalu lintas f. Pada kerumunan orang banyak



4



Gangguan tidur a. Sukar masuk tidur b. Terbangun malam hari







c. Tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi f. Mimpi buruk g. Mimpi menakutkan 5



Gangguan kecerdasan a. Sukar konsentrasi b. Daya ingat buruk



6



Perasaan depresi







4



a. Hilangnya minat b. Berkurangnya kesenangan pada hobi c. Sedih







d. Bangun dini hari e. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7



Gejala somatik (Otot) a. Sakit dan nyeri di otot-otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil



8







Gejala Somatik (Sensorik) a. Tinitus b. Penglihatan kabur c. Muka merah atau pucat d. Merasa lemah







e. Perasaan ditusuk-tusuk 9



Gejala Kardiovaskuler a. Takikardia b. Berdebar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Perasaan lesu/lemah seperti mau pingsan f. Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)



10



Gejala Respiratori a. Rasa tertekan atau sempit di dada b. Perasaan tercekik c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek atau sesak



11



Gejala Gastrointestinal a. Sulit menelan b. Perut melilit







c. Gangguan pencernaan d. Nyeri sebelum dan sesudah makan e. Perasaan terbakar di perut f. Rasa penuh atau kembung g. Mual h. Muntah i. BAB lembek j. Kehilangan berat badan k. Konstipasi 12



Gejala Urogenital a. Sering BAK b. Tidak dapat menahan air seni c. Amenorrhoe d. Menorrhagia e. Menjadi dingin (Frigid) f. Ejakulasi praecocks g. Ereksi hilang h. Impotensi



13



Gejala Otonom a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Pusing, sakit kepala e. Bulu-bulu berdiri



14



Tingkah Laku Pada Wawancara a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Kerut kening e. Muka tegang f. Tonus otot meningkat g. Napas pendek dan cepat\







h. Muka merah Skor total



24 (Cemas Sedang)



Evaluasi pengkajian kecemasan HARS Tanggal



Pre Tindakan



Post Tindakan



14-11-2018



Skor HARS (24)



Skor HARS (22)



15-11-2018



Skor HARS (22)



Skor HARS (19)



D. Kelebihan Dan Kekurangan Aplikasi Evidence Based Nursing Kelebihan dari terapi relaksasi otot progresif yaitu tanpa memerlukan alat yang, sehingga dapat dilakan setiap saat. Kekurangan dari terapi relaksasi otot progresif yaitu suasana ruangan yang kurang kondusif sehingga mengganggu konsentrasi pasien.



BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukimia adalah poliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi poliferasi di hati, limpa dan nodus



limfatikus, dan infasi organ non hematolgis, seperti meningis traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. Bentuk kronis dari penyakit ini adalah leukimia mielogen kronis (CML). Cronic myeloid leukimia disebut juga sebagai chronik granulocytic leukimia adalah gangguan myeloproliferasi yang di tandai oleh peningkatan poliferasi dari granulosit tanpa menghilangnya kemampuan granulosit untuk berdiferasi. Menurut utami dan Hasanat (1998) dalam Lubis (2009) ketika klien mengetahui bahwa seseorang menderita kanker, maka klien akan mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan misalnya merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah atau merasa sendiri dan dibayangi kematian. Cemas dapat berakibat pada terganggunya proses pengobatan (Lutfa & Arina, 2008) Pemberian terapi relaksasi otot progresif berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien kanker yeng mengalami kecemasan sedang. B. Saran Diharapkan rumah sakit memperbanyak implementasi keperawatan yang setiap tahunnya berkembang, dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian lain sebagai implementasi keperawatan terhadap pasien.