Contoh Makalah Proses Keperawatan KDK Baru. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Contoh Makalah Proses Keperawatan Kamis, 19 April 2012 Makalah Proses Keperawatan



BAB I PENDAHULUAN



Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung-jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001). Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (“benchmark”) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001). Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut. Selayaknya industri jasa pelayanan menaruh perhatian besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan pula oleh kualitas berbagai komponen pelayanan termasuk keperawatan dan sumber daya manusianya. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat Muslim pertama yaitu Siti Rufaida pada jaman Nabi Muhammad S.A.W selalu berusahan memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. Demikian pula Florence Nightingale pada tahun 1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan yang diberikan kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi suatu profesi yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat dan perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.



Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan. Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan klinik, serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehata A. PENGERTIAN TENTANG PROSES KEPERAWATAN



Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahami langkah langkah dari proses keperawatan. Proses perawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk Memberikan asuihan keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses kaparawatan adalah sebagai berikutSuatu metoda pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier, 1991). Metoda pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial (Rosalinda,1986). Suatu aktifitas yang dinamika dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck). Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan terorganisir melalui enam langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode pemecahan masalah baik secara episodic maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya, dan cara pemecahan masalah.



B. PENGERTIAN PROSES KEPERAWATAN



Banyak pakar telah merumuskan definisi dari proses keperawatan (Weitzel, Marriner, Murray, Yura, Herber, dll). Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respn pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004). Atau : 1.



Proses keperawatan adalah :



1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien. 2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum. 3.



Merupakan pendekatan ilmiah



4. Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.



C. KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN 1. Tujuan : proses keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningatkan kualitas asuhan keperawatan. 2. Sistematik : menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan-meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan. 3. Dinamik : proses keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan lien yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dan klien. 4. Interaktif : dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. 5. Fleksibel : dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun dan bisa digunakan secara berurutan. 6. Teoritis : setiap langah dalam proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan dan ditekankan pada aspek : humanisti, holistik dan care.



Selain pendapat tersebut, Kozier menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai sembilan karakteristik antara lain:



1. Merupakan sistem yang terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas. 2. Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap-tahap saling berhubungan dan berkesinambungan. 3. Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individual dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan klien. 4.



Bersifat interpersonal dan kolaborasi.



5.



Menggunakan perencanaan.



6.



Mempunyai tujuan.



7. Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam memikirkan jalan keluar menyelesaikan masalah keperawatan. 8. Menekankan pada umpan balik, dengan melakukan pengkajian ulang dari masalah atau merevisi rencana keperawatan. 9. Dapat diterapkan secara luas. Proses keperawatan menggunakan kerangka kerja untuk semua jenis pelayanan kesehatan, klien dan kelompok. Demikian juga dengan Craven dan Hirnle (2000), menurutnya proses keperawatan sebagai pedoman untuk praktek keperawatan profesional, mempunyai karakteristik: 1. Merupakan kerangka kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. 2.



Teratur dan sistematis.



3.



Saling tergantung.



4. Memberikan pelayanan yang spesifik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. 5.



Berpusat pada klien, menggunakan klien sebagai suatu kekuatan.



6.



Tepat untuk diterapkan sepanjang jangka waktu kehidupan.



7.



Dapat dipergunakan dalam semua keadaan.



Sedangkan Taylor (1993) menyatakan bahwa proses keperawatan bersifat sistematis, dinamis, interpersonal, berorientasi kepada tujuan dan dapat dipakaii pada situasi apapun. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan adalah suatu cara menyelesaikan masalah yang sistematis dan dinamis serta bersifat individual untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien sebagai manusia yang bersifat unik, dan menekankan pada kemampuan pengambilan keputusan oleh perawat sesuai dengan kebutuhan klien.



D. TEORI YANG MELANDASI PROSES KEPERAWATAN 1.



Teori Sistem



Terdiri dari suatu kerangka kerjayang berhubungan dengan keseluruhan social,manusia,stuktur dan masalah-masalah organisasi serta perubahan hubungan internal dan lingkungan sekitarnya. Komponen system: input,proses dan output. Hubungan antara teori system dan proses keperawatan Input dan proses adalah suatu kumpulan data hasil pengkajian serta masalah yang ditemukan,disusun suatu rencana dan tindakan keperawatan yang tepat.dan menjelaskan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Feedback adalah suatu proses dimana informasi tentang system output dikomsumsikan kembali pada system agat dpat di evaluasi dan member arahdalam pengkajian ulan dalam menentukantindakan selanjutnya.



2.



Teori KDM



Teori ini memandang manusia sebagai bagian integral yang 1 sama lain dalam memenuhi kebutuhan dasar:fisiologi,keamanan,kasih saying,harga diri,aktualisasi diri ( MASLOW) Peran perawat adalah memenuhi KDM dan tercapainya kepuasan dagi diri sendiri dan klien. 3.



Teori Persepsi



Masalah kesehatan yang samaakanmenimbulkan masalah keperawatanyang berbedakarena persepsi kedua klien tersebut .Terjadinya perubahandalam pemenuhan KDM sangat dipengaruhi oleh persepsi individu. 4.



Teori informasi dan komunikasi



Perawat harus mengetahui komunikasi yang baik agar mudah menerapkan proses keperawatan,hasil dari penerapan proses keperawatan yang member kepuasan pada klien dan dirinya sendiri akan diinfrmasikan dengan akurat dan tepat.



5.



Teori Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian masalah



Setiap tindakan yang dilakukan dengan benar selalu melibatkan proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah klien.tujuan tersebut hanya dapat tercapai apabila perawat menyusun langkah langkah pengambilan keputusan melalui tahapan proses keperawatan. Salah satu tujuan dari keperawatan adalah menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Melaui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah yang dihadapi dapat diidentifikasi secara tepat dan keputusan dapat diambil secara akurat.



E. SEJARAH PERKEMBANGAN PROSES KEPERAWATAN



Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984. Diluar negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, dan sejak tahun tersebut para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan secara bervariasi. Pada awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap, kemudian empat tahap dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai lima tahap. Proses lima tahap pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of Higher Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic University of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000). Pada tahun 1973, American Nurse’s Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap, meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995). Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika. Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1997). Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi. BAB II



LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN



A. TAHAPAN PENGKAJIAN



Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu. Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Fokus Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian. Pulta (Pengumpulan Data) Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalahmasalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), irawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment). 1. Tujuan Pengumpulan Data a.



Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.



b.



Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.



c.



Untuk menilai keadaan kesehatan klien.



d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langahlangkah berikutnya. 2.



Tipe Data :



a.



Data Subjektif



Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu. b.



Data Objektif



Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. 3.



Karakteristik Data



a.



Lengkap



Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan. b.



Akurat dan Nyata



Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian. c.



Relevan



Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus. 4.



Sumber Data:



a.



Sumber data primer



Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. b.



Sumber data sekunder



Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar. c.



Sumber data lainnya



1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan. 2) Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah halhal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis. 3) Konsultasi Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa. 4) Hasil pemeriksaan diagnostic Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 5) Perawat lain Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan. 6) Kepustakaan. Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat. 5.



Metoda Pengumpulan Data



a.



Wawancara



b.



Observasi



c.



Pemeriksaan fisik



d.



Studi Dokumentasi



B. TAHAPAN DIAGNOSA Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko. Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien. 1.



Tipe Diagnosa Keperawatan.



Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain: 2.



Diagnosa Keperawatan Aktual (Actual Nursing Diagnoses).



Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 3. Diagnosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses). Dianosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).



4.



Diagnosa Keperawatan Kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses).



Diagnosa Keperawatan Kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 5.



Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses).



Diagnosa Keperawatan Sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat



kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 6.



Diagnosa Keperawatan Sindroma



(Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997). 7.



Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.



Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala). 8.



Problem (masalah).



Problem adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (penyebab),adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah). Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah. Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut: 1.



Diagnosa keperawatan aktual:



Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom). 2.



Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:



Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi) Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat. 3.



Persyaratan Diagnosa Keperawatan.



Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi: a) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi. b)



Spesifik dan akurat.



c) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+(Sign/Simptom) atau P (Problem) + E (Etiologi). d)



Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.



e)



Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.



4.



Prioritas Diagnosa Keperawatan.



Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien. 5.



Berdasarkan tingkat Kegawatan



Keadaan yang mengancam kehidupan. Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. 6.



Berdasarkan Kebutuhan Maslow



Berdasarkan Kebutuhan Maslow yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. 7.



Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.



Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini: a)



Diagnosa keperawatan :



Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya. Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual. Berubah sesuai dengan perubahan respons klien. Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi. b)



Diagnosa Medis :



Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit. Berorientasi kepada keadaan patologis dan cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh. mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).



Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995). Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan. 2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi. 3.



Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.



4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan. 5.



Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.



6. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut: 1.



Berdasarkan respons klien.



2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan. 3.



Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.



4.



Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.



5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan. 6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care). 7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien. 8.



Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.



9.



Bersifat holistik.



10. Kerjasama dengan profesi lain. 11. Melakukan dokumentasi Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, antara lain: 1. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain. 2. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain. 3. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain. Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain: 1. Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosiospiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain. 2. Interdependen/ Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat. 3. Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah



dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi. Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah: 1.



Pada tahap persiapan.



a. Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri. b.



Memahami rencana keperawatan secara baik.



c.



Menguasai keterampilan teknis keperawatan.



d.



Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.



e.



Mengetahui sumber daya yang diperlukan.



f. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan. g.



Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.



h.



Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.



i.



Penampilan perawat harus menyakinkan.



2.



Pada Penata Laksanaan



a. Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat. b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat. c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat. d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan. 3.



Pada Tahap Terminasi



a. Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan. b.



Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.



c.



Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi.



d.



Lakukan pendokumentasian.



C. TAHAPAN PERENCANAAN Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan. Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997). Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki kebutuhan menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high priority, intermediate priority, dan low priority. Dalam menetapkan prioritas perawat juga harus memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan, prioritas klien, sumber yang tersedia untuk klien dan perawat, pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan medis. Diagnosa keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu dalam menentukan tujuan keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey & Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat dalam menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang diharapkan ditekankan pada diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-sumber klien serta sistem pelayanan keperawatan (Bandman & Bandman, 1995, dalam Potter & Perry, 1997). Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil yang diharapkan adalah: 1. Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan merupakan petunjuk untuk intervensi keperawatan pada individu. 2. Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menentukan efektivitas dari intervensi keperawatan. Dalam penulisan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan terdapat beberapa petunjuk, antara lain:



1.



Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan,



2.



Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.



3.



Mencakup kriteria hasil yang merupakan dasar untuk melakukan evaluasi.



4.



Berpusat pada klien.



5.



Terlihat/ dapat diamati.



6.



Dapat diukur.



7.



Adanya batasan waktu.



8.



Realistik.



Strategi intervensi keperawatan berhubungan dengan diagnosa keperawatan spesifik yang ditetapkan perawat untuk mencapai tujuan perawatan klien dan kriteria hasil. Intervensi keperawatan yang spesifik harus berfokus dalam mengeliminasi atau menurunkan etiologi (penyebab) dari diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan pernyataan tujuan serta kriteria hasil. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi keperawatan adalah: a)



Mengidentifikasi alternatif tindakan.



b) Menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan. c)



Melibatkan klien dan keluarganya.



d)



Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.



e)



Mengetahui latar belakang budaya dan agama klien.



f)



Mempertimbangkan lingkungan, sumber, dan fasilitas yang tersedia.



g) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Harus dapat menjamin rasa aman klien. h) Mengarah pada tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai. i) j)



Bersifat realistik dan rasional. Rencana tindakan disusun secara berurutan sesuai prioritas.



Demikian juga dalam tehnik penulisan rencana intervensi keperawatan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain: 1. Kalimat yang ditulis harus berupa kalimat instruksi, berfungsi untuk menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Instruksi dibuat secara ringkas, tegas, tepat dan kalimat mudah dimengerti. 2. Dapat dijadikan alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim kesehatan lain untuk kesinambungan asuhan keperawatan yang akdiberikan kepada klien.



3.



Memuat informasi yang selalu baru.



4. Didokumentasikan pada tempat/ kolom yang ditentukan sebagai pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam pelaksanaan rencana keperawatan perawat memakai format yang didalamnya terdapat beberapa kolom. Kolom-kolom tersebut terdiri dari kolom diagnosa keperawatan, kolom tujuan dan kriteria hasil, dan kolom rencana intervensi keperawatan beserta rasionalnya. Pada tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. 1.



JENIS TINDAKAN



a. Secara mandiri (independen) : adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyait), misalnya : 1) Membantu klien dalam melakuan kegiatan sehari-hari 2) Memberikan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus 3) Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar 4) Menciptakan lingungan terapeutik b. Saling ketergantungan (interdependent/kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analis kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal : 1) Pemberian obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter 2) Pemberian infus c. Rujukan/ketergantungan (dependen) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dan sebagainya, misalnya : 1) Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi 2) Latihan fisik – ahli fisioterapi 2.



FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN



a. Mempertahankan daya tahan tubuh b. Mencegah komplikasi



c. Menemukan perubahan sistem tubuh d. Memantapkan hubungan klien dengan lingungan e. Implementasi pesan dokter f. 3.



Mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien. PRINSIP-PRINSIP INTERVENSI KEPERAWATAN



a.



Berdasarkan kepada respon klien



b.



Berdasarkan penggunaan sumber yang tersedia



c.



Meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri dan self reliance



d.



Sesuai dengan standart praktik keperawatan



e.



Memiliki dasar hukum



f.



Sesuai dengan tanggung jawab praktek keperawatan



g.



Kerjasama dengan profesi lain



h.



Penekanan pada aspek pencegahan dan peningkatan kesehatan



i.



Menerapkan metode keperawatan yang paling efektif



j.



Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan yang esensial



k. Memperhatikan faktor perubahan lingkungan l.



4.



Meningkatkan peran serta klien dalam asuhan keperawatan klien.



PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN



a. Langsung kesehatan klien



:ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah



b. Delegasi :diserahkan kepada orang lain atau perawat lain yang dapat dipercaya untuk melakukan tindakan keperawatan klien. 5.



PERTIMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN



a.



Individualitas klien



b.



Melibatkan klien dalam intervensi



c.



Pencegahan komplikasi



d.



Mempertahanan kondisi tubuh sebagai upaya peningkatan kesehatan



e.



Rasa aman bagi klien



f.



Penampilan perawat yang bijaksana



6.



LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN



a.



Tinjau ulang data dan pembaruan data



b. Revisi rencana keperawatan sebagai respon terhadap perubahan respon klien terhadap masalah kesehatan c.



Menentukan kebutuhan dan bantuan keperawatan klien



d.



Implementasi tindakan



e.



Mempelajari respon klien



f.



Komunikasi.



7.



DASAR STRATEGI DALAM MELAKSANAKAN TINDAKAN KEPERAWATAN



a.



Proses belajar mengajar berkaitan dengan pendidikan kesehatan



b.



Komunikasi dua arah antara perawat dan klien



c. Ketrampilan psikomotorik perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan klien d.



Kerjasama diantara perawat dan profesi kesehatan lainnya



e.



Kepemimpinan keperawatan dalam menglola asuhan keperawatan



8.



HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN



a.



Tahap Persiapan :



1)



Memahami rencana keperawatan



2)



Memanfaatkan kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan



3)



Menguasai ketrampilan teknis keperawatan



4)



Mengetahui sumber daya yang diperlukan



5) Memahami aspek hukum dan kode etik yang berlaku dalam bidang keperawatan 6)



Mengetahui efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul



7)



Mengetahui standart praktik keperawatan untuk menguur keberhasilan



8) Penampilan perawat dalam melaksanaan tindakan keperawatan harus meyakinkan b.



Tahap Pelaksanaan :



1)



Keselamatan klien



2)



Keamanan dan kenyamanan klien



3)



Pencegahan komplikasi.



D. TAHAP IMPLEMENTASI Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995). Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan. 2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi. 3.



Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.



4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan. 5.



Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.



6. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut: 1.



Berdasarkan respons klien.



2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan. 3.



Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.



4.



Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.



5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan. 6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care). 7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien. 8.



Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.



9.



Bersifat holistik.



10. Kerjasama dengan profesi lain. 11. Melakukan dokumentasi. Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, antara lain: 1. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain. 2. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain. 3. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain. Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain: 1. Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosiospiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain. 2. Interdependen/ Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,



seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat. 3. Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi. Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah: 1.



Pada tahap persiapan.



a. Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri. b.



Memahami rencana keperawatan secara baik.



c.



Menguasai keterampilan teknis keperawatan.



d.



Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.



e.



Mengetahui sumber daya yang diperlukan.



f. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan. g.



Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.



h.



Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.



i.



Penampilan perawat harus menyakinkan.



2.



Pada tahap pelaksanaan.



a. Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat. b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat. c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat. d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.



3.



Pada tahap terminasi.



a. erus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan. b.



Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.



c.



Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi.



d.



Lakukan pendokumentasian.



E. TAHAP EVALUASI Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (AlfaroLeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain: 1.



Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.



2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan. 3.



Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.



4.



Mendapatkan umpan balik.



5. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.



Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan. Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:



1.



Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.



2.



Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.



3.



Mengukur pencapaian tujuan.



4.



Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.



5.



Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.



Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1.



Evaluasi struktur.



Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan. 2.



Evaluasi proses.



Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat. 3.



Evaluasi hasil.



Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: a. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. b. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. c. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective



dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.



F.



PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN



1.



Teknik Dokumentasi



Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi keperawatan dalam penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik dokumentasi yang sering digunakan: a.



SOR (Source Oriented Record)



Adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan. Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya. Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap. b. Kardex Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien yang digunakan pada pasien rawat jalan. c.



POR (Problem Oriented Record)



POR merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. Teknik ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota tim mengenai problem klien secara jelas. Sistem POR ini mempunyai 4 komponen: 1.



Data dasar



2.



Daftar masalah



3.



Rencana awal



4.



Catatan perkembangan



2.



Format Dokumentasi



Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim digunakan: a.



Format naratif



Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi. b.



Format Soapier



Format inib dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem oriented medical record) yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota tim perawat. Format soapier terdiri dari:  S = Data Subjektif Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien



 O = Data Objektif Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic laboratorium.  A = Pengkajian (Assesment) Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien.  P = Perencanaan Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal.  I = Intervensi Tindakan yang dilakukan oleh perawat  E = Evaluasi Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan  R = Revisi Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respon pasien terhadap tindakan keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi rencana asuhan kepeawatan.



c.



Format fokus/DAR



Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan (action) dan respon (R) d.



Format DAE



Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan,



terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose keperawatan. e.



Catatan perkembangan ringkas



Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :  Adanya perubahan kondisi pasien  Berkembangnya masalah baru  Pemecahan masalah lama  Respon pasien terhadap tindakan  Kesediaan pasien terhadap tindakan  Kesediaan pasien untuk belajar  Perubahan rencana keperawatan  Adanya abnormalitas atau kejadian ayng tidak diharapkan Pendapat Aziz Alimul (2001) diatas juga mempunyai kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.



Enam model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut : a.



SOR (Source Oriented Record)



Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:  Lembar penerimaan berisi biodata  Lembar order dokter  Lembar riwayat medic  Catatan perawat  Laporan khusus b.



POR (Problem Oriented Record)



Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya terdiri dari 4 komponen:



 Data dasar  Daftar masalah  Perencanaan awal  Catatan perkembangan (progress note) c.



Progress Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan)



Tiga jenis catatan perkembangan: Catatan perawata (nursing note) Lembar alur (floe sheet), Catatan pemulangan dan Ringkasan Rujukan (Discharge Summary)



d.



CBE (Charting by Exception)



CBE (Charting by Exception) Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik keperawatan). e. PIE (Problem Intervention and Evaluation)Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnose keperawatan. f. FOCUS Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons) Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi asuhan keperawatan dimana: Data berisi data subjektif dan objektif serta data focus Action : tindakan yang akan dikaukan Respons : keadaan respon yang akan dilakukan.



BAB III PENUTUP



Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain.



A. Saran 1) Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pengkajian,karena pengkajian data merupakan dasar utama dari pelaksanaan proses keperawatan. 2) Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data akurat. 3)



Dalam menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.



4)



Data yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.



5)



Perawat tidak boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.



REFERENSI



1.



Buku ajar Fundamental Keperawatan



 POTTER and PERRY (2005)  BARBARA KOZIER (2005) 2.



Pengantar Konsep Dasar Keperawatan



 AZIZ ALIMUL http://nursingbegin.com/pengkajian-keperawatan/ http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-pengkajian/



http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-pengkajian/ http://syamslaluceria27.blogspot.com/2011/01/tahap-diagnosa-keperawatan.html ://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-perencanaan-keperawatan/ 8.



http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-implementasi-keperawatan/



9.



http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-evaluasi-keperawatan/



Chase, S. (1994). Clinical Judgement by critical care nurse: An ethnographic study. In R. M. Carroll-Johnson 7 Pacquette (Eds), Classification of nursing diagnosis: Proceedingof the ninth conference, North American Nursing Diagnosis Association (pp. 367-368). Philadelphia: J.B. Lippincott. Lunney; M. (1992). Divergent productie thinking factors and accuracy of nursing diagnoses. Research in Nursing and Health, 15(4), 303-312.



vierbethzdudulz



Selasa, 12 April 2011 DASAR KEPERAWATAN LAPORAN SKENARIO 1 DASAR KEPERAWATAN



DISUSUN OLEH: DINA SUPRIYANTI (1002030)



SEMESTER 1 PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA OKTOBER 2010 1.FALSAFAH KEPERAWATAN Pengertian: Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah menjadi ciri utama pada suatu komunitas, baik komunitas berskala besar maupun berskala kecil, salah satunya adalah profesi keperawatan. Berdasarkan pengertian falsafah tersebut, dapat dikatakan bahwa falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuahan keperawatan, baik kepada individu,keluarga,kelompok,maupun masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat. Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam meaksanakan asuhan keperawatan: 1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual yang unik. Keyakinan ini menjadi pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan:perawat harus memenuhi kebutuhan klien secara holistik. Kebutuhan klien yang holistik dan unik menuntut kemampuan perawat yang tepat dalam menganalisis kebutuhan klien. Kemampuan analisis yang rendah dapat menimbulkan salah interpretasi dalam pemenuhan klien akibat kekeliruan perawat dalam menetapkan masalah keperawatan yang dialami klien. Karenanya, untuk mewujudkan semua ini,perawat harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek manusia yang meliputi aspek biologis,psikologis,sosial,spiritual, dan kultural secara keseluruhan. 2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-psikososio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga,kelompok,dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia(lokakarya keperawatan nasional,1983).



Konsep keperawatan:  Asuhan yang diberiakan perawat bersifat holistik – menyeluruh pada semua aspek “manusia” klien, bukan berfokus pada aspek biologis semata sebagaimana telah dijelaskan di atas.  Sasaran asuhan keperawatan adalah klien, mulai dari tingkat individu sampai tingkat masyarakat. Dalam konsep ini perawat meyakini bahwa jika individu sehat, komunitas atau masyarakat akan sehat pula.  Lingkup layanan keperawatan bukan terbatas pada klien yang sakit saja, tetapi juga klien yang sehat. Tujuan perawatan terhadap klien yang sakit adalah membantu klien mencapai kesembuhan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.  Eksistensi keperawatan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Selama masih ada kehidupan manusia, selama itu pula keperawatan akan tetap ada.  Intervensi keperawatan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Semua intervensi keperawatan tersebut dilakukan dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan klien, mulai dari level individu hingga masyarakat, baik dalam kondisi sehat maupun sakit. 3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasien atau keluarga. Asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan keperawatan profesional kepada klien dengan menggunakan metodologi proses keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan fokus. Upaya melibatkan klien dan keluarga dalam penetapan tujuan asuhan keperawatan mempunyai beberapa manfaat.  Klien dan keluarga akan merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan perawatan.  Dapat terwujud dan terbina kerja sama yang baik antara perawat, klien,dan keluarga yang dilandasi oleh rasa saling percaya. 4. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Proses keperawatan merupakan metode ilmiah sistematik yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien guna mencapai dan mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal. Dikatakan sebagai metode ilmiah karena proses keperawatan terdiri atas beberapa tahap atau langkah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup klien.



5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional, perawat harus siap bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukannya. Tanggung jawab prawat bukan hanya ditujukan kepada klien dan keluarga, tetapi juga kepada masyarakat, profesi prawat itu sendiri, dan terutama bertanggung jawab kepada Tuhan. 6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan profesi sepanjang hayat; dengan demikian, perawat adalah pelajar sejati. Artinya, setiap perawat dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya, baik dari segi kognitif, psikomotor, maupun efektif. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetansi diri perawat adalah melalui pendidikan formal dan informal. Oleh karena itu, dalam setiap diri perawat harus tertanam motivasi yang kuat untuk selalu meningkatkan pendidikannya.



2. PARADIGMA KEPERAWATAN Adalah suatu cara dalam mempresepsikan atau memandang sesuatu yang memiliki nilai tinggi yaitu meliaht kondisi dan tingkah laku untuk dapat memiliki pola atau cara pandang dasar khas dalam profesi keperawatan.



Dasar keperawatan : A. Keperawatan : suatu bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standar memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Kode etik keperawatan : 1. Perawat dan klien a. Perawat dalam memberikan layanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. b. Perawat dalam memberikan layanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat,dan kelangsungan hidup beragama dari klien. c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.



d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 2. Perawat dan praktik a. Perawat memelihara dan meningkatkan dibidang keperawatan melalui upaya belajar yang terus menerus b. Perawat senantiasa memelihara mutu layanan keperawatan yang tinggi serta kejujuran profesionak dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien c. Perawat membuat keputusan berdasarkan informasi yang kuat dan senantiasa mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang saat melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lain. d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu memperlihatkan perilaku professional 3. Perawat dan Masyarakat Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat 4. Perawat dan Rekan Sejawat a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesam perawat maupun tenaga kesehatan lain dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja dan mencapai tujuan pelayanan kesehatan yang menyeluruh b. Perwat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang member layanan kesehatan yang tidak kompeten, tidak etis, dan illegal. 5. Perawat dan Profesi a. Perawat mempunyai peran penting dalam menentukan standar pendidikan dan layanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan dan keperawatan b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi Proses Keperawatan : 1.



Pengkajian ( mengumpulkan data )



2.



Merumuskan diagnose keperawatan



3.



Perancangan



4.



Pelaksanaan



5.



Evaluasi



B.



Manusia



Manusia sebagai system terbuka secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens, sebuah primate yang dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi 1.



Konsep Manusia



Merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan Keperawatan. Manusia bertindak sebagai klien. Dalam konteks paradigma keperawatan ini bersifat individu, kelompok dan masyarakat dalam suatu system. 2.



Sehat-Sakit



a. Sehat : Keadaan sejahtera, badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi b. Sakit : Apabila ia menderita penyakit / gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja kegiatan terganggu. Keperawatan dalam konsep sehat sakit memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan selama rentang sehat dan sakit akan melihat terlebih dahulu status kesehatan dalam rentang sehat sakit tersebut. Aapakah statusnya dalam tahap setengah sakit, sakit atau sakit kronis singga akan diketahui tingkat asuhan keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin diharapkan dalam meningkatkan status kesehatannya. a. Rentang Sehat : bukan hanya bebas dari penyakit tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual. Karakter sehat :  Memiliki kemampuan merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia  Memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik secara internal atau eksternal 



Memiliki hidup yang kreatif dan produktif Faktor Pengaruh Status kesehatan :







Perkembangan







Sosial cultural







Pengalaman masa lalu







Harapan seseorang tentang dirinya







Keturunan







Lingkungan ( 45 % )







Pelayanan







Perlaku ( 30 % )



b. Rentang Sakit : Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian. Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang. Fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian. Terganggunya funsi yang normal dimana invidu sebagai totalita dari keadaan organism sebagai system biologis dan adaptasi sosial ( Parson,1972 ). Tahap sakit : 1. Tahap Gejala ( ditandai dengan proses tak nyaman ) 2. Tahap Fisik 3. Tahap dengan kontak dengan pelayanan kesehatan 4. Tahap Ketergantungan 5. Tahap Penyembuhan



Hubungan agens. Hospes, dan lingkungan



Hospes Agens Lingkungan Menderita penyakit karena daya tahan hospes berkurang.



Agens Hospes Lingkungan



Menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat



Agens Lingkungan Hospes Menderita penyakit karena lingkungan berubah lebih mendukung agens.



Hospes



Lingkungan



Agens



Sehat jika tuas hospes berada dalam keseimbangan dengan tuas agens.



Dampak Sakit : 



Terjadi perubahan peran pada keluarga







Terjadi gangguan psikologis







Masalah keuangan







Kesepian akibat perpisahan







Terjadinya perubahan kebiasaan sosial







Otonomi







Terjadi perubahan gaya hidup Perkembangan Penyakit :







Etiologi : Sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit







Patogenesis : Perjalan secara alamiah sebuah penyakit



o Propatogenesis ( interaksi sebelum keseimbangan dipengaruhi hospes, environment, agens ) o Inkubasi o Penyakit dini o Penyakit lanjut o Penyakit akhir 



3.



Manifestasi klinis



Kebutuhan Dasar Manusia



Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa factor  Penyakit : Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebebkan pemenuhan kebutuhan baik secara fosiologis maupun psikologis karena beberapa fungsi organ tubuh yang memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.  Hubungan keluarga : Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga dll.  Konsep diri : memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar . Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang  Tahap Perkembangan : Sejalan dengan meningkatnya usia manusia yang mengalami perkembangan Hirarki Kebutuhan Manusia ( Teori Maslow )



K. Aktualisasi Diri



K. Harga Diri K. Cinta dan Mencintai K. Keselamatan dan Keamanan 8 9



1



2



3



4 5



6 7



K. Fisiologis Ket : 1. dll



O2



3. Makanan



2.



Air



C.



Lingkungan



4. Eliminasi



5. Istirahat dan Tidur 7. Pengaturan suhu tubuh 6. Penanganan nyeri



9.



8. Seksual



Adalah tempat diterima suatu makhluk hidup itu tumbuh dan meliputi unsur-unsur penting seperti tanah,air , dan udara.  Lingkungan Fisik : segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan seperti adanya daerah-daerah dan wabah-wabah lingkungan kotor , sampah, dll.  Lingkungan Psikologis : Keadaan yang menjadikan terganggunya psikologis pada seseorang seperti lingkungan yang kurang aman yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan bahasa yang ditimbulkan.  Lingkungan Sosial : masyarakat yang luas serta budaya yang ada juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan spiritual yang mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama serta meningkatkan keyakinan.



3.KONSEP PROFESI DALAM LINGKUP KEPERAWATAN



Konsep dan Karakteristik Profesi Melihat kenyataan di masyarakat, untuk membedakan apakah suatu “pekerjaan” dianggap sebagai profesi atau pekerjaan ternyata tidaklah mudah. Profesi memiliki mekanisme aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan pekerjaan tidak memerlukan hal rumit semacam itu. Profesi, menurut Paul F. Comenisch(1983),adalah suatu “komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu



pernyataan atau suatu janji terbuka yang menegaskan bahwa individu akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan tertentu karena dirinya merasa terpanggil untuk menjalani pekerjaan itu. Suatu pekerjaan bisa dikatakan profesi jika mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Beberapa karakteristik profesi yaitu: 1. Pekerjaan dilakukan secara menetap,mungkin seumur hidup. Suatu pekerjaan dikatakan profesi jika dilakukan secara menetap dan dijadikan mata pencaharian atau sumber penghidupan bagi individu dan keluarganya.pekerjaan tersebut tidak sekedar menjadi “batu loncatan” untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dengan demikian, apa yang menjadi suka maupun duka dan risiko dari pekerjaan tersebut harus diterima dengan lapang dada dan sabar. Jangan berputus asa dalam menghadapi segala kendala selama menjalani pekerjaan tersebut. Untuk mewujudkan semua ini, dalam diri tiap perawat harus ditanamkan kesungguhan hati untuk menerima pekerjaan perawat sebagai pilihan yang terbaik dan sesuai hati nurani bukan karena keterpaksaan dan bukan pula pelarian. 2. Pekerjaan yang dilakukan memberi kepuasan karena merupakan panggilan jiwa. Seseorang yang telah memiliki dan menetapkan keperawatan senbagai profesinya, ia akan menjadikan keperawatan sebagai bagian dari dirinya. Syarat yang harus dipenuhi adalah keikhlasan untuk menerima keperawatan sebagai bagian dari dirinya. Keikhlasan ini akan membuahkan hasil yang tidak ternilai jika dibandingkan dengan materi. Segala rintangan dan hambatan yang ditemui tidak menjadikan seseorang lari dari profesi in, tetapi membuatnya semakin mencintai dan menjiwai keperawatan. Keyakinan bahwa pekarjaan perawat adalah pekerjaan yang mulia di dalam menolong dan menyelamatkan jiwa manusia merupakan fondasi dalam melaksanakan profesi keperwatan. 3. Memiliki keterampilan khusus menyangkut ilmu dan seni.Suatu pekerjaan disebut profesi jika ada bidang keilmuan khusus yang membentuk profesi tersebut. Keilmuan ini hanya bisa diperoleh melalu proses pendidikan fprmal yang sah secara hukum dan diakui secara nasional maupun internasional. Keperwatan sebagai profesi, keperawatan dibentuk melalui proses pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan profesional ini bertujuan untuk menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku profesional; memberi landasan keilmuan yang kokoh agar asuhan keperawatan yang diberikan berkualitas; menumbuhkan dan membina keterampilan profesional;serta menubuhkan dan membina landasan etik keperawatan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Kompetensi yang harus dimiliki setiap perawat mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif,yang mencakup kemampuan yang terikat dengan konsep keilmuan keperawatan, konsep psikomotor mencakup kemampuan atau keterampilan yang bersifat teknis prosedur di dalam melakukan aktivitas keperawatan, sedangkan kompetensi afektif menyangkut sikap perawat saat berinteraksi dengan klien secara profesional. 4. Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip atau teori dalam kegiatan profesional. Sebagai suatu profesi, keperawatan harus didukung oleh berbagai teori



keperawatan agar asuhan yang diberikan semakin berkualitas dan profesional. Pada dasarnya, teori keperawatan dibentuk untuk membangun bidang ilmu keperawatan. Teori tersebut bermanfaat sebagai prinsip atau pedoman dalam menjalankan profesinya. Dengan demikian, setiap tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien harus sudah dilandasi oleh pertimbangan yang logis,sistematis, dan etis. 5. Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan manusia. Tugas utama perawat adalah memberikan asuahan keperawatan kepada klien. Fokus orientasi ini telah memberi implikasi yang sangat besar. Perawat yang berorientasi untuk memberikan asuhan kepada klien akan besikap ramah, sopan, dan selalu siap membantu klien. Perawat akan lebih peduli terhadap klien sehingga kesan negatif tentang perawat,seperti judes,rewel,atau kurang ramah akan hilang dengan sendirinya. Klien akan merasa nyaman berada dekat perawat dan ia akan selalu “merindukan” kehadiran perawat. Perawat hadir untuk membantu menyelesaikan masalah klien, bukan justru menambah masalah mereka. Oleh karena itu, perawat sebagai penolong klien harus berorientasi untuk memenuhi kebutuhan klien. 6. Asuahan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan objektif. Walaupun perawat berorientasi kepada klien, bukan berarti segala keinginan klien harus dipenuhi. Perawat harus menganalisis dan menyeleksi mana yang menjadi kewenangannya. Klien yang dirawat tentu memiliki masalah dalam dirinya, baik secara fisik maupun psikologis. Peran perawat di sini adalah memberi asuhan kepada klien guna memenuhi kebutuhannya. Untuk mewujudkannya, perawat harus menggunakan suatu metodologi yang disebut proses keperawatan. Melalui proses keperawatan, perawat akan mengetahui kebutuhan klien yang harus ia penuhi. Tentunya kebutuhan tersebut harus bersifat objektif, nyata, dan didasarkan atas hasil analisis proses keperawatan. 7. Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan. Salah satu ciri keperawatan sebagai profesi adalah mempunyai kewenangan yang jelas. Kewenangan ini terkait dengan tugas ruang lingkup keperawatan: apa yang menjadi kewenangan perawat. Hal ini tentu harus diikuti dengan otonomi perawat dalam memberikan asuhan kepada klien. Di samping itu, dalam melaksanakan fungsinya, perawat tidak bertindak sebagai pembantu profesi kesehatan lain, tidak pula dikendalikan oleh profesi tersebut. Disiplin ilmu dalam profesi keperwatan berbeda dengan profesi kesehatan lain. Dengan demikian, kedudukan perawat sebagai profesi kesehatan sejajar dengan profesi kesehatan lain, yaitu sebagai mitra. Dengan demikian, selayaknya tidak ada perlakuan diskriminatif terhadap profesi keperawatan. Pemahaman seperti ini harus ditanamkan dalam diri setiap personel kesehatan, sejak dari bangku pendidikan hingga ke lingkungan profesional. Masing-masing profesi kesehatan harus duduk sejajar, bersama-sama mendiskusikan hal yang terbaik bagi kesembuhan klien. 8. Memiliki standar etika dan praktik profesional. Setiap pekerjaaan yang disebut profesi tentu memiliki fokus/sasaran tersendiri. Fokus keperawatan adalah pada respons manusia, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, mulai dari level individu hingga masyarakat. Perawat harus memilliki suatu etika ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Etika ini disebut dengan etika keperawatan. Etika keperawatan adalh pedoman bagi perawat di dalam memberikan asuhan



keperawatan agar segala tindakan yang diambilnya tetap memerhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan ini dituangkan ke dalam aturan tertulis yang dikenal dengan istilah kode etik. Kode etik keperawatan adalah asas atau aturan moral tertulis yang harus digunakan oleh perawat sebagai pedoman/prinsip berperilaku agar mereka tetap berada dalam koridor kebenaran. Keperawatan sebagai profesi tidak hanya memiliki kode etik,tetapi juga standar profesi. Di Indonesia, standar praktik keperawatan profesional dibuat mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi lima standar,yaitu standar pengkajian, standar diagnosis keperawatan, standar perencanaan, standar implementasi, dan standar evaluasi. 9. Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi. Organisai profesi mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan karier anggotanya. Keperawatan sebagai sebuah profesi harus mempunyai wadah yang menaungi seluruh anggotanya. Wadah tersaebut penting artinya untuk menyatukan langkah perawat menuju keperawatan profesional dan untuk menjaga eksistensi serta kemajuan profesi keperawatan.



Dari sembilan karakteristik profesional diatas, dapat disimpulkan bahwa keperawatan sebagai suatu profesi harus didukung oleh perilaku profesional setiap pribadi perawat. Beberapa ciri esensial perilaku profesional keperawatan, antara lain: a.



Berdasarkan ilmu pengetahuan standar dan sistemik yang bermutu tinggi;



b.



Berorientasi utama pada kepentingan klien, bukan kepentingan pribadi;



c. Memiliki pengendalian diri yang sungguh-sungguh melalui kode etik keperawatan; d.



Kegiatannya didasarkan pada proses berpikir ilmiah;



e.



Ada upaya pengembangan diri yang terus-menerus;



f. Ada sistem reward, finansial, dan kehormatan sebagai simbol pencapaian prestasi. 4.LANDASAN ILMU



 Dasar pengetahuan dimana seseorang yang mempelajari keperawatan itu sendiri. 



Dasar ilmu yang mempelajari tata cara etika asuhan keperawatan.



 Jadi landasan ilmu adalah: Dasar ilmu pengetahuan yang mempelajari dan mendalami tata cara / etika asuhan keperawatan



5.SEJARAH KEPERAWATAN a) Pertama sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang itu. b) Kedua,zaman keagamaan,perkembangan keperawatan ini mulai bergeser kearah sepiritual di mana seorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan.Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah,sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat di sebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama. c) Ketiga,zaman masehi keperawatan di mulai pada saat perkembanggan agama nasrani,dimana pada saat itu banyak membentuk diakones. d) Keempat,zaman permulaan pada abad 21,pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah,tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan,menginjak pada saat itu adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan. e) Kelima,zaman sebelum perang dunia kedua,pada massa perang kedua ini timbul rasa prinsip cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan.pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari pentingnya adanya suatu sekolah untuk mendidik para perawat dia mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat.Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu korban akibat perang Hrim (1854-1856) Antara Roma dan Turki,yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama Thomas di London dan juga mendirikan sebuah sekolah dengan nama Nightingale Nursing School. f) Keenam,masa selama perang dunia kedua,selama massa ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang beraneka ragam. g) Ketujuh,masa pasca perang dunia dua,masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua,dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtra semakin pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia a) Pada massa sebelum kemerdekaan,pda massa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.Perawat berasal dari indonesia disebut Verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit perawat pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan utuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda,sehingga akhirnya pada massa Belanda terbentuklah dinas kesehatan.



b) Pada massa setelah kemerdekaan,pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat,kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma.Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama program studi Ilmu keperawatan dan akhirnya dengan berkembanganya [lmu Keperawatan maka menjadi sebuah fakultas ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diskusi berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 diberbagai Universitas di Indonesia.



6.



ISSUE DAN TREND



Setelah tahun 2000,dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi. Pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah Urbanisasi,pencemaran,kecelakaan. Disamping meningkatkan angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi,kurang dizi dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit Degeneratif



7.



PERAN DAN FUNGSI PERAWAT



PERAN PERAWAT Mrpkn tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dpt dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dr profesi perawat maupun dr luar profesi keperawatan yg bersifat konstan. Peran Perawat menurut CHS, 1989. 1.



Pemberi asuhan keperawatan



2.



Advokat klien



3.



Edukator



4.



Koordinator



5.



Kolaborator



6.



Konsultan



7.



Pembaharu



Pemberi Asuhan Keperawatan  Dpt dilakukan perawat dg memperhatikan keadaan KDM yg dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dg menggunakian proses keperawatan.  Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dr yg sederhana sampai dg kompleks. Peran sbg Advokat Klien Peran ini dilakukan perawat dlm: *Membantu klien dan nkeluarga dlm menginterpretasikan berbagai informasi dr pemberi pelayanan khususnya dlm pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yg diberikan kpd klien. * Berperan mempertahankan & melindungi hak-hak pasien: - Hak atas pelayanan sebaik-baiknya - Hak atas informasi ttg penyakitnya - Hak atas privacy - Hak untuk menentukan nasibnya sendiri. - Hak untuk menerima ganti rugi atas kelalaian. Peran Edukator Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, tindakan yg diberikanb shg terjadi perubahan perilaku klien Peran Koordinator Peran ini dilaksanakan dg mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Peran Kolaborator Peran perawat dalam bekerja sama dengan tim kesehatan (dokter, fisioterapis, ahli gizi dll) dg berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjuutnya. Peran Konsultan Peran sebgg tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yangn tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi ttg tujuan pelayanan keperawatanh yg diberikan. Peran Pembaharu



Dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Peran Perawat Menurut Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983 Pelaksana pelayanan keperawatan. Pengelola pelayanan & institusi keperawatan. Pendidik dalam keperawatan Peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.



FUNGSI PERAWAT Fungsi adl suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah sesuai dg keadaan yg ada Fungsi yg dilaksanakan Perawat. Fungsi Independen Fungsi Dependen Fungsi Interdependen



Fungsi Independen  Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain  Perawat dlm melaksanakan tugasnya dilaksanakan sendiri dan atas keputusan sendiri  dlm melakukan tindakan pemenuhan KDM. Fungsi Dependen  Merupakan fungsi perawat dlm melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.



Fungsi Interdependen  Fungsi ini dilakukan dlm kelompok tim yg bersifat saling ketergantungan diantara tim satu denganh nlainnya.



 Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dlm memberikan askep penderita yg mempunyai penyakit kompleks. Fungsi Perawat Mengkaji kebutuhan klien, keluarga, kelompok, masyarakat serta sumber yg tersedia & potensial untuk memenuhi kebutuhan tsb. Merencanakan tindakan keperawatan kpd individu, keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan diagnosa keperawatan. Melaksanakan rencana keperawatan Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan Mendokumentasikan proses keperawatan Mengidentifikasi hal-hal yg perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna meningkatkan penget & pengembangan ketrampilan dlm praktik kep. Berperan serta dlm melaksanakan penyuluhan kesehatan kpd klien, keluarga, kelompok serta masyarakat. Bekerja sama dg disiplin ilmu terkait dlm memberikan pel kes kpd klien, keluarga, kelompok, masyarakat. 9. Mengelola perawatan klien & berperan sbg ketua tim dlm melaksanakan kegiatan keperawatan



TUGAS PERAWAT  Tugas perawat dalam menjalankan perannya sbg pemberi asuhan keperawatan dpt dilaksanakan sesuai dg tahapan proses keperawatan.



Tugas Perawat sesuai dg fungsinya, Loknas Kep 1983  Fungsi mengkaji kebutuhan klien: 1. Mengumpulkan data 2. Menganalisa & mengiterpretasikian data.  Fungsi merencanakan tindakan Kep: 1.



Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.



 Fungsi melaksanakan rencana keperawatan: 1. Menggunakan dan menerapkan konsep dan prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dlm rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.



 Fungsi mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. 1. Menentukan kriteria yg dpt diukur 2. Menilai tingkat pencapaian tujuan 3. mengidenti8fikasi perubahan-



perubahan yg diperlukan



 Fungsi mendokumentasikan proses keperawatan: 1. Mengevalouasi data permasalahan kep. 2. Mencatat data dlm proses keperawatan 3. Menggunakan catatan klien unhtuk



memonitor kualitas asuhan kep.



 Fungsi Mengidentifikasi hal-hal yg perlu diteliti: 1. Mengidentifikasi masalah penelitian 2. Membuat usulan rencana penelitian 3. Menerapkan hasil penelitian dlm



dlm bd kep. keperawatan



praktik keperawatan



 Fungsi berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan. 1. Mengidentifikasi kebutuhan pen kes 2. Membuat rencana penyuluhan kes 3. Melaksanakan penyuluhan kes 4. Mengevaluasi hasil penyuluhan  Fungsi bekerjasama dengan disiplin ilmu terkait dlm memberikan pel kes: 1. Berperan serta dlm pel kes 2. Menciptakan komunikasi yg efektif baik dg trim kep maupun tim kes.  Fungsi mengelola perawatan klien & berperan sbg ketua tim dlm melaksanakan kegiatan keperawatan: 1. Menerapkan ketrampilan



management dlm kep klien secara



menyeluruh.



DAFTAR PUSTAKA



Asmadi. ( 2005 ). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta .Buku Kedokteran EGC Alimul Hidayat, Aziz. (2008) . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta . Salemba Medika



welcome.. Home Posts RSS Comments RSS Edit Top of Form



Search...



Bottom of Form BLOG ARCHIVE ► 2012 (2) ▼ 2013 (2) ► Januari (1) ▼ Maret (1) Proses Dasar Proses Keperawatan ABOUT ME



fitrani dwina facebook.com/fitrani.dwina twitter.com/raraaFD planetbiru.com/rararaa plurk.com/vorst_raa Lihat profil lengkapku SHOPPING ONLINE Diberdayakan oleh Blogger. Senin, 04 Maret 2013 Proses Dasar Proses Keperawatan Diposkan oleh fitrani dwina di 05.51



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang



Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami. Dalam melaksanakan ataupun menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat memerlukan suatu proses yang disebut proses keperawatan. Dimana dalam proses keperawatan, seseorang perawat akan diberikan suatu cara yang sistematis yang kemudian akan diterapkan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan. Oleh karena itu proses keperawatan sangat penting agar seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa terkendala suatu apapun.



B.



Rumusan Masalah



1.



Apa yang dimaksud dengan proses keperawatan?



2.



Bagaimana perkembangan proses keperawatan?



3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan? 4.



Apa karakteristik serta sifat dari proses keperawatan?



5.



Bagaimana dampak pelaksanaan proses keperawatan?



6.



Apa saja teori yang digunakan dalam melaksanakan proses keperawatan?



C.



Tujuan



Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang : 1.



Untuk mengetahui maksud dari proses keperawatan.



2.



Untuk mengetahui perkembangan dari proses keperawatan.



3. Untuk mengetahui kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan. 4.



Untuk mengetahui karakteristik serta sifat dari proses keperawatan.



5.



Untuk mengetahui dampak pelaksanaan proses keperawatan.



6. Untuk mengetahui teori yang digunakan dalam melaksanakan proses keperawatan.



D.



Manfaat



Manfaat dari penulisan ini : 1.



Dapat mengetahui maksud dari proses keperawatan.



2.



Dapat mengetahui perkembangan dari proses keperawatan.



3. Dapat mengetahui kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan. 4.



Dapat mengetahui karakteristik serta sifat dari proses keperawatan.



5.



Dapat mengetahui dampak pelaksanaan proses keperawatan.



6.



Dapat mengetahui teori yang digunakan dalam proses keperawatan.



BAB II PEMBAHASAN A.



Sejarah Proses Keperawatan



Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga. Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984. Diluar negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, proses keperawatan pertama kali dijabarkan. Ia mencetuskan proses keperawatan terdiri atas tiga tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi.



Pada tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan. Pada tahun 1963, Wiedenbach mengenalkan proses keperawatan dalam tiga tahap yaitu observasi, bantuan pertolongan, dan validasi. Proses lima tahap pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of Higher Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic University of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000). Pada tahun 1967, edisi keperawatan pertama kali dipublikasikan. Pada tahun 1973, American Nurse’s Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap, meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995). Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika. Selanjutnya Bloch (1974), Roy (1975), Mundinger & Jauron (1975), dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa dalam lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan), dan discriminate (identik dengan evaluasi). Tahun 1975 diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas St. Louis. Klafisikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA. Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1997). Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi. B.



Pengertian Proses Keperawatan



Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang proses keperawatan, diantaranya adalah menurut Nettina (1996) yang menyatakan bahwa proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam pelayanan kesehatan. Meliputi pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah.



Proses merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan atau serangkaian operasional untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses keperawatan adalah metode yang sistematik dan rasional dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah kesehatan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai dengan kebutuhan (Kozier et al. 1995). Sedangkan Clark (1992), mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode/ proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan pemecahan masalah. Demikian juga dengan Yura dan Walsh (1988), menyatakan bahwa proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasi.



C.



Tujuan Proses Keperawatan



Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah: 1. Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek keperawatan. 2.



Sebagai standar untuk praktek keperawatan.



3. Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan. 5.



D.



Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu.



Kemampuan Perawat



Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat harus memiliki persyaratan kemampuan sebagai berikut: 1. Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu untuk membuat keputusan dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah klien. 2. Kecakapan dalam perilaku dan hubungan antar manusia, memudahkan perawat dalam menciptakan hubungan baik dengan klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya. Disini sangat dituntut pada kemampuan berkomunikasi secara terapeutik dan berperilaku.



3. Kecakapan dalam kemampuan teknis keperawatan, merupakan kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh meliputi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual klien serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.



E.



Karakteristik Proses Keperawatan



Proses Keperawatan mempunyai enam karateristik : 1.



Tujuan



Proses Keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meninmgkatkan kualitas asuhan Keperawatan kepada klien. 2.



Sistematika



· Menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan. · Menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan intuisi pelayanan kesehatan/Keperawatan. · PK ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dengan klien.



3.



Dinamik



PK ditujukan dalam mengatasi masalah – masalah kesehatan klien yang di laksanakan secara berkesinambungan. 4.



Interaktif



Adanya hubungan timbale balik antar perawat, Klien, Keluarga dan tenaga 5.



lainnya.



Fleksibel



Proses yang di lihat dari dua konteks : · Dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun, spesialisasi yang berhubungan dengan individu, kelompok, atau masyarakat. · Tahapannya bisa digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan kedua belah pihak. 6.



Teoritis



Setiap langkah dalam proses keperawatan selalu di dasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model Keperawatan yang berlandaskan pada Filosofi



keperawatan bahwa asuhan keperawatan kepada klien harus menekankan pada 3 aspek : ·



Humanistik : Memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia



· Holistik : Intervensi keperawatan Harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh (bio – psiko – sosio – spiritual). · Care : Asuhan Keperawatan yang diberikan harus berlandaskan pada standard praktik keperawatan dan etika keperawatan.



F.



Implikasi Proses Keperawatan



Penerapan proses keperawatan mempunyai implikasi atau dampak terhadap : 1.



Profesi keperawatan



Secara profesional, proses keperawatan menyajikan suatu lingkup praktik keperawatan. Melalui lima langkah, keperawatan secara terus-menerus mendefinisikan perannya kepada si konsumen (klien) dan profesi kesehatan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keperawatan tidak hanya melaksanakan rencana seperti yang telah diresepkan dokter (Iyer et al.,1996). Praktek keperawatan mencakup standar praktik keperawatan. Standar tersebut diadopsi dan diterbitkan oleh American Nurses’Association (ANA, 1973). Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan spesialisasinya. Di indonesia pelaksanaan standar praktik keperawatan juga telah di atur dalam peraturan pemerintah melalui Undang-Undang Kesehatan di Indonesia (DepKes,1992) dan diberlakukannya PerMenKes No. :647/2000 yang mengatur tentang praktik keperawatan profesional di Indonesia.



2.



Klien



Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan keluarga. Kegiatan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam keperawatan dengan melibatkan mereka kedalam lima langkah proses. Klien menyediakan sumber untuk pengkajian, validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun dengan baik, akan memungkinkan perawat dapat memberikan pelayanan secara kontinyu, aman, dan terciptanya lingkungan yang terapeutik. Keadaan tersebut akan membantu mempercepat kesembuhan klien dan memungkinkan klien dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada.



3.



Perawat



Proses keperawatan akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan perkembangan profesionalisasi. Peningkatan hubungan antar perawat dengan klien dapat dilakukan dengan penerapan proses keperawatan. Proses keperawatan memungkinkan suatu pengembangan dan kreatifitas dalam penjelasan masalah klien. Hal ini akan mencegah dalam pekerjaan yang rutinitas, kejenuhan perawat, dan task-oriented approach.



G. 1.



Teori yang Mendasari Proses Keperawatan Teori Sistem



Teori sistem terdiri dari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan sosial, manusia, struktur dan masalah-masalah organisasi serta perubahan hubungan internal dan lingkingan di sekitarnya.sistem tersebut terdiri dari tujuan, proses, dan isi.Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan,oleh karna itu tujuan dapat memberikan arah pada sistem.Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai dan isi terdiri dari bagian yang membentuk suatu sistem. Keterkaitan antara teori sistem dan proses keperawatan yaitu: a.



Input



Merupakan suatu kumpulan data hasil pengkajian beserta permasalahannya.Kemudian disusun suatu rencana dan tindakan keperawatan yang tepat. b.



Output



Output dimaksudkan untuk menjelaskan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. c.



Feedback(Umpan balik)



Merupakan suatu proses dimana informasi tentang sistem output dikomunikasikan kembali pada sistem, supaya dapat dievaluasi dan memberikan arah dala pengkajian ulang dalam menentukan tindakan selanjutnya. Dalam sistem keperawatan menjelaskan bahwa perawat sebagai individu dan klien(individu,keluarga,masyarakat) dalm berintraksi dimana satu dengan lainnya saling mempengaruhi terhadap tingkat kebutuhan dan kepuasan yang merupakan fokus dari asuhan keperawatan. 2.



Teori Kebutuhan Manusia



Teori ini memandang bahwa manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis, keamanan, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu “tegangan internal” sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen sistem. Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.



Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan membawa dampak terhadap perubahan sisten dalam individu (biologis, intelektual, emosional, sosial, spiritual, ekonomi, lingkungan, patologi, dan psikopatologi). Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan suatu bagian dimana penerapan proses keperawatan selalu difokuskan pada kebutuhan individu yang unik dan sebagai suatu bagian integral dari keluarga dan masyarakat. Keseimbangan antar kebutuhan tersebut menjadi tanggung jawab dari setiap orang. Misalnya, tanggungjawab orang tua terhadap anaknya adalah pemenuhan kebutuhan dasar anaknya. Demikian juga tanggungjawab perawat adalah memberikan dukungan, memfasilitasi, dan berkounikasi kepada klien sehat atau sakit untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar. 3.



Teori Persepsi



Terjadinya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar sangat dipengaruhi oleh persepsi individu. Setiap manusia selalu berubah keputusan dan kepuasannya, berdasarkan perubahan perilaku yang sangat unik. Akibattnya setiap perubahan yang terjadi persepsinya akan selalu berbeda. Perbedaan tersebut membawa konsekwensi terhadap masalah keperawatan. Misalnya ada dua klien ( A dan B) dengan diagnosa medis yang sama (diabetes militus), maslah keperawatan yang timbul berbeda. Hal ini karena persepsi klien A dan B juga berbeda terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Sebagaimana persepsi seseorang berhubungan dengan; 1) sinstem neurologis, 2) persepsi tidak selalu tergantung dari belajar dan pengalaman. Day mengatakan bahwa persepsi dipelajari dari variabel: 1) lingkungan fisik, 2) fisiologis proses dn interaksi, 3) kejadian-kejadian pada perilaku. Terjadinya interaksi antara orang dan lingkungan dilaksanakan oleh reseptor energi sensitif. Karakteristik stimulasi harus ditransforasikan dalam suatu kode transmisi ke tingkat yang lebih tinngi pada sistem saraf pusat sebelum interaksi, dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan respon adaptif. Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang mempunyai makna bagi kita. Makna merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan dan tindakan. Oleh karena itu persepsi memegang peranan yang penting dalam kehidupan secara umum, dimana kita dapat mengupulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan disekitar kita. Hal ini juga sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dan klien saling mengumpulkan data. Kemudian data tersebut akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat dipergunakan untuk pemberian asuhan keperawatan. 4.



Teori Informasi dan Komunikasi



Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengindentifikasi masalah klien. Proses keperrawatan, sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.



Setelah penerapan proses keperawatan, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam mengartikan suatu informasi yang diterima serta dapat menjalin komunikasi yang efektif. Pengetahuan tersebut meliputi kemampuan perawat tentang cara mencari data atau fakta, menyeleksi, memproses informasi dan memutuskan suatu tindakan terhadap informasi yang diterima, adapun tahapan tersebut adalah: menentukan prioritas masalah, mencari alternatif tindakan , memilih dan melaksanakan hasil alternatif yang telah ditentukan. Proses keperawatan merupakan suatu siklus karena memerlukan suatu modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan dan mengevaluasi ulang. Oleh karena itu setiap langkah dalam proses keperawatan diperlukan suatu informasi yang akurat. Hal ini akan bisa tercapai apabila perawat mampu menjalin komunikasi dengan baik. 5.



Teori Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian Masalah



Setiap tindakan yang dilakukan secara rasional oleh orang selalu melibatkan keputusan atau pilihan. Setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah menuntut orang dapat menerima sesuatu hal yang baru, perbedaan, dan aspekaspek yang lebih kompleks dari lingkungan yang sudah ada. Sehingga setiap kesenjangan adalah suatu masalah, masalah tersebut memerlukan jawaban serta solusi yang tepat. Tujuan penerapan proses keperawatan dala memberikan asuhan keperawatan kepada klien adalah untuk menyelesaikan masalah. Proses keperawatan juga dapat dipergunakan untuk menyusun suatu tindakan, untuk merubah suatu situasi yang lebih kondusif dalam membantu mempercepat mengatasi masalah klien yang sangat kompleks. Melalui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah dapat diindentifikasi secara tepat dan dalam pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan akurat. H. 1.



Sifat Proses Keperawatan Dinamis.



Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.



2.



Siklik.



Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (reassessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.



3.



Interdependent / saling ketergantungan.



Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.



4.



Fleksibel atau luwes.



Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti : a)



Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan



b)



Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien



c) Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia d) Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan



Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain.



B.



Saran



Perawat harus dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang baik karena perawat salah satunya berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.