Contoh Penyelesaian Kasus Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kasus II Di ruang Interna terjadi hambatan pelayanan kesehatan kepada pasien karena karena adanya hambatan kolaborasi antara perawat dengan dokter, dimana dokter mempunyai persepsi bahwa perawat sebagai tenaga vokasional, asisten dokter, dan kebijakan rumah sakit yang belum mendukung. 1. Identifikasi masalah dengan baik 2. Berikan solusinya jawaban: 1. masalah yang terjadi pada kasus diatas adalah adanya hambatan dari pelayanan kesehatan kepada pasien karena adanya hambatan kolaborasi antara perawat dengan dokter karena dokter terlalu menganggap bahwa perawat adalah sebagai tenaga vocasional, asisten dokter, dan juga kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung.



2. pelayanan kesehatan yang didalamnya terdiri dari berbagai tenaga kesehatan berupa dokter, perawat, ahli gizi dengan latar pendidikan berbeda-beda merupakan tantangan kolaborasi antara profesi kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Bagaimana bekerja sama tanpa melihat status pendidikan dan status pekerjaan perlu dipahami bersama. Diperlukan team work yang baik, tanggung jawab atas peran masing-masing, komunikasi, hubungan yang baik, saling belajar dan kritis, menjaga etika masingmasing profesi menjadi kunci dalam kolaborasi antar profesi kesehatan. Dengan demikian, kerjasama akan bisa efektif dan se-efisien mungkin. “Saat ini yang terjadi adalah fragmented dan scattered”, Menurut saya meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, kolaborasi praktik antar profesi kesehatan juga dapat menurunkan risiko yang ditimbulkan akibat lamanya penanganan kesehatan, seperti menurunkan angka pasien penderita komplikasi, lama tinggal di rumah sakit, konflik antara pasien dan pengasuh, rotasi petugas kesehatan, hingga angka kematian pasien. Dr. Khanchit Limpakarnjanarat, perwakilan World Health Organization (WHO) untuk Indonesia mengungkapkan, interprofessional collaborative practice (ICP) sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan para petugas kesehatan menjadi bagian dari peningkatan kualitas kesehatan. “Di sisi lain, ICP ini meningkatkan keselamatan pasien jauh lebih tinggi,” paparnya saat menjadi keynote speaker dalam seminar internasional “The 4th Padjadjaran International Nursing Conference 2014”, Rabu (04/06) di Hotel Horison, Bandung. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, kolaborasi praktik antar profesi kesehatan juga dapat menurunkan risiko yang ditimbulkan akibat lamanya penanganan kesehatan, seperti menurunkan angka pasien penderita komplikasi, lama tinggal di rumah sakit, konflik antara pasien dan pengasuh, rotasi petugas kesehatan, hingga angka kematian pasien. Dalam perspektif Departement of Veteran Affairs, Amerika Serikat, Dr. Khanchit menerangkan, komponen dari ICP meliputi dokter, perawat, apoteker, psikiater, hingga tenaga teknis di instansi kesehatan.



Di beberapa negara, penerapan ICP sudah berjalan dengan baik. WHO mencatat, ada 5 negara yang berhasil menerapkan konsep ini dengan baik pada tahun 2013 lalu, seperti Kanada, Amerika Serikat, India, Brazil, dan Afrika Selatan. “ICP ini harus segera diterapkan di banyak negara. Namun, negara tersebut harus mempertimbangkan dahulu hambatan dan keuntungan agar ICP ini dapat berjalan dengan baik,” tutur Dr. Khanchit. Di Indonesia penerapan ICP belum diaplikasikan dengan baik. Hal tersebut dibenarkan oleh Suryani, S.Kp., M.HSc., Ph.D., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. Menurutnya, petugas kesehatan di Indonesia masih belum dapat berkolaborasi salah satunya karena masih ada ego pada setiap masingmasing profesi.



web: http://www.unpad.ac.id/2014/06/kolaborasi-profesi-kesehatan-kunci-peningkatan-kualitaslayanan-kesehatan-di-indonesia/