CRS Konservasi Qori [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE REPORT SESSION



PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI 33 DENGAN DIAGNOSA NEKROSIS PULPA



Oleh:



Qorrie Furqan Al Annuri 1210341007



Pembimbing :



drg. Deli Mona, Sp.KG



DEPARTEMEN KONSERVASI RSGMP FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2020 PENDAHULUAN



Gigi berlubang (karies) merupakan penyakit jaringan keras gigi ditandai dengan kerusakan yang dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas kebagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin hingga pulpa. 1,2 Adanya kerusakan gigi karena karies atau trauma dapat berakibat terganggunya fungsi gigi secara maksimal. Kerusakan gigi yang dalam menyebabkan peradangan pulpa dan bila tidak dilakukan perawatan lebih lanjut bisa menyebabkan kematian pulpa atau disebut dengan istilah pulpa nekrosis.3 Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan endodontik yang bertujuan untuk membersihkan jaringan pulpa atau mikroorganisme yang terdapat didalam sistem saluran akar sehingga dapat dilakukan pengisian saluran akar dengan baik dan terjadi perbaikan jaringan periapikal.4 Perawatan saluran akar merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan disekitarnya. 5 Perawatan saluran akar dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan atau beberapa kali kunjungan (multikunjungan). Perawatan satu kali kunjungan dapat dilakukan pada gigi vital dan gigi non vital dalam kondisi tidak ada sensitivitas periapikal atau lesi periapikal, tidak ada eksudat dalam saluran akar serta tidak ada bau.5,6 Perawatan saluran akar dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap (cleaning) pembersihan seluruh jaringan pulpa yang terinfeksi, (shaping) pembentukan atau preparasi saluran akar, serta tahap pengisian saluran akar (obturasi).5,7,8 Konsep ini masih mementingkan tahap sterilisasi sehingga dibutuhkan beberapa kali kunjungan dan hingga kini dilakukan sebagai panutan perawatan endodontik.7 Perawatan saluran akar harus dilakukan secara benar dan efektif pada ketiga tahap tersebut karena akan menentukan keberhasilan dari perawatan endodontik.8 Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar akan mengalami beberapa perubahan, yaitu hilangnya struktur gigi yang cukup banyak, perubahan karakteristik fisik dan perubahan dalam hal estetik.4,7,9. Oleh karena itu, diperlukan pemasangan pasak dengan ukuran yang tepat masuk ke dalam saluran akar untuk mendukung restorasi akhir. 7-9 Restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar didesain untuk melindungi jaringan gigi yang tersisa dari fraktur, menghindari terjadinya infeksi ulang pada sistem saluran akar, serta untuk menggantikan struktur jaringan gigi yang hilang. Pemilihan jenis restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar memerlukan pertimbangan, karena restorasi diharapkan dapat mengembalikan fungsi gigi baik dari segi kegunaan maupun estetiknya.5



KASUS Pasien Wanita (43 tahun) datang ke RSGMP FKG UNAND dengan keluhan gigi depan berlubang dan ingin ditambal. Pasien merasakan giginya menghitam dan sakit (nyeri) sekitar 2 tahun yang lalu. Gigi yang sakit dibiarkan saja sampai berlubang besar. Lama kelamaan lubang tersebut menyebabkan mahkota gigi patah sebagian. Hingga saat ini, gigi tersebut sudah tidak pernah sakit lagi. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien pernah dirawat di Rumah Sakit karena batuk berdarah saat malam hari dan dicurigai menderita TB karena pernah mengonsumsi obat–obatan selama 6 bulan saat usia 13 tahun, tetapi pasien menyangkal menderita TB. Ibu dan kakek pasien memiliki riayat penyakit tiroid. Ayah, kakek dan nenek dari ibu, kakek dan nenek dari ayah dan saudara kandung serta sauda sedarah tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik. Pada pemeriksaan objektif ditemukan pada gigi 46 terdapat karies profunda di mesial (site 2, size 3), berupa : palpasi (-), perkusi (-), tes thermal Chlorethyl (-), tes bur (-) dan mobility (-).



Gambar 1. Gambaran klinis gigi 33 Dari pemeriksaan radiografi menunjukkan gigi 33 kehilangan mahkota hampir sebgain insisal bagian mesial dan karies mencapai kamar pulpa. Jumlah akar satu dan saluran akar tunggal serta dapat diaksees.Terdapat kerusakan tulang intraradikular antara gigi 32, 33, 34 dan 35 secara vertikal. Gambaran radiopaque terputus menunjukkan kerusakan lamina dura pada jaringan periodontal gigi bagian mesial dan distal, tanpa diserta adanya lesi periapikal disekita apikal gigi 33.



Gambar 2. Gambaran radiografi gigi 33 Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan radiografi dapat ditegakkan diagnosa, yaitu nekrosis pulpa dengan rencana perawatan pulpektomi non-vital dan restorasi indirect crown dengan post and core menggunakan bahan akrilik.



TATALAKSANA KASUS Kunjungan 1. [27 Juni 2019]. Pasien datang ke RSGMP FKG UNAND dilakukan pemeriksaan lengkap (pengisian rekam medis) yang berupa pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif dan radiografi pada pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditegakkan diagnosa dan ditentukan rencana perawatan pada gigi 33. Operator memberikan penjelasan mengenai gambaran tahapan pekerjaan selama prosedur perawatan, waktu, serta biaya yang dibutuhkan untuk perawatan tersebut. Sebelum dilakukan terapi restoratif, maka terlebih dahulu dilakukan terapi initial pada pasien berupa Scalling dan Root Planning (SRP) dan terapi bedah berupa kuretase bagian mesial dan distal. Kunjungan 2. [02 Juli 2019]. Preparasi saluran akar gigi 33 dan rotasi obat 1. Pasien melakukan pengisian informed consent terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan perawatan. Lakukan re-walling pada dinding mesial dengan menggunakan GIC restoratif. Setelah itu, buang semua jaringan karies sampai atas kamar pulpa terbuka. Kemudian buang isi kamar pulpa dengan eksavator. Setelah itu cari orifis dengan jarum miller dan irigasi dengan NaOCl 2,5%. Cari orifis dengan jarum miller dan didapatkan 1 saluran akar dengan panjang kerja 21 mm. Penentuan panjang kerja didapatkan melalui perbandingan dengan rontgen foto dengan rumus: Panjang gigi sebenarnya = panjang gigi ro x panjang mahkota klinis



panjang mahkota klinis dalam ro Lakukan ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi (Dyna) yang diberi stopper sesuai panjang kerja dengan cara memutar alat searah jarum jam kemudian ditarik ke atas. Penentuan IAF (Initial Apikal File) yaitu nomor file (NIC & Diadent) yang pertama kali masuk pada saluran akar sesuai panjang kerja. IAF-nya adalah #30 /21 mm. Kemudian naikan ukuran file 3 nomor diatas itu untuk mendapatkan MAF (Master Apikal Cone). MAFnya adalah #45. Setiap pergantian file selalu diselingi dengan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan aquades steril. Irigasi akhir selalu diselingi dengan aquades steril. Naikan 3 nomor di atas MAF, dengan setiap menaikan ukuran file panjang kerja dikurangi 1 mm. Gerakan file dipakai dengan gerakkan menarik. Setelah preparasi selesai, keringkan dengan paper point (Gapadent). Karena pasien menjanjikan kunjungan 2 bisa dilakukan 1 minggu lagi dan preparasi saluran akar belum dirasa maksimal dan steril, medikamen yang diaplikasikan berupa uap dari ChKM (Biodinamica) menggunakan cotton pellet di atas orifis, tutup dengan kapas steril dan tutup dengan tambalan sementara (GC). Rotasi obat 1 pada kunjungan 3 (1 minggu pasca kunjungan 2). Kunjungan 3. [11 Juli 2019] Rotasi obat 1 Keluhan pasien (+), perkusi (-), palpasi (-). Pasien melaporkan 5 hari setelah kunjungan 1 gigi yang dirawat terasa sakit saat menggigit makanan. Tetapi saat kunjugan 2, saat kunjungan 2 keluhan pasien (-), perkusi (-) dan palpasi (-). Buka tambalan sementara dan cek kapas bekas ChKM (tidak bau obat) dan agak lembab. Saluran akar belum steril dan ujung paper point basah ketika dikeluarkan dari saluran akar. Untuk memastikan saluran akar steril dan tidak ada sisa preparasi yang mengurangi panjang kerja, saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan aquadest steril. Kembabali dilakukan preparasi dengan file MAF hingga 3 nomor diatas MAF. Setiap pergantian file diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan aquades steril. Saluran akar dikeringkan dengan paper point. Aplikasikan pasta Ca(OH)2 dengan memasukkan ujung tube perlahan hingga pasta terisi sampai di atas orifis. Tutup dengan cotton pellet steril dan tambalan sementara (GC). Rotasi obat 2 dilakukan 2 minggu pasca kunjungan 3. Kunjungan 4. [19 Juli 2019] Rotasi obat 2 Keluhan pasien (-), perkusi (-), palpasi (-). Buka tambalan sementara dan konsistensi Ca(OH)2 seperti pasta berubah menjadi kering seperti serbuk saat dibersihkan dengan file ukuran MAF. Irigasi dilakukan dengan NaOCl 2,5% sesering mungkin hingga serbuk Ca(OH)2 bersih dari saluran akar. Periksa panjang kerja kembali dengan file MAF yang telah diberi stopper agar panjang kerja sesuai. Keringkan



saluran akar dengan paper point. Tanda saluran akar telah steril dan tidak ada serbuk sisa Ca(OH)2 yaitu ujung paper point yang telah diukur dengan endometer sesuai panjang kerja tidak bengkok dan sisa Ca(OH)2 menempel. Untuk memastikan saluran akar steril, kapas uap ChKM kembali diaplikasikan di atas orifis selama 1 minggu hingga kunjungan 5. Kunjungan 5. [26 Juli 2019] Rotasi obat 3 Keluhan pasien (-), perkusi (-), palpasi (-). Buka tambalan sementara dan periksa kapas bekas uap ChKM (bau obat) dan kering. Karena saluran akar sudah dipastikan steril dengan panjang kerja yang sesuai, kunjungan 5 dapat dilakukan trial gutta percha. Saluran akar yang telah steril diberikan ChKM karena dijanjikan melakukan trial gutta percha dan obturasi 1 minggu kemudian. Kunjungan 6. [09 Agustus 2019]. Trial gutta percha dan obturasi Keluhan pasien (-), perkusi (-), palpasi (-). Buka tambalan sementara dan cek kapas bekas ChKM (bau obat) dan kering. Dilakukan trial gutta percha. Aplikasikan ChKM dan tutup dengan tambalan sementara. Lakukan rontgen periapikal untuk trial gutta percha. Hasil rontgent menunjukkan panjang gutta percha sesuai panjang kerja. Kemudian dilakukan obturasi. Dilakukan obturasi dengan gutta percha dan sealer (endoseal). Aduk sealer pada glass lab dengan konsistensi tidak terlalu cair, dan aplikasikan ke saluran akar menggunakan lentulo (Dentsply). Rendam gutta percha MAC dan aksesoris dengan CHX 2% selama 10 menit. Kemudian keringkan dengan menaruh gutta percha pada kasa steril. Masukkan gutta percha pertama sesuai ukuran MAC yaitu #45/21 mm, dimana gutta perca tersebut terlebih dahulu diolesi dengan pasta sealer kemudian gunakan spreader (Dentsply) untuk menekan ke arah samping sampai padat untuk mendapatkan ruangan untuk gutta perca aksesoris.Tambahkan gutta perca aksesoris dengan nomor ½ nomor dari MAC, setiap gutta perca dimasukkan terlebih dahulu diolesi sealer. Potong gutta perca dengan ekskavator yang dipanaskan sampai batas orifis dan tekan menggunakan plugger (Dentsply). Berikan Lining pada dasar kamar pulpa dengan GIC lining tipe 3 (GC) dengan ketebalan ± 2 mm dan tutup dengan tambalan sementara (GC). Lakukan rontgen foto obturasi gigi 33.



Gambar 3. Obturasi Kunjungan 7. [21 Agustus 2019]. Kontrol 1 minggu pasca obturasi. Keluhan pasien (-), perkusi (-), palpasi (-).Lakukan rontgen periapikal.



Gambar 4. Kontrol 1 minggu pasca



obturasi



Kunjungan 8. [04 November 2019]. Mengeluarkna bahan pengisian saluran akar dan pemasangan post Panjang gutta percha sisa = panjang kerja – panjang mahkota klinis 3 Panjang stopper = panjang kerja – panjang sisa gutta percha Panjang stopper pada Gates Glidden Drill sesuai dengan panjang kerja yang telah dihitung sebelumnya, yaitu 15 mm untuk membuang gutta percha pada saluran akar. Post yang dupilih yaitu Parallel-Sided serrated post karena retensi yang cukup baik. Try in post ke dalam saluran akar setelah diperlebar. Post sudah masuk dengan sempurna kesaluran akar apabila panjang post sudah sesuai dengan panjang stopper yang terpasang sesuai panjang gates glidden drill yang masuk dan fix (tidak goyang). Aplikasikan etsa ke saluran pasak selama 15 detik dan bilas dengan air, saluran pasak dikeringkan dengan paper point.Balur



semen ke dinding post denagn semen resin adhesive. Setelah itu, building up core dibentuk dengan bahan light curing resin komposit.



Gambar 4. Build up core dengan



resin komposit



Kunjungan 9. [28 Februari 2020]. Preparsi struktur koronal. Bahan crown (full acrylic) karena rahang atas akan dibuatkan full denture). Pengurangan insisal dengan bur silindris (1,5 mm - 2 mm) menghasilkan bentuk tegak lurus terhadap garis daya dari gigi yang berlawanan dengan sudut 45º. Pengurangan proksimal (1 mm -1,5 mm) dari titik kontak dan sejajar sumbu panjang gigi mulai dari margin ridge di insisal ke servikal. Karena posisi gigi bagian mesial terlihat sangat dekat. Dilakukan pengurangan lebih banyak sehingga crown yang akan dipasang tidak terhalang karena lebar gigi. Lakukan pengasahan sampai titik kontak proksimal bagian mesial dan distal hilang (sedikit mengerucut ke arah insisal). Periksa dengan sonde lengkung apakah preparasi prosksimal masih berkontak atau tidak dengan gigi tetangga. Pengurangan labial membuat 3 groove di labial dengan kedalaman 0,5 mm – 0,75 mm dibagian mesiofacial, tengah dan distofacial gigi dengan bur silindris. Periksa denga kaca mulut permukaan labial dengan tanda lebih rendah dari gigi tetangga dan lengkung permukaan anatomi gigi sesuai dengan



lengkung permukaan anatomis sebelumnya.



Pengurungan palatal mengikuti kontur gigi tanpa menghilangkan cingulum dengan bur flame mengikuti bentuk anatomis. Arah mata bur dari tengah ke mesial dan distal. Periksa besarnya ruang saat beroklusi dan artikulasi ke anterior. Pengasahan 1/3 bagian servikal dengan bur round tapared cylindrical diamond. Arah gerakan bur sejajar sumbu gigi dan berjarak 0,5 mm dari batas akhir preparasi. Pembentukan bagian servikal dengan bur silindris berujung datar untuk membentuk akhiran shoulder. Pengasahan dilakukan dengan psosisi bur sejajar sumbu gigi dan terletak sejajar dengan margin gingiva (equigingiva) bagian labial dan lingual. Terakhir, pembulatan sudut-sudut (finishing). Pembulatan sudut-sudut atau pertemuan bidang-bidang yang dipreparasi dengan tujuan memudahkan adaptasi bertujuan untuk memudahkan adaptasi permukaan dalam restorasi. Penghalusan dengan bur permukaan



halus (fine bur) dengan round tapared cylindrical diamond bur. Pengecekan hasil preparasi dan akhirannya dengan bahan cetak alginat dengan sendok cetak parsial.



Labial Lingual Gambar 5. Preparasi struktur koronal Pembuatan mahkota sementara dengan self curing acrylic. Lakukan wax up. Model cetakan akhir preparasi gigi 33 dicetak dengan teknik double impression menggunakan bahan putty dan light body. Hasil cetakan positif (model kerja) diberikan bahan separating agent (CMS) tipis sebanyak 2 kali agar lilin yang cair tidak lengket saat dibentuk menjadi mahkota. Setelah wax up selesai, lakuakan pencetakan dengan alginat kembali. Hasil cetakan digunakan untuk pembuatan mahkota sementara dengan self curing acrylic. Bersikan sisa lilin pada cetakan alginat dan model gips wax up. Beri tanda pada model dengan spidol dan cetakan alginat posisi gigi yang akan dicetak dengan self curing acrylic. Oleskan kembali CMS setipis mungkin pada model dan lakukan pengadukan secukupnya untuk pembuatan mahkota gigi 33 dengan bubuk dan liquid self curing acrylic. Apabila adonan akrilik sudah bisa dibentuk, basahi tangan dengan air kemudian padatkan. Posisikan adonan akrilik pada posisi yang sendok cetak alginat pada bagain yang telah ditandai dengan spidol. Segera cetak kembali sendok cetak dengan model preparasi (cetakan negatif). Kira-kira akrilik hampir keras buka dari cetakan negatif dan buang sisa kelebihan dengan pisau ukir. Lepaskan mahkota sementara dengan sonde dan batas servikal dirapikan. Try in mahkota sementara di gigi pasien, periksa ulang servikal dan titik kontak. Penghalusan dan pemolesan dilakukan dengan bur batu dan karet. Insersi dengan semen sementara (ZOE).



Gambar 6 : Mahkota sementara self curing acrylic



Penentuan shade guide gigi dan pengiriman ke laboratorium. Menunggu selesainya pengukuran dimensi vertikal gigi tiruan RA dan RB pasien.



PEMBAHASAN Perawatan saluran akar beberapa kali kunjungan pada beberapa kasus cukup menguntungkan daripada satu kali kunjungan. Indikasi untuk kasus beberapa kali kunjungan yaitu : adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa disertai fistula untuk drainase, gigi dengan kelainan anatomis yang berat, gigi berakar banyak, periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi.10 Teknik preparasai saluran akar yang digunakan pada kasus ini adalah teknik step back, kelebihan teknik ini lebih efektif membersihkan saluran akar, mempermudah obturasi, pengisian lebih padat karena spreader dapat menjangkau sampai dekat dengan apeks sehingga mengurangi kebocoran apikal. Kerugian teknik ini antara lain membutuhkan waktu yang agak lama, ukuran saluran akar hasil preparasi biomekanik kecil pada aspek korona, dan pada proses obturasi rentan terjadinya gap baik vertikal atau horizontal.11 Larutan irigasi yang digunakan pada perawatan ini adalah NaOCL 2,5 %, dan aquadest steril secara bergantian. Larutan NaOCL mampu membersihkan sistem saluran akar yang telah dibentuk, memiliki efek melarutkan jaringan organik seperti serpihan dentin dan jaringan pulpa, bersifat antimikroba serta sebagai lubrikan. 12 Prosedur preparasi saluran akar pada NaOCl akan melarutkan kolagen pada dentin saluran akar sehingga mudah dipreparasi. Daya kerja antibakteri didapat dari beberapa cara, antara lain dengan melepas O 2 bebas yang bergabung dengan sel protoplasma sehingga merusak sel, kombinasi Cl 2 dengan membran membentuk N-chlorocompound yang menggangu metabolisme sel, kerusakan secara mekanis oleh Cl2 dan oksidasi Cl2 pada enzim sehingga menghambat kerja enxim dan berakibat menghambat enzim sehingga terjadi kematian bakteri.13 Kemampuan NaOCl sebagai antimikroba berhubungan dengan konsentrasinya, makin tinggi konsentrasinya makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri dibandingkan konsentrasi rendah. Larutan NaOCl 5,25% membutuhkan waktu 15 detik sampai 1 menit untuk membunuh semua bakteri. 13 Penelitian in vivo menunjukkan larutan NaOCl 2,5% yang ditahan selama 5 menit mampu membuat saluran akar menjadi steril.



Tetapi pada sumber lain, penggunaan NaOCl dengan konsentrasi rendah lebih



dianjurkan dibeberapa negara. Hal ini berhubungan dengan efek toksik larutan. 14 NaOCl tidak boleh digunakan sebagai bahan irigasi terakhir karena mengurangi ikatan antara sealer dan dentin saluran akar sehingga harus diakhiri dengan bahan desinfektan lain.13 Aquadest steril digunakan sebagai bahan irigasi terakhir pada perawatan ini. Fungsi aquadest steril sebenarnya adalah sebagai intermediate flushes (irigasi selingan atau



pertengahan) karena CHX 2% biasanya dijadikan sebagai bahan irigasi terakhir. Aquadest steril sebaiknya dikombinasikan dengan bahan irigasi saline (NaCl 0,9%) untuk meningkatkan kemampuan dalam melarutkan Hal ini berfungsi mencegah terbentuk PCA (parachloroaniline) yang dapat mengurangi kerapatan apikal sehingga terjadi kebocoran mikro.14,15 Penggunaan bahan irigasi NaOCl dan CHX tidak boleh dilakukan tanpa adanya intermediate flushes karena residual NaOCl yang terikat pada tubuli dentin dapat bereaksi dengan CHX di dalam saluran akar membentuk endapan coklat atau PCA. Endapan ini membentuk smear layer sehingga mengganggu kerapatan saat obturasi saluran akar dan miningkatkan kebocoran mikro di apikal.15 Untuk menghindari terdorongnya larutan irigasi ke periapikal, dianjurkan penggunaan jarum irigasi yang ujungnya bermuara ke samping (side-vented needle). Jarum irigasi ditempatkan ± 1 mm dari ujung panjang kerja dan maksimal sepertiga apikal, kemudian larutan irigasi diinjeksikan secara perlahan dengan kecepatan dan tekanan yang konsisten serta dalam jumlah dan frekuensi yang banyak.14 Suction ditempatkan dengan posisi yang benar pada saluran akar sehingga dapat menyedot bahan irigasi dari korona dan tengah saluran akar agar larutan irigasi tidak menggenang di dalam rongga mulut.16 Namun, pasien melaporkan 5 hari setelah kunjungan 1 merasakan sakit saat menggigit di bagian gigi yang dirawat. Tetapi saat kunjungan 2 tidak dirasakan sakit lagi. Hal tersebut kemungkinan dapat terjadi karena efek samping tindakan bedah kuretase yang dilakukan pada mesial gigi 33.17 Paska tindakan kuretase, daerah sekitar luka sering terasa nyeri karena adanya kerusakan jaringan saat proses penyebuhan luka. Selain itu, saluran akar yang tidak steril dan masih lembab saat ditutup dengan kapas ChKM. ChKM merupakan salah satu medikamen intrakanal golongan fenol . Fenol (C6H5OH) adalah salah satu medikamen yang pertama digunakan dalam bidang endodontik. Karena toksisitasnya yang cukup berat maka dikembangkan derivatnya yang lebih banyak digunakan misalnya paramonokhlorofenol (C6H4OHCl), timol (C6H3OHCH3C3H7) dan kresol (C6H4OHCH3). Fenol adalah racun protoplasma nonspesifik yang efek antibakteri optimalnya pada 1 – 2 %. Sediaan untuk kepentingan kedokteran gigi berkisar 30%. Dasar pemikiran pemilihan bahan ini adalah sifatnya sebagai disinfektan. Dilain pihak, keamanannya mulai diragukan. Oleh beberapa peneliti ditengarai adanya toksisitas jika digunakan dalam jangka waktu lama serta kemungkinan mutagenisitas.18 Agar keluhan tidak dirasakan kembali, pemberian obat dengan Ca(OH)2 dilakukan. Ca(OH)2 sangat populer digunakan sebagai medikamen dalam perawatan endodontik, sejak



digunakan secara luas pada tahun 1920. Mempunyai efek antimikroba pada pH yang tinggi (>12), tidak cepat mengeras, tidak larut dalam alkohol, mudah dikeluarkan dan radiopak. Ca(OH)2 dapat menghancurkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan bakteri serta produknya. Diketahui ion kalsium berperan dalam stimulasi sel, migrasi, proliferasi dan mineralisasi. Kalsium hidroksida juga menginaktivasi LPS, dengan demikian membantu perbaikan jaringan periapikal.18 Efek letal dari Ca(OH)2 berkaitan dengan beberapa mekanisme, yaitu secara mekanis dan secara fisik. Aksi mekanis berlangsung melalui cara merusak membran sitoplasmik mikroba dengan aksi langsung ion hidroksil, menekan aktivitas enzim dan mengganggu metabolisme seluler, dan menghambat replikasi DNA dengan memisahkan DNA. Sedangkan secara fisik bertindak sebagai barrier yang mengisi rongga dalam kanal dan mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran akar dan membunuh mikro-organisme misalnya E. faecalis yang tersisa dengan menahan substrat untuk pertumbuhan dan membatasi tempat untuk multiplikasi.18 Sifat biologis dari Ca(OH)2, antara lain biokompatibilitas berkaitan dengan kelarutan yang rendah dalam air dan difusi terbatas, membantu menghancurkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan bakteri serta produknya, mampu merangsang penyembuhan jaringan keras periapikal sekitar gigi dengan kanal yang terinfeksi, dan menghambat resorpsi akar serta merangsang penyembuhan periapikal setelah trauma.18 Setelah tidak ada lagi keluhan dan trial gutta percha sesuai panjang kerja, dilakukan obturasi dengan gutta percha dan sealer. Rontgen periapikal dilakukan setelah obturasi dan seminggu setelah obturasi. Pasien tidak ada keluhan saat kontrol 1 minggu pasca obturasi. Restorasi akhir kemudian dilakukan. Restorasi pasca perawatan endodontik pada kasus ini adalah indirect crown dengan post dan core dengan bahan full acryliic. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar memiliki struktur jaringan yang lebih rapuh, pembuangan jaringan dentin pada mahkota dan saluran akar menyebabkan perubahan komposisi struktur gigi.18 Gigi akan mengalami penurunan kadar kandungan kelembaban internal. 18 Gigi dengan struktur mahkota yang lemah membutuhkan pasak dan inti (post and core) untuk memperkuat restorasi gigi agar dapat mengembalikan fungsi seperti semula.19 Pasak dimasukan ke dalam saluran akar yang telah dilakukan pengambilan 1/3 koronal saluran akar gigi yang telah dilakukan obturasi. Panjang pasak sebaiknya mempertahankan 4 mm – 5 mm di dalam saluran akar bagian apikal. 19 Pengambilan gutta percha pada kasus ini dilakukan dengan gates slidden drill dan jenis pasak yang dipilih yaitu prefabricated parellel-sided serrated karena retensinya yang cukup baik.19,20 Aplikasikan etsa



kesaluran pasak dan gunakan adhesive resin cement. Building up core dengan light curing resin komposit. Lakukan preparasi crown dibagain insisal, proksimal, labial dan lingual serta akhiran servikal dengan membulatkan sudut-sudut pada akhir preparasi. Setelah selesai preparasi crown, pencetakan untuk mahkota sementara dilakukan dengan teknik double impression putty dan light body agar mendapatkan model kerja (cetakan positif) yang sesuai dengan bentuk preparasi serta jelas pada akhiran servikal.21 Sebaiknya dilakukan retraksi gingiva sebelum melakukan pencetakan agar akhiran servikal terlihat lebih jelas. Untuk mahkota sementara dibuat dengan bahan self curing acrylic. Penentuan shade guide dan catatan intraoklusal serta pengerjaan permanent crown dilakukan setelah pengukuran dimensi vertikal karena akan dibuatkan full denture untuk rahang atas dan pergantian beberapa gigi hilang di rahang bawah.



KESIMPULAN Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu preparasi biomekanik (pembersihan dan pembentukan saluran akar), sterilisasi (irigasi dan desinfeksi) serta pengisian (obturasi). Keberhasilan perawatan tergantung pada seluruh tahap yang dilakukan secara benar dan efektif. Dalam melakukan perawatan saluran akar dengan



beberapa kali kunjungan, perlu adanya kerjasama antara pasien dan dokter gigi. Hal tersebut dilakukan agar perawatan tidak terlalu lama. Kasus endodontik dengan melibatkan multidisiplin ilmu membuat waktu perawatan lebih lama. Dibutuhkan kesabaran dan kekooperatifan pasien agar perawatan selesai hingga akhir.



KEPUSTAKAAN 1.



Sluder Jr Tb. Clinical dental anatomy, histology, physiology and occlusion. In Studervant CM, Heymann HO, Studervant JR. The art and science of operative dentistry. Ed 2. St. Louis: The CV. Mosby Company; 1985.



2.



Talibo RS, Mulyadi and Bataha Y. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Kelas III SDN



1 dan 2 Sonuo. e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 4 Nomor 1, Fakultas Sam Ratulangi. 2016. 3.



Cheung WA. Review of the management of endodontically treted teeth: post, core and the final restoration. JADA. 2005; 136: 611-619.



4.



Ariani Ni Gusti Ayu, Hadriyanto Wignyo. Perawatan ulang saluran akar gigi insisivus lateralis kiri maksila dengan medikamen kalsium hidroksia-chlorhexidine. Maj Ked Gi 2013; 20(1): 52-57.



5.



Wijayanti Nia. Pasak fiber reinforced composite sebagai penguat restorasi resin komposit kelas IV pada gigi insisivus lateralis kanan maksila nekrosis pulpa disertai lesi periapikal. Insisiva Dental Journal 2014; 3(1): 60-66.



6.



Mulyawati Ema. Peran bahan desinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gi 2011; 18(2): 205-209.



7.



Santoso Laurensia, Kristanti Yulita. Perawatan saluran akar satu kunjungan gigi molar kedua kiri mandibular nekrosis pulpa dan lesi periapikal. MKGK 2016; 2(2): 65-71.



8.



Nugroho Raditya. Perawatan endodontik-restorasi pada kerusakan gigi anterior secara efektif efesien dan estetik. The Indonesian Journal of Health Science 2013; 4(1):78-84.



9.



Pary Chaldun F, Kristanti Yulita. Perawatan gigi insisivus lateralis kanan maksila fraktur ellis kelas III. MKGK 2015; 1(2): 155-162.



10. Loeshe GM. Restoration of endodontically treated tooth: adhesion vs mechanical retention. in roulet jf, degrange m ( editor) adesion. the silent revolution in dentistry. Illionis: Quintessence Publishing Co, Inc; 2000. H. 329-355. 11. Harty FJ. Endodonti klinis (terj). Ed 3. Jakarta: Hipokrates; 1993. H. 137-138. 12. Berman LH, Hargreaves KM, Cohen SR. Cohen's Pathways of the Pulp Expert ConsultE-Book. Elsevier Health Sciences; 2010 May 10. 13. Mulyawati Erna. Peran Bahan Disinfeksi Pada Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran Gigi; 18(2): 205-209. Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 2011.



14. Tanumiradja Maria. Larutan Irigasi Saluran Akar. Dentofasial Vol 9; No. 2(108-115). Universitas Hasanuddin. Makassar. 2010. 15. Novianti dkk. Pengaruh Penggunaan Larutan Sodium Klorida 0,9%, Alkohol 96%, dan Air Destilasi Sebagai Bahan Intermediate Flushes Saluran Akar Terhadap Kebocoran Apikal Obturasi Saluran Akar. Jurnal Kedokteran Gigi Vol 4 No 2 (94-101). Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 2013. 16. Elumalai D,dkk. Newer Endodontic Irrigation Devices : An Update. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences, Vol 13, Issue 16 (4-8). India. 2014. 17. Widagdo AK, dkk. Aplikasi Chlorine Dioxide Gel Pada Periodontitis Kronis Paska Kuretase (Kajian Pada Pocket Depth, Clinical Attachment Level dan Bleeding On Probing). Jurnal Kedokteran Gigi Vol 6 No 3(265-270). Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 2015. 18. Mattulada IK. Pemilihan medikamen intrakanal antar kunjungan yang rasional. Dentofasial J. 2010;9(1):63-. 19. Ratih A,dkk. Pengaruh Pengambilan Gutta Percha Pada Preparasi Saluran Pasak Menggunakan Plugger Yang Dipanaska, Gates Glidden Drill dan Kloroform Yang Dikombinasikan Dengan Reamer Terhadap Kebocoran Apikal. Journal Kedokteran Gigi. Vol. 4, No. 2 (108-114). Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 2013. 20. Terry DA and Swift EJ. Post and Core : Past to Present. International Dentistry SA Vol 12. No 2(20-26). USA. 2010. 21. Sayed N dkk. The Effect Different Double Step Impression Techniques On Acuuracy Of Stone Dies. Egyptian Dental Journal Vol. 61, No.1(641-650). Egypt. 2015.