Dental Scaling Kel.3 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • geo
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN BEDAH “DENTAL SCALING”



Disusun Oleh : Linda Fitriyana, S.KH Muhamad Farid Abdul, S.KH Johanie Uliartha Fellita, S.KH Putri Indah Geofanny, S.KH Fitalis Badhi, S.KH Giga Akbar Andika Putra, S.KH



(19830006) (19830007) (19830009) (19820015) (19830027) (19830029)



PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN DEPARTEMEN BEDAH RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2021 BAB I



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Dental scaling merupakan penanganan non-operasi dilakukan dengan menghilangkan plak atau kalkulus pada gigi. penanganan ini selain untuk membersihkan gigi, bisa juga untuk mencegah dari penyakit seperti periodontitis dan gingivitis. Penyakit gigi dan mulut yang biasa terjadi pada hewan kesayangan diantaranya adalah gingivitis, periodontitis, stomatitis, ulser,dan glossitis (Kyllar dan Witter 2005). Gingivitis adalah peradangan pada gusi, sedangkan periodontitis adalah  infeksi gusi yang merusak jaringan lunak dan tulang penyangga gigi. Scaling merupakan terapi yang tepat untuk mengangkat kalkulus. Scaling dapat dilakukan secara manual maupun otomatis dengan menggunakan ultrasonic scaling. Penggunaan ultrasonic memberikan efesiensi yang lebih baik dibandingkan dengan manual scaler, sehingga lebih umum untuk digunakan. Ultrasonic scaler menggunakan getaran frekuensi tinggi untuk menghancurkan karang gigi dan metode ini tidak menyebabkan kerusakan email gigi. Dental scaling dapat dilakukan manual menggunakan forceps atau dengan peralatan ultrasonic scaler (Bellows 2010). Perawatan medis gigi di kedokteran hewan merupakan komponen penting dari rencana kesehatan preventif. Perawatan gigi yang berkualitas diperlukan untuk memberikan kesehatan optimal dan kualitas hidup yang lebih baik. Jika dibiarkan atau tidak diobati, penyakit rongga mulut dapat menyebabkan rasa sakit dan dapat berkontribusi pada penyakit lokal atau sistemik lainnya. Perawatan kesehatan gigi berkaitan dengan perawatan mulut, prosedur operasi, bahan, peralatan, dan produk (Kyllar dan witter,2005). Kelainan pada gigi dan mulut yang dialami hewan, dapat mengganggu aktivitas makan dan minumnya yang bisa berakibat kurangnya nutrisi pada hewan karena aktivitas makannya terganggu. Tingkat keparahan karang gigi, dapat dilihat dari segi warna, ketebalan, serta predileksi karang gigi tersebut. Pada segi warna, karang gigi umumnya berwarna kuning hingga kuning tua, cokelat, bahkan



bisa saja hitam jika kasusnya sudah parah. Sedangkan dari segi ketebalan, karang gigi dikategorikan tebal apabila ketebalannya telah melewati gusi dan dikategorikan tipis apabila ketebalannya belum melewati gusi (Chetrus dan Ion, 2013). Pada kasus yang parah, karang gigi yang tebal akan mendesak gusi sehingga dapat terjadi kelukaan pada gusi (Wilson, 2002). Dilihat dari segi predileksi, umumnya karang gigi berada di gigi belakang, yaitu gigi premolar dan gigi molar (Ward, 2005). Aktivitas bakteri di antara gusi dan gigi dapat menyebabkan struktur perlekatan gusi dan gigi menjadi lemah (Zambori et al. 2012). Pengaruh pH mulut juga menjadi penting yang jika dibiarkan, akan menyebabkan penyakit periodontal (Manly, 1961). Setelah penyakit periodontal dimulai, perubahan degeneratif pada gigi dan struktur pendukungnya tidak dapat dikembalikan. Perubahan ini juga membuat plak dan karang gigi lebih mudah berkumpul sehingga lambat laun menjadi tebal (Ward, 2009). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu pengertian scalling ? 2. Bagaimana cara penanganan terjadinya plak ? 3. Bagaimana teknik scalling ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu scalling 2. Untuk mengetahui cara penanganan terjadinya plak 3. Untuk mengetahui teknik scalling



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Scaling Gigi Dentistry adalah Salah satu keunggulan terpenting kedokteran gigi veteriner adalah menangani penyakit periodontal , kondisi gigi yang paling umum pada kucing. Hewan peliharaan semuda tiga tahun dapat menunjukkan bukti awal penyakit periodontal, yang akan memburuk jika tindakan pencegahan yang efektif tidak dilakukan. Deteksi dan pengobatan dini sangat penting, karena penyakit periodontal lanjut dapat menyebabkan masalah dan nyeri yang parah. (manuel, 2010). Nyeri yang berasal dari masalah gigi sangat jarang dikenali oleh pemilik atau profesional. Jarang hewan menjadi anoreksia karena masalah gigi. Pengecualiannya adalah pada kasus cedera jaringan lunak yang parah, misalnya gingivostomatitis kronis . Secara umum, sakit gigi adalah sakit kronis, dan hanya setelah perawatan pemilik melaporkan betapa baiknya hewan peliharaan mereka. Nyeri sering disalahartikan sebagai hewan peliharaan yang baru saja menua. Sangat sedikit klien yang memeriksa gigi hewan peliharaan mereka kecuali jika mereka melakukan perawatan di rumah setiap hari, sehingga masalah gigi yang sebenarnya sering kali luput dari perhatian. Penting untuk mengenali gejala yang mungkin terkait dengan penyakit gigi, seperti ingus atau pembengkakan wajah bagian luar. Dalam beberapa kasus, pasien gigi bahkan mungkin datang dengan apa yang tampak sebagai gejala neurologis. jenis gigi anjing dan kucing sama dengan manusia. Ia terdiri atas gigi insisif (incicivus), taring (canine), geraham kecil (premolar) dan geraham besar (molar). Normalnya, anjing dewasa memiliki jumlah 42 gigi tetap, kucing 30 gigi tetap dan manusia 32 gigi tetap.Dalam hal bentuk, gigi anjing dan kucing lebih mengerucut tajam disebabkan adaptasi kebutuhan makanan sebagai hewan karnivora. Sebagai makhluk omnivora, manusia lebih mengoptimalkan bentuk yang lebar seperti gigi geraham dalam proses pengunyahan makanan. Walaupun



terlihat sepele, bentuk-bentuk gigi sangat berperan besar dalam proses terjadinya karies, dan menimbulkan karang gigi (Zambori, 2012) 2.2 Jenis Alat Scaling Gigi alat dan Teknik Scaling Alat/instrument periodontal yang dibutuhkan dalam perawatan scaling umumnya terdiri dari 3 bagian, yakni handle (pegangan), shank (penghubung antra handle dan blade), serta blade (ujung kerja).adapun 2 jenis scalling yang sering digunakan yaitu scalling manual dan scaling ultrasonic. 2.2.1 Alat scaling Manual a. Kuret Untuk mengambil kalkulus subgingiva , root planingdan menghilangkan jaringan lunak pada dinding poket. Desainnya berbenuk seperti sendok dengan ujung membulat,dari potongan melintang



blade



semisirkuler dengan



dasar



cembung, cuttingedgedibentuk oleh bagian muka blade dengan sisi/pinggir blade dibandingkan sickle kuret lebih tipis. b.Sickle Untuk mengambil kalkulus supra gingival. Dimana permukaan dari sickle datar dan mempunyai 2 cutting edge yang bertemu pada satu ujung yang tajam. Shankyang lurus untuk gigi anterior dan premolar sedangan shank yang bersudut untuk gigi posterior.Tek nik dari penggunaan sickle yaitu cara memegangnya dengan cara modified Pengrasp ,bladediadaptasikan didasar kalkulus dengan sudut antara bladedengan gigi 450 -900, aktifasi alat dengan gerakan tarikan (pull stroke)kea rah vertical dan oblique. c. Hoe scaler Untuk mengambil dan meratakan permukaan akar dari sisa kalkulus dan semetum yang rusak. Desain dari hoe scaller yaitu blade membentuk sudut 990 -1000, cutting edge dibentuk oleh pertemua permuka ujung yang datar dengan aspek dalam blade,cutting edge dibevel 450,blade agak bengkok terdiri dari dua titik kontak dengan gigi,bagian



belakang blade bulat sehingga mudah masuk dalam poket. Cara pengunaan dari hoe scaler yaitu blade diinsersikan pada dasar poket sehingga terdapat dua kontak dengan gigi,alat diaktivasi dengan pullstro kearah mahkota dengan tetap mempertahankan dua titik kontak. d. File scaler Untuk mengambil dan meratakan permukaan akar dari sisa kalkulus dan semetum yang rusak selain itu dapat digunakan untuk membuang margin



gingival



yang



overhanging.



File scaler jarang digunakan pada



permukaan akar karena membuat permukaan akar menjadi kasar. e.Chisel scaler Untuk menghilangknan kalkulus di daerah proksimal yang sempit. Penggunaannya yaitu alat diinsersikan dari fasial ke lingual diaktifasi dengan push motion. Chisel scalermerupakan instrument double ended dengan shank lurusdan bengkok. Blade sedikit melengkung dengan cutting edge yang lurus dan dibevel 450.



Alat scaling manual



2.2.2 Alat Scaling Elektrik Ultrasonic dan Sonic instrument a.Ultrasonic instrument Digunakan



untuk scaling, kuret ,dan



menghilangkan



stain.



Cara



kerjanya menggunakan vibrasi atau getaran fisik (frek. 20.000 –jutaan get/detik)



dengan



ultrasonic tip berbentuk beragam. Efektif



menghilangkan kalkulus,



membersihkan



dinding



untuk



poket, serta pembersihan



selama operasi. Penggunaannya cukup dengan sentuhan ringan dan jumlah gerakan terbatas. Ada 2 tipe ultrasonic unit: o Magnetostrictive unit : - pola vibrasi elips o Piezoelecrtric unit



semua sisi tip aktif



: - pola vibrasi linear - hanya dua sisi tip yang aktif



b.Sonic instrument Dengan frekuensi : 2000– 650 get/dtk , memiliki kekuatan untuk menghilangkan kalkulus lebih kecil . Tambahan irigasi bertujuan agar panas dapat diminimalkan serta dapat membersihkan debris.



Scaling elektrik Ultrasonic



2.3 Preanastesi Obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum mempersembahkan agen anestesi baik itu anastesi lokal, regional maupun umum. Tujuan mempersembahkan agen preanestesi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi suplemen ludah, meningkatkan keamanan pada saat mempersembahkan agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan yang tidak terkendali selama pemulihan. Agen preanastesi digolongkan menjadi 4 yaitu;



antikolinergik, morfin serta derivatnya, transquilizer dan



neuroleptanalgesik. Obat-obat yang digunakan untuk anastesi premedikasi yang meliputi antikolinergik, analgesik, neuroleptanalgik, penenang, obat disosiatif dan barbiturat.



Pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis terhadap



anastetik namun penggunaanya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya Atropin Sulfat Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. antimuskarinik



yang



dapat



menghambat



Atropin sebagai prototip



efek



asetilkolin



pada



syaraf



postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan mempersembahkan asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau mempersembahkan antikolinesterase. Atropin sulfat berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak peduli.



Atropin dalam bentuk bubuk atau tablet harus



disimpan dalam wadah tertutup dengan suhu 15 ° -30 ° C, sedangkan dalam bentuk injeksi harus disimpan pada suhu kamar. Atropin sebagai premedikasi yang diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg / kg, yang diberikan baik secara subkutan, intra vena maupun intra muskuler.



Atropin dapat menimbulkan



beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menyebabkan depresi dan paralisa medulla oblongata.



2.4 Anestesi Anestesi menurut arti kata adalah kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka disamping rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar. Anestesi umum yang diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan penderita analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri sedangkan otot-otot mengalami relaksasi dan kontrol reflek yang tidak dikehendaki.



Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin,



pertimbangan utama adalah memilih anestetika yang ideal.



Pemilihan ini



didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia.



Sifat



anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini. Obat anestesi umum yang ideal yang mempunyai sifat-sifat antara lain: pada dosis yang aman yang mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara memberikan yang mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. 2.5 Ketamin HCl Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot, kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.



Secara kimiawi, ketamin analog



dengan phencyclidine. Ketamin HCI berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261 ° C. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5. 1. Ketamin HC bekerja untuk memutus syaraf asosiasi dan korteks otak dan thalamus optikus sementara,



sedangkan sistem limbik agaknya. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah mempersembahkan ketamin, refleks mulut dan usaha tetap ada dan mata masih terbuka. 2.6 Tahapan dan Prosedur Scaling Persiapan sebelum scaling dilakukan penimbangan berat badan untuk mengetahui dosis terapi premedikasi dan anastesi.Diberikan terapi premedikasi yangbertujuan untuk membantu restrain pasien, memudahkan anastesi, untuk menenangkanpasien pada waktu sadar dari anastesi, mengurangi efek samping dan refleks anastesi. Obat-obat premedikasi yang diberikan yaitu Atropin dan Acepromazine (ACP). Pemberian Atropin dan Acepromazine dilakukan melalui injeksi sub kutan. Atropin berfungsi sebagai anti cholinergik, menghambat produksi saliva dan menghambat sekresi bronkus .Acepromazine (ACP) berfungsi sebagai transquilizer yang memiliki efek sedasi yang baik dan merelaksasikan otot.SelanjutnyaPasien



dibaringkan



secara



lateral



recumbency.Dilakukan



pemberian tampon pada mulut kucing tersebut yang berfungsi untuk memberi jalan bernafas pada kucing tersebut, Dilakukan pembersihan karang gigi dengan menggunakan ultrasonic scaler. Ultrasonik scaler merupakan alat yang berbentuk seperti ungkitan yang akan bergetar dengan halus, getaran ini apabila diaplikasikan pada karang gigi akan membuat ikatan karang gigi terlepas. Pada saat pembersihan, ultrasonik scaler akan mengeluarkan air dengan jumlah yang cukup untuk memberikan pendinginan dan membersihkan karang gigi, sehingga meminimalisir panas akibat gesekan yang menyebabkan linu (Ratmidanarifin 2011).



2.7 Manfaat scaling Ketebalan karang gigi kucing bervariasi menurut tingkatan umur dan jenis pakan. Umumnya, hanya kucing tua yang memiliki karang gigi yang tebalnya melebihi gusi, sehingga dapat dikategorikan tebal. Sedangkan dari jenis pakan,



jika seumur hidupnya kucing tersebut diberikan pakan yang lembut, kecil kemungkinan karang gigi akan terkikis oleh tekstur pakan. variasi ketebalan karang gigi dari segi umur. Kucing yang berumur dua sampai empat tahun ratarata memiliki karang gigi yang tipis, sedangkan kucing berumur lima sampai tujuh tahun selain memiliki karang gigi yang tipis, juga memiliki karang gigi yang tebal. Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur yang dipaparkan (Ward, 2005), dimana dikatakan bahwa kucing yang berumur lebih tua cenderung memiliki karang gigi yang lebih tebal dibandingkan kucing yang berumur lebih mudah. 2.8 Resiko Scaling Gigi Kebersihan gigi dan mulut mempunyai peran yang sangat penting dibidang kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk terhadap seseorang mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Adapun resiko yang sering terjadi pada scaling gigi yaitu intesitas nyeri yang dialami saat skaling sulit untuk ditentukan karena setiap hewan memiliki rasa nyeri yang berbeda. Umumnya skaling tidak terlalu mengakibatkan , tetapi beberapa orang menganggap skaling sangat menyakitkan cukup banyak.



terutama penumpukan kalkulusnya



BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Ambulatoir Pasien Tanggal



: 09 April 2021



No



: 01



Nama Hewan : Belang



Nama Pemilik: Farid



Jenis Hewan : Domestik



Alamat



: Dukuh Kupang XIX



Jenis Kelamin : Betina



No. Telp



: 089238746478



Warna Bulu



: Belang Telon



Umur



: 1,5 tahun



Anamnesa



: Bau mulut yang menyengat, Terdapat plak (karang gigi) di gigi geraham kecil (premolar) dan gigi geraham besar (molar), nafsu makan normal, minum normal, urinasi dan defekasi normal



Pemeriksaan Fisik Temperature



: 38oC



Frek. Pulsus



: 112 kali/menit



Frek Nafas



: 32 kali/menit



Berat Badan



: 2,2 kg



Kondisi Umum



: Normal



Kulit Bulu



: Normal



Membran Mukosa



: Normal



Muskuloskeletal



: Normal



Sistem Sirkulasi



: Normal



Sistem Respirasi



: Normal



Sistem Digesti



: Normal



Diagnosis



: Karang gigi



Prognosis



: Fausta



Terapi



: Dental Scalling



3.2 Bahan dan Alat Alat yang digunakan yaitu:  Ultrasonic scaler  periodontal probe  kurret scaler  spuit 1 ml  alat anastesi inhalasi  endotrakeal tube. Bahan yang digunakan yaitu :  aquabidest  ketamin  acepromzine  atropin  isoflurane 3.3 Persiapan Dental Scaling 3.3.1 Perhitungan Dosis Obat Nama Obat



Perhitungan Dosis



Dosis Total



Waktu



Atropin Acepromacine Ketamine



0,02 ml/kg x 2,2 0,05 ml/kg x 2,2 0,1 ml/kg x 2,2



0,044 ml/SC 0,11 ml/SC 0,22 ml/IM



premedikasi premedikasi anestesi



3.3.2 Persiapan Hewan



Kucing sebagai pasien operasi harus dalam kondisi yang sehat. Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi ada atau tidaknya keabnormalan bagian tubuh, temperature, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, penentuan umur dengan melihat gigi yang telah tanggal, dan penimbangan berat badan. Penimbangan berat badan kucing untuk menentukan dosis obat anastesi. Setelah melakukan pemeriksaan fisik, kucing tersebut diberikan obat premedikasi yaitu atropine dan acepromazin secara subcutan. Obat premedikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah, dan mempercepat proses anastesi. Selanjutnya, ditunggu 10 menit yang kemudian diberikan anastesi ketamin dosis terendah secara intramuscular. Setelah hewan mulai teranastesi, hewan dipasangkan endotrakeal tube, untuk pemasangan alat anastesi inhalasinya dan menggunakan obat isoflurane. Setelah pasien teranastesi, hewan di posisikan lateral recumbency di atas meja operasi. 3.3.3 Tahapan Pelaksanaan Dental Scaling 1. Sebelum melaksanakan dental scaling maka gigi harus diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksan meliputi inspeksi dan palpasi, melihat area perbesaran kalkulus gigi, serta palpasi dilakukan untuk mengetahui konsistensi kalkulus gigi dan gusi. untuk memecah kalkulus yang besar dapat menggunakan ujung scaler dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. 2. Dilakukan pembersihan karang gigi menggunakan ultrasonic scaler. Ultrasonik scaler merupakan alat yang berbentuk seperti ungkitan yang akan bergetar dengan halus, getaran ini apabila diaplikasikan pada karang gigi akan membuat ikatan karang gigi terlepas. Untuk memecah kalkulus yang besar dapat menggunakan ujung scaler dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. Pada saat pembersihan, ultrasonik scaler akan mengeluarkan air dengan jumlah yang cukup untuk memberikan pendinginan dan membersihkan karang gigi, sehingga meminimalisir panas akibat gesekan yang menyebabkan



linu. Karena alat tersebut sedang tersumbat dan tidak mengelurkan air, maka peemberian air menggunakan cara manual, yaitu menetes neteskan air pada permukaan gigi yang sedang discaling menggunakan spuit 3ml.



3. Jika menggunakan alat ultrasonic scaler sudah sedikit lama, maka bisa dilanjutkan dengan alat dental scaler manual yaitu sickle scaler atau kurret untuk membersihkan karang gigi dan harus selalu dibarengi dengan pemberian air menggunakan cara manual, yaitu menetes neteskan air pada permukaan gigi yang sedang discaling menggunakan spuit 3ml.



4. Untuk mengukur kedalaman pocket gigi bisa menggunakan periodontal probe yang terdapat garis ukurnya.



5. Kalkulus yang terlepas kemdian diangkat dan dibersihkan dari rongga mulut dengan menggunakan tampon, untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa kalkulus maka tepi ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi dan digerakan keseluruh permukaan sampai diperkirakan halus dan bersih. 6. Tahapan yang terakhir yaitu melakukan pengecekan apakah semua gigi telah bersih atau tidak. 3.3.4 Hasil Dental Scaling



Sebelum dilakukan dental scaling terlihat gigi terdapat kalkulus berwarna kuning dan gusi terdapat peradangan.



Setelah dilakukan dental scaling kondisi gigi bersih, berwarna putih dan bebas dari kalkulus gigi.



BAB IV PEMBAHASAN Kucing yang digunakan untuk scaling bernama belang berusia 1,5 tahun dengan warna belang telon berjenis kelamin betina. Belang menunjukan gejala klinis berbauau mulut yang menyengat, terdapat plak (karang gigi) pada gigi geraham kecil (premolar) dan gigi geraham besar (molar). Belang juga mengalami sedikit masalah gusi, yaitu adanya inflamasi pada gusi. Penyebab umum penyakit gigi pada kucing adalah karena adanya karang dan plak gigi, inilah yang menyebabkan perubahan warna pada gigi dan adanya inflamasi pada gusi. Ketika dilakukan pengukuran menggunakan dental probe hasilnya ialah 4 melebihi batas normal yaitu 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada kucing Belang, Pengobatan standar saat ini untuk penyakit periodontal adalah dengan melakukan scaling gigi, scaling dilakukan untuk menghilangkan plak dan kalkulus supragingiva yang menempel pada permukaan akar. Dental scaling merupakan tindakan semacam pengeboran untuk melepaskan kalkulus dari tempat perlekatannya pada gigi. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi buchal dari gigi-gigi molar pada maxila (rahang atas) dan sisi lingual dari gigi anterior pada mandibula (rahang bawah). Tindakan ini diperlukan karena kalkulus merupakan deposit yang terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak akan terlepas hanya dengan menyikat gigi.. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi pada kucing dan anjing seperti gingivitis dan periodentis yang disebabkan oleh akumulasi plak pada gigi (Gorrel, 2008). Plak gigi adalah suatu lapisan lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang melekat pada bagian bukal, lingual dan bagian interproksimal gigi (Ruslinawati et al., 2014). Keberadaaan plak gigi yang terus dibiarkan akan menyebabkan gusi berwarna lebih merah, bengkak,



berdarah, dan juga bau mulut, sehingga dapat mengganggu kesehatan gigi pada kucing (Elvira et al., 2014). Tanda-tanda klinis penyakit periodontal pada kucing termasuk halitosis, air liur, sakit, tidak nyaman, pembengkakan wajah, hidung, radang gusi, akumulasi kalkulus gigi, gigi bergerak, ketidak tepatan, dan kehilangan gigi Penyakit



periodontal



mungkin



memiliki



dampak



sistemik



yang



dapat



menyebabkan penurunan nilai lainnya organ seperti penyakit ginjal kronis, penyakit kardio vaskular, dan septikemia, Akumulasi bakteri dan plak pada permukaan gigi adalah disarankan menjadi penyebab utama penyakit periodontal (Ingham KE, 2002).



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penyebab umum penyakit gigi pada kucing adalah karena adanya karang dan plak gigi, inilah yang menyebabkan perubahan warna pada gigi. Penanganan plak pada gigi dapat dilakukan dengan metode dental scaling atau pembersihan kalkulus pada gigi. Memberi hewan peliharaan makanan kering adalah salah satu hal yang di anjurkan untuk mengurangi resiko terbentuknya karang gigi, makanan kering lebih baik dalam mencegah penumpukan plak di gigi, bila dibandingkan dengan makanan basah/kalengan.



DAFTAR PUSTAKA



Bell AF. 1965. Dental disease in the dog. J Small Anim Pract 6 : 421-428. Bellows J. 2010. Feline Dentistry: Oral Assessment, Treatment, and Preventative Care. Iowa (US): J Wiley. hlm 181, 196. Carranza FA, Newman MG, Takei HH. 2006. Clinical Periodontology 9th ed. WB Saunders Company. Philadelphia, http://www.pps.unud.ac.id/thesis.pdf. (tanggal akses 19 Desember 2012). Chetrus V, Ion I R. 2013. Dental Plaque –Classification, Formation, and Identification. International Journal of Medical Dentistry 3 : 139-143. Hale FA. 1998. Dental caries in the dog. Journal of Veterinary Dentistry, 15 : 79– 83. Halim Lavy E, Goldberger D, Friedman M, and Steinberg D. 2012. pH Values and Mineral Content of Saliva in Different Breeds of Dogs. Israel Journal of Veterinary Medicine, 67 (4), December. Kyllar M, Witter K. 2005. Prevalence of Dental Disorders in Pet Dogs. Journal of Veterinary Medicine. 50(11)496-505. Manuel ST.Abishek P.Kundabala M. 2010. Etiology of tooth discoloration- a review. Nig Dent. J. 18: 56-63. Ratmini NK, Arifin. 2011. Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Ilmu Gizi, Vol 2 (2), Agustus 2011:139-147. Denpasar. Ward E. 2005. Dental Disease. Kanada. Lifelearn Inc. Ward E. 2009. Dental –Tartar Prevention in Dogs. Kanada. Lifelearn Inc. Wilson GJ. 2002. Feline Dentistry and Oral Cavity Disease. Sydney. Post Graduade Foundation in Veterinary Science of The University of Sydney. Zambori C, Tirziuq E, Nichita I, Cumpanasoiu, C, Gros, RV, Seres, M., Mladin, B., dan Mot, D. 2012. Biofilm Implication in Oral Diseases of Dogs and Cats. Anim. Biotechnol.