CRS Polihidramnion Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE REPORT SESSION POLIHIDRAMNION



Oleh: Yodi Wijaya, S.Ked G1A216036



Pembimbing: dr. H. Panggayuh, Sp.OG



BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 LEMBAR PENGESAHAN



CASEREPORT SESSION (CRS) POLIHIDRAMNION



Oleh: Yodi Wijaya, S.Ked



BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2017



Jambi, September 2017 Pembimbing



dr. H. Panggayuh, Sp.OG



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas Case Report Session (CRS) pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Jambi yang berjudul “Polihidramnion”. Case Report Session (CRS) ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Raden Mattaher Jambi, dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Panggayuh, Sp.OG sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan Case Report Session (CRS) ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.



Jambi,



September 2017



Penulis



3



DAFTAR ISI



Lembar Judul ...................................................................................................... 1 Lembar Pengesahan ............................................................................................ 2 Kata Pengantar ................................................................................................... 3 Daftar Isi .............................................................................................................. 4 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 6 BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................... 9 2.1 Identitas Pasien........................................................................................... 9 2.2 Anamnesis .................................................................................................. 9 2.3 Data Kebidanan .......................................................................................... 10 2.4 Pemeriksaan Fisik ...................................................................................... 11 2.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 13 2.6 Diagnosis .................................................................................................... 13 2.7 Penatalaksanaan ......................................................................................... 13 BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 15 3.1 Kehamilan ....................................................................................................... 15 3.1.1 Definisi Kehamilan ...................................................................................... 15 3.1.2 Tanda-tanda Kehamilan ............................................................................... 16 3.1.3 Etiologi Kehamilan ...................................................................................... 17 3.2 Cairan Amnion ................................................................................................ 17 3.2.1 Volume Normal Cairan Amnion .................................................................. 18 3.2.2 Fisiologi Cairan Amnion .............................................................................. 18 3.3 Hidramnion ..................................................................................................... 20 3.3.1 Pengertian Hidramnion ................................................................................ 20 3.3.2 Etiologi Hidramnion .................................................................................... 21 3.3.3 Faktor-faktor Hidramnion ............................................................................ 22 3.3.4 Patogenesis ................................................................................................... 24 3.3.5 Tanda dan Gejala Hidramnion ..................................................................... 25 3.3.6 Klasifikasi Hidramnion ................................................................................ 26



4



3.3.7 Diagnosa Hidramnion .................................................................................. 27 3.3.8 Tatalaksana Hidramnion .............................................................................. 28 3.3.9 Komplikasi ................................................................................................... 31 IV. ANALISA KASUS ........................................................................................ 32 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33



5



1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Hidramnion dijumpai pada sekitar 1 persen dari semua kehamilan. Sebagian



besa penelitian klinis mendefinisikan hidramnion sebagai indeks cairan amnion yang lebih besar daripada 24 sampai 25 cm, setara dengan volume yang lebih besar daripada persentil ke-95 atau 97,5. Dengan menggunakan indeks 25 cm atau lebih, Biggio dkk (1999) di Universty of Alabama melaporkan insidensi 1 persen dari hampir 36.450 kehamilan.1 Dalam suatu penelitian terdahulu oleh Hill dkk (1987) dari Mayo Clinic, lebih dari 9000 pasien prenatal menjalani evaluasi ultrasonografi rutin menjelang awal trimester ketiga. Insidensi hidramnion adalah 0,9 persen. Hidramnion ringan didefinisikan sebagai kantung-kantung yang berukuran vertikal 8 sampai 11 cm terdapat 80 persen kasus dengan cairan berlebihna. Hidramnion sedang didefiniskan sebagai kantung-kantung yang hanya mengandung bagian-bagian kecil dan berukuran kedalaman 12-15 cm dan dijumpai pada 15 persen kasus. Hanya 5 persen mengalami hidramnion berat, yang didefinisikan sebagai adanya janin menambang bebas dalam kantung cairan yang berukuran 16 cm atau lebih. Walaupun dua pertiga dari kasus bersifat idiopatik, sepertiga lainnya terjadi pada anomali janin, diabetes ibu, atau gestasi multijanin. 1 Hidramnion pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi sebanyak 1.038.485 ibu hamil. Yang sering dijumpai adalah hidramnion yang ringan dengan jumlah cairan 2-3 liter sebanyak 80-85 %, kemudian yang sedang sebanyak 17%, dan yang berat sebanyak 5 %. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni janin. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban sekitar 1-1,5 liter yang berangsur berkurang hingga kehamilan cukup bulan (40 minggu).1



6



Angka kematian ibu



menggambarkan rendahnya



tentang kesehatan ibu hamil menjadi penentu



kesadaran masyarakat



faktor angka kematian, meskipun



masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, hidramnion, perdarahan pasca persalinan, persalinan premature, Berikut ini disajikan data sebagai gambaran angka kematian ibu 2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup di provinsi Sumatera utara tahun



2010



sebesar



104,97/100.000



kelahiran



hidup,



pada



tahun



2011



sebesar 116,01/100.000 KH dan pada tahun 2012 sebesar 116,34/ 100.00 kelahiran hidup.2 Menurut



Winknjosastro (2010),



polihidromnion



meningkatkan



resiko



kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan, permasalahan dengan tali pusat sang bayi, pendarahan hebat pada sang ibu setelah melahirkan, perkembangan bayi yang lamban sampai dengan kematian pada sang bayi. Cairan ketuban yang ada pada ibu hamil punya banyak kegunaan bagi janin. Air ketuban berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan atau trauma infeksi, pasokan oksigen,cadangan cairan, serta sumber nutrisi bagi bayi. hidramnion terjadi pada 3% kehamilan dan bisa didiagnosa setelah 16 minggu, Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya kesejahteraan janin.2 Hidramnion atau polihidramnion merupakan suatu kondisi dimana terdapat keadaan jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Dalam rahim, janin berada dalam sebuah kantung cairan yang disebut sebagai air ketuban atau air amnion. dalam cairan air ini janin tinggal selama Sembilan bulan, Kasus hidramnion



berkisar



0,5-1% dari kehamilan primigravida. Sebenarnya bisa dideteksi sejak dini. Sebab, ibu yang mengalami hamil kembar air akan mempunyai ciri-ciri ukuran fisik yang tidak sesuai. Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2008 melaporkan bahwa 105 wanita hamil yang diteliti mengalami kelebihan air ketuban ditemukan



7



frekuensi 20%, sedangkan Insidensi yang dilaporkan Menurut Elisabeth Di Rumah Sakit Medan Pada Periode 2009 terdapat 78 orang kelebihan air ketuban disebabkan oleh komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan ibu trimester ketiga yang dapat menyebabkan bayi mengalami cacat bawaan.3 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya



hidramnion, yaitu:



penyakit jantung, neftritis, edema umum (anasarka), gamelli atau hamil ganda, diabetes melitus, anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidramnion, dan struma blocking aesopagus, Dalam hal ini terjadi karena: Tidak ada stimulasi dari otak dan spina, tidak berfungsinya pusat menelan dan haus, trasudasi langsung dari cairan meningeal kedalam amnion.4



8



BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Identitas Pasien Nama



: Ny. YW



No. RM



: 860480



Umur



: 34 tahun



Suku bangsa



: Indonesia



Agama



: Budha



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: IRT



Alamat



: RT 27 Kasang Pudak



MRS



: 23 Agustus 2017



Nama suami



: Tn .AS



Umur



: 27 tahun



Suku bangsa



: Indonesia



Agama



: Budha



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Wiraswasta



Alamat



: RT 27 Kasang Pudak



2.2 Anamnesis Keluhan Utama Keluar Cairan Seperti Air Ketuban + 10 Jam SMRS, terasa sesak dan perut terasa tegang. Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 13:25 WIB via Instalasi Gawat Darurat. Pasien mengeluhkan keluar cairan seperti air ketuban + 10 jam SMRS. Sebelumnya pasien sudah dirawat di RS Theresia + 2 jam sebelum datang ke RSUD Raden Mattaher.



9



Pasien juga mengeluh sesak tapi tidak sampai mengganggu aktivitas, perut terasa tegang dan tampak pembesaran perut lebih besar dari usia kehamilan.



Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), PJK (-), Tumor (-), Kista (-) Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi (+), DM (-), Asma (-), PJK (-), Tumor (-), Kista (-)



2.3 Data Kebidanan Haid Menarche umur



: 12 tahun



HPHT



: 20- 02- 2017



Haid



: Teratur



Lama haid



: 6 hari



Siklus



: 28 hari



Dismenorrhea



: Iya



Warna



: Merah kehitaman



Bentuk perdarahan



: Encer



Bau haid



: Anyir



Flour albous



: Sebelum



Lama



: 1 hari



Warna



: Putih kental



Jumlah



: Sedikit



Riwayat Pernikahan Status perkawinan



: Kawin



Berapa kali



: 1 kali



Usia



: 34 tahun



10



Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas No 1



Tahun



Umur



Jenis



partus



kehamilan



persalinan



Penolong



Penyulit



Anak JK/BB



Ket



Ini



Riwayat Kehamilan Sekarang GPA



: G1P0A0



HPHT



: 20-02-2017



Taksiran Persalinan



: 27-11-2017



ANC



:-



Imunisasi TT



:-



Keluhan Umum



:-



Riwayat KB Tidak Pakai KB



2.4 Pemeriksaan Fisik Status Generalisata Keadaan umum



: Cukup



Kesadaran



: Compos mentis



Tanda vital TD



: 110/70 mmHg



N



: 85 x/menit



RR



: 22 x/menit



T



: 36,1˚ C



Tinggi badan



: 150 cm



Berat Badan



: 53 kg



11



a. Kepala Wajah



: Pucat (-) Sianosis (-)



Rambut



: tidak rontok



Konjungtiva



: anemis -/-



Sklera



: putih



Mulut dan gigi



: sianosis (-), lidah kotor (-)



Telinga



: dalam batas normal



b. Leher



: Pembesaran Kelenjar Tiroid (-), pembesaran KGB (-)



c. Dada Inspeksi



: bekas luka (-), retraksi (-)



Perkusi



: sonor +/+



Palpasi



: pengembangan dada simetris +/+



Auskultasi



: Cor ; BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).



d. Abdomen Inspeksi



: Simetris, membesar, bekas luka operasi (-)



Palpasi



: Nyeri tekan supra pubik (-), distensi (-)



Perkusi



: Tidak dilakukan



Auskultasi



: Bising usus (-)



e. Genitalia Eksterna labia mayora/minora : simetris, pembesaran kelenjar bartholini (-), pengeluaran vagina (+) f. Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema (-) Pemeriksaan Kebidanan Abdomen



: - Membesar dengan memanjang/melebar (+), Linea (+), Striae (+), Luka bekas Operasi (-)



Palpasi



: - TFU: 31 cm, Letak Punggung Kanan, Presentasi Kepala



Auskultasi



: - DJJ (+) 130x/i Teratur, His (-)



12



Gynekologi Pemeriksaan Luar



: Tidak ada kelainan



Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan Portio



: (-)



OUE



: (-)



Fluksus



: (-)



Flour



: (-)



Erosi



: (-)



Laserasi



: (-)



Polip



: (-)



2.5



Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan Laboratorium 23 Agustus 2017 Parameter



Hasil



WBC



12.5



Satuan



Normal



3



3



3.5 – 10.0



6



3



10 /mm



RBC



3,16



10 /mm



3.80 – 5.80



HGB



10,3



g/dl



11.0 – 16.5



HCT



31,6



%



35.0 – 50.0



PLT



344



103/mm3



150 - 390



Gravindex test



: (+)



Pemeriksaan USG



: JTH Intra Uterine + Polihidramnion



2.6



Diagnosis



G1P0A0 gravida 24-25 minggu Preskep dengan Polihidramnion



2.7



Penatalaksanaan



-



Observasi K/U Ibu



-



IVFD RL 20 gtt/i



-



Rencana Amnioreduksi



13



LAPORAN TINDAKAN Nama operator



: dr. Herlambang, Sp.OG (K) FM



Tanggal



: 24 Agustus 2017 (pukul 09.50)



1. Pasien dibaringkan diatas meja tindakan 2. Dilakukan premedikasi dengan anestesi lokal di bawah umbilikal 3. Lakukan tindakan septik dan antiseptik 4. Probe USG diarahkan ke lokasi amnioreduksi 5. Jarum spuit 20 cc dimasukkan di bawah daerah umbilikal yang sudah dianestesi 6. Cairan amnion disedot sampai target 500 cc 7. Amnioreduksi Selesai



Terapi Post Amnioreduksi / Amniosentsis: - IVFD RL 20 gtt/i - Observasi K/U - Rencana Amnioreduksi 1 Liter lagi



Tgl 24-08-2017



Follow up S O A P



Keadaan ibu semakin membaik TD: 110/70 mmHg; HR: 85 x/i; RR: 20 x/i; T: 36,1oc DJJ: 141x/i G1P0A0 Post Amnioreduksi a/i Polihidramnion Line 1 : IVFD RL 20 tpm Pasien diperbolehkan pulang



14



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



3.1.



Kehamilan



3.1.1. Defenisi Kehamilan Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan diri, dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan, memberi tempat, kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan.5 Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam



tubuh



wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri



dengan



proses



persalinan



(Manuaba,



2002).



Sedangkan



Menurut



(Jannah,2012) Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal.6,7 Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan Pertumbuhan dan perkembangan



dengan



nidasi



atau



implantasi.



janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan



berakhir sampai permulaan persalinan.7 Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Namun proses kehamilan dapat menjadi penyebab depresi pada hamil. Hal ini perlu diyakini oleh tenaga kesehatan, sehingga dalam memberikan asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan cenderung dalam bentuk pelayanan promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksanakan adalah pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien dengan materi-materi mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil.7



15



3.1.2. Tanda dan gejala kehamilan6 A. Tanda-tanda gejala kemungkinan hamil : 1. Amenorea (tidak dapat haid) 2. Mual dan muntah (nausea and vomiting) 3. Mengidam 4. Tidak tahan suatu bau-bauan 5. Pingsan, bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. 6. Tidak ada selera makan (Anoreksi) 7. Lelah 8. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri 9. Miksi sering 10. Pemekaran vena-vena (varises) biasanya dijumpai pada triwulan akhir. B. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan : 1. Perut membesar 2. Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi rahim 3. Tanda Hegar 4. Tanda Chadwick 5. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (Braxton Hicks) 6. Teraba Ballotement 7. Reaksi Kehamilan Positif



C. Tanda-tanda pasti kehamilan : 1. Gerakan janin yang dapat dilihat atau diraba, juga bagian –bagian janin 2. Denyut jantung janin positif 3. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen



16



3.1.3. Etiologi Kehamilan7 Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu : a) Ovum Ovuma dalah suatu sel dengan diameter +0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus yang terapung apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata. b) Spermatozoa Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat. c) Konsepsi Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii. d) Nidasi Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. e) Plasentasi Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya 3.2



Cairan Amnion Cairan amnion mempunyai beberapa peran selama kehamilan. Memberikan



ruang bagi janin untuk bergerak, yang mana berperan dalam perkembangan normal sistem muskuloskeletal, dan gerakan napas janin penting untuk perkembangan paruparu janin. Cairan amnion melindungi janin dari trauma dan terjadinya kompresi tali pusat. Abnormalitas dari cairan amnion menandakan adanya kelainan dari produksi atau sirkulasi, seperti gangguan plasenta dan janin. Peningkatan ekstrem berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan luaran kehamilan.8



17



3.2.1



Volume Normal Cairan Amnion Cairan amnion meningkat dari 30mL saat usia kehamilan 10 minggu sampai



200 mL pada usia 16 minggu dan mencapai 800mL pada pertengahan trimester ke tiga. Cairan ini 98%nya adalah air. Janin dengan usia kehamilan cukup bulan secara kasar diliputi oleh 2800 mL air, dan plasenta mengandung 400mL lainya, pada uterus yang aterm dapat menahan sampai 4 liter air. Penurunan cairan amnion didefinisikan sebagai oligohidramnion, dan peningkatan abnormal dari cairan ini didefinisikan sebagai hidramnion atau polihidramnion.1 3.2.2



Fisiologi Cairan Amnion Pada awal kehamilan, ruang amnion diisi oleh cairan yang komposisinya



mirip dengan cairan ekstrasel. Pada pertengahan trimester pertama kehamilan, transfer



air



dan



molekul



kecil



lainya



terjadi



melintasi



cairan



amnion(transmembranosa), melintasi pembuluh darah janin pada permukaan plasenta(intramembranosus), dan melintasi kulit janin. Produksi urin janin terjadi pada usia kehamilan antara 8-11 minggu, namun ini tidak menjadi komponen mayor yang membentuk cairan amnion sampai pada trimester ke dua. Ini membuktikan kenapa janin dengan kelainan ginjal yang letal tidak berhubungan dengan keadaan oligohidramnion berat sampai usia kehamilan 18 minggu. Transport air pada kulit janin terus terjadi sampai keratinisasi terbentuk pada usia kehamilan 22-25 minggu. Ini menjelaskan kenapa pada janin yang preterm ekstrem dapat mengalami kehilangan air yang signifikan melalui kulitnya.1 Dengan meningkatnya usia kehamilan, ada empat jalur yang memegang peranan utama regulasi volume cairan amnion (tabel 1). Pertama, urin janin merupakan sumber utama cairan amnion pada pertengahan kedua kehamilan. Saat usia kehamilan aterm, produksi urin janin dapat lebih dari 1 liter per hari. Osmolalitas dari urin janin secara signifikan hipotonik terhadap plasma janin dan maternal dan serupa dengan cairan amnion. Secara spesifik, osmolalitas plasma fetal dan maternal mencapai 280mOsm/mL, yang mana cairan amnion sekitar 260mOsm/mL.1



18



Tabel 1.1. Regulasi volume cairan amnion pada kehamilan lanjut



Sumber : Cunningham, 2014 Sumber penting ketiga dari regulasi cairan amnion adalah saluran pernafasan. Hampir sekitar 350mL cairan paru-paru dibentuk secara teratur pada kehamilan lanjut, dan setengahnya segera diserap. Terakhir, proses menelan janin adalah mekanisme primer untuk penyerapan sekitar 500-1000mL cairan amnion per harinya. Gangguan menelan, sekunder dari abnormalitas CNS atau obstruksi trakstus gastrointestinal, dapat menyebabkan hidramnion dengan derajat yang mengesankan. Jalur yang lain(transmembran dan melewati kulit janin), jalur ini merupakan transport cairan dengan proporsi yang kecil pada pertengahan kehamilan.9 Sumber utama dari cairan amnion adalah produksi urin janin, cairan paru janin, dan sekresi dari hidung dan mulut janin. Rute utama dari pembersihan cairan amnion adalah kemampuan menelan janin dan absorpsi via jalur intramembranosus. Polihidramnion dapat terjadi dari gangguan dari jalur ini. Penurunan dari penyisihan cairan amnion, baik dari anomaly (contoh: atresia koana, atresia esofagus, fistula trakeoesofageal, dan atresia intestinal dan duodenal) atau hasil dari penurunan kemampuan dan fungsi menelan, yang dapat terjadi akibat gangguan neurologis (contoh: anensefal) atau gangguan neuromuskuler (contoh : distrofi miotonik), kelainan akibat obat-obatan dapat menyebabkan hidramnion. Peningkatan produksi urin janin, poliuri, dapat muncul akibat kelainan dari fungsi ginjal janin(contoh: sindrom Bartter), output jantung janin yang tinggi, abnormalitas dari otak janin, atau



19



diabetes maternal dapat menyebabkan terjadinya hidramnion. Tambahan, pergerakan cairan melintasi otak janin dan jaringan spinal dapat berkontribusi untuk peningkatan cairan pada rongga amniotik dan dapat menjelaskan terjadinya polihidramnion pada anensefal dan spina bifida. Lebih lanjut, kondisi yang mempengaruhi janin seperti isoimunisasi, infeksi(cytomegalovirus, toxoplasmosis, syphilis, dan parvovirus), kehamilan multifetus, perdarahan janin-ibu, dan timor plasenta semua dihubungkan dengan terjadinya polihidramnion.9



3.3.



Hidramnion



3.3.1. Pengertian Hidramnion Hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal yang biasanya lebih dari 2 liter, Volume air ketuban adalah komponen penting skoring profil biofisikal Dalam keadaan normal, volume air ketuban norm al sekitar 500 – 1500 ml, sedangkan Polihidramnion adalah volume air ketuban >2000 ml Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI) >20. Polihidramnion dapat terjadi jika janin tidak menelan dan menyerap cairan ketuban dalam jumlah yang normal. Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang terjadi, frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%..10 Menurut Varney,(2006) Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan : a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%), b. Hidrops foetalis c. Diabetes mellitus d. Toksemia gravidarum e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei f. Eritroblastosis foetalis



20



3.3.2. Etiologi Hidramnion Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion terjadi karena : a.



Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban



adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus. b.



Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan



diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogeal, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa



hidramnion



terjadi karena transudasi cairan dari selaput



otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. c. Pada atresia esophageal, hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemeli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin



juga



karena



luasnya amnion lebih



besar



pada kehamilan kembar.



Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.10



Menurut (Gunawan,2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena: a. Produksi air kemih berlebih b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital c. Ada sumbatan/penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni e. Ada proses infeksi



21



f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus



Oleh karena angka kejadian hidramnion ibu dan janin yang cukup tinggi maka ibu hamil dengan kelebihan air ketuban lebih sering dipantau sehingga dapat diambil sikap



untuk



melakukan



observasi



dan



penanganan



yang



tepat,



kehamilan kembar dengan hidramnion sebenarnya bisa di dektesi sejak dini Sebab, ibu yang mengalami hamil kembar dengan hidramnion akan mempunyai ciri-ciri ukuran fisik yang tidak sesuai. Pertama, ukuran rahim lebih besar daripada usia kehamilannya. Misalnya, di usia kehamilan 5 bulan, di mana rahim seharusnya baru setinggi di bawah



pusar,



jika ibu hamil menderita hidramnion maka bisa saja



rahim sudah di atas pusar yang berarti sama dengan usia kehamilan 6 bulan atau sebulan lebih besar. Tapi, ukuran rahim yang besar tidak selalu berindikasi hidramnion, Bisa saja karena memang bayi yang dikandungnya kembar atau lebih dari satu, ibu juga akan semakin sulit merasakan gerakan janinnya. Sebab, gerakan janin akan semakin nyata dirasakan bila si janin itu membentur dinding rahim, kalau jumlah air ketubannya sangat banyak, kemungkinan janin membentur dinding rahim akan semakin berkurang.11 3.3.3. Faktor-Faktor Hidramnion Faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya hidramnion, antara lain : a) Penyakit jantung, Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin juga akan terganggu. hipotesis mentakan bahwa janin mengambil sebagian besar sirkulasi ibu sehingga mengalami hipertropi sehingga



menigkatkan



pengeluaran



urin



pada



masa



neonatus



dini



yang



mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi urin, Komplikasi



yang bisa terjadi seperti persalinan kurang bulan, pendarahan



22



pasca persalinan, dan KPD. Yang juga bisa menyebabkan kelainan pada bayi dan sumbatan saluran makanan bayi.12 b) Edema umum (anasarka), merupakan penimbunan cairan secara umum, atau Bengkak pada kaki atau kelopak mata kadang terjadi pada saat kehamilan. Pembengkakan kaki saat hamil bisa terjadi akibat penimbunan cairan pada kaki karena ketidakstabilan cairan yang disebabkan oleh gangguan fungsi ginjal, misalnya infeksi. Pembengkakan kaki pada ibu hamil juga bisa disebabkan hipertensi



kehamilan



(preeklamsia).



gangguan



Untuk membedakan pembengkakan kaki



yang ibu alami normal atau diakibatkan oleh hipertensi sebaiknya tekan dengan ujung jari pada bagian yang bengkak.13 c) Diabetes Melitus, Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel- sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh. Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.14 d)



Pre-Eklamsi, Pre eklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh



kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari laboratorium. Kematian



karena



eklampsia



meningkat



dengan



tajam dibandingkan pada



tingkat pre-eklampsia berat.14 e)



Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spinabifida, hidrosefalus,



dan struma bloking oesaphagus, Dalam hal ini terjadi karena tidak ada stimulasi dari anak dan spina, Excressive urinary secration, tidak berfungsinya pusat menelan dan



23



haus, transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion, simpul tali pusat, diabetes mellitus, gemelli univulair, malnutrisi, penyakit kelenjar hipofisis, pada hidramnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjadi lebih banyak dan timbul hidramnion.11 3.3.4. Patogenesis1 Pada awal kehamilan rongga amnion akan terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrasel. Selama paruh perama kehamilan, pemidahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion. Proses-proses ini hampir pasti secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada kasus hidramnion epitel amnion sering dianggap sebagai sumber utama cairan amnion belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan kimiawi pada cairan amnion. Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidrmanion hampir selalu terjadi apabila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Prichard (1966) dan Abramovic (1970) mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Pada kasus anensefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan kedalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pada anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek diuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopresin. Hal yang sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion.



24



3.3.5



Tanda & Gejala Hidramnion1 Gejala utama yang menyertai hidramnion terjadi semata-mata akibat faktor



mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam dan di sekitar uterus yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya. Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus ekstrim mungkin hanya dapat bernapas apabila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstermitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oliguria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar. Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara bertahap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun, pada hidramnion akut, distensi dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan kronik, seringnya pada minggu 16-20 dan dapat dengan cepat memperbesar uterus yang hipertonik sehingga ukurannya sangat besar. Biasanya hidramnion akut menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi sedemikian parah sehingga harus dilakukan intervensi. Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, berbeda dengan hidramnion akut, tekanan air ketuban tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal. Menurut Prawirohardjo (2005), Hidramnion juga menimbulkan tanda :5 a.



Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya,



b.



Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit di lakukan,



c.



Denyut jantung janin (DJJ sulit terdengar)



d.



Balotemen janin jelas.



25



Gejala pada ibu hamil yang meliputi : a. Dispnea (sesak napas) dan rasa tidak nyaman di perut karena tekanan pada diafargma b.



Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi, edema karena tekanan pada pembuluh darah vena



karena pembesaran dari uterus, varises



dan hemoroid, (nyeri abdomen ). c.



Kandungan cepat sekali membesar.



d.



Pembesaran TFU disertai kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin



3.3.6



Klasifikasi Hidramnion1 Menurut (Cunningham,2005) Berdasarkan waktu terjadinya hydramnion



terbagi 2 yaitu: 1. Hidramnion akut / mendadak: dimana penambahan air ketuban terjadi dalam waktu yg cepat, hanya dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada bulan ke 4 atau 5. Hal ini jarang terjadi, Hidramnion akut biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi. Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal. Hidramnion akut cenderung muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan dapat dengan cepat memperbesar uterus. 2.



Hidramnion kronis : penambahan air ketuban perlahan-lahan, berangsur-angsur, Ini merupakan bentuk



yang paling umum / sering terjadi. Ibu



yang



bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa yang tidak nyaman. biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis



pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi



(USG).



26



3.3.7 1.



Diagnosa Hidramnion 1



Anamnesis



A. Perut lebih besar dan teras lebih berat dari biasa B. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak C. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan - keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafargma, seperti sesak, nyeri ulu hati, dan diagnosis, D. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah E. Edema pada tungkai, vulva, dan dinding perut F. Pada proses akut dapat terjadi perut sangat besar, syok, berkeringat dingin dan sesak



2.



Inspeksi



A. Terlihat perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar B. Jika akut ibu hamil terlihat sesak dan sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya 3. Palpasi A. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada tungkai B. Fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan sesungguhnya C. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan D. P ada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement akan jelas sekali E. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksasi, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin



4. Auskultasi Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali



27



5. Ultrasonografi Untuk membedakan antra hidramnion, asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jimla besar jampir selalu mudah diketahui sebagai ruang bebeas-echo yang sangat besar di antara janin dan dinding uterus atau plasenta. 3.3.8 Tatalaksana Hidramnion1 Hidramnion derajat ringan jarang memerlukan terapi. Bahkan yang derajat sedang dengan sedikit gangguan biasanya dapat ditangani tanpa intervensi sampai terjadi persalinan atau sampai selaput ketuban pecah spontan. Apabila terjadi dispnea atau nyeri abdomen, atau apabila rawat jalan sulit,pasien perlu dirawat inap. Tirah baring jarang berpengaruh, dan pemberian diuretika serta pembatasan air dan garam juga biasanya kurang efektif. Baru-baru ini dilakukan terapi indometasin untuk hidramnion simtomatik. 1. Amniosentesis Tujuan utama amniosentesis adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan untuk maksud itu tindakan ini berhasil sementara. Cairan amnion juga dapat diperiksa untuk memperkirakan kematangan paru janin. Amniosentesis terapeutik kadang-kadang tampaknya memicu persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan yang dikeluarkan. Elliot dkk (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200 amniosentesis terapeutik pada 94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi antar kembar (38 persen), idiopatk (26 persen), anomali janin atau kromosom (17 persen), dan diabetes (12%). Mereka mengeluarkan rata-rat 650 ml cairan stiap kali tindakan dan mencapai durasi rata-rata 7 minggu sampai pelahiran. Teknik Amniosentesis Untuk mengeluaran cairan amnion, masukkan sebuah kateter plastik yang secara erat menutupi sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen yang telah dianestesi lokal ke dalam kantung amnion, jarum ditarik, dan set infus intravena disambungkan ke dalam sebuah silinder berskala yang diletakkan setinggi lantai, dan kecepatan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan klem putar sehingga



28



dikeluarkan sekiatar 500 ml/jam. Setelah sekitar 1500 sampai 2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya sudah cukup berkurang sehingga kateter dapat dikeluarkan dari kantung amnion. Pada saat yang sama ibu akan mengalami kelegaan yang dramatik dan bahaya terlepasnya plasenta akibat dekompresi sangat kecil. Dengan menggunakan teknik aseptik ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan merasa nyaman.



2. Amniotomi kerugian



dari



pemecahan



selaput



ketuban



melalui



serviks



adalah



kemungkinan prolaps tali pusat dan terutama solusio plasenta. Pengeluaran cairan secara perlahan melalui amniosentesis membantu mencegah bahaya-bahaya ini.



3. Terapi Indometasin Dalam



ulasan



terhadap



beberapa



penelitian,



Kramer



dkk



(1994)



menyimpulkan bahwa indometasin mengganggu produksi cairan paru atau meningkatkan penyerapannya, mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan perpindahan cairan melalui selaput janin. Dosis yang digunakanan oleh sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 sampai 3 mg/kg/hari. Cabrol dkk (1987) mengobati delapan wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi 24 sampai 35 minggu dengan indometasin selama 2 sampai 11 minggu. Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal satu kantung cairan berukuran 8 cm, membaik pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil pada semua kasus baik. Kirshon dkk (1990) mengobati delapan wanita (tiga set kembar) dengan hidramnion dari minggu ke-21 sampai 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan dua amniosentesis terapeutik sebelum indometasin diberikan. Dari 11 janin, tiga kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dan satu neonatus meninggal pada usia 3 bulan. Tujuh bayi sisanya normal. Mamopoulus dkk (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap diabetes yang megalami hidramnion pada gestasi 25 sampai 32 minggu. Mereka diberikan



29



indometasin dan volume cairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari ratarata 10,7 cm pada gestasi 27 minggu menjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus (15) baik. Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah kemungkinan penutupan duktus arterious janin. Moise dkk (1988) melaporkan bahwa 50 persen dari 14 janin yang ibunya mendapat indometasin mengalami kontriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografi doppler. Studi-studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya kontriksi menetap, dan penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memeberikan indometasin untuk tokolisis. Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase: A. Waktu hamil a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis. b. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat- obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. - Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. - Komplikasi pungsi dapat berupa : Timbul his, Trauma pada janin. - Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan - Infeksi serta syok - Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.



B. Waktu bersalin a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu. b) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.



30



c) Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan. d) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.



C. Post partum a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika. b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum. c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup



3.3.9



Komplikasi11 Komplikasi hidramnion terjadi karena harus melakukan tindakan agar gejala



klinis dan keluhan pada ibu hamil berkurang. Tindakan ini meliputi: A. persalinan prematur B. Malpresentasi janin C. Abrupsio plasenta D. Bila ketuban pecah dapat menimbulkan prolapsus bagian kecil dan prolapsus fenikuli. komplikasi hidramnion pada posisi janin intra uterin ditemukan kelainan letak janin. E. Saat persalinan dapat terjadi selusio plasenta F.



Perdarahan pasca partus, dan



G. kelainan letak mungkin memerlukan tindakan operasi



31



BAB IV ANALISA KASUS Dari anamnesa Ny. YW (34 th) pasien mengeluh keluar air ketuban kurang lebih 10 jam SMRS, pasien merasa sesak tapi tidak sampai mengganggu aktivitas karena perut terasa tegang. Riwayat terlambat haid dengan HPHT 20-02-2017. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 110/70 mmHg nadi 85 x/i, pernafasan 22x/i, dan suhu 36,1˚C. Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut membesar lebih dari usia kehamilan, pada palpasi didapatkan TFU 31 cm dan DJJ 130x/i. Pada pasien ini diagnosis sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sudah memenuhi kriteria diagnosis tegaknya Polihidramnion/hidramnion. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan terapi pada Polihidramnion. Karena pada Prinsip penatalaksanaannya adalah: 1. Observasi Keadaan umum pasien 2. Amnioreduksi 3. IVFD RL 20 gtt/i



32



DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri William, Jakarta: EGC 2. Winknjosastro, Hanifa, 2010 Kelainan pada janin dan resiko komplikasi kehamilan 3. Rachmuddin, 2006 kehamilan >>Gizi& Kesehatan 4. Muntiah Siti, 2009 Ilmu Kebidanan Reproduksi : Obstetri Patologi : Jakarta : EGC. 5. Prawirohardjo Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan, Edisi keempat. Penerbit PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 6. Manuaba, 2002 Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta. 7. Maulana, 2008 Ilmu Kebidanan, Jakarta :YBP-SP Sandlin 8. Callen, W Peter, 2008. Obstetric Ultrasound : Amniotic Fluid Volume : Its Role In Fetal Health and Disease. 5ed. New york : Mc Graw Hill Medical. 9. Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J & Spong C Y 2014a. Amniotic Fluid : Hydramnion. Williams Obstetrics. 24 ed. New york/ Toronto: Mc Graw Hill Medical. 10. Widjanarko, Dr.Bambang, SpOG, 2009, Fak.Kedokteran & Kesehatan UMJ). Gunawan 11. Varney,Helen, 2006 Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta : EGC Amniotomi 12. Yulianti, Lia,Am.Keb,MKM,2010 Asuhan Kebidanan Patologi 4 13. Kostania,Gita, 2014 Informasi Reproduksi :keluhan umum selama kehamilan 14. Dewi, 2009 Ilmu kebidanan hidramnion pada kehamilan :Obstetri Patologi :Jakarta :EGC



33