Dasar Pendidikan Sebagai Pengantar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah media dalam mendidik dan mengembangkan



peotensi-potensi kemanusiaan yang primordial. Pendidikan sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban yang lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan manusia, lingkungan, dan sang pencipta. Pendidikan adalah sebuah ranah yang didalamnya melibatkan dialektika interpersonal dalam mengisi ruang-ruang kehidupan; sebuah ranah yang menjadi pelita bagi perjalanan umat manusia, masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.  Pendidikan masa lalu istilah pendidikan berasal dari dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu “ paedagagie” dan “ paedagogiek” “ paedagagie” artinya Pendidikan yaitu ilmu yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala gejala perbuatan mendidik, dan “ paedagogiek” Ilmu Pendidikan yaitu berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “Pergaulan dengan anak anak, sedangkan paedagogos “ialah seorang pelayan atau bujang dalam zama Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak anak ked an dari sekolah. Juga di rumahnya, anak anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari paedagogos itu. berasal dari kata paedos (= anak ) dan agogo (= saya membimbing, memimpin ). Perkataan paedagogos yg mulanya berarti “ rendah “( pelayan, bujang ), sekarang di pakai untuk pekerjaan mulia, (paedagoog ) pendidik atau ahli didik. Pendidikan dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pendidikan kearahtujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan islam, ia tidak berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. B.



Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan? 2. Bagaimana Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan? 3. Apa yang dimaksud dengan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan? 4. Bagaimana Fungsi Dan Peran Lembaga Pendidikan? 5. Apa yang dimaksud Sistem Pendidikan Nasional? 1



6. Apa yang dimaksud Demokrasi Pendidikan ?



C.



Tujuan Yang Ingin Dicapai 1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan 2. Untuk mengetahui Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan 3. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 4. Untuk mengetahui Fungsi Dan Peran Lembaga Pendidikan 5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Sistem Pendidikan Nasional 6. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Demokrasi Pendidikan



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan 1. Pengertian Filsafat Kata Filsafat berasal dari bahasa Inggris dan Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani Philein atau Philos dan sofein atau sophi. Adapula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahsa Arab, yaitu Falsafah, yang artinya al-hikmah. Philos artinya cinta, sedangkan Sophia, artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan kebijaksanaan atau al-hikamah. Orang yang mencintai atau encari kebijaksanaan atau kebenaran disebut dengan filsuf. Mencari kebenaran dengan pendekatan Filosofis yang radikal dan kontemplatif, yaitu mencari kebenaran hingga ke akarakarnya yang dilakukan secara mendalam. Berikut beberapa definisi mengenai Filsafat : a. Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berfikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berfikir yang rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal. b. Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu atau sarwa sekalian alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut 2



keseluruhan yang bersifat universal. Dengan demikian, pencarian kebenaran filosofis tidak pernah berujung dengan kepuasan dan tidak mengenal pemutlakan kebanaran. Bahkan untuk suatu yang sudah dianggap benar pun, kebenarannya masih diragukan. Dikatakan tidak mengenal kata puas karena kebenaran akan mengikuti situasi dan kondisi alam pikiran manusia yang hasu dengan pengetahuan. c. Filsafat adalah pengembaraan alam piker manusia yang tidak mengenal kenyang dengan ilmu pengahuan dan kebenaran yang hakiki. d. Filsafat adalah pencarian kebenaran dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan secara teratur mengikuti Sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis senantiasa mengikuti aturan logika yang benar normatif, artinya cara berfikir yang mengikuti premis-premis tertentu. e. Pengertian formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari kebenaran tanpa batas. f. Filsafat adalah seni kritik dengan tidak membatasi diri pada destruksi pemikiran tentang kebenaran, Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah merasa puas diri, artinya tidak pernah menganggap sesuatu telah selesai. g. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai haikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan). h. Al-Kindi (801-873 M) menyebutkan bahwa filsafat adalah kegiatan manusia tingkat tertinggi yang merupkan pengetahuan yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran. i. Filsafat adalah pencarian kebenran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio secara sistematis dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu. j. Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada yang dipikirkan secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa berada dalam sains. Segala Sesuatu yang ada adalah yang keberadaannya pasti, artinya ada dengan sendirinya dan keberadaannya tidak disebabkan oleh kemungkinan lain yang disebut wajib ada. Ada



3



yang wajib ada, keberadaannya tidak disebabkan oleh keberadaan lain. Adapun yang mungkin ada, keberadaannya bergantung pada berbagai kemungkinan. Pada dasarnya realitas terdiri atas dua hal yaitu : a. Kenyataan yang disepakati (agreement reality), yaitu segala sesuatu yang dianggap nyata karena itu kita mengatakan sebagai kenyataan. b. Kenyataan yang didasarkan pada pengalaman (experimental reality), yaitu pengalaman manusia. Berdasakan dua realita tersebut, pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu : a. Pengetahuan yangdiperoleh melalui persetujuan b. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengetahuan langsung atau observasi Manfaat Filsafat dalam kehidupan adalah : a. Dasar dalam bertindak b. Dasar dalam mengambil keputusan c. Mengurangi salah paham dan konflik d. Bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubahPaedagogos e. Mendalami konsep yang sudah baku dengan melihat substansinya f. Merumuskan teori atau kerangka pemikiran g. Membangun paham-paham yang mengideologis h. Membangun sikap saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim i. Mengembangkan pemahaman berbagai persoalan Perbedaan filsafat dengan Ilmu adalah : a. Ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas sedangkan filsafat mencoba melayani seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif. b. Ilmu lebih analitik dan desskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik. c. Ilmu menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya sedangkan filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesis yang interpretative. d. Ilmu berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor pribadi sedangkan filsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai dan pengalaman. e. Ilmu lebih menekankan kebenaran logis dan obyektif sedangkan filsafat bersifat radikal dan subjektif.



4



2. Pengertian Filsafat Pendidikan a. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, hasil dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya b. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan. c. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan. d. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran dikelas dan diluar kelas. e. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran Alternatif 3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan a.



Pendidik Para pendidik adalah guru orang tua, tokoh masyarakat dan siapa saja yang



memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan dan menuntun dan mengembangkan minat serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. b. Murid atau Anak didik Anak didik secara filosofis merupakan objek para pendidik Dalam melakukan tindakan yang bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia, kondisi ekonomi, minat dan bakat, serta tingkat intelegensinya. Anak didik merupakan subjek pendidikan, yaitu yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai dengan perkembangan anak didik. c. Materi Pendidikan Materi pendidikan yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunannya yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. 5



d. Perbuatan mendidik Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, mendalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup. e. Evaluasi dan tujuan pendidikan Evaluasi yaitu siste penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan. Evaluasi sangat bergantung pada tujuan pendidikan. Jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan takwa, Sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan. f. Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan Alat dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Tujuan dipelajari filsafat pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa. Adapun kegunaan filsafat pendidikan yaitu : a. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaanNya kepada anak didik. b. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber pengetahuan. c. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu pengetahuan. d. Meyakinkan anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan. e. Memberikan ketarampilan hidup yang fungsional. f. Mencerdaskan anak didik. g. Membentuk akhlak yang mulia. h. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakan amar ma’ruf nahi munkar. i. Mengembangkan lembaga pendiikan. j. Mengkaji dan merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan.



6



4. Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dimulai dari mitologi yang berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang menurut penciptanya sama sekali bukan mitps melainkan cara berfikir empiris, logis, dan realistis. Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Kemarahan alam dengan berbagai peristiwa yang membingungkan masyarakat, seperti gunung meletus, bencana banjir, dan sebagainya yang menewaskan ribuan manusia. Karena belum tersentuh oleh pengetahuan dan penemuan ilmiah hanya dapat di jawab oleh Sistem berfikir masyarakat yang kemudian disebut dengan mitos. Yunani memiliki kesusastraan yang sangat tinggi mulai personifikasi dan legenda, dongeng-dongeng, dan teka teki kehidupan. Karya puitis Homerus yang berjudul Illias da Oddeysea menduduki tempat yang istimewa dalam kesusastraan Yunani dan dapat disebut sebagai kesusastraan didunia. Peranan kesusastraan yang dibuat Homerus bahkan dapat diibaratkan seperti wayang dipulau Jawa yang mempunyai pengaruh luar biasa dalam pendidikan masyarakat. Sampai sekarang, cerita-cerita yang dikembangkan dalam dongengdongeng tersebut masih memengaruhi seni dan peradaban yang diidamkan oleh sebuah negeri besar dan maju, seperti Jerman dengan konsep Nazi-nya dan Amerika Serikat dengan ambisi sebagai polisi dunianya. Secara tidak disadari, keinginan dua negeri ini, didasari oleh sebuah impian Homerus yang menginginkan Negara kota (polis) untuk dipimpin oleh sebuah garda beradab. Cecep Sumarna menjelaskan, secara geografis, Yunani berdekatan dengan daerah Timur Kuno (Cina) dan babylonia (Mesir). Didaerah-daerah tersebut, ilmu pengetahuan sudah berkembang meskipun masih terbatas diwilayah tempat pusat perkembangan peradaban daerah tersebut. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timur Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dengan demikian, melalui filsuf Yunani terjadi pergeseranpergeseran dan ilmu tidak lagi hanya milik sebuah komunitas, tetapi ia dapat diakses dan dikembangkan oleh siapapun yang menghendakinya. Bertens menyebut aspek mite jauh lebih 7



penting dan lebih besar pengaruhnya atas lahirnya sejumlah filsuf dan karya filosofis di Yunani dibandingkan dengan dua faktor lainnya. Bahkan bisa jadi semakin banyak mite dalam suatu Negara atau suatu komunitas masyarakat, semakin besar pula kecenderungan suatu Negara atau kemunitas masyarakat tersebut melahirkan sejumlah filsuf dan karya filosofis. Legenda atau mitos diperlukan untuk menunjang Sistem nilai hidup manusia. Mite dapat member kejelasan tentang eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar. Bahkan, mite dapat member kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antara sessama manusia, dan hubungan antara manusia dengan wujud yang maha tinggi.



B. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan 1. Ontologi Pendidikan Berbicara masalah ontology tidak terlepas dari filsafat karena filsafat diperlukan untuk menjelaskan dasar ontologis dari ilmu, termasuk dalam kajian pendidikan. Aspek realitas yang dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Adapun objek materil dilsafat pendidikan adalah manusia seutuhnya. Manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat, ia mempunyai cirri warga yang baik (good citizenship) atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya. Filsafat pendidikan merupakan bidang filsafat terapan, bermula dari bidang tradisioanal filsafat, untuk menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan manusia dan teori kurikulum. Dengan kata lain, filsafat pendidikan adalah studi filosofis tentang tujuan, proses, alam, cita-cita pendidikan. Filsafat pendidikan mencakup hal berikut : a. Mempelajari definisi mengasuh dan mendidik b. Mendalami dan mempelajari mengaplikasikan nilai-nilai dan norma-norma lalu diterapkan melalui Sistem pendidikan dan praktik pendidikan itu sendiri c. Mepelajari batas-batas dan legitimasi pendidikan sebagai disiplin akademis d. Mempelajari hubungan antara teori dan praktik pendidikan pada umumnya. Pendekatan ontology atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam 8



pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri. Tilaar menjelaskan berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelopok besar yaitu : a. Pendekatan Reduksionisme b. Pendekatan Holistik Integratif Dengan pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontology pendidikan berakar dari kebutuhan manusia terhadap proses pelatihan kemandirian berfikir, mandiri mengambil keputusan, mandiri dalam bekerja untuk mempertahankan kehidupannya, mandiri dalam mengamankan kehormatan dan harga dirinya, dan manusia yang mengerti tujuan hidup hari ini, besok dan yang akan datang. 2. Epistemologi Pendidikan Epistemology adalah kata lain filsafat ilmu berasal dari bahasa latin episteme, berarti knowledge yaitu pengetahuan dan logos berarti Theory. Jadi, epistemology berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan atau studi tentang hakikat tertinggi kebenaran dan batasan ilmu manusia. Epistemology adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi kajian epistemology, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan. Berkaitan dengan pemikiran diatas, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum telah dikenal oleh orang banyak yaitu : a. Kebenaran religious Yaitu kebenaran yang memenuhi criteria atau dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan kebenaran absolute atau kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan. b. Kebenaran filosofis Yaitu kebenaran hasil perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu, meskipun pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif dan relative tetapi kontemplatif. c. Kebenaran Estetis



9



Yaitu kebenaran yang berdasarkan penilaian indah atau buruk, serta cita-cita rasa estetis. Artinya, keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman. d. Kebenaran ilmiah Yaitu kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah ditunjang oleh rasio dan kebenaran rasional berdasarkan teori yang menunjangnya. Kebenaran ilmiah di validasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif di lapangan. Sifat objektif berlaku umum, dapat diulang melalui eksperimentasi, cenderung amoral sesuai dengan apa adanya, bukan apa yang seharusnya yang merupakan cirri ilmu pengetahuan.



3. Aksiologi Pendidikan Aksiologi pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio), maksudnya adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hekikat keberadaan segala sesuatu yang bersifat fisikal dan metafisikal, baik yang umum maupun yang khusus. Aksiologi pendidikan juga berkaitan dengan aliran-aliran pendidikan yang terus berkembang. Diantara aliran-aliran pendidikan tersebut adalah sebagai berrikut : a. Positivisme b. Renaisans c. Humanism C. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan a. Langeveld Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. b. John Dewey



10



Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. c. J.J Rousseau Pendidikan adalah member kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. d. Driyarkara Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani e. Ahmad D. Marimba Pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan ialah : 1) Usaha (kegiatan), usaha itu berdifat bimbingan dan dilakukan secara sadar 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong 3) Ada yang di didik atau si terdidik 4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan 5) Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan f. Ki Hajar Dewantara Pendidik yaitu tutunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar anak-anak mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. g. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi bagi peranannya dimasa yang akan datang h. Menurut UU Nomor 20 Th 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk



memiliki



kekuatan



spiritual



11



kagamaan,



pengendalian



diri,



kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara 2. Faktor-Faktor Pendidikan a. Adanya tujuan yang hendak dicapai b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan c. Yang hidup bersama dalam lingkungan tertentu d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan Ilmu – ilmu yang membantu Pendidikan : menurut Frank FI, Blackington, dan Patterson (1988) dalam buku Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan dapat di gambarkan sebagai berikut :



12



D. Fungsi Dan Peran Lembaga Pendidikan 1. Lembaga Pendidikan Keluarga a. Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak b. Menjamin kehidupan emosional anak c. Menambahkan dasar pendidikan moral d. Memberikan dasar pendidikan sosial e. Peletakan dasar-dasar keagamaan 2. Lembaga Pendidikan Sekolah a. Peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain :  Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru  Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah b. Fungsi sekolah menurut suwarno : 



Mengembangkan kecerdasan dan memberikan pengetahuan







Spesialisasi







Efisiensi







Sosialisasi







Konservasi dan transmisi cultural







Transisi dari rumah ke masyarakat



3. Lembaga Pendidikan di Masyarakat a. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah b. Masyarakat berperan dalam mengawasi pedidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat c. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya d. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah e. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau labolatorium tempat belajar E. Sistem Pendidikan Nasional a. Sistem Pendidikan Dalam pengertiaan umum, yang dimaksud dengan Sistem adalah jumlah, keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan 13



berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Komponen atau faktor-faktor Sistem pendidikan : a. Tujuan Tujuan tersebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan. b. Peserta Didik Fungsinya adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan. c. Pendidik Berfungsi sebagai pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktifitas peserta didik sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan d. Alat Pendidikan Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan e. Lingkungan Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terjadinya proses pendidikan



b. Sistem Pendidikan Nasional Sistem pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suprasistem yaitu suatu Sistem yang besar dan kompleks yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan Sistem-sistem.



c. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah Republik Indonesia untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa system pendidikan nasional dalam rangka menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang dimaksudkan.



14



Dalam sejarahnya, pendidikan di Indonesia pernah memiliki undang-undang yang mengatur tentang pendidikan secara nasional seperti : a. UU No. 4 Th 1950 tentang Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah b. UU No. 12 Th 1954 tentang pernyataan berlakunya UU No. 12 Th 1950 dari republik Indonesia dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah untuk seluruh pengajaran di Indonesia c. UU No. 22 Th 1961 tentang perguruan tinggi d. UU No. 14 PRPS Th 1965 tentang majelis pendidikan Nasional e. UU No. 19 PNPS Th 1965 tentang pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila Pendidikan Nasional yang di tetapkan dalam UU No. 2 Th 1989 ini mengungkapkan prinsip-prinsipnya sebagai satu system yaitu : 



Yang berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melanjutkan dan meningkatkan pendidikan P4







Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila







Mencakup jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah







Mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jenjang utama yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi yang masing-masing pula terbagi dalam jenjang atau tingkatan







Mengatur bahwa kurikulum peserta didik dan tenaga kependidikan, terutama guru, dosen, atau tenaga pengajar merupakan tiga unsure yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar







Mengatur secara terpusat (sentralisasi) namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi)







Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah







Mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan serta diperlakukan dengan penggunaan ukuran yang sama







Mengatur bahwa satuan dan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan masyarakat memiliki kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai dengan cirri atau 15



kekhususannya masing-masing sepanjang cirri itu tidak bertentangan dengan pancasila sebagai dasar Negara pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa 



Memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan tujuan yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan Berdasarkan deskripsi tujuan pendidikan Nasional tersebut, kita dapat melihat



beberapa kualifikasi manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 



Beriman dan bertakwa terhadap tuha yang Maha Esa







Berbudi pekerti luhur







Memiliki pengetahuan dan keterampilan







Memiliki kesehatan jasmani dan rohani







Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri







Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan



d. Dasar dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional Fungsi pendidikan Nasional sebagaimana ditegaskan pada pasal 3 yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional Indonesia jelas termaktub dalam Alinea IV pembukaan UUD 1945, yaitu : 



Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia







Memajukan kesejahteraan umum







Mencerdaskan kehidupan bangsa







Ikut melaksanakan ketertiban dunia







Mencapai masyarakat yang adil dan makmur



F. Demokrasi Pendidikan 1. Pengertian dan Pentingnya Demokrasi Pendidikan Menurut KBBI demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara



16



Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlansungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan. Manfaat Demokrasi Pendidikan : a. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia b. Setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat c. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama 2. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Pendidikan a. Menunjang tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya b. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti luhur c. Mengusahakan suatu pemenuhan hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka menembangkan kreasinya kearah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain. 3. Dasar-dasar Demokrasi Pendidikan Menurut Islam a. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu ( Hadist : HR. Ibnu Abdil Barr)



‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬ َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬ Artinya



: Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim lakilaki dan perempuan



b. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu ( Surat An Nahl ayat 43 )



ِّ ‫ك إِاَّل ر َجااًل ُّنوح ِٓى إِلَي ِْه ْم ۚ َفسْ ٔـََٔلُ ٓو ۟ا أَهْ َل‬ ‫ُون‬ َ ‫ٱلذ ْك ِر إِن ُكن ُت ْم اَل َتعْ لَم‬ َ ِ‫َو َمٓا أَرْ َس ْل َنا مِن َق ْبل‬ ِ wamaa arsalnaa min qablika illaa rijaalan nuuhii ilayhim fas-aluu ahla dzdzikri in kuntum laa ta'lamuun Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Dengan beberapa uraian tersebut jelas sekali bahwa Islam memberikan dasar demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan karena demokrasi pendidikan itu akan melahirkan kemajuan-kemajuan yang berarti bagi umat manusia.



17



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Sistem terdiri dari beberapa sub sistem, dan sub sistem kemungkinan terdiri dari susb-sub sistem, begitulah seterusnya sampai bagian itu sudah tidak dapat dibagi lagi. 2. Pendidikan merupakan bagian yang kompleks, yang meliputi berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lain. 3. Pendidikan



diselenggarakan



untuk



memanusiakan



manusia



berdasarkan



pandangan hidup dan latar sosial kebudayaan yang berbeda pada masyarakat tertentu. 4. Dalam bidang pendidikan, filsfat akan mengkaji persoalan yang berkaitan dengan apa yang ingin diketahui, bagaimana cara mendapatkannya, serta apa nilai kegunaan pendidikan bagi manusia. 5. Pengenmbangan penerapan asas-asas pendidikan dapat diketahui dengan mengaktifkan lembaga-lembaga formal dan non-formal, terutama untuk mengembangkan kemampuan baca tulis fungsional, vocasional, profesional, kearah pembangunan, kewarganegaraan dan kedewasaan politik, serta kultural dan pengisian waktu senggang. B. Saran 1. Kita sebagai calon pendidik yang memiliki wawasan harus mengetahui bagaimana sistem pendidikan tersebut, agar dapat menghasilkan anak didikan yang berkualitas. 2. Kita juga hendaknya mengetahui asas-asas pendidikan tersebut agar bisa menerapkannya dalam lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal.



18



DAFTAR PUSTAKA Maman Achdiyat M.M, Dr Soeparlan Kasyadi, M.M. Huri Suhendri, M.Pd, Dasar –dasar Pendidikan sebagai Pengantar, Pustaka Mandiri, Penerbit Buku Super Wens Tanlain,Dkk., Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Gramedia, Jakarta 1989 Rachman, Arief. (2007) Home-Schooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Mulyasa, E. (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa 3 Tim MKDK IKIP Surabaya. (1995) Pengantar Pendidikan : Bagian I. Surabaya : University Press IKIP Surabaya. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.N. (2005) Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia. Salahudin, Anas, Drs., M.Pd., Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia Beni Ahmad Saebani dan Hendra Achdiyat, Ilmu Pendidika Islam jilid 1. Bandung : Pustaka Setia Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam,Bandung : Pustaka Bani Quraisy Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung : Al-Ma’arif, 1980 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2008 Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu, Bandung : Pustaka Bani Quraisy Robert W. Richey, Planing For Teaching an Introduction to Education,Mc. Graw Hill Book Coy, New York 1968



19