Disfungsi Ereksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

B. DISFUNGSI EREKSI 1. Pengenalan Penyakit Disfungsi ereksi (ED) adalah kegagalan terus-menerus (minimal 3 bulan) untuk mencapai ereksi penis yang cocok untuk melakukan hubungan seksual. Pasien sering menyebutnya sebagai impotensi. Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidak mampuan yang persisten dalam mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan. Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya. Hal ini sangat penting bagi laki-laki sebab disfungsi ereksi dapat menimbulkan depresi bagi penderita yang berujung terganggunya hubungan suami istri serta menyebabkan masalah dalam kehidupan rumah tangga. Secara garis besar, penyebab disfungsi ereksi terdiri dari faktor organik, psikis, dan andropause. Umumnya laki-laki berumur lebih dari 40 tahun mengalami penurunan kadar testosteron secara bertahap. Saat mencapai usia 40 tahun, lakilaki akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2 % per tahun. Bahkan di usia 70, penurunan kadar testosteron dapat mencapai 70%. a. Etiologi dan Patofisiologi Disfungsi ereksi terjadi karena abnormalitas pada salah satu dari empat sistem pembuluh darah, saraf, hormonal dan psikologis) yang diperlukan untuk ereksi normal atau karena kombinasi beberapa abnormalitas. Disfungsi ereksi yang dikarenakan masalah Pembuluh darah, saraf, atau etiologi hormonal disebut sebagai disfungsi ereksi organik. Disfungsi ereksi yang disebabkan abnormalitas dari system keempat misalnya penerimaan psikologis pasien terhadap rangsangan seksual disebut disfungsi ekresi psikogenik. Penis memiliki dua korpora kavernosa yang memiliki banyak sinus saling berkaitan yang berisi darah yang menyebabkan ereksi. Penis juga mempunyai satu korpus spinosun yang mengelilingi uretra dan membentuk kelenjer penis. Asetilkolin bekerjasama dengan neurotransmitter lain (missal guanilat



monofosfat siklik, adenosine monofosfat siklik, polipeptida intestine fasoaktif) untuk memproduksi vasodilatasi arteri penis sehingga terjadi ereksi. Beberapa penyebab disfungsi ereksi organic adalah penyakit yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke korpora kavernosum (missal penyakit vascular perifer, arteriosclerosis, hipertensi), terhambatnya konduksi saraf ke otak (missal cidera sum-sum tulang belakang, stroke), dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hipogonadisme ( missal kanker prostat atau testicular, gangguan hipotalamus atau pituitary). Beberapa penyebab disfungsi ereksi psikogenik adalah malaise, rasa gugup atau depresi reactive saat akan melakukan hubungan seksual, sedasi, penyakit Alzheimer, penyakit hipotiroidisme dan gangguan mental. Pasien dengan disfungsi ereksi psikogenik umumnya memiliki respon yang lebih tinggi terhadap gangguan dibandingkan pasien dengan disfungsi ereksi organic. Kebiasaan sosial (sperti merokok, minum minuman beralkohol yang berlebihan) dan pengobatan juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi. b.



Factor Resiko



1. Sakit jantung Kondisi medis tertentu seperti sakit jantung bisa menjadi faktor risiko seorang pria mengalami disfungsi ereksi. Pada orang yang sakit jantung, gejala disfungsi ereksi dapat muncul lebih awal karena masalah kardiovaskular seperti aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Kondisi itulah yang diduga menjadi penyebab disfungsi ereksi dan risiko sakit jantung serta stroke. Kondisi medis lainnya, yang bisa meningkatkan pria berisiko mengalami disfungsi ereksi, antara lain diabetes, penyakit ginjal kronis, multiple sclerosis, dan penyakit Peyronie. 2. Konsumsi obat Konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat antidepresan, antihistamin atau obat untuk tekanan darah, bisa memicu disfungsi ereksi. Beberapa obat-



obatan tersebut dapat memengaruhi hormon, saraf, atau sirkulasi darah, yang semua bisa meningkatkan risiko disfungsi ereksi. Sebaiknya konsultasi dulu ke dokter mengenai efek samping obat. 3. Stres Tak hanya kesehatan fisik, kesehatan jiwa pun bisa mempengaruhi disfungsi ereksi. Stres, depresi, cemas berlebihan, merasa rendah diri, rasa bersalah, bahkan takut gagal saat berhubungan seks juga bisa memicu terjadinya disfungsi ereksi. 4. Merokok dan minum alkohol Merokok dan minum alkohol, kedua kebiasaan buruk ini bisa menyebabkan berbagai penyakit, termasuk disfungsi ereksi. Mereka yang gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, kelebihan berat badan, hingga pengguna narkotika lebih rentan mengalami disfungsi ereksi. Konsumsi tinggi makanan yang mengandung flavonoid, seperti blueberry dapat membantu mengurangi risiko disfungsi ereksi. 5. Cedera fisik Cedera fisik bisa menjadi salah satu faktor risiko pria mengalami disfungsi ereksi. Salah satu cedera fisik bisa terjadi karena olahraga. Namun, bukan berarti olahraga seperti bersepeda bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Men's Health, tidak ada hubungan antara bersepeda terus-menerus dengan disfungsi ereksi. c.



Gejala Klinis Tanda dan gjala disfungsi ereksi sulit untu dideteksi. Umumnya pasangan



dari pasien yang pertama kali melaporkan disfungsi ereksi pada pemberi pelayanan kesehatan. Gejala klinis berpengaruh secara emosional seperti depresi, ansietas atau malu, gugup. Perkawinan terganggu dan menghindari keintiman. Ketidak patuhan terhadap pengobatan juga menjadi masalah.



d.



Diagnosa Penilaian diagnostik utama termasuk disfungsi ereksi keparahan, riwayat



medis dan bedah, obat-obatan saat pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium (yaitu, glukosa serum darah, profil lipid, dan tingkat testosteron). Menilai keparahan disfungsi ereksi dengan kuesioner standar. Menyelesaikan penilaian risiko kardiovaskular sebelum memulai terapi disfungsi ereksi pada pria lebih tua dari 50 tahun dan pada mereka yang berisiko menengah dan tinggi untuk penyakit kardiovaskular. Dengan adanya obat untuk disfungsi ereksi yang tidak tergantung etiologi,



evaluasi diagnosanya menjadi lebih sederhana. Kunci



pemeriksaan seperti gambaran berat-ringannya disfungsi ereksi, riwayat medis, medikasi tambahan, pemeriksaan fisik dan test laboratorium klinik tertentu, seperti pemeriksaan darah rutin, urinalisis, kadar glukosa puasa, kreatinin serum, kadar testosteron pagi dan kadar prolaktin. 2.



Penatalaksanaan Tujuan dari Pengobatan adalah untuk meningkatkan kuantitas dan



kualitas ereksi penis yang cocok untuk hubungan seksual. 1. Terapi Non Farmakologi Langkah pertama adalah mengidentifikasi penyebab, bila memungkinkan menghilangkannya. Faktor risiko disfungsi ereksi seperti hipertensi, DM, harus diobati. Pasien harus membiasakan dengan cara hidup yang sehat. Sebagian dari kasus disfungsi ereksi dapat pulih dengan cara ini, bila gagal maka diperlukan terapi spesifik.



a. Vacuum Erection Device (VED) Mekanisme kerjanya adalah mempertahankan sirkulasi masuk ke arteri dan mengurangi sirkulasi vena keluar dari penis. Mula kerja tergantung pasiennya, sekitar 30 menit. Efek sampi VED adalah rasa sakit atau terluka akibat jepitan pita/cincin dari alat tersebut. ( Lee M, 2005)



b. Operasi Pemasukan prosthesis penis dengn operasi merupakan pengobatan yang paling infasif untuk disfungsi ereksi yang digunakan setelah gagal menggunakan pengobatan kurang invasive dan untuk pasien yang tidak dapat menerima pengobatan lain. Efek samping dari pemasukan prosthesis termasuk onset infeksi dini atau lambat, kegagalan mekanik, dan erosi pada saluran penis.



2. Terapi Farmakologi a. Inhibitor Fosfodiesterase Mekanisme Kerja Mekanisme kerja obat ini adalah inhibisi katabolisme cGMP yang menjadi neurotransmiter



vasodilatasi



jaringan



corpus



cavernosum



oleh



inhibitor



fosfodiesterase tipe 5, sehingga kadar cGMP meningkat dan menyebabkan relaksasi otot polos. Inhibitor fosfodiesterase isoenzim tipe-5 mempunyai selektivitas tinggi, ditemukan di jaringan genital, tapi fosfodiesterase isoenzim tipe-5 juga terdapat di vaskuler perifer, otot polos trakhea, dan platelet, sehingga dapat menimbulkan efek samping di jaringan nongenital. Obat yang termasuk golongan ini berbeda dalam profil farmakokinetiknya, interaksi



dengan



obat-makanan



dan



efek



sampingnya,



harus



hati-hati



penggunaannya pada penderita penyakit kadiovaskuler. Obat nya adalah: sildenafil, vardenafil dan tadalafil. Efikasi Karena efektivitasnya jelas, penggunaannya mudah dan efek sampingnya sebanding dan rendah, inhibitor fosfodiesterase menjadi terapi lini pertama untuk disfungsi ereksi, terutama pada pasien muda. Efektivitasnya tidak tergantung etiologi, hanya saja efektivitasnya berkurang pada sebagian pasien pascaoperatif prostatektomi radikal, mungkin karena kerusakan saraf. Efektivitas obat tergantung dosis. Efektivitasnya meningkat bila digunakan saat mulai ada stimulus sexual, diminum pada saat perut kosong, minimal 2 jam sebelum makan (sildenafil), tapi 2 obat lain tidak dipengaruhi makanan, walaupun hanya tadalafil yang tidak terpengaruh oleh lemak dalam makanan, bila respon terhadap obat-obat ini tidak adekuat, pasien patut mencoba sampai 5-8 kali. Inhibitor fosfodiesterase ini tidak boleh digunakan untuk individu dengan fungsi ereksi normal. Golongan ini juga tidak boleh digunakan bersama-sama obat untuk disfungsi ereksi lain, untuk menghindari ereksi yang lama.



Farmakokinetik dan dosis



Efek samping Umumnya efek samping yang terjadi ringan-sedang dan pulih sendiri, jarang memerlukan penghentian obat. Pada dosis biasa yang sering adalah sakit kepala, facial flushing, dispepsia, kongesti nasal dan pusing, semua disebabkan efek inhibisi fosfodiesterase isoenzim tipe-5 pada jaringan ekstragenital. (Lee M, 2005) Sildenafil menurunkan tekanan sistolik sebesar 8-10 mm dan diastolik 5-6 mm dimulai 1 jam setelah dosis pertama dan berakhir dalam 4 jam, vardenafil mempunyai efek vasodilatasi yang mirip. Tadalafil tidak menurunkan tekanan darah, tapi penggunaannya pada pasien dengan penyakit CVS tetap harus hatihati. Sildenafil menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya, penglihatan kabur atau hilang kemampuan membedakan warna hijau-biru. Hal ini timbul karena efek inhibisi fosfodiesterase isoenzim tipe-6 pada retina, terutama pada dosis yang lebih besar dari 100mg. Walaupun efeknya ringan dan reversibel, penggunaan oleh pilot harus hati-hati kontraindikasi bagi pasien dengan masalah oftalmologik. Efek samping visual lebih jarang terjadi pada penggunaan vardenafil dibandingkan sildenafil. Efek inhibisi fosfodiesterase isoenzim tipe-6 minimal.



Berbeda



dengan dua obat sebelumnya, tadalafil menginhibisi fosfodiesterase



isoenzim tipe-11 yang ditemukan di otot skelet dan diyakini berhubungan dengan nyeri otot dan punggung. Efek samping yang terjadi berhubungan dengan dosis. Efek samping yang jarang dari golongan ini adalah priapismus, terutama akibat pengguaan sildenafil dan vardenafil yang mempunyai waktu paruh singkat. b. Regimen penggantian Testosteron Mekanisme Kerja Regimen ini berupa testosteron eksogen untuk mencapai kadar testosteron serum normal (300-1000 ng/dL). Penggunaann regimen ini mengoreksi gejala hipogonadisme seperti lemah, hilang kekuatan otot, depresi dan penurunan libido. Testosteron dapat langsung menstimulasi reseptor androgen di SSP dan diduga berperan untuk menjaga kekuatan seksual yang normal. Indikasi Penggunaannya ditujukan pada pasien dengan hipogonadisme primer (Lutenizing



hormone/LH tinggi) dan sekunder (LH rendah), yang telah



dikonfirmasi dengan kadar testosteron yang rendah. Efikasi Efeknya dapat terlihat dalam beberapa hari-minggu, efeknya tidak langsung mengoreksi disfungsi ereksi, tapi memulihkan libido dengan akibat mengoreksi disfungsi ereksi. Testosteron dapat diberikan p.o, p.e atau topikal. Preparat p.e hasilnya efektif, tidak mahal, tidak ada masalah bioavailabilitas ataupun efek hepatotoksik seperti yang terjadi pada preparat p.o. Walaupun penggunaan topikal lebih nyaman, tapi mahal. Farmakokinetik Bioavailabilitas



testosteron



natural



buruk



sehingga



dosis



yang



diperlukannya besar. Derivatnya yang mengalami alkilasi dibuat untuk memperbaiki bioavailabilitasnya, tapi penggunaan peroral berhubungan dengan hepatotoksis serius dengan insidensi tinggi, jadi penggunaan dalam mengelola disfungsi ereksi tidak disukai. lebih tahan terhadap katabolisme hepatik dan dapat



digunakan dengan dosis lebih kecil, yang cenderung lebih aman. Ester testosteron untuk pemberian i.m menunjukkan DOA (Death On Arrival) berbeda. Testosteron propionat dengan DOA yang lebih singkat, diperlukan dosis 3X seminggu, banyak diganti dengan testostron sipionat atau enantat, karena penggunaan kedua obat ini hanya perlu diberikan setiap 2, 4 atau 6 minggu sekali. Namun obat ini menyebabkan pola suprafarmakologi dari serum testosteron selama interval dosis, yang berhubungan dengan manifestasi mood swing pada sebagian pasien. Regimen testosteron topikal, berupa gel atau plester digunakan sekali sehari



(biasanya pagi hari), meningkatkan kadar testosteron serum menjadi



normal selama 2-6 jam. Kadarnya akan menurun pada kadar basal, setelah 24 jam. Plester ini ditempelkan pada skrotum, karena kulitnya lebih tipis dan vaskularisasinya lebih banyak dibandingkan lengan atau paha, sehingga absorpsinya sangat bagus, tapi plester ini dapat terlepas bila skrotum lembab, berkeringat atau rambutnya banyak. Untuk memudahkan, dibuat formulasi plester androderm dan testoderm untuk penggunaan di lengan, betis atau punggung; Androderm dapt juga digunakan di paha. Masalah absorpsi yang meningkat dan adesivitas berbeda muncul karena tingginya insiden dermatitis kontak akibat andoderm. Formula androgen gel 1% digunakan dengan dosis lebih besar, 5-10 g perhari pada kulit bahu, lengan atas atau abdomen. Hormon diabsorpsi cepat dalam 30 menit, tapi perlu beberapa jam untuk mencapai absorpsi lengkap, oleh karena itu pasien tidak boleh mandi selam 5-6 jam penggunaan gel ini. Dosis Dosis tergantung preparat dan cara pemberiannya. Efek adekuat dicapai setelah 2-3 bulan, jadi jangan menaikkan dosis selama periode ini.



Sebelum



menggunakan testosteron, pasien dengan usia >40 tahun harus menjalani pemeriksaan guna menyingkirkan hiperplasia prostat jinak (BPH) dan Ca prostat. Kedua penyakit ini dapat memburuk dengan penambahan testosteron eksogen. Efek Samping: Regimen testosteron dapat menyebabkan retensi natrium, sehingga



meningkatkan berat badan, hipertensi, payah jantung dan udem. Ginekomastia dapat terjadi akibat konversi testosteron menjadi estrogen di jaringan perifer. Hal ini sering dilaporkan pada pasien dengan sirosis. Testosteron



menyebabkan



perubahan



kadar



lipoprotein,



termasuk



penurunan HDL, namun tidak ada laporan yang berhubungan dengan penyakit CVS. Dosis besar dapat menstimulasi eritropoiesis dan mengakibatkan polisitemia. Pasien pengguna substitusi testosteron harus melakukan pemeriksaan kadar testosteron serum, profil lipid dan hematokrit setiap 6-12 bulan sekali. Testosteron oral dapat menyebabkan hepatotoksik ringan –serius, termasuk tumor jinak atau ganas, sehingga preparat p.e lebih disukai. Testosteron topikal dapat menyebabkan dermatitis kontak yang responsif terhadap terapi steroid. c.



Alprostadil



Mekanisme Kerja Alprostadil, dikenal sebagai PgE1, stimulan adenil siklase yang menyebabkan peningkatan produksi cAMP, neurotransmiter yang menimbulkan relaksasi otot polos arteri dan sinusoid corpus cavernosus. Preparatnya tersedia untuk injeksi intrcavernosa (Caverdex dan Edex) dan intrauretra (medicated urethral system for erection: MUSE). Gambar



Preparat Alprostadil injeksi intrcavernosa (Caverdex dan Edex) dan



intrauretra (medicated urethral system for erection: MUSE).



Indikasi



Preparat intracavernosa lebih efektif dibandingkan intrauretra. Efikasi intracavernosa lebih baik karena bioavaolabilitasnya sangat baik. Sebaliknya dosis intrauretral harus diberikan ratusan kali dosis intracavernosa. Preparat intrauretral diabsorpsi dari uretra kedalam corpus spongiosum dan kedalam corpus cavernosum, tempat terlihatnya efek proerektogenik. Walaupun papaverin dan fentolamin digunakan untuk terapi intrauretra, alprostadil lebih disukai karena penggunaanya untuk disfungsi ereksi sudah terbukti dan berpotensi kecil untuk menimbulkan ereksi memanjang dan priapismus. Karena penggunaanya lebih invasif, sebaiknya alprostadil digunakan bila terapi noninvasif lain tidak berhasil, selain pada pasien DM, yang mungkin menderita neuropati, sehingga persepsi rasa sakit berkurang saat dilakukan injeksi. Intrauretral hanya digunakan pada pasien yang gagal dengan terapi lain dan menolak dioperasi. Farmakokinetik Formula preparat injeksi intracavernosus dibuat khusus hanya untuk pemberian ini. Dari tempat injeksi obat akan mencapai corpus cavernocus melalui vaskularisasi komunikans diantara kedua corpus. Berefek cepat dalam 5-15 menit (sama dengan preparat intrauretra). Lama kerja tergantung dosisnya, dengan dosis lazim lama kerja berakhir tidak lebih dari 1 jam. Enzim lokal di corpus akan memetabolisme dengan cepat. Alprostadil yang masuk ke sirkulasi sistemik akan mengalami inaktivasi dulu di paru-paru. Oleh karena itu waktu paruhnya sekitar 1 menit. Modifikasi dosis tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal ataupun penyakit hati. Efek Samping Pada preparat intracavernosus, biasanya timbul efek samping lokal yang biasanya muncul dalam tahun pertama penggunaanya, antara lain adalah timbulnya fibrosis di corpus, sakit lokal (ada peneliti yang menganjurkan penggunaannya bersama-sama anestesi lokal), priapismus dan hematoma. Perbaikan tehnik pemberian akan mengurangi efek samping lokal. Efek samping penggunaan intrauretra antara lain striktura uretra, rasa sakit lokal, sedangkan



priapismus jarang terjadi. Efek samping sistemik jarang terjadi karena cepat dimetabolisme lokal, tapi dosis besar dapat menimbulkan hipotensi. Penggunaannya hanya dianjurkan bagi pasien yang dapat diandalkan melakukan injeksi dengan benar.



Dosis Rejimen untuk Pengobatan Obat terpilih untuk Disfungsi Ereksi Obat Nama Dosis awal Rentang Dosis Penduduk khusus merk biasa Phosphodiesterase Inhibitor sildenafil



Viagra



50 mg secara oral 1 jam sebelum berhubu ngan



25-100 mg 1 jam sebelum hubungan seksual. Batas untuk satu dosis per hari



Vardenafil



Levitra



5-10 mg secara oral 1 jam sebelum berhubu ngan



5-20 mg 1 jam sebelum hubungan seksual. Batas untuk satu dosis per hari



10 tablet mg untuk membub arkan di lidah 1 jam sebelum berhubu ngan



10 tablet mg untuk membubark an di lidah 1 jam sebelum hubungan seksual. Membatasi untuk satu dosis per hari.



Staxyn



Tadalafil



Cialis



5-10 mg 10-20 mg secara oral sebelum sebelum hubungan berhubungan seksual. Membatasi untuk satu dosis per hari; obat meningkatkn ereksi Fungsi hingga36 jam



Pada pasien usia 65 tahun dan lebih tua, mulailah dengan 25 dosis mg. Pada pasien dengan kreatinin kurang dari 30 mL / menit atau gangguan hati berat, batas awal dosis 25 mg. Pada pasien yang memakai ampuh inhibitor P450 CYP3A4, dosis batas awal untuk 25 mg Pada pasien usia 65 tahun dan lebih tua, mulai dengan 5 mg Levitra. Pada pasien dengan gangguan hati sedang, mulai dengan 5 mg Levitra. Pada pasien yang memakai ampuh P450 inhibitor CYP3A4, dosis batas awal untuk 2,5-5 mg setiap 24-72 jam Dosis Staxyn tidak memerlukan penyesuaian pada pasien 65 tahun atau lebih tua atau pada pasien dengan bersihan kreatinin kurang dari 30 mL / menit. Jangan gunakan pada pasien dengan gangguan hati berat atau mereka yang memakai ampuh inhibitor P450 CYP3A4. Jangan memulai Staxyn pada pasien yang memakai antagonis αadrenergik Dosis tadalafil tidak memerlukan penyesuaian dosis pada pasien 65 tahun atau lebih. Pada pasien dengan kreatinin clearance 30-50 mL / menit, batas dosis awal untuk 10 mg setiap 48 jam; jika kurang dari 30 mL / min, batas awal dosis sampai 5 mg setiap 72 jam. Pada pasien dengan ringan-sedang



Atau 2,5-5 mg oral sekali harian



2,5-5 mg sekali sehari. Batasi satu



gangguan hati, batas awal dosis 10 mg setiap 24 jam.



Lain



Titrasi dosis sehingga ereksi berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Makanan berkurang penyerapan oleh 1 jam. Kontraindikasi dengan nitrat oleh rute administrasi



Titrasi dosis sehingga ereksi berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Makanan berkurang penyerapan oleh 1 jam. Kontraindikasi dengan nitrat oleh rute administrasi



Staxyn harus diambil tanpa cairan atau makanan. Tablet ini harus ditempatkan pada lidah di mana akan larut. Tidak ada uptitration dosis yang dianjurkan



Titrasi dosis sehingga ereksi berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Makanan tidak mempengaruhi tingkat atau tingkat penyerapan obat. kontraindikasi dengan nitrat oleh rute administrasi. Ketika diambil dengan jumlah besar etanol, tadalafil dapat menyebabkan hipotensi ortostatik



dosis per hari



Avanafil



prostaglan din E1 Alprosta dil injeksi intrakav ernosa



Alprostadil Intrauteral Butir



Stendra



Caverj ect, Edex



Merenun gkan



Suplemen testosteron Metiltestosteron Android,



100 mg secara oral 30 menit sebelum berhubu ngan



2,5 mcg intraca vernos ally 510 menit sebelu m berhub ungan



125-250 mcg intraureth rally5-10 menit sebelum berhubun gan



10 mg sekali



50-200 mg secara oral 30 menit sebelum berhubunga n



10-20 mcg 5-10 menit sebelum hubung an seksual. dosis yang dianjurk an maksim um adalah 60 mcg. Batasi untuk tidak lebih dari satu injeksi per hari dan tidak lebih dari tiga suntikan per minggu 2501,000 mcg hanya sebelum hubunga n seksual. Batasi untuk tidak lebih dari dua dosis per hari 10-50 mg sekali



Tidak gunakan pada pasien dengan hati yang berat penurunan nilai. Pada pasien yang memakai ampuh P450 CYP3A4 inhibitor, batas awal dosis 10 mg setiap 72 jam Pada pasien dengan kreatinin dari 30-89 mL / menit, tidak ada penyesuaian dosis yang diperlukan. Jangan gunakan jika kreatinin kurang dari 30 mL / menit, jika pasien memiliki penyakit hati yang berat, atau jika pasien mengambil P450 CYP3A4 inhibitor



Titrasi dosis untuk mencapai ereksi yang berlangsung 1 jam



Dapat diambil dengan makanan. Ketika diambil dengan jumlah besar etanol, avanafil dapat menyebabkan hipotensi ortostatik



Pasien akan membutuhkan pelatihan tentang teknik injeksi intrakavernosa aseptik. Hindari suntikan intrakavernosa pada pasien dengan anemia sel sabit, multiple myeloma, leukemia, koagulopati berat, skizofrenia, ketangkasan miskin manual, inkompetensi vena yang parah, atau penyakit kardiovaskular parah



Pasien akan membutuhkan pelatihan tentang administrasi intrauteral yang tepat Gunakan aplikator yang disediakan untuk mengelola obat untuk menghindari cedera uretra



Tidak direkomendasikan untuk digunakan karena



sehari



Testred, Methitest Fluoxymes terone



sehari



Androx y



5 mg sekali sehari



5-20 mg sekali sehari



bukal sistem testostero ne



Striant



30 mg setiap 12 jam, pagi dan sore



30 mg setiap 12 jam, pagi dan sore



Testostero n cypionate injeksi intramusk ular



DepoTestost eron



200-400 mg setiap 2-4 minggu



200-400 mg setiap 2-4 minggu



Kontraindikasi pada pasien dengan hati yang berat atau gangguan ginjal



testostero ne enanthate



Delates tryl



200-400 mg setiap 2-4 minggu



200-400 mg setiap 2-4 minggu



Meskipun tidak begitu berlabel, itu mungkin harus Selama interval pemberian dosis, tidak boleh digunakan pada pasien dengan berat serum supraphysiolo gic kerusakan hati atau ginjal



2-6 mg sebag ai dosis tungg al pada waktu tidur



Keselamatan pada pasien dengan hati atau disfungsi ginjal belum dievaluasi



Testost er transde rmal patch



Androder m



4 mg sebaga i dosis tungga l pada waktu tidur



Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati berat



untuk luas pertama-pass hati katabolisme dan karena itu dikaitkan dengan hepatotoksisitas Tidak direkomendasikan karena terkait dengan hepatotoksisitas. Ini adalah androgen 17αteralkilasi Menempatkan sistem bukal tepat di atas gigi seri gigi di kedua sisi mulut. Untuk menghapus, geser sistem bukal ke arah gigi. tablet bukal mungkin terlepas selama makan. Jika ini terjadi, membuang dan mengganti dengan sistem bukal baru. Jangan mengunyah atau menelan sistem bukal Selama interval pemberian dosis, konsentrasi serum supraphysiologic testosteron yang dihasilkan selama sebagian dari interval pemberian dosis. Ini telah dikaitkan dengan perubahan suasana hati konsentr asi testoste ron diprodu ksi selama sebagia n dari interval pemberi an dosis. Ini telah terkait dengan perubah an suasana hati



Ketika diberikan pada waktu tidur, konsentrasi serum testosteron dalam pola sirkadian yang biasa diproduksi. Menerapkan ke situs-situs yang direkomendasika n dalam



testostero n gel



AndroGel 1%, Testim 1%



5-10 g (setara50 -100 mg testoster on, masingmasing) gel sebagai dosis tunggal di pagi



5-10 g (setara50100 mg testostero n, masingmasing) gel sebagai dosis tunggal dalam pagi. titrasi dosis up di 14-hari interval



Testostero n transderm al semprot



Fortesta



Empat semprota n (setara dengan 40 mg testoster on) sekali sehari



Empat sampa i tujuh sempr otan (setar a 40-70 mg testostero n) sekali sehari. Titrasi dosis sampai pada interval 14 sampai 35 hari.



solusi testostero n transderm al



Axiron



Satu Satu sampai sampai empat empat (30-90 (30-120 mg, mg, masingmasingmasing) masing) semprota n pompa semprotan ke kiri pompa ke atau kiri atau ketiak ketiak kanan kanan harian sehari-hari.



pelabelan paket: upper lengan, punggung, perut, dan paha. Putar situs aplikasi. Hindari berenang, mandi, atau situs administrasi cuci selama 3 jam setelah aplikasi Patch Tutup aplikasi situs untuk menghindari Transfer sengaja kepada orang lain Hindari berenang, mandi, atau Situs administrasi cuci untuk2 jam setelah aplikasi gel. Menerapkan ke situs-situs yang direkomendasikan di pelabelan produk: bahu, lengan atas, perut. anakanakdan wanita harus menghindari kont ak dengan telanjang atau dicuci situs aplikasi. pasien harus mencuci tangan dengan sabun dan air setelah pemberian transdermal produk testosteron Tutup aplikasi situs untuk menghindari perpindahan sengaja kepada orang lain. Hindari berenang, mandi, atau situs administrasi mencuci selama 2 jam setelah aplikasi semprot. Berlaku untuk situs-situs yang direkomendasikan dalam label produk: depan dan paha bagian dalam. Anak-anak dan wanita harus menghindari kontak dengan situs aplikasi telanjang atau dicuci. Pasien harus mencuci tangan dengan sabun dan air setelah pemberian produk testosteron transdermal Batasi aplikasi untuk ketiak. Terapkan antiperspirant atau deodoran sebelum Axiron



testostero n subkutan pelet implant



Testopel



150-450 mg sebagai dosis tunggal setiap3-6 bulan



Titrasi dosis sampai pada 14 sampai 35 hari interval 150450 mg sebagai dosis tunggal setiap3 -6 bulan



Profesional



terlatih



kesehatan



diperlukan



untuk



mengelola



dosis.



Harus



menggunakan steril implanter kit. Administrasi onset klinis tertunda selama 3-4 bulan setelah dosis membutuhkan dosis awal sayatan lengan bawah dan implan dosis subkutan di bawah anestesi lokal



3.



Masalah Terapi Obat / Kasus Kasus : Tuan E, 35 tahun baru menikah 2 minggu yang lalu, mengalami



kecelakaan lalulintas dan mengeluh setelah kecelakaan mengalami gangguan dalam hubungan seksual dengan istrinya karena ketidak mampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi pada waktu penetrasi. Pasien merasakan sakit karna penisnya terbentur, penis pasien berwarna merah. Sebelum kecelakaan terjadi pasien tidak mengalami gangguan dalam hubungan seksual, ada kecemasan dari pasien, tidak dapat membahagiakan isteri dan malu pada isterinya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit, tidak pernah mengonsumsi alcohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak mengalami gangguan sal. Kemih. Dari masalah yang dikeluhkan telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya pasien tersebut terkena penyakit disfungsi ereksi. Obat yang diberikan : Inhibitor Fosfodiesterase dengan obat nya sildenafil, vardenafil dan tadalafil. Dengan salah satu nama dagang Viagra ®, Levitra ®, Cialis®. Dosis penggunaan : Viagra : berikan dosis awal 50 mg secara oral 1 jam sebelum berhubungan.



Rentan dosis : 25-100 mg 1 jam sebelum hubungan seksual. Batas untuk satu dosis per hari. Perhatian penggunaan obat : Pada pasien usia 65 tahun dan lebih tua, mulailah dengan 25 dosis mg. Pada pasien dengan kreatinin kurang dari 30 mL / menit atau gangguan hati berat, batas awal dosis 25 mg. Pada pasien yang memakai ampuh inhibitor P450 CYP3A4, dosis batas awal untuk 25 mg. Levitra :Dosis awal pemakaian : 5-10 mg secara oral 1 jam sebelum berhubungan Rentan dosis : 5-10 mg secara oral 1 jam sebelum berhubungan Perhatian penggunaan obat : Pada pasien usia 65 tahun dan lebih tua, mulai dengan 5 mg Levitra. Pada pasien dengan gangguan hati sedang, mulai dengan 5 mg Levitra. Pada pasien yang memakai ampuh P450 inhibitor CYP3A4, dosis batas awal untuk 2,5-5 mg setiap 24-72 jam Cialis : dosis awal pemakaian : 5-10 mg secara oral sebelum berhubungan Rentan dosis : 10-20 mg sebelum hubungan seksual. Membatasi untuk satu dosis per hari; obat meningkatkn ereksi Fungsi hingga36 jam Perhatian penggunaan obat : Dosis tadalafil tidak memerlukan penyesuaian dosis pada pasien 65 tahun atau lebih. Pada pasien dengan kreatinin clearance 30-50 mL / menit, batas dosis awal untuk 10 mg setiap 48 jam; jika kurang dari 30 mL / min, batas awal dosis sampai 5 mg setiap 72 jam. Pada pasien dengan ringan-sedang. Alasan pemberian obat : Karena efektivitasnya jelas, penggunaannya mudah dan efek sampingnya sebanding dan rendah, inhibitor fosfodiesterase menjadi terapi lini pertama untuk disfungsi ereksi, terutama pada pasien muda. Efektivitasnya tidak tergantung etiologi, hanya saja efektivitasnya berkurang pada sebagian pasien pascaoperatif prostatektomi radikal, mungkin karena kerusakan saraf. Efektivitas obat tergantung dosis. Efektivitasnya meningkat bila digunakan saat mulai ada stimulus sexual, diminum pada saat perut kosong, minimal 2 jam sebelum makan (sildenafil), tapi



2 obat lain tidak dipengaruhi makanan, walaupun hanya tadalafil yang tidak terpengaruh oleh lemak dalam makanan, bila respon terhadap obat-obat ini tidak adekuat, pasien patut mencoba sampai 5-8 kali. Inhibitor fosfodiesterase ini tidak boleh digunakan untuk individu dengan fungsi ereksi normal. Golongan



ini juga tidak boleh



digunakan bersama-sama obat untuk disfungsi ereksi lain, untuk menghindari ereksi yang lama. Golongan obat ini aman bagi pasien



karena



pasian



tidak



mengalami



riwayat



penyakit



kardiovakuler. 4.



Pelayanan Kefarmasian dalam Penanganan Penyakit Seorang



apoteker



harus



mampu



mengkomunikasikan



pelayanan



kefarmasian penyakit ini dengan baik pada pasien, karena penyakit ini sangat sensitive dan dirasa sangat privasi, tidak semua pasien penderita disfungsi ereksi mau mengkonsultasikan penyakit ini karna merasa malu. pertolongan pertama saat seorang suami mengalami gangguan ereksi atau disfungsi ereksi, ialah perbaikan gaya hidup. Berikan saran kepada pasien : 1. Mengatur pola hidup sehat 2. Banyak mengkonsumsi buah seperti anggur merah, gingseng, bluebery 3. Jangan malu untuk menceritakan pada pasangan hidup, demi kenyamanan bersama.