Konsep Demam Typhoid - Asli [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2.2 KONSEP DEMAM TYPHOID 2.2.1



Definisi Demam Typhoid Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan



gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Padila (2013) menjelaskan bahwa demam typhoid merupakan penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai tifus abdominalis atau typhoid fever ini disebabkan oleh kuman salmonella thypi atau salmonella parathypi A, B, C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ada dua sumber penularan salmonella thypi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan masih terus mengereksi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat yang secara klasik disebabkan oleh Salmonella Typhi yang termasuk dalam genus Salmonella (Garna, 2012). Fatchul Mufidah (2012) mendefiniskan demam typhoid atau yang lebih populer dengan nama tifus sebagai sebuah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang menyerang saluran pencernaan. Putra A. (2012) menjelaskan bahwa Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis.



Menurut widoyono (2011) Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus



halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella



paratyphi A, B dan C. penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Muttaqin & Kumala (2011) mengatakan bahwa Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa. Typhoid Abdominalis atau yang biasa disebut Demam Typoid merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi bateri Salmonela Typhi. Gangguan infeksi bakteri tersebut terjadi pada sistem pencernaan seseorang. Demam typhoid menyerang secara diam-diam. Demam disertai sakit kepala, konstipasi, malaise, menggigil, dan sakit otot. Pada kasus ini jarang terjadi diare, dan biasanya disertai muntah tetapi tidak parah. Gejala lain yang timbul yaitu kebimbangan, mengigau, dan usus berlubang. Kejadian yang paling parah pada kasus adalah terjadinya kematian. Penyakit ini adalah penyakit menular, penyakit ini dapat ditularkan melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonela typhi (Shield & Stoppler, 2010). Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Algerina, 2008; Darmowandowo, 2006).



Dari beberapa pengertian ara ahli diatas, maka data ditarik kesimulan bahwa demam thyoid merupakan



2.2.2



Etiologi Demam Typhoid Menurut Widagdo (2011) penyebab dari demam thypoid adalah



Salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam family entrobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbnetuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram negatif. Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari atu minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4°C dalam 1 jam atau 60°C dalam 15 menit. Rahayu E (2013) mengatakan bahwa demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60°C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Menurut Sudoyo A.W (2010) Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu: 1.



Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau



disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. 2.



Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.



3.



Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.



Fatchul Mufidah (2012) menjelaskan bahwa pada demam tifoid salmonella typhi masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik pada waktu memasak atau melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih. Kuman ini diserap oleh usus halus yang masuk bersama dengan makanan, kemudian menyebar ke semua organ tubuh, terutama hati dan limfayang berakibat terjadinya pembengkakan dan rasa nyeri. Salmonella typhi yang masuk kedalam tubuh juga mengeluarkan toksin yang akan menimbulkan gejala demam pada penderita. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga demam typhoid.



Gambar 2.1. Gambar kuman Salmonella typhi secara skematik. (Sumber: Marleni, 2012; Rustandi, 2010) 2.2.3



Faktor Presdiposisi Demam Typhoid



Menurut (Daftar Pustakanya)



Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya



demam typhoid, antaralain sebagai berikut : 1.



Faktor Agent Demam typhoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Jumlah kuman



yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah salmonella typhi yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasinya 2.



Faktor Host



a.



Usia Demam typhoid dapat menyerang semua kelompok umur. Prevalensi



demam tifoid paling tinggi pada usia 3-19 tahun karena pada usia tersebut orangorang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, sehingga kurang



memperhatikan polamakannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, yang sebagianbesar kurang memperhatikan higienitas. Insidensi demam tifoid khususnya banyak terjadi padaanak usia sekolah. Frekuensi sering jajan sembarangan yang tingkat kebersihannya masihkurang, merupakan faktor penularan penyakit demam tifoid. Bakteri Salmonella thypi banyakberkembang biak dalam makanan yang kurang dijaga higienitasnya. Pada usia anak sekolah, mereka



cenderung



kurang



memperhatikan



kebersihan



atau



hygiene



perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam tifoid (Anggraeni H, 2012). b.



Jenis kelamin Kondisi jenis kelamin pada penderita demam typhoid tidak menunjukkan



perbedaan, namun demikian kelompok pria mempunyai resiko yang lebih besar karena banyak melakukan aktifitas diluar rumah yang berisiko terhadap kejadian demam typhoid. c.



Status Gizi Selama ini status gizi menjadi masalah besar di negara berkembang,



termasuk Indonesia.Status gizi anak dapat dinilai dari antropometri yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Status gizi yang kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anakmudah terserang penyakit, bahkan status gizi buruk dapat menyebabkan angka mortilitas demam tifoid semakin tinggi (Nurvia A.W, 2012) d.



Pendidikan



Tingkat pendidikan seseorang sangat berhubungan dengan kemampuan baca tulis seseorang, sehingga seseorang yang mempunyai kemmapuan baca menulis akan lebih berpeluang menerima informasi dan pengetahuan lebih. Pengetahuan yang di miliki akan mempengaruhi persepsi seseorang akan konsep sehat sakit yang pada akhirnya akan mempengauhi kebiasaan individu dan keluarga untuk hidup sehat, termasuk upaya individu dan keluarga dalam melakukan pencegahan penyakit e.



Riwayat Demam Typhoid Riwayat demam typhoid merupakan keadaan berulangnya gejala



penyakit tifus, tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali. Menurut teori, riwayat demma typhoid terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dimusnahkan dengan baik oleh obat maupun antibiotic. Mungkin pula terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil secara bersamaan dengan pembentukan-pembentukan jaringan fibroblast. Sepuluh persen dari demam typhoid tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps. 3.



Faktor Environment Demam typhoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di



daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standart hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang dapat mempercepat terjadinya demam typhoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.



2.2.4



Manifestasi Klinis Demam Typhoid



Pada umumnya, gejala klinis yang disebabkan oleh demam tifoid pada anak bisa bervariasi, mulai dari ringan sampai berat. Biasanya gejala yang muncul pada orang dewasa lebih ringan ketimbang yang terlihat pada anak. Kuman yang telah masuk kedalam tubuh anak tidak segera menunjukkan gejala yang nyata. Namun, masih membutuhkan masa tunas sekitar 7-14 hari. Namun, masa tunas ini bisa lebih cepat bila kuman masuk melalui makanan ketimbang minuman (Fatchul Mufidah, 2012). Sudoyo A.W (2010) menjelaskan bahwa Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septikemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus dari pada S.typhi. Gejala menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria (Sudoyo A.W., 2010). Demam tifoid dan malaria dapat timbul secara bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S.typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi



gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Penderita pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus (Sudoyo A.W., 2010).



Menurut Fatchul Mufidah (2012) Gejala klinis yang biasa ditemukan pada demam typhoid adalah sebagai berikut : 1.



Gejalanya diawali dengan perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, tidak nafsu makan, kemudian demam.



2.



Demam Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam tinggi, sehingga lidah terlihat sering kotor, mulut berbau, serta bibir pecahpecah. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.



3.



Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecahpecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan



konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare (Sudoyo, 2010). 4.



Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (Sudoyo, 2010). Fatchul Mufidah (2012) menambahkan pada anak yang lebih besar, serangan kuman salmonella typhi seringkali menyebabkan menurunnya kesadaran disertai mengigau. Jika tidak segera ditangani, bisa timbul komplikasi tertentu, seperti buang tinja berdarah.



5.



Akibat yang lebih fatal adalah bila penyebaran kuman sampai ke rongga perut, ini menyebabkan kesadaran semakin menurun, sehingga dapat berujung pada kematian.



2.2.5



Patogenesis Demam Typhoid Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh



manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia



pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut (Sudoyo A.W., 2010). Imunitas humoral pada demam tifoid berperan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan kenaikan titer antibodi terhadap antigen kuman S.typhi. Imunitas seluler berperan dalam penyembuhan penyakit, berdasarkan sifat kuman yang hidup intraselluler. Adanya rangsangan antigen kuman akan memicu respon imunitas humoral melalui sel limfosit B, kemudian berdiderensiasi menjadi sel plasma yang akan mensintesis immunoglobulin (Ig). Yang terbentuk pertama kali pada infeksi primer adalah antibodi O (IgM) yang cepat menghilang, kemudian disusul antibodi flagela H (IgG). IgM akan muncul 48 jam setelah terpapar antigen, namun ada pustaka lain yang menyatakan bahwa IgM akan muncul pada hari ke 3-4 demam (Marleni, 2012).



2.2.6



Patofisiologi Demam Typhoid Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan



ditelan oleh sel-sel fagosit ketika melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus dan jaringan



limfoid mensetrika. Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke saluran limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia peertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limfa dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ yang ada di dalam tubuh, antaralain: sistem saraf pusat, ginjal dan jaringan limfa (Muttaqin & Sari, 2011). Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi. Pada mulanya, plakatpeyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia dimukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada dikolon, sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis. Masuknya kuman ke intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun, khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang tejadi pada masa ini disebut dengan demam intermitten (suhu tubuh tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu



tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan hepatomegali. Minggu selanjutnya, dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tandatanda suhu tubuh masih tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus-menerus (Demam Kontinyu), lidah kotor, tepi lidah hiperemesis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorbs sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi peradarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syok dan penurunan kesadaran (Muttaqin & Sari, 2011). Fekal



cuci tangan tidak bersih



makanan terkontaminasi Salmonella typhi Masuk saluran pencernaan Bersarang di dinding usus halus Demam typhoid Kuman masuk peredaran darah



Bakterimia



Keseluruh tubuh terutama di Organ RES



Endotoksin kuman



Usus halus



Gangguan termoregulator



Proses inflamasi Sistem cerna risiko komplikasi terganggu



Ketidakefektifan termoregulasi



Distensi abdomen nyeri epigastric mekanisme patologis



Peningkatan Metabolisme



terjadi gangguan mortalitas usus



hipoperistaltik



penurunan tonus otot



Kehilangan cairan tubuh



kelemahan fisik hiperperistaltik konstipasi



Dehidrasi



Diare



Gambar 2.2 pathway Demam typhoid Sumber : Muttaqin & Kumala, 2011.



2.2.7



Komplikasi Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus.



Apabila komplikasi ini terjadi pada anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa : 1.



Perdarahan usus Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut



hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, jika perdarahan banyak maka dap[at terjadi melena yang bisa disertai dengan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum. 2.



Perforasi yang tidak ditandai dengan peritonitis hanya dapat ditemukan



apabila terdapat udara diruang peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak 3.



Peritonitis Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa



perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan nyeri tekan 4.



Komplikasi diluar usus Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacterimia), yaitu meningitis,



kolesistisis, ensefalopati, dan lain- lain. Komplikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.



Menurut Sudoyo (2010), komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: 1. a.



Komplikasi Intestinal Perdarahan Usus Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor



yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam. b.



Perforasi Usus Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul



pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita



demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.



2.



Komplikasi Ekstraintestinal



a.



Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.



b.



Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.



c.



Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.



d.



Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.



e.



Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.



f.



Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.



g.



Komplikasi



neuropsikiatrik:



delirium,



meningismus,



meningitis,



polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.



2.2.8



Diagnosis Demam Typhoid Menurut Sudoyo, A.W (2010) Ada beberapa pemeriksaan laboratorium



untuk membantu penegakkan diagnosis untuk demam tifoid yaitu: 1.



Pemeriksaan darah tepi Pada hasil pemeriksaan darah pada penderita demam tifoid umumnya



ditemukan anemia, jumlah leukosit normal (bisa menurun atau meningkat), mungkin juga terdapat trombositopenia. Adanya leukopenia dan limfositosis relatif dapat menjadi dugaan kuat untuk diagnosis demam tifoid Uji biakan darah



Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan bakteri Salmonella typhi dalam biakan dari darah, urin, feses, sumsum tulang, dan cairan duodenum penderita. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urin dan feses. 2.



Uji serologi Uji serologi dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis



demam tifoid dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen Salmonella typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi uji widal dan tubex test. a.



Uji Widal Uji widal dimaksudkan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman



Salmonella typhi. Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi dan antibodi penderita. Antigen yang digunakan adalah suspensi biakan Salmonella typhi yang telah dimatikan dan diolah di laboratorium. Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu: Antigen O (antigen somatik), antigen H (antigen flagela) dan antigen Vi (antigen kapsul). Ketika ketiga macam antigen tersebut ada di dalam tubuh penderita, maka secara alami tubuh penderita tersebut akan membentuk 3 macam antibodi yang biasa disebut aglutinin (Sudoyo A.W, 2010). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, semakin tinggi titernya maka semakin kuat penegakan diagnosa tifoidnya.



b.



Pemeriksaan Tubex Pemeriksaan tubex merupakan metode diagnosis demam tifoid dengan



tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan Widal. Pemeriksaan tersebut lebih cepat, mudah, sederhana dan akurat untuk digunakan dalam penegakan diagnosis demam tifoid (Rahayu, 2013). c.



Pemeriksaan kuman secara molekuler. Pendeteksian DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri Salmonella typhi



dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk Salmonella typhi merupakan cara paling akurat untuk diagnosis demam tifoid (Liana, 2015).



2.2.9



Penatalaksanaan Demam Typhoid Penatalaksanaan demam typhoid yang ringan dapat dilakukan dirumah.



Jika mendapati anak demam, berikan obat penurun panas (paracetamol) dan kompres dengan air hangat di daerah lipat ketiak dan pangkal paha selama 15 menit. Berikan minum sesering mungkin agar tidak dehidrasi. Anak sebaiknya melakukan tirah baring, berikan makanan yang mengandung cukup cairan, kalori dan protein. Agar proses penyembuhannya semakin cepat, berikan susu 2 kali sehari. bila dalam tiga hari kondisi anak tidak kunjung membaik, bawalah ke dokter (IDAI, 2016). Penderita dengan gambaran klinik jelas disarankan untuk dirawat di rumah sakit agar pengobatan lebih optimal, proses penyembuhan lebih cepat,



observasi penyakit lebih mudah, meminimalisasi komplikasi dan menghindari penularan. Antibiotik akan diberikan segera setelah diagnosa klinik ditegakkan. Sebelum itu pemeriksaan spesimen darah atau sumsum tulang harus dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan bakteri penyebab infeksi, kecuali fasilitas biakan ini benar-benar tidak tersedia dan tidak dapat dilaksanakan (Menkes RI, 2013). Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (2015) antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau secara semisintesis, yang memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain dimana antibiotik bersifat kurang toksik untuk penjamunya. Beberapa antibiotik telah dikenal luas memiliki sensitifitas dan efektifitas tinggi untuk mengobati demam tifoid berdasarkan pedoman pengendalian demam tifoid yang dikeluarkan oleh WHO (2011) seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Antibiotik untuk Demam Tifoid Antibiotic Ciprofloxacin atau Ofloxacin



Cefixime Azithromycin



Dosis



Penjelasan



15 mg/kgBB per hari 1. Cepat menurunkan suhu tubuh selama 5-7 hari 2. Efektif mencegah relapsdan karier 3. Tidak dianjurkan untuk anak karena memiliki efek samping pada pertumbuhan tulang 15-20 mg/kgBB per 1. Pemberian secara per oral hari selama 7-14 hari 2. Rekomendasi untuk MDR 8-10 mg/kgBB per untuk pasien yang resisten hari selama 7 hari antibiotic quinolon



Kloramfenikol



Ceftriaxone



Amoxicillin Cefotaxime Kotrimoksazol



Fluoroquinolon



100 mg/kgBB per hari selama 14-21 hari



1. Sering digunakan dan telah lama dikenal efektif untuk demam tifoid 2. Murah 3. Sensitivitas masih tinggi 4. Pemberian per oral atau intravena 75 mg/kgBB per hari 1. Lama pemberian pendek selama 10-14 hari 2. Dapat digunakan dengan dosis tunggal 3. Aman untuk anak-anak 4. Pemberian secara intravena 75-100 mg/kgBB Spektrum luas dan aman selama 14 hari bagi ibu hamil 80 mg/kgBB selama 10-14 hari 8-40mg/kgBB 1. Tidak mahal selama14 hari 2. Pemberian secara per oral 20 mg/kgBB selama dosis tunggal



Tidak diberikan pada anak-anak karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kerusakan sendi.



Sumber: Guidelines for the Management of Typhoid Fever WHO 2011. 2.2.10



Prognosis Terapi antimikroba telah mengurangi angka mortalitas hingga kurang



dari 1% pada sebagian besar daerah, tetapi karena adanya penyekait yang mendasari, perforasi saluran gastrointestinal, perdarahan berat atau koma meningkatkan angka mortalitas. Meningitis atau endokarditis dapat menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kekambuhan terjadi pada 10% pasien yang tidak diobati dnegan antibiotic. Individu yang mengekresikan salmonella typhi selama 3 bukan atau lebih biasanya menjadi pengekresi selama satu tahun dan sering seumur hidup. Risiko menjadi carrier kronik rendah pada anak, karena fluorokuinolon biasanya melenyapkan keadaan carrier (Behrman, Richard E, 2010).