Demam Typhoid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MENGENAL LEBIH DEKAT DEMAM TYPHOID PADA ANAK Demam tifoid atau tifus (tipes) tentu bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Seringkali orang tua memeriksakan anaknya yang demam ke dokter karena curiga anaknya menderita demam tifoid (tipes) dan orang tua takut akan akibat yang timbul jika anaknya menderita demam tifoid (tipes). Sampai saat ini, demam typoid masih merupakan masalah kesehatan khususnya di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Insidens demam tifoid masih tinggi meskipun komplikasi dan angka kematian sudah menurun dengan upaya diagnosis cepat dan pemberian antibiotik yang tepat. Apa itu Demam Tifoid? Demam tifoid atau tifus (tipes) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman “salmonella typhii”. Kuman tersebut dapat menular dari orang yang satu ke yang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh kotoran yang mengandung kuman tersebut atau dalam bahasa medisnya “fecal-oral”. Hal ini berkaitan dengan higienitas seseorang dan lingkungan sekitar. Anak – anak dengan usia 5 tahun ke atas lebih rentan terkena demam typhoid. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut, anak sudah mulai masuk sekolah dan mengenal jajanan di luar rumah. Makanan atau jajanan yang kurang bersih dapat mengandung kuman Salmonella typhii dan masuk ke tubuh anak jika termakan. Selain itu, ada juga demam paratiphoid (paratipus) yang disebabkan oleh kuman Salmonella paratyphii. Infeksi ini cenderung tidak lebih berbahaya dibandingkan tifoid dan respon terhadap pengobatan umumnya juga lebih cepat dibandingkan dengan tifoid. Apa saja gejala dan tanda demam tifoid? Pada umumnya anak – anak yang menderita demam tifoid memiliki gejala berupa demam yang perlahan – lahan meninggi lebih dari 1 minggu terutama pada sore dan malam hari serta sulit turun walaupun sudah diberikan obat penurun panas. keluhan lain terjadi pada saluran cerna, seperti mual, muntah, mencret, atau pada anak yang lebih besar terkadang megalami sembelit/susah BAB. Gejala – gejala diatas sering di kenal oleh orang tua sebagai “gejala tipes”. Apabila anak mengalami demam 1-2 hari, sebaiknya orang tua lebih waspada terhadap demam berdarah dengue (DBD) daripada demam tifoid, karena gejala pada demam berdarah dengue lebih cepat memberat dibandingkan tifoid. Untuk memastikan seorang anak menderita demam tifoid, maka dibutuhkan pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan darah di laboratorium. Bahaya dari demam tifoid Penyakit demam tifoid yang ditangani secara tepat pada umumnya tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Demam tifoid akan berbahaya di akhir minggu kedua demam atau awal minggu ketiga, karena sering kali muncul komplikasi pada periode tersebut. Apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat maka dapat terjadi komplikasi seperti infeksi berat pada saluran pencernaan



bahkan dapat terjadi pendarahan dalam saluran pencernaan akibat usus yang pecah. Komplikasi ini disebabkan oleh kuman S. typhii yang “menggerogoti” lapisan mukosa usus. Risiko komplikasi juga membahayakan nyawa jika situasi tersebut tidak segera ditangani dengan baik. Komplikasi lain dari demam tifoid umumnya berhubungan dengan gejala tifoid. Anak yang sedang sakit demam tifoid sering kali tidak mau minum dan muntah-muntah. Jika tidak diberikan minum sesering mungkin dapat mengakibatkan dehidrasi dan dapat berlanjut menjadi penurunan kesadaran dan gejala lain yang lebih berat. Selain itu, demam dapat mengakibatkan kejang demam pada anak balita. Apa yang dapat dilakukan oleh orang tua? Apabila orang tua mendapati anaknya sedang demam, jangan panik. Berikan obat penurun panas (parasetamol) saat anak sedang demam. Untuk meredakan demam, kompres anak dengan air hangat di daerah lipat ketiak dan pangkal paha selama 15 menit. Jangan lupa berikan anak minum sesering mungkin agar tidak dehidrasi. Anak sebaiknya melakukan tirah baring/bed rest, supaya tidak semakin demam dan anak dapat beristirahat. Tidak ada pantangan makanan pada anak yang sedang demam tifoid. Sayur dan buah masih boleh diberikan, tetapi yang paling penting adalah minum sesering mungkin. Jus, susu, atau minuman lain yang disukai oleh anak boleh diberikan. Bila dalam tiga hari kondisi anak tidak kunjung membaik, bawalah anak berobat ke dokter untuk mendapat pengobatan lanjutan. Pada umumnya demam tifoid diobati dengan pemberian antibiotik. Keputusan pengobatan di rumah atau di rumah sakit ditentukan oleh dokter tergantung kepada tingkat keparahan yang dialami. Anak masih dapat berobat jalan selama anak tersebut masih dapat makan dan minum. Namun, bila anak sama sekali tidak mau minum dan lemas maka anak harus dirawat inap. Bagaimana pencegahan terhadap demam tifoid? Kuman tifoid menular melalui makanan atau yang terkontaminasi. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan seseorang dalam menjaga kebersihan dirinya. Oleh karena itu, hindarkan anak dari kebiasaan jajan sembarangan. Di rumah pun ibu harus memasak air sampai mendidih selama 15 menit agar kuman di dalamnya mati. Selain itu, bila di rumah menggunakan air minum dari galon, perhatikan pula air isian dari gallon tersebut. Biasanya air refill dari gallon dipanaskan sampai suhu 700C saja dan tidak semua kuman mati. Selain itu, budayakan kebiasaan mencuci tangan setelah bermain dan sebelum makan agar kuman tidak masuk ke mulut. Jika Anda dan anak anda berniat makan di luar rumah, sebaiknya hindari makan di tempat terbuka yang mudah terpapar bakteri dan disarankan untuk mengonsumsi minuman dalam kemasan.



Di Indonesia, vaksin tifoid sebagai pencegahan tifoid menjadi imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah, tapi belum masuk ke kategori wajib. Vaksin tifoid diberikan kepada anak yang berusia di atas dua tahun dan diulang tiap tiga tahun. Imunisasi tifoid di Indonesia dilakukan dalam bentuk suntik pada balita dan dalam bentuk oral pada anak yang berusia di atas enam tahun. Seperti pada vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak memberikan perlindungan 100 persen. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi, namun tingkat infeksi yang dialami anak yang sudah divaksin tidak akan seberat mereka yang belum divaksin sama sekali.(sumber: CDK 192 vol 39 tentang tatalaksana demam typhoid & http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/mengenal-demamtifoid)