LP Kehamilan Dengan Letak Lintang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDHULUAN DAN LAPORAN KASUS



JUDUL KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” G1P0A0 HAMIL 28 MINGGU DENGAN LETAK LINTANG DI RUANG IGD RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMPANG TAHUN 2022



OLEH: ERKI JULYA PUTRI 154012113010



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2023



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasaus yang berjudul “Asuhan kebidanan pada Ny “N” G1P0A0 Hamil 28 Minggu Dengan letak lintang Di Ruang IGD Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2022” dengan baik dan tepat waktu. Pada pembuatan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr.dr.H.M.T. Kamaluddin,M.Sc.,Sp.FK selaku Ketua STIK Siti Khadijah Palembang 2. Ibu dr.Hj.Asdaria Tenri,Sp..OG selaku Direktur Utama RSI. Siti Khadijah Palembang 3. Ibu Anur Rohmin, SST.,M.KM selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan 4. Ibu Meta Rosdiana, SST., M.Kes Sebagai Pembimbing Akademik 5. Ibu Meta Rosdiana, SST., M.Kes Sebagai Pembimbing Lahan Praktik di RSI. Siti Khadijah Palembang 6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karna itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.



Palembang Desember 2022



ERKI JULYA PUTRI



A. Konsep Dasar Teori a. Definisi Pada proses akhir melahirkan dari serangkaian kehamilan. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar atau Sectio Caesarea, yaitu bayi dikeluarkan lewat pembedahan perut (Apriana,2016).Namun saat ini Sectio Caesarea jauh lebih aman dari pada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, anestesi dan teknik yang lebih sempurna. Di tambah lagi dengan perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran makin berkembang terutama bidang kandungan. Banyak penanganan yang dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak lintang/mallposisi salah satunya yaitu melakukan Sectio Caesarea (Prawirohardjo,2013). Letak Lintang ialah jika letak anak di dalam Rahim sedemikian rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut 90 ) jarang sekali terjadi.(Rahmawati,2011). Lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin,sedangkan pada bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior),di belakang (dorsoposterior),di atas (dorsosuperior),di bawah (dorsoinferior),(sawrono,2015). b. Etiologi Menurut Manuaba (2012), Adapun penyebab Sectio Caesarea yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solution plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung,DM),gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa etiologic yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya Sectio Caesarea antara lain: CPD (Chepalow Pelvik Disproportion), PEB (Preeklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), faktor hambatan jalan lahir. c. Fisiologi Letak lintang adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hamper tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian terendah, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromiom. Jika punggung janin terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika di belakang disebut dorsoposterior (Jenny, 2013).



Kehamilan letak lintang merupakan sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus mendekati 900. Letak lintang oblik biasannya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudunal atau letak lintang saat persalinan. Letak lintang merupakan sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus mendekati 900, jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie yang terdiri dari deviated head presentasion (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentasion (letak bokong mengolak), karena biasanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentasion (Rustam Mochtar, 2012).



2. Diagnosis Letak Lintang a. Pemeriksaan abdominal a) Terlihat abdomen tidak simetris b) Sumbu memanjang janin melintang terhadap perut ibu c) Fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan sesuai dengan umur kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atas nya dekat pusat dan lebih lebar dari biasa d) Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun bokong e) Kepala dapat diraba di salah satu sisi ibu f) Bokong teraba di sisi lain b. Denyut jantung janin Denyut jantung janin terdengar paling jelas di bawah pusat dan tidak mempunyai arti diagnostik dalam penentuan letak. c. Pemeriksaan vaginal Yang paling penting adalah hasil negative ; tidak teraba kepala maupun bokong. Bagian terendah janin tinggi di atas PAP. Kadang-kadang dapat diraba bahu, tangan, iga atau punggung anak. Oleh karena bagian terendah tidak dengan baik menutup panggul, mungkin ketuban menonjol ke dalam vagina. d. Pemeriksaan sinar –x Pemeriksaan sinar –x berguna untuk memastikan diagnosis dan untuk mengetahui ada nya kelainan janin atau panggul ibu (Harry dan William, 2018).



Kelainan ini dapat di dukung dengan hasil pemeriksaan secara inspeksi dimana perut tampak melebar kesamping dan pada kehamilan cukup bulan, tinggi fundus uteri lebih rendah dari biasa nya, hanya beberapa jari di atas pusat. Pada pemeriksaan palpasi bagian besar janin teraba pada samping kiri atau kanan di atas fosa iliaka. Letak lintang juga sering kali dibarengi dengan salah satu tangan janin menumbung (Jenny, 2013). 3. Penyebab Letak Lintang a. Dinding perut yang kendur b. Kesempitan panggul c. Plasenta previa d. Prematuritas e. Kelainan bentuk rahim (uterus arcuatus) f. Mioma uteri g. Kehamilan ganda (Jenny, 2013) Penyebab terjadinya kehamilan letak lintang dari berbagai faktor yaitu fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus, anesefalus, plasenta previa dan tumor-tumor pelfis. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil atau sudah mati, gemeli, kelainan uterus seperti arkuatus (Rustam Mochtar, 2007). Setiap keadaan yang menghalangi masuk nya kepala atau bokong dapat merupakan predisposisi letak lintang. Kelainan ini lebih sering terjadi pada multipara dibandingkan primigravida oleh karena kelemahan otot-otot uterus dan abdomen. Fakror-faktor etiologis lain meliputi plasenta previa, tumor yang menyebabkan obstruksi, kehamilan ganda, anomali janin, hydramnion, prematuritas, disproporsi kepala panggul, kelainan-kelainan uterus seperti uterus subsebtus, uterus arcuatus dan uterus bicornis dan panggul sempit. Sering kali tidak dapat ditemukan faktor etiologis nya dan di anggap malposisi terjadi kebetulan. Ketika persalinan mulai kepala ada di luar segmen bawah rahim dan bahu di dorong masuk panggul (Harry dan William, 2018 ). 4. Penanganan a. Dilakukan pemeriksaan abdominal, pelvic dan radiologik dengan teliti untuk mengesampingkan kelainan-kelainan janin dan panggul b. Harus diusahakan versi luar menjadi presentasi bokong atau lebih baik kepala. Mungkin ini harus dikerjakan berulang-ulang oleh karena ada nya kecenderungan letak lintang kembali lagi panggul (Harry dan William, 2018 ). Dalam kehamilan, setelah di diagnosis, letak lintang diusahakan untuk dilakukan versi luar dengan segera. Jika tindakan ini berhasil langkah selanjut nya adalah mendorong kepala agar masuk kedalam pintu atas panggul agar kepala terfiksasi oleh pintu atas panggul sehingga tidak memutar kembali. Selain itu, sebaiknya ibu disarankan untuk memakai gurita agar janin tidak memutar kembali terutama pada multipara sesudah versi luar berhasil. Jika tidak memungkinkan dilakukan versi luar dalam kehamilan dan persalinan telah dimulai. Oleh karena itu, ibu dengan letak janin lintang sesegera mungkin harus masuk rumah sakit. Pada saat persalinan masih dapat di coba untuk dilakukan versi luar dengan syarat pembukaan lebih kecil dari 3-4 cm dan ketuban masih utuh. Jika tindakan versi luar tidak berhasil, sebaik nya di lakukan section caesarea. Jika tindakan versi luar dan ekstrasi mengandung resiko yang besar untuk, baik ibu maupun anak nya.



d. Patofisiologi SC(Sactio Caesaria) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi postpartum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan asi yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama insisi yang mengaibatkan gannguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dari umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anastesi janin sehngga kadangkadang bayi lahir dalam keaadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan muadah. Akibatnya janin bisa mati,sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas sillia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus, Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghacuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltic juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu mortilitas juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Diklit saifudin, mansjoer & prawirihardjo dalam dewi,2016). e. Manifestasi Klinik Menurut prawiroharjo (2009) manifestasi klinik pada klien dengan post Sectio Caesarea, antara lain: -



Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml Terpasang kateter: urine jernih dan pucat Abdomen lunak dan tidak ada distensi Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru Balutan abdomen abdomen tampak sedikit noda Aliran lokia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak



f. Penatalaksaknaan -



Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat. Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat. Pemberian analgesic dan antibiotik.



-



Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidue dengan bantuan orang lain. (Prawirohatdjo, 2013).



B. Asuhan Kebidanan 1. Kehamilan Dengan Letak Lintang a. Pengertian Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatosoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010 : 75). Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan no rmal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Sarwono, 2008 : 213)



2. Pendokumentasian secara SOAP: a. Data Subyektif Pada kasus di pola aktifitas meskipun ibu sering melakukan gerakan sujud setiap hari mulai dari diketahuinya letak lintang tapi hasilnya sampai kehamilan aterm letak janin tetap letak lintang Sedangkan pada teori disebutkan bahwa dengan melakukan gerakan yoga, bersujud dan merangkak dapat membantu merubah posisi letak lintang menjadi letak kepala. Pada data subyektif disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan teori. Pada penatalaksanaan pada trimester 2 dan trimester 3 ibu hamil dengan letak lintang sudah dianjurkan untuk melakukan versi luar alami seperti posisi sujud namun tingkat keberhasilannya yaitu menurut wahid (2008) Kemungkinannya kembali ke posisi normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi normal Dikuatkan dengan teori bahwa tingkat keberhasilan dilakukannya versi luar sebesar 50 – 70% (semakin meningkat pada multiparitas,



presentasi selain bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau oblik) (Sarwono : 2009). b. Data Obyektif Pada tinjauan kasus didapatkan hasil TTV TD : 110/70 mmHg, RR : 24 x/menit, suhu : 36 C, nadi : 82 x/menit, conjungtiva tidak anemis, Leopold I : TFU 28 cm, bagian fundus ibu tidak teraba bagian janin kosong Leopold II : Teraba bagian perut kanan ibu keras bulat dan melenting, bagian kiri teraba bulat keras dan tidak melenting Leopold III : Teraba bagian bawah janin keras memanjang di bagian bawah perut ibu Pada konsep manajemen asuhan kebidanan dengan letak lintang didapatkan keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, Leopold I pada fundus tidak teraba bagian janin atau kosong, Leopold II bagian kanan perut ibu teraba keras bulat, dan melenting, dan bagian kiri perut ibu teraba bulat lunak tidak melenting(bokong), Leopold III Pada bagian bawah perut ibu tidak teraba bulat, keras dan tidak melenting (kepala), teraba kosng. Auskultasi terdengar DJJ (+) 144 – 160x/menit, teratur, dan pada pemeriksaan penunjang dilakukan USG. Berdasarkan data yang didapatkan pada langkah kedua data objektif, dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yaitu ditunjukkan pada pemeriksaan TTV, leopold, pemeriksaan panggul dan hasil USG pada pasien dengan kehamilan lintang.dikuatkan di tinjauan pustaka pada pemeriksaan Abdominal terlihat abdomen simetris, sumbu memanjang janin melintang terhadap perut ibu, fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan sesuai dengan umur kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atasnya dekat pusat dan lebih lebar dari biasa, di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun bokong, kepala dapat diraba di salah satu sisi ibu, bokong teraba disisi lain. (Harry Osorn William R.Forte. 2010) . Dikuatkan oleh teori bahwa pada pemeriksaan palpasi didapatkan kehamilan letak lintang pada Leopold 1 fundus rendah dari seharusnya tua kehamilan, leopold II kepala teraba pada bagian kanan dan kiri perut, leopold III Teraba bagian bawah janin janin keras memanjang di bagian bawah perut ibu (Rustam, 2012) c. Analisa Pada kasus sendiri kebutuhan Ny “N” antara lain nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas dan istirahat. Kolaborasi P4K dan persalinan per abdominal. Tindakan operasi sectio cessarea ini menjadi masalah potensial dan kebutuhan bagi Ny “N” karena pada data obyektif dan pemeriksaan penunjang USG terdapat malposisi janin yaitu letak lintang Pada konsep asuhan kebidanan kebutuhannya meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas, dan istirahat. USG, foto rontgen, kolaborasi P4K. Perencanaan persalinan Sectio Caesarea, persalinan patologis, SC. Pada konsep manajemen asuhan kebidanan dengan kehamilan letak lintang pada teori disebutkan dapat terjadinya persalinan dengan tindakan atau patologi, distosia saat persalinan, perdarahan pasca persalinan, robekan jalan lahir dan infeksi Dari tinjauan kasus dan tinjauan teori terdapat kesamaan antara masalah potensial dan kebutuhan . Tindakan operasi sectio cessarea ini menjadi masalah potensial dan kebutuhan bagi Ny “N” karena pada data obyektif dan pemeriksaan penunjang USG terdapat malposisi janin yaitu letak lintang . Tindakan ini dikuatkan dengan teori dari buku acuan nasional pelayanan kesehatan meternal neonatal menjelaskan bahwa



indikasi dilakukannya sectio cessarea pada ibu yaitu CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa, rupture uteri mengancam dan partus lama, malposisi (Winkjosastro : 2010) . d. Penatalaksanaan Merupakan pelaksanaan asuhan yang menyeluruh, pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ditemukan persamaan. Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penatalaksanaan kehamilan letak lintang pada trimester III diantaranya menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang tanda – tanda bahaya kehamilan trimester III, menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola istirahat dan aktivitas tanda – tanda persalinan, memberitahu ibu agar mempersiapkan persalinan dengan letak lintang baik secara normal maupun per abdominal, memberitahu kemungkinan yang 52 Volume 7 / No. 2 / Desember 2015dapat terjadi pada persalinan normal maupun per abdominal, serta memberikan dukungan psikososial pada ibu dalam menghadapi persalinan. Pada tinjauan kasus untuk catatan perkembangan I disebutkan bahwa ibu bersalin dengan persalinan per abdominal karena posisi janin letak lintang, karena untuk persalinan pervaginam dan versi luar sudah tidak dilakukan karena akan mengancam kematian ibu dan janin. Dikuatkan dengan teori bahwa kehamilan letak lintang maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi sectio cessarea karena ,tidak bisa dicoba – coba untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi maupun kematian ibu dan janin (Harry Oxorn, 2010).di perkuat dengan teori tingkat pertolongan pada persalinan hendaknya memperhatikan ketuban belum pecah bila pembukaan 5 cm tunggu sampai hampir lengkap dipecahkan dengan versi, bila ketuban sudah pecah lakukan sectio caesaria.



DAFTAR PUSTAKA



iii



iv



DAFTAR PUSTAKA