Dekomposisi Serasah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI PRAKTIKUM II LAJU DEKOMPOSISI SERASAH



OLEH : NAMA



: LISDAWATI



STAMBUK



: F1D1 14 015



KELOMPOK



: I (SATU)



ASISTEN PEMBIMBING



: DIAZ EKA ANJANI



PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2017



I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Hutan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi unsur hara dalam biomassanya yang kelak akan merupakan serasah apabila vegetasi yang menyusun hutan tersebut suatu saat mati. Lapisan serasah mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan produktifitas ekosistem hutan. Serasah terurai menjadi unsur hara yang tersedia di dalam tanah untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan tanaman yang sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Kesuburan tanah sendiri banyak dipengaruhi oleh flora dan fauna sebagai komponen biotik, iklim mikro, bahan induk dan sebagainya (Dita, 2007). Serasah merupakan material organik yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme dan organisme kecil lain. Material organik diuraikan oleh mikroorganisme karena berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroorganisme tersebut. Hasil penguraian oleh mikroorganisme akan berguna sebagai penyediaan hara tanaman. Jadi penambahan bahan organik di samping sebagai sebagai sumber energi bagi mikroorganisme juga sebagai sumber hara bagi tanaman. Dekomposisi merupakan proses penting dalam fungsi ekologi. Proses dekomposisi serasah merupakan proses perubahan bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan, baik secara fisik maupun kimia menjadi senyawa anorganik (mineral) sederhana oleh mikroorganisme tanah. Kecepatan proses dekomposisi tergantung pada kondisi lingkungan, jenis tanaman, komposisi bahan kimia tanaman dan umur tegakan. Manfaat yang dapat dihasilkan berupa nutrisi



untuk pertumbuhan tanaman secara normal. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan praktikum laju dekomposisi serasah. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana laju dekomposisi serasah pada kawasan hutan dan hubungannya dengan pengaruh faktor lingkungan? C. Tujuan Praktikum Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui laju dekomposisi serasah pada kawasan hutan dan hubungannya dengan pengaruh faktor lingkungan. D. Manfaat Praktikum Manfaat pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui laju dekomposisi serasah pada kawasan hutan dan hubungannya dengan pengaruh faktor lingkungan.



II.



TINJAUAN PUSTAKA



A. Dekompisisi



Informasi mengenai kecepatan laju dekomposisi merupakan hal yang penting untuk mengetahui besarnya pengurangan jumlah bahan organik yang terkandung dalam serasah serta kecepatan pengembalian hara mineral ke dalam tanah. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah hutan sangat dipengaruhi oleh jumlah bahan organik, seperti akar, ranting, daun, batang dan alat reproduksi yang terdapat di permukaan tanah. Pengembalian unsur hara ke dalam tanah melalui proses dekomposisi menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas siklus hara sehingga keseimbangan ekosistem hutan dapat terjaga (Dita, 2007). Bahan organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi yaitu penghancuran dan perombakan bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga menjadi unsur hara yang tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Fauna tanah memiliki peranan penting dalam kesuburan tanah, yaitu dalam mendekomposisi bahan organik. Salah satu metode untuk mengukur aktivitas fauna tanah dalam proses dekomposisi serasah yaitu metode Litterbag (Avelina, 2008). B. Serasah Kualitas dan kuantitas serasah dalam ekosistem memberikan pengaruh kuat bagi aktivitas katabolisme organisme pengurai. Kualitas serasah sangat dipengaruhi oleh jenis yang memiliki kandungan nutrisi dan air yang berbeda-



beda. Semakin tebal daun, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menguraikannya (Dharmawan, dkk., 2016). Salah satu sumber hara yang masuk kedalam tanah adalah serasah karena mempunyai peranan penting bagi tanah dan miroorganisme. Setelah mengalami penguraian atau proses dekomposisi, serasah menjadi senyawa organik sederhana dan menghasilkan hara, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Peran serasah dalam proses penyuburan tanah dan tanaman sangat tergantung pada laju produksi dan laju dekomposisinya. Selain itu komposisi serasah akan sangat menentukan dalam penambahan hara ke tanah dan dalam menciptakan substrat yang baik bagi organism pengurai (Aprianis, 2001). C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Dekomposisi Serasah Dekomposisi serasah merupakan proses yang sangat penting dalam dinamika hara pada suatu ekosistem. Proses tersebut sangat vital untuk keberlanjutan status hara pada tanaman hutan dan kecepatan dekomposisinya bervariasi untuk spesies tanaman yang berbeda. Dekomposisi merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan beberapa faktor. Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti pH, iklim (temperatur, kelembaban) komposisi kimia dari serasah dan mikro organisme tanah. Secara umum, laju dekomposisi lebih lambat pada pH rendah dibanding pada pH netral (Sulistiyanto, dkk, 2005).



DAFTAR PUSTAKA



Aprianis, Y., 2011, Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Acacia crassicarpa A. Cunn di PT. Arara Abadi, Jurnal Tekno Hutan Tanaman, 4(1) : 41-47. Avelina, D. M., 2008, Pengukuran Laju Dekomposisi Serasah Menggunakan Metode “LITTERBAG” pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dharmawan, I. W. E., Zamani, N. P., dan Maduppa, H. H., 2016, Laju Dekomposisi Serasah Daun di Ekosistem Bakau Pulau Kelong Kabupaten Bintan, Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1) : 1-10. Dita, F. L., 2007, Pendugaan Laju Dekomposisi Serasah Daun Shorea balangeran (Korth.) Burck dan Hopea bancana (Boerl.) Van Slooten di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sulistiyanto, Y., Rieley, J.O., dan Limin, S.H., Laju Dekomposisi dan Pelepasan Hara dari Serasah pada Dua SUB-Tipe Hutan Rawa Gambut di Kalimantan Tengah, Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 11(2) : 1-14.



B. Pembahasan Dekomposisi serasah adalah salah satu dari tingkatan proses terpenting daur biogeokimia dalam ekosistem hutan. Serasah yaitu tumpukan dedaunan kering, rerantingan dan berbagai sisa vegetasi lainnya diatas lantai hutan atau kebun. Serasah diuraikan oleh kompleks mikroorganisme, baik bakteri, jamur, lipan maupun kumbang tanah. Serasah diuraikan oleh mikroorganisme menjadi material anorganik untuk dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan. Dekomposisi serasah sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, jumlah dan keragaman mikroorganisme serta kandungan kimia serasah. Serasah



yang



jatuh



akan



mengalami



proses dekomposisi



oleh



mikroorganisme menjadi detritus. Semakin banyak serasah yang dihasilkan dalam



suatu kawasan



maka



semakin



banyak



pula



detritus



yang



dihasilkan. Detritus inilah yang menjadi sumber makanan bernutrisi tinggi untuk berbagai jenis organism perairan (khususnya detritifor) yang selanjutnya dapat dimanfaatkan



oleh



organisme



tingkat



tinggi



dalam



jarring-



jaring makanan (Zamroni dan Rohyani, 2008). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, presentase penutupan tajuk yaitu 25%, 50% dan 75% dengan berat awal masing-masing 20 gram. Pengukuran ini dilakukan pada kedalaman 10 cm, 20 cm dan 30 cm. Laju dekomposisi serasah diperoleh dari hasil perhitungan berat awal-berat kering, pada penutupan tajuk 25% kedalaman 10 cm laju dekomposisi serasah yaitu 7,029, kedalaman 20 cm laju dekomposisi serasah yaitu 7,229 dan kedalaman 30 cm laju dekomposisi serasah yaitu 7,422. Pada presentase penutupan tajuk



50%, kedalaman 10 cm laju dekomposisi serasah yaitu 6,397, kedalaman 20 cm laju dekompisisi serasah yaitu 6,591, kedalaman 30 cm laju dekomposisi serasah yaitu 4,161. Pada presentase penutupan tajuk 75% kedalaman 10 cm laju dekomposisi serasah yaitu 5,226, pada kedalaman 20 cm laju dekomposisi serasah yaitu 1,354 dan pada kedalaman 30 cm laju dekomposisi serasah yaitu 1,823. Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi serasah yaitu suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah dan pH. Faktorfaktor dekomposisi mempengaruhi kedalaman suatu dekomposisi serasah. Setiap



mikroorganisme



memliki



kisaran



suhu



optimum



untuk



kelangsungan hidupnya. Suhu yang terlalu rendah mengakibatkan enzim metabolisme sel menjadi inaktif. Suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan denaturasi protein. Kelembaban udara berpengaruh terhadap dekomposisi serasah karena memberikan kondisi optimum untuk penguraian material organik menjadi material organik yang lebih sederhana maupun menjadi material anorganik. Jumlah mikroorganisme berpengaruh terhadap laju dekomposisi serasah karena semakin banyak mikroorganisme, semakin cepat pula proses dekomposisi. Keragaman mikroorganisme berkaitan dengan interaksi antara mikroorgnisme. Interaksi yang mungkin terjadi antara lain sinergisme dan antagonisme. Semakin kompleks kandungan kimia suatu serasah, semakin lama proses dekomposisinya.



V. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum ini yaitu serasah akan cepat terdekomposisi apabila



tajuk



penutupannya



besar.



Waktu



penanaman



serasah



juga



mempengaruhi proses dekomposisi. Semakin dalam penanaman serasah maka dekomposisi akan semakin lama. Penutupan tajuk mengakibatkan suhu menjadi dingin dan kurangnya asupan cahaya matahari yang terkena pada serasah. B. Saran Saran yang dapat saya ajukan sebaiknya praktikan meningkatkan kerjasama dalam pengamatan.